Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum

Rancangan Percobaan

RANCANGAN ACAK TERPISAH

NAMA : TANIA PATANDUNG


NIM : G11115326
KELAS/ KELOMPOK : H/ 32
ASISTEN : 1. MIDAYANI
2. FIRDAUS
3. NURESKIANA

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan di era modern ini
mengharuskan berbagai pihak untuk menghasilkan inovasi baru dalam berbagai
bidang. Salah satu upaya untuk menghasilkan inovasi adalah dengan melakukan
kegiatan penelitian. Pelaksanaan penelitian itu sendiri dapat melalui percobaan.
Rancangan percobaan dapat diartikan sebagai suatu pengaturan pemberian
perlakuan kepada unit-unit percobaan dengan maksud agar keragaman respon
yang ditimbulkan oleh keadaaan lingkungan dan keheterogenan unit percobaan
yang digunakan dapat diminimalkan.
Penelitian merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan ilmu dan
teknologi. Kegiatan penelitian pada hakekatnya merupakan suatu proses belajar
yang terarah mengenai suatu masalah dan dilakukan secara iteratif (berulang).
Dalam suatu penelitian diperlukan suatu tindakan yang disebut dengan percobaan.
Hasil dari suatu percobaan merupakan suatu data yang perlu dianalisis lebih lanjut
untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Tujuan yang ingin dicapai dari percobaan
adalah untuk memperoleh atau mengumpulkan informasi yang sebanyak-
banyaknya yang diperlukan dan berguna dalam melakukan penyelidikan persoalan
yang akan dibahas.
Sebelum melakukan suatu kegiatan penelitian seorang ilmuwan dihadapkan
kepada suatu keharusan untuk merancang kegiatan penelitiannya agar dapat
berlangsung dengan benar, baik dan lancar. Untuk kepentingan tersebut peneliti
haruslah mengikuti prosedur yang disesuaikan dengan langkah-langkah penelitian
mulai dari pemilihan dan perumusan masalah, perumusan hipotesis, menyusun
rancangan penelitian, melakukan observasi untuk memperoleh data empirik,
menganalisis data dan diakhiri dengan interpretasi hasil penelitian.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam praktikum ini adalah:
1. Apa pengertian dari Rancangan Petak Terpisah ?
2. Bagaimana pelaksanaa mede Rancangan Acak Terpisah di lapangan ?
3. Bagaimana pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan dan produksi sawi
hijau dengan analisis Rancangan Acak Terpisah ?
1.3 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini yaitu agar kita dapat mengetahui
pengaruh jenis media tanam yang diaplikasikan pada tanaman sawi hijau terhadap
pertumbuhan dan produksinya dan mengetahui bagaimana pengaruh Rancangan
Petak Terpisah yang digunakan sebagai rancangan lingkungan untuk melihat hasil
dari sawi hijau.
Adapun kegunaan dari praktikum ini yaitu diharapkan nantinya praktikum ini
dapat diterapkan dalam melakukan uji coba penelitian serta sebagai bahan
informasi dan referensi bagi mahasiswa serta sebagai perbandingan antara materi
yang didapatkan di ruang kuliah dan di lapangan atau dilaboratorium.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 RAK
Rancangan acak kelompok adalah suatu rancangan acak yang dilakukan
dengan mengelompokkan satuan percobaan kedalam grup- grup yang homogen
yang dinamakan kelompok dan kemudian menentukan perlakuan secara acak di
dalam masing- masing kelompok. Rancangan acak kelompok dicirikan oleh
adanya kelompok dalam jumlah yang sama, di mana setiap kelompok dikenakan
perlakuan-perlakuan. Melalui pengelompokan yang tepat atau efektif, maka
rancangan ini dapat mengurangi galat percobaan (Wahyuningsih, 2015).
Menurut Wahyuningsih (2015), model linear dari rancangan acak kelompok
adalah :
Yij = + Bi + tj + ij , dimana
= nilai rata-rata keseluruhan perlakuan.
Bi = simpangan karena pengaruh blok ke-i
tj = simpangan karena pengaruh perlakuan ke-j.
ij = simpangan karena pengaruh error
Rancangan acak kelompok (RAK) adalah suatu rancangan percobaan yang
dilakukan di lapangan atau di rumah kaca, dimana perlakuan disusun atau
ditempatkan pada kelompok-kelompok tertentu. Jadi, pada setiap kelompok harus
ada setiap perlakuan yang penempatannya diacak secara random. Pengelompokan
ini bisa berdasarkan tingkat kesuburan tanah yang berbeda, berdasarkan
perbedaan berat hewan percobaan atau berdasarkan arah lereng lahan dan lain
sebagainya (Hanafia, 2012).
Tujuan pengelompokan perlakuan ini adalah untuk menjaga variasi antar
plot atau petak percobaan pada kelompok sekecil mungkin. Oleh sebab itu, RAK
lebih umum digunakan pada peercobaan yang berukuran besar. Kelompok bisa di
buat menurut arah garis tertentu di lapangan (Tapehe, 2015).
Menurut Tapehe (2015), keuntungan rancangan acak kelompok adalah sebagai
berikut:
1. lapangan percobaan tidak perlu seragam atau uniform.
2. ketepatan biasanya lebih tingi dari RAL.
3. jumlah perlakuan biasanya tidak terbatas tapi sebaiknya tidak lebih dari 25.
4. ulangan dapat menambah ketelitian terhadap variabel yang diamati.
5. analisis data dapat dilakukan dengan mudah; kalau perlu beberapa perlakuan
dapat dihilangkan.
6. data yang hilang dapat dihitung memakai rumus missing data.
7. kuadrat tengah error dapat dibagikan kepada komponen sumber keragaman
kelompok.
Kelemahan rancangan acak lengkap adalah dengan bertambahnya jumlah
perlakuan dan tidak seragamnya lingkungn percobaan, akan menyebabkan error
menjadi semakin besar (Tapehe, 2015).
2.2 F2F
Berdasarkan banyaknya perlakuan dalam tiap faktor, banyaknya perlakuan
dalam percobaan faktorial adalah dengan mengkombinasikan perlakuan factor
yang satu dengan perlakuan faktor yang lain. Apabila dalam percobaan dua buah
faktor, faktor yang satu terdiri dari empat perlakuan dan faktor yang lain terdiri
dari tiga perlakuan, maka diperoleh percobaan faktorial 4x3 sehingga untuk ini
akan diperlukan 12 kondisi percobaan (kombinasi perlakuan) yang berbeda-beda
(Sudjana, 1991 dalam Kholil, 2010).
Percobaan faktorial bukan merupakan suatu rancangan (design) melainkan
suatu pola melakukan percobaan. untuk mencoba serentak dari beberapa faktor
dalam suatu percobaan. Adapun rancangan yang digunakan dalam percobaan
faktorial tergantung kepada keadaan lingkungan dan tujuan percobaan. Rancangan
yang biasa dipakai adalah rancangan dasar seperti RAL. RAK dan RBSL. (Abdul,
2009)
Jadi percobaan faktorial adalah percobaan yang perlakuannya terdiri atas
semua kemungkinan kombinasi taraf atau level dari beberapa faktor. Kombinasi-
kombinasi taraf-taraf faktor inilah yang disebut sebagai faktorial. Faktor yaitu
sejenis perlakuan, dan didalam percobaan faktorial, setiap faktor mempunyai
beberapa perlakuan. Misalnya: bila suhu pada suatu pemanasan dilakukan dalam
beberapa suhu, suhu-suhu tertentu inilah yang disebut sebagai taraf/ level. Jadi
taraf atau level adalah banyaknya atau keadaan tertentu dari suatu factor (Abdul,
2009).
Rancangan faktorial dibentuk berdasarkan sejumlah taraf dari setiap faktor
yang akan diamati, kemudian melakukan eksperimen pada semua kombinasi taraf
faktor yang mungkin. Selanjutnya faktor-faktor tersebut diamati secara bersama-
sama untuk menunjukan ada tidaknya pengaruh / efek interaksi antar factor
(Syofiana, 2014).
Dalam percobaan faktorial pengaruh yang ditimbulkan oleh peubah bebas
(perlakuan faktorial) yang dicobakan dapat dilihat dari proyeksi yang ditunjukkan
oleh peubah tak bebas (faktorial respon). Pengaruh perlakuan faktorial (perlakuan
kombinasi) ini dapat dibedakan menjadi pengaruh sederhana(tunggal). pengaruh
utama. dan pengaruh interaksi. Yang dimaksud dengan pengaruh sederhana
adalah pengaruh suatu faktor dalam satu level faktor lainnya. Dari hasil pengujian
ini dapat diketahui kondisi perbedaan taraf-taraf dari suatu faktor pada kondisi
taraf-taraf yang berbeda dari faktor yang lain. Informasi yang diperoleh juga lebih
rinci dan dapat mengetahui adanya interaksi atau tidak.Sedangkan pengaruh
utama merupakan rata-rata dari nilai semua pengaruh tunggal atau sederhana.
Hasil yang diperoleh dari pengujian pengaruh utama menunjukkan apakah taraf-
taraf dari suatu faktor tertentu nyata atau tidak pada semua kondisi taraf faktor
yang lain (Syofiana, 2014)..
Tujuan dari percobaan faktorial adalah untuk melihat interaksi antara faktor
yang kita cobakan. Adakalanya kedua faktor saling sinergi terhadap respon
(positif). Namun adakalanya juga keberadaan suatu faktor justru menghambat
kinerja faktor lain (negative). Adanya kedua mekanisme tersebut cenderung
meningkatkan pengaruh interaksi antar ke dua faktor. Pengaruh interaksi adalah
kegagalan level faktor yang satu terhadap level faktor yang lain untuk
memberikan respon hasil yang sama. Pengaruh interaksi juga dapat dikatakan
sebagai perbedaan (selisih) respon dari suatu faktor terhadap level faktor yang lain
Sugandi, 1994).
Beberapa keuntungan dari percobaan faktorial adalah lebih efisien dalam
menggunakan sumber-sumber yang ada, informasi yang diperoleh lebih
komperhesip, karena mempelajari beberapa interaksi yang ada, dan hasil
percobaan dapat diterapkan dalam suatu kondisi yang lebih luas, karena
mempelajari kombinasi dari berbagai factor (Sugandi, 1194)..
Menurut Sugandi (1994), kerugian menggunakan analisis ini adalah :
1. Analisis statistika menjadi lebih kompleks dan panjang.
2. Makin banyak faktor yang diteliti. kombinasi perlakuan semakin meningkat
pula. sehingga ukuran percobaan semakin besar dan akan mengakibatkan
ketelitiannya semakin berkurang.
3. Terdapat kesulitan dalam menyediakan satuan percobaan yang relatif
homogen.
4. RPT
Rancangan petak-petak terbagi atau yang dikenal sebagai RPPT (Split-split
Plot Design) merupakan perluasan dari rancangan petak terbagi (RPT), pada
RPPT dilakukan percobaan yang terdiri dari tiga faktor. Pada RPPT terdapat tiga
faktor percobaan, yaitu faktor petak utama (mainplot), faktor anak petak (subplot),
dan faktor anak-anak petak (sub-sub plot) (Wahyuningsi, 2015).
Rancangan petak-petak terbagi (RPPT) merupakan perluasan dari rancangan
petak terbagi (RPT), di mana pada rancangan petak terbagi (RPT) kita melakukan
percobaan yang terdiri dari dua faktor, yaitu petak utama (mainplot) dan anak
petak (subplot), maka dalam rancangan petak-petak terbagi (RPPT) percobaan
tersebut terdiri dari tiga faktor. Untuk RPPT kita mengalokasikan faktor yang
terpenting ke dalam anak-anak petak (sub-subplot), dan seterusnya faktor yang
kurang penting dialokasikan ke dalam petak yang lebih besar, dalam hal ini anak
petak (subplot) atau petak utama (mainplot). (Gasperz, 1991 dalam
Wahyuningsih, 2015).
Unit percobaan dalam Rancangan Petak Terbagi dibagi menjadi dua bagian
yaitu petak utama (whole-plot) dan anak-petak (sub-plotsplit-plot). Pengacakan
dilakukan dalam dua tahap. Pertama, pengacakan pada petak utama yang akan
menghasilkan galat petak utama. Kedua, pengacakan pada anak petak yang akan
menghasilkan gala anak-petak. Pada Rancangan Petak Terbagi-Terbagi terdapat
petak utama, anak-petak dan sub-anak petak. Pengacakannya sama dengan
pengacakan pada Rancangan Petak Terbagi, tetapi ditambah dengan pengacakan
ketiga, pada sub-anak-petak, sehingga selain diperoleh galat petak utama, galat
anak-petak juga galat sub-anak-petak. Pada Rancangan Petak Terbagi-Teralur,
taraf-taraf kedua faktor diletakkan bersilangan. Salah satu faktor pada petak
horisontal, dan faktor yang lain pada petak vertikal. Penempatan tersebut akan
menghasilkan galat petak horisontal, galat petak vertikal dan gala anak petak.
Rancangan Petak Terbagi diterapkan karena: (1) adanya tingkat kepentingan yang
berbeda dalam meneliti faktor yang digunakan; (2) pengembangan dari percobaan
yang telah berjalan; (3) kendala pengacakan di lapangan. Rancangan Petak
Terbagi-Terbagi diterapkan pada percobaan yang menggunakan tiga faktor atau
lebih. Rancangan Petak Terbagi-Teralur lebih ditekankan pada interaksi dari
kedua factor ( Darmawati, 2014).
Rancangan Petak Terbagi (RPT) adalah rancangan percobaan yang
menggunakan dua faktor yang menitikberatkan pada penyelidikan terhadap
pengaruh utama salah satu faktor dan interaksi dari kedua faktor yang dianggap
lebih penting untuk diteliti daripada pengaruh dari faktor yang lain. Oleh karena
itu, dalam Rancangan Petak Terpisah terdapat petak-petak yang terbagi menjadi
petak utama (main plot) dan anak petak (sub plot). Faktor yang dianggap lebih
penting diterapkan pada anak petak dan faktor yang lain diterapkan pada petak
utama. Rancangan lingkungan pada rancangan petak terpisah keduanya bisa sama
ataupun berbeda. Satuan percobaan untuk petak utama dan petak utamanya dapat
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), Rancangan Acak Kelompok
(RAK), dan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) (Robinson,2009 dalam
Pebriani, 2015)..
Sebelum melakukan analisis variansi (ANOVA) pada Rancangan Petak
Terpisah, perlu diperhatikan asumsi-asumsi pokok yaitu : (1) galat percobaan
saling bebas dan berdistribusi normal; (2) galat percobaan memiliki ragam yang
sama; dan (3) pengaruh-pengaruh utama aditif. Prosedur analisis variansi untuk
percobaan dengan Rancangan Petak Terpisah yaitu dengan menempatkan faktor
yang dianggap lebih penting pada anak petak dan faktor lainnya pada petak utama
( Tapehe, 2015).
Metode pendugaan parameter pada model linear Rancangan Petak Terpisah
dengan menggunakan metode kuadrat terkecil. Langkah-langkah analisis variansi
pada pada Rancangan Petak Terpisah yaitu : (1) menghitung faktor koreksi dan
jumlah kuadrat total; (2) menghitung jumlah kuadrat, derajat bebas, dan kuadrat
tengah pada masing-masing sumber variansi; (3) menghitung koefisien keragaman
petak utama dan anak petak; dan (4) melakukan pengujian hipotesis pengaruh
perlakuan dengan menghitung nilai F untuk setiap pengaruh yang perlu diuji.
Selanjutnya dilakukan uji lanjutan setelah analisis variansi apabila hipotesis nol
pada pengaruh perlakuan ditolak untuk model tetap (Tapehe, 2015).
Menurut Sugandi (1994), yang menjadi pertimbangan untuk membagi faktor
menjadi petak utama atau anak petak adalah berdasarkan:
1. Derajat ketepatan
Misalnya suatu penelitian ditujukan untuk menilai 10 varietas kedelai
dengan tiga taraf/level pemupukan dalam suatu percobaan faktorial 10 x 3,
apabila si peneliti mengharapkan ketepatan lebih tinggi bagi perbandingan
varietas kedelai daripada untuk respons pemupukan. Dengan demikian, si
peneliti akan membuat varietas sebagai faktor anak petak dan pemupukan
sebagai faktor petak utama. Akan tetapi, seorang agronomis yang mempelajari
respons pemupukan 10 varietas kedelai yang dikembangkan oleh si peneliti
mungkin akan menginginkan ketepatan yang libih tinggi untuk respons
pemupukan daripada untuk varietas, dan akan menempatkan varietas pada
petak utama dan pemupukan pada anak petak.
2. Ukuran nisbi mengenai pengaruh utama
Apabila pengaruh utama salah satu faktor diharapkan lebih besar dan lebih
mudah dilihat daripada faktor lainnya, maka salah satu faktor tersebut dapat
ditempatkan sebagai petak utama, dan faktor yang lain sebagai anak petak.
Misalnya kita ingin meneliti jarak tanam pada beberapa varietas tanaman. Dari
percobaan-percobaan terdahulu sudah diketahui informasi tentang varietas
tersebut antara lain potensi produksinya. Sedangkan dalam percobaan ini ingin
diketahui lebih mendalam tentang pengaruh jarak tanam pada beberapa
varietas tersebut, maka dalam percobaan semacam ini digunakan RPT.
Varietas diperlakukan sebagai faktor petak utama (main plot faktor),
sedangkan jarak tanam diperlakukan sebagai faktor anak petak (sub plot
faktor), karena mengharapkan pengaruh perlakuan jarak tanam lebih besar
daripada faktor perlakuan varietas.
3. Praktek pengelolaan
Penempatan perlakuan sebagai petak utama dilakukan berdasarkan
pertimbangan praktis di lapangan. Misalnya dalam suatu percobaan untuk
menilai penampilan beberapa varietas padi dengan berbagai taraf pemupukan,
si peneliti mungkin menempatkan petak utama untuk pemupukan guna
memperkecil keperluan pemisahan petakan yang memerlukan taraf
pemupukan yang berbeda. Contoh lain pada kasus percobaan yang melibatkan
cara pengolahan lahan (cangkul, bajak, traktor) dengan berbagai jenis varietas.
Dimana cara pengolahan lahan ditempatkan sebagai petak utama dan jenis
varietas sebagai anak petak
Menurut Tapehe (2015) rancangan petak terpisah (Split Plot) ini diterapkan
dengan berbagai alasan sebagai berikut:
1. Adanya tingkatan kepentingan dari faktor-faktor yang dilibatkan dalam
percobaan. Misalnya pada percobaan dua faktor yaitu varietas dan lokasi,
peneliti lebih mementingkan varietas dibandingkan dengan lokasi sehingga
dalam aplikasinya lokasi diperlakukan sebagai petak utama (main plot) dan
fakor varietas sebagai anak petak.
2. Pengembangan dari penelitian yang telah berjalan. Misalnya pada awal
percobaan peneliti hanya ingin melihat produktifitas dari berbagai varietas,
namun setelah percobaan itu berjalan peneliti tersebut ingin mengembangkan
penelitiannya yaitu dengan menambah faktor efektifitas pemupukan. Hal ini
dapat dilakukan dengan membuat anak-anak petak dari masing-masing petak
varietas sebelumnya.
3. Kendala pengacakan di lapangan, dimana salah satu faktor yang dicobakan
tidak bisa atau tidak efisien jika dilakukan pengacakan secara sempurna
karena level-level dari faktor tersebut membutuhkan unit yang lebih besar
dibandingkan dengan level-level faktor lain. Contohnya percobaan yang
melibatkan cara pengolahan lahan (cangkul, bajak, traktor) dengan berbagai
jenis varietas.
Rancangan ini dapat diaplikasikan pada berbagai rancangan lingkungan
(RAK, RAL, dan RBSL). Cara pengacakan perlakuan terhadap unit-unit
percobaan dilakukan bertahap yaitu faktor yang ditempatkan sebagai petak utama
diacak terlebih dahulu terhadap unit-unit percobaan kemudian selanjutnya faktor
yang ditempatkan sebagai anak petak diacak pada setiap petak utama (Tapehe,
2015).
Menurut Sugandi (1994), kelemahan dari rancangan petak terpisah, yaitu:
1. Pengaruh utama dari petak utama diduga dengan tingkat ketelitian yang lebih
rendah dibandingkan pengaruh interaksi dan pengaruh utama dari anak
petaknya.
2. Analisis lebih kompleks dibandingkan rancangan faktorial serta interpretasi
hasilnya tidak mudah.
2.4 Sawi Hijau
Sawi hijau Brassica juncea L. merupakan salah satu komoditas sayuran yang
penting di Indonesia. Walaupun sawi bukan merupakan tanaman asli Indonesia,
namun pengembangan komoditas tanaman berpola agribisnis dan agroindustri ini
dapat dikategorikan sebagai salah satu sumber pendapatan dalam sektor pertanian
di Indonesia. Namun hingga saat ini, produksi sawi belum mampu memenuhi
kebutuhan pasar. Hal ini diakibatkan karena rata-rata produksi sawi nasional
masih sangat rendah. Potensi hasil sawi dapat mencapai 40 ton/ha, sedangkan
rata-rata hasil sawi di Indonesia hanya 9 ton/ha (Badan Pusat Statistik, 2010
dalam Anjeliza, 2013).
Sawi (Brassica juncea L.) termasuk sayuran daun dari keluarga cruciferae
yang mempunyai ekonomis tinggi. Tanaman sawi berasal dari Tiongkok (cina)
dan Asia Timur. Di daerah Cina tanaman ini dibudidayakan sejak 2500 tahun
yang lalu, dan menyebar ke daerah Filipina dan Taiwan. Masuknya sawi ke
Indonesia pada abad XI bersama dengan lintas perdagangan jenis sayuran
subtropis lainya. Daerah pusat penyebarannya antara lain di Cipanas (Bogor),
Lembang Pangalengan (Rukmana, 2007).
Tanaman sawi merupakan jenis sayuran yang digemari oleh semua golongan
masyarakat. Permintaan terhadap tanaman sawi selalu meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk dan kesadaran kebutuhan gizi. Dilain pihak, hasil
sawi belum mencukupi kebutuhan dan permintaan masyarakat karena areal
pertanaman semakin sempit dan produktivitas tanaman sawi masih relatif rendah (
Erawan, 2013).
BAB III

METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum ini dilaksanakan di Teaching Farm, Jurusan Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, dilaksanakan setiap hari
minggu yang dimulai dari tanggal 05 Maret sampai 16 April 2017, pukul 08.00
sampai selesai.
3.2 Keadaan Umum Lokasi
Lokasi praktikum dilakukan di Kebun Percobaan Exfarm Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin, Kecamatan Tamalanrea, Makassar, Sulawesi Selatan.
Dengan letak UTM 5o0739,2 LS dan 119o2859,8 BT. Adapun letak
administratif lahan yaitu:
a. Sebelah Utara : Lahan budidaya tanaman pakan ternak
b. Sebelah Timur : Laboratorium Peternakan
c. Sebelah Selatan : Politeknik Negeri Ujung Pandang
d. Sebelah Barat : Lahan penelitian Fakultas Pertanian
3.3 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cangkul, parang, timbangan,
dan timbangan. Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah polybag
ukuran 40 x 30 cm, pupuk kandang, benih bayam, kompos, tanah, tali rapiah,
patok 50 cm, dan pupuk organik cair (POC).
3.4 Pelaksanaan
3.4.1 Pembuatan Media Tanam
Prosedur dari pembuatan media tanam adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Membuat media tanam sebanyak 27 polybag yang terdiri dari tiga macam
perlakuan media tanam dengan satu macam media tanam terdiri dari sembilan
polybag.
3. Mencampurkan media tanah, kompos, dan pupuk kandang dengan
perbandingan 2:1:2 sebagai media tanam 1, perbandingan 1:2:2 sebagai media
tanam 2, dan perbandingan 2:2:1 sebagai media tanam 3.
4. Menjenuhkan media tanam menggunakan air.
3.4.2 Penanaman
Prosedur dari penanaman adalah sebagai berikut:
1. Menyemai benih tanaman pakcoy pada wadah plastik dengan media tanam
tanah dan pupuk kandang selama kurang lebih 1 minggu.
2. Memindahkan bibit tanaman sawi hijau ke dalam polybag yang berisi media
tanam. Masing-masing polybag terdiri dari 3 bibit.
3. Menutup tanaman dengan batang pisang agar tidak terjadi penguapan berlebih.
3.4.3 Pemeliharaan
Prosedur dari pemeliharaan tanaman adalah sebagai berikut:
1. Melakukan penyiraman setiap hari.
2. Membersihkan media dari gulma yang tumbuh di polybag.
3.5 Metode Pengambilan Sampel
Sampel diambil dengan mengukur tinggi tanaman dari atas pemukaan tanah
hingga ke bagian tanaman tertinggi dan menghitung jumlah daunnya. Selanjutnya
dilakukan pencatatan hasil pengukuran tinggi dan jumlah daun tanaman.
3.6 Parameter Pengamatan
Adapun parameter pengamatan padapraktikum ini adalah dengan mengukur
tinggi tanaman dan menghitung jumlah daun yang muncul.
3.7 Analisis Data
Data yang telah diambil dilapangan kemudian di analisis dengan menggunakan
perancangan percobaan Petak Terpisah.

Anda mungkin juga menyukai