Anda di halaman 1dari 33

DIODA

1. Diode
Dioda semi konduktor yang dipakai pada teknik elektronika pada umumnya
digunakan untuk menyearahkan arus listrik AC menjadi DC.
Dioda dibentuk oleh atom P dan atom N yang digabungkan menjadi satu, sehingga
akan membentuk susunan seperti gambar dibawah ini.

Gambar 11. Susunan dan Simbol Dioda Semikonduktor

Dari gambar di atas atom P disebut sebagai anoda dan atom N sebagai katoda. Bila
anoda diberi muatan positip dan katoda diberi muatan negatip, maka arus akan
mengalir (lampu menyala), sebaliknya jika anoda diberi muatan negatip dan katoda
diberi muatan positip, maka arus tidak mengalir.
Arah gerakan arus yang mengalir ini dinamai arah gerak maju atau forward direction.
Arah gerakan tanpa aliran arus ini dinamai arah gerak tentang atau revers direction.

Gambar 12. Arus DC melalui Dioda

Dioda dapat digunakan untuk menyearahkan arus AC menjadi arus DC. Ada dua
macam penyearah dioda yaitu penyearah setengah gelombang dan penyearah
gelombang penuh. Gambar 13 memperlihatkan rangkaian penyearah setengah
gelombang.

Rangkuman

1. Dioda adalah Komponen pasif linear yang dibuat dari bahan setengah
penghantar/semi konduktor (PN Junction), memiliki dua elektroda
Anoda dan Katoda.

1
2. Dioda dalam pemakaiannya sebagai alat penyearah arus AC ke DC
dinamakan dioda Rectifier/penyearah.
3. Dioda dalam pemakaiannya dioperasikan daerah kerja Breakdown
Voltage dan fungsinya sebagai penyetabil tegangan dinamakan Dioda
Zener.
4. Dioda dalam pemakaiannya sebagai pendeteksi frekuensi modulasi
untuk mendapatkan audio frekuensi dinamakan Dioda Detektor.
5. Dioda dalam pemakaiannya sebagai operasional perubahan nilai
kapasitas dari variabel tegangan dinamakan Dioda Varaktor.
6. Dalam penyearahan dengan satu buah dioda dinamakan
penyearahan setengah gelombang/Half Wave Rectifier.
7. Dalam penyearahan dengan dua atau empat buah dioda dinamakan
penyearahan gelombang penuh/Full Wave Rectifier.
8. Tegangan DC yang dihasilkan penyearahan setengan gelombang
besarnya VO = 0. 318 x V Max Input Dioda.
9. Penyearahan dengan sistem gelombang penuh tegangan DC yang
dihasilkan besarnya VO = o. 636 x V max Input Dioda.
10. Penyetabilan tegangan dengan Dioda Zener, besarnya VO = VZD.
11. Dioda Detektor dipakai sebagai alat deteksi gelombang modulasi
untuk memperoleh sinyal Audio/Video dalam sistem komunikasi
Audio-Video.
a. Tes Formatif
1. Berapa besar tegangan kerja/Forward bias Dioda Silikon?
2. Berapa besar tegangan kerja/Forward bias Dioda Germanium?
3. Berapakah Tegangan DC untuk penyearah setengan Gelombang, bila
diketahui besarnya tegangan input pada Dioda 12 Volt rms.
4. Berapakah Tegangan DC untuk penyearah Gelombang penuh, bila
diketahui besarnya tegangan input pada Dioda 18 Volt rms.
b. Kunci Jawaban Tes Formatif

1. Besarnya tegangan kerja Forward Bias pada Dioda Silikon antara 0.6 Volt
sampai dengan 0.8 Volt, umumnya diambil rata-rata 0.7 Volt.

2
2. Besarnya tegangan kerja Forward Bias pada Dioda Germanium antara 0.2
Volt sampai dengan 0.4 Volt, umumnya diambil rata-rata 0.3 Volt.

3. V max = V rms/0.707
= 12 V / 0.707

= 16.97 V

V DC = 0.318 . V max

= 0.318.16.97 Volt

= 5,4 Volt

4. V max = V rms/0.707
= 18 V / 0.707

= 25.46 V

V DC = 0.636 . V max

= 0.636.25.46 Volt

= 16.2 Volt

TRANSISTOR
Transistor berasal dari kata Transfer dan Resistor artinya perpindahan atau perubahan
perlawanan

Sebetulnya transistor itu adalah dua buah dioda, mempunyai tiga kaki yaitu Emitor, colektor, Basis
Simbol
Ada dua jenis transistor yaitu adalah NPN dan PNP

E P N P C E N P N C C C

B B B B

a. Susunan Lapisan
E E

PNP NPN

E C E C
c. Simbol

B B

b.Rangkaian Pengganti

3
Transistor sebagai saklar

Transistor yang bekerja sebagai saklar akan bercakap-cakap kondisi menyumbat dan jenuh

+Vcc +Vcc

Transistor kondisi menyumbat bagaikan saklar keadaan


Rc 0V Rc 0V terbuka (off), maka :

a. Kuat arus kolektor Ic = 0


b. Tegangan Vce = tegangan Vcc
Vcc Vcc
c. Tegangan dibeban = 0V

Gbr. Transistor yang


Menyumbat

+Vcc +Vcc

Transistor kondisi jenuh bagaikan saklar keadaan


tertutup (on), maka :
Vcc Rc Vcc

a Kuat arus kolektor Ic = maksimum

Vce=0V 0V b. Tegangan Vce = 0V


c. Tegangan dibeban = Tegangan Vcc

Gbr. Transistor yang


jenuh

Tegangan Rendah Arus sangat kecil Tegangan lebih Arus besar


C besar
C

B B
Resistansi Resistansi
Besar kecil
Arus sangat kecil Arus sangat besar
E E

Transistor sebagai Penguat

Transistor sebagai Penguat memliki sebuah input dan sebuah output

Penguat adalah alat yang memperbesar sinyal input sehingga dihasilkan sinyal output yang
lebih besar dan penguat memakai sumber catu daya yang berasal dari luar.

PENGUAT

sinyal sinyal
masukan keluaran
catu daya
4
Gambar 1. Prinsip Penguat

Aruskecil pada basis mengontrol aliran arus yang lebih besar dari kolektor ke emitor
melewati transistor

Transistor berfungsi sebagai penguat ketika arus basis berubah. Perubahan kecil pada arus
basis mengontrol perubahan besar pada arus yang mengalir dari kolektor ke emitor.

Hubungan antara arus kolektor dan arus basis pada transistor adalah penguatan arus
Ic
Penguatan Arus (hfe) =
Ib
Contoh:

Sebuah transistor memiliki arus basis Ib = 0,1 mA dan arus kolektor Ic = 10 mA. Berapa
penguatan arusnya ?
10mA
C
Penguatan arus (hfe) = Ic / Ib Ic
Ib B
= 10 / 0,1
0,1 mA
= 100 E Ie

Pembaisan Transistor

Agar transistor bekerja dengan aktif, maka ketiga elektroda harus diber potensial searah
dikenal tegangan muka atau disebut tegangan bias

Ada tiga jenis konfigurasi penguat transistor

1). Konfigurasi Commond base ( CB ).

2). Konfigurasi Commond kolektror ( CC ).

3). Konfigurasi Commond Emitor ( CE ).

1. Rangkaian konfigurasi CB.

Re Rc Re Rc

Ie VBE VBC Ie VBE VBC


Ic Ic
VEE VCC VEE VCC
Ib Ib

5
Dimana : RE adalah pembatas arus emitor Ie

RC adalah tahanan output atau tahanan beban untuk menentukan titik kerja
transistor (Q).

Ie adalah Arus emitor

Ic adalah Arus colektor

Ib adalah Arus basis

VEE adalah Tegangan


IC (mA)

Ie =3mA
Ie =2mA
Ie =1mA
Q
Ie =0mA

Garis beban DC

0 VBC (V)
VCC

Karakteristik Konfigurasi CB

Bagian Input :
Re

-VEE +Ie.Re + VBE = 0


Ie VBE
VEE
Ib Diperoleh Ie =

Jika diberi bias forward, maka tegangan VBE


berkisar 0,2V – 0,3V untuk jenis (Ge) dan 0,6V-0,7V
jenis (Si).

Jika VBE diabaiakan karena relatip kecil. Ie =

Rc
Bagian output :
VBC
Ic VCC – Ic.Rc – VBC = 0 atau VBC = VCC – Ic.Rc
Ib VCC
Ic =

Harga Ic hampir sama dengan Ie ditulis Ic ≅

Sebenarnya Ic =∝ dimana ∝ berkisar 0,9 -0.998 6


2. Rangkaian konfigurasi CC

Re Re

Rb Rb
Ie Ie
VBE VBE

Ib Ib
VBC VEE VBC VEE
Ic Ic

Bagian input :
Rb
VBE VCC –I b.Rb - VBC = 0
Ib
VBC Ib =
Ic

Re

Ie
VBE

Bgaian output :
VEE
Ic
-VEE + Ie.Re + VBE = 0

Ie =

2. Rangkaian Konfigurasi CE

Rc
Rc

Rb
Rb Ic
Ic

Ib VBE
Ib VBE
VB VB VCC
Ie VCC Ie

7
Daerah Aktif Ib =3uA
Ib =2uA
Daerah Saturasi Ib =1uA
Q
Ib =0uA

Garis beban DC
IC (mA)

0 VCE (V)
Daerah Cutt-Off VCC
Karakteristik konfigurasi CE

Bagian input :
Rb
VB – Ib.Rb - VBE = 0

Ib VBE Ib =
Ie

Rc
Bagian output :

Ic Penguatan arus (beta) Ic ≅ Ie

VBE Ic = .
VCC
Ie VCC - Ic.Rc - VCE = 0

VCE = VCC - Ic.Rc

Contoh (1)

Transistor silikon tipe NPN pada pada gambar dibawah ini mempunyai nilai βDC = 1000 dan VBE = 0,7V.
Sedangkan komponen rangkaiannya adalah : RC = 1 KΩ, RB = 1 MΩ ; VB = 9,7V dan VCC = 20 V

RC
Hitunglah : a). Tegangan pada RB ( VRB )
IC
b). Arus Basis ( IB )
VCC=20V
IB VRB
c). Arus Kolektor ( IC )
VCE
RB hfe=1000 d). Tegangan pada RC ( VRC )
VBE=0,7V
e).Tegangan C – E ( VCE )
VB=9V

Penyelesaian

8
a. VRB = VB – VBE b. IB = IB = IB = 9uA c. IC = β . IB = 1000 . 9
= 9,7 – 0,7 IC = 9 mA
= 9V

d. VRC = IC . RC = 9mA . 1 KΩ e. VCE = VCC - VRC

=9V = 20 - 9 = 11V

Contoh (2)

VCC = 20 V
Hitunglah : a). Tegangan pada RB ( VRB )

RB= 2,2M RC=6K8 b). Arus Basis ( IB )


c). Arus Kolektor ( IC )
d). Tegangan pada RC ( VRC )
hfe = 175
e).Tegangan C – E ( VCE )
VBE = 0,7V

Penyelesaian
,
a. VRB = VCC - VBE b. Ib = Ib = ,
Ib = 8,7 uA

= 20 - 0,7

= 19,3 V

C . Ic = β . Ib = 175. 8,7uA Ic = 1,9mA

d. VCE = VCC - Ic.RC

= 20 - 1,9mA. 6K8

= 14,8V

Contoh (3) VCC = + 15V VCC = + 15V

R1
6K RC RC
470 RTH 470
2k
Hfe =100
Hfe =100
R2 +
3K RE 5V VTH RE
1K 1K

9
Penyelesaian:

Jika kita membuka kawat penghubung basis, pembagi tegangan tidak dibebani. Tegangan Thevenin
dari pembagi tegangan adalah :

VTH = . Vcc

Dan resistansi Thevenin adalah RTH = R1 // R2

Contoh (4)
VCC = + 30V VCC = + 30V

Hitunglah : a). Arus kolektor saturasi ( IC sat )


R1
10K RC RC b). Arus Basis ( IB )
1K RTH 1K
3K3 c). Arus Kolektor ( IC )
d). Tegangan C – E ( VCE )
R2 +
5K RE 10V VTH RE e). Gambar garis beban DC dan titik
2K 2K
kerja transistor

Penyelesaian :

a. Ic (sat) = = = 10 mA Vcc = Vce = 30V


kerja transistor
b. VRB = . 30 = 10 V RB = R1//R2
= 50/15= 3K3Ω
Ib = Ib = = 3mA

,
c. Ic ≈ Ie = IC = = 4,6 mA
d. VCE = VCC – Ic(RE + RC)
= 30 - 4,6mA(3K)
= 16,2 V
e. Garis beban DC dan titik kerja tranistor
Ic (mA)

Ic = 10mA
Titik kerja

Ib =3mA
Q
Ic = 4,6mA

Garis beban DC

0 VCE (V)
16,2V 30V
Daerah Cutt-Off 10
Soal - soal

1. VCC = + 9V

Hitunglah : a. Arus kolektror (Ic)


RC
560
b. Arus Basis ( Ib)
RB c. Tahanan Basis (RB)

Hfe=150
VBE = 0,6V
VB = 1,5V

2. VCC = + 12V
Hitunglah : a). Arus kolektor saturasi ( IC sat )
RB
RC
b). Arus Basis ( IB )
1M
6K
c). Arus Kolektor ( IC )
Hfe=120 d). Tegangan C – E ( VCE )
VBE = 0,6V e). Gambar garis beban DC dan titik
kerja transistor

3. VCC = + 30V

Hitunglah : a). Arus kolektor saturasi ( IC sat )


RB
390K RC b). Arus Basis ( IB )
1K5
c).kerja
Arus transistor
Kolektor ( IC )
d). Tegangan C – E ( VCE )
VBE = 0,7V e). Gambar garis beban DC dan titik

kerja transistor
11
4. VCC=20V

Hitunglah : a). Arus kolektor saturasi ( IC sat )


R1=4K IC RC=5K
b). Arus Basis ( IB )
c). Arus Kolektor ( IC )
VCE
hfe=1000 d). Tegangan C – E ( VCE )
VBE=0,7V

R2=1K e). Gambar garis beban DC dan titik


IE RE=5K

5. VCC = + 16V
kerja transistor
Hitunglah : a). Arus kolektor saturasi ( IC sat )
R1
20K RC b). Tegangan pada R2 ( VR2)
4K
c). Arus Basis ( IB )
d). Arus Kolektor ( IC )
R2 e). Tegangan C – E ( VCE )
10K RE
5K f). Gambar garis beban DC dan titik

6. A B
c). Gambar garis beban DC dan titik
VCC = 16V
Hitunglah :
R1 RC1 RC2
R2
1M
VB1 470 4K
5K
a). Tegangan pada R1 ( VB! )
Q1
C1 Q2 OUT b). Arus basis Q1 ( IB1)
C2 C3
VCE2 c). Arus Colektor Q1 ( IC! )
VCE1 kerja transistor
IN
VBE VB2 R3
VBE
RE
d). Tegangan pada R3 ( VB2)
0,7V
0.7V 1K 5K
e). Tegangan pada RE dari Q2 ( VRE )
f). Arus Colektor Q2 (IC2), jika
Hfe =1000
dianggap IC2 = IE2
g). Tegangan C – E pada Q2 (VCE)

c). Gambar garis beban DC


dan titik

12

kerja transistor
7. A B
VCC = 15V
R1 RC1 RC2
10K R3 470
VB1 1K 4K
Q1 Q2 OUT
C1
C2 C3
VCE2
VCE1
IN R2 VBE
VBE VB2 R4 0,7V RE2
5K 0.7V 1K 220

Hfe =1000

Hitunglah (A) Hitunglah (B)


a). Arus kolektor saturasi ( IC1 sat ) a). Arus kolektor saturasi ( IC2 sat )
b). Tegangan R2 pada Q1( VR2) b). Tegangan R4 pada Q2( VR4)
c). Arus Basis pada Q1 ( IB 1) c). Arus Basis pada Q2 ( IB 2)
d). Arus Kolektor pada Q1 ( IC1 ) d). Arus Kolektor pada Q2 ( IC2 )
e). Tegangan C – E pada Q1( VCE 1) e). Tegangan C – E pada Q2( VCE 2)
f). Gambar garis beban DC dan titik transistor f). Gambar garis beban DC dan titik transistor

KUNCI JAWBAN SOAL

1. a). Ic = Ic = Ic = 16mA
c). Gambar garis beban DC dan titik c). Gambar garis beban DC dan titik
b). Ib = Ib = Ib = 0.106mA atau 160 uA

, ,
c). RB = RB = ,
RB = 8K5

kerja transistor kerja transistor

2. a). Ic (sat) = Ic(sat) = = 2mA

,
b). Ib = = = 11,4uA

c). Ic = hfe . Ib = 120 . 11,4uA = 1,36mA

d). VCE = VCC - IC.RC = 12 - 1,36mA.6K VCE = 3,84V

13
e).
Ic (mA)

Ic = 2mA

Titik kerja
Ib =11,4uA
Q
Ic = 1,36mA

Garis beban DC

0 VCE (V)
3,84V 12V
Daerah Cutt-Off

3. a). Ic(sat) = Ic (sat) = = 20mA

,
b). Ib = Ib = = 0,075mA

c). Ic = β . Ib = 150 . 0,075mA = 11,25mA

d). VCE = VCC – Ic.Rc = 30 – 11,25mA.1K5 = 30 - 16,8= 13,2V

e). Ic (mA)

Ic = 20mA
Titik kerja

Q Ib =0,075mA
Ic = 11,25mA

Garis beban DC

0 VCE (V)
13,2V 30V
Daerah Cutt-Off

4. a). Ic (sat) = = = 2 mA VRB = . 20 = 4 V VCE cutt off =VCC = 20V


b). RB = R1//R2
,
= 4/5 = 0,8KΩ Ib = Ib = = 4,12 mA
,
,
c) Ic≅ Ie = = = 0,6mA
d). VCE = VCC – IC(Rc + Re) = 20 - 0,6mA.10K = 14V

14
e).

Ic (mA)

Ic = 2mA

Titik kerja
Q Ib =4,12mA
Ic = 0,6mA

Garis beban DC

0 VCE (V)
14V 20V
Daerah Cutt-Off

5. a). Ic (sat) = = = 1,7 mA VRB = . 16 = 5,3 V

b). RB = R1//R2
, ,
= 200/300 = 0,6KΩ Ib = Ib = ,
= 7,6 mA
, ,
c) Ic≅ Ie = = = 0,92mA
d). VCE = VCC – IC(Rc + Re) = 16 - 0,92mA.9K = 7,72V
e).

Ic (mA)

Ic = 1,7mA
Titik kerja

Q Ib =7,6mA
Ic = 0,92mA

Garis beban DC

0 VCE (V)
7,72V 20V
Daerah Cutt-Off

6. a). Tegangan pada R1 (VB!) :

VB1 = VCC - VBE = 16 – 0,7 = 15,3V

b). Arus basis Q1 (IB1) :


,
IB1 = = = 15,3 uA

15
c). Arus kolektor R3 (IC!) :

IC! = β . IB1 = 1000 . 15,3 = 15,3 mA

d). Tegangan pada R3 (VB2)

VB2 = .VCC = .16 = 3,2V

e). Tegangan pada RE dari Q2 (VRE)

VRE = VB2 - VBE = 3,2 – 0,7 = 2,5V

f). Arus kolektor Q2 ( IC2)


,
IC2 = IE2 = = = 0,5 mA

g). Tegangan kolektor - emitor Q2 (VCE )

VCE = VCC - IC2(RE + RC) = 16 - 0,5.10-3.10.103

= 11 V

7. Ic (mA)
21,1mA
Titik kerja

Q2
10,5mA

5 mA

2,14mA Q1 Ib 1=mA
Garis beban DC

0 VCE (V)
7,76V 8,55V 15V
Daerah Cutt-Off

OP-AMP (Operastional Amplifier)


Op-Amp IC adalah peranti solit state yang mampu mengindra dan memperkuat sinyal input baik DC
mapun AC

Op-Amp IC yang khas terdiridari atas 3 rangkaian dasar yaitu :

16
1. Penguat diferensial impedansi input tinggi
2. Penguat tegangan tinggi
3. Penguat output impedansi rendah.

+V

Inpput membalik
- 1 2 3 Out
+
Inpput tak membalik

-V

+V Type IC
Input inverting V1 - Vo
xxx A v = M aks
Input non inverting V 2 +
-V

Simbol skematis Op-Amp

Input membalik (inverting) dinyatakan dalam ( - ), tegangan DC atau AC Vo berbeda fasa 1800
terhadap Vs = Vin .

Input tak membalik (Non inverting) dinyatakan dalam ( + ), tegangan DC atau AC Vo akan sefasa
terhadap Vin.

Sifatnya /karakteristik Op-Amp

1. Z-in besar sekali ( ideal Zin =∞) sehingga arus input praktis dapat diabaikan.
2. Av Penguatan tegangan besar (ideal =∞ )
3. Z-out kecil, sehingga output penguat tidak terpengaruh

1. Macam-macam rangkaian Op-Amp.


a. Modus loop terbuka

+
V1 - Vo
A v = M aks
V2 +
b. Modus loop tertutup
-
RF

-
V out Av <
Vi +
17

-
c. Penguatan terkontrol

RF

+
V1 R1
-
Vo Av >

d. Penguatan satu

-
Vo Av = 1
V1
+

2. Rangkaian Op-Amp Inverting

RF

+
R1
Vin -
Vo
Av
+

Av = - !
Jadi Vo = - Av . Vin

18
Contoh (1)
RF =100k

+ Hitunglah: a). Penguatan (Av)


R1=10K
Vin - b). Tegangan Output ( Vo)
0,2Vpp Vo
Av
Penyelesaian :
+
RL
- a). Av = - =− = - 10x

b). Vo = - 0,2 . 10

= - 2V

Contoh (2)

RF = 100K Hitunglah: a). Penguatan (Av)


b). Tegangan Output ( Vo)
+
IF
Vin R1=10K c). Arus input (I in)
-
1V
Av
Vo d). Arus beban( I L)
I in
+ e). Arus feedback (IF)
IL
- RL=10K f). Arus Out (Iout)
Penyelesaian :

a). Av = - =− = - 10x

b). Vo = - 1 . 10
= - 10V

c). I in = = = 0,1

d). IL =- =− = - 1mA

e). IF =- =− = -0,1mA

f). Iout = IF + IL = -0.1 + (-1) = - 1,1mA


3. Rangkaian Op-Amp Noninverting

RF

+
R1 IF
- Av = +1 Vo = Av . Vin
Vo
I in Av
Vin
+
IL RL
-

19
Contoh
RF =100K
Hitunglah :
+
R1=10K a. Penguatan (Av)
- Vo b. Tegangan output (Vo)
Av
0,2Vpp
+
Vin RL=10K
-

Penyelesaian
a. Av = +1 = + 1 = 11
b. Vo = Av . Vin = 11 + 0,2
= 2,2Vp-p

4. Penguatan Op-Amp Penjumlahan Tegangan

R1=10K RF =100K
Vin1
R2=10K +
Vin2 - Vo
Av Vo = - . 1+ . Vin2
+
RL=10K
-

Penyelesaian

Vo = - . 1+ . Vin2 Vo = - .2 + . 1

= - 30V

5. Rangkaian Integrator
Rangkaian integrator secara terus-menerus menjumlahkan kualitas yang akan diukur
selama sedang waktu yang diberikan.
Dalam rangkaian integratoe R dan C dasar seperti terlihat dalam gambar output
disadap dari kapasitor

Vin R Vout

+V +V
0 C
0

20
Gbr. Integrator pasif sederhana
TC = R . C
TC = Tetapan waktu
CF

Rin +
Vin - Vo
Zin Av
+V
0 + 0
-

Gbr. Integrator Op-amp dasar

RF=1M
Catatan :
CF=0,1uF
Dengan nilain komponen yang
demikian, hasil terbaik diperoleh
Rin=1k +
Vin
-
pada kisar frekwensi antara
Vout
+1V 300Hz – 10KHz
0 +
0
-
F ≈ 1000Hz Rg=1K -5V

Vout = .
.∫ .

Gbr. Integrator Op-Amp praktis

Selama Vin konstan, tegangan keluaran dapat dihitung menurut rumus :

Vout = − .∫ .
.

Tanda integral ∫ menunjukan batas-batas daerah integral yang akan dihitung.


Vin kontanta dan dt adalah waktu atau periode integral
Periode satu siklus adalah 0,001 detik
Perode satu siklus adalah =
Dimana : F adalah Frekwensi
Amplitude pulsa adalah : +1V selama separuh periode ini atau selama 0,0005 det.

,
Vout = − .∫ (+1 . 0,0005
. ,
= - 10000 (0,0005)
= - 5V

21
Tanda minus hanya menunjukkan bahwa keluaran berlawanan fasa 1800 terhadap
masukan.
6. Rangkaian Diferensiator

Kebalikan konsep integrator adalah diferensiator , keluaran rangkaian differensiator


sebanding dengan laju perubahan sinyal keluaran.
Keluaran diambil dari resistor.ketika tegangan mulai bertambah, arus pengisian yang
diperlukan makin berkurang. Selanjutnya Vout juga akan berkurang secara eksponsial.
Letika pulsa masukan jatuh pada 0V, kapasitor mengosongkan muatannya kearah yang
berlawanan.

Vout
+V
0 R

Gbr. Differensiator pasif sederhana

Dengan menggunakan Op-amp dalam rangkaian differensiator


RF=1k

Cin=0,1uF +
Catatan :
Vin
- Vout Dengan nilai komponen
+12,5V yang demikian, hasil terbalik
+V +
pada frekwensi 1 KHz
0 -
0
.
Vout = -2.RF.Cin
-12,5V

Gbr. Differensiator dasar

dVin adalah perubahan tegangan input


dt adalah perubahan waktu

Contoh :
RF=10k

Cin=0,1uF +
Vin
- Vout +2V
+1V
+
0 -2V
-
F≈ 1
22
Vout = - 2 RF.Cin Vout = -2. 10K. 0,1uF. ,

= -0,002 . 2000
= -4V

7. Osilator Op-Amp
Ada 4 macam bentuk gelombang dasar osilator : 1. Persegi
2. Segitiga
3. Gigi-gergaji
4. Sinus

7.1 Pembangkit Gelombang Persegi

Pembangkit gelombang kotak termasuk dalam keluarga osilator yang disebut sebagai
multivibrator. Tepatnya, pembangkit ini dikatakan sebagai multivibrator astabil atau
multivibrator bergerak bebas (free-running), karena keluaran terus menerus berubah
keadaannya (tinggi dan rendah) tanpa adanya masukan. Pada Gambar 1. berikut diperlihatkan
sebuah pembangkit gelombang kotak dasar.

R1

+15 V

-
741 Vout
+
+ Vsat

C -15 V 0V
R2
- Vsat

R3
Vref (+VT dan - VT)

Gambar 7.1a. Pembangkit Gelombang Kotak Dasar

Ada dua buah lintasan umpan balik untuk rangkaian ini. Lintasan pertama datang dari
keluaran menuju masukan membalik (inverter), pada lintasan ini terdapat sebuah resistor

23
umpan balik dan sebuah kapasitor yang dibumikan. Kombinasi RC ini menentukan frekuensi
kerja pembangkit. Lintasan kedua datang dari keluaran menuju masukan tak membalik (non
inverter) dan terdiri atas dua buah resistor. Resistor-resistor ini membentuk pembagi tegangan
yang memberikan tegangan acuan (Vref) pada masukan tak membalik. Bila resistor-resistor ini
dipilih sehingga R3 86% dari R2, frekuensi pembangkit dapat didekati dengan rumus sederhana
berikut :
1
out = 
2 R1 C
Dengan jaringan pembagi tegangan R2 dan R3 memberikan Vref pada masukan tak membalik,
rangkaian berperilaku seperti detector level tegangan.

+15 V
Vout

+ Vsat

+VT

0V VH

VC

R3
--15 V
tR=R1C tF=R1C
+VT =  (+Vsat) = 0,46 (+Vsat)
T=tR + tF R3 + R 2
T=2R1C
1 SIKLUS
R3

Gambar 7.1b. Tegangan Kapasitor = 


-VT dengan (-VKeluaran
Tegangan sat) = 0,46 (-Vsat)

R3 + R2
Sebagai contoh, bila pada rangkaian ini diberikan daya, kapasitor akan mengisi lewat
R1 sampai mencapai Vout. Keluaran op-amp akan + Vsat, dan Vref pada masukan tak membalik
akan berada pada tegangan positif, VT. Bila tegangan kapasitor melebihi +VT keluaran op-
amp akan beralih keadaan yaitu menuju – Vsat. Kini Vref pada masukan tak membalik berada
pada tegangan ambang negatif, - VT. Sebaliknya kini kapasitor mulai mengisi dalam arah yang
berlawanan menuju – Vsat. Ketika tegangan kapasitor turun di bawah - VT, keluaran op-amp
kembali pada keadaan semula dan Vout kembali pada Vsat. Satu siklus telah terpenuhi, lalu
proses akan berulang lagi.

24
Gambar 2. memperlihatkan aksi tengangan kapasitor (Vc) dan tegangan keluaran op-
amp (Vout). Tegangan ambang +VT dan –VT ditentukan oleh resistor pembagi tegangan R2
dan R3 dan dinyatakan dalam

R3
+VT =  (-Vsat) = 0,46 (+Vsat)
R3 + R 2 dan
R3
-VT =  (-Vsat) = 0,46 (-Vsat)
R3 + R 2
Untuk membuat sebuah pembangkit gelombang kotak dengan gelombang uji 1 kHz, ambil R1
10 K, C = 0,05 µF, R2 = 100 K, dan R3 = 86 K.
Frekuensi keluaran diperiksa melalui :
1
out = 
2(10x103)(0,05x10-6)
1
= 
2(0,5x10-3)
1
= 
1x10-3
= 1 KHz
Bila +Vsat dan – Vsat sama dengan +13,5V dan – 13,5V, maka amplitudo tegangan ambang
adalah :
+VT = 0,46 (+13,5 V)
= +6,21
dan
-VT = 0,46 (-13,5 V)
= -6,21
Karena itu, tegangan ambang antar puncak VH adalah
VH (pp) = (+VT) - ( - VT)
= +6,21 - ( - 6,21)
= 12,42 V
Atau dengan perkataan lain VH dua kali +VT atau dua kali –VT .

VH(pp) = 2 (+VT) atau 2 ( - VT)

25
7.2.Pembangkit Gelombang Sinus

Terdapat berbagai macam pembangkit gelombang sinus dalam rangkaian elektronika, salah

satunya adalah generator gelombang sinus dengan osilator jembatan Wien. Dalam Gambar 7.2.

berikut diperlihatkan sebuah contoh penerapan osilator jembatan Wien untuk menghasilkan

gelombang sinus dengan menggunakan op-amp 741.

1N 4739(Vz = 9,1 V

C1 = 0,1 uF

Umpan balik positif

R3 =22K
+15 V

R4 = 50K R1 = 10K

C2 = 0,1 uF
741 Vout

R5 = 22K
R2 = 10K

-15 V

Umpan balik negatif

Gambar 7.2 Pembangkit Gelombang Sinus Jembatan Wien

Umpan balik diberikan pada kedua masukan op-amp. Komponen penentu frekuensi
yang terdiri atas R1, C1, dan R2, C2 memberikan umpan balik positif pada masukan tak
membalik (non inverting). Umpan balik negatif diberikan pada masukan membalik (inverting)
lewat R3, R4, dan R5. Umpan balik positif harus lebih besar daripada umpan balik negatif
supaya osilasi tetap terjadi. Pengurangan umpan balik negatif dikerjakan oleh potensiometer
R4. Dalam hal ini potensiometer dipakai untuk menyetel saat mulainya osilasi rangkaian.
Jaringan penentu frekuensi mengendalikan besarnya umpan balik positif berdasarkan
frekuensi. Setelah R4 disetel untuk menentukan saat awal osilasi, selanjutnya umpan balik
positif yang tepat untuk masukan tak membalik ditentukan oleh perbandingan reaktansi dan
resistansi. Bila frekuensi berkurang, reaktansi C1 membesar sehingga umpan balik positif
berkurang. Demikian pula, bila frekuensi bertambah, reaktansi C2 mengecil sehingga lebih

26
banyak umpan balik positif yang melintasi ground. Karena itu, osilator dipaksa bekerja pada
frekuensi resonansi oleh jaringan ini.

Umpan balik positif menyebabkan tegangan keluaran meningkat sampai op-amp


terkunci ke dalam saturasi. Untuk mencegah saturasi dan supaya rangkaian bermanfaat, dua
buah dioda zener yang saling berhadapan (atau saling membelakangi, karena pengaruhnya
kecil) dipararelkan dengan R3 . Hantaran dioda zener akan melintas R3 sehingga reaktansi
resistansi rangkaian umpan balik negatif berkurang. Dengan demikian lebih banyak umpan
balik negatif dikirimkan pada op-amp sehingga keluaran tetap terkendali pada level tertentu.

Frekuensi keluaran dapat ditentukan dengan rumus :

1
out =
2 R1 R2 C1 C2

Atau bila R1 = R2 dan C1 = C2 , maka

1
out =
2  R1 C1

7.3.Pembangkit Gelombang Segitiga

Untuk membuat pembangkit gelombang segitiga pada praktikum ini menggunakan dua
buah op-amp. Sebuah op-amp dipakai untuk membuat rangkaian dasar yakni pembangkit
gelombang kotak, sebuah lagi untuk membuat integrator. Selanjutnya kedua rangkaian ini
dihubungkan, seperti tampak pada Gambar 7.3a. Tegangan keluaran (Vout) dari integrator dapat
berupa lereng menaik atau dapat juga berupa lereng menurun. Karena itu pembangkit ini
sering disebut pembangkit lereng.

Bila kedua pembangkit gelombang kotak positif, keluaran pembangkit lereng berupa
lereng negatif. Sebaliknya, bila keluaran pembangkit gelombang kotak negatif, keluaran
pembangkit lereng berupa lereng positif. Aksi ini ditunjukkan dalam Gambar 5.b, dan hasilnya
adalah keluaran gelombang segitiga (Vtri). Selain itu ditunjukkan pula keluaran gelombang kotak
(Vsqu). Pembangkit sinyal seperti ini yang mampu menghasilkan dua atau lebih bentuk
gelombang yang berbeda disebut pembangkit fungsi.

27
Frekuensi keluaran gelombang segitiga sama besarnya dengan frekuensi pembangkit
gelombang kotak. Agar bentuk gelombang segitiga yang dihasilkan tidak mengalami distorsi
(cacat) maka dipilih tetapan RC dari R4 dan C2 dua kali tetapan RC dari R1 dan C1.

C2 = 1 uF
R1 = 100 K

-
741
-
+ R4 = 100 K 741
Vtri

+
R2 = 22 K

C1 = 0,2 uF
R3 = 10 K

Vsqu

(a)

+15 V Vsqu Vtri


+ Vsat

+ VT

 13 V  26 V

- VT

- Vsat

-15 V
(b)

Gambar 7.3.
Rangkaian Gelombang Segitiga dan Bentuk Gelombang Keluaran

28
Lembar Latihan1

1. Hitung frekuensi keluaran yang dihasilkan pembangkit gelombang tersebut dengan teori
yang telah diberikan, kemudian letakkan hasil perhitungan pada tabel!
2. Apakah bentuk gelombang tegangan pada masukan inverter op-amp
3. Apakah bentuk gelombang tegangan keluaran op-amp?
4. Apa yang terjadi pada fout bila R1 bertambah?
5. Apa yang terjadi pada fout bila C1 berkurang?

Lembar Latihan2
1. Hitung frekuensi keluaran yang dihasilkan pembangkit gelombang tersebut dengan teori
yang telah diberikan, baik sebelum rangkaian dimodifikasi maupun setelah rangkaian
dimodifikasi!
2. Bagaimanakah bentuk gelombang keluarannya?
3. Bandingkan hasil perhitungan berdasarkan teori dengan hasil yang diperoleh dari praktikum!

Lembar Latihan3
1. Hitung frekuensi keluaran yang dihasilkan pembangkit gelombang tersebut dengan teori
yang telah diberikan!
2. Apakah bentuk gelombang tegangan pada keluaran Vtri op-amp?
3. Apakah bentuk gelombang tegangan pada keluaran Vsqu op-amp?

LEMBAR JAWABAN LATIHAN

Kegiatan Belajar 1
1. Frekuensi keluaran dapat dihitung dengan rumus :
1
fout  
2R1C1
2. Bentuk gelombang tegangan pada masukan inverter op-amp adalah gelombang gigi gergaji
eksponensial.
3. Bentuk gelombang tegangan pada keluaran op-amp adalah gelombang kotak.
4. Bila R1 bertambah, fout semakin kecil
5. Bila C1 berkurang, fout semakin besar

29
Kegiatan Belajar 2
1. Frekuensi keluaran dapat ditentukan dengan rumus :
1

out =

2 R1 R2 C1 C2

2. Bentuk gelombang keluaranya adalah gelombang sinus


3. Perbandingkan hasil perhitungan berdasarkan teori dengan hasil yang diperoleh dari
praktikum mendekati sama.
Kegiatan Belajar 3
1. Frekuensi keluaran dapat dihitung dengan rumus :
1
fout  
2R1C1
2. Bentuk gelombang tegangan pada keluaran Vtri op-amp adalah gelombang segi tiga
3. Bentuk gelombang tegangan pada keluaran Vsqu op-amp adalah gelombang kotak
Pembahasan Lembar Evaluasi

1. Prosedur Perancangan Pembangkit Gelombang Kotak


Dengan memanfaatkan prinsip umpan balik, dengan sebuah op-amp dapat menghasilkan sebuah
rangkaian pembangkit gelombang kotak. Frekuensi gelombang kotak ditentukan oleh rangkaian
umpan balik R dan C. Kedua komponen tersebut memberikan tetapan waktu RC. Untuk
memperjelas prosedur perancangan dapat menggunakan gambar rangkaian berikut ini:

R1

+V
-
Vout
+

C1 -V

R2
R3

Resistor R2 dan R3 membentuk pembagi tegangan dengan ratio sama dengan dua kali tetapan
waktu, sehingga frekuensi dapat ditentukan dengan rumus :

30
1
fout = 
2RC
Dengan menggunakan rumus tersebut maka dapat dilakukan pemilihan komponen elektronika
yang akan digunakan yaitu :

 Pilih R1 misalnya 100k


 Pilih R2 sama dengan R1 yaitu 100k
 Hitung R3 berdasarkan rumus teori : R3 = 0,86 R2
 Selanjutnya menentukan frekuensi yang diinginkan
 Menghitung C1 dengan memodifikasi rumus di atas menja
C = ½ f.R1

 Kemudian komponen dirakit dan diuji hasil perhitungannya

SOAL SUMATIF
R F = 68K
1.

+
R 1=22K IF
Vin
-
0,5V Vo
I in Av
+
IL
- R L=10K

Hitunglah: a). Penguatan (Av)

b). Tegangan Output ( Vo)

Penyelesaian :

a). Av = - =− = - 3,09x

b). Vo = - 3,09 . 0,5

= - 1,5V
,
c). IL = - =− = −0,15

,
d). IF = - =− = −0,027

e). Iout = IF + IL = -0,15 + (-0,027) = - 0,177mA

31
2. Gambarkan rangkaian inverting dengan nilai RF = 100K, R1=10K tentukan tegangan
outputnya (Vo) hasilnya masukan dalam tabel :
Tegangan input (Vin) Tegangan Output (Vo)
+0,5
-0,3
+0,3
-0,5

3. Gambarkan rangkaian Non-inverting dengan nilai RF = 100K, R1=10K tentukan tegangan


outputnya (Vo) hasilnya masukan dalam tabel :

Tegangan input (Vin) Tegangan Output (Vo)


+0,5
-0,3
+0,3
-0,5

4. Gambarkan rangkaian penguat penjumlahan dengan nilai RF= 100K, tentukan tegangan
outputnya (Vo) hasilnya masukan dalam tabel :

Tegangan input (Vin) Resistor Tegangan Output (Vo)


V1 = 0,2 V R1 = 10K
V2 = 0,3 V R2 = 47K
V1 = 2 V R1 = 10K
V2 = 3 V R2 = 47K

32
DASAR TEORI
Rangkaian audio merupakan salah satu aplikasi dari dasar elektronika yang banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi penggemar audio end, vacuum tube masih
banyak digunakan hingga sekarang sebagai penguat audio. Teknologi vacuum tube sendiri
dikenall sekitar tahun 1907 – 1960. Tetapi penggunaan cauum tube diyakini dapat
menghasilkan kualitas suara yang lebih natural khususnya dalam mereproduksi suara dari
alat musik yang beresonansi.
Vacuum tube bekerja berdasarkan adanya emisi elektron yang terjadi apabila
sebuah elemen katoda dipanaskan. Sebuah anoda akan menangkap elektron-elektron
tersebut, sehingga menimbulkan arus dan tegangan (anoda yang akan digunakan sebagai
penguat sinyal). Sebuah grid dimungkinkan terdapat dalam tabung sebagai variabel pengatur
jalannya elektron-elektron tersebut sehingga sinyal dapat dikuatkan, karena sinyal inilah
yang dicatu kepada grid sehingga setiap sinyal mendapat penguatan yang linear.
Teori Decibel ( dB )
Decibel merupakan besaran yang lebih kecil dari bel, dimana besarannya 1 bell
adalah 10 decibel. Decibel pada umumnya digunakan untuk menyatakan kekuatan suara.
Akan tetapi decibel juga dapat digunakan untuk menyatakan hal-hal yang berhubungan
dengan sinyal, komunikasi, tegangan, intensitas dan lain-lain.decibel didefinisikan sebagai
logaritma dan perbandingan besarnya daya output terhadap input. Dalam bentuk rumus
dapat dinyatakan sebagai berikut:

Bel ( B ) = Log ; karena 1 bel = 10 decibel maka :

Decibel ( dB ) = 10 Log

Contoh :
Hitung berapa decibel penguat tersebut

P in = 100 mW Penguat P out = 10W


( dB )

dB = 10 log dB =10 log

dB = 10 log 10 adalah dB = 10
TUGAS
MATA DIKLAT I.A.D tidak dicopy
Kelas : I E -1 jam ke 1 -2
Kelas : I E – 2 jam ke 7 -8

33

Anda mungkin juga menyukai