Oleh:
Agus Esti Setiani, Ervhy Indra Puspita, Salma, dan Salma Salsabila Yusifa
2C PGSD-2017, Kelompok 1
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam memajukan kehidupan suatu
bangsa. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan diartikan sebagai upaya untuk
memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak agar dapat memajukan
kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan
masyarakatnya. Dengan demikian, proses pendidikan harus didukung oleh pengetahuan
yang luas juga tak lupa didukung oleh moral atau karakter yang luas dalam artian karakter
yang baik. Untuk menuju pendidikan yang baik agar terciptanya suatu kehidupan bangsa
yang maju perlu adanya proses pembelajaran yang baik. Yang mana proses pembelajaran
dilakukan oleh seseorang yang ahli dan tentunya memiliki wawasan yang luas, yaitu
seorang guru berkualitas. Menurut kemendikbud No.5 tahun 2013 proses pembelajaran
pada suatu pendidikan harus dilakukan seara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, dan juga dapat memotivasi peserta didik.
Selain dari penguasaan pengetahuan ada hasil pembelajaran lain yaitu kemampuan
keterampilan, dimana selama proses pembelajaran peserta didik diberikan waktu untuk
berkreasi sesuai dengan bakat dan keterampilan yang mereka miliki dengan
menunjukkan unjuk kerja yang dibantu dengan penggunaan konsep, teori, metode bahan
ataupun instrument lainnya yang diperoleh dari penguasaan pengetahuan. Kemampuan
keterampilan dapat berupa keterampilan umum yakni yang memang harus dimiliki dan
juga ada keterampilan khusus dimana keterampilan ini dimiliki oleh segelintir peserta
didik yang memang memiliki minat dan bakat lebih mengenai suatu hal. Yang mana
perlulah keterampilan khusus tersebut dikembangkan sehingga dapat menghasilkan
suatu karya. Pengembangan keterampilan khusus dapat dikembangkan baik disekolah
maupun diluar sekolah sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing. Dengan
dikembangkannya keterampilan yang dimiliki seorang peserta didik diharapkan dapat
menciptakan berbagai karya yang unik dan dapat dinikmati dan diapresiasi oleh berbagai
lapisan masyarakat.
Dalam proses memajukan pendidikan, tidak hanya pengetahuan dan keterampilan yang
perlu berkorelasi satu sama lain dalam proses pembelajaran, akan tetapi nilai sikap pun
penting. Selain itu dalam proses pembelajaran tak hanya pengetahuan dan keterampilan
yang dinilai, sikap peserta didik pun dinilai oleh pendidik. Menurut Popman (1995)
keberhasilan belajar ditentukan oleh penilaian sikap. Sikap seorang peserta didik yang
sedikit memiliki minat terhadap mata pelajaran tertentu akan kesulitan untuk mencapai
learning outcomes/capaian belajar yang maksimal. Sebaliknya, peserta didik yang
memiliki minat tinggi terhadap mata pelajaran tertentu akan sangat membantu
mendapatkan learning outcomes/capaian belajar yang maksimal. Maksud dari sikap
disini yakni sikap dalam ketertarikan peserta didik terhadap materi pembelajaran, sikap
yang perlu ditanamkan dan diamalkan dalam kegiatan sehari-hari dari apa yang telah
didapat dari materi-materi tertentu, dan juga sikap terhadap guru, teman sebayanya
maupun orang lain. Maka dari itu, perlulah dukungan dan contoh sikap baik dari pendidik
kepada peserta didik sehingga dapat tertanamkan sikap baik misalnya sikap jujur, sopan,
sikap menghargai, dan sikap dapat dipercaya yang kelak akan menjadikan diri lebih
mudah untuk berinteraksi dengan lingkungan baru dan mempermudah berkerja sama
baik lokal, regional maupun dalam skala global. Dari indikator pencapain pembelajaran
diatas yang berkesimambungan, hal tersebut mendapatkan pengaruh dari berbagai
aspek.
Pertama aspek sejarah. Manusia selama ini hidup selalu berusaha untuk memanfaatkan
alam sekitar dengan menggunakan usaha dan tenaga alamnya untuk kepentingan dirinya.
Seperti yang dikatakan Lamatterie (1709-1751) mengatakan bahwa tidak ada beda
manusia dengan binatang sedangkan yang membedakan manusia dengan jenis makhluk
lainnya terletak pada sifat- sifat kehidupan rohaninya. Yaitu manusia memiliki potensi
akal budi. Dengan potensi ini manusia dapat menghubungkan sebab dan akibat, dapat
menghubungkan masa lalu dan masa yang akan datang. Manusia dengan akal budi atau
aspek rohani ini melahirkan peradaban dalam bentuk adat istiadat, sopan santun dalam
pergaulan, norma susila dan cara hidup bersama. Manusia juga dapat menerima dan
melahirkan sesuatu yang indah. Itu semua selalu berhubungan dengan kehidupan dan
cita- cita serta tujuan hidup manusia. Disini pendidikan memberikan makna yang luas dan
dalam perubahan hidup manusia secara individu dan sosial, mulai dari masyarakat
primitive hingga modern dan dari kehidupan yang dianggap paling sulit pada zaman
purbakala sampai abad teknologi sekarang ini. Maka, dari paparan tersebut, sejarah
memberikan peran pendidikan bagi manusia yang pada dasarnya hanya
mengorientasikan pada tempat tinggal dan makanan. Dengan akal budi yang dimilikinya,
manusia dapat memaksimalkan pemikirannya sebagai hasil dari pencapaian
pembelajaran. Dengan seiring berjalannya waktu dan banyaknya peristiwa sejarah yang
tercatat yang memberikan nilai-nilai pembelajaran sehingga dapat merumuskan
pencapaian pembelajaran yang diharapkan seperti sikap menghargai dan mengamalkan
nilai-nilai positif dari peristiwa sejarah contohnya menghargai keanekaragaman budaya
setelah mempelajari kebudayaan yang terbentuk pada masa lalu.
Yang kedua dilihat dari aspek politik. Jika dilihat pada politik masa lalu sebelum mengenal
demokrasi, keadaan politik saat itu masih sangat sederhana. Misalnya saja pada saat
pemilihan pemimpin kelompok hanya didasari pada kekuatan fisik yang dimiliki dan
faktor kekeluargaan sehingga menyebabkan perselisihan. Namun, seiring berjalannya
waktu, untuk memaksimalkan hasil pencapaian pembelajaran dari proses-proses
sebelumnya maka muncul perumusan pencapaian dalam hal bermusyawarah, memahami
demokrasi lebih mendalam sehingga tidak ada perselisihan lagi. Disinilah politik
berperan dalam rumusan learning outcomes.
Selanjutnya dilihat dari aspek ilmu pengetahuan teknologi (IPTEK). Seiring berjalannya
waktu untuk mendapatkan capaian belajar yang maksimal, peranan iptek sangatlah
membantu. Dari hal tersebut peranan dan pemanfaatan kemajuan dibidang teknologi
khususnya teknologi informasi didalam upaya memodernisasi pendidikan harus
mempertimbangkan beberapa faktor yang berkaitan. Resnick (2003:30) mengemukakan
bahwa terdapat tiga hal penting dan harus mendapatkan perhatian dalam menyusun
suatu kegiatan pembelajaran, yaitu: 1. Bagaimana seorang belajar (how people learn) 2.
Apa yang dipelajari (what people learn) 3. Kapan dan dimana seseorang belajar (when
and where people learn). Jawaban atas ketiga pertanyaan tersebut menjadi acuan
rumusan peran teknologi informasi dalam memoderenisasi pendidikan. Contoh nyata
dari hasil rumusan capaian belajar jika dilihat dari aspek iptek yakni E-learning yang
merupakan suatu pengunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran
dengan jangkauan luas. Maka dari itu, diperlukannya pengguanaan teknologi dengan
bijak.
Namun, nyatanya masih ada kegagalan dalam upaya untuk mencapai capaian
pembelajaran/ learning outcomes tersebut. Misalnya saja pada zaman globalisasi
sekarang ini banyak sekali peserta didik yang memang pintar dalam penguasaan materi
dan cukup terampil namun minim dalam sikap. Minim yang dimaksud disini adalah
mereka mengalami degradasi moral dimana mereka seringkali tidak jujur, lebih
mementingkan diri sendiri, dan terkadang ada saja yang menggunakan berbagai cara
untuk mendapatkan capaian pembelajaran dalam hal penguasaan pengetahuan yang
tentunya melalui cara negatif. Hal tersebut terjadi karena salah satu faktornya adalah
tekanan yang diberikan oleh lingkungan, dimana mereka dipaksa untuk mendapatkan
hasil yang maksimal sehingga mereka seringkali melalukan hal- hal instan untuk
mendapatkan capaian tersebut. Padahal komponen capaian pembelajaran tidak hanya
pengetahuan tetapi ada yang lebih penting yaitu sikap.
Dengan pemaparan yang cukup jelas maka dapat disimpulkan bahwa Capaian
pembelajaran (learning outcomes) ialah suatu ungkapan untuk tujuan pendidikan, yang
merupakan suatu pernyataan mengenai apa yang diharapkan, diketahui, dipahami, dan
dapat dikerjakan oleh peserta didik setelah menyelesaikan suatu periode belajar.
Learning outcomes menunjukkan kemampuan belajar yang digambarkan dengan
menggunakan serangkaian kualifikasi dengan berbagai kriteria penilaian yang digunakan
untuk menilai bahwa hasil pembelajaran yang diharapkan di awal tercapai atau tidak.
Dokumen Resmi
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014).
Panduan penyusunan capaian pembelajaran lulusan program studi. Depdikbud.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003.
Surabaya: Usaha Nasional
Direktorat Jenderal Pembelajaran Kemahasiswaan Kementrian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. (2015). Paradigma Capaian Pembelajaran.
Depdikbud.
Artikel dalam Jurnal/Majalah
Kisbiyanto. (2016). Manajemen Pengembangan Kurikulum Sistem KKNI di PGMI, vol: 4, No.
2, 2016 : 387-414.
Kontributor
Editor : Salma
Reviewer : Agus Esti Setiani, Ervhy Indra Puspita, Salma dan Salma Salsabila Yusifa.