Gejala awal paraplegia pada tuberkulosis tulang belakang dimulai dengan keluhan kaki
terasa kaku atau lemah, atau penurunan koordinasi tungkai. Proses ini dimulai dengan
penurunan daya kontraksi otot tungkai dan peningkatan tonusnya. Kemudian terjadi
spasme otot fleksor dan akhirnya kontraktur. Pada permulaan, paraplegi terjadi karena
udem sekitar abses paraspinal. Karena tekanan timbul terutama dari depan, maka
gangguan pada paraplegia ini kebanyakan terbatas pada traktus motorik. Paraplegia
kebanyakan ditemukan di daerah torakal. Sebelum terjadi kelumpuhan penderita akan
mengalami kelemahan disertai dengan gangguan sensasi dari kedua tungkai.
Gangguan neurologis yang menyertai paraplegi adalah rasa tebal di daerah tungkai,pada
penyakit bilateral medula spinalis sfingter kadung kemih dan usus mengalami paralisis
atau perubahan fungsi yang singkat, disfungsi ereksi, hilangnya reflek, jika substansia
grisea rusak secara luas hilangnya sensoris dibawah tingkat tertentu digabungkan
(hilangnya rasa nyeri dan temperatur akibat tertekanannya traktus spinotalamikus dan
hilangnya rasa vibrasi dan posisi akibat kerusakan kolumna posterior)
Parasthesia
(beberapa sumber bilang gini tentang paresthesia, tapi ini cuma kea pngantar aja siapa
tau mbantu)
Paresthesia sebagai salah satu presentasi nyeri neuropatik, telah terbukti disebabkan
oleh
mekanisme yang berbeda. Juga, generasi paresthesia di dua proses iskemia dan focal
never compresion (FNC) yang berbeda. Dalam iskemia, produk sampingan
metabolisme, seperti H, menumpuk dan berpotensi mengganggu parameter yang
menentukan rangsangan aksonal. Tapi dalam FNC dmana iskemia fokal tampaknya
mekanisme yang mendasari, metabolit diberikan efek kurang signifikan, karena
didukung oleh pesatnya laju pemulihan compund sensory action potential (CSAP)
diamati dengan melepaskan penekanan pada saraf.
Percobaan microneurography manusia telah menunjukkan bahwa hasil kesemutan
paresthesia merupakan akibat atas aktivitas menyimpang dari neuron mechanosensitive
(Ochoa dan Torebjork 1980, Nordinet al., 1984, Lennertz et al., 2010) tetapi sedikit
yang diketahui tentang mekanisme molekuler mendasari sensasi yang abnormal ini.
Sumber : http://cdn.intechopen.com/pdfs-wm/29759.pdf
Paresthesia merupakan kondisi sementara (Mogyros, Bustock, & Burcke, 2000) yang
merujuk pada sensasi kesemutan (tingling) atau mati rasa (numbness) yang mirip
dengan sensasi pin and neddles yang merupakan manifestasi umum atas proses
patologis dari saraf tepi dan pusat yang melibatkan serabut afferen cutaneus. Serabut ini
lebih mudah terangsang daripada serabut efferen karena perbedaan sifat biofisiknya.
Paresthessia dapat terjadi secara langsung dengan merangsang secara mekanis atau
elektiris sabut-sabut afferen, dapat juga dilakukan dengan menahan sirkulasi darah ke
tungkai dan merilis/ mengembalikannya (Merrington & Nathan, 1949). Penekanan
konstan pada sabut saraf afferen yang sementara dapat mencetuskan paresthesia namun
sensasi pin and neddles akan menghilang seiring dengan pengangkatan penekanan tsb.
(National Institute of Neurological Disorders and Stroke [NINDS], 2009)
Sumber : (sorry yg ini ngga berhalaman dari google books soalnya disitu ngga
tercantum halaman)
Ed : Chad A. Noggle, Raymond S. Dean, Arthur MacNeill Horton,” The Encyclopedia
of Neuropsychological Disorders”, Springer Publishing Company, 2012.
(ngga nemu tentang para dan tetraparesthesia.. tpi klo diliat dri namanya ya para
brarti separuh badan, trus tetra brarti 4 tungkai kena semua.. ya ga sih? Dan ini bukan
termasuk penyakit tapi hanya gejala.. jadi dalam penyakit ada yg menimbulkan
paresthesia sangat luas jadi ada tabelnya)
Penyebab Paresthesia
Sumber :Ed: Paul M. Paulman, Audrey A. Paulman, Jeffrey D. Harrison, “Taylor's 10-
Minute Diagnosis Manual: Symptoms and Signs in the Time-Limited Encounter”,
Lippincott Williams & Wilkins, 2006. Pg 64.