Anda di halaman 1dari 4

Review Artikel

Struktur Kayu

Wiryanto Dewobroto
24 Mei 2011
https://wiryanto.blog/2011/05/24/struktur-kayu/

Latar Belakang :

Pembangunan infrastruktur di Indonesia lebih cenderung ke material beton dan baja, karna
di nilai memiliki daya tahan yang kuat dan rendah biaya pemeliaharaan. Sehingga pemilihan material
beton dan baja merupakan hal yang utama dalam pembangunan infrastruktur.
Oleh karena itu pemilihan material kayu dalam infrastruktur menjadi sangat langkah,
biasanya struktur kayu digunakan dalam pembuatan bangunan non-permanen atau semi-permanen.
Hal ini sebabkan konstruksi kayu hanya bisa didapatkan melalui hasil tebangan hutan. Seperti yang
kita tahu sendiri kayu yang baik memiliki harga yang mahal. Lain hal dengan negara maju seperti
Jepang, Cina, dan Amerika Selatan, pemilihan material Kayu dan bambu berkembang sangat pesat
dalam pembangunan infrastruktur.
Di Indonesia perkembangan struktur kayu hanya pada taraf finishing yang dibutuhkan
arsiteknya. Ilmu struktur kayu tidak akan mati atau maju berkembang itu semua tergantung dari
instansi perguruan tinggi tersebut dalam memberikan pemahaman lebih tentang ilmu struktur kayu
sehingga dapat melahirkan pemikiran-pemikiran baru yang dapat mendorong perkembangan
struktur kayu dalam infrastruktur.

Tujuan :

Tujuan review artikel ini untuk mengenalkan struktur kayu sebagai inovatif baru dalam
pembangunan infrastruktur khususnya di Indonesia. Dan memberikan presepsi baru kepada
masyarakat bahwa pemilihan material kayu tak kalah dengan material lainnya, sehingga
perkembangan struktur kayu dapat lebih maju dari sebelumnya.

Review :
Artikel struktur kayu yang karya Wiryanto Dewobroto yang dipublikasikan pada tanggal 24
mei 2011, mengulas tentang pekembangan Ilmu struktur kayu yang Indonesia yang dimana masih
tertinggal bahkan kurang sekali peminatnya. Wiryanto Dewobroto merupakan salah satu engineer
Indonesia yang memiliki pengalaman dalam perencanaan struktur khususnya dalam pembangunan
gedung-gedung yang tinggi dan bangunan industri. Beliau sendiri merupakan salah satu dosen di
perguruan tinggi yang ada di Indonesia yaitu Universitas Pelita Harapan (UPH).
Wiryanto Dewobroto menulis artikel ini merupakan salah satu bentuk cara dia
memperkenalkan Struktur Kayu. Seperti yang kita tahu sendiri Struktur kayu sangat jarang digunakan
dalam pembangunan infrastruktur khususnya di negara kita yaitu Indonesia. Ketidak populerannya
lah yang menjadi salah satu latar belakang penulisan artikel struktur kayu ini. Penggunaan struktur
kayu pada saat ini masih bergantung pada kebutuhan sang arsitek saja. Dikarenakan struktur kayu
tidak populer, maka dari situlah tugas seorang penulis menjadi sangat penting. Menurut beliau
“penulis yang hebat dapat mengubah sesuatu yang tidak populer menjadi populer, minimal di
kacamata pribadinya”. Ketika sebuah tulisan dapat menginspirasi seseorang maka artinya seorang
penulis dapat mengubah dunia. Pernyataan inilah yang mendorong seorang Wiryanto Dewobroto
menulis artikel struktur kayu ini.
Ketidak populeran struktur kayu tidak hanya didalam dunia praktik melainkan juga didalam
bidang ilmu pengetahuan Struktur kayu. Kalau didalam jurusan Teknik Sipil (khususnya di UPH),
struktur beton memiliki 3 mata kuliah yang berbeda yaitu: Struktur Beton I, Struktur Beton II, dan
Review Artikel

Struktur Beton III yang dimana memiliki total 9 sks (saya rasa di UBT pun serupa). Begitu pula dengan
halnya Teknologi Bahan yang mayoritas isinya membahas tentang teknologi beton, sedangkan
Struktur Kayu hanya memiliki satu mata kuliah yaitu struktur kayu itu sendiri dengan jumlah total 2
sks. Jadi kesimpulannya struktur kayu merupakan ilmu minoritas.
Karna memiliki jumlah sks yang sedikit maka tak jarang jika seorang lulusan Teknik Sipil tidak terlalu
menguasai struktur kayu dibandingkan beton dan baja. Menurut Wiryanto Dewobroto minimnya
pemahaman struktur kayu maka jika nanti terlibat didalam sebuah proyek dan ada sebuah usulan
bangunan baru dapat dipastikan mereka akan cenderung memilih struktur beton atau baja yang
pada akhirnya proyek di lapangan tidak ada yang memakai struktur kayu. Lain hal dengan di luar
negeri seperti di Kanada, Swedia, Jepang, Cina, dan Amerika Selatan memilki struktur kayu dan
bambu yang berkembang pesat dan mampu bersaing dengan konstruksi baja maupun beton, dengan
cara membuat ukuran kayu menjadi lebih besar dan kuat dengan teknik laminasi yaitu
menggabungkan ukuran-ukuran kayu tersebut dengan bahan adhesive sehingga dapat membentuk
suatu kesatuan. Adhesive merupakan suatu bahan yang digunakan untuk menyatukan dua material
yang berbeda contohnya logam dengan logam, logam dengan kayu, logam dengan karet dan
sebagainya. Yang pada intinya di negara maju penggunaan semen dapat merusak lingkungan jadi
penggunaan semen maupun beton bertulang hanya seperlunya saja.
Artikel ini juga ini membahas tentang kondisi kampus yang pada saat ini tidak lebih sebagai
institusi pencetak ijazah. Menurut pak Waryanto Dewobroto sendiri dengan istilah kerennya “dunia
kampus mengikuti kebutuhan pasar saja, lagi rame bikin real-estate maka rame-rame S1 real-estate”
pendapatnya ini dia dapat melalui membaca spanduk-spanduk perguruan tinggi yang terpampang
dijalanan. Sekarang ini mungkin ada yang berkecimpung dengan kayu, tapi hanya dibagian risetnya
saja karena dinilai relatif mudah dibandingkan riset-orisinil material lainnya.
Bagi seorang Waryanto Dewobroto menulis artikel tentang struktur kayu ini sendiri
merupakan bentuk kepeduliannya. Seperti beliau bukanlah dosen pengajar struktur kayu jadi untuk
apa dia perlu pusing-pusing memikirkannya. Bagi beliau menulis artikel ini merupakan salah satu
idealismenya sebagai penulis. Latar belakang pengalaman dan pendidikannya sebagai insinyur Teknik
Sipil maka jelas dia sangat peduli. Menurutnya seorang penulis yang ingin berpikir diluar kerangka
konteksnya yang sangat umum diperlukannya, karna itulah seorang penulis dapat menjadi seorang
visioner yang lebih maju dari zamannya.
Artikel ini juga menjelaskan rasio kuat kayu dibanding berat volumenya, yang dimana beton
merupakan paling tidak efisien sedangkan kayu memiliki efisiensi paling tinggi dibandingkan baja
(untuk lebih jelasnya silahkan membaca langsun artikelnya di link yang telah disediahkan). Untuk
menunjukan berat yang sama maka kayu memiliki kekutan yang lebih baik. Kayu hanya dapat
dikalahkan oleh material bambu, ini jelas merupakan suatu potensi yang tidak dapat diabaikan jika
menggunakan kayu sebagai material konstruksi.
Maka dari kesimpulan diatas menyebabkan keunggulan kayu itu sendiri dilirik oleh negara maju yang
peduli akan lingkungan, yang dimana material kayu dapat dihasilkan kembali (sustainability).
Artikel ini juga menjelaskan bahwa syarat mutlak bagi keberhasilan produk adalah adanya
kontrol mutu yang terjaga dan konsisten. Salah satu faktor yang mempengaruhi konstruksi kayu di
Indonesia tidak maju adalah ketakutan para insinyur bahwa apa yang diprediksi dikertas tidak sesuai
dengan yang ada dilapangan. Masalah yang dihadapi bukanlah pada tahap rancangan tetapi
menginplementasikan kayu pada struktur nyata. Dan bahan yang di butuhkan tidak ada yang
mendukung.
Wiryanto Dewobroto juga berkata jika ingin konstruksi kayu dapat maju di Indonesia langkah
pertama yang harus dilakukan adalah memajukan teknologi bahan kayu. Menurut beliau dalam
pemberian mata kuliah kayu jangan hanya terpaku pada aspek rekayasanya saja tetapi juga harus
diaspek teknologinya.
Ternyata teknik laminasi pada konstruksi kayu tidak terbatas pada bangunan gedung,
contohnya saja di Norwegia yang menggunakan konstruksi kayu dalam pembuatan jembatan dan
bahkan mampu menahan berat kendaraan tank tempur.
Review Artikel

Inilah adalah beberapa perkembangan konstruksi kayu yang ada di luar negeri. Dengan adanya artikel
ini diharapkan perkembangan struktur kayu di Indonesia dapat lebih maju dan materi struktur kayu
tidak menjadi miniritas.
Review Artikel

Review Artikel

DISRUPTIF Konstruksi Kayu dan Penelitiannya


Waryanto Dewobroto
25 November 2018
https://wiryanto.blog/2018/11/25/disruptif-konstruksi-kayu-dan-penelitiannya/#more-25756

Review:

Seperti judul di atas artikel ini akan membahas tentang “Disruptif Konstruksi Kayu dan
Penelitiannya”, penelitian merupakan dalah suatu proses penyelidikan yang dilakukan secara aktif,
tekun, dan sistematis, dimana tujuannya untuk menemukan, menginterpretasikan, dan merevisi
fakta-fakta. Di artikel ke-2 ini akan menjelaskan kondisi penelitiaan yang ada di Indonesia. Tak jarang
kita temui hasil dari penelitian akan berbentuk teori-teori, dan dengan mantap pastilah sang peniliti
akan menjelaskan panjang lebar tentang teorinya tersebut. Hanya saja implementasinya di lapangan
kadang tidak sesuai dengan yang dibayangkan. Maka dari itu tak jarang topik dan hasil penelitian
hanya ramai di dalam ruang persidangan kampus, yang menjadi bahan diskusi dan debat bagi
mahasiswa dan tim pengujinya. Dan akhirnya penelitian hanya menjadi sekedar persyaratan lulus
untuk gelar akademik. Dari banyaknya laporan penelitian hanya sedikit yang bisa di publikasikan
keluar untuk terbit di jurnal bermutu dan terimplementasi menjadi inovasi bisnis. Tak heran jika kita
mendapatkan kabar bahwa laporan penelitian yang berbentuk skripsi, dibuang begitu saja dengan
alasan memakan tempat diruang perpustakaan. Dengan begitu kita tahu bahwa skripsi-skripsi tadi
menunjukan bahwa hasil pemikiran akademisi terbukti tidak bermanfaat (kecuali sebagai
persyaratan lulus belaka).
Adapun hasil penelitian yang dipublikasikan, dan inilah yang motivasi yang beragam bagi
dosen. Dan telah dikelompokkan sebagai berikut:
1. Bagi dosen yang telah bersetifikat profesional dari pemerintah maka menulis sebuah
makalah yang dipublikasikan adalah wajib, agar tunjangan profesi dapat masih berlanjut. Ini
merupakan dampak positif dari pemerintahan pak Susilo Bambang Yudhoyono yang
terdahulu dan kebijakan ini masih berlaku sampai saat ini.
2. Penelitian dan publikasi merupakan salah satu strategi bagi dosen untuk keluar sejenak dari
rutinitasnya mengajar. Dengan menulis makalah maka dosen mendapat kesempatan pergi
keluar kampus (surat tugas) untuk mempresentasikan makalahnya tersebut. Tak heran jika
lokasi yang biasa tempat seminarnya di Bali, jadi sekaligus melancong. Ada kebijakan kampus
yang menunjang finansial

Anda mungkin juga menyukai