Anda di halaman 1dari 16

Acara 1: Prinsip dan Konsep Perancangan Percobaan

Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan beberapa konsep dan prinsip dasar
perancangan percobaan
2. Mahasiswa dapat menerapkan konsep dan prinsip ini dalam
merancang percobaan
3. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip dan konsep ini dalam beberapa
rancangan percobaan baku dan populer

Pendahuluan
Kegiatan penelitian (research) secara umum terbagi menjadi survei dan
percobaan (experiment). Dalam survei, subjek penelitian tidak diintervensi
sebelumnya sehingga kondisi ketika diamati adalah “apa adanya”. Dalam
percobaan, peneliti mengendalikan kondisi penelitian dengan melakukan
seleksi dan intervensi lingkungan sehingga pengamatan sepenuhnya
diarahkan untuk menjawab tujuan penelitian. Survei maupun percobaan
menghasilkan data yang selanjutnya akan dianalisis. Data ini harus menggambarkan
hal-hal yang akan diteliti sehingga dapat dipercaya dan layak dianalisis.
Guna memenuhi hal tersebut, maka perancangan percobaan harus dilakukan

dengan mempertimbangkan aspek statistika karena data akan dianalisis dengan


metode statistika tertentu. Ilmu yang membahas bagaimana percobaan

direncanakan atau dirancang dikenal sebagai perancangan percobaan atau

experimental design. Perancangan percobaan di bidang ilmu-ilmu hayati diarahkan


terutama untuk meningkatkan presisi pengukuran, bukan akurasi. Presisi adalah

kedekatan antara suatu nilai pengamatan yang diambil dari beberapa sampel.
Presisi terkait dengan variasi simpangan (error), sehingga pengukuran dikatakan

memiliki presisi tinggi apabila memiliki nilai varian yang kecil. Akurasi adalah
derajat kedekatan antara rerata sampel yang diambil dengan nilai asli dari suatu

populasi. Objek yang digunakan dalam percobaan merupakan sampel atau


perwakilan dari populasi objek tersebut. Sebagai contoh, percobaan untuk
mengetahui tanggapan pertumbuhan lima (5) varietas padi terhadap beberapa

jenis pupuk organik (pupuk kompos, pupuk kandang ayam, pupuk kandang
kambing, dan pupuk kandang sapi). Objek dalam percobaan tersebut adalah lima

varietas padi yang merupakan perwakilan dari populasi varietas padi yang ada di
muka bumi ini. Suatu pengukuran dikatakan memiliki akurasi tinggi apabila rerata

dari sampel yang diambil nilainya mendekati nilai rerata populasi. Presisi biasanya
terkait dengan bahan percobaan atau kondisi lingkungan penelitian. Oleh karena

itu, prinsip-prinsip dan konsep-konsep perancangan percoban selalu terkait dengan


pengendalian penyebab sesatan.

Gambar 1.1. Hubungan akurasi dan presisi serta implikasi statistik yang ditimbulkan

Ilustrasi pada Gambar 1.1 menunjukkan akurasi dan presisi serta implikasinya
terhadap statisitik yang diilustrasikan dengan kurva normal baku. Ingat bahwa

bentuk dari suatu kurva normal baru ditentukan oleh rerata dan varian. Perhatikan
bahwa ketika presisi rendah, titik-titik sampel akan menyebar. Hal ini
menggambarkan varian dan berdampak pada lebar kurva normal baku. Low

precission berarti varian tinggi dan berdampak pada ukuran lebar kurva normal
baku yang menandakan bahwa nilai sesatan (error) menjadi besar (1.1C dan 1.1D).

Sedangkan ketidakakuratan (bias) berarti titik-titik sampel berada jauh dari nilai
sasarannya. Hal yang diinginkan dari suatu percobaan jelas presisi yang tinggi dan

bias yang kecil (akurasi tinggi). Namun demikian, di bidang pertanian bukan akurasi
terhadap sasaran yang dipentingkan, melainkan titik pada presisi relatif, yaitu selisih

antar dua sasaran.

Konsep-konsep dasar dalam perancangan percobaan

Perlakuan
Perlakuan (treatment) atau bisa disebut juga set perlakuan (treatment group)
adalah prosedur atau penggolongan yang dilakukan oleh peneliti untuk

dibandingkan pengaruhnya melalui analisis terhadap data pengamatan. Dalam


percobaan untuk membandingkan pengaruh pemberian tiga bahan aktif herbisida

terhadap gulma, sebut saja, glifosat, 2,4-D, dan paraquat, perlakuannya adalah
pemberian herbisida. Ada tiga perlakuan yang diberikan dalam percobaan tersebut.

Dalam percobaan membandingkan efek tiga cara pengendalian gulma, perlakuan


misalnya adalah penyiraman herbisida, penyemprotan herbisida, dan kontrol

negatif (tidak dikendalikan). Dalam hal tersebut, tidak diberi pestisida juga
termasuk ke dalam perlakuan. Dalam percobaan tiga dosis herbisida tertentu,

perlakuan misalnya adalah dosis 0, 10, dan 20 ml per liter larutan.

Perhatikan bahwa ketiga kasus percobaan tadi dilakukan untuk tujuan


penelitian yang berbeda-beda. Jadi, pemilihan perlakuan harus terkait dengan

tujuan dan hipotesis yang diajukan.


Satuan percobaan dan ulangan

Perlakuan dikenakan pada satuan bahan yang memperoleh satu, dan hanya
satu, perlakuan, satuan ini disebut satuan percobaan (experimental unit).

Untuk contoh pengendalian gulma di atas, herbisida A diterapkan pada luasan


lahan tertentu. Lahan inilah yang disebut sebagai satuan percobaan. Untuk

percobaan lapangan semacam ini, satuan percobaan dapat disebut plot/petak


percobaan. Satuan percobaan dapat berupa kolam, individu tumbuhan atau hewan

(jika perlakuan diterapkan per individu, bukan populasi), cawan petri, kandang, petak
lahan, baris-baris tanam kultivar berbeda, seonggok daging, sekemas benih, sesisir

pisang, sebutir buah, dan seterusnya.


Jika satu perlakuan dikenakan terhadap empat satuan percobaan, kita
mengatakan bahwa perlakuan itu memiliki empat ulangan (replicate atau

replication). Ulangan berfungsi sangat penting dalam pengujian hipotesis formal


karena dari sinilah diperoleh penduga sesatan percobaan (experimental error), yang

dipakai dalam perhitungan statistik uji. Prinsip kesetimbangan meminta agar


sebaiknya setiap perlakuan dalam suatu percobaan memiliki ulangan yang sama

Satuan pencuplikan dan pengukuran berulang

Dalam percobaan, data dapat diambil dari keseluruhan satuan percobaan.


Misalnya panen per plot, ikan per kolam, dan seterusnya, jika perlakuan diterapkan
pada plot atau kolam tersebut. Untuk keadaan demikian, satuan percobaan menjadi
setangkup dengan satuan pencuplikan. Namun demikian, ada keadaan lain ketika
data diambil hanya sebagian dari satuan percobaan, seperti misalnya tanaman
cuplikan (sample) dari satu satuan percobaan yang berupa plot, sesendok adonan,
atau beberapa butir buah dari suatu kantung kemasan tertentu. Satuan pencuplikan
(sampling unit) adalah satuan atau unit tempat data diambil. Dengan demikian, dari
satu satuan percobaan dapat muncul beberapa data yang diperoleh dari
mengamati sejumlah satuan pencuplikan. Sebagai contoh percobaan dilakukan
untuk menguji pengaruh pemberian nutrisi terhadap kandungan vitamin C pada
buah tomat. Empat jenis nutrisi yaitu A,B,C, dan D diujikan. Kandungan vitamin C
akan diukur dari tiga buah tomat yang diambil secara acak dari setiap tanaman
yang mendapat perlakuan. Jelas bahwa satuan percobaannya adalah tanaman
tomat yang mendapat perlakuan pemberian nutrisi, sedangkan satuan
pencuplikannya adalah tiga buah tomat dari setiap unit percobaan.
Perlu disadari bahwa dari satu satuan pencuplikan dapat dilakukan beberapa

pengamatan berulang pada waktu yang berbeda. Pengamatan semacam ini


membangkitkan data pengukuran berulang (repeated measurements).

Rancangan lingkungan dan pengelompokan/blocking


Maksud rancangan lingkungan adalah perencanaan yang ditujukan untuk
menjaga agar pengaruh dari luar percobaan sekecil mungkin. Ini merupakan

bentuk pengendalian sesatan. Instrumen yang dipakai adalah pengelompokan atau


blocking. Blocking mengumpulkan beberapa satuan percobaan ke dalam kelompok

yang kondisinya seragam. Tiap kelompok ini disebut blok. Tentu saja

pengelompokan tidak diperlukan bila satuan percobaan telah ditempatkan pada


lingkungan yang seragam. Sebagai misal, apabila dalam suatu lahan plot-plot
percobaan berada di lahan yang tidak seragam kesuburannya, dibuatlah blocking
agar sekumpulan perlakuan dapat berada pada satu blok dengan kesuburan yang

kurang lebih serupa. Ilustrasi mengenai pembuatan blok dalam percobaan


ditampilkan pada Gambar 1.2.
Gambar 1.2. Ilustrasi pembuatan blok berdasarkan perbedaan tingkat kesuburan

Rancangan perlakuan dan faktor


Rancangan perlakuan merupakan rancangan yang dibuat terhadap susunan set-
set perlakuan sebagai strategi untuk menjawab hipotesis-hipotesis yang telah

disusun. Percobaan bisa memiliki satu faktor, yaitu seri perlakuan yang dipilih untuk
menjawab beberapa hipotesis. Misalnya, untuk mengetahui perbedaan pengaruh

cara pengendalian gulma, dipilih lima perlakuan: (a) penyiangan cabut, (b)
penyiangan kepras, (c) penyemprotan herbisida pratumbuh, (d) penyemprotan

herbisida pascatumbuh, dan (e) tanpa pengendalian. Beberapa hipotesis yang


diajukan dari seri perlakuan ini adalah (1) “Pengendalian berdampak baik terhadap

pertumbuhan tanaman” (membandingkan dikendalikan vs. tanpa pengendalian); (2)


“Penyiangan manual sama bersihnya dengan penyemprotan herbisida” (perlakuan

a dan b versus perlakuan c dan d); (3) “Penyiangan cabut lebih baik daripada
penyiangan kepras” (perlakuan a versus b); dan (4) “Penyemprotan pratumbuh lebih

efektif daripada penyemprotan pascatumbuh” (perlakuan c versus d). Seri

perlakuan lain misalnya pemberian dosis berbeda untuk mengetahui dosis yang
paling efektif. Perhatikan bahwa hipotesis untuk seri perlakuan lain tersebut

memiliki hipotesis yang berbeda sehingga akan meminta analisis yang berbeda
pula.
Dapat terjadi pula, percobaan memiliki dua atau lebih faktor. Di sini, setiap

satuan percobaan mendapat dua atau lebih perlakuan yang masing-masing


tergolong pada faktor berbeda. Percobaan semacam ini, yang dikenal pula sebagai

“percobaan faktorial”, keuntungan percobaan faktorial adalah dapat menghemat


bahan percobaan serta memungkinkanpendugaan pengaruh bersama dari dua atau

lebih dari faktor yang diuji (“interaksi”). Sebagai misal adalah percobaan yang
mengombinasi dua macam pupuk buatan: faktor pertama adalah urea berbagai

dosis dan faktor kedua adalah SP36 berbagai dosis.

Latihan. Cobalah Anda tentukan konsep-konsep yang telah dikemukakan terhadap


kasus berikut.

Pengujian terhadap efektivitas pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman


semangka di lahan pasir pantai. Macam pupuk organik yang diujikan adalah pupuk
kompos, pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing, dan
kontrol yang berupa pemberian pupuk organik sesuai dengan dosis rekomendasi
untuk tanaman semangka. Setiap macam pupuk organik diujikan terhadap tiga
petak tanaman semangka yang masing-masing petak terdiri atas 30 tanaman, setiap
petaknya merupakan ulangan. Dari 30 tanaman semangka yang ada di setiap petak
percobaan atau setiap ulangannya akan diambil 10 tanaman untuk diukur panjang
tanaman, jumlah daun, jumlah buah, bobot setiap buah, dan bobot buah dalam satu
tanamannya.

Dari soal tersebut, maka:


Sebutkan perlakuan-perlakuan yang diberikan. Apakah satuan percobaannya? Ada
berapa? Apakah satuan pencuplikannya untuk setiap peubah yang diamati? Ada
berapa per satuan percobaan? Berapa ulangan untuk masing-masing perlakuan?
Berapa faktor perlakuan yang digunakan untuk percobaan ini? (Dikerjakan secara
langsung pada saat praktikum)

Kerjakan soal lain yang terdapat pada Suplemen Acara 1!! (Dikerjakan secara
langsung pada saat praktikum)
Prinsip-prinsip pokok perancangan percobaan
Dalam perancangan percobaan hanya ada tiga prinsip dasar:

1. Pengacakan (randomisation),
2. Pengendalian sesatan (error control), dan

3. Kesetimbangan (balance).
Apabila ketiga prinsip ini dipenuhi, analisis menjadi sederhana dan hasilnya
sahih (valid). Tujuan inti dari perancangan percobaan adalah mendapatkan

rancangan dan analisis yang sederhana yang memenuhi prinsip-prinsip dasar


namun tepat memenuhi penyimpulan yang sahih.

Pengacakan

Pengacakan adalah hal yang wajib ada dalam merancang percobaan, karena
menjamin bahwa kita membentuk peubah acak dalam data pengamatan kita.
Semua metode statistika bertumpu pada asumsi bahwa data merupakan peubah
acak. Tanpa adanya pengacakan, asumsi itu gugur dan hasil analisis tidak
bermakna. Pengacakan dapat dilakukan dengan penggunaan alat bantu seperti
pengocokan undian/arisan, dadu, kartu, atau daftar tabel bilangan acak. Perangkat
lunak seperti MSExcel atau LibreOffice memiliki fungsi acak pula.
Perhatikan dua susunan penataan berikut. Setiap kotak melambangkan

satuan percobaan. Huruf melambangkan perlakuan yang diberikan pada satuan

percobaan masing-masing. Susunan di sebelah kiri teratur sementara yang di


sebelah kanan teracak. Petak B pada susunan kiri selalu memiliki pola sama, yaitu

di sebelah kirinya ada A dan di kanannya C. Hal ini memunculkan “sesatan


sistematik”, karena semua A bersebelahan dengan A dan B, sementara semua B

bersebelahan dengan A, B, dan C. Ketika kita hendak membandingkan efek A


dengan efek B, yang terjadi malah membandingkan efek A-yang-bersebelahan-

dengan-A-dan-B dan efek B-yang- bersebelahan-dengan-A-B-dan-C. Pada susunan


di kanan, meskipun masih terdapat pola serupa (A di sebelah kiri B) derajat
sistemiknya berubah (misalnya, di sebelah C dapat A atau B). Pengacakan paling

baik terjadi ketika pola-pola sistematik tidak ada sama sekali.

A B C A B C
A B C C A B
Tidak diacak Diacak

Pengendalian sesatan
Sesatan yang besar mengganggu presisi sehingga perlu dikendalikan. Ada tiga

strategi untuk mengendalikannya: (1) penyeragaman satuan percobaan, (2)


penggunaan rancangan percobaan yang tepat, , dan (3) penggunaan peubah

pengendali (konkomitan).

Sebagai contoh, untuk suatu percobaan mengenai dua cara pengolahan abon
ikan diketahui ukuran mempengaruhi tekstur. Bahan yang diterima untuk

penelitian ternyata ikan dari berbagai ukuran. Untuk itu, dilakukan pemisahan
menjadi tiga kelompok berdasarkan ukuran: kecil, sedang, dan besar. Dari masing-

masing ukuran kemudian diterapkan dua cara pengolahan yang dicoba. Prinsip
blocking ini dapat meningkatkan presisi, karena pembandingan kedua cara

pengolahan dilakukan terhadap tiga kemungkinan tekstur yang berbeda.

Untuk penyeragaman satuan percobaan dapat dilihat contoh berikut


ini. Bandingkan gambar bawah di kiri dan di kanan. Gambar di kiri menunjukkan

satu cara pengolahan dilakukan terhadap setiap kelompok ukuran yang seragam
masing- masing. Gambar di kanan menunjukkan jika cara pengolahan diterapkan

tanpa pengelompokan. Pilihan di kiri lebih baik karena seragam di dalam setiap
kumpulannya sehingga sumber keragaman internalnya minimal dan ujungnya

penduga varians sesatan lebih kecil.


Rancangan percobaan yang tepat dapat ditentukan dengan ketajaman
dalam mengenali sumber-sumber keragaman dan nalar yang baik. Mengenali

lingkungan percobaan dan memperkirakan keragaman yang dapat muncul adalah


keterampilan yang diperlukan. Penyeragaman satuan percobaan merupakan pilihan
lain yang mudah untuk mengendalikan sesatan. Penggunaan peubah pengendali
adalah pemakaian analisis kovarians.

Pengacakan dapat dilakukan dengan fungsi =RAND() pada Microsoft Excel.


Kerjakanlah soal latihan pengacakan yang terdapat pada Suplemen Acara 1!

Kesetimbangan

Prinsip kesetimbangan menyarankan agar ukuran ulangan dan sampel


hendaknya sama untuk setiap kelompok perlakuan. Namun demikian, apabila

terpaksa terjadi perbedaan di antara kelompok perlakuan, diusahakan tidak terjadi


perbedaan ukuran yang terlalu besar. Penjelasan secara statistik dijelaskan kelak
karena prinsip ini lebih bermakna pada aneka rancangan rumit.
Latihan. Buatlah sketsa pengacakan yang dilakukan untuk kasus percobaan
semangka di lahan pantai di atas. Kapan perlu melakukan pengelompokkan dan
kapan/pada situasi apa tidak perlu?

Beberapa rancangan percobaan baku yang populer


Berikut ini akan ditunjukkan beberapa rancangan percobaan baku dan relatif
populer digunakan. Beberapa rancangan yang lebih kompleks akan diberikan pada

acara-acara berikutnya.
Rancangan Acak Lengkap (RAL)/ Completely Randomised Design (CRD)
Rancangan Acak Lengkap merupakan rancangan lingkungan paling sederhana
dan paling dianjurkan apabila peneliti dapat menjamin bahwa lingkungan
percobaan terkendali dengan baik dan bahan percobaan relatif seragam.
Pengacakan dilakukan sekali terhadap seluruh satuan percobaan yang ada.
Sebagai misal, untuk suatu percobaan dengan empat perlakuan, masing-masing
tiga ulangan, akan diperlukan 12 satuan percobaan. Penentuan satuan percobaan
mana yang akan memperoleh perlakuan tertentu dilakukan melalui pengacakan
terhadap ke-12 satuan percobaan tersebut. Contoh pengacakan dapat
ditunjukkan dengan layout untuk percobaan

dengan empat perlakuan (A – D), masing-masing dengan tiga ulangan.


A B C D A B C D
A B C D B A C C
A B C D D B A D

Sebelum Pengacakan Sesudah Pengacakan

Rancangan Berblok Lengkap Teracak (RBLT)/ Randomised Complete Block


Design (RCBD)

Prinsip pengelompokan berdasarkan kondisi satuan percobaan diterapkan dalam


rancangan ini. Blok akan mengendalikan sesatan yang besar di antara satuan-

satuan percobaan yang tak seragam. Kata “Lengkap” mengindikasikan bahwa di


setiap kelompok (blok) berisi semua perlakuan yang diujikan. Kondisi ini

menerapkan prinsip kesetimbangan, sehingga analisis data menjadi sederhana.


Pengacakan tidak lagi dilakukan serentak pada seluruh satuan percobaan, tetapi

bertahap: pertama pengacakan blok dan kedua pengacakan satuan percobaan


dalam tiap-tiap blok. Berikut ilustrasi layout rancangan blok lengkap.
Blok 1 Blok 2 Blok 3
A B C
B A D
C D A
D C B
Gradien lingkungan 

Perhatikan bahwa pembagian blok didasarkan pada gradien lingkungan,


contohnya,
kemiringan lahan, intensitas penyinararan, kesuburan tanah, dan lain-lain.

Rancangan Segiempat Latin (RSL)/ Latin Square Design (LS)


Rancangan Segiempat Latin (Latin Square Design) tidak lain daripada Rancangan
Berblok Lengkap Teracak dengan blocking dua arah yang saling tegak lurus.

Penggunaannya merupakan modifikasi RBLT apabila diketahui ada dua sumber


keragaman penyebab satuan percobaan tidak seragam. Rancangan ini amat

menerapkan prinsip kesetimbangan, karena suatu ulangan-ulangan dalam setiap


perlakuan tidak boleh menempati urutan yang sama (itulah sebabnya dinamakan

Segiempat Latin). Konsekuensinya, banyaknya perlakuan akan sama dengan


banyaknya ulangan.

Pengacakan dilakukan tiga tahap: pertama untuk blok arah pertama, kedua
untuk blok arah kedua, dan terakhir adalah pengacak satuan percobaan

untuk setiap rangkaian perlakuan.

Berikut layout yang menunjukkan hasil pengacakan:

A1 B1 C1 D1 B D A C
A2 B2 C2 D2 D A C B
A3 B3 C3 D3 C B D A
A4 B4 C4 D4 A C B D

Sebelum Sesudah pengacakan blok datar,


pengacakan blok tegak, lalu
pengacakan perlakuan
Rancangan Faktorial Penuh (RFP)/ Factorial Design

Rancangan Faktorial Penuh bukanlah rancangan lingkungan seperti tiga


rancangan sebelumnya, tetapi merupakan rancangan perlakuan. Dengan demikian,
Rancangan Faktorial Penuh bisa dilakukan dalam Rancangan Acak Lengkap, RBLT,
maupun RSL. Tujuan utama kita melakukan RFP adalah untuk menghemat satuan
percobaan, sekaligus juga mendapatkan informasi mengenai ada-tidaknya interaksi
antara faktor- faktor yang diuji.
Pengacakan dilakukan sama, sesuai dengan rancangan lingkungan yang dipakai.

Yang perlu diperhatikan adalah setiap kombinasi perlakuan dalam masing-masing


faktor (“level”) dianggap sebagai perlakuan tunggal.

Berikut contoh layout pengacakan untuk RFP 2 faktor, masing-masing 2 dan 3

level dalam RBLT dua ulangan dalam hal ini blok.

sebelum pengacakan

A1B1- A2B1- A1B2- A2B2- A1B3- A2B3-


1 1 1 1 1 1
A1B1- A2B1- A1B2- A2B2- A1B3- A2B3-
2 2 2 2 2 2

sesudah pengacakan blok lalu satuan percobaan (kombinasi perlakuan) dalam


tiap blok
A2B2- A1B3- A1B2- A2B1- A1B1- A2B3-
2 2 2 2 2 2
A1B3- A2B3- A1B2- A1B1- A2B1- A2B2-
1 1 1 1 1 1

Rancangan Petak Terbagi

Rancangan Petak Terbagi (Split-plot Design) merupakan kombinasi antara


Rancangan Faktorial Penuh dengan suatu rancangan lingkungan yang

menggunakan bloking dua tingkat. Pada rancangan ini, seakan-akan kita memiliki
dua percobaan faktor tunggal, yang salah satu faktornya disarangkan ke faktor

yang lain. Akibatnya faktor pertama (disebut faktor utama) memiliki ukuran satuan
percobaan yang lebih besar. Satuan percobaan bagi faktor pertama ini berfungsi

sebagai blok bagi faktor kedua (disebut anak-faktor atau subfaktor). Faktor kedua
dengan demikian memiliki ukuran satuan percobaan yang kecil dan merupakan

bagian dari satuan percobaan faktor utama.


Sebagai misal, umpamanya kita melakukan percobaan faktorial dua faktor,

masing- masing dengan dua dan tiga level, dengan rancangan lingkungan RBLT

menggunakan tiga blok. Pengacakan pertama dilakukan terhadap ketiga blok.


Selanjutnya, setiap perlakuan/level pada faktor utama diacak di dalam satuan

percobaan (utama) dalam masing-masing blok (dibagi dua). Berikutnya, setiap


satuan percobaan dibagi sebanyak perlakuan pada anak-faktor (dibagi tiga).

Dilakukanlah pengacakan satuan percobaan bagi tiap perlakuan anak-faktor


pada setiap satuan percobaan faktor utama. Layout berikut memberi gambaran

proses itu.

Blok 1 Blok 2 Blok 3


Main plot A B C C B A B C A
V1 V2 V3 V2 V3 V1 V3 V1 V2
Sub plot V2 V3 V1 V3 V1 V2 V1 V2 V3
V3 V1 V2 V1 V2 V3 V2 V3 V1

Perhatikan layout split-plot di atas sesudah pengacakan blok lalu satuan

percobaanfaktor utama (A) dengan level perlakuan A, B, dan C, lalu diikuti


pengacakan satuan percobaan anakfaktor (B) dengan level perlakuan V1, V2, dan

V3 dalam tiap satuan percobaan faktor utama.


Model linear matematis

Suatu rancangan percobaan tertentu akan menghasilkan data pengamatan yang


akan dianalisis sesuai dengan kaidah tertentu untuk menguji dan menghasilkan

kesimpulan atas suatu hipotesis yang telah ditentukan.


Perhatikan suatu hipotesis formal: H0: μ1 = μ2. Ini berarti kita ingin menguji

hipotesis nol bahwa rerata pengamatan akibat pengaruh perlakuan 1 sama dengan
rerata pengamatan akibat pengaruh perlakuan 2. Untuk menguji H0 ini, kita

mengambil n1 satuan percobaan untuk dikenakan perlakuan 1 dan mengambil n2


satuan percobaan untuk dikenakan perlakuan 2. Ini berarti perlakuan 1 memiliki n1

ulangan dan perlakuan 2 memiliki n2 ulangan. Perhatikan bahwa apabila kita


mengambil satu pengamatan dari satu satuan percobaan, maka satuan percobaan ini

juga merupakan satuan pencuplikan (sampling unit).


Simbol dari suatu pengamatan terhadap salah satu satuan pencuplikan kita sebut

saja Yij dengan i = nomor perlakuan (i =1 atau 2) dan j = nomor ulangan dari masing-
masing nomor perlakuan. Jadi, sebagai misal, Y23 adalah data pengamatan dari

satuan pencuplikan perlakuan 2 ulangan 3. Di bawah hipotesis nol, nilai suatu


pengamatan Yij dapat dianggap berasal dari gabungan pengaruh rerata populasi μi

dan sesatan εij atau


Yij = μi + εij [1]

Jelas bahwa di sini sesatan melekat pada data. Bentuk [1] ini disebut sebagai
model linear matematis. Karena dalam perancangan percobaan satuan percobaan
untuk semua perlakuan diusahakan seragam, maka [1] dapat ditulis ulang sebagai
Yij = μ + τi + εij, [2]

dengan μ adalah rerata umum yang berasal dari satuan percobaan (yang seragam,
karena itu tidak memiliki nomor) dan τi adalah pengaruh perlakuan ke-i. Di bawah

bentuk [2], hipotesis nol dapat dirumuskan ulang menjadi H0: τ1 = τ2. ■
Skema rancangan percobaan dan analisisnya

Sebagai contoh ketika percobaan menguji jenis pupuk pada satu jenis tanaman

maka rancangan perlakuannya satu faktor. Kemudian jika percobaan dilakukan pada
lingkungan yang relatif homogen berarti rancangan lingkungannya bisa

menggunakan CRD sehingga rancangan percobaannya adalah CRD satu faktor.


Analisis yang sesuai untuk percobaan tersebut adalah ANOVA klasik karena jenis

pupuk bersifat kategori. Namun, jika jenis pupuk tersebut diberikan pada beberapa
jenis tanaman maka rancangan perlakuannya menjadi factorial. Contoh lain, ketika

perlakuan berupa dosis pupuk pada suatu tanaman, maka analisis yang digunakan
adalah regresi. Khusus untuk split-plot, rancangan ini termasuk rancangan

lingkungan bersyarat karena mengharuskan rancangan perlakuannya merupakan


rancangan faktorial.

Anda mungkin juga menyukai