Anda di halaman 1dari 3

HYPOTHYROIDISM IN A DOG-A CASE REPORT

Hipotiroid adalah salah satu gangguan endokrin yang paling umum ditemui pada anjing.
Umumnya paling banyak terjadi pada umur 4-8 tahun, pada anjing ras menngah hingga besar.
Ras yang biasanya terkena antara lain Golden Retriever, Doberman Pinscher, Setter Irlandia,
Miniatur Schnauzer, Dachshund, Cocker Spaniel, Airdale Terrier, Boxer, Poodle, Borzoi,
Beagle, Irish Setter. Sebagian besar anjing yang terkena memiliki hipotiroidisme primer,
yang mungkin disebabkan oleh tiroiditis limfositik, atrofi tiroid idiopatik, atau yang paling
umumterjadi, destruksi neoplasma, mengakibatkan hilangya fungsional jaringan tiroid dan
gangguan produksi tiroksin (T4). Hipotiroidisme sekunder, kurang umum, yang disebabkan
oleh berkurangnya sekresi thyrotropin (TSH) oleh kelenjar hipofisis. Hipotiroidisme tersier
disebabkan oleh difesiensi hipotalamus yaitu thyrotropin releasing hormone (TRH), dan
belum terdokumentasi pada anjing. Makalah ini melaporkan tentang kasus hipotiroidisme dan
pengobatan yang sukses dengan Levothyroxine natrium pada anjing.

Materi dan metode

Seekor anjing labrador betina berusia tujuh tahun di presentasikan di Society of Prevention of
Cruelty to Animals (SPCA) Hospital, Chennai, dengan riwayat alopesia dengan pruritis
innapetance (Ketidaktepatan) selama tiga bulan terakir dan diobati dengan ivermectin dan
sampo anti jamur oleh dokter hewan lainnya. Pemeriksaan fisik menyeluruh telah dilakukan
dan sampel darah dikumpulkan hematologi rutin (Hb, PCV, Total eritrosit, dan jumlah
leukosit dan WBC ) DAN ESTIMASI BIOKIMIA termasuktes fungsi hati (ALT), tes fungsi
ginjal (BUN dan Creatinin) dan tes fungsi tiroid (T3, T4 dan TSH). pemeriksaan tambahan,
apusan darah tepidisiapkan dan dilakukan pemeriksaan makroskopis untuk jumlah diferensial
leukosit dan untuk melihat ada tidaknya hemoparasit. Kerokan kulit dikumpulkan dan
diperiksa di bawah mikroskop untuk mengecek ada tidaknya ektoparasit. Berdasarkan temuan
laboratorium. Hewan di rawat dengan Levothyroxine Sodium (Eltroxin tab) 20 mikro gram\
kg BB PO, Q12 jam. Selain itu, menganjurkan pemberian suplemen vitamin. Sampel darah
juga di kumpulkan setelah dua bulan perawatan untuk menilai status fungsi tiroid.

Hasil dan diskusi

Pemeriksaan fisik mengungkapkan alopesia bilateral (gambar 1). Hewan ditemukan alopesia
simetris dan tumpul pada kedua sisi tubuh dengan penebalan kulit dan beberapa tumpukan
eritematosa. Parameter hematologis ditemukan dalam batas normal (tabel 1) kecuali
leukositosis sedang. Hasil hitungan diferensial leukosit yaitu terjadi respon neutrofilik dan
eusinofilik (tabel 2). Tes fungsi hati dan tes fungsi ginjal tidak terjadi kelainan (tabel 3).
Namun tes fungsi tiroid terjadi nilai abnormal (tabel 4). Penurunan tajam pada T3 dan T4
Pendahuluan

Lesi paratiroid fungsional sangat jarang terjadi pada kucing dan sebagian besar lesi paratiroid
ploriferatif diklasifikasikan sebagai adenoma sedangkan paratiroid karsinoma dan hiperplasia
jarang ditemukan. Paratiroid cystik tumor pada kucing jarang terjadi dan dilaporkan dalam
literatur kedokteran hewan.

Detail kasus

Seekor shorthair domestik betina berusia 15 tahun yang dikebiri dengan bobot badan 3,8 kg
dan terjadipenurunan berat badan dan nafsu makan normal, poliuria, dan polidipsia (PUPD)
selama 3 tahun dan lesu selama 1 bulan. Pada pemeriksaan fisik, kucing tersebut kuru (skor
kondisi tubuh 3/9) dan memiliki ginjal kecilyang tidak teratur. Besar (7x5 cm), fluktuatif,
massa yang tidak nyeri timbul di ventral wilayah serviks kanan (gambar 1).

Diagnosis banding untuk massa berisi cairan di daerah serviks termasuk kista tiroid,
paratiroid, parathyroid, ultimobranchial atau dermoid, neoplasia nekrotik, saliva mucocele,
dan abses.

Hasil biokimia darah yaitu azotemia ringan dan hiperkalasemia terionisasi ringan (tabel 1).
Serum fosfor dan total tiroksin normal. Konsentrasi serum paratiroid hormon (PTH), diukur
pada waktu yang sama dengan konsentrasi kalsium terionisasi, dan terjadi peningkatan.
Karna tidak terjadi azotemia berat, temuan ini konsisten dengan hiperparatiroidisme primer.
Hasil uji urinalisis menunjukan gravitasi spesifik yaitu 1,016 yang kompatibel dengan PUPD
yang dilaporkan. Temuan azotemia, isosthenuria, dan ginjal yang kecil dan tidak teratur
konsisten degan penyakit ginjal kronis.

(gambar 1) foto kucing dengan massa besar di daerah serviks ventral bagian kanan

Radiografi leher dan dada (gambar 2). Ultrasonografi serviks mengidentifikasi suatu struktur
yang berisi cairan anechoic dengan peningkatan distal, dibatasi oleh dinding tipis, di sisi
kanan trakea, konsisten dengan kista. Sejumlah besar (40 ml) dari cairan kuning coklat kental
disedot. Sitologi pemeriksaan tidak meyakinkan. Total konsentrasi tiroksindalam cairan kista
rendah (12,9 nmol/l). Konsentrasi PTH diatas 2000 pg/ml. Berdasarkan temuan ini, massa
kista didiagnosis berasal dari paratiroid dan diduga sebagai penyebab hiperparatiroidisme
primer. Paratiroidektomi sangat direkomendasikan. Untuk merencanakan pembedahan,
computed tomography (CT) dari daerah serviks dilakukan dengan anastesi umum,
menggunakan 64-slice helical CT scanner (Brilliance, 64-slice; phillips) dan media kontras
(iohexol) (gambar 3A dan B). Untuk prosedur bedah, pasien ditempatkan dalam penyangga
punggungmenyiapkan daerah yang ingin di aseptik. Insisi garis tengah kulit bagian ventral ke
manubrium. Sternochepalic dan otot sternohyoideus ditarik kembali secara medial. Massa
yang dienkapsulasi dengan baik divisualisasikan langsung dan berdekatan dengan trakea dan
kelenjar tiroid (gambar 4). Diseksi dan hemostasis dilakukan dengan alat penjepit pembuluh
darah dan massa kelenjar tiroid kanan sedikit dipotong. Sayatan kemudia titutup kembali.
Kucing pulih dengan baik dan tidak menunjukan tanda tanda klinis hipokalsemia. Dalam 14
jam, konsentrasi kalsium terionisasi dinormalisasi (tabel 1). Kucing tersebut diperbolehkan
pulang dua hari setelah dilakukan operasi.

Histopatologi dari massa konsisten dengan kista paratiroid adenoma (gambar 5). Lesi tersebut
tersusun atas berisan sel- sel epitel yang dipisahkan oleh barisan stroma fibrovaskuler.
Beberapa sel neoplastik terbentuk lapisan kista tunggal. Sel sel tersebut berbentuk poligonal,
cukup banyak, dan sitoplasmanya eosinofilik, dan inti ovoid dengan dilapisi kromatin dan
nukleolus kecil. Sel terlihat anisocytosis ringan anysokaryosis dengan kurang dari 1 mitosis
bidang daya tinggi.

Setelah evaluasi ulang pada tahun berikutnya, kucig tersebut pulih dengan baik. Kalsium
terionisasi normal dan azotaemia stabil (tabel 1). Diet ginjal diresepkan. Kucing tersebut
dieutanasia 2,5 tahun kemudian setelah onset akut dari tanda-tanda neurologis.

Diskusi

Laporan kasus ini adalah deskripsi kedua kista paratiroid adenoma fungsional pada kucing,
yang pertama massa serviks unilateral dimana konsentrasi PTH diukur dalam cairan kista .

Tabel 1 hasil biokimia darah dan elektrolit

Menentukan asal massa serviks sangat penting karna mungkin memiliki implikasi untuk
pengobatan. Sementara beberapa lesi kista tiroid fungsional bisa ditangani secara medis yaitu
bedah eksisi dianggap sebagai pengobatan pilihan untuk sebagian besar lesi lain, seperti kista
paratiroid fungsional.

Perbedaan antaralesi kista paratiroid dan kista tiroid bisa sangat sulit, kedua lesi mungkin
muncul sebagai massa serviks tanpa gejala dengan tanda-tanda yang berkaitan dengan
struktur kompresi yang berdekatan. Ultrasonografi, CT, 99mTc-MIBI dapat digunakan tetapi
mungkin tidak dapat membedakan tiroid dan kista paratiroid. Jarum aspirasi dan sitologi
cairan kista sangat penting tetapi tidak dapat disimpulkanseperti dalam kasus yang
dilaporkan. Kista paratiroid sering mengandung cairan berair bening, sedangkan kista tiroid
biasanya mengandung darah, berwarna coklat. Namun dalam kasus lesi kista paratiroid
fungsional, mungkin juga berwarna kuning kecoklatan karna sebelumnya telah mengalami
degenerasi atau infraksi paratiroid adenoma yang mengandung hemosiderin. Alat yang tepat
untuk menegakan diagnosis adalah untuk mendapatkan total tiroksin dan konsentrasi PTH
dalam cairan. Cystys thyroid fluid mengandung konsentrasi total tiroksin yang tinggi dan
PTH tidak terdeteksi, sedangkan pada lesi kista paratiroid (fungsional dan non-fungsional),
konsentrasi PTH meningkat dalam cairan secara komparatif ke serum.

Gambar 2. Radiografi ventrodorsal pada leher menunjukan massa besar jaringan lunak
serviks kanan homogen dengan tanda deviasi lateral serviks ke kiri

Anda mungkin juga menyukai