Anda di halaman 1dari 54

perpustakaan.uns.ac.

id 57
digilib.uns.ac.id

BAB III
PERUBAHAN PENGELOLAAN MUSEUM SANGIRAN
1983-2013

A. Museum Sangiran di Bawah Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala


(BP3) Jawa Tengah 1983-2007

1. Struktur Kelembagaan Museum Sangiran

Museum Sangiran adalah sebuah museum situs (site museum) atau disebut

juga dengan istilah museum lapangan (field museum), sehingga manajemen

pengelolaannya berada dengan museum-museum umum. Museum situs

merupakan sebuah museum yang dibangun sebagai sarana untuk

merepresentasikan keberadaan suatu situs kepada publik. Jadi manajemen

museum situs merupakan gabungan antara manajemen museum dan manajemen

situs.

Adapun manajemen museum adalah serangkaian upaya untuk

merencanakan, mengendalikan, dan mengawasi kegiatan museum, agar dapat

berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan sesuai dengan tugas dan fungsi

museum.1 Karena museum terdiri dari empat unsur utama yaitu bangunan,

koleksi, pengelola dan pengunjung, maka mamajemen museum juga dapat dipilah

menjadi empat yaitu manajemen tatar ruang bangunan, manajemen koleksi,

manajemen pengelolaan, dan manajemen pengunjung.

Pengelolaan museum situs di Indonesia, biasanya ditangani oleh Balai

Pelestarian Peninggalan Sejarah dan Purbakala (BP3). Beberapa contoh museum

situs di Jawa yang dikelola oleh BP3 antara lain adalah Museum Situs Trowula

Indonesia, Departemencommit
1
to user
Kebudayaan dan Periwisata, Pedoman
Pengelolaan Museum (Jakarta: Direktorat Museum, 2007), hlm. 17

57
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

yang dikelola oleh BP3 Jawa Timur, Museum Situs Banten Lama yang dikelola

oleh BP3 Jawa Barat, dan Museum Situs Sangiran yang dikelola oleh BP3 Jawa

Tengah, dengan sebagai status kantor unit.

Sebuah museum situs biasanya didirikan karena beberapa alasan, di

antaranya adalah: (1) Karena adanya temuan yang melimpah dari suatu situs. (2)

Perluanya tindakan penyelamatan dengan segera terhadap temuan-temuan dari

situs tersebut. (3) Untuk melindungi temuan situs dari pencarian dan penggalian

liar. (4) Sebagai lembaga kajian ilmiah terhhadap situs dan koleksi temuannya. (5)

Untuk memanfaatkan keunikan situs sebagai atraksi wisata. (6) Untuk

menumbuhkan rasa bangga khususnya bagi masyarakat yang tinggal di

lingkungan situs.2 Adapun pengertian situs menurut Undang-Undang No. 5 tahun

1992 tentang Benda Cagar Budaya (pasal 1 ayat 2), yaitu “...adalah lokasi yang

mengandung atau diduga mengandung benda cagar budaya termasuk

lingkungannya yang diperlukan bagi pengamananya”. Sedangkan pengertian situs

menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (pasal 1 ayat

5), yaitu:

...adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung


benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan/atau struktur cagar
budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu.

Dengan demikian, secara hirarkis organisasi kelembagaan museum situs

bertanggungjawab langsung kepada BP3. Adapun hubungan antara museum situs

2
Agus Aris Munandar, “Museum Situs, Kajian Awal Kemungkinan
Pembukaan Museum situs di Sindangbarang, Taman Sari, Bogor” Museografia,
commitDepartemen
Majalah Ilmu Permuseuman, (Jakarta: to user Kebudayaan dan Pariwisata,
Direktorat Museum, 2007), hlm. 93-95
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

dengan Direktorat Museum sifatnya adalah koordinatif dalam rangka pembinaan

permuseuman dan peningkatan sumber daya manusia. Hubungan antara mseum

situs dengan pemerintah daerah setempat juga bersifat koordinatif. Dengan

demikian secara skematis struktur organisasi sebuah museum situs dapat

digambarkan sebagai berikut:

Bagan 2. Struktur Kelembagaan Pengelolaan Museum Sangiran 1983-2002

Kementrian Pendidikan dan


Kebudayaan

Direktorat Jenderal
Kebudayaan

Direktorat Sejarah dan


Purbakala

Suaka Peninggalan Sejarah


dan Purbakala

Unit Plaosan, Unit Sojiwan,


Unit Situs Sangiran

Keterangan:
_______________ : Garis Direktiva

Sumber: Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah tahun 2000

Bagan 2. dapat dijelaskan bahwa Museum Situs Sangiran pada tahun

1983-2002 dikelola oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) Jawa
commit (UPT)
Tengah selaku Unit Pelaksana Teknis to user yang merupakan salah satu staf
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

teknis Direktorat Sejarah dan Purbakala (DSP) dan bertanggung jawab langsung

kepada Direktorat Jenderal Kebudayaan dan dibawahi oleh Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Museum Situs Sangiran merupakan salah satu unit

atau bagian pengelolaan situs di wilayah yang merupakan bagian dari UPT SPSP.

Pengelolaan yang dilaksanakan oleh SPSP Jawa Tengah sifatnya adalah

perlindungan dan pelestarian. Sedangkan untuk kegiatan penelitian dilaksanakan

oleh instansi lain. Beberapa instansi dan lembaga penelitian sering mengadakan

penelitian di Sangiran, antara lain: Pusat Peneliti dan Pengembangan Geologi

Bandung, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Laboratorium Bio-antropologi dan

Plaeo-antropologi Yogyakarta, dan kalangan akademis dari perguruan tinggi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

Bagan 3. Struktur Kelembagaan Pengelolaan Museum Sangiran 2002-2007

Kementerian Pemerintah Provinsi


Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah

Deputi Bidang Sejarah dan


Purbakala

Asdep Urusan Kepurbakalaan Pemerintah Pemerintah


dan Permuseuman Kabupaten Kabupaten
Karanganyar Sragen

Balai Pelestarian Peninggalan


Purbakala Jawa Tengah

Kantor Unit Museum Sangiran

Keterangan:
----------------------- : Garis Koordinasi
_______________ : Garis Direktiva

(Sumber: Rencana Induk Pelestarian Dan Pengembangan Kawasan Sangiran


Proyek Pelestarian Dan Pengembangan Peninggalan Purbakala Dan
Permuseuman 2004, Departemen Kebudayaan Dan Pariwisata)

Dari bagan 3 di atas dapat dijelaskan bahwa Pengelolaan Situs Sangiran

dilaksanakan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah yang

merupakan Unit Pelaksana Teknis dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata

dengan tugas utamanya adalah mengupayakan perlindungan dan pelestarian

kawasan situs cagar budaya di wilayah Jawa Tengah termasuk Sangiran. Dalam

pelaksanaannya berkoordinasi dengan Pemda Kabupaten Sragen dan Kabupaten

Karanganyar, kegiatannya dipusatkan di Museum Sangiran di Desa Krikilan,

Kecamatan Kalijambe, Sragen. commit to user


perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

2. Sumber Daya Manusia di Museum Sangiran

Pengelolaan Situs Warisan Budaya Sangiran saat ini menjadi tanggung

jawab Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah selaku Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Purbakala dan Permuseuman yang berada di

bawah naungan Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata. Saat ini

Museum Sangiran memiliki 30 orang karyawan, yang terdiri karyawan Suaka

Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah dan Karyawan Pemda Sragen,

dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 4. Pegawai Museum Situs Sangiran dari SPSP/ BP3 Jawa Tengah dan
Pemda Kabupaten Sragen 1983-2007

Tahun
No. 1983-2002 2002-2007
Tenaga Ahli Jumlah Keterangan Tenaga Ahli Jumlah Keterangan
1. Arkeolog 1 Pemda Sragen Arkeolog 2 BP3 Jateng dan
Pemda Sragen

2. Petugas Loket 3 Pemda Sragen Petugas Loket 4 Pemda Sragen

3. Staf 2 SPSP Jateng Staf 4 BP3 Jateng dan


Adiministrasi Administrasi Pemda Sragen

4. Staf 8 SPSP Jateng Staf 11 BP3 Jateng


Pemeliharaan Pemeliharaan

5. Staf 4 SPSP Jateng Staf 4 BP3 Jateng


Konservasi Konservasi

6. Satpam/ 12 SPSP Jateng Satpam/ 13 BP3 Jateng


Pengaman Keamanan

7. Tenaga Teknis - - Tenaga Teknis 10 Pemda Sragen


Lainya Lainya
Jumlah 30 orang Jumlah 48 orang
Sumber:Rencana Pengembangan Kawasan Museum Sangiran Tentang
Pengembangan SDM Museum Sangiran dan Evaluasi Situs Warisan
Dunia Sangiran [evaluation on (Management of) The World Heritage
Site Sangiran] oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa
Tengah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa pegawai atau karyawan di Museum

Sangiran pada tahun 1983-2002 berasal dari Suaka Peninggalan Sejarah dan

Purbakala Jawa Tengah dan Pemda Sragen yang berjumlah 30 karyawan.

Sedangkan karyawan dari tahun 2002-2007 mulai bertambah 18 orang karyawan,

sehingga totalnya menjadi 48 orang karyawan yang berasal juga dari Balai

Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah dan Pemda Sragen.

Kebanyakan pegawai yang sudah PNS-S1, mereka yang sudah terseleksi secara

resmi dan dipilih dari kedua instansi tersebut. Bagi pegawai yang masih honorer

atau PNS-SMU (Satpam) diambil dari masyarakat sekitar Museum Sangiran yang

sudah banyak mengetahui seluk beluk Sangiran. Pegawai Museum Sangiran

terdiri dari ahli arkeologi, staf administrasi, staf pemeliharaan, staf konservasi,

petugas loket, satpam/ pengamanan dan tenaga teknis lainnya.

3. Peranan Pemerintah Daerah terhadap Pengembangan Museum Sangiran


tahun 1983-2007

Pada tahun 1974 Gubernur Jawa Tengah melalui Bupati Sragen

membangun museum kecil di Desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kabupaten Sragen.

Museum tersebut dibangun di atas tanah seluas 1000 m² dan diberi nama

“Museum Plestosen”untuk menampung koleksi fosil yang semakin hari semakin

bertambah. Seluruh koleksi fosil yang ada di Pendopo Kelurahan Krikilan

kemudian dipindahkan ke Museum tersebut. Sejak saat itu sampai dengan tahun

1980-an Situs Sangiran yang masuk ke dalam wilayah Kabupaten Sragen dikelola

oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Sragen. Sisa-sisa bangunan Museum Plestosen

tersebut saat ini telah dirombak dan dialihfungsikan


commit to user menjadi Balai Desa Krikilan.
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

Sejak tahun 2004, Direktorat Sejarah dan Purbakala telah bekerja keras

dalam pengembangan situs Sangiran. Tahun tersebut telah diselesaikan Rencana

Induk (Master Plan) Pengembangan Sangiran, yang memuat kebijakan-kebijakan

pengembangan situs. Selama 2 tahun disiapkan, pengerjaan Master Plan ini juga

melibatkan para stake-holders di daerah dan para pakar (termasuk dari kalangan

universitas), sebelum akhirnya dinyatakan selesai pada awal tahun 2005.

Penebitan Master Plan Situs Sangiran oleh Direktorat Jenderal Sejarah dan

Purbakala tersebut diikuti dengan pembuatan Detail Engineering Design (DED)

Pelestarian Situs Sangiran, yang juga melibatkan para pakar dan stake-holders.

Naskah ini selesai pada tahun 2007, sehingga dengan terbitnya Master Plan dan

DED tersebut, telah memiliki acuan pengembangan Situs Sangiran yang jelas,

baik berdasarkan konsep pelestarian Situs Sangiran maupun pemanfaatannya bagi

tujuan wisata budaya. Kebijakan pun menjadi demikian terbuka, yang

mempersilahkan para investor untuk melakukan sesuatu di Sangiran, sejauh

mengacu pada Master Plan dan DED yang telah dibuat dan disetujui bersama,

tanpa sama sekali bertentangan dengan prinsip-prinsip pelestarian situs. Dalam hal

ini, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala sebagai penanggungjawab aspek

pelestarian, bertindak sebagai leading sector sekaligus koordinator dari setiap

langkah yang dilakukan di situs budaya dunia ini. Sebagai sebuah situs dunia yang

sarat akan informasi tentang evolusi manusia purba, Situs Sangiran sangat pantas

untuk dikembangkan secara megah sesuai dengan potensi mondial yang

dimilikinya. Informasi yang diperoleh dari situs ini, diharapkan dapat menjawab

persoalan-persoalan dunia mengenai evolusi manusia, budaya, dan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

lingkungannya.3 Untuk pengembangan Museum Sangiran lebih lanjut baik dari

segi koleksinya maupun bangunannya Pemerintah Daerah telah menghibahkan

tanah atau lahan yang kosong dan membantu dalam pembangunan yang berjalan.

Berikut bangunan dan tanah milik Pemerintah Daerah yang dihibahkan di

Museum Sangiran:

Tabel 5. Tanah Milik Pemerintah Daerah di Museum Sangiran

Jenis Dibangun Luas Dibangun


No. Sumber Keterangan
Bangunan Tahun Bangunan Oleh
Dinas Dalam
Gedung
Pendidikan proses
Galery
APBD dan permohonan
1. Bawah 2004 430 m2
Tk. I Kebudayaan hibah ke
Tanah dua
Prop. Jawa Pemda Tk. I
ruangan
Tengah Jawa Tengah
Gedung Dinas Dalam
Penerima Pendidikan proses
Tamu dan 2005 dan APBD dan permohonan
2. 511 m2
Ruang 2007 Tk. I Kebudayaan hibah ke
Audio Prop. Jawa Pemda Tk. I
Visual Tengah Jawa Tengah
Dalam
proses
permohonan
Gedung APBD Pemda Tk. II
3. 2007 427 m2 hibah ke
Seminar Tk. II Kab. Sragen
Pemda Tk. II
Kab. Sragen

Milik
Tanah
Pemerintah
4. Kantor - - 16.125m2 -
Daerah Tk. I
BPSMPS
Jawa Tengah
Sumber: Pelimpahan Wewenang Pengelolaan dan Pemeliharaan Aset

Pada tabel 5 diatas dapat dijelaskan bahwa pembangunan yang dilakukan

oleh Museum Sangiran dilaksanakan secara step by step dan tanah untuk

pembangunan adalah tanah Pemerintah Daerah Tk. 1 Jawa Tengah dan Pemda Tk.

commit to user
3
Harry Widianto dan Truman Simanjuntak., op.cit., hlm. 131.
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

II Kabupaten Sragen yang telah dihibahkan ke Museum Sangiran. Tanah yeng

telah dihibahkan digunakan untuk membangun gedung galery bawah tanah dua

lantai, gedung penerima tamu dan ruan audioo visual, dan gedung seminar.

Pembangunan atau renovasi bangunan secara besar-besaran dilaksanakan pada

tahun 2004-2007. Sebagian besar pembangunan tersebut didanai oleh APBD Tk. 1

sampai pembangunan selesai.

Tabel 6. Bangunan Yang Sudah di Hibahkan ke Museum Sangiran

Jenis Dibangun
No. Tahun Sumber Luas Keterangan
Bangunana Oleh
1. Gedung 2003 APBN 850 m2 BP3 Jateng Berita Acara No.
Perkantoran 1135a/301.PL/BP3/P
-VIII/2009
2. Bangunan 2007 APBN 260 m2 BP3 Jateng Berita Acara No.
Tlasar 1135a/301.PL/BP3/P
-VIII/2009
3. Gedung 2008 APBN 527 m2 BP3 Jateng Berita Acara No.
Wisma 1135a/301.PL/BP3/P
Peneliti -VIII/2009
4. Gedung 2008 APBN 112 m2 BP3 Jateng Berita Acara No.
Audio Visul 1135a/301.PL/BP3/P
untuk Tamu -VIII/2009
Dinas
5. Gedung Jenset 2008 APBN 132 m2 Dirjen Sejarah BPSMP Sangiran
dan Purbakala No. STG/ Setdijen/
PPK/SP/XII/2009
6. Gedung 2007 APBN 1215m Dirjen Sejarah BPSMP Sangiran
2
Animasi 2 dan Purbakala No. STG/ Setdijen/
lantai PPK/SP/XII/2009
7. Gedung 2008 APBN 725 m2 Dirjen Sejarah BPSMP Sangiran
Pamer Utama dan Purbakala No. STG/ Setdijen/
PPK/SP/XII/2009
8. Gedung 2008 APBN 224 m2 Dirjen Sejarah BPSMP Sangiran
Perpustakaan dan Purbakala No. STG/ Setdijen/
PPK/SP/XII/2009
Total : 5413m2

Sumber :Berita Acara No. 1135a/301.PL/BP3/P-VIII/2009 dan Berita Acara


BPSMP Sangiran No. STG/ Setdijen/ PPK/SP/XII/2009

Tabel 6 menjelaskan bahwa selain tanah yang dihibahkan oleh Pemda ada

juga juga bangunan yang dihibahkan yaitu Gedung perkantoran terdiri 3 lantai,
commit to user
bangunan tlasar, gedung wisama peneliti, gedung audio visual untuk tamu dinas
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id

sesuai dengan berita acara No. 1135a/301.PL/BP3/P-VIII/2009 dengan jumlah

luas tanah 1.749 m2, dan untuk sumber biaya dalam pembangunan tersebut di

danai oleh APBN dan di bangun oleh BP3 Jawa Tengah. Untuk pembangunan

gedung jenset, gedung animasi 2 lantai, gedung pamer utama, dan gedung

perpustakaan sesuai dengan berita acara No. STG/ Setdijen/ PPK/SP/XII/2009

dengan jumlah luas tanah 2.296 m2, dan untuk sumber dana dalam pembangunan

tersebut didanai oleh APBN dan di bangun oleh Dirjen Sejarah dan Purbakala.

4. Kegiatan Pembangunan Tahun 2002-2007

Menyadari pentingnya Situs ini bagi pemahaman evolusi manusia, budaya

dan lingkungannya, maka pada tanggal 15 Maret 1977 melalui Surat Keputusan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 070/0/1977 Sangiran ditetapkan sebagai

Daerah Cagar Budaya dengan luas wilayah sekitar 46,5 km2. Sehingga untuk lebih

meningkatkan Museum Sangiran, maka banyaknya pembangunan-pembangunan

yang dilakukan oleh Museum Sangiran untuk menarik para wisatawan manca

negara, berbagai kegiatan pembangunan dapat dilihat tabel dibawah ini:

Tabel 7. Kegiatan Pembangunan Museum Sangiran 2002-2007

No. Tahun Kegiatan Keterangan


1. Peningkatan dan Pelebaran Jalan ke Museum APBD Kab.
2. Cetak Foto 3 demensi dan Cetak Buku APBD Kab.
Sangiran
3. Pembangunan Menara Pandang (Tahap I) APBD Kab.
1. 2002 4. Pengadaan Komputer untuk Data Base APBD Kab.
5. Penyusunan DED Museum APBD Prop.
6. Penataan Museum dan Pembangunan Gapura APBD Prop.
Masuk

1. Penataan ODTW Sangiran APBD Kab.


2. 2003 1.1.Penataan :
commit to user
Penataan lahan parkir, Penataan lingkingkungan
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

menara pandang, Penataan lokasi temuan fosil,


Penataan sistem informasi.
1.2.Pembangunan :
Pembangunan Home Stay, Pembangunan jalan
menuju lokasi temuan fosil, Pembangunan jalan
akses menuju audio visual museum.
1.3.Pengadaan :
Pengadaan tanah, Pengadaan mini train,
Pengadaan teropong, Pengadaan sound system.
Pengadaan foto 3 D
2. Pembuatan data Base dan Pembuatan Home APBD Kab.
Page “World Heritage”.
3. Pelebaran jalan Kalijambe – Sragen APBD Kab.
4. Pengadaan Sepeda Motor. APBD Kab.
5. Pengadaan lampu mercury. APBD Kab.
6. Pembangunan Laborat, Perpustakaan dan APBN
Kantor.

1. Penataan ODTW Museum Sangiran APBD Kab.


1.1.Penataan lingkungan Guest Houses dan
Home Stay.
1.2.Penataan ruang audio visual Menara
Pandang dan Bangku/Kursi.
1.3.Penyempurnaan air bersih.
3. 2004
1.4.Ekskavasi dan Penelitian fosil.
2. Cadangan dana temuan fosil (imbalan jasa). -
3. Pembangunan Laborat, Perpustakaan dan APBN
Kantor.
4. Pembangunan Museum. APBN

1. Lanjutanpengembangan gedung Museum Prov. Jateng


Sangiran berupa atrium pengunjung.
2. Pembangunan untuk penyempurnaan gedung APBN
Laboratorium, Gudang Penyimpanan Fosil
4. 2005
dan Kantor.
3. Penyempurnaan penambahan fasilitas di APBD II
Menara Pandang.

1. Lanjutan pengembangan Kawasan Sangiran


berupa pembangunan Dapur di lingkungan
Guest House dan Home Stay.
5. 2006 2. Peningkatan Daya Listrik Guest House -
Menara Pandang.
3. Lanjutan pembangunan lobby Museum
commit to user
Sangiran dan penataan ruang display Lorong
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

Bawah Tanah.

1. Pembangunan Selasar keliling mulai dari BP3 Jawa


Atrium Pengunjung hingga ruang Exhibition Tengah
Bawah Tanah.
2. Penyempurnaan Atrium Pengunjung. Dinas P dan K
3. Pembangunan Ruang Animasi. APBN
6. 2007 4. Penyempurnaan dan Pengisian Ruang Kantor APBN
dan Laboratorium.
5. Pembangunan Selasar dari Gedung APBN
Exhibition Bawah Tanah sampai
Laboratorium, Pagar Keliling Museum dan
Talud sepanjang Pagar.
Sumber: Peta Rencana Pengembangan Kawasan Situs Sangiran tahun 2004

Dari tabel 6 dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2002-2007 banyak

pembangunan yang dilakukan baik di dalam museum maupun diluar museum,

dilihat dari pembangunan di luar museum yaitu adanya pelebaran jalan atau

perbaikan jalan menuju ke Museum Sangiran dan pembangunan Menara

Pandang. Pembangunan di dalam Museum sendiri berupa pembangunan laborat,

perpustakaan, kantor, ruang animasi, penataan tempat parkir dan banyak lainnya.

Berbagai pembangunan yang dilakukan dengan tahap demi setahap dan dengan

tujuan untuk membuat museum tersebut menjadi lebih baik. Museum kelihatan

baik tidak cuman dilihat dari bangunannya tetapi dilihat juga fasilitasnya, fasilitas

di Museum Sangiran berupa pengadaan komputer untuk database, cadangan dana

temuan fosil (imbalan jasa), pembuatan home page “World Heritage” serta

peningkatan daya listrik dan banyak lagi fasilitas yang mendukung. Banyaknya

pembangunan yang dilakukan dan meningkatnya fasilitas di Museum Sangiran

tersebut tidak terlepas dari dana atau biaya, sehingga dari APBD Kabupaten

Sragen, APBD Provinsi, APBN, dan BP3 Jawa Tengah ikut berpartisipasi dalam
commit to user
pendanaan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

Untuk meningkatkan pelayanan kepada para wisatawan, di Kawasan

Sangiran telah dibangun Menara Pandang dan Wisma Sangiran pada tahun 2003

yang dibangun oleh Pemda Kabupaten Sragen. Tujuan dibangunnya Menara

Pandang yaitu:

Agar pengunjung dapat melihat Museum Sangiran dari jarak jauh dan
bahkan Museum Sangiran terlihat kayak baskom kalau dilihat dari Menara
Pandang, serta dapat melihat langsung batas wilayah Museum Sangiran.4

Para wisatawan bisa menikmati keindahan dan keasrian panorama di

sekitar Kawasan Sangiran dari ketinggian lewat Menara Pandang Sangiran. Selain

itu, untuk memeuhi kebutuhan para wisatawan ada tempat penginapan yang

nyaman di Kawasan Sangiran yang telah dibangun Wisma Sangiran (guets house

Sangiran) yang terletak di sebelah Menara Pandang. Wisam Sangiran berbentuk

joglo dengan ornamen-ornamen khas Jawa yang dilengkapi dengan pendopo

sebagai lobby. Keberadaan Wisma Sangiran ini sangat menunjang kegiatan yang

dilakukan oleh para tamu atau wisatawan khususnya bagi mereka yang melakukan

penelitian tentang keberadaan fosil di Kawasan Sangiran. Menara Pandang

sebenarnya bukan fasilitas dari Museum Sangiran, tetapi fasilitas pendukung yang

dibangun oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen.

4
commit to user
Wawancara dengan Anjarwati Sri Sayekti selaku Pegawai Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan pada 29 Desember 2013
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

B. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Pelestarian Situa Manusia Purba


Sangiran (BPSMP) Tahun 2007-2012

Museum Situs Sangiran sebelum SK No.PM.17/HK/001/2007

dikeluarkan merupakan sebuah kantor Unit yang dikelola dibawah 2 instansi yang

berbeda yaitu instansi pusat dan instansi daerah. Instansi pusat adalah Balai

Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah (BP3) selaku UPT (Unit

Pelaksana Teknis) dari Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala. Sebagai sebuah

Kantor Unit, Organisasi Museum Sangiran ini mempunyai tugas utama

melaksanakan upaya perlindungan dan pelestarian situs, serta konservasi koleksi

museum. Dari instansi daerah adalah Dinas Pariwisata Sragen yang menempatkan

Museum Sangiran dalam posisi sebagai Daerah ODTW (Obyek Daya Tarik

Wisata). Personil dari Dinas Pariwisata Sragen yang ditempatkan di Museum

Sangiran berjumlah 11 orang denga tugas utama memasarkan dan memanfaatkan

Museum Sangiran sebagai obyek wisata, dengan target untuk meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Gambar 8. Gerbang Masuk Museum Sangiran


(Sumber: Koleksi commit
BPSMPtoSangiran
user tahun 2012)
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id

1. Profil Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran (BPSMPS)

Menimbang Situs Sangiran telah ditetapkan sebagai Warisan Dunia

merupakan situs manusia purba di Indonesia mempunyai nilai penting bagi

sejarah umat manusia sehingga perlu dilestarikan, bahwa untuk melestarikan situs

tersebut perlu dibentuk suatu lembaga yang secara khusus dan terpadu mengelola

situs dan kawasan di sekitar Sangiran. Dengan berbagai rencana besar pelestarian

dan pengembangan situs tersebut, nyatanya Coordinating Board for Preservation

of Sangiran World Heritage Site, sebuah badan internasional yang

direkomendasikan dalam pertemuan dengan UNESCO tahun 2002, karena satu

dan lain sebab, tidak pernah tercipta. Padahal, implementasi dari Master Plan dan

DED yang telah dicanangkan tersebut menuntut sebuah action yang kontinyu,

sejak dini hingga kemudian hari. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Sejarah dan

Purbakala mendirikan lembaga baru yang akan menangani pelestarian Situs

Sangiran, bernama Balai Pelestarian Situs Manusia PurbaSangiran. Lembaga ini

diusulkan kepada Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara pada tahun 2006

dan kemudian disetujui oleh Pemerintah, dan disahkan sebagai sebuah Unit

Pelaksana Teknis (UPT) oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. 5 Terkait

dengan rencana pengelolaan Museum Situs Sangiran yang baru dan untuk lebih

mengintensifkan upaya pelestarian dan pengembangan Situs Sangiran maka

dikeluarkan SK No.PM.17/HK/001/2007 tanggal 12 Ferbruari 2007 oleh Menteri

Kebudayaan dan Pariwisata:

5
commit to Ilmiah
Kumpulan Makalah (Pertemuan user Arkeologi XI), Ikatan Ahli
Arkeologi Indonesia (IAAI) Solo, 13-16 Juni 2008, hlm. 217
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menetapkan Balai Pelestarian


Situs Manusia Purba Sangiran (BPSMP Sangiran) sebagai Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata yang menerangkan tugas pokok
dan fungsi untuk melaksanakan pengamanan, penyelamatan, penertiban,
perawatan, pengawetan, penataan lahan, survei, ekskavasi, analisis,
penyajian, bimbingan edukasi, kerjasama, pemberdayaan masyarakat,
dokumentasi, publikasi, dan ketatausahaan.

Sebagai acuan kebijakan dalam pengelolaan BPSMP Sangiran di

antaranya adalah UU No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, Peraturan

Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor

5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, Peraturan Pemerintah Nomor 19

tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di

Museum, Keputusan Presiden Nomor 187/M tahun 2004, sebagaimana telah

diubah beberapa kali terakhir dengan keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun

2006, Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas dan

Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik

Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan

Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia, Peraturan Menteri

Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.17/HK.001/MKP-2005 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id

Gambar 9. Peresmian BPSMP Sangiran oleh Prof. Dr. Wiendhu Nuryanti,


PHD selaku Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Bidang
Kebudayaan pada tanggal 15 Desember 2011
(Sumber: Koleksi Foto BPSMP Sangiran)

Dibangun secara intensif sejak 2008, akhirnya “Museum Manusia Purba

Sangiran” sebagai pengganti museum yang lama, selesai diabngun dan diresmikan

pemanfaatannya untuk publik pada 15 Desember 2011 oleh Menteri Pendidikan

Kebudayaan Republik Indonesia, melalui Wakil Menteri Bidang Kebudayaan,

Prof. Wiendhu Nuryanti, Ph.D. Inilah babak baru bagi sejarah Museum Sangiran

sendiri, karena peresmian museum ini menandai loncatan status yang sangat

signifikan, dari museum klasik ke museum modern. Dari museum statis ke

museum dinamis. Di lain pihak, peresmian Museum Manusia Purba Sangiran ini

juga merepresentasikan aura internasional yang lebih lekat, karena berada di

sebuah situs Warisan Dunia UNESCO. Itulah sebabnya, untuk lebih memberikan

arti, peresmian museum ini juga diwarnai dengan beberapa even berbobot

internasional, seperti: seminar internasional dengan tema “75 Years After The

First Hominid Discovery”, penyerahan sumbangan rekonstruksi temuan kuda air

Bukuran, Hippopotamus sp., dari Pemerintah Perancis untuk Museum Manusi

Purba Sangiran, dan International Field-School berupa eksvakasi arkeologis di


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id

atas Formasi Kubah di Pucung (Desa Dayu) yang dilaksanakan oleh Balai

Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, Museum National d’Historie Naturelle

Perancis, dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Arekeologi Nasional. Dalam

peresmiannya, Wakil Menteri Bidang Kebudayaan menggarisbawahi nafas

internasional dari museum dan situs ini, yang diharapkan di masa depan, mampu

bersaing dengan berbagai leading museum sejenis di dunia.

Manajemen pengelolaan Museum Sangiran, saat ini ditangani oleh dua

instansi yang berbeda yaitu instansi pusat dan instansi daerah. Instansi pusat yaitu

Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran selaku Unit Pelaksana Teknis

(UPT) dan bertanggung jawab kepada Direktur Peninggalan Purbakala. Sebagai

sebuah Kantor Unit, Organisasi Museum Situs Sangiran di bawah BPSMP

Sangiran ini mempunyai tugas utama melaksanakan upaya perlindungan dan

pelestarian situs, serta konservasi koleksi museum. Instansi daerah yaitu

Pemerintah Daerah (PEMDA) Kabupaten Sragen yang berperan mempromosikan

Kawasan Situs Sangiran serta memberikan fasilitas-fasilitas berupa tanah atau

lahan untuk memperluas Museum serta memperbaiki jalan-jalan rusak yang

menuju Museum Sangiran.6 Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran mulai

beroperasi:

Baru pada awal tahun 2009 Kantor Balai Pelestarian Situs Manusia Purba
Sangiran ini secara resmi mulai beroperasional sejalan dengan turunnya
dana DIPA dari Pusat.7

6
Wawancara dengan Anjarwati Sri Sayekti selaku Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata tanggal 22 Oktober 2013
7
commit
Wawancara dengan Rusmulia to userHidayat selaku Kasi Pelindungan
Tjiptadi
tanggal 7 Oktober 2013.
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id

Pengelolaan museum diatur juga dalam Undang-Undang Benda Cagar

Budaya No. 5 tahun 1992 pasal 18 ayat (1) dan ayat (3), yaitu (1)Pengelolaan

benda cagar budaya dan situs adalah tanggung jawab Pemerintah dan

(3)Ketentuan mengenai tata cara pengelolaan benda cagar budaya dan situs

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Sesuai dengan sasaran atau target peran dan fungsi Museum Sangiran,

yaitu: (1). Mengetahui potensi dan nilai penting Situs Sangiran; (2).

Mengidentifikasikan aktiviatas manusia dan alam yang mengakibatkan dampak

negatif bagi kawasan; (3). Mengidentifikasikan potensi kepariwisataan; (4).

Menyusun kerangka kerja penelitian yang berwaawasan pelestarian; (5). Membuat

kerangka acuan bersama pemerintah, akademisi, sektor swasta, masyarakat, serta

pihak-pihak lain yang peduli dalam melakukan kegiatan di dalam kawasan; (6).

Menetapkan garis-garis besar arahan manajemen situs; (7). Membuat panduan

untuk evaluasi dan monitoring. Sasaran dan target tersebut bermuara pada visi dan

misi Museum Sangiran secara seutuhnya. Visi Museum Sangiran adalah

“Terlestarinya Kawasan Sangiran sebagai pusat penelitian manusia purba yang

mampu memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat baik pada tingkat

dunia, regional, nasional maupun lokal”. Di samping itu dilaksanakan dengan misi

museum, yaitu: (1). Melestarikan bentang alam, tinggalan alam dan tinggalan

budaya Kawasan Sangiran yang unik dan sangat penting bagi ilmu pengetahuan,

sejarah dan kebudayaan; (2). Menciptakan jalinan kerjasama yang padu antar para

tokoh-tokoh (stakeholders), baik dari unsur pemerintah, sektor swasta, akademisi,

maupun masyarakat dalam rangka pelestarian dan pengembangan Kawasana


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id

Sangiran; (3). Menciptakan upaya pengembangan ekonomi, untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat; (4). Melakukan penelitian yang berkelanjutan untuk

menginterpretasikan nilai-nilai penting Kawasan Sangiran demi pengembangan

sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan; (5). Menyajikan hasil penelitian dari

Kawasan Sangiran kepada masyarakat, baik bagian-bagiannya maupun secara

keseluruhan; (6). Menjadikan Kawasan Sangiran sebagai pusat informasi dan

pengkajian data tentang manusia purba di Asia; (7). Menyajikan nilai-nilai penting

dan pengetahuan tentang situs Sangiran, baik bagian-bagiannya maupun secara

keseluruhan, kepada khalayak; (8). Mengembangkan wisata pendidikan dan minat

khusus yang ramah lingkungan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.8

2. Struktur Birokrasi BPSMP Sangiran

Untuk lebih mengintensifkan upaya pelestarian dan pengembangan Situs

Sangiran maka pada tahun 2007 oleh MENPAN dibentuk Kantor Balai Pelestarian

Situs Manusia Purba Sangirandengan tingkat eselon III.Instansi ini merupakan

sebuah kantor Unit Pelasana Teknis (UPT) di lingkungan Departemen

Kebudayaan dan Pariwisata, berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab

kepada Direktur Peninggalan Purbakala. Berikut adalah bagan struktur organisasi

dan tata kerja Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran (BPSMPS).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kabudayaan dan Pariwisata

No.PM.17/HK/001/2007, adalah sebagai berikut:

8
Soeroso, Rencana Induk Pelestarian dan Pengembangan Kawasan
commit to user
Sangiran (Jakarta: Direktorat Peninggalan Purbakala Direktorat Sejarah dan
Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2004), hlm. 13.
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id

Bagan 4. Struktur Jabatan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba


Sangiran 2007-2012

Kepala

Sub Bagian
Tata Usaha

Seksi Seksi Seksi


Pelestarian Eksplorasi Pemanfaatan

Kelompok Jabatan Fungsional

Sumber : Surat Keputusan No.PM.17/HK/001/2007

a. Sub Bagian Tata Usaha

Sub Bagian Tata Usaha merupakan seksi utama setelah kepala kantor,

seksi ini mempunyai tugas melakukan urusan persuratan, keuangan, kepegawaian,

ketatalaksanaan, perlengkapan, rumah tangga, ketertiban dan keamanan kantor.

Untuk itu Sub Bagian Tata Usaha ini setidaknya harus didelegasikan ke dalam

empat sub seksi yaitu persuratan, keuangan, rumah tangga, dan kepegawaian.

Sub-seksi Persuratan tugasnya antara lain meliputi pengetikan, penggandaan, dan

akspedisi surat. Sub-seksi Keuangan tugasnya meliputi urusan gaji bulanan,

tunjangan, biaya perjalanan, dan urusan tiket. Sub-seksi Rumah Tangga tugasnya

meliputi urusan logistik, perlengkapan, kebersihan, dan keamanan. Sub-seksi

Kepegawaian tugasnya antara lain meliputi urusan humas, daftar penilaian

pegawai, ketertiban, dan urusan kenaikan pangkat.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id

Bagan 5. Rincian Tugas Subbag Tata Usaha

Kasubbag
Tata Usaha

Persuratan Keuangan Rumah


Kepegawaian
Tangga

Gaji
Pengetikan Logistik Humas
Bulanan

Daftar
Penggandaan Tunjangan Perlengkapan
Penilaian

Biaya Kenaikan
Expedisi Kebersihan
Perjalanan Pangkat

Sumber : Surat Keputusan No.PM.17/HK/001/2007

b. Seksi Pelestarian

Pelestarian menurut Peraturan Bersama Menteri dalam Negeri dan Menteri

Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: 42 tahun 2009/ Nomor: 40 tahun 2009

tentang pedoman pelestarian kebudayaan adalah upaya perlindungan,

pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan yang dinamis. Seksi Pelestarian

mempunyai tugas memelihara dan melestarikan koleksi baik yang ada di museum

maupun yang masih terpendam di lokasi situs. Sub seksi ini diusulkan terdiri dari

dua sub seksi yaitu sub seksi pelestarian koleksi museum dan sub seksi pelestarian

situs. Sub seksi pelestarian koleksi museum tugasnya antara lain meliputi
commit to koleksi.
konservasi, preservasi, dan rekontruksi user Sub seksi pelestarian situs
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id

tugasnya antara lain meliputi urusan pengamanan situs, urusan tata lahan situs,

dan ganti rugi temuan.

Bagan 6. Rincian Tugas Seksi Pelestarian

Seksi Pelestarian

Koleksi Pelestarian Situs


Museum

Konservasi Pengamanan Tata Lahan Ganti Rugi

Temuan
Preservasi Monitoring Konservasi Baru
Situs

Rekontruksi Zonasi Lahan


Lahan Situs
Pelacakan
temuan baru
Patok Sewa
Temuan Tanah

Sumber : Surat Keputusan No.PM.17/HK/001/2007

Pada awal tahun 2009 Kantor Balai Pelestarian Situs Manusia Purba

Sangiran ini secara resmi mulai beroperasional sejalan dengan turunnya dana

DIPA dari Pusat. Balai sudah bisa melakukan berbagai kegiatan, setiap seksi di

BPSMP Sangiran mempunyai kegiatan masing-masing dalam pertahunnya.

Adapun kegiatan Seksi Pelestarian tahun 2009-2012 adalah sebagai berikut :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id

Tabel 8. Kegiatan Seksi Pelestarian 2009-2012

No. Tahun Kegiatan

1. 2009 1. Pengamanan
- Tanggal 16 April 2009 mengawasi pengepakan fosil
untuk pameran bersama Dinas Pariwisata Kabupaten
Sragen.
- Tanggal 27 April 2009 pengambilan fosil dari Dinas
Pariwisata.
- Tanggal 25 April 2009 memantau kunjungan dari Biro
Wisata Australia.
- Mengikuti Diklat Khusus Satuan Pengaman Warisan
Dunia (2 orang Satpam) di Balai Konservasi
Peninggalan Borobudur.

2. Monitoring Situs
- Peninjauan temuan rahan bawah stegodon, kepala
kerbau dan 2 tulang kaki, tulang kaki gajjah 2,
molusca dan gigi elephas di Pucung, tanggal 22
Januari 2009 temuan-temuan tersebut sudah disimpan
di laboratorium BPSMP Sangiran.
- Peninjauan pemotretan tanah longsor di Bukuran dan
Cengklik Kelurahan Bukuran Kecamatan Kalijambe,
tanggal 26 Februari 2009.
- Peninjauan tanah longsor di jalan menuju Menara
Pandang, lokasi Trianggulasi Ngebung, lokasi
Grogolan-Kalijambe-Plupuh, jalan pagerjo yang
patah, tanggal 2 Maret 2009.
- Tanggal 8,10, dan 11 Juni 2009 peninjauan patok
batas cagar budaya situs Sangiran.

2. 2010 1. Pengamanan
- Penyertaan satpam dalam pelatihan satuan
pengamanan warisan dunia di Borobudur 25-31 Maret
2010 dalam menyertakan 3 personil satpam.
- Mengikuti pembinaan Satpam dari Polsek Kalijambe.
2. Monitoring
- Tanggal 8-11 Maret 2010, monitoring dan peninjauan
lapangan guna pembuatan profil stratigrafi temuan
fosil Hominid di Bukuran tahun 1998.
- Tanggal 10 Maret 2010, monitoring ruutin dwi
mingguan di Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo,
Kabupaten Karanganyar dengan fokus pada
pengecekan patok batas situs Sangiran.
commit to user
- Tanggal 1 April 2010 pengecekan lokasi longsor di
perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id

Dusun Pagerejo Desa Krikilan dengan tujuan


memonitoring terjadinya tanah longsor dna potensii
tersingkapnya temuan fosil akibbat longsornnya di
Kawasan Situs Sangiran.
- Tanggal 6 Agustus 2010 monitoring dna pengambilan
temuan fosil tengkorak banteng di dusun Grogol, Desa
Manyarejo, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen
dengan tujuan memonitoring adanya temuan fosil
kawasan Situs Sangiran dan sekitarnya, melakukan
tindakan pengamanan dan penyelamatan temuan fosil,
dan menindak lanjuti informasi/ laporan temuan fosil
dari masyarakat.
- Tanggal 16 Oktober 2010 di Polres Sragen dengan
tiga orang personil dari BPSMP Sangiran untuk
mengeidentifikasi fosil-fosil yang ditahan yang baru
datang dari Batul.

3. 2011 1. Penyelamatan temuan fosil


- Penyelamatan temuan di BPSMP Sangiran bulan
Januari sampai Desember 2011 mencapai 31 kali,
berasal dari Situs Sangiran yaitu dari Kecamatan
Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Kecamatan
Kalijambe dan Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen.
2. Penyerahan Imbalan
- BPSMP Sangiran telah menyerahkan imbalan
terhadap penemuan fosil sebanyak 4 kali kegiatan,
dengan tujuan untuk memberikan penghargaan
terhadap kesadaran masyyarakat yang telah
meyerahkan fosil ,kepada BPSMP Sangiran.
3. Konservasi
- Kegiatan konservasi yang telah dilakukan di BPSMP
Sangiran selama tahun 2011 mencapai 294 buah fosil.
Adapun tujuan diadakan konservasi tersebut untuk
menghambat proses pelapukan serta pengawetan
terhadap fosil.
4. 2012 1. Pengamanan
- Membantu kegiatan pengamanan pada saat kunjungan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Museum
Manusia Purba Sangiran pada hari Kamis, Tanggal 16
Februari 2012.
2. Monitoring
- Melakukan pemantauan kondisi tanah longsor dan
proses pengerukan material longsorannya untuk
mengantisipasi adanya temuan fosil pada tanggal 8
Februari 2012 di Dusun Pagerejo, Desa Krikilan,
commit to user
Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id

3. Penyelamatan
- Menyelamatkan fosil temuan Sugiyo Cahyono di
Dusun Glagah Ombo (ditepi parit), Desa Ngebung,
Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen pada
tanggal 2 Februari 2012.

c. Seksi Eksplorasi

Seksi Eksplorasi mempunyai tugas melakukan urusan survei, ekskavasi,

analisis laboratorium, inventarisasi, registrasi peninggalan purbakala bergerak dan

tidak bergerak yang berada di lapangan maupun tersimpan diruangan. Seksi ini

disusulkan terdiri dari dua sub seksi yaitu Sub Seksi Laboratorium dan Sub Seksi

Eksplorasi Situs. Sub Seksi Laboratorium tugasnya antara lain meliputi

inventarisasi, koleksi, registrasi, katalogisasi, dan analisa laboratoris, sedang Sub

Seksi Eksplorasi Situs tugasnya antara lain meliputi urusan survey, ekskavasi,

riset, dan pemetaan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id

Bagan 7. Rincian Tugas Seksi Eksplorasi

Seksi Eksplorasi

Laboratorium Eksplorasi Situs

Inventarisasi Survey

Katalogisasi Ekskavasi

Registrasi Riset

Analisis Lab Pemetaan

Sumber : Surat Keputusan No.PM.17/HK/001/2007

Tabel 9. Kegiatan Seksi Eksplorasi tahun 2009-2012

No. Tahun Kegiatan

1. 2009 1. Peneliti dan Ekskavasi


- Pada bulan Oktober 2009 melakukan survey pemetaan
dan ekskavasi Situs Semedo, Kedungbanteng, Tegal,
Jawa Tengah
- Tanggal 26 Agustus – 6 September 2009 mengadakan
pemetaan Situs Trinil, Ngawi. Untuk mengetahui
sebaran dan posisi stratigrafi temuan Situs Trinil.
- Tanggal 16 sampai 26 Nopember 2009 mengadakan
pemetaan situs Patiayam, untuk mengetahui batas
Situs Patiayam sebagai acuan pengelolaan lebih lanjut.
- Pada bulan November 2009 melakukan survey digital
di Daerah Sambungmacan, Sregan, Jawa Tengah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id

2. Inventarisasi dan Registrasi


- Menginventarisasi fosil dari angka 1 s/d 2241
fragment.
2. 2010 1. Penelitian dan Ekskavasi
- Eksplorasi Budaya Manusia Purba di Situs Ngandong,
Blora (18-19 Oktober 2010)
- Eksplorasi Situs Manusia Purba di Mojokerto (9-20
November 2010)
2. Inventarisasi dan Regristrasi
- Menginventarisasi fosil dari angka 1 s/d 4608.
3. 2011 - Ekskavasi Situs Sangiran, tanggal 18-30 April 2011
mengadakan ekskavasi di Dusun Tanjung, Ds. Dayu,
Kec. Gondangrejo.
- Ekskavasi Situs kedungbrubus, tanggal 21-30 Juli
2011 di Desa Bulu, Kec. Pilangkenceng, Kab.
Madiun.
4. 2012 1. Inventarisasi Fosil
- Mengumpulkan data dalam rangka data base
penemuan fosil di Situs Sangiran. Degan hasil 5920
fosil dan 80 alat batu (dokumentasi fosil : 5289 foto),
kegiatan ini dilakukan oleh petugas BPSMP Sangiran
2. KegiatanPengklasifikasian Fosil
- Fosil yang berhasil diidentifikasi (Februari 2010 –
Februari 2012) sebanyak 10.307 speciment. Dan telah
teregistrasi sebanyak 553 fosil, rentang temuan tahun
2007 – Maret 2012. Dengan tujuan Pengklasifikasian
fosil berdasarkan family.

d. Seksi Pemanfaatan

Pemanfaatan menurut Peraturan Bersama Menteri dalam Negeri dan

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: 42 tahun 2009/ Nomor: 40 tahun

2009 tentang pedoman pelestarian kebudayaan adalah upaya penggunaan karya

budaya untuk kepentingan pendidikan, agama, sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan,

teknologi, dan kebudayaan itu sendiri. Seksi Pemanfaatan mempunyai tugas

melakukan urusan penyajian koleksi, pelayanan teknis, pendokumentasian dan

penyebarluasan informasi peninggalan purbakala bergerak dan tidak bergerak


commit to user
serta situs dan kawasan. Dalam penyebarluaskan informasi (benda cagar budaya)
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id

dapat berguna bagi pendidikan dan kebudayaan, hal ini tertera dalam UU No. 5

Tahun 1992 pasal 19 ayat (1), yaitu Benda cagar budaya tertentu dapat

dimanfaatkan untuk kepentingan agama, sosial, pariwisata, pendidikan, ilmu

pengetahuan, dan kebudayaan.

Bagan 8. Rincian Tugas Seksi Pemanfaatan

Seksi Pemanfaatan

Tata Pamer Bimbingan dan Publikasi


Edukasi

Desain Perpustakaan
Pameran Bimbingan
Penyuluhan

Pameran Bulletin
Masyarakat
Tetap Situs

Panduan
Pameran
Berkala
Guru & Pelajar

Website
Pengunjung
Museum
CD Interaktif

Sumber : Surat Keputusan No.PM.17/HK/001/2007

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id

Tabel 10. Kegiatan Seksi Pemanfaatan tahun 2009-2013 adalah :

No. Tahun Kegiatan

1. 2009 1. Dokumentasi dan Publikasi


- Kegiatan pengklipingan dari berbagai media cetak
(Suara Merdeka, Solopos, Kompas)
2. Penyajian koleksi
- Pembuatan replica dan menyelesaikan pembuatan
poster untuk persiapan pameran yang akan diadakan
di Blora.
3. Bimbingan dan Penyuluhan
- Pada tanggal 11 -15 Oktober 2009 mengadakan
pameran di GOR Mustika, Blora, Jawa Tengah.
- Pada tanggal 14-15 November 2009 mengadakan
kegiatan Apresiasi Museum dan Situs Sangiran
sebagai sarana media edukasi untuk Guru Sejarah
SLTA.
- Pada tanggal 10 dan 14 Deember 2009 mengadakan
kegiatan sosialisasi dan penyebaran informasi
Pelestarian dan Pemanfaatan Situs Manusia Purba
Sangiran sebagai Warisan Budaya Dunia dan obyek
Vital Nasional yang diikuti oleh 120 siswa dari 20
sekolah Kabupaten Sragen dan Kabupaten
Karanganyar bertempat di BPSMP Sangiran.
- Pada tanggal 12 Deember 2009 mengadakan kegiatan
sosialisasi dan penyebaran informasi Pelestarian dan
Pemanfaatan Situs Manusia Purba Sangiran sebagai
Warisan Budaya Dunia dan obyek Vital Nasional
yang dihadiri oleh 60 peserta dari Pemda Kabupaten
Sragen, Pemda Kabupaten Karanganyar, Polres
Sragen, Polres Karanganyar, BP3 Jawa Tengah, BP3
Yogyakarta, Museum Beteng Vredeburg Yogyakarta,
dan tokoh masyarakat di Hotel Sahid Raya Solo.
2. 2010 1. Dokumentasi dan Publikasi
- Pada hari Minggu 11 Juli 2010 Balai Pelestarian Situs
Manusia Purba Sangiran mendapatkan kunjungan
Peserta Sidang ASEAN COCI dan Direktorat Jenderal
Sejarah dan Purbakala, Jakarta sejumlah 35 orang.
Para peserta berasal dari 13 negara di Asia Tenggara
dan Asia Timur.
- Pada tanggal 3-5 Agustus 2010 diadakan Pertemuan
Teknis Pelestarian Cagar budaya yang dihadiri oleh
Pimpinan dna Kepala Seksi Unit Pelaksana Teknis
Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata seluruh
commit to user
Indonesia. Kegiatan yang bertempat di Hotel Sunan
perpustakaan.uns.ac.id 88
digilib.uns.ac.id

Solo dengan mengangkat tema “Sinergitas Pelestarian


Cagar Budaya Nasional untuk Menyongsong Undang-
Undang Cagar Budaya.
- Museum Situs Manusia Purba Sangiran mendapatkan
kehormatan kunjungan dari Duta besar Ceko serta
Kementrian Perindustrian dan Perdagangan, juga
Bupati Sragen pada tanggal 9 Agustus 2010. Buku
“Jejak Langkah Setelah Sangiran” , penggandaan UU
No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dna
penjelasannya, pembuatan leaflet Sangiran, dan
sosialisasi Museum Balai Situs Manusia Purba
Sangiran di wilayah Kabupaten Sragen dan
Karanganyar, serta pemasangan papan larangan serta
pemasangan baliho.
- Pembuatan
2. Bimbingan dan Penyuluhan
- Pada tanggal 25 Maret 2010 menerima tamu
kunjungan dari Dinas Pariwisata, Kebudayaan,
Pemuda dan Olahraga dari Kabupaten Sragen dalam
rangka pembahasan retribusi tiket masuk Museum
Sangiran.
- Pada tanggal 15 April 2010 Setdijen Drs. Soeroso,
M.Hum dan Kepala Biro Kepegawaian Luar Negeri
Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata mengunjungi
kantor Balai Pelestarian Situs untuk meninjau
kerusakan gedung.
- Pada tanggal 24 Juni 2010, menerima kunjungan dari
Pengadilan Negeri Sragen dalam rangka Cek Barang
Sitaan.
- Tanggal 1 November 2010 penyerahan juara lomba
karya tulis ilmiah dengan tema “Museum dan Situs
Sangiran dalam Rangka Apresiasi Museum dan Situs
Sangiran sebagai Sarana Edukasi dan Rekereasi”.
3. 2011 - Tanggal 14-18 Desember 2011 BPSMP Sangiran telah
mengadakan seminar Interbational di Hotel Novotel
Solo.
- Peresmian Museum Manusia Purba Sangiran pada
tanggal 15 Desember 2011 telah diresmikan oleh
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr.
Wiendhu Nuryani, Pd.D.
4. 2012 1. Tabulasi Data Pengungjung
- Terdapat 11.022 pengunjung dari siswa SD (1249),
SMP (750), SMA (265), Mahasiswa (304), Dinas (55),
Asing (302) maupun Umum (8.097) dengan
penurunan jumlah pengunjung kurang lebih sebesar
commit to user
56% dibandingkan dengan bulan Agustus 2012.
perpustakaan.uns.ac.id 89
digilib.uns.ac.id

Tabulasi data pengunjung dilakukan dengan tujuan


Mengetahui perkembangan jumlah pengunjung Balai
Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran beserta
tujuan kedatangannya.
2. Dokumentasi
- Foto kegiatan BPSMP Sangiran diantaranya
kunjungan dari Disbudpar Kabupaten Blora, Peserta
Evaluasi Hasil Penelitian Arkeologis, Alumni
Lemhanas KRA XX, Studi banding staff Museum
Benteng Vredeburg, dan juga kegiatan rapat jajaran
dinas perhubungan, bina marga, pihak Kabupaten
Sukoharjo, Satpol PP dalam rangka mengurus izin
pemasangan baliho.

e. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan

sesuai dengan tugas jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

C. Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran (BPSMPS) dibawah


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2012-2013

Dalam rangka pengintegrasian fungsi kebudayaan dan penataan unit

pelaksanaan teknis di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 9,

maka ditetapkanlah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang

Organisasi dan Tata Kerja Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran yang

tertera di dalam SK Nomor 54 tahun 2012. Surat Keputusan tersebut mengacu

pada Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Balai

Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran mempunyai tenaga kerja sebanyak 54

9
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia,
Nomor 48 Tahun 2011 Tentang Perubahan Penggunaan Nama Kementerian
commit to Pendidikan
Pendidikan Nasional Menjadi Kementerian user Dan Kebudayaan.
perpustakaan.uns.ac.id 90
digilib.uns.ac.id

orang yang terdiri dari: Peneliti 2 orang (1 ahli peneliti utama dan 1 peneliti

madya), tata usaha 15 orang, pelindungan 10 orang, pengembangan 7 orang,

pemanfaatan 7 orang, satpam 10 orang dan dari Pemda ada 9 orang pegawai yang

mengurusi loket dan daya tarik wisatawan.10 Balai mempunyai tugas

melaksanakan pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan situs manusia

purba. Tugas BPSMP Sangiran juga diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan No. 30 tahun 2013, yaitu “melaksanakan penyusunan program

kerja Balai, melaksanakan penyelamatan dan pengamanan artefak, fosil, dan situs

manusia purba, melaksanakan zonasi situs manusia purba, melaksanakan

perawatan artefak, fosil, dan situs manusia purba.”

Dalam melaksanakan tugas tersebut BPSMP Sangiran juga menyelenggarakan

fungsi, yaitu:

a. Penyelematan zonasi situs manusia purba;

b. Pelaksanaan zonasi situs manusia purba;

c. Perawatan dan pengawetan situs manusia purba;

d. Pelaksanaan pengembangan situs manusia purba;

e. Pelaksanaann pemanfaatan situs manusia purba;

f. Pelakksanaan dokumentasi dan publikasi situs manusia purba;

g. Pelaksanaan kemitraan di bidang pelindungan, pengembangan, dan

pemanfaatan situs manusia purba;

h. Fasilitas pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan situs manusia purba;


dan

10
commit
Wawancara dengan Budhy to user
Sancoyo selaku Kasubag TU pada tanggal 19
Oktober 2013
perpustakaan.uns.ac.id 91
digilib.uns.ac.id

i. Pelaksanaan urusan ketatausahaan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba

Sangiran.

Bagan 9. Struktur Kelembagaan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba


Sangiran dibawah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 2012-2013

Wakil Menteri Pendidikan


Kebudayaan

Inspektorat Sekretariat
Jenderal Jenderal

Ditjen
Kebudayaan

Direktorat Internalisasi Nilai


kepercayaan Terhdap Tuhan

Direktorat Sejarah dan


Direktorat Plelestarian

Direktorat Pembinaan
dan Permuseuman

dan Diplomasi Budaya


Direktorat Pembinaan

YME dan Tradisi

Nilai Budaya
Kesenian dan
Perfilman

12 PPPPTK, 2 P2-PAUDNI, 1 LPPKS, 31 LPMP, 17 BALAI BAHASA, 13 KANTOR BAHASA,


1 BPMTP, 1 BPMP, 1 BPLPT, 11 BPSNT, 12 BP3, 1 BKPB, 1 BPSMPS, 10 BA, 1 MUS.NAS,
1 MUS.PNP, 1 MUS.KN, 1 MUS.BVY, 1 MUS.BA, DAN 1 GNI

Sumber: Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 1 Tahun 2012

Skema 6 diatas dapat dijelaskan bahwa Balai Pelestarian Situs Manusia

Purba Sangiran sebagai Unit Pelaksana Teknis bertanggung jawab langsung ke

Ditjen Jenderal Kebudayaan kemudian ke Wakil Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan. Dari berbagai laporan BPSMP Sangiran langsung masuk ke Ditjen

Kebudayaan. Skema tersebut juga menjelaskan adanya koordinasi teknis langsung


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 92
digilib.uns.ac.id

antara Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran dengan Direktorat

Pelestarian dan Permuseuman.

1. Struktur Birokrasi BPSMP Sangiran

Struktur organisasi BPSMP Sangiran selaku Unit Pelaksana Teknis diatur

didalam SK Nomor 54 tahun 2012 yang di pimpin oleh seorang Kepala yang

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Kebudayaan.

Rincian tugas BPSMP Sangiran juga diatur didalam Peraturan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan RI Nomor 30 Tahun 2013. Sususunan organisasi di BPSMP

Sangiran terdiri dari Kepala, Subbagian Tata Usaha, Seksi Pelindungan, Seksi

Pengembangan, Seksi Pemanfaatan, dan Kelompok Jabatan Fungsional.

Bagan 10. Struktur Jabatan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba


Sangiran 2012-2013

Kepala

Subbagian
Tata Usaha

Seksi Seksi Seksi


Pelindungan Pengembangan Pemanfaatan

Jabatan
Fungsional

Sumber: Surat Keputusan Nomor 54 tahun 2012

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 93
digilib.uns.ac.id

a. Subbagian Tata Usaha

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan perencanaan,

keuangan, kepegawaian, ketatalaksanaan, persuratan dan kearsipan, barang milik

negara, dan kerumahtanggaan BPSMP Sangiran. Rincian tugas subbagian tata

usaha juga didalam peraturan Menteri Kebudayaan dan Pendidikan No. 30 tahun

2013 yaitu melakukan penyusunan program kerja Subbagian dan konsep program

Balai, melakukan urusan pembayaran belanja pegawai, belanja barang, belanja

modal, dan pembayaran lainnya, melakukan usul pemberhentian dna pensiunan

pegawai di lingkungan Balai, melakukan penyusunan sistem dna prosedur kerja di

lingkungan Balai, melakukan penyusunan laporan daya serap anggaran,

melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Subbagian, dan melakukan

penyusunan laporan Subbagian dan konsep laporan Balai.

b. Seksi Pelindungan

Adanya perubahan nama dari Seksi Pelestarian menjadi Seksi Pelindungan

dikuatkan dalam SK Nomor 54 tahun 2012 dan mengacu pada UU No. 11 Tahun

2010. Adapun perbedaannya dapat dilihat dari rincian tugasnya, tugas Seksi

Pelindungan lebih luas, tidak hanya melestarikan Cagar Budaya bahkan juga

melindungi Cagar Budaya supaya tidak rusak.11 Pelindungan menurut UU No. 11

Tahun 2010 adalah upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan,

11
Wawancara dengan Rusmulia Tjiptadi Hidayat selaku Kasi Pelindungan
tanggal 5 Desember 2013.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 94
digilib.uns.ac.id

kehancuran, atau kemusnahan dengan cara Penyelamatan, Pengamanan, Zonasi12,

Pemeliharaan, dan Pemugaran Cagar Budaya. Seksi Pelindungan mempunyai

tugas melakukan urusan penyelamatan, pengamanan, zonasi, perawatan,

pengawetan, fasilitas, dan kemitraan di bidang pelindungan situs manusia purba.

Rincian tugas seksi pelindungan juga didalam peraturan Menteri Kebudayaan dan

Pendidikan No. 30 tahun 2013 yaitu melakukan penyusunan program kerja seksi,

melakukan penyelamatan artefak, fosil, dan situs manusia purba, melakukan

penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Seksi, dan melakukan penyusunan

laporan Seksi. Adapun kegiatan Seksi Pelindungan tahun 2012-2013 adalah:

Monitoring/Penyelamatan fosil

1. Tujuan/Sasaran

- Memantau dan mengamankan wilayah Situs Sangiran

2. Lokasi

- Dusun Grogolan, Desa Manyarejo, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten


Sragen
- Dusun Grogolan, Desa Manyarejo, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten
Sragen
- Dusun Grogolan, Desa Manyarejo, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten
Sragen
- Dusun Grogolan, Desa Manyarejo, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten
Sragen
- Dusun Grogolan, Desa Manyarejo, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten
Sragen
- Dusun Grogolan, Desa Manyarejo, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten
Sragen

12
Zonasi adalah penentuan batas-batas keruangan Situs Cagar Budaya dan
Kawasan Cagar Budaya sesuai dengan kebutuhan. Sistem Zonasi mengatur fungsi
ruang pada Cagar Budaya, baik vertikal maupun horizontal. Sistem Zonasi terdiri
atas, (1). Zona Inti, (2). Zona Peyangga, (3). Zona Pengembangan; dan/atau (4).
Zona Penunjang. Undang-Undang Cagar Budaya Nomor 11 Tahun 2012 pasal 73
ayat (1 dan 3), hlm. 59 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 95
digilib.uns.ac.id

- Dusun Jembangan, Desa Jembangan, dan Dusun Geneng, Desa


Cangkol, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen
- Dusun Grogolan, Desa Manyarejo, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten
Sragen
3. Waktu Pelaksanaan

- Kamis, 05 September 2013


- Jumat, 06 September 2013
- Senin, 09 September 2013
- Selasa, 10 September 2013
- Jumat, 13 September 2013
- Selasa, 17 September 2013
- Kamis, 19 September 2013
- Senin-Kamis, 24-27 September 2013

4. Pelaksanan Kegiatan

- Albertus Nikko SD, SS, Marlia Yuliyanti Rosyidah, SSi, Pipit Puji
L, SSi, Utama SY, Widiyono, Kalimin, Haryono, SH, Suwita
Nugraha, ST, Febri W, SS, Nur Kholish, A.Md, Yudha HIB, A.Md.
5. Hasil

- Dapat diangkatnya temuan fosil Cranium Bibos paleosondaicus


- Terpantaunya kondisi terkini lokasi pembangunan museum lapangan
manyarejo
- Terealiasasinya cetakan Fosil Cranium Bibos paleosondaicus
- Terealisasinya cetakan Fosil Cranium Stegodon sp
- Terealisasinya cetakan fosil Fr. Ulna Stegodon sp
- Tertanganinya kegiatan perataan lahan oleh masyarakat
- Dinding kotak galian menjadi kokoh
- Terselamatkannya BCB dari kerusakan

Konservasi

1. Tujuan/Sasaran

- Untuk melakukan perbaikan (restorasi) dan rekonstruksi fosil yang


hancur serta melakukan pengawetan untuk menghambat proses
pelapukan
2. Lokasi

- Laboratorium BPSMP Sangiran

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 96
digilib.uns.ac.id

3. Waktu Pelaksanaan

- Tanggal 1-30 September 2013.

4. Pelaksanan Kegiatan

- Widiono, Utama SY, Sukamto, Nurul Fadhilah, A.Md, Yudha


Herprima, A.Md, Pipit Puji, S.Si, Marlia Yulianti, S.Si.
5. Hasil

- Dapat mencegah pelapukan dan kerusakan fosil sejumlah 51 fosil di


laboratorium.

c. Seksi Pengembangan

Perubahan nama Seksi Eksplorasi menjadi Seksi Pengembangan dikuatkan

dalam SK Nomor 54 tahun 2012 dan mengacu pada UU No. 11 Tahun 2010.

Perubahan nama juga mempengaruhi rincian tugasnya, Seksi Pengembangan

selain melakukan penggalian juga mengembangan hasil galiannya dengan cara

merekontruksinya.13 Pengembangan menurut UU No. 11 Tahun 2010 adalah

peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi Cagar budaya serta

pemanfaatannya melalui Penelitian, Revitalisasi14, dan Adaptasi secara

berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan Pelestarian. Seksi

Pengembangan mempunyai tugas melakukan urusan penelitian, revitalisasi,

fasilitas, dan kemitraan di bidang pengembangan situs manusia purba. Rincian

13
Wawancara dengan Muhammad Hidayat selaku Kasi Pengembangan
tanggal 5 Desember 2013
14
Revitalisasi adalah kegiatan pengembangan yang ditujukan untuk
menumbuhkan kembali nilai-nilai penting Cagar Budaya dengan penyesuaian
fungsi ruang baru yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai
budaya masyarakat. Revitalisasi potensi Situs Cagar Budaya atau Kawasan Cagar
Budaya memperhatikan tata ruang, tata letak, fungsi sosial, dan/atau lanskap
commit to user Cagar Budaya Nomor 11 Tahun
budaya aslli berdasarkan kajian. Undang-Undang
2012 pasal 80 ayat (1), hlm. 67
perpustakaan.uns.ac.id 97
digilib.uns.ac.id

tugas seksi pengembangan juga didalam peraturan Menteri Kebudayaan dan

Pendidikan No. 30 tahun 2013 yaitu melakukan penyusunan program kerja seksi,

melakukan penelitian di bidang pengembangan situs manusia purba, melakukan

pemetakan potensi situs manusia purba, melakukan analisis laboratorium di

bidang pengembangan situs manusia purba, melakukan revitalisasi situs manusia

purba, dan melakukan penyususnan laporan Seksi. Seksi pengembangan juga

diatur didalam Undang-Undang Cagar Budaya Nomor 11 Tahun 2010 pasal 78

ayat (1 dan 4), yaitu “(1)Pengembangan Cagar Budaya dilakukan dengan

memperhatikan prinsip kemanfaatan, keamanan, keterawatan, keaslian, dan nilai-

nilai yang melekat padanya dan (2)Setiap kegiatan pengembangan Cagar Budaya

harus disertai dengan pendokumentasian.”

Adapapun kegiatan Seksi Pengembangan tahun 2012-2013 adalah :

a. Penelitian

Situs Grogolan Wetan terletak di Dusun Grogolan Wetan, Desa

Manyarejo, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Situs ini

merupakan salah satu lokasi terpenting di Kawasan Situs Sangiran yang dianggap

mampu memberikan rekonstruksi kehidupan purba terkait manusia, budaya, dan

lingkungannya. Dari lokasi ini telah diperoleh sebuah fosil atap tengkorak Homo

erectus dan berbagai jenis peralatannya serta fosil berbagai jenis binatang purba.

Fosil atap tengkorak Homo erectus tersebut merupakan individu dewasa yang

kemungkinan berjenis kelamin wanita. Atap tengkorak ini berkarakter tipik dan

ditemukan pada satuan batuan pasir dan tufa bagian dari litologi Formasih Kabuh.

Penggalian tahun 2011 yang dilakukan oleh Truman Simanjuntak telah


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 98
digilib.uns.ac.id

menghasilkan berbagai artefak: kapak genggam, bola-bola batu andesit, dan juga

alat serpih, serta alat tulang pada lapisan pasir halus hingga kasar berwarna abu-

abu kebiruan.

Salah satu arti penting temuan fosil atap tengkorak Homo erectus dari

Grogolan ini kaitannya dengan hasil penggalian Truman Simanjuntak tersebut

adalah hampir pasti bahwa lapisan pengandung fosil manusia itu identik dengan

lapisan budaya dari kotak penggalian yang hanya berjarak sekitar 25 meter dari

penemuan atap tengkorak tersebut. Korelasi antara keduanya akan menghasilkan

interpretasi: bahwa atap tengkorak Homo erectus Grogolan tersebut berasal dari

lapisan arkeologi yang digali oleh Truman Simanjuntak. Berikutnya adalah

individu inilah yang suatu saat dulu, sekitar 500.000 hingga 700.000 tahun silam,

pernah hidup di Grogolan dan berusaha mempertahankan hidupnya dengan

membuat dan menggunakan peralatan berupa kapak genggam, alat serpih, dan

bola batu

Berdasarkan potensi tersebut, maka pada lokasi ini akan dibangun sebuah

Museum Lapangan yang menampilkan kegiatan lapangan Arkeologi pada tahun

2013. Sebelum dilakukan pembangunan maka perlu dilakukan kajian potensi

cagar budaya yang terdapat di lokasi tersebut.

Terkait dengan hal tersebut, maka Balai Pelestarian Situs Manusia Purba

Sangiran telah melakukan kegiatan penelitian dalam rangka pengkajian potensi

cagar budaya Situs Sangiran di Kluster Manyarejo, Dusun Grogolan Wetan, Desa

Manyarejo, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen. Penelitian ini dilaksanakan

pada tanggal 29 Agustus 2013 sampai dengan 17 September 2013. Tim peneliti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 99
digilib.uns.ac.id

terdiri dari Ilham Abdullah, S.S sebagai ketua tim, dengan anggota : Wahyu

Widianta, S.S, Haris Rahmanendra, S.S, Iwan Setiawan Bimas, S.S, Suwito

Nugroho, ST, Wulandari, SSi, Duwiningsih, S.Ant, Nurkholish, A.Md, Kemis,

Ariyanto, Metta Adityas Permata Sari, S.S, Susilo, Edi Sutrisno, Triyanto, Erwin

Susanto, Widianto, Eko Wardoyo, Totok Mardiyanto, Daryono, dan Sulistiyono.

b. Hasil Penelitian

Telah dilakukan penggalian pada dua sector yaitu sector I, sector II dan sector III,

pada sector I dibuka 11 kotak ekskavasi masing-masing berukuran 2 x 2 m,

kecuali K 19 yang dibuka hanya 1x2 m di sebelah barat. dan pada sector III

dibuka 4 kotak dengan ukuran 2 x 2 m. Pada sector I dan sector 2 penamaan kotak

mengikuti sistem penamaan tahun sebelumnya yaitu K (kotak) diikuti angka

(1,2,3 dan seterusnya), dimulai dengan K14 dan seterusnya (lihat lampiran). Pada

sector III digunakan system grid, kotak bedara pada grid M5, M6, N5 dan N6.

Kedalaman kotak pada sector I adalah 720 cm yang diisi oleh 1. lapisan

resen: lempung pasiran bercampur batu apung terkongkresi bongkah batu pasir

mengandung kreweng. 2. Formasi kabuh bawah: batu pasir halus, batu pasir kasar

silang siur, lanau tufaan. Pendalaman dilanjutkan menggunakan bor hingga

kedalaman 1285 cm, 3. Formasi Pucangan: lempung hitam.

Kedalaman kotak pada sector III adalah 600 cm diisi oleh 1. Lapisan

resen: lempung pasiran bercampur krikil, krakal, bongkah mengandung kreweng.

2. Formasi Kabuh: pasir sedang hinggah kasar silang-siur, tufa lanauan.

Pendalaman dilanjutkan dengan menggunakan bor, pasir kasar berangsur halus

hinggah menjadi lempung pada kedalaman 1170 cm.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 100
digilib.uns.ac.id

Temuan berjumlah 253 buah terdiri atas: bubalus sp., stegodon sp,

cervidae, bola-batu, batu polyhedric, batu dipangkas, alat kerakal. Komponen

anatomis binatang terdiri cranium, tanduk, gigi, tulang kaki, gading, tulang rusuk.

Temuan diperolah dari ekskavasi (dikotak dan diayakan) dan survey. Temuan

yang menarik adalah temuan pada kotak di sector 1 yaitu K21, K22, K23, K25,

dan K 17. Pada kedalaman antara 560 hingga 620 terdapat sebuah layer arkeologi

dengan temuan berjumlah 23 buah. Kemudian temuan tengkorak kerbau lengkap

dengan dua tanduknya pada Kotak 26.

c. Seksi Pemanfaatan

Pemanfaatan menurut UU No. 11 Tahun 2010 adalah pendayagunaan

Cagar Budaya untuk kepentingan sebersar-besarnya kesejahteraan rakyat dengan

tetap mempertahankan kelestariannya. Seksi Pemanfaatan mempunyai tugas

melakukan urusan penyajian koleksi, pendokumentasian, penyebarluasan

informasi, fasilitas, dan kemitraan di bidang pemanfaatan situs manusia purba.

Rincian tugas seksi pemanfaatan juga didalam peraturan Menteri Kebudayaan dan

Pendidikan No. 30 tahun 2013 yaitu melakukan sosialisasi dan penyebarluasan

informasi pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan situs manusia purba,

melakukan penyusunan bahan pemberian bantuan teknis di bidang pemanfaatan

situs manusia purba, melakukan penyusunan bahan pelaksanaan kemitraan di

bidang pemanfaatan situs manusia purba, dan melakukan penyusunan laporan

seksi. Seksi pemanfaatan juga diatur didalam Undang-Undang Cagar Budaya

Nomor 11 Tahun 2010 pasal 85 ayat (1 dan 2), yaitu :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 101
digilib.uns.ac.id

(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan setiap orang dapat memanfaatkan


Cagar Budaya untuk kepentingan agama, sosial, pendidikan, ilmu
pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan pariwisata.
(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah memfasilitasi pemanfaatan dan
promosi Cagar Budaya yang dilakukan oleh setiap orang.

Adapun kegiatan Seksi Pemanfaatan tahun 2012-2013 adalah:

1. Dokumentasi

a. Tujuan/Sasaran
- Dokumentasi kegiatan-kegiatan kantor dan kunjungan tamu.
b. Lokasi
- Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran.
c. Waktu Pelaksanaan
- Tanggal 1-30 September 2013.
d. Hasil
- Foto kegiatan BPSMP Sangiran diantaranya kegiatan rutin dari Seksi
Pemanfaatan, Pengembangan, dan Pelindungan, kegiatan pemeliharaan
gedung, rapat pembuatan Master Plan Situs Patiayam, rapat evaluasi
kantor BPSMPS, pameran di Grha Solo Raya, dan kunjungan dari
Bappeda Semarang.

2. Publikasi dan Distribusi Buku

Salah satu program seksi pemanfaatan adalah distribusi buku, ialah pembagian

buku untuk tamu kantor, sekolah dalam area Situs Sangiran, serta sekolah yang

mengadakan kunjungan ke museum Sangiran. Tujuan pendistribusian buku untuk

penyebarluasan informasi serta memberikan edukasi ilmiah kepada masyarakat

luas.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 102
digilib.uns.ac.id

d. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan

sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan

perundang-undangan serta, terdiri atas sejumlah jabatan fungsional yang terbagi

dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang kegiatannya.

2. Pengelolaan Terpadu antar Stakeholders dengan Pengelolaan Balai


Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran

Situs Sangiran memiliki nilai-nilai yang dapat dimanfaatkan untuk

kepentingan pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan, maupun pariwisata

dalam skala nasional maupun internasional. seperti diketahui Situ Sangiran

terletak di wilayah Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa

Tengah. Selama ini telah dikelola secara intensif oleh Pemerinatah Pusat,

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Sragen. Sementara Kabupaten

Karanganyar belum banyak melakukan pengelolaan. Terhadap potensi Situs

Sangiran untuk pemanfaatan tampaknya masih belum terdapat persamaan

pemahaman dan pandangan, sehingga orientassi pengelolaan maaupun porsi yang

dilakukan para stakehorders tersebut masih tampak berbeda.

Terkait dengan hal tersebut maka pada tahun 2009 telah disusun MoU

antara pemerinntah pusat dan daerah dalam rangka pelestarian dan pengembangan

Situs Sangiran yaitu antara Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, Provinsi

Jawa Tengah, Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar. MoU ini tertuang

dalam Kesepakatan Bersama antara Departemen Kebudayaan dan Pariwisata,

Pemerintah Provinsi Jawa Tenngah, Pemerintah Kabupaten Sragen, Pemerinatah


commit to user
Kabupaten Karanganyar No. KB 09/KS001/MPK/2009, No.18/2009, No.556/897-
perpustakaan.uns.ac.id 103
digilib.uns.ac.id

34/2009, No.556/2706.17 tanggal 6 April 2009 tentang Perlindungan,

Pengembangan, dan Pemanfaatan Situs Sangiran sebagai Warisan Budaya Dunia.

MoU tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan perjanjian kerjasama yang dibuat

pada setiap tahun antara Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen

Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa

Tengah, Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sragen, Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar.15

Sesuai dengan tujuan dan kepentingannya, sampai saat ini pemanfaatan

Situs Sangiran dapat dikelompokkan seperti berikut:

1. Untuk kepentingan pelestarian

2. Untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan

3. Untuk kepentingan pariwisata

4. Untuk kepentingan penambangan batuan.

Pihak-pihak yang berperan langsung dalam pemanfaatan Situs Sangiran

tersebut dapat dikelompokkan seperti berikut:

1. Pemerintah Pusat: Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran (BPSMP

Sangiran)

2. Pemerintah Prov. Jawa Tengah: BAPEDA, Dinas Budpar

3. Pemerintah Kab. Sragen: BAPEDA, Dinas Budpar

4. Pemerintah Kab. Karanganyar: BAPEDA, Dinas Budpar

Jurnal Sangiran No. 1 commit


15
Tahun to2012
user(Sragen: Balai Pelestarian Situs
Manusia Purba Sangiran), hlm. 10
perpustakaan.uns.ac.id 104
digilib.uns.ac.id

Adapun peran dan tugas stakeholders tersebut selama ini dalam

pengelolaan/pemanfaatan Situs Sangiran adalah seperti dalam tabel berikut.

Tabel 11. Peran dan Tugas Stakeholders

NO STAKEHOLDERS PERAN TUGAS


1 BPSMP Sangiran Pelestari Situs - Melakukan pelestarian
situs Sangiran seluas
56 km²
- Mengatur kegiatan
pemanfaatan situs
2 Pemerintah Prov. Pendukung Membantu penyediaan
Jawa Tengah: Pelestarian Situs, sarana dan prasarana
BAPEDA, Dinas Pengelola Obyek pelestarian situs dan
Budpar Wisata pengembangan obyek
wisata

3 Pemerintah Kab. Pendukung Membantu penyediaan


Sragen: BAPEDA, Pelestari Situs, sarana pelestarian situs
Dinas Budpar Pengelola Obyek Mengelola obyek wisata
Wisata

4 Pemerintah Kab. Pengelola Obyek Membantu rencana


Karanganyar: Wisata pelestarian dan
BAPEDA, Dinas pengembangan obyek
Budpar wisata

Sumber: Kajian Awal Bentuk Pengelolaan Terpadu Kawasan Warisan Budaya


Dunia Situs Manusia Purba Sangiran (Balai Pelestarian Situs Manusia
Purba Juni 2010)

D. Peningkatan Imbalan Bagi Penemu Fosil oleh Masyarakat Sangiran

1. Proses Kontrol Setelah Penemuan Fosil Masuk ke BPSMP Sangiran

Untuk mengantisipasi terjadinya jual beli fosil, maka perlu adanya pola

komunikasi antara Balai Pelestarian Situs Sangiran dengan masyarakat dalam

upaya pelestarian situs Sangiran. Agar terjadi kerjasama yang baik dan harmonis,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 105
digilib.uns.ac.id

maka perlu diciptakannya hubungan baik dengan Pemerintah Desa yang ada di

Situs Sangiran, dengan terbinanya jalinan hubungan yang baik dan harmonis

antara Pemerintah Desa BPSMP Sangiran akan mempermudah akses informasi

dalam berbagai hal salah satunya akses informasi temuan fosil. Dengan interaksi

dengan pemerintah desa maupun kecamatan yang berada dalam Situs Sangiran,

dapat diketahui langkah yang harus diambil jika ada masyarakat menemuka fosil.

Hal ini dapat terjadi karena pihak pemerintah desa maupun kecamatan sering

diundang dalam sosialisasi maupun saresahan yang dilaksanakan oleh BPSMP

Sangiran maupun Pemda Sragen atau pihak lainnya.16

Proses setelah temuan fosil masuk ke BPSMP Sangiran adalah seperti

berikut:

Bagan 11. Proses Kontrol Setelah Temuan Fosil Masuk BPSMP Sangiran

Penyerahan
Konservasi Imbalan

Penerimaan Identifikasi
Fosil Fosil
Registrasi Penyimpanan
Inventaris di Gudang/ R.
Pameran

Sumber: Wiwit Hermanto, Skripsi: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Unversitas Sebelas Maret, 2012

16
Wiwit Hermanto, Pola Komunikasi Antara Balai Pelestarian Situs
Manusia Purba Sangiran Dengan Masyarakat Dalam Upaya Pelestarian Situs
Sangiran, Skripsi: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas
commit to user
Maret Surakarta, 2012, hlm. 77-78.
perpustakaan.uns.ac.id 106
digilib.uns.ac.id

Dari bagan 11 dapat dijelaskan bahwa temuan fosil yang diserahkan

masyarakat segera dilakukan pencatatan guna mengetahui data tentang dan

temuan fosil, pencatatan dilakukan oleh pemerintah Museum Sangiran. Kemudian

dilakukan identifikasi temuan fosil, proses ini merupakan proses awal yang

dilakukan oleh BPSMP Sangiran dalam mengontrol temuan fosil yang diserahkan

masyarakat. Proses identifikasi temuan fosil dilakukan oleh petugas yang ahli

dibidang anatomi dan juga petugas yang sudah berpengalaman dalam melakukan

identifikasi fosil. Setelah fosil teridentifikasi dilanjutkan dengan pemberian nomor

registrasi, kemudian fosil diklasifikasikan dan diberi nomor inventaris

berdasarkan spesies temuan fosil. Dengan proses administrasi tersebut akan dapat

diketahui denga jelas jumlah koleksi fosil yang ada di Museum Sangiran. Setelah

proses administrasi dilanjutkan denga proses konservasi terhadap temuan fosil.

Proses ini dilakukan di laboratorium dengan petugas yang sudah ahli dalam segi

pengalaman dan ilmu. Tujuan konservasi adalah “...guna melindungi fosil dari

kerusakan dan pelapukan ...”.17

Setelah proses konservasi, fosil akan dapat menjadi utuh atau setidaknya

lebih baik dari yang sebelumnya. Dengan selesainya proses konservasi, kemudian

dilihat apakah layak dipamerkan atau fosil tersebut sebaga data temuan disimpan

di storage atau gudang. Proses yang terakhir adalah pemberian imbalan, nilai

imbalan yang diberikan tergantung dengan temuan fosil satu denga lainnya.

2. Pemberian Imbalan Bagi Penemu Fosil

17
Wawancara dengan Rusmulia Tjiptadi Hidayat selaku Kasi Pelindungan
tanggal 11 November 2013 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 107
digilib.uns.ac.id

Upaya sosialisasi dan monitoring situs, merupakan upaya awal dalam

melakukan kontrol terhadap masyarakat dan juga benda cagar budaya (fosil).

Salah satu indikasi kesadaran keberhasilan melestarikan Situs Sangiran adalah

kesadaran masyarakat untuk berperan serta dalam pelestarian situs. Indikasi

keberhasilan tersebut salah satunya adalah meningkatkannya kesadaran

masyarakat untuk menyerahkan fosil yang ditemukan secara sukarela kepada

pertugas BPSMP Sangiran.

Untuk menghargai kesadaran masyarakat tersebut, BPSMP Sangiran

memberikan imbalan kepda penemu fosil yang dengan kesadarnnya telah

menyerahkan fosil temuannya kepada BPSMP Sangiran. Pemberian imbalan

kepada penemu fosil disertai dukungan dana yang memadai yang setiap tahun

dianggarkan khusus imbalan. Fosil yang diserahkan masyarakat besar imbalannya

berbeda-beda setiap fosilnya. Penilaian dilakukan oleh “...tim dari BPSMP

Sangiran atau tugas Seksi Pengembangan.”18

Tim penilai ini bekerja menilai besar imbalan untuk setiap temuan fosil

yang diserahkan masyarakat. Penilaian imbalan fosil dilakukan tidak hanya

berdasarkan nilai ekonomis saja seperti yang dilakukan oleh tengkulak, penilaian

fosil berdasarkan pada :

1). Memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan,
2). Bentuk mewakili gaya/ tipe yang khas. 3). Memiliki sifat yang

18
Wawancara dengan Muhammad Hidayat selaku Kasi Pengembangan
tanggal 12 Februari 2014 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 108
digilib.uns.ac.id

istimewa, 4). Jumlah terbatas dan langka, 5). Memperlihatkan ciri kesatuan
yang utuh.19

Dengan kriteria penilaian imbalan yang tidak hanya menilai fosil dari

aspek ekonomis saja menjadikan nilai fosil lebih tinggi. Hal ini menggugah

kesadaran masyarakat penemu fosil untuk menyerahkan temuan fosilnya, dengan

nilai imbalan yang lebih tinggi daripada dahulu akan membuat penemu fosil “...

lebih tenang menyerahkan fosil kemuseum, imbalan sudah lebih baik, museum

sekarang sudah kaya.”20

Imbalan dinilai sudah lebih baik karena waktu pemberian imbalan saat ini

sudah teratur dibanding dulu saat masih belum menjadi Unit Pelaksana Teknis

sehingga belum memiliki anggaran khusus guna pemberian imbalan. Penyerahan

imbalan ini dilakukan dalam kurun waktu 3 bulan sekali dan disaksikan oleh

pejabat setempat. Untuk mengetahui besarnnya nilai imbalan, BPSMP Sangiran

telah membentuk tim penilai yang bertugas menilai setiap fosil yang diserahkan

masyarakat. Tim penilai ini bekerja sejak fosil diserahkan karena fosil yang

dilaporkan, maksimal 2 Minggu dari hari pelaporan, maka nilai imbalan sudah

bisa diketahui. Dengan cepatnya penilaian fosil, akan mempercepat juga

pemberina imbalan kepada penemu fosil. Ini akan mendukung upaya penyadaran

masyarakat akan arti pentingnya fosil sehingga masyarakat akan turut berperan

dalam upaya pelestarian Situs Sangiran. Selain sebagai upaya penyadaran

19
Bambang Sulistyanto., op.cit, hlm. 79
20 commit
Wawancara dengan Sutarno to user
tanggal 13 Februari 2014
perpustakaan.uns.ac.id 109
digilib.uns.ac.id

terhadap masyarakat, pemberian imbalan juga berfungsi sebagai kontrol terhadap

masyarakat penemu fosil dan juga temuan fosil.

Mereka hanya menunggu undangan jika akan diberikan imbalan dan

berharap diberi imbalan yang tinggi atau setidaknya tidak terlalu jauh dibanding

dengan harga yang diberikan oleh tengkulak. Penemu fosil yang melaporkan

temuan fosilnya kepada BPSMP Sangiran dapat mengetahui akan diberi imbalan

ketika mendapatkan “... undangan untuk pengambilan imbalan”.21

Penemu fosil yang melaporkan temuan fosilnya kepada BPSMP sangiran

tetap menunggu undangan tanpa melakukan upaya lain. Penemu fosil ini dapat

mengerrti besarnya nilai imbalan saat mereka dalang dalam acara penyerahan

imbalan. Sebelum acara penyerahan imbalan, mereka akan diundang tetapi “...

diundangan tersebut tidak menyebutkan dapat imbalan berapa, saya tahunya

setelah diumumkan pada saat penyerahan imbalan”.22

Kontrol yang dilakukan masyarakat adalah dengan undangan yang

diberikan jika akan diadakan peyerahan imbalan. Tujuan masyarakat penemu fosil

melakukan kontrol adalah agar mendapatkan hasil yang diharapkan. Masyarakat

penemu fosil mengaharapkan mendapat temuan fosil yang utuh dan berharga

sehingga dapat meningkatkan nilai imbalan. Alasan Sutarno melaporkan temuan

fosilnya adalah:

Dulu proses imbalan memang lama, tapi itu dulu kalau sekarang cepat,
saya bisa tahu saat ada undangan untuk pengambilan imbalan. Dan
masalah imbalan emang tergantung hasil temuan fosilnya, tetapi imbalan
yang sekrang lebih banyak dari yang dulu dan fosil yang saya temuan

21
commit
Wawancara dengan Sutarno to user
tanggal 13 Februari 2014
22
Wawancara dengan Sutarno tanggal 13 Februari 2014
perpustakaan.uns.ac.id 110
digilib.uns.ac.id

adalah fosil sejenis Fr. Mandibula Dextra Cervus sp (masalah jenis fosil
saya mendapat informasi dari BPSMP Sangiran).23

Lebih cepatnya proses pemberi imbalan, membuat penemu fosil lebih

senang dan merasa tenang jika melaporkan temuan fosilnya ke pada BPSMP

Sangiran. Dan dengan melaporkan temuan fosilnya, penemu fosil tidak akan

dijerat kasus hukum.

commit to user
23
Wawancara dengan Sutarno tanggal 13 Februari 2014

Anda mungkin juga menyukai