1. Diode
Dioda semi konduktor yang dipakai pada teknik elektronika pada umumnya
digunakan untuk menyearahkan arus listrik AC menjadi DC.
Dioda dibentuk oleh atom P dan atom N yang digabungkan menjadi satu, sehingga
akan membentuk susunan seperti gambar dibawah ini.
Dari gambar di atas atom P disebut sebagai anoda dan atom N sebagai katoda. Bila
anoda diberi muatan positip dan katoda diberi muatan negatip, maka arus akan
mengalir (lampu menyala), sebaliknya jika anoda diberi muatan negatip dan katoda
diberi muatan positip, maka arus tidak mengalir.
Arah gerakan arus yang mengalir ini dinamai arah gerak maju atau forward direction.
Arah gerakan tanpa aliran arus ini dinamai arah gerak tentang atau revers direction.
Dioda dapat digunakan untuk menyearahkan arus AC menjadi arus DC. Ada dua
macam penyearah dioda yaitu penyearah setengah gelombang dan penyearah
gelombang penuh. Gambar 13 memperlihatkan rangkaian penyearah setengah
gelombang.
Rangkuman
1. Dioda adalah Komponen pasif linear yang dibuat dari bahan setengah
penghantar/semi konduktor (PN Junction), memiliki dua elektroda
Anoda dan Katoda.
1
2. Dioda dalam pemakaiannya sebagai alat penyearah arus AC ke DC
dinamakan dioda Rectifier/penyearah.
3. Dioda dalam pemakaiannya dioperasikan daerah kerja Breakdown
Voltage dan fungsinya sebagai penyetabil tegangan dinamakan Dioda
Zener.
4. Dioda dalam pemakaiannya sebagai pendeteksi frekuensi modulasi
untuk mendapatkan audio frekuensi dinamakan Dioda Detektor.
5. Dioda dalam pemakaiannya sebagai operasional perubahan nilai
kapasitas dari variabel tegangan dinamakan Dioda Varaktor.
6. Dalam penyearahan dengan satu buah dioda dinamakan
penyearahan setengah gelombang/Half Wave Rectifier.
7. Dalam penyearahan dengan dua atau empat buah dioda dinamakan
penyearahan gelombang penuh/Full Wave Rectifier.
8. Tegangan DC yang dihasilkan penyearahan setengan gelombang
besarnya VO = 0. 318 x V Max Input Dioda.
9. Penyearahan dengan sistem gelombang penuh tegangan DC yang
dihasilkan besarnya VO = o. 636 x V max Input Dioda.
10. Penyetabilan tegangan dengan Dioda Zener, besarnya VO = VZD.
11. Dioda Detektor dipakai sebagai alat deteksi gelombang modulasi
untuk memperoleh sinyal Audio/Video dalam sistem komunikasi
Audio-Video.
a. Tes Formatif
1. Berapa besar tegangan kerja/Forward bias Dioda Silikon?
2. Berapa besar tegangan kerja/Forward bias Dioda Germanium?
3. Berapakah Tegangan DC untuk penyearah setengan Gelombang, bila
diketahui besarnya tegangan input pada Dioda 12 Volt rms.
4. Berapakah Tegangan DC untuk penyearah Gelombang penuh, bila
diketahui besarnya tegangan input pada Dioda 18 Volt rms.
b. Kunci Jawaban Tes Formatif
1. Besarnya tegangan kerja Forward Bias pada Dioda Silikon antara 0.6 Volt
sampai dengan 0.8 Volt, umumnya diambil rata-rata 0.7 Volt.
2
2. Besarnya tegangan kerja Forward Bias pada Dioda Germanium antara 0.2
Volt sampai dengan 0.4 Volt, umumnya diambil rata-rata 0.3 Volt.
3. V max = V rms/0.707
= 12 V / 0.707
= 16.97 V
V DC = 0.318 . V max
= 0.318.16.97 Volt
= 5,4 Volt
4. V max = V rms/0.707
= 18 V / 0.707
= 25.46 V
V DC = 0.636 . V max
= 0.636.25.46 Volt
= 16.2 Volt
TRANSISTOR
Transistor berasal dari kata Transfer dan Resistor artinya perpindahan atau perubahan
perlawanan
Sebetulnya transistor itu adalah dua buah dioda, mempunyai tiga kaki yaitu Emitor, colektor, Basis
Simbol
Ada dua jenis transistor yaitu adalah NPN dan PNP
E P N P C E N P N C C C
B B B B
a. Susunan Lapisan
E E
PNP NPN
E C E C
c. Simbol
B B
b.Rangkaian Pengganti
3
Transistor sebagai saklar
Transistor yang bekerja sebagai saklar akan bercakap-cakap kondisi menyumbat dan jenuh
+Vcc +Vcc
+Vcc +Vcc
B B
Resistansi Resistansi
Besar kecil
Arus sangat kecil Arus sangat besar
E E
Penguat adalah alat yang memperbesar sinyal input sehingga dihasilkan sinyal output yang
lebih besar dan penguat memakai sumber catu daya yang berasal dari luar.
PENGUAT
sinyal sinyal
masukan keluaran
catu daya
4
Gambar 1. Prinsip Penguat
Aruskecil pada basis mengontrol aliran arus yang lebih besar dari kolektor ke emitor
melewati transistor
Transistor berfungsi sebagai penguat ketika arus basis berubah. Perubahan kecil pada arus
basis mengontrol perubahan besar pada arus yang mengalir dari kolektor ke emitor.
Hubungan antara arus kolektor dan arus basis pada transistor adalah penguatan arus
Ic
Penguatan Arus (hfe) =
Ib
Contoh:
Sebuah transistor memiliki arus basis Ib = 0,1 mA dan arus kolektor Ic = 10 mA. Berapa
penguatan arusnya ?
10mA
C
Penguatan arus (hfe) = Ic / Ib Ic
Ib B
= 10 / 0,1
0,1 mA
= 100 E Ie
Pembaisan Transistor
Agar transistor bekerja dengan aktif, maka ketiga elektroda harus diber potensial searah
dikenal tegangan muka atau disebut tegangan bias
Re Rc Re Rc
5
Dimana : RE adalah pembatas arus emitor Ie
RC adalah tahanan output atau tahanan beban untuk menentukan titik kerja
transistor (Q).
Ie =3mA
Ie =2mA
Ie =1mA
Q
Ie =0mA
Garis beban DC
0 VBC (V)
VCC
Karakteristik Konfigurasi CB
Bagian Input :
Re
Rc
Bagian output :
VBC
Ic VCC – Ic.Rc – VBC = 0 atau VBC = VCC – Ic.Rc
Ib VCC
Ic =
Re Re
Rb Rb
Ie Ie
VBE VBE
Ib Ib
VBC VEE VBC VEE
Ic Ic
Bagian input :
Rb
VBE VCC –I b.Rb - VBC = 0
Ib
VBC Ib =
Ic
Re
Ie
VBE
Bgaian output :
VEE
Ic
-VEE + Ie.Re + VBE = 0
Ie =
2. Rangkaian Konfigurasi CE
Rc
Rc
Rb
Rb Ic
Ic
Ib VBE
Ib VBE
VB VB VCC
Ie VCC Ie
7
Daerah Aktif Ib =3uA
Ib =2uA
Daerah Saturasi Ib =1uA
Q
Ib =0uA
Garis beban DC
IC (mA)
0 VCE (V)
Daerah Cutt-Off VCC
Karakteristik konfigurasi CE
Bagian input :
Rb
VB – Ib.Rb - VBE = 0
Ib VBE Ib =
Ie
Rc
Bagian output :
VBE Ic = .
VCC
Ie VCC - Ic.Rc - VCE = 0
Contoh (1)
Transistor silikon tipe NPN pada pada gambar dibawah ini mempunyai nilai βDC = 1000 dan VBE = 0,7V.
Sedangkan komponen rangkaiannya adalah : RC = 1 KΩ, RB = 1 MΩ ; VB = 9,7V dan VCC = 20 V
RC
Hitunglah : a). Tegangan pada RB ( VRB )
IC
b). Arus Basis ( IB )
VCC=20V
IB VRB
c). Arus Kolektor ( IC )
VCE
RB hfe=1000 d). Tegangan pada RC ( VRC )
VBE=0,7V
e).Tegangan C – E ( VCE )
VB=9V
Penyelesaian
8
a. VRB = VB – VBE b. IB = IB = IB = 9uA c. IC = β . IB = 1000 . 9
= 9,7 – 0,7 IC = 9 mA
= 9V
=9V = 20 - 9 = 11V
Contoh (2)
VCC = 20 V
Hitunglah : a). Tegangan pada RB ( VRB )
Penyelesaian
,
a. VRB = VCC - VBE b. Ib = Ib = ,
Ib = 8,7 uA
= 20 - 0,7
= 19,3 V
= 20 - 1,9mA. 6K8
= 14,8V
R1
6K RC RC
470 RTH 470
2k
Hfe =100
Hfe =100
R2 +
3K RE 5V VTH RE
1K 1K
9
Penyelesaian:
Jika kita membuka kawat penghubung basis, pembagi tegangan tidak dibebani. Tegangan Thevenin
dari pembagi tegangan adalah :
VTH = . Vcc
Contoh (4)
VCC = + 30V VCC = + 30V
Penyelesaian :
,
c. Ic ≈ Ie = IC = = 4,6 mA
d. VCE = VCC – Ic(RE + RC)
= 30 - 4,6mA(3K)
= 16,2 V
e. Garis beban DC dan titik kerja tranistor
Ic (mA)
Ic = 10mA
Titik kerja
Ib =3mA
Q
Ic = 4,6mA
Garis beban DC
0 VCE (V)
16,2V 30V
Daerah Cutt-Off 10
Soal - soal
1. VCC = + 9V
Hfe=150
VBE = 0,6V
VB = 1,5V
2. VCC = + 12V
Hitunglah : a). Arus kolektor saturasi ( IC sat )
RB
RC
b). Arus Basis ( IB )
1M
6K
c). Arus Kolektor ( IC )
Hfe=120 d). Tegangan C – E ( VCE )
VBE = 0,6V e). Gambar garis beban DC dan titik
kerja transistor
3. VCC = + 30V
kerja transistor
11
4. VCC=20V
5. VCC = + 16V
kerja transistor
Hitunglah : a). Arus kolektor saturasi ( IC sat )
R1
20K RC b). Tegangan pada R2 ( VR2)
4K
c). Arus Basis ( IB )
d). Arus Kolektor ( IC )
R2 e). Tegangan C – E ( VCE )
10K RE
5K f). Gambar garis beban DC dan titik
6. A B
c). Gambar garis beban DC dan titik
VCC = 16V
Hitunglah :
R1 RC1 RC2
R2
1M
VB1 470 4K
5K
a). Tegangan pada R1 ( VB! )
Q1
C1 Q2 OUT b). Arus basis Q1 ( IB1)
C2 C3
VCE2 c). Arus Colektor Q1 ( IC! )
VCE1 kerja transistor
IN
VBE VB2 R3
VBE
RE
d). Tegangan pada R3 ( VB2)
0,7V
0.7V 1K 5K
e). Tegangan pada RE dari Q2 ( VRE )
f). Arus Colektor Q2 (IC2), jika
Hfe =1000
dianggap IC2 = IE2
g). Tegangan C – E pada Q2 (VCE)
12
kerja transistor
7. A B
VCC = 15V
R1 RC1 RC2
10K R3 470
VB1 1K 4K
Q1 Q2 OUT
C1
C2 C3
VCE2
VCE1
IN R2 VBE
VBE VB2 R4 0,7V RE2
5K 0.7V 1K 220
Hfe =1000
1. a). Ic = Ic = Ic = 16mA
c). Gambar garis beban DC dan titik c). Gambar garis beban DC dan titik
b). Ib = Ib = Ib = 0.106mA atau 160 uA
, ,
c). RB = RB = ,
RB = 8K5
,
b). Ib = = = 11,4uA
13
e).
Ic (mA)
Ic = 2mA
Titik kerja
Ib =11,4uA
Q
Ic = 1,36mA
Garis beban DC
0 VCE (V)
3,84V 12V
Daerah Cutt-Off
,
b). Ib = Ib = = 0,075mA
e). Ic (mA)
Ic = 20mA
Titik kerja
Q Ib =0,075mA
Ic = 11,25mA
Garis beban DC
0 VCE (V)
13,2V 30V
Daerah Cutt-Off
14
e).
Ic (mA)
Ic = 2mA
Titik kerja
Q Ib =4,12mA
Ic = 0,6mA
Garis beban DC
0 VCE (V)
14V 20V
Daerah Cutt-Off
b). RB = R1//R2
, ,
= 200/300 = 0,6KΩ Ib = Ib = ,
= 7,6 mA
, ,
c) Ic≅ Ie = = = 0,92mA
d). VCE = VCC – IC(Rc + Re) = 16 - 0,92mA.9K = 7,72V
e).
Ic (mA)
Ic = 1,7mA
Titik kerja
Q Ib =7,6mA
Ic = 0,92mA
Garis beban DC
0 VCE (V)
7,72V 20V
Daerah Cutt-Off
15
c). Arus kolektor R3 (IC!) :
= 11 V
7. Ic (mA)
21,1mA
Titik kerja
Q2
10,5mA
5 mA
2,14mA Q1 Ib 1=mA
Garis beban DC
0 VCE (V)
7,76V 8,55V 15V
Daerah Cutt-Off
16
1. Penguat diferensial impedansi input tinggi
2. Penguat tegangan tinggi
3. Penguat output impedansi rendah.
+V
Inpput membalik
- 1 2 3 Out
+
Inpput tak membalik
-V
+V Type IC
Input inverting V1 - Vo
xxx A v = M aks
Input non inverting V 2 +
-V
Input membalik (inverting) dinyatakan dalam ( - ), tegangan DC atau AC Vo berbeda fasa 1800
terhadap Vs = Vin .
Input tak membalik (Non inverting) dinyatakan dalam ( + ), tegangan DC atau AC Vo akan sefasa
terhadap Vin.
1. Z-in besar sekali ( ideal Zin =∞) sehingga arus input praktis dapat diabaikan.
2. Av Penguatan tegangan besar (ideal =∞ )
3. Z-out kecil, sehingga output penguat tidak terpengaruh
+
V1 - Vo
A v = M aks
V2 +
b. Modus loop tertutup
-
RF
-
V out Av <
Vi +
17
-
c. Penguatan terkontrol
RF
+
V1 R1
-
Vo Av >
d. Penguatan satu
-
Vo Av = 1
V1
+
RF
+
R1
Vin -
Vo
Av
+
Av = - !
Jadi Vo = - Av . Vin
18
Contoh (1)
RF =100k
b). Vo = - 0,2 . 10
= - 2V
Contoh (2)
a). Av = - =− = - 10x
b). Vo = - 1 . 10
= - 10V
c). I in = = = 0,1
d). IL =- =− = - 1mA
e). IF =- =− = -0,1mA
RF
+
R1 IF
- Av = +1 Vo = Av . Vin
Vo
I in Av
Vin
+
IL RL
-
19
Contoh
RF =100K
Hitunglah :
+
R1=10K a. Penguatan (Av)
- Vo b. Tegangan output (Vo)
Av
0,2Vpp
+
Vin RL=10K
-
Penyelesaian
a. Av = +1 = + 1 = 11
b. Vo = Av . Vin = 11 + 0,2
= 2,2Vp-p
R1=10K RF =100K
Vin1
R2=10K +
Vin2 - Vo
Av Vo = - . 1+ . Vin2
+
RL=10K
-
Penyelesaian
Vo = - . 1+ . Vin2 Vo = - .2 + . 1
= - 30V
5. Rangkaian Integrator
Rangkaian integrator secara terus-menerus menjumlahkan kualitas yang akan diukur
selama sedang waktu yang diberikan.
Dalam rangkaian integratoe R dan C dasar seperti terlihat dalam gambar output
disadap dari kapasitor
Vin R Vout
+V +V
0 C
0
20
Gbr. Integrator pasif sederhana
TC = R . C
TC = Tetapan waktu
CF
Rin +
Vin - Vo
Zin Av
+V
0 + 0
-
RF=1M
Catatan :
CF=0,1uF
Dengan nilain komponen yang
demikian, hasil terbaik diperoleh
Rin=1k +
Vin
-
pada kisar frekwensi antara
Vout
+1V 300Hz – 10KHz
0 +
0
-
F ≈ 1000Hz Rg=1K -5V
Vout = .
.∫ .
Vout = − .∫ .
.
,
Vout = − .∫ (+1 . 0,0005
. ,
= - 10000 (0,0005)
= - 5V
21
Tanda minus hanya menunjukkan bahwa keluaran berlawanan fasa 1800 terhadap
masukan.
6. Rangkaian Diferensiator
Vout
+V
0 R
Cin=0,1uF +
Catatan :
Vin
- Vout Dengan nilai komponen
+12,5V yang demikian, hasil terbalik
+V +
pada frekwensi 1 KHz
0 -
0
.
Vout = -2.RF.Cin
-12,5V
Contoh :
RF=10k
Cin=0,1uF +
Vin
- Vout +2V
+1V
+
0 -2V
-
F≈ 1
22
Vout = - 2 RF.Cin Vout = -2. 10K. 0,1uF. ,
= -0,002 . 2000
= -4V
7. Osilator Op-Amp
Ada 4 macam bentuk gelombang dasar osilator : 1. Persegi
2. Segitiga
3. Gigi-gergaji
4. Sinus
Pembangkit gelombang kotak termasuk dalam keluarga osilator yang disebut sebagai
multivibrator. Tepatnya, pembangkit ini dikatakan sebagai multivibrator astabil atau
multivibrator bergerak bebas (free-running), karena keluaran terus menerus berubah
keadaannya (tinggi dan rendah) tanpa adanya masukan. Pada Gambar 1. berikut diperlihatkan
sebuah pembangkit gelombang kotak dasar.
R1
+15 V
-
741 Vout
+
+ Vsat
C -15 V 0V
R2
- Vsat
R3
Vref (+VT dan - VT)
Ada dua buah lintasan umpan balik untuk rangkaian ini. Lintasan pertama datang dari
keluaran menuju masukan membalik (inverter), pada lintasan ini terdapat sebuah resistor
23
umpan balik dan sebuah kapasitor yang dibumikan. Kombinasi RC ini menentukan frekuensi
kerja pembangkit. Lintasan kedua datang dari keluaran menuju masukan tak membalik (non
inverter) dan terdiri atas dua buah resistor. Resistor-resistor ini membentuk pembagi tegangan
yang memberikan tegangan acuan (Vref) pada masukan tak membalik. Bila resistor-resistor ini
dipilih sehingga R3 86% dari R2, frekuensi pembangkit dapat didekati dengan rumus sederhana
berikut :
1
out =
2 R1 C
Dengan jaringan pembagi tegangan R2 dan R3 memberikan Vref pada masukan tak membalik,
rangkaian berperilaku seperti detector level tegangan.
+15 V
Vout
+ Vsat
+VT
0V VH
VC
R3
--15 V
tR=R1C tF=R1C
+VT = (+Vsat) = 0,46 (+Vsat)
T=tR + tF R3 + R 2
T=2R1C
1 SIKLUS
R3
R3 + R2
Sebagai contoh, bila pada rangkaian ini diberikan daya, kapasitor akan mengisi lewat
R1 sampai mencapai Vout. Keluaran op-amp akan + Vsat, dan Vref pada masukan tak membalik
akan berada pada tegangan positif, VT. Bila tegangan kapasitor melebihi +VT keluaran op-
amp akan beralih keadaan yaitu menuju – Vsat. Kini Vref pada masukan tak membalik berada
pada tegangan ambang negatif, - VT. Sebaliknya kini kapasitor mulai mengisi dalam arah yang
berlawanan menuju – Vsat. Ketika tegangan kapasitor turun di bawah - VT, keluaran op-amp
kembali pada keadaan semula dan Vout kembali pada Vsat. Satu siklus telah terpenuhi, lalu
proses akan berulang lagi.
24
Gambar 2. memperlihatkan aksi tengangan kapasitor (Vc) dan tegangan keluaran op-
amp (Vout). Tegangan ambang +VT dan –VT ditentukan oleh resistor pembagi tegangan R2
dan R3 dan dinyatakan dalam
R3
+VT = (-Vsat) = 0,46 (+Vsat)
R3 + R 2 dan
R3
-VT = (-Vsat) = 0,46 (-Vsat)
R3 + R 2
Untuk membuat sebuah pembangkit gelombang kotak dengan gelombang uji 1 kHz, ambil R1
10 K, C = 0,05 µF, R2 = 100 K, dan R3 = 86 K.
Frekuensi keluaran diperiksa melalui :
1
out =
2(10x103)(0,05x10-6)
1
=
2(0,5x10-3)
1
=
1x10-3
= 1 KHz
Bila +Vsat dan – Vsat sama dengan +13,5V dan – 13,5V, maka amplitudo tegangan ambang
adalah :
+VT = 0,46 (+13,5 V)
= +6,21
dan
-VT = 0,46 (-13,5 V)
= -6,21
Karena itu, tegangan ambang antar puncak VH adalah
VH (pp) = (+VT) - ( - VT)
= +6,21 - ( - 6,21)
= 12,42 V
Atau dengan perkataan lain VH dua kali +VT atau dua kali –VT .
25
7.2.Pembangkit Gelombang Sinus
Terdapat berbagai macam pembangkit gelombang sinus dalam rangkaian elektronika, salah
satunya adalah generator gelombang sinus dengan osilator jembatan Wien. Dalam Gambar 7.2.
berikut diperlihatkan sebuah contoh penerapan osilator jembatan Wien untuk menghasilkan
1N 4739(Vz = 9,1 V
C1 = 0,1 uF
R3 =22K
+15 V
R4 = 50K R1 = 10K
C2 = 0,1 uF
741 Vout
R5 = 22K
R2 = 10K
-15 V
Umpan balik diberikan pada kedua masukan op-amp. Komponen penentu frekuensi
yang terdiri atas R1, C1, dan R2, C2 memberikan umpan balik positif pada masukan tak
membalik (non inverting). Umpan balik negatif diberikan pada masukan membalik (inverting)
lewat R3, R4, dan R5. Umpan balik positif harus lebih besar daripada umpan balik negatif
supaya osilasi tetap terjadi. Pengurangan umpan balik negatif dikerjakan oleh potensiometer
R4. Dalam hal ini potensiometer dipakai untuk menyetel saat mulainya osilasi rangkaian.
Jaringan penentu frekuensi mengendalikan besarnya umpan balik positif berdasarkan
frekuensi. Setelah R4 disetel untuk menentukan saat awal osilasi, selanjutnya umpan balik
positif yang tepat untuk masukan tak membalik ditentukan oleh perbandingan reaktansi dan
resistansi. Bila frekuensi berkurang, reaktansi C1 membesar sehingga umpan balik positif
berkurang. Demikian pula, bila frekuensi bertambah, reaktansi C2 mengecil sehingga lebih
26
banyak umpan balik positif yang melintasi ground. Karena itu, osilator dipaksa bekerja pada
frekuensi resonansi oleh jaringan ini.
1
out =
2 R1 R2 C1 C2
1
out =
2 R1 C1
Untuk membuat pembangkit gelombang segitiga pada praktikum ini menggunakan dua
buah op-amp. Sebuah op-amp dipakai untuk membuat rangkaian dasar yakni pembangkit
gelombang kotak, sebuah lagi untuk membuat integrator. Selanjutnya kedua rangkaian ini
dihubungkan, seperti tampak pada Gambar 7.3a. Tegangan keluaran (Vout) dari integrator dapat
berupa lereng menaik atau dapat juga berupa lereng menurun. Karena itu pembangkit ini
sering disebut pembangkit lereng.
Bila kedua pembangkit gelombang kotak positif, keluaran pembangkit lereng berupa
lereng negatif. Sebaliknya, bila keluaran pembangkit gelombang kotak negatif, keluaran
pembangkit lereng berupa lereng positif. Aksi ini ditunjukkan dalam Gambar 5.b, dan hasilnya
adalah keluaran gelombang segitiga (Vtri). Selain itu ditunjukkan pula keluaran gelombang kotak
(Vsqu). Pembangkit sinyal seperti ini yang mampu menghasilkan dua atau lebih bentuk
gelombang yang berbeda disebut pembangkit fungsi.
27
Frekuensi keluaran gelombang segitiga sama besarnya dengan frekuensi pembangkit
gelombang kotak. Agar bentuk gelombang segitiga yang dihasilkan tidak mengalami distorsi
(cacat) maka dipilih tetapan RC dari R4 dan C2 dua kali tetapan RC dari R1 dan C1.
C2 = 1 uF
R1 = 100 K
-
741
-
+ R4 = 100 K 741
Vtri
+
R2 = 22 K
C1 = 0,2 uF
R3 = 10 K
Vsqu
(a)
+ VT
13 V 26 V
- VT
- Vsat
-15 V
(b)
Gambar 7.3.
Rangkaian Gelombang Segitiga dan Bentuk Gelombang Keluaran
28
Lembar Latihan1
1. Hitung frekuensi keluaran yang dihasilkan pembangkit gelombang tersebut dengan teori
yang telah diberikan, kemudian letakkan hasil perhitungan pada tabel!
2. Apakah bentuk gelombang tegangan pada masukan inverter op-amp
3. Apakah bentuk gelombang tegangan keluaran op-amp?
4. Apa yang terjadi pada fout bila R1 bertambah?
5. Apa yang terjadi pada fout bila C1 berkurang?
Lembar Latihan2
1. Hitung frekuensi keluaran yang dihasilkan pembangkit gelombang tersebut dengan teori
yang telah diberikan, baik sebelum rangkaian dimodifikasi maupun setelah rangkaian
dimodifikasi!
2. Bagaimanakah bentuk gelombang keluarannya?
3. Bandingkan hasil perhitungan berdasarkan teori dengan hasil yang diperoleh dari praktikum!
Lembar Latihan3
1. Hitung frekuensi keluaran yang dihasilkan pembangkit gelombang tersebut dengan teori
yang telah diberikan!
2. Apakah bentuk gelombang tegangan pada keluaran Vtri op-amp?
3. Apakah bentuk gelombang tegangan pada keluaran Vsqu op-amp?
Kegiatan Belajar 1
1. Frekuensi keluaran dapat dihitung dengan rumus :
1
fout
2R1C1
2. Bentuk gelombang tegangan pada masukan inverter op-amp adalah gelombang gigi gergaji
eksponensial.
3. Bentuk gelombang tegangan pada keluaran op-amp adalah gelombang kotak.
4. Bila R1 bertambah, fout semakin kecil
5. Bila C1 berkurang, fout semakin besar
29
Kegiatan Belajar 2
1. Frekuensi keluaran dapat ditentukan dengan rumus :
1
out =
2 R1 R2 C1 C2
R1
+V
-
Vout
+
C1 -V
R2
R3
Resistor R2 dan R3 membentuk pembagi tegangan dengan ratio sama dengan dua kali tetapan
waktu, sehingga frekuensi dapat ditentukan dengan rumus :
30
1
fout =
2RC
Dengan menggunakan rumus tersebut maka dapat dilakukan pemilihan komponen elektronika
yang akan digunakan yaitu :
SOAL SUMATIF
R F = 68K
1.
+
R 1=22K IF
Vin
-
0,5V Vo
I in Av
+
IL
- R L=10K
Penyelesaian :
a). Av = - =− = - 3,09x
= - 1,5V
,
c). IL = - =− = −0,15
,
d). IF = - =− = −0,027
31
2. Gambarkan rangkaian inverting dengan nilai RF = 100K, R1=10K tentukan tegangan
outputnya (Vo) hasilnya masukan dalam tabel :
Tegangan input (Vin) Tegangan Output (Vo)
+0,5
-0,3
+0,3
-0,5
4. Gambarkan rangkaian penguat penjumlahan dengan nilai RF= 100K, tentukan tegangan
outputnya (Vo) hasilnya masukan dalam tabel :
32
DASAR TEORI
Rangkaian audio merupakan salah satu aplikasi dari dasar elektronika yang banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi penggemar audio end, vacuum tube masih
banyak digunakan hingga sekarang sebagai penguat audio. Teknologi vacuum tube sendiri
dikenall sekitar tahun 1907 – 1960. Tetapi penggunaan cauum tube diyakini dapat
menghasilkan kualitas suara yang lebih natural khususnya dalam mereproduksi suara dari
alat musik yang beresonansi.
Vacuum tube bekerja berdasarkan adanya emisi elektron yang terjadi apabila
sebuah elemen katoda dipanaskan. Sebuah anoda akan menangkap elektron-elektron
tersebut, sehingga menimbulkan arus dan tegangan (anoda yang akan digunakan sebagai
penguat sinyal). Sebuah grid dimungkinkan terdapat dalam tabung sebagai variabel pengatur
jalannya elektron-elektron tersebut sehingga sinyal dapat dikuatkan, karena sinyal inilah
yang dicatu kepada grid sehingga setiap sinyal mendapat penguatan yang linear.
Teori Decibel ( dB )
Decibel merupakan besaran yang lebih kecil dari bel, dimana besarannya 1 bell
adalah 10 decibel. Decibel pada umumnya digunakan untuk menyatakan kekuatan suara.
Akan tetapi decibel juga dapat digunakan untuk menyatakan hal-hal yang berhubungan
dengan sinyal, komunikasi, tegangan, intensitas dan lain-lain.decibel didefinisikan sebagai
logaritma dan perbandingan besarnya daya output terhadap input. Dalam bentuk rumus
dapat dinyatakan sebagai berikut:
Decibel ( dB ) = 10 Log
Contoh :
Hitung berapa decibel penguat tersebut
dB = 10 log 10 adalah dB = 10
TUGAS
MATA DIKLAT I.A.D tidak dicopy
Kelas : I E -1 jam ke 1 -2
Kelas : I E – 2 jam ke 7 -8
33