Anda di halaman 1dari 67

PERCOBAAN 1

“ DASAR PENGUKURAN ”
A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui cara menentukan NST (Nilai Skala Terkecil) dari alat ukur.
2. Untuk mengetahui fungsi dari alat ukur dasar.
3. Mampu menggunakan alat ukur dasar dengan tepat.
4. Memahami hasil pengukuran dari sebuah alat ukur dasar.
5. Mampu menggunakan termometer laboratorium sebagai alat ukur besaran suhu.
6. Mampu menggunakan mistar, jangka sorong, spherometer dan micrometer sekrup sebagai
alat ukur besaran panjang.
7. Mampu menggunakan stopwach sebagai alat ukur besaran waktu.
8. Mampu menggunakan neraca ohauss sebagai alat ukur besaran massa.
9. Mampu menggunakan basic meter sebagai alat ukur besaran listrik.
B. TEORI DASAR
1. Pengukuran
Mengukur adalah membandingkan nilai besaran dengan nilai besaran sejenis yang
digunakan sebagai satuan. Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur. Satuan adalah sesuatu yang
berfungsi sebagai pembanding pada suatu besaran. Atau satuan adalah cara menuliskan/menyatakan
nilai suatu besaran.
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya sudah didefinisikan terlebih dahulu. Dalam
Sistem Internasional (SI) terdapat 7 besaran pokok, Yaitu; Besaran panjang (l) satuannya meter (m),
massa (m) satuannya (kg), waktu (t) satuannya (s), Suhu (T) satuannya (K), Intensitas Cahaya
satuannya Candella (c).
Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diperoleh dari besaran pokok. Dapat
dilihat dari satuannya. Apabila bukan dari ke-7 besaran pokok maka termasuk besaran turunan.
Misalnya Kecepatan, Usaha, luas, volume, percepatan, dan lain-lain.
Pengukuran dilakukan dengan alat ukur dan Setiap alat ukur memiliki nilai skala terkecil
(NST). Pada umumnya alat-alat ukur memiliki skala. Pada skala terdapat goresan besar dan kecil.
Goresan besar dibubuhi angka sedangkan goresan kecil tidak dibubuhiangka. Jadi tiap alat ukur
memiliki NST yaitu nilai dari jarak antara dua goresan terdekat.
NST dengan nonius = 1/n (NST tampa nonius)
Atau
NST alat = Nilai SU/Jml. Skala Nonius
2. Ketidakpastian pengukuran
Ada tiga sumber utama yang menimbulkan ketidakpastian pengukuran, yaitu:

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 1


a. Ketidakpastian Sistematik
Ketidakpastian sistematik bersumber dari alat ukur yang digunakan atau kondisi yang
menyertai saat pengukuran. Bila sumber ketidakpastian adalah alat ukur, maka setiap alat ukur
tersebut digunakan akan memproduksi ketidakpastian yang sama. Yang termasuk ketidakpastian
sistematik antara lain:
 Ketidakpastian Alat
Ketidakpastian ini muncul akibat kalibrasi skala penunjukkan angka pada alat tidak tepat,
sehingga pembacaan skala menjadi tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Misalnya, kuat
arus listrik yang melewati suatu beban sebenarnya 1,0 A, tetapi bila diukur menggunakan
suatu Ampermeter tertentu selalu terbaca 1,2 A. Untuk mengatasi ketidakpastian alat,
harus dilakukan kalibrasi setiap alat tersebut dipergunakan.
 Kesalahan Titik Nol
Ketidaktepatan penunjukkan alat pada skala nol juga melahirkan ketidakpastian
sistematik. Hal ini sering terjadi, tetapi juga sering terabaikan. Pada sebagian besar alat
umumnya sudah dilengkapi dengan skrup pengatur/pengenol. Bila sudah diatur maksimal
tetap tidak tepat pada skala nol, maka untuk mengatasinya harus diperhitungkan selisih
kesalahan tersebut setiap kali melakukan pembacaan skala.
 Waktu Respon Yang Tidak Tepat
Ketidakpastian pengukuran ini muncul akibat dari waktu pengukuran (pengambilan data)
tidak bersamaan dengan saat munculnya data yang seharusnya diukur, sehingga data
yang diperoleh bukan data yang sebenarnya. Misalnya, kita ingin mengukur periode getar
suatu beban yang digantungkan pada pegas dengan menggunakan stopwatch. Selang
waktu yang kita ukur sering tidak tepat karena terlalu cepat atau terlambat menekan
tombol stopwatch saat kejadian berlangsung.
 Kondisi Yang Tidak Sesuai
Ketidakpastian pengukuran ini muncul karena kondisi alat ukur dipengaruhi oleh
kejadian yang hendak diukur. Misal, mengukur nilai transistor saat dilakukan
penyolderan, atau mengukur panjang sesuatu pada suhu tinggi menggunakan mistar
logam. Hasil yang diperoleh tentu bukan nilai yang sebenarnya karena panas
mempengaruhi sesuatu yang diukur maupun alat pengukurnya.
b. Ketidakpastian Random
Ketidakpastian random umumnya bersumber dari gejala yang tidak mungkin
dikendalikan secara pasti atau tidak dapat diatasi secara tuntas. Gejala tersebut umumnya
merupakan perubahan yang sangat cepat dan acak hingga pengaturan atau
pengontrolannya di luar kemampuan kita. Misalnya:

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 2


 Fluktuasi pada besaran listrik. Tegangan listrik selalu mengalami fluktuasi (perubahan
terus menerus secara cepat dan acak). Akibatnya kalau kita ukur, nilainya juga
berfluktuasi. Demikian pula saat kita mengukur kuat arus listrik,
 Getaran landasan. Alat yang sangat peka (misalnya seismograf) akan melahirkan
ketidakpastian karena gangguan getaran landasannya,
 Radiasi latar belakang. Radiasi kosmos dari angkasa dapat mempengaruhi hasil
pengukuran alat pencacah, sehingga melahirkan ketidakpastian random.
c. Ketidakpastian Pengamatan
Ketidakpastian pengamatan merupakan ketidakpastian pengukuran yang bersumber
dari kekurangterampilan manusia saat melakukan kegiatan pengukuran. Misalnya: metode
pembacaan skala tidak tegak lurus (paralaks), salah dalam membaca skala, dan pengaturan
atau pengesetan alat ukur yang kurang tepat.
Alat Ukur Dasar
a. Jangka sorong
Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang memilki bentuk seperti gambar
dibawah ini, yang dapat digunakan untuk menentukan dimensi dalam, luar dan kedalaman
benda uji. Jangka sorong dapat meningkatkan akurasi pengukuran hingga 1/20 mm karena
memilikiskala 1 mm = 20 skala nonius.
X5
X3
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1c
2 3
0m
X X
X c 0 5 1
c
2 6
1 m 0m
X
4 Gambar 1 : Jangka sorong
Ada tiga fungsi pengukuran panjang yang memiliki jangka sorong, yaitu :
1. Pengukuran panjang bagian luar benda.
2. Pengukuran panjang bagian rongga dalam benda.
3. Pengukuran kedalaman lubang dalam benda
b. Mikrometerskrup.
Mikrometer skrup dipergunakan untuk mengukur panjang benda yang memiliki ukuran
maksimum sekitar 2,50 cm, dan bentuk mikrometersekrup di tunjukkan pada gambar

5
0 1 234 0
4
4
53
0
5

Gambar 2 : MikrometerSekrup

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 3


Benda yang diukur panjangnya dijepitan tara bagia A dan B. Untuk menggerakkan bagian
B, anda harus memutar skrup bagian C.
c. Spherometer
Seperti halnya dengan mikrometer, maka spherometer juga mempunyai dua bagian skala
yaitu skala vertikal (SV) sebagai skala utama dan skala horizontal (SH) sebagai skala
noniusnya. Cara menentukan NST-nya sama dengan mikrometer dan mistar geser. Pada
umumnya NST skala vertikal = 1 mm dan jumlah skala horizontalnya = 100 skala.
1
Jadi NST alat = (1 mm) = 0,01 mm
100
Hasil pengukuran dapat ditentukan dengan membaca penunjukan skala horizontal
terhadap skala vertikal dan penunjukan skala vertikal terhadap skala horizontal.
d. Neraca Ohauss
Setiap benda tersusun dari materi. Jumlah materi yang terkandung dalam masing-
masing benda disebut massa benda. Massa diukur dengan neraca ohauss, dan berat diukur
dengan neraca pegas. Neraca ohauss dan neraca pegas termasuk jenis neraca mekanik.
Neraca ohauss terdiri dari 3 jenis yaitu masing-masing Ohauss 310 gram, 311 gram, dan
2610 gram. Cara menentukan hasil pengukuran dari neraca ohauss 311 dan 2610 gram
sama saja yaitu dengan menjumlahkan penunjukan masing-masing lengannya. Oleh karena
itu sebelum menggunakannya, terlebih dahulu ditentukan NST masing-masing lengannya.
Neraca Ohauss 310 gram adalah neraca yang berlengan dua dan dilengkapi dengan skala
berputar sebagai skala nonius. Oleh karena itu neraca ini jauh lebih teliti dari neraca 2610
dan 311 gram. Cara menentukan hasil pengukurannya adalah dengan menjumlahkan
pengukuran masing-masing lengan, skala berputar dan penunjukan nonius. Cara
menentukan NST-nya sama dengan mistar geser dan mikrometer.
e. Stopwatch
Alat ini terdiri dari dua bagian skala yaitu skala detik (pada lingkaran luar) dan skala
menit pada lingkaran dalam. Cara menggunakan alat ini yaitu dengan menekan tombol.
Penekanan pertama jalan, penekanan kedua berhenti dan penekanan ketiga kembaliketitik
nol. Cara menentukan hasil pengukurannya ialah dengan membaca penunjukan jarum
menit dan jarum detiknya kemudian dijumlahkan sebelum menggunakannya hitunglah
NST skala menit dan detiknya.
f. Basic meter
Basic meter dapat digunakan untuk mengukur kuat arus dan beda potensial
(tegangan). Untuk mengukur kuat arus maka pada basic meter harus dipasang shunt dan
jika digunakan untuk mengukur tegangan maka pada basic meter harus dipasangi
multiplier. Sebelum menggunakan alat ini maka pertama-tama usahakan agar jarumnya
tepat menunjuk angka nol, dengan memutar sekrup pada bagian atas alat, dengan demikian

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 4


alat tidak mempunyai kesalahan titik nol, kemudian NST-nya ditentukan dengan cara
membagi batas ukur tertinggi dari multiplier dan shunt yang digunakan dengan banyaknya
skala kecil pada basic meter
C. ALAT DAN KOMPONEN
a. Alat
1. Termometer 1 buah
2. Neraca Ohauss 1 buah
3. Mister biasa 1 buah
4. Basic meter 1 buah
5. Jangka sorong 1 buah
6. Gelas Ukur 2 buah
7. Micrometer sekrup 1 buah
8. Power suplay 1 buah
9. Spherometer 1 buah
10. Stopwach 1 buah
b. Bahan
1. Uang logam
2. Kabel
3. Air
4. Resistor
5. Beban
6. Pulpen
7. Tabung
8. Balok
D. PROSEDUR KERJA
1. Pengukuran besaran suhu, panjang dan massa
a. Mengambil alat ukur yang digunakan kemudian menentukan nilai skala terkecil (NST) dan
Kesalahan titik Nol (KTN).
b. Melakukan pengukuran dengan teliti.
c. Dalam melakukan pengukuran dengan thermometer menggunakan air dingin, dan air panas.
d. Dalam pengukuran besaran panjang : jangka sorong digunakan untuk mengukur diamemeter
dan kedalaman tabung, micrometer sekrup untuk mengukur ketebalan, Spherometer untuk
mengukur ketebalan logam, dan mistar mengukur panjang balok.
e. Untuk pengukuran besaran massa menggunakan bebanyang diukur menggunakan Neraca
Ohauss.
2. Pengukuran besaran waktu dan listrik
a. Menentukan nilai skala terkecil (NST) dan Kesalahan titik Nol (KTN).

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 5


b. Melakukan pengukuran dengan teliti
c. Dalam melakukan pengukuran besaran waktu digunakan bandul.
d. Untuk pengukuran besaran listrik digunakan power suplay yang dirangkai dengan sebuah
resistor, sehingga diperoleh nilai tegangan dan arus listrik dalam rangkaian tersebut.
E. HASIL PENGAMATAN
a. Pengukuran Besaran suhu
Tabel 1.1 : Pengukuran Besaran Suhu dengan Termometer (Pengukuran Tunggal)
NST Termometer =...........(oC)
Hasil pengukuran Hasil pengukuran
Penunjukan Penunjukan
Alat Ukur temperatur air temperatur air
skala skala
dingin panas
Termometer .........skala ............ oC .........skala ............ oC

Tabel 1.2 : Pengukuran Besaran Suhu dengan Termometer (Pengukuran Berulang)


NST Termometer =...........(oC).
Penunjukan Hasil pengukuran Penunjukan Hasil pengukuran
Alat Ukur
skala temperatur air dingin skala temperatur air panas
.........skala 1. ............. oC .........skala 1. ....... oC
Termometer .........skala 2. ............. oC .........skala 2. ....... oC
.........skala 3. ............. oC .........skala 3. ....... oC
b. Pengukuran Besaran Panjang
Tabel 1.3 : Pengukuran Besaran Panjang dengan Jangka Sorong (Pengukuran Tunggal)
NST Jangka sorong =...........mm. KTN Jangka sorong =...........mm
Hasil Hasil
Alat pengukuran pengukuran
Penunjukan skala Penunjukan skala
Ukur diameter kedalaman
tabung tabung
1. SU = ......skala .................mm 1. SU = ......skala .................mm
SN = ..... skala SN = ..... skala
Jangka 2. SU = ......skala .................mm 2. SU = ......skala .................mm
Sorong SN = ......skala SN = ......skala
3. SU = ......skala .................mm 3. SU = ......skala .................mm
SN = .....skala SN = .....skala
Tabel 1.4 : Pengukuran Besaran Panjang dengan Jangka Sorong (Pengukuran Berulang)
NST Jangka sorong =...........mm. KTN Jangka sorong =...........mm
Hasil Hasil
Alat pengukuran pengukuran
Penunjukan skala Penunjukan skala
Ukur diameter kedalaman
tabung tabung
1.
SU = ......skala .................mm 1. SU = ......skala .................mm
SN = ..... skala SN = ......skala
Jangka 2. SU = ......skala .................mm 2. SU = ......skala .................mm
Sorong SN = ......skala SN = ......skala
3. SU = ......skala .................mm 3. SU = ......skala .................mm
SN = .....skala SN = ......skala

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 6


Tabel 1.5 : Pengukuran Besaran Panjang Dengan Spherometer (Pengukuran Tunggal)
NST Spherometer =...........mm. KTN Spherometer =...........mm
Alat Ukur Penunjukan skala Hasil pengukuran ketebalan uang logam
SU = .......... skala
Spherometer .................mm
SN = .......... skala

Tabel 1.6 : Pengukuran Besaran Panjang Dengan Spherometer (Pengukuran Berulang)


NST Spherometer =...........mm. KTN Spherometer =...........mm
Alat Ukur Penunjukan skala Hasil pengukuran ketebalan uang logam
1. SU = .........skala .................mm
SN = .........skala
2. SU = .........skala .................mm
Spherometer
SN = .........skala
3. SU = .........skala .................mm
SN = .........skala
Tabel 1.7 : Pengukuran Besaran Panjang dengan Mikrometer Sekrup (Pengukuran Tunggal)
NST Mikrometer sekrup =...........mm. KTN Mikrometer sekrup =...........mm
Alat Ukur Penunjukan skala Hasil pengukuran tebal plat
SU = ....... skala
Mikrometer sekrup .................mm
SN= ........ skala
Tabel 1.8 : Pengukuran Besaran Panjang Dengan Mikrometer Sekrup (Pengukuran Berulang)
NST Mikrometer sekrup =...........mm. KTN Mikrometer sekrup =...........mm
Alat Ukur Penunjukan skala Hasil pengukuran tebal plat
1. SU = ..... skala .................mm
SN = ..... skala
2. SU = ..... skala .................mm
Mikrometer sekrup
SN = ..... skala
3. SU = ..... skala .................mm
SN = ..... skala
c. PengukuranBesaranMassa
Tabel 1.9 : Penentuan Nilai Skala Terkecil dan Kesalahan Titik Nol (KTN)
Alat Ukur Nilai Skala Terkecil (NST) Kesalahan Titik Nol
Neraca Ohauss 311 gr .................gram .................gram
Tabel 1.10 : Pengukuran Besaran Massa dgn Neraca (Pengukuran Tunggal)
Hasil pengukuran
Alat Ukur Penunjukan skala tiap lengan
massa anak timbangan
Lengan 1 =...... Skala
Lengan 2 =...... Skala
Neraca Ohauss 311 gram .................gram
Lengan 3 =...... Skala
Lengan 4 =...... Skala

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 7


Tabel 1.11 : Pengukuran Besaran Massa Dengan Neraca (Pengukuran Berulang)
Hasil pengukuran massa
Alat Ukur Penunjukan skala tiap lengan
anak timbangan
1. Lengan 1 =...... skala
Lengan 2 =...... skala
................. gram
Lengan 3 =...... skala
Lengan 4 =...... skala
2. Lengan 1 =...... skala
Lengan 2 =...... skala
Neraca Ohauss 311 gram ................. gram
Lengan 3 =...... skala
Lengan 4 =...... skala
3. Lengan 1 =...... skala
Lengan 2 =...... skala
................. gram
Lengan 3 =...... skala
Lengan 4 =...... skala
d. PengukuranBesaranWaktu
Tabel 1.12 : Pengukuran besaran waktu dengan stopwatch (pengukuran tunggal)
NST stopwatch =........detik NST stopclock =...........detik.
Panjang tali bandul = ..... cm
Hasil pengukuran Periode ayun
Alat Ukur Penunjukan skala
waktu 10 kali ayun (t) (T=t/n)
Stopwatch ............ skala ............detik ............detik
Tabel 1.13 : Pengukuran besaran waktu dengan stopwatch (pengukuran berulang)
NST stopwatch =.......detik NST stopclock =...........detik
Panjang tali bandul = ......cm
Hasil pengukuran Periode ayun
Alat Ukur Penunjukan skala
waktu 5 kali ayun (T=t/n)
1. ........... skala ...........detik ...........detik
Stopwatch 2. ........... skala ...........detik ...........detik
3. ........... skala ...........detik ...........detik
e. PengukuranBesaranListrik
Tabel 1.14 : Pengukuran besaran listrik dengan voltmeter (pengukuran tunggal)
NST Voltmeter skala atas = ........... V
NST Voltmeter skala bawah = ........... V
Tegangan Penunjukan skala Hasil pengukuran tegangan
Alat Ukur
Baterai Skala atas Skala bawah Skala atas Skala bawah
1 baterai .... skala .... skala .... V .... V
Voltmeter
2 baterai .... skala .... skala .... V .... V
Tabel 1.15 : Pengukuran besaran listrik dengan voltmeter (pengukuran ganda)
Batas ukur yang dipakai = ..............V
NST Voltmeter skala atas = ............. V
NST Voltmeter skala bawah = ............. V

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 8


Tegangan Penunjukan skala Hasil pengukuran tegangan
Alat Ukur
Baterai Skala atas Skala bawah Skala atas Skala bawah
1 baterai .... skala .... skala .... V .... V
.... skala .... skala .... V .... V
.... skala .... skala .... V .... V
1 baterai .... skala .... skala .... V .... V
Voltmeter
.... skala .... skala .... V .... V
.... skala .... skala .... V .... V
1 baterai .... skala .... skala .... V .... V
.... skala .... skala .... V .... V
.... skala .... skala .... V .... V
Tabel 1.16 : Pengukuran besaran listrik dengan amperemeter (pengukuran tunggal)
Batas ukur yang dipakai = ..............A
NST Amperemeter skala atas = ........... V
NST Amperemeter skala bawah = ........... V
Hasil pengukuran
Penunjukan skala
Tegangan tegangan
Alat Ukur
Baterai Skala atas Skala Skala atas Skala bawah
bawah
1 baterai .... skala .... skala .... V .... V
Amperemeter
2 baterai .... skala .... skala .... V .... V
Tabel 1.17 : Pengukuran besaran listrik dengan voltmeter (pengukuran ganda)
Batas ukur yang dipakai = ..............A
NST Voltmeter skala atas = ........... V
NST Voltmeter skala bawah = ........... V
Hasil pengukuran
Penunjukan skala
Tegangan tegangan
Alat Ukur
Baterai Skala atas Skala Skala atas Skala bawah
bawah
1 baterai .... skala .... skala .... V .... V
.... skala .... skala .... V .... V
.... skala .... skala .... V .... V
Amperemeter
1 baterai .... skala .... skala .... V .... V
.... skala .... skala .... V .... V
.... skala .... skala .... V .... V

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 9


PERCOBAAN 2
“ VEKTOR DAN RESULTAN GAYA ”
A. TUJUAN
1. Mampu menentukan jumlah resultan gaya dua vektor.
2. Mampu menggambarkan arah-arah gaya pada percobaan vektor dan momen gaya.
B. TEORI DASAR
Ada kalanya suatu benda dikenai lebih dari satu gaya. Dua gaya atau lebih yang bekerja pada
suatu benda dapat dijumlahkan. Penjumlahan dari gaya-gaya yang bekerja pada suatu benda disebut
resultan gaya. Untuk menjumlahkan beberapa gaya kamu harus melukiskan gaya-gaya yang bekerja.
Sebelumnya telah disebutkan bahwa gaya merupakan besaran vektor yang memiliki arah dan besar.
Gaya dapat digambarkan sebagai garis berupa anakpanah. Gaya biasa disimbolkan dengan F.
F
O A
1. Titik O merupakan titik pangkal gaya yang disebut titik tangkap gaya.
2. OA merupakan panjang anak panah yang menunjukkan besarnya gaya.
3. Arah anak panah menunjukkan arah gaya.
Gaya-gaya yang bekerja pada suatu benda dapat berupa gaya-gaya yang searah, berlawanan
arah, saling tegak lurus, atau saling membentuk sudut. Apabila dua buah gaya atau lebih yang segaris
dan searah dapat diganti dengan sebuah gaya lain yang besarnya sama dengan jumlah gaya-gaya
tersebut.
R = F1 +F2 +F3 + . . . +Fn
Apabila pada sebuah benda bekerja dua gaya yang segaris tetapi berlawanan arah, besarnya
kedua gaya tersebut dapat diganti dengan sebuah gaya yang besarnya sama dengan selisih kedua gaya
tersebut dan arahnya sama dengan arah gaya yang besar.
R = F1 – F2
C. ALAT DAN BAHAN
Kegiatan 1 : Menentukan Resultan Vektor Gaya
1. Alat
a. Busur Derajat 1 buah
b. Neraca Pegas 2 buah
c. Batang statif Panjang + klem 2 buah
2. Bahan
a. Beban 50 Gram 3 buah
b. Tali nilon Secukupnya

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 10


D. PROSEDUR KERJA
Kegiatan 1 : Menentukan Resultan Vektor Gaya
1. Ambil alat ukur yang digunakan kemudian menentukan nilai skala terkecil (NST) dan
Kesalahan titik Nol (KTN).
2. Rakit peralatan sesuai pada gambar.

3. Gantungkan sebuah beban pada neraca pegas dan catat berat beban yang ditunjukan oleh
neraca pegas.
4. Geser statif membentuk sudut 100.
5. Bacalah penunjukan besar gaya pada pegas 1 (F1) dan pegas (F2).
6. Ulangi langkah 2 dan 3 untuk sudut-sudut sesuai dengan table dibawah.
7. Lukis sudut a1 = a2 = untuk sudut 10, 20, 30 dan 40 derajat dengan garis gaya F1 dan F2,
panjang garis sesuai dengan besarnya gaya.
E. HASIL PENGAMATAN
Kegiatan 1 : Menentukan Resultan Vektor Dari Dua Gaya
Tabel 1 : Menentukan Resultan Vektor Dari Dua Gaya
A2 A1 F2(N) F1(N) R Berat Beban
10 10
20 20
30 30

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 11


PERCOBAAN 3
“ GLB, GLBB, dan Kesetimbangan Statis ”
A. TUJUAN
1. Mampu mengetahui perbedaan GLB dan GLBB.
2. Mampu mengetahui hubungan panjang lengan kuasa dengan gaya tuas dengan berat benda
dan lengan beban yang dikonstankan.
3. Mampu mengetahui hubungan panjang lengan beban dengan gaya tuas dengan panjang
lengan kuasa dan berat beban yang dikonstankan.
4. Mampu mengetahui keuntungan mekanis pada setiap katrol katrol.
B. TEORI DASAR
1. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Apabila suatu benda bergerak dengan kelajuan konstan pada suatu lintasan garis lurus, maka
dikatakan bahwa benda tersebut bergerak lurus beraturan. Jarak yang ditempuh s selama waktu t
dengan kelajuan v adalah

dengan:
s = jarak tempuh (m)
v = kecepatan (m/s)
t = waktu tempuh (s)
2. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, benda dikatakan mengalami gerak lurus beraturan jika
memiliki kecepatan konstan, apabila kecepatannya sekarang berubah secara teratur, dengan kata laiin
mengalami perubahan kecepatan (atau percepatan konstan) maka gerak semacam ini disebut gerak
lurus berubah beraturan.
Dalam gerak dipercepat mempunyai tiga besaran yaitu perpindaha, kecepatan, dan percepatan
yang dapat bernilai positif atau negatif. Perpindahan negatif berarti bahwa benda mengakhiri
gerakannya dibelakang titik awal gerakan. Kecepatan negatif menunjukkan bahwa gerak benda
berlawanan dengan arah acuan, yang disebut gerak mundur. Percepatan negatif berarti bahwa benda
memperlambat gerakannya.
3. Kesetimbangan Statis
Kesetimbangan pada benda terjadi apabila gaya dan torsi pada benda nol, maka benda tidak
akan mengalami perubahan gerak maupun rotasi. Benda yang bergerak dengan kecepatan konstan
memiliki momentum linear konstan. Artinya tidak ada gaya total yang bekerja pada benda itu atau
total gaya bernilai nol.
Tuas atau pengungkit biasa kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh pada saat kita
membuka tutup botol dengan pembuka tutup botol, jungkat-jungkit, linggis, dan lain sebagainya. Tuas

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 12


digunakan untuk memindahkan benda yang berat. Prinsipnya adalah, semakin jauh jarak kuasa
terhadap titik tumpu, maka semakin kecil gaya yang diperlukan untuk mengangkat suatu beban.
Rumusnya adalah sebagai berikut :
W . Lb = F . Lk
Katrol dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Katrol tetap, yaitu katrol yang tidak berpindah pada saat digunakan.
2. Katrol bebas, yaitu katrol yang bisa berpindah tempat saat digunakan.
3. Katrol ganda, yaitu katrol yang merupakan gabungan dari katrol tetap dan katrol bebas.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Percobaan GLB dan GLBB
a. Kabel penghubung 2 buah
b. Kereta dinamika 1 buah
c. Kertas karbon Secukupnya
d. Penyangga bertingkat 1 buah
e. Pita kertas Secukupnya
f. Power supply 1 buah
g. Rel presisi 3 buah
h. Ticker timer 1 buah
2. Percobaan Kesetimbangan Statis
a. Beban 3 buah
b. Katrol 2 buah
c. Lengan kesetimbangan 1 buah
d. Neraca pegas 1 buah
e. Statif 1 set
f. Tali Secukupnya
D. PROSEDUR KERJA
1. Percobaan GLB dan GLBB
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Sambung rel presisi dengan menyambung rel dan pasang pula kaki rel pada ke2 ujung rel.
c. Pasang perekam waktu (ticker timer) pada ujung kiri rel presisi dan pasang pula kontrol rel
pada ujung kanan rel lihat gambar.
d. Pasang kertas perekam pada ticker timer dan ujung kertas dijepit pada kereta dinamika.
e. Letakkan kereta dinamika bermotor pada salah satu ujung rel presisi .
f. Hubungkan power supply ke sumber listrik (PLN) dan memilih tegangan pada power
supply 4 volt AC serta hubungkan kabel ticker timer ke power supply.
g. Bersamaan dengan menghidupkan ticker timer, kemudian lepaskan kereta agar menjauhi
ticker timer.

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 13


h. Keluarkan kertas perekam dan amati jarak titik-titik data.
2. Percobaan Kesetimbangan Statis
Kegiatan 1: Kesetimbangan statif tanpa katrol
a. Gantungkan mistar kesetimbangan pada statif.
b. Tentukan lengan beban dan lengan kuasa pada mistar kesetimbangan.Gantungkan beban
pada lengan beban dan neraca pegas pada lengan kuasa dan catat berapa gaya yang
diperoleh pada neraca pegas dengan jarak lengan kuasa tertentu.Catat hasil pengamatan
pada tabel hasil pengamatan.
c. Gantungkan beban pada lengan beban dan neraca pegas pada lengan kuasa dan catat
berapa gaya yang diperoleh pada neraca pegas dengan jarak lengan kuasa tertentu. Dengan
massa beban diubah-ubah.Catat hasil pengamatan pada tabelpengamatan.
Kegiatan 2: Kesetimbangan statif dengan katrol
a. Rangkai katrol pada statif dengan menggunakan tali serta gantungkan beban dan neraca
pegas seperti pada gambar berikut.

b. Tarik neraca pegas agar posisi beban dan neraca pegas dalam posisi seimbang. Catat gaya
yang diperoleh dari neraca pegas.Ulangi percobaan tersebut dengan jenis katrol yang
berbeda.
E. HASIL PENGAMATAN
Kegiatan 1 : Kesetimbangan statik tanpa katrol
1. Mampu mengetahui hubungan panjang lengan kuasa dengan gaya tuas dengan berat benda
dan lengan beban yang dikonstankan.
W= ….. gr Lengan Beban (LB) = ….. m.

No Lengan Beban (m) Gaya (N) Keuntungan Mekanis

1. ….. ….. …..

2. ….. ….. …..


2. Mampu mengetahui hubungan panjang lengan beban dengan gaya tuas dengan panjang lengan
kuasa dan berat beban yang dikonstankan
W = ….. gr Lengan Kuasa (LK) = ….. m.

No Lengan Kuasa (m) Gaya (N) Usaha (joule)

1. ….. ….. …..

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 14


2. ….. ….. …..

3. ….. ….. …..


Kegiatan 2 : Kesetimbangan statik dengan katrol
1. Keuntungan mekanis setiap katrol

Keuntungan
NO Jenis Katrol Berat (W) Gaya (N)
Mekanis

1.
2.

3.

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 15


PERCOBAAN 4
“ HUKUM HOOKE DAN OSILASI GERAK HARMONIK “
A. TUJUAN
1. Untuk mengamati gerak harmonik pada getaran pegas dan ayunan bandul sederhana.
2. Untuk menentukan kaitan konsep gaya pegas dan sifat elastisitas bahan.
3. Untuk mempelajari hubungan antara gaya pegas dengan pertambahan panjang gas.
4. Untuk mempelajari pengaruh panjang tali, massa dan waktu pada ayunan bandul sederhana.
B. TEORI
Gerak harmonik merupakan gerak bolak balik benda melalui titik keseimbangan tertentu
dengan banyaknya getaran dalam setiap sekon. Gerak harmonik sederhana adalah gerak periodik
dengan lintasan yang ditempuh selalu sama.

Suatu benda yang dikenai gaya akan mengalami perubahan bentuk(volume dan ukuran).
Misalnya suatu pegas akan bertambah panjang dari ukuran semula, apabila dikenai gaya sampai batas
tertentu. Pada Hukum Hooke,terlebih dahulu akan dibahas mengenai sifat elastisitas benda. Sifat
elastisitas benda adalah kemampuan suatu benda untuk kembali ke posisi awal. Sebagaimana
dijelaskandalam Hukum Hooke bahawa besarnya pertambahan panjang pegas sebanding dengan gaya
yang diberikan pada pegas. Secara matematis dapat dituliskan :
F = - k .l
Dimana F adalah gaya yang dikerjakan pada pegas (N), k adalah konstanta pegas (N/m),danl adalah
penambahan panjang pegas (m). Periode dan frekuensi sistem beban pegas hanya bergantung pada
massa dan konstanta gaya pegas,sebagaimana rumus :

Sebuah bandul sederhana terdiri atas sebuah beban bermassa m yang digantung di ujung tali
ringan yang panjangnya l. Jika beban ditarik ke satu sisi dan dilepaskan, maka beban berayun melalui
titik keseimbangan menuju ke sisi yang lain. Jika amplitudo ayunan kecil, maka bandul melakukan
getaran harmonik.Periode dan frekuensi bandul sederhana tidak bergantung pada massa dan
simpangan bandul, tetapi hanya bergantung pada panjang tali dan percepatan gravitasi setempat,
sebagaimana rumus:

C. ALAT DAN KOMPONEN
1. Alat
a. Busur derajat 1 buah
b. Mistar 1 buah
c. Pegas 1 buah
d. Statif + klem 1 set
e. Stopwatch 1buah

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 16


2. Bahan
a. Beban 25 gram 2 buah
b. Beban 50 gram 4 buah
c. Tali secukupnya
D. PROSEDUR KERJA
Kegiatan 1 : Hukum Hooke
a. Hubungan antara gaya pegas dan pertambahan panjang pegas
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Ukur dan catat panjang mula –mula pegas sebelum diberi beban.
3. Gantungkan beban 50 gram pada pegas kemudian gantungkan pegas pada statif.
4. Ukur dan catat panjang pegas setelah diberi beban.
5. Ulangi langkah 3 dan 4 dengan massa yang berbeda- beda.
6. Catat hasil pengamatan ke dalam tabel pengamatan.
b. Hubungan antara massa dan pertambahan periode
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Gantungkan beban 50 gram dan tarik beban lalu lepaskan beban bersamaan dengan
menekan stopwatch, hitung 10 kali ayunan dan setelah 10 kali ayunan stopwatch
dihentikan.Catat waktu yang dibutuhkan saat benda mengayun.
3. Ulangi langkah 2 dan 3 dengan massa yang berbeda-beda.
4. Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
Kegiatan 2 : Ayunan bandul sederhana
a. Hubungan tegangan tali dengan periode
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Susun bandul sederhana dengan salah satu ujung tali diikatkan pada statif dan ujung tali
yang lain digantungkan beban 50 gram.Ukur panjang tali mula-mula.
3. Berikan ampliduto sebanyak 150 kemudian lepaskan beban bersamaan dengan menekan
stopwatch,hitung sebanyak 10 kali ayunan dan tepat pada ayunan ke -10 stopwatch
dihentikan, kemudian catat waktu yang diperlukan untuk 10 kali ayunan.
4. Ulangi langkah 2 dan 4 dengan panjang tali yang berbeda-beda.
5. Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
b. Hubungan massa dengan periode
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Susun bandul sederhana dengan salah satu ujung tali diikatkan pada statif dan ujung tali
yang lain digantungkan beban 50 gram.
3. Ukur panjang tali dan berikan amplitudo sebesar 150

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 17


4. Lepaskan beban bersama dengan menekan stopwatch, hitung 10 kali ayunan dan tepat
pada ayunan ke 10 stopwatch dihentikan, kemudian catat waktu yang diperlukan untuk
10 kali ayunan.
5. Ulangi langkah 2 dan 4 dengan massa benda yang berbeda-beda.
6. Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
E. HASIL PENGAMATAN
Kegiatan 1 : Hukum Hooke
a. Hubungan antara gaya pegas dan pertambahan panjang pegas.
l0 = cm
No m (gram) l(cm) l(cm) k

b. Hubungan antara massa dan pertambahan periode


n= kali
No m (gram) t (s)

Kegiatan 2 : Ayunan bandul sederhana


a. Hubungan tegangan tali dengan periode
‫=סּ‬
n= kali
No l(cm) t (s) T = n/t

b. Hubungan massa dengan periode


n = kali
l= cm
No m (gram) t (s) T = n/t

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 18


PERCOBAAN 5
“ GAYA GESEK ’’
A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gaya gesekan.
2. Untuk menentukan kecepatan benda pada bidang miring dengan menggunakan hukum
kekekalan energi mekanik.
3. Untuk menetukan koefisien gesekan pada bidang miring.
4. Untuk mentukan percepatan benda pada bidang datar.
B. TEORI DASAR
Gaya gesekan merupakan salah satu gaya sentuh. Gaya tersebut bekerja pada dua permukaaan
zat padat yang bersentuhan secara fisik. Ada dua jenis gaya gesek, yaitu gaya gesek statik dan gaya
gesek kinetik. Gaya gesek statik cenderung mempertahankan keadaan diam pada benda, sedangkan
gaya gesek kinetik cenderung mempertahankan gerak benda.
a. Gaya Gesekan Statik
Gaya gesekan statik adalah gaya gesekan yang terjadi antra dua permukaan benda yang diam
atau tidak ada gerak relatifnya satu terhadap yang lain. Tidak bergeraknya suatu benda meskipun ada
gaya yang bekerja pada benda tersebut menandakan bahwa resultan gaya yang bekerja padanya
bernilai nol.
Gambar a menunjukkan kotak yang diam dan dalam keadaan setimbang. Hal itu disebabkan
gaya normal (N) sama besar dengan berat kotak (W), tetapi berlawanan arah. Selanjutnya, kotak diikat
dengan tali kemudian ditarik dengan gaya F yang semakin besar. Pada saat benda mulai benda mulai
bergerak, gaya gesekan itu tidak mampu lagi mengimbangi gaya tarik yang diberikan. Dengan
demikian, untuk dua permukaan yang mengalami kontak, ada nilai maksimum yang ada dari gaya
gesek statis. Gaya gesek statik maksimal atau fs max sebanding dengan gaya normal. Harga
kesebandingan tersebut disebut koefisien gesekan statik µs. koefisien gesekan merupakan tetapan
yang menunjukkan halus-kasarnya suatu permukaan benda, jadi koefisien gesekan bergantung pada
sifat permukaan benda.

Gambar diagram bebas pada balok (a) benda diam tanpa gaya luar dan (b) benda saat diberikan gaya
luar.
Gaya gesekan statik mempunyai nilai yang terletak antara nol sampai nilai maksimum sebesar
µsN,
fs≤ µs.N (1)

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 19


b. Gaya Gesekan Kinetik
Gaya yang diperlukan untuk mempertahankan gerak suatu benda lebih kecil daripada gaya
yang diperlukan untuk mulai menggerakkan benda tersebut. Untuk mulai menggerakkan suatu benda,
gaya luar mulai digunakan untuk mengatasi gaya gesekan statik benda itu dengan permukaan lain
yang menyentuhnya. Setelah bergerak, sebagian gaya luar yang mempertahankan gerak benda itu
digunakan untuk mengatasi gaya gesekan kinetiknya, yaitu fk. Besar gaya gesekan kinetik lebih kecil
daripada gaya gesekan statik maksimum,
fk <fs max (2)
Gaya gesekan kinetikmencerminkan hubungan relatif antara dua permukaan yang melakukan
kontak. Besar gaya gesekan kinetik tersebut adalah:
fk = µk.N (3)
dengan µk disebut koefisien gesekan kinetik.

Jenis gaya gesekan Persamaan Keterangan

 Gaya luar F harus lebih besar daripada gaya gesekan


fs≤ µs.N statik maksimum agar benda bergerak dari keadaan
diam
Statik
 Dimiliki oleh objek diam
 Arah gaya gesek berlawanan arah dengan gaya luar
yang bekerja pada benda
 Gaya yang berlawanan arah dengan kecepatan selalu
fk <fs max
Kinetik lebih kecil dari gaya gesekan statik
fk = µk.N
 Dimiliki oleh objek yang bergerak
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Bidang miring 1 buah
b. Bidang datar 1 buah
c. Busur derajat 1 buah
d. Katrol 1 buah
e. Mistar 1 buah
f. Neraca pegas 1 buah
g. Stopwatch 1 buah
2. Bahan
a. Balok 2 buah
b. Tali Secukupnya
D. PROSEDUR KERJA
1. Gaya gesekan pada bidang miring
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Rangkai alat membentuk bidang miring.

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 20


c. Ukur sudut yang terbentuk pada bidang miring dan panjang lintasan yang digunakan
untuk meletakkan balok serta ukur pula ketinggiannya.
d. Letakkan balok pada ujung lintasan kemudian luncurkan balok tersebut bersamaan
dengan menekan stopwatch.
e. Catat waktu yang dibutuhkan balok untuk sampai pada ujung lintasan bidang miring.
f. Ulangi langkah d dan e dengan mengubah panjang lintasan yang digunakan untuk
meluncurkan balok.
2. Percepatan benda pada bidang datar
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Catat massa balok yang akan digunakan.
c. Ikat ujung balok dengan tali lalu kaitkan dengan katrol, kemudian kaitkan neraca pegas
pada tali tersebut.
d. Tarik neraca pegas dan amati gaya yang digunakan untuk menarik balok tersebut.
e. Catat besarnya gaya yang digunakan untuk menarik balok.
f. Ulangi langkah b sampai e dengan mengubah massa balok yang digunakan.
E. HASIL PENGAMATAN
Kegiatan 1: Gaya gesek kinetik pada bidang miring
Massa beban = gram
o
Sudut bidang miring =

No. Jarak tempuh (cm) Waktu tempuh(s)

1.

2.

3.
Kegiatan 2: Percepatan pada bidang datar
µk =
No. Massa benda (gram) Gaya tarik (N)

1.

2.

3.

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 21


PERCOBAAN 6
“ SINAR – SINAR ISTIMEWA ’’
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk menggambarkan sinar – sinar istimewa cermin cekung dan cermin cembung.
2. Untuk menggambarkan sinar – sinar istimewa lensa cekung dan lensa cembung.
B. TEORIDASAR
Cermin dapat diartikan sebagai permukaan yang memantulkan sebagian besar cahaya yang
mengenainya. Cermin terbagi menjadi 3 yaitu cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung.
Cermin datar yaitu cermin yang permukaannya berupa bidang datar. Cermin ini menghasilkan pola
pemantulan cahaya yang teratur. Cermin cekung yaitu cermin yang sudut kelengkungannya ke arah
dalam sehingga bersifat mengumpulkan cahaya (konvergen), sedangkan cermin cembung yaitu
cermin yang mempunyai sudut kelengkungan yang mengarah ke luar sehingga bersifat menyebarkan
cahaya yang menuju padanya (divergen).
Lensa adalah bahan yang kedua permukaannya lengkung dan mempunyai sumbu serta
bersifat membiaskan cahaya yang datang padanya. Lensa terbagi menjadi 2 yaitu lensa cembung
(konveks) dan lensa cekung (konkaf). Lensa cembung adalah lensa yang bagian tengah lebih tebal
daripada bagian tepinya sehingga bersifat mengumpulkan cahaya (konvergen) sedangkan lensa
cekung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tipis daripada bagian tepinya sehingga bersifat
menyebarkan cahaya (divergen).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Celah tunggal
2. Cermin cembung
3. Cermin cekung
4. Kertas putih
5. Lensa cekung
6. Lensa cembung
7. Penggaris
8. Ray box
D. PROSEDUR KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Gambarkan sumbu utama / garis lurus di atas kertas.
3. Letakkan cermin cekung di atas kertas (sesuaikan dengan sumbu utama).
4. Masukkan celah tunggal pada ray box dan letakkan di depan cermin.
5. Nyalakan ray box.
6. Arahkan ray box sejajar dengan sumbu utama.
7. Amati hasil pemantulan yang terjadi.
8. Arahkan ray box melalui titik fokus kemudian amati hasil pemantulan yang terjadi.

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 22


9. Arahkan ray box melalui titik pusat kelengkungan kemudian amati hasil pemantulan yang
terjadi.
10. Ulangi langkah 3 – 9 dengan mengganti cermin cekung menjadi cermin cembung, lensa
cekung dan lensa cembung.
11. Gambarkan hasil pengamatan yang diperoleh pada lembar pengamatan.

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 23


PERCOBAAN 7
“ JARAK FOKUS LENSA ’’
A. TUJUAN
1. Menyelidiki besar jarak fokus lensa.
2. Menghitung perbesaran bayangan suatu lensa.
3. Menentukan sifat-sifat bayangan pada lensa.
B. TEORI DASAR
Lensa adalah suatu medium transparan yang dibatasi oleh dua permukaan melengkung yang
merupakan garis sferis, Lensa dibagi menjadi dua jenis yaitu cembung (+) dan lensa cekung (-).
Lensa-lensa ini mempunyai perbedaan. Lensa cembung merupakan lensa konvergen yang bersifat
mengumpulkan sinar, sedangkan lensa cekung merupakan lensa divergen yang sifatnya menyebarkan
sinar.
Jenis- Jenis Lensa Cembung

Gambar : Jenis-jenis lensa


Sinar istimewah sangat penting sebagai dasar melukis pembentukan bayangan pada lensa
cembung.
Ada tiga sinar-sinar istimewa pada pembiasan lensa cembung yaitu :
1. Sinar datang menuju lensa sejajar sumbu utama akan lensa dibiaskan seakan-akan dari titik
fokus aktif F1 lensa.
2. Sinar datang menuju lensa seakan-akan melalui titik fokus pasif F2 lensa akan dibiaskan
sejajar sumbu utama lensa
3. Sinar datang menuju lensa melalui titik pusat optik lensa akan diteruskan tanpa dibiaskan.
Pada lensa juga berlalu persamaan-persamaan seperti pada cermin yaitu sebagai berikut:

= + ...

M=| |

Lensa cekung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tipis ketimbang bagian tepinya yang
lebih tebal. Lensa cekung biasanya berbentuk lingkaran, walaupun ada juga lensa cekung yang tidak
berupa lingkaran.

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 24


Sinar-sinar istimewa yang ada di lensa cekung seperti gambar diatas, penjelasannya:
1. Sinar datang sejajar sumbu utama akan dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus (di depan
lensa).
2. Sinar datang seolah-olah menuju titik fokus lensa pertama (F1) akan dibiaskan sejajar sumbu
utama.
3. Sinar yang datang melewati pusat optik lensa (O) tidak dibiaskan.

Pada lensa cekung berlaku persamaan :

Keterangan:
s′ = jarak bayangan
s′ = (+) positif, bayangan nyata
s′ = (-) negatif, bayangan maya
s = jarak benda
f = jarak titik api, bernilai negatif
Perbesaran (m), rumusnya:

Keterangan:
h′ = (–) negatif, bayangan terbalik
h′ = (+) positif, bayangan tegak
m = (+) positif, bayangan tegak
m = (–) negatif, bayangan terbalik
B. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Meja optik 1 buah
b. Rel presisi 4 buah
c. Kaki rel presisi 2 buah
d. Penyambung rel presisi 2 buah
e. Rumah lampu 1 buah
f. Bola lampu 1 buah
g. Pemegang diafragma 4 buah
h. Catu daya 1 buah
i. Tumpukan penjepit 4 buah
2. Bahan
a. Lensa 2 buah

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 25


C. PROSEDUR KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Rangkai alat dan bahan seperti gambar diberikut ini.

Gambar Rangkaian Alat dan Bahan


3. Tentukan letak ruang I, II, dan III, untuk benda dan bayangan pada rel presisi.
4. Tentukan jarak benda dengan menggeser benda pada jarak yang telah ditentukan dan catat
nilainya pada tabel pengamatan.
5. Tentukan jarak bayangan dengan cara menggeser layar sampai diperoleh bayangan yang
terfokus pada layar dan catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
6. Tentukan perbesaran bayangan dan sifat-sifat bayangan, kemudian catat pada tabel
pengamatan.
7. Ulangi langkah kerja 4 sampai 6 dengan jarak yang berbeda-beda.
8. Tentukan jarak fokus lensa melalui data yang diperoleh.
E. HASIL PENGAMATAN
Jarak Jarak
Ruang Ruang Perbesaran Sifat-sifat
No benda s banyangan S’
benda banyangan banyangan banyangan
(cm) (cm)
1.
2.
3.
4.
5.
6.

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 26


PERCOBAAN 8
“ PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA CERMIN LIPAT ’’

A. TUJUAN
Tujuan praktikum yaitu menentukan banyak bayangan pada 2 buah cermin datar.
B. TEORI DASAR
Cahaya sebagai gelombang dapat memantul bila mengenai suatu benda. Pemantulan cahaya
oleh permukaan suatu benda bergantung pada keadaaan permukaan benda tersebut. Benda dengan
permukaan yang rata (contoh : cermin), memantulkan cahaya dengan teratur. Sedangkan benda
dengan permukaan yang tidak teratur atau kasar, memantulkan cahaya dengan tidak teratur atau
membaur. Pemantulan cahaya pada permukaan rata diamati pertama kali oleh seorang ilmuwan
Belanda yang bernama Willebrord Snellius. Pemantulan cahaya sesuai dengan hukum pemantulan
yang dikemukakan oleh snellius, yaitu :
1. Sinar datang, garis normal dan sinar pantul terletak pada bidang datar.
2. Sudut datang sama dengan sudut pantul.
Berdasarkan bentuk permukaannya, ada dua jenis cermin yaitu cermin datar dan cermin
lengkung. Cermin datar adalah salah satu cermin yang memiliki permukaan datar licin yang dapat
menciptakan pantulan sehingga membentuk bayangan. Sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh
cermin datar adalah :
1. Jarak bayangan ke cermin (s’) = Jarak benda ke cermin (s).
2. Tinggi bayangan (h’) = Tinggi benda (h).
3. Sama besar dan berlawanan arah ( perbesarannya 1 kali).
4. Bayangan bersifat maya (di belakang cermin).
Dua buah cermin datar yang digabung dengan cara tertentu dapat memperbanyak jumlah
bayangan sebuah benda. Jumlah bayangan yang terjadi bergantung pada besar sudut yang dibentuk
oleh kedua cermin tersebut. Semakin besar sudut yang terbentuk maka jumlah bayangan akan
semakin sedikit dan sebaliknya. Misalnya dengan menggunakan rumus :

N= -1

C. ALAT DAN KOMPONEN


1. Cermin datar 2 buah
2. Kertas 1 lembar
3. Bolpoin 1 buah
4. Busur derajat 1 buah
D. PROSEDUR KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Gunakan busur derajat untuk mengukur besar sudut (1800, 900, 600, 450,300).
3. Letakkan cermin datar pada posisi tegap di atas kertas membentuk sudut .

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 27


4. Letakkan bolpoin di depan 2 buah cermin datar yang membentuk sudut .
5. Amati berapa bayangan yang terbentuk dan catat pada tabel pengamatan.
E. HASIL PENGAMATAN
Kegiatan : Pembentukan bayangan pada dua buah cermin datar.
Tabel : Pembentukan bayangan pada dua buah cermin datar.
No. Besar sudut Banyaknya Bayangan (n)
1 1800
2 900
3 600
4 450
5 300

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 28


PERCOBAAN 9
“ TAMPAK MUKA GELOMBANG ”
A. TUJUAN
1. Mengetahui gejala refleksi,difraksi,dan interferensi gelombang pada air.
2. Mampu menggambarkan gelombang datang dan gelombang pantul pada berbagai
bidang(bidang datar,bidang cekung,dan bidang cembung).
B. TEORI DASAR
1. Gelombang Pada Permukaan Air
Gelombang permukaan air mudah diamati dengan menggunakan tangki riak atau tangki
gelombang. Dasar tangki riak terbuat dari bahan kaca. Tepi-tepi tangki dilapisi karet busa atau logam
berlubang untuk menjaga pemantulan gelombang dari samping agar tidak menghamburkan pola-pola
gelombang yang berbentuk layar. Sebuah motor yang diletakkan diatas batang penggetar akan
menggetarkan batang penggetar. Pada batang penggetar di tempelkan pembangkit gelombang.
Frekuensi gelombang dapat diatur (diubah-ubah) debgan cara mengatur keceptan motor. Pola-pola
gelombang yang dihasilkan akan tampak pada layar sebagai garis-garis terang dan gelap.
Setiap gelombang merambat dengan arah tertentu. Arah merambat suatu gelombang disebut
sinar gelombang. Sinar gelombang selalu tegak lurus pada permukaan gelombang datar. Gelombang
pada muka gelombang berbentuk garis lurus yang tegak lurus pada muka gelombang. Sifat gelombang
pada muka gelombang lingkaran berbentuk garis lurus yang berarah radial keluar dari sumber
gelombang.
2. Sifat-Sifat Gelombang
Sifat-Sifat gelombang pada permukaan air adalah sebagai berikut:
a) Refleksi
Pemantulan (refleksi) adalah beloknya gelombang karena mengenai sebuah permukaan.
Dalam pemantulan gelombang berlaku hukum pemantulan gelombang, yaitu :
1) Gelombang datang,gelombang pantul, dan garis normal terletak pada satu bidang
datar
2) Besar sudut gelombang datang sama dengan sudut gelombang pantul.
b) Difraksi
Difraksi gelombang adalah pembelokan/penyebaran gelombang jika gelombang tersebut
melalui celah. Gejala difraksi semakin tampak jelas apabila celah yang dilewati semakin sempit.
c) Interferensi
Perpaduan gelombang terjadi apabila terdapat dua buah gelombang dengan frekuensi dan
beda fase saling bertemu. Hasil interferensi gelombang ada dua,yaitu konstruktif (saling
menguatkan) dan destruktif (saling melemahkan). Interferensi konstruktif terjadi saat dua
gelombang bertemu pada fase yang sama,sedangkan interferensi destruktif terjadi saat dua buah
gelombang bertemu pada fase yang berlawanan.

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 29


C. ALAT DAN KOMPONEN
1. Alat
a. Power suply 1 buah
b. Tangki riak 1 buah
c. Bohlam 1 buah
d. Kertas putih 1 lembar
e. Vibrator 1 buah
f. Bidang datar 3 buah
g. Bidang cekung 1 buah
h. Bidang cembung 1 buah
2. Bahan
a. Air secukupnya
D. PROSEDUR KERJA
Kegiatan 1 : Pola sumber gelombang datar dan sumber gelombang titik
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Atur vibrator sehingga menyentuh air,kemudian nyalakan.
3. Nyalakan bohlam penerangnya.
4. Amati muka gelombang yang ditangkap oleh kertas dibawah tangki riak.
5. Ulangi langkah 1 sampai 4 untuk sumber titik.
6. Gambar pola gelombang pada lembar pengamatan.
Kegiatan 2 : Pemantulan gelombang
1. Atur vibrator sehingga menyentuh permukaan air, kemudian nyalakan.
2. Gunakan penghalang berupa bidang datar untuk memantulkan gelombang.
3. Nyalakan bohlam penerangnya.
4. Amati muka gelombang yang ditangkap oleh kertas dibawah tangki riak.
5. Ulangi langkah 1 sampai 5 untuk bidang cembung dan bidang cekung.
6. Gambarlah pola gelombangnya.
Kegiatan 3 :Difraksi dan Interferensi Gelombang
1. Atur vibrator sehingga menyentuh permukaan air,kemudian dinyalakan.
2. Gunakan dua penghalang bidang datar pada tangki riak,kemudian susun agar terdapat celah
diantara 2 penghalang tersebut.
3. Nyalakan bohlam penerangnya.
4. Amati muka gelombang sebelum dan sesudah melewati celah yang ditangkap oleh kertas
dibawah tangki riak.
5. Ulangi langkah 1 sampai 5 dengan sumber titik dengan menambahkan penghalang bidang
datar sebanyak 1 sehingga terdapat 2 buah celah.
6. Gambarlah pola gelombangnya.

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 30


PERCOBAAN 10
“ GELOMBANG PADA TALI ”
A. TUJUAN
1. Mampu mengetahui hubungan antara tegangan tali dengan kecepatan rambat gelombang.
2. Mampu mengetahui hubungan antara besarnya cepat rambat gelombang pada tali dengan
besarnya massa beban.
B. TEORI DASAR
Gelombang adalah getaran yang merambat dalam suatu medium. Yang dimaksud medium
disini ialah sekumpulan benda yang saling berinteraksi dimana gangguan itu menjalar. Berdasarkan
arah rambat dan arah getarnya, gelombang dapat dibagi menjadi dua. Pertama, gelombangtransversal
yaitu gelombang yang arah rambat tegak lurus pada arah getarnya. Contohnya gelombang air, tali dan
cahaya. Kedua, gelombang longitudinal yaitu gelombang yang arah rambat dan arah getarnya sejajar.
Contohnya gelombang pegas dan bunyi. Berdasarkan amplitudonya, gelombang dibedakan atas
gelombang yang amplitudonya tetap yaitu gelombang berjalan. Dan gelombang yang
amplitudonyaberubah sesuai posisinya yaitu gelombang stasioner. Berdasarkan mediumnya,
gelombang juga dapat dibagi menjadi dua. Gelombang mekanik yaitu gelombang yang membutuhkan
media dalam merambat. Contohnya gelombang tali dan bunyi. Sedangkan adalagi gelombang yang
tidak membutuhkan media dalam merambat. Gelombang ini dinamakan gelombang elektromagnetik.
Contohnya cahaya, gelombang radio dan sinar-X.
HUKUM MELDE
Bila seutas tali dengan tegangan tertentu digetarkan secara terus menerus maka akan terlihat
suatu bentuk gelombang yang arah getarnya tegak lurus dengan arah rambat gelombang. Gelombang
ini dinamakan gelombang tranversal. Jika kedua ujungnya tertutup, gelombang pada tali itu akan
terpantul-pantul dan dapat menghasilkan gelombang stasioner yang tampak berupa simpul dan perut
gelombang. Melde merumuskan:

Dimana:
v = Cepat rambat gelombang (m/s)
F = Gaya tegangan tali (N)
µ = Rapat massa linier tali (massa tali/panjang tali) (kg/m)
C. ALAT DAN KOMPONEN
1. Alat
a. Katrol Meja 1 Buah
b. Tiker Timer 1 Buah
c. Mistar 100 cm 1 Buah

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 31


d. Power Supplay 1 Buah
e. Neraca Pegas 1 Buah
2. Bahan
a. Beban Secukupnya
b. Kabel Penghubung Secukupnya
c. Tali Secukupnya
D. PROSEDUR KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Rangkai alat dan bahan yang akan digun a kanseperti pada gambar di bawah ini:

3. Gantungkan beban pada tali seberat 50 gr.


4. Nyalakan power supplay dan gerakkan tiker timer sampai terbentuk gelombang pada tali.
5. Perhatikan jumlah perut gelombang yang terbentuk pada tali.
6. Ulangi langkah 3 sampai 5 dengan menggunakan beban sebesar 100 gr, 150 gr, 200 gr, 250
gr, dan seterusnya.
7. Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
E. HASIL PENGAMATAN
Kegiatan 1: Menyelidiki hubungan kecepatan gelombang dengan regangan
No. Massa Beban (Kg) Panjang Tali (m) Jumlah Perut (n) λ (m) T (Kg.m/s²)
1
2
3
4
5

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 32


PERCOBAAN 11
“ PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA”
A. TUJUAN
1. Menentukan indeks bias cermin datar dan kaca planparallel.
2. Menjelaskan Hukum Pemantulan dan hukum Snelliuas.
B. TEORI DASAR
Cahaya yang dipancarkan oleh sebuah sumber cahaya merambat kesegala arah. Bila medium
yang dilalui homogen. Berdasarkan bentuk permukaan benda yang memantulkan cahaya maka ada
dua jenis pemantulan yaitu pemantulan teratur dan pemantulan tidak teratur (baur). Pemantulan teratur
terjadi pada benda dengan permukaan rata sedangkan pemantulan baur terjadi pada benda dengan
permukaan yang tidak teratur.
Cermin merupakan benda yang berwarna putih dari logam yang mengkilat hampir
memantulkan semua cahaya yang telah mengenai cermin tersebut.Cermin terdiri atas 3 yaitu cermin
datar (Plan mirror), cermin cekung (concave mirror), cermin cembung (conveks mirror).
1. Cermin Datar (plan Mirror)
Jika kamu berdiri akan melihat bayanganmu sendiri pada cermin datar maka bentuk yang
terlihat adalah satu dengan bentuk permukaan datar. Pada dasarnya bentuk dari bayangan pada cermin
disebabkan oleh pemantulan pada garis utama yang dating dimana benda tersebut berada didepan
cermin. Gambar sesungguhnya ini bagian sifat cermin datar pada cermin datar serta jarak antara objek
dengan jarak pada cermin akan memiliki kesamaan.
2. Cermin cembung
Cermin tidak selamanya akan berbentuk datar, permukaan cermin itu memiliki bentuk
berbeda. Apakah anda sudah melihat cermin pada sendok, itu adalah salah satu cermin cekung. Kami
akan melihat bentuk pemantulan dari mankok cahaya dan akan dipantulkan sendok. Pada dasarnya
bentuk bayangan gambar yang dipantulkan oleh cermin cekung adalah berbeda dengan pemantuln
cermin datar. Pemantulan benda pada cermin datar biasanya tergantung pada posisi benda tersebut
berada didepan cermin cekung. Jika sinar datang searah dengan sumbu utama maka akan dipantulkan
berasal dari titik focus optic. Jika sinar datang menuju titik fokus maka akan dipantulkan sejajar
sumbu utama optik.
3. Cermin cembung
Pernahkah kamu melihat gunung dalam bentuk besar dan kamu melihatnya kecil, itu semua
bisa dilakukan dengan menggunakan tiper cermin cembung. Pemantulan yang terjadi pada cermin
cembung akan menghasilkan bayangan benda akan selalu sama tegak dan objek dari bendanya akan
berukuran kecil.
Ketika suatu berkas cahaya sempat menimpa permukaan yang satu akan didefinisikan sudut
datang sebagai sudut yang dibuat berkas sinar datang dengan garis normal terhadap permukaan
(normal berarti tegak lurus) dan sudut pantul 2 yang dibuat berkas sinar pantul dengan normal

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 33


untuk permukaan- permukaan yang rata, ternyata berkas sinar datang dan sinar pantul berada pada
satu atau bidang datar yang sama dengan garis normal permukaan dan biasanya sudut datang sama
dengan sudut pantul ini adalah hukum pemantulan.
Ketika cahaya menimpa permukaan yang kasar bahkan yang keras seperti mikroskopis maka
pemantulan akan memiliki banyak arah. Hal ini sebatas pemuaian tersebut. Bagaimana pun hukum
pemantulan tetap berlaku pada setiap bagian permukaan karena pemantulan tersebut terjadi kesemua
arah, benda biasa dapat dilihat dari berbagai sudut, ketika cermin disinari berkas sempit cahaya,
cahaya tersebut akan mencapai mata kita jika ditempatkan pada posisi yang benar dimana hukum
pemantulan terpenuhi yang menghasilkan sifat- sifat cermin yang tidak biasa.
C. ALAT DAN KOMPONEN
Kegiatan 1 : Pemantulan pada cermin Datar
1. Alat
a. Busur derajat 1 buah
b. Light box 1 buah
c. Power supply 1 buah
2. Bahan
a. Cermin datar 1 buah
b. Kabel penghubung 2 buah
Kegiatan 2 : Pembiasan pada Kaca Plan Parallel
1. Alat
a. Busur derajat 1 buah
b. Light box 1 buah
c. Power supply 1 buah
2. Bahan
a. Kaca planparallel 1 buah
b. Kabel penghubung 2 buah
D. PROSEDUR KERJA
Kegiatan 1: Pemantulan Cermin Datar
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Nyalakan power supply yang telah dihubungkan dengan light box.
c. Tentukan besar sudut sinar datang.
d. Amati pemantulan pada cermindatar dan tentukan besar sudut sinar pantul yang dihasilkan.
e. Ulangi langkah “d” dengan memanipulasi sudut sinar datangnya.
Kegiatan 2 : Pembiasan pada Kaca Planparallel
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Nyalakan power supply yang telah dihubungkan dengan light box.
c. Tentukan besar sudut sinar datang.

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 34


d. Amati pembiasan pada kaca planparallel dan tentukan besar sudut sinarbias yang dihasilkan.
e. Ulangi langkah “d” dengan memanipulasi sudut sinar datangnya.
E. HASIL PENGAMATAN
Kegiatan 1 : Pemantulan Cermin Datar
Tabel 1 : Pemantulan Cermin Datar
NST Busur Derajat :
No. Sudut datang ( Sudut pantul (

Kegiatan 2 : Pembiasan Kaca Planparallel


Tabel 2 : Pembiasan Kaca Planparallel
NST Busur Derajat :
No. Sudut datang ( Sudut pantul (

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 35


PERCOBAAN 12
“ PENGURAIAN DAN PENGGABUNGAN WARNA”
A. TUJUAN
1. Mengamati penguraian cahaya pada prisma.
2. Mengamati pencampuran beberapa warna.
B. TEORI DASAR
Cahaya merupakan radiasi gelombang elektromagnetik yang dapat dideteksi mata manusia.
Gejala dispersi merupakan salah satu dari sifat cahaya yaitu gejala peruraian cahaya putih
(polikromatik) menjadi cahaya berwarna-warni (monokromatik). Cahaya putih (cahaya matahari)
merupakan cahaya polikromatik, artinya cahaya yang terdiri atas beberapa warna dan panjang
gelombang. Jika cahaya putih diarahkan ke prisma, maka cahaya putih akan terurai menjadi cahaya
merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Cahaya-cahaya ini memiliki panjang gelombang
yang berbeda. Setiap panjang gelombang memiliki indeks bias yang berbeda. Semakin kecil panjang
gelombangnya semakin besar indeks biasnya. Dispersi pada prisma terjadi karena adanya perbedaan
indeks bias kaca setiap spektrum cahaya. Contoh peristiwa dispersi lainnya adalah pelangi.
Prisma adalah benda bening (transparan) terbuat dari gelas yang dibatasi oleh dua bidang
permukaan yang membentuk sudut tertentu yang berfungsi menguraikan (sebagai pembias) sinar yang
mengenainya. Permukaan ini disebut bidang pembias, dan sudut yang dibentuk oleh kedua bidang
pembias disebut sudut pembias (β). Cahaya yang melalui prisma akan mengalami dua kali pembiasan,
yaitu saat memasuki prisma dan meninggalkan prisma. Jika sinar datang mulamula dan sinar bias
akhir diperpanjang, maka keduanya akan berpotongan di suatu titik dan membentuk sudut yang
disebut sudut deviasi. Jadi, sudut deviasi (δ) adalah sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar
datang mula-mula dengan sinar yang meniggalkan bidang pembias atau pemantul.
Secara umum, warna didefenisikan sebagai unsur cahaya yang dipantulkan oleh sebuah benda
dan selanjutnya diintrepetasikan oleh mata berdasarkan cahaya yang mengenai benda tersebut.
Menurut Munsell mengemukakan teori yang mendukung teori Brewster. Munsell mengatakan bahwa :
Tiga warna utama sebagai dasar dan disebut warna primer, yaitu merah, kuning dan biru. Apabila dua
warna primer masing-masing dicampur, maka akan menghasilkan warna kedua atau warna sekunder.
Bila warna primer dicampur dengan warna sekunder akan dihasilkan warna ketiga atau warna tersier.
Bila antara warna tersier dicampur lagi dengan warna primer dan sekunder akan dihasilkan warna
netral.
C. ALAT DAN KOMPONEN
1. Catu daya 1 lembar
2. Celah tunggal 1 buah
3. Kabel penghubung 2 buah
4. Kertas putih 1 lembar
5. Prisma 1 buah

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 36


6. Ray box 1 buah
7. Filter warna 3 buah
D. PROSEDUR KERJA
Kegiatan 1 : Penguraian cahaya pada prisma.
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Lipat ujung kanan kertas kira-kira 2 cm dari ujung sehingga bagian berdiri tegak. Ujung
yang tegak akan digunakan untuk menangkap sinar bias yang keluar dari prisma.
3. Hubungkan ray box dengan catu daya.
4. Letakkan prisma di depan ray box .
5. Nyalakan sumber cahaya, mengatur prisma sehingga sinar yang keluar dari prisma mengenai
lipatan kertas.
6. Amati sinar yang mengenai lipatan kertas dan catat pada tabel pengamatan.
Kegiatan 2 : Penggabungan cahaya
1. Siapkan alat-alat percobaan yang akan digunakan.
2. Gunakan bagian samping ray box untuk menghasilkan sinar menyebar.
3. Masukkan filter warna (merah, hijau, biru) ke dalam celah pemegang di bagian samping ray
box.
4. Hubungkan ray box ke catu daya dan letakkan kertas di depan ray box.
5. Nyalakan catu daya.
6. Arahkan gabungan filter warna di atas kertas.
7. Amati warna yang terjadi dari penggabungan kedua filter tersebut.
8. Ulangi untuk filter warna yang lain dan catat hasil pengamatan anda pada tabel pengamatan.
E. HASIL PENGAMATAN
Kegiatan 1 : Penguraian cahaya pada prisma
Tabel 1 : Penguraian cahaya pada prisma

No Warna
1
2
Kegiatan 2 : Penggabungan cahaya
Tabel 2 : Penggabungan cahaya
No. Warna Cahaya Warna Hasil Pencampuran
1 Merah dan Hijau
2 Biru dan Hijau
3 Merah dan Biru
4 Merah, Hijau dan Biru
5 Dan seterusnya

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 37


PERCOBAAN 13
“ RANGKAIAN SERI DAN PARALEL DENGAN BOHLAM ”
A. TUJUAN
Tujuan percobaan ini yaitu mengetahui karakteristik rangkaian seri dan paralel menggunakan
bohlam
B. TEORI DASAR
Rangkaian listrik tertutup adalah rangkaian listrik yang saling berhubungan yang di dalamnya
terdapat hambatan (R) dan sumber arus listrik (elemen, E atau ɛ) sehingga pada rangkaian tersebut
mengalir arus listrik. Pada dasarnya ada dua jenis rangkaian listrik, yaitu : rangkaian seri dan paralel.
1) Rangkaian seri
Rangkaian seri adalah salah satu rangkaian listrik yang disusun secara sejajar (seri).Baterai
dalam senter umumnya disusun dalam rangkaian seri.Banyaknya muatan lisrik yang mengalir tiap
satuan waktu adalah sama di sepanjang rangkaian. Jumlah muatan yang mengalir tiap satuan waktu
adalah besaran kuat arus,sehingga kita mendapati sifat yang khas dari rangkaian seri, yaitu : “kuat
arus di sepanjangrangkaian adalah sama.”Bila kuat arus pada hambatan R1, R2, dan R3 berturut-turut
I1, I2,I3,sedangkan arus rotalpada rangkaina disebut I, maka : I1= I2=I3=IBeda potensial pada
masing-masing hambatan dapat dihitung dengan persamaan hukumOhm, V=IR, yang berarti bila
harga masing-masing resistor adalah V1 : V2 : V3 =IR1 : IR2 : IR3
2) Rangkaian paralel
Rangakaian listrik paralel adalah suatu rangkaian listrik, di mana semua input komponen
berasal dari sumber yang sama. Sifat khas dari rangkaian paralel adalah “beda potensial pada masing-
masing cabangadalah sama.” Bila V1 adalah tegangan pada resistor R1 , V2 adalah pada resistor R2
dan V3 adalah tegangan pada resistor R3 maka berlaku : V1 =V2 = V3 . Kalau rangkaian seri berlaku
sebagai pembagi tegangan, maka rangkaian paralel berlaku sebagai pembagi arus. Hal ini karena
sesuai hukum Kirchoff, bahwa arus total pada rangkaian akan dibagi-bagi ke masing-masing cabang
melalui rasio I1 : I2 :I3 = I/R1 : I/R2 :I/R3. Gabungan antara rangkaian seri dan rangkaian paralel
disebut rangkaian seri-paralel (kadang disebut sebagai rangkaian campuran).
C. ALAT DAN KOMPONEN
1. Bohlam
2. Sakelar
3. Fitting lampu pada rangkaian
4. Kabel penghubung
5. Papan rangkaian
6. Power supply/baterai
7. Jembatan penghubung

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 38


D. PROSEDUR KERJA
Kegiatan 1: Rangkaian seri
1. Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan pada percobaan
2. Rangkai alat dan bahan secara seri seperti pada gambar berikut:

3. Nyalakan power supply dan amatilah nyala lampu.


4. Lepas salah satu lampu dan nyalakan power supply amatilah apa yang terjadi.
Kegiatan 2 : Rangkaian paralel
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Rangkai alat dan bahan secara paralel seperti gambar berikut :

3. Nyalakan power supply dan amatilah nyala lampu


4. Lepas salah satu lampu dan nyalakan power supply amatilah apa yang terjadi
E. HASIL PENGAMATAN
Kegiatan 1 : Rangkaian seri
Daya Nyala Lampu
No. (Watt) Terang Redup Tidak Menyala
1.
2.
3.
4.
Kegiatan 2 : Rangkaian paralel
Daya Nyala Lampu
No. (Watt) Terang Redup Tidak Menyala
1.
2.
3.
4.

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 39


PERCOBAAN 14
“ HUKUM OHM ”
A. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui hubungan antara tegangan dan kuat arus listrik
menurut percobaan hokum ohm
B. TEORI DASAR
Pada tahun 1862, George Simon Ohm melakukan percobaan untuk menunjukkan antara kuat
arus listrik, tegangan dan hambatan dalam suatu rangkaian. Dengan mengukur besar tegangan dan
kuat arus dalam suatu rangkaian dapat ditunjukkan bahwa:
1. Dengan melipatduakan tegangan, maka arus yang mengalir akan berlipat dua pula.
2. Hasil bagi antara beda potensial dan kuat arus selalu memberikan hasil yang sama.
Dari percobaan Hukum Ohm, disimpulkan bahwa Hubungan tegangan (V) dan kuat arus
listrik (I) menyatakan bahwa besar arus yang mengalir pada suatu konduktor, pada suhu tetap
sebanding dengan badan potensial antara kedua ujung-ujung konduktor. Hukum ohm menyatakan
bahwa tegangan pada terminal – terminal material penghantar berbanding lurus terhadap arus yang
mengalir melaui material ini, secara matematis hal ini dirumuskan sebagai berikut
V = IR
Dengan:
I adalah arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar dalam satuan Ampere.
V adalah tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantar dalam satuan volt.
R· adalah nilai hambatan listrik (resistansi) yang terdapat pada suatu penghantar dalam satuan ohm
dan biasa disingkat huruf besar omega, Ω
Berdasarkan hukum Ohm, 1 Ohm didefinisikan sebagai hambatan yang digunakan dalam
suatu rangkaian yang dilewati kuat arus sebesar 1 Ampere dengan beda potensial 1 Volt. Oleh karena
itu, kita dapat mendefinisikan pengertian hambatan yaitu perbandingan antara beda potensial dan kuat
arus.
C. ALAT DAN KOMPONEN
1. Alat
a. Power supply
b. Multimeter digital
c. Potensiometer
2. Komponen
a. Resistor
b. Kabel penghubung

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 40


D. PROSEDUR KERJA
1. Susun rangkaian seperti pada gambar berikut
A

R V

2. Setelah alat dan komponen tersusun seperti di atas, maka amperemeter disusun secara seri
dengan hambatan dan voltmeter disusun secara parallel. Ambil data kuat arus listrik dan
tegangan dengan memutar kepala potensiometer. Catat hasil pengamatan pada table
pengamatan.
3. Ulangi langkah ke-2 sebanyak 5 kali.
E. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan pada percobaan ini adalah:
Resistor = ………. Ω Vs =……… volt
No. Tegangan (Volt) Kuat Arus Listrik (A)
1.
2.

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 41


PERCOBAAN 15
“ LARUTAN ELEKTROLIT - NON ELEKTROLIT DAN BAHAN KONDUKTOR-
ISOLATOR ”
A. TUJUAN
1. Mengetahui Perbedaan Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit.
2. Mengetahui Perbedaan Bahan Konduktor dan Isolator.
B. TEORI DASAR
1. Elektrolit dan Non Elektrolit
a. Larutan Elektrolit
Larutan Elektrolit merupakan larutan yang dapat menghantarkan arus listrikdengan
memberikan gejala berupa menyalanya lampu pada alat uji atau timbulnya gelmbung gas dalam
larutan .Larutan yang menunjukan gejala – gejala tersebut pada pengujian tergolong ke dalam
larutan elektrolit. Contohnya adalah larutan garam dapur, larutan asam sulfat, air sungai dan air
laut. Daya hantar listrik larutan ini tergantung pada jenis dan konsentrasinya sehingga dapat
dibedakan menjadi elektrolit lemah dan elektrolit kuat.
Elektrolit lemah memiliki daya hantar yang lemah. Elektrolit kuat memiliki daya hantar
yang kuat. Contoh elektrolit lemah adalah asam cuka dan larutan amonia, sedangkan contoh dari
elektrolit kuat yaitu larutan garam ion dalam air, seperti NaCl, KBr dan NaBr, lelehan senyawa
ion yang tidak larut dalam air, seperti PbI2, larutan asam-asam mineral dalam air, seperti HCl,
larutan basa dalam air, seperti NaOH dan KOH.
b.Larutan Non Elektrolit
Larutan Non Elektrolit merupakan larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik
dengan memberikan gejala berupa tidak ada gelembung dalam larutan atau lampu tidak menyala
pada alat uji karena zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion – ion ( tidak
mengion ). Larutan yang menunjukan gejala – gejala tersebut pada pengujian tergolong ke dalam
larutan nonelektrolit.Contoh larutan nonelektrolit yaitu larutan gula, larutan urea, larutan alkohol
dan larutan glukosa.
2. Konduktor dan Isolator
a. Konduktor
Lampu dapat menyala karena ada listrik yang mengalir dalam rangkaian listrik. Bahan-
bahan yang dapat menyalakan lampu adalah bahan konduktor. Jadi konduktor adalahbahan yang
mudah menghantarkan arus listrik. Bahan konduktor memiliki hambatan kecil karena hambatan
jenisnya kecil. Bahan konduktor memiliki elektron pada kulit atom terluar yang gaya tariknya
terhadap inti atom lemah. Dengan demikian, apabila ujung-ujung konduktor dihubungkan dengan
tegangan kecil saja elektron akan bergerak bebas sehingga mendukung terjadinya aliran elektron
(arus listrik) melalui konduktor. Contohnya: tembaga, perak, aluminium, paku, karbon, klip
kertas, uang logam.

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 42


b. Isolator
Bahan-bahan yang tidak dapat menyalakan lampu adalah bahan isolator. Jadi isolator
merupakan bahan yang sulit menghantarkan arus listrik. Bahan isolator memiliki hambatan besar
karena hambatan jenisnya besar. Bahan isolator memiliki elektron-elektron pada kulit atom
terluar yang gaya tariknya dengan inti atom sangat kuat.Apabila ujung-ujung isolator
dihubungkan dengan tegangan kecil, elektron terluarnya tidak sanggup melepaskan gaya ikat inti.
Oleh karena itu, tidak ada elektron yang mengalir dalam isolator, sehingga tidak ada arus listrik
yang mengalir melalui isolator. Contohnya : Plastik, kaca, karet busa.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Power supply
b. Bohlam
c. Kabel penghubung
2. Bahan
a. Larutan gula
b. Larutan garam
c. Kertas
d. Besi
D. PROSEDUR KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Rangkai alat dan bahan (larutan gula) seperti pada gambar dibawah ini :

3. Tekan tombol ON pada power suplly


4. Amati menyala atau tidaknya bohlam pada rangkaian.
5. Ulangi prosedur kerja 2-4 dengan mengganti bahan yang digunakan secara berurut yaitu
larutan garam, kertas, dan besi.
6. Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
E. HASIL PENGAMATAN
Keadaan Bohlam
No Bahan Menyala Padam
1. Larutan Gula
2. Larutan Garam
3. Kertas
4. Besi

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 43


PERCOBAAN 16
“ MAGNET ”
A. TUJUAN
1. Mengetahui cara pembuatan magnet.
2. Mengetahui cara mneghilangkan sifat kemagnetan.
3. Mengetahui bentuk, arah dan garis gaya magnet.
4. Mengetahui arah medan magnet melalui percobaan orsted.
B. TEORI DASAR
Magnet atau magnit adalah suatu objek yang mempunyai medan magnet. Pada prinsipnya
membuat magnet adalah mengubah susunan magnet elementer yang tidak beraturan menjadi searah
dan teratur. Ada tiga cara pembuatan magnet yaitu dengan cara menggosok, induksi, dan dengan cara
mengalirkan arus listrik. Cara menghilangkan kemagnetan yaitu jika :
1. Magnet dipanaskan atau dibakar. Pemanasan pada magnet menyebabkan sifat kemagnetan
berkurang atau hilang. Hal ini terjadi karena tambahan energi akibat pemanasan
menyebabkan partikel-partikel bahan bergerak lebih cepat dan lebih acak, maka sebagian
magnet elementernya tidak lagi menunjuk arah yang sama seperti semula.
2. Magnet di pukul atau di tempa hingga bentuknya berubah atau rusak.
3. Magnet diletakkkan pada solenoida (kumparan kawat berbentuk tabung panjang dengan
lilitan yang sangat rapat) dan dialiri arus bolak-balik atau AC.
Arah garis magnet dengan pola garis melengkung dengan mengalir dari arah kutub utara
menuju kutub selatan. Di dalam batang magnet sendiri garis gaya mengalir sebaliknya yaitu dari
kutub selatan ke kutub utara. Di daerah netral tidak ada garis gaya di luar batang magnet.
Medan magnet pada suatu titik bukan hanya dapat dihasilkan oleh medan magnet permanen
tetapi juga dapat dihasilkan kawat berarus. Hal tersebut ditemukan pertama kali oleh H. C. Oersted,
bahwa disekitar kawat berarus terdapat medan listrik dengan garis gaya magnet melingkar dan
berpusat pada kawat tersebut. Medan magnet termasuk dalam besaran vektor yang memiliki besar dan
arah. Arah medan magnet pada suatu titik dapat ditentukan dengan menggunakan kaidah tangan
kanan. Kaidah tangan kanan dapat dilakukan sebagai berikut.
Genggam kawat lurus dengan tangan kanan sedemikian hingga ibu jari menunjukkan arah
kuat arus, maka arah putaran keempat jari yang dirapatkan akan menyatakan arah lingkaran garis-
garis medan magnet.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Power supply
b. Papan rangkaian
c. Kawat
d. Kompas

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 44


e. Kabel penghubung
f. Paku
g. Penjepit steker
2. Bahan
a. Sebuk besi
b. Magnet
D. PROSEDUR KERJA
Kegiatan 1: Mengetahui cara pembuatan magnet
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Gosokkan paku secara searah pada sebuah magnet.
3. Letakkan paku yang telah digosok beberapa saat pada serbuk besi.
4. Amati paku tersebut dengan indikator serbuk besi yang menempel pada paku.
Kegiatan 2: Mengetahui bentuk, arah dan garis gaya magnet
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Meletakkan batang magnet diatas selembar kertas
3. Diatas kertas di taburkan serbuk besi secara merata
4. Mengamati bentuk, arah dan gari gaya magnet
Kegiatan 3 : Mengetahui arah medan magnet melalui percobaan orsted
1. Rangkai alat dan bahan di atas papan rangkaian dengan meletakkan kompas pada bagian
bawah kawat.
2. Nyalakan power supply yang dihubungkan pada rangkaian.
3. Amati arah penyimpangan pada kompas dan besar sudut simpangannya.

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 45


PERCOBAAN 17
“INDUKSI ELEKTROMAGNETIK”

A. TUJUAN
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab timbulnya arus listrik akibat adanya medan magnet.
B. TEORI DASAR
Induksi elektromagnetik adalah gejala timbulnya gaya gerak listrik di dalam suatu kumparan
atau konduktor bila terdapat perubahan fluks magnetik pada konduktor tersebut atau bila konduktor
bergerak relatif melintasi medan magnetik.
Gaya gerak listrik induksi adalah timbulnya gaya gerak listrik di dalam kumparan yang
mencakup sejumlah fluks garis gaya medan magnetik, bilamana banyaknya fluks garis gaya itu
divariasi. Dengan kata lain, akan timbul gaya gerak listrik di dalam kumparan apabila kumparan itu
berada di dalam medan magnetik yang kuat medannya berubah-ubah terhadap waktu.
Kesimpulan dari Faraday dirumuskan :

(1)

Dimana adalah ggl induksi, N adalah jumlah lilitan, dan adalah laju perubahan fluks

magnetik. Tanda negatif pada persamaan tersebut sesuai dengan Hukum Lenz yang menyatakan
bahwa “Ggl induksi selalu membangkitkan arus yang medan magnetiknya berlawanan dengan
sumber perubahan fluks magnetik”.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Galvanometer 1 buah
b. Inti besi I 1 buah
c. Jembatan penghubung 2 buah
d. Kabel penghubung 2 buah
e. Kumparan 2 buah
f. Magnet 1 buah
g. Papan rangkaian 1 buah
2. Bahan
a. Lilitan 500 1 buah
b. Lilitan 1000 1 buah
D. PROSEDUR KERJA
Kegiatan 1: Mengukur besar arus ketika melewati kumparan
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Rangkai alat dan bahan yang akan digunakan.

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 46


c. Letakkan kumparan 500 lilitan pada papan rangkaian dan hubungkan dengan galvanometer
menggunakan 2 buah kabel penghubung untuk keluaran dan masukan.
d. Masukkan magnet ke dalam kumparan. Diamkan dan amati penunjukan arus pada
galvanometer.
e. Masukkan kembali magnet ke dalam kumparan dengan perlakuan melewati kumparan secara
lambat kemudian cepat.
f. Amati perbedaan penunjukan arus ketiga perlakuan tersebut pada galvanometer.
g. Ulangi cara kerja yang sama dengan mengganti kumparan 500 lilitan menjadi kumparan 1000
lilitan.
h. Lakukan perbuatan yang sama seperti kumparan 500 lilitan.
i. Bandingkan besar arus yang diperoleh antara kumparan 500 lilitan dengan kumparan 1000
lilitan pada perlakuan yang sama
j. Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
Kegiatan 2: Mengukur besar arus menggunakan bantuan inti besi.
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Rangkai alat dan bahan yang akan digunakan.
c. Letakkan kumparan 500 lilitan pada papan rangkaian dan hubungkan dengan galvanometer
menggunakan 2 buah kabel penghubung untuk keluaran dan masukan.
d. Masukkan inti besi ke dalam kumparan.
e. Sentuh inti besi menggunakan magnet. Diamkan dan amati penunjukan besar arus pada
galvanometer.
f. Sentuh kembali ini besi menggunakan magnet secara lambat kemudian secara cepat. Amati
perubahan besar arus pada galvanometer.
g. Ulangi cara kerja yang sama dengan mengganti kumparan 500 lilitan menjadi 1000 lilitan.
h. Masukkan inti besi ke dalam kumparan 1000 lilitan.
i. Lakukan perbuatan yang sama seperti pada kumparan 500 lilitan.
j. Bandingkan besar arus yang diperoleh antara kumparan 500 lilitan dengan kumparan 1000
lilitan pada perlakuan yang sama
k. Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
E. HASIL PENGAMATAN
Kegiatan 1: Mengukur besar arus ketika melewati kumparan.
NST Amperemeter :
Tegangan Input Perlakuan Kompas
No
(V) Cepat Lambat Tidak bergerak
1 3
2 6
3 9
4 12

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 47


Kegiatan 2: Mengukur besar arus menggunakan bantuan inti besi
NST Amperemeter :
Tegangan Input Perlakuan Kompas
No
(V) Cepat Lambat Tidak bergerak
1 3
2 6
3 9
4 12

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 48


PERCOBAAN 18
“ TRANSFORMATOR ”

A. TUJUAN
1. Menentukan karakteristik keluaran transformator.
2. Menjelaskan fungsi dari bagian-bagian transformator.
3. Menghitung harga efisiensi transformator kumparan listrik.
B. TEORI
Transformator adalah alat yang digunakan untuk menaikkan dan juga menurunkan tegangan
AC (Alternating Current) atau arus bolak-balik. Transformator terdiri dari inti besi, kumparan primer,
dan kumparan sekunder.
Prinsip kerja transformator yaitu ketika kumparan primer dihubungkan dengan sumber
tegangan maka pada kumparan akan mengalir arus listrik. Arus listrik ini akan menyebabkan
timbulnya medan magnetik induksi. Arus yang mengalir pada kumparan adalah arus bolak-balik, yang
harganya selalu berubah sehingga medan magnetik yang timbul akan selalu berubah seiring dengan
perubahan arus pada kumparan primer. Medan magnetik selalu diteruskan oleh teras kumparan
sehingga kumparan sekunder akan ditembus oleh medan magnetik yang berubah. Akibatnya, pada
ujung-ujung kumparan sekunder timbul ggl induksi.
Berdasarkan pengubah tegangan, transformator terdiri atas transformator step-up dan
transformator step-down. Transformator step-up digunakan untuk memperbesar tegangan arus bolak-
balik dan karakteristiknya adalah Np < Ns,. Sedangkan transformator step-down digunakan untuk
menurunkan tegangan arus bolak-balik dan karakteristiknya adalah Np > Ns.
Apabila tegangan bolak-balik diberikan pada kumparan primer, perubahan medan magnetik
yang akan dihasilkan akan menginduksi tegangan bolak-balik berfrekuensi sama pada kumparan
sekunder. Tetapi, tegangan yang timbul berbeda sesuai dengan jumlah lilitan pada setiap kumparan.
Berdasarkan Hukum Faraday, bahwa tegangan atau ggl terinduksi pada kumparan sekunder adalah

Dengan Ns menyatakan banyak lilitan pada kumparan sekunder dan adalah laju

perubahan fluks magnetik.


Dengan menganggap tidak ada kerugian daya di dalam inti, maka dari persamaan tersebut
akan diperoleh

Maka:

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 49


Transformator ideal (efisiensi ) adalah transformator yang dapat memindahkan
energi listrik dari kumparan primer ke kumparan sekunder dengan tidak ada energi yang hilang.
Namun, pada kenyataannya terdapat hubungan magnetk yang tidak lengkap antar kumparan, dan
terjadi kerugian pemanasan di dalam kumparan itu sendiri sehingga menyebabkan daya output lebih
kecil dari daya input perbandingan antara daya output dan input dinyatakn dalam konsep efisiensi,
yang dirumuskan :

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Inti besi I 1 buah
b. Inti besi U 1 buah
c. Jembatan penghubung 2 buah
d. Kabel penghubung 6 buah
e. Kumparan 2 buah
f. Multimeter 2 buah
g. Papan rangkaian 1 buah
h. Pengunci 1 buah
i. Power supply 1 buah
2. Bahan
a. Lilitan 500 1 buah
b. Lilitan 1000 1 buah
D. PROSEDUR KERJA
Kegiatan 1: Rangkaian Transformator Step-up
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Rangkai alat dan bahan yang akan digunakan.
c. Hubungkan lilitan 500 dan lilitan 1000 dengan menggunakan inti besi I dan inti besi U.
d. Pasang rangkaian tersebut pada papan rangkaian. Hubungkan lilitan 1000 dengan sumber
tegangan dan lilitan 500 dengan alat ukur.
e. Hubungkan power supply dengan multimeter I dengan kabel penghubung 2 buah untuk
keluaran dan masukan.
f. Hubungkan multimeter I dengan rangkaian trafo dengan kabel penghubung 2 buah untuk
keluaran dan masukan.
g. Kemudian hubungkan 2 buah kabel penghubung lain untuk menghubungkan rangkaian trafo
dengan multimeter II.
h. Nyalakan power supply dengan sumber tegangan 3 Volt.
i. Amati dan catat penunjukan tegangan primer dan tegangan sekunder pada kedua multimeter.

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 50


j. Ubah sumber tegangan menjadi 6, 9, dan 12 volt.
k. Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
Kegiatan 2: Rangkaian Transformator Step-down.
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Rangkai alat dan bahan yang akan digunakan.
c. Hubungkan lilitan 500 dan lilitan 1000 dengan menggunakan inti besi I dan inti besi U.
d. Pasang rangkaian tersebut pada papan rangkaian. Hubungkan lilitan 500 dengan sumber
tegangan dan lilitan 100 dengan alat ukur.
e. Hubungkan power supply dengan multimeter I dengan kabel penghubung 2 buah untuk
keluaran dan masukan.
f. Hubungkan multimeter I dengan rangkaian trafo dengan kabel penghubung 2 buah untuk
keluaran dan masukan.
g. Kemudian hubungkan 2 buah kabel penghubung lain untuk menghubungkan rangkaian trafo
dengan multimeter II.
h. Nyalakan power supply dengan sumber tegangan 3 Volt.
i. Amati dan catat penunjukan tegangan primer dan tegangan sekunder pada kedua multimeter.
j. Ubah sumber tegangan menjadi 6, 9, dan 12 volt.
k. Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
E. HASIL PENGAMATAN
Kegiatan 1: Rangkaian Transformator Step-up
NST Voltmeter : NST Amperemeter :
Lilitan primer : Lilitan sekunder :
No Vsumber (Volt) Vprimer (Volt) Vsekunder (Volt)
1 3
2 6
3 9
4 12
Kegiatan 2: Rangkaian Transformator Step-down
NST Voltmeter : NST Amperemeter :
Lilitan primer : Lilitan sekunder :
No Vsumber (Volt) Vprimer (Volt) Vsekunder (Volt)
1 3
2 6
3 9
4 12

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 51


PERCOBAAN 19
“ TEKANAN ”
A. TUJUAN
1. Memahami pengertian tekanan.
2. Menemukan hubungan antara gaya, tekanan dan luas daerah yang dikenai gaya melalui
percobaan.
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi tekanan.
B. TEORI DASAR
Tekanan merupakan besarnya gaya per satuan luas dengan satuan. Pascal ( Pa ) dan simbol P.
Ketika kita mendorong paku di atas plastisin berarti kita telah memberi gaya pada paku. Besarnya
tekanan pada paku pada plastisin bergantung pada besarnya dorongan (gaya) yang kamu berikan dan
luas bidang tekannya. Semakin besar gaya tekan yang diberikan semakin besar pula tekanan yang
terjadi. Namun semakin besar luas bidang tekan suatu benda maka semakin kecil tekanan terjadi.
Dengan demikian tekanan berbanding lurus dengan gaya tekan dan berbanding terbalik dengan luas
bidang tekan. Sehingga dapat ditulis dengan persamaan :

Keterangan :
P = tekanan ( N.m-2)
F = gaya tekan ( N )
A = luas permukaan ( m3)
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Bambu diameter kecil 1 buah
b. Bambu diameter sedang 1 buah
c. Bambu diameter besar 1 buah
d. Mistar 1 buah
2. Bahan
a. Plastisin secukupnya
b. Beban secukupnya
D. PROSEDUR KERJA
Kegiatan 1 :Hubungan antara gaya dan tekanan
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Bentuk plastisin menyerupai balok.
c. Letakkan sepotong bambu di atas plastisin.
d. Meletakan beban di atas bambu, lalu amati kedalaman bambu yang masuk ke dalam
plastisin dan ukur kedalamannya dengan mistar.

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 52


e. Ulangi langkah tersebut dengan menambahkan beban di atas bambu.
f. Catat data yang diperoleh pada tabel hasil pengamatan.
Kegiatan 2: Menyelidiki hubungan luas permukaan dengan tekanan
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Bentuk plastisin menyerupai balok.
c. Letakkan tiga buah bambu dengan diameter kecil di atas plastisin lalu menekannya dengan
beban.
d. Amati kedalaman bambu yang masuk ke dalam plastisin lalu ukur dengan mistar.
e. Ulangi langkah tersebut dengan menggunakan bambu dengan diameter yang berbeda-beda
f. Catat data yang diperoleh pada tabel pengamatan.
E. HASIL PENGAMATAN
Kegiatan 1 : Hubungan gaya dan tekanan.
Tabel 1 : Menyelidiki hubungan gaya dan tekanan

Massa beban Kedalaman


NO
(gram) (cm)
1

Kegiatan 2 : Hubungan luas permukaan dan tekanan


Tabel 2: Menyelidiki hubungan antara luas permukaan dan tekanan

Luas Permukaan
Kedalaman (cm)
(cm2)
...........
...........
...........
...........

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 53


PERCOBAAN 20
“ HUKUM UTAMA HIDROSTATIK ”
A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengaruh kedalaman terhadap tekanan hidrostatik.
2. Untuk mengetahui pengaruh massa jenis zat cair terhadap tekanan hidrostatik.
B. TEORI DASAR
Tekanan adalah gaya yang bekerja tiap satuan luas. Nilai tekanan sebesar 1 N/m2.Tekanan
Hidrostatisadalah tekanan yang terjadi di bawah air. Tekanan ini terjadi karena adanya berat air yang
membuat cairan tersebut mengeluarkan tekanan.
Zat cair / fuida dalam keadaan diam ( statis ) menghasilkan tekanan yang sama untuk semua
titik-titik yang mempunyai kedalaman yang sama yang disebut tekanan hidrostatika. Tekanan
tersebut timbul untuk mengimbangi berat fluida yang ada di atasnya yang dirumuskan sebagai berikut:

apabila fluida terletak pada tempat yang terbuka atau berhubungan dengan udara luar maka fluida
tersebut juga akan mendapatkan tekanan udara / atmosfer ( Po ). Suatu titik di dalam fluida dengan
kedalaman tertentu mempunyai tekanan total / mutlak yang dirumuskan :

P = tekanan hidrostatis (N/m²) Po = tekanan udara / atmosfer


= massa jenis zat cair (kg/m²) g = percepatan gravitasi (m/s²)
h = kedalaman zat cair (m)
Tekanan atmosfer terkadang ditulis dalam satuan atm sedangkan tekanan hidrostatika dalam
N.m-2 maka harus dijadikan dalam satuan yang sama. 1 atm = 1.105 N.m-2 Gaya gravitasi
menyebabkan zat cair dalam suatu wadah selalu tertarik ke bawah. Makin tinggi zat cair dalam
wadah, makin berat zat cair itu, sehingga makin besar pula tekanan zat cair pada dasar wadahnya.
Sehingga semakin dalam, tekanan hidrostatisnya akan semakin besar.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Corong
b. Gelas kimia
c. Mistar
d. Neraca Ohauss
e. Pipa U
f. Selang plastik
g. Spidol

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 54


2. Bahan
a. Air
b. Minyak
c. Oli
d. Tissue
D. PROSEDUR KERJA
Kegiatan 1 : Pengaruh kedalaman terhadap tekanan hidrostatik
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Tentukan NST gelas kimia, mistar dan neraca ohauss.
3. Timbang gelas kimia kosong dengan menggunakan neraca ohauss 311 gram.
4. Masukkan air dengan volume tertentu ke dalam gelas kimia.
5. Timbang gelas kimia kosong yang berisi air dengan menggunakan neraca ohauss 311 gram.
6. Tentukan massa jenis air dengan membagi massa dan volume.
7. Masukkan air ke dalam pipa U/manometer.
8. Tandai batas air pada pipa U dengan spidol.
9. Hubungkan pipa U dengan corong menggunakan selang plastik.
10. Masukkan corong ke dalam gelas kimia yang berisi air kemudian menekan corong pada
kedalaman tertentu.
11. Ukur kedalaman air menggunakan mistar (diukur dari permukaan air ke permukaan air
dalam corong).
12. Amati perubahan tinggi permukaan air pada pipa U ,catat hasil yang diperoleh pada tabel
pengamatan.
13. Mengulangi langkah kerja di atas dengan kedalaman yang berbeda-beda
Kegiatan 2 : Pengaruh kedalaman terhadap tekanan hidrostatik
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Tentukan NST mistar.
3. Masukkan air ke dalam manometer menggunakan corong.
4. Tandai permukaan air pada manometer dengan spidol.
5. Masukkan minyak pada salah satu sisi manometer.
6. Ukur ketinggian minyak menggunakan mistar (minyak diukur dari batas yang telah ditandai
sebelumnya hingga kepermukaan minyak).
7. Ukur perubahan ketinggian permukaan air dari titik yang telah ditandai sebelmnya.
8. Ulangi langkah kerja di atas dengan mengganti minyak dengan menggunakan oli.

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 55


E. HASIL PENGAMATAN
Kegiatan 1: Pengaruh kedalaman terhadap tekanan hidrostatik
NST mistar : cm
Massa air : gram
Volume air : ml
NST Neraca ohauss 311 gram : gr
Perbedaan Ketinggian Zat Cair pada
No. Kedalaman (cm)
Pipa U (cm)
1.
2.
3.
4.
5.
Kegiatan 2: Pengaruh massa jenis terhadap tekanan hidrostatik.
NST mistar : cm
: gram/cm3
Hx air H1 Zat Massa Jenis
No. Zat Cair
(cm) Cair cm3) cm3)
1
2
3

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 56


PERCOBAAN 21
“ ARCHIMEDES ”

A. TUJUAN
1. Mampu mengetahui dan memahami prinsip archimedes serta menerapkannya dalam
menentukan massa jenis zat cair.
2. Mampu menerapkan prinsip Archiedes dalam menentukan massa jenis zat padat.
3. Mampu membandingkan hasil pengukuran massa jenis secara pengukuran dengan teori yang
ada.
B. TEORI DASAR
Prinsip Archimedes
Prinsip Archimedes berlaku sama baiknya untuk benda-benda yang terapung, seperti kayu.
Pada umumnya benda yang dapat terpung pada fluida jika massa jenisnya lebih kecil dari massa jenis
fluida tersebut. Pada kesetimbangan yaitu ketika terapung gaya apung pada benda mempunyai benda
besar yang sama dengan berat benda.
Gaya yang dilakukan oleh zat cair pada suatu permukaan harus selalu mempunyai arah tegak
lurus dengan permukaan. Jika suatu benda berada pada suatu fluida yang diam. Maka setiap bagian
permukaan benda mendapatkan tekanan yang dilakukan oleh fluida dangan volume benda yang
tercelup akan sama dengan volume fluida yang dipindahkan, sesuai dengan prinsip Archimedes yang
berbunyi “sebuah benda yang terendam seluruhnya atau sebagiandi dalam fluida mendapat gaya
apung yang berarah keatas, yang besarnya adalah sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh
benda tersebut.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Bejana ukur
b. Gelas kimia 250 mL
c. Gelas ukur
d. Neraca ohauss 311 gr
e. Neraca pegas
f. Tabung pancuran
2. Bahan
a. Air
b. Kubus aluminium
c. Kubus besi
d. Kubus kuningan
e. Kubus tembaga

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 57


f. Tali 2a
g. Tissue
D. PROSEDUR KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Tentukan NST gelas kimia, gelas ukur, neraca pegas dan neraca ohauss.
3. Timbang gelas kimia 250 mL kosong dengan menggunakan neraca ohauss 311 gram.
4. Timbang berat besi diudara dengan neraca pegas.
5. Masukkan air kedalam tabung pancuran (jangan sampai ada air yang menetes).
6. Letakkan gelas kimia kosong yang telah ditimbang didekat tabung pancuran sehingga air yang
keluar dari tabung pancuran diterima gelas kimia.
7. Timbang berat benda diair (Wa) dengan mencelupkan besi sampai seluruh bagian benda
tercelup kedalam air, sehingga ada zat cair yang keluar dari tabung pancuran.
8. Timbang air yang telah dipindahkan dalam gelas kimia dengan neraca ohauss.
9. Tentukan massa air dengan mengurangkan massa air dalam gelas kimia dan massa gelas
kimia kosong.
10. Hitung volume air yang dipindahkan.
11. Catat hasil yang diperoleh pada tabel pengamatan.
12. Hitung gaya angkat keatas beserta berat air yang dipindahkan.
13. Ulangi langkah kerja di atas dengan mengganti kubus besi menjadi kubus kuningan, tembaga
dan aluminium.

E. HASIL PENGAMATAN
Kegiatan 1 : Menentukan besarnya gaya angkat ke atas dan gaya berat air yang dipindahkan
NST Gelas kimia 250 ml : ml
NST Gelas kimia 500 ml : ml
NST Gelas ukur : ml
NST Neraca ohauss 311 gram : gr
NST Neraca pegas : N
Berat Berat Massa
Gaya Massa air
Nama Volume benda di benda di gelas ukur
No apung (Ma)
Benda (ml) udara air + air
(Fa)(N) (gram)
(Wu)(N) (Wu)(N) (gr)
1.
2.
3.
4.

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 58


Kegiatan 2 : Menentukan nilai massa jenis berbagai zat padat
NST Gelas kimia 250 ml : ml
NST Gelas kimia 500 ml : ml
NST Gelas ukur : ml
NST Neraca ohauss 311 gram : gr
NST Neraca pegas : N
Berat Berat Massa
Gaya Massa air
Nama Volume Benda di Benda di gelas ukur
No apung (Ma)
Benda (ml) udara air + air
(Fa)(N) (gram)
(Wu)(N) (Wu)(N) (gr)
1.
2.
3.
4.

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 59


PERCOBAAN 22
“ HUKUM TORICELLI ”
A. TUJUAN
1. Memahami teori percobaan hukum Toricelli pada air dalam botol berlubang.
2. Menghitung kecepatan air yang keluar dari botol pada tiap lubang dengan ketinggian tertentu
terhadap permukaan.
B. TEORI DASAR
Fluida dan Hukum Toricelli
Fluida adalah zat yang dapat mengalir. Kata fluida mencakup zat cair dan zat gas karena
kedua zat ini dapat mengalir, sebaliknya batu dan benda-benda keras atau zat padat tidak digolongkan
ke dalam fluida karena tidak bisa mengalir. Be rdasarkan keadaannya fluida digolongkan menjadi 2,
yaitu :
1. Fluida statik ( ideal ), adalah fluida yang tidak dapat ditempatkan dan bagiannya tidak
mengalami gesekan. Fluida ini tidak mengalami perubahan volume karena tekanan dan
alirannya stasioner.
2. Fluida dinamis, adalah fluida yang mengalir atau bergerak terhadap sekitarnya Dalam fluida
dinamis dikenal istilah debit, yaitu banyaknya fluida yang mengalir tiap detik.Persamaannya
ditulis dengan :

Keterangan :
Q : Debit aliran ( m3 / s )
A : Luas penampang ( m2 )
V : Volume fluida ( m3 )
v : Kecepatan aliran fluida yang keluar dari lubang ( m/s )
Salah seorang ilmuwan fisika bernama Toricelli mengemukakan hukumnnya tentang fluida
dinamis yang kemudian dikenal dengan hukum Toricelli. Hukum ini berbunyi “ kelajuan fluida yang
menyembur keluar dari lubang yang terletak pada jarak h di bawah permukaan atas fluida dalam
tangki sama seperti kelajuan yang diperoleh oleh benda yang jatuh bebas dari ketinggian h “. Teorema
ini hanya berlaku jika ujung wadah terbuka terhadap atmosfer dan luas lubang lebih kecil dari luas
penampang wadah.

Keterangan :
v : Kecepatan semburan ( m/s )
t : Waktu zat cair dari lubang sampai ke lantai (s)
x : Jarak jatuhnya zat cair ke lantai (m)

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 60


Pada peristiwa air yang mengalir dalam botol berlubang dapat dijelaskan dengan hukum Toricelli
bahwa aliran air dari lubang kebocoran dari atas ke bawah semakin panjang jaraknya ( x ), dan
kecepatannya berkurang dari bawah ke atas.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Botol plastik 1 buah
b. Paku / alat pelubang botol 1 buah
c. Penggaris 1 buah
d. Spidol 1 buah
2. Bahan
a. Air secukupnya
b. Isolasi / plastisin secukupnya
D. PROSEDUR KERJA
Kegiatan 1: Menyelidiki teori hukum Toricelli pada air dalam botol berlubang
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan .
b. Potonglah bagian atas botol kemudian lubangi botol dengan paku sehingga terbentuk
beberapa lubang dengan jarak antar lubang adalah sama.
c. Ukur tinggi botol, volume botol dan diameter botol dengan menggunakan penggaris.
d. Tutup lubang pada botol dengan menggunakan isolasi kemudian botol diisi dengan air
hingga penuh.
e. Buka isolasi pada lubang pertama bersamaan dengan dinyalakannya stopwatch hingga air
berhenti mengalir dari lubang pertama.
f. Ukur jarak air yang mengalir dari botol di atas tanah.
g. Tutup lubang pada botol dengan menggunakan isolasi kemudian botol diisi dengan air
hingga penuh.
h. Buka isolasi pada lubang kedua bersamaan dengan dinyalakannya stopwatch hingga air
berhenti mengalir dari lubang kedua.
i. Ukur jarak air yang mengalir dari botol di atas tanah.
j. Tutup lubang pada botol dengan menggunakan isolasi kemudian botol diisi dengan air
hingga penuh.
k. Buka isolasi pada lubang ketiga bersamaan dengan dinyalakannya stopwatch hingga air
berhenti mengalir dari lubang ketiga.
l. Ukur jarak air yang mengalir dari botol di atas tanah.
m. Catat seluruh hasil pengamatan pada tabel pengamatan yang tersedia.
n. Hitung kecepatan aliran air pada setiap lubang dengan ketinggian yang berbeda terhadap
permukaan.
o. Bandingkan data yang diperoleh.

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 61


E. HASIL PENGAMATAN
Kegiatan 1: Menyelidiki teori hukum Toricelli pada air dalam botol berlubang
Tabel 1 : Menyelidiki teori hukum Toricelli pada air dalam botol berlubang
Kecepatan air Debit Air
Tinggi Jarak air jatuh ke
Lubang t mengalir dari (Q)
lubang ( h ) tanah ( x )
Ke- ( waktu ) lubang ( v ) ( m3 / s )
( cm ) (cm)
( m/s )
1 ........... ........... ........... ........... ...........
2 ........... ........... ........... ........... ...........
3 ........... ........... ........... .......... ..........

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 62


PERCOBAAN 23
“ SUHU ”
A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui prinsip kerja dari thermometer.
2. Untuk membandingkan pengukuran suhu menggunakan thermometer raksa dan thermometer
alkohol.
3. Untuk menentukan titik didih dari berbagai jenis zat cair.
4. Untuk mengetahui cara membuat skala pada termometer.
B. TEORI DASAR
Suhu merupakan suatu besaran fisika yang menyatakan ukuran derajat panas dan dinginnya
suatu benda. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap
atom dalam suatu benda masing – masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun
gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom – atom penyusun benda, makin tinggi
suhu benda tersebut. Suhu juga disebut temperatur yang diukur dengan alat termometer. Prinsip kerja
dari suatu thermometer yaitu menggunakan sifat pemuaian zat cair. Pemuaian merupakan
bertambahnya volume suatu zat akibat bertambahnya suhu zat. Jenis thermometer ada bermacam-
macam tergantung dari jenisnya, berdasarkan penggunaannya thermometer terbagi menjadi 3 yaitu :
a. Termometer laboratorium merupakan thermometer yang menggunakan zat cair raksa atau
alkohol.
b. Thermometer klinis merupakan thermometer yang digunakan untuk keperluan pengobatan
seperti untuk mengukur suhu badan pasien.
c. Termometer ruang, untuk mengukur suhu ruangan.
Sedangkan berdasarkan jenis skala thermometer ada empat macam yaitu :
a. Skala Celcius (°C )
Skala celcius memiliki seratus derajat panas yang terbagi rata antara suhu air membeku dan
suhu air mendidih.
b. Termometer Reaumur (°R )
Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 80. Di antara titik tetap
bawah dan titik tetap atas dibagi menjadi 80 skala.
c. Termometer Fahrenheit (°F )
Titik tetap bawah diberi angka 32 dan titik tetap atas diberi angka 212. Suhu es yang
dicampur dengan garam ditetapkan sebagai 0ºF. Di antara titik tetap bawah dan titik tetap
atas dibagi 180 skala.
d. Termometer Kelvin ( K )
Pada termometer Kelvin, titik terbawah diberi angka nol. Titik ini disebut suhu mutlak, yaitu
suhu terkecil yang dimiliki benda ketika energi total partikel benda tersebut nol. Kelvin

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 63


menetapkan suhu es melebur dengan angka 273 dan suhu air mendidih dengan angka 373.
Rentang titik tetap bawah dan titik tetap atas termometer Kelvin dibagi menjadi 100 skala.
C. ALAT DAN BAHAN
Kegiatan 1 : Pengukuran suhu air dengan menggunakan thermometer alcohol dan thermometer
raksa
1. Alat
a. Thermometer raksa
b. Thermometer alcohol
c. Gelas kimia
d. Bunsen
e. Kaki tiga + kasa
f. Statif + klem
g. Korek api
2. Bahan
a. Air
b. Tissue
Kegiatan 2 : Membandingkan titik didih dari beberapa jenis zat cair
1. Alat
a. Thermometer b. Gelas Kimia c. Bunsen
d. Kaki tiga + kasa e. Statif +Klem f. Korek Api
2. Bahan
a. Zat Air ( minyak, air, gliserin )
b. Tissue
Kegiatan 3 : Membuat skala pada thermometer
1. Alat
a. Termometer yang tidak memiliki skala
b. Termometer yang memiliki skala
c. Gelas Ukur
d. Pembakar spiritus
e. Kaki tiga + kasa
f. Statif
g. Korek api
h. Mistar
2. Bahan
a. Es
b. Spidol

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 64


D. PROSEDUR KERJA
Kegiatan 1 : Pengukuran suhu air dengan menggunakan thermometer alcohol dan thermometer
raksa
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Ukur suhu awal air dengan menggunakan thermometer raksa maupun dengan thermometer
alkohol.
3. Masukkan air ke dalam gelas kimia lalu panaskan di atas kaki tiga + kasa dimana
thermometer dimasukkan ke dalam gelas kimia yang akan dipanaskan tersebut yang telah
digantungkan pada statif.
4. Bandingkan suhu yang terukur pada thermometer raksa dan thermometer alkohol.
Kegiatan 2 : Membandingkan titik didih dari beberapa jenis zat cair
1. Ukur suhu awal zat cair ( air, minyak, spiritus, gliserin ) dengan menggunakan thermometer.
2. Panaskan masing – masing zat cair tersebut di atas kaki tiga + kasa dimana thermometer
dimasukkan ke dalam gelas kimia yg akan dipanaskan tersebut yang telah digantungkan
pada statif.
3. Ukur suhu zat cair tersebut hingga zat tersebut mendidih.
4. Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
Kegiatan 3 : Pembuatan skala pada thermometer
1. Masukkan bongkahan es ke dalam gelas kimia, kemudian panaskan.
2. Gantungkan termometer pada statif dengan tali dan dekatkan termometer pada es yang
melebur.Amati tinggi raksa pada termometer saat es melebur.
3. Tandai garis pada termometer dengan spidol ketika es melebur. Garis tersebut sebagai titik
tetap bawah dan berilah angka tertentu.Panaskan air hingga mendidih. Kemudian amati
tinggi raksa pada termometer saat air mendidih.
4. Tandai garis pada termometer dengan spidol saat air mendidih. Garis tersebut sebagai titik
tetap atas dan berilah angka tertentu.Bagilah jarak antara titik tetap bawah dan titik tetap
atas menjadi skala-skala yang sama besar.
5. Perlebar skala di atas titik tetap atas dan di bawah titik tetap bawah.
6. Gunakan termometer tersebut untuk mengukur suhu suatu benda, kemudian konversikan
(ubahlah) ke dalam skala Celcius, Reaumur, dan Fahrenheit.Catat hasil pengamatan yang
diperoleh.
E. HASIL PENGAMATAN
Kegiatan 1 : Membandingkan titik didih dari beberapa jenis zat cair
Jenis Zat Cair Suhu awal (oC) Titik didih (oC)
Air
Minyak
Gliserin

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 65


PERCOBAAN 24
“ KALORIMETER ”

A. TUJUAN
Untuk menentukan besarnya kalor jenis aluminium.
B. TEORI DASAR
Kalor adalah salah satu bentuk energi. Bila bentuk yang suhunya lebih tinggi disentuhkan
dengan benda yang suhunya lebih rendah maka cepat atau lambat benda yang suhunya lebih tinggi
mengalami perubahan suhu yaitu berupa penurunan suhu, sedangkan benda yang lebih rendah akan
mengalami kenaikan suhu. Ini berarti ada energi yang berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke
benda yang bersuhu rendah.
Menurut hukum asas black yang berbunyi “kalor yang dilepaskan sama dengan kalor yang
diterima:
Q lepas = Q terima
dimana:
Q = m . c . T
Dengan,
Q = banyaknya kalor yang dilepas atau diterima oleh suatu benda (Joule)
m = massa benda yang menerima atau melepas kalor (kg)
c = kalor jenis zat (J/Kg°C)
T = perubahan suhu (°C)
Satuan kalor dalam SI yaitu Joule, satuan kalor lainnyaialah kalori. 1 kalori didefinisikan
sebagai banyaknya adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air
sebesar 1 °C.
1 kalori = 4,2 joule dan 1 joule = 0,24 kalori
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang diserap atau diperlukan oleh 1 gram zat untuk
menaikkan suhu sebesar 1°C. Masing-masing benda memiliki kalor jenis yang berbeda-beda. Satuan
kalor jenis yaitu J/kg°C.Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk menentukan panas/kalor jenis.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Gelas kimia 250 ml
b. Kaki tiga+asbes
c. Kalorimeter
d. Neraca Ohauss 311
e. Pembakar spiritus
f. Termometer
2. Bahan

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 66


a. Air
b. Korek Api
c. Tissu
D. PROSEDUR KERJA
Kegiatan 1 : Kalor jenis aluminium
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Timbang kalorimeter kosong (mk).
3. Isi kalorimeter kosong dengan air kira-kira 1/3 bagian kalorimeter, kemudian menimbang
massanya.
4. Ukur suhu awal air dalam kalorimeter (T1).
5. Isi gelas kimia dengan air kira-kira 100 ml, kemudian panaskan hingga suhunya mencapai
80°C (T2).
6. Masukkan air panas tadi ke dalam kalorimeter yang berisi air, kemudian aduk hingga suhunya
setimbang, kemudian mencatat suhu campuran (Tc).
7. Timbang kembali massa kalorimeter bersama air campuran tadi (mk+air campuran).
8. Catat hasil yang diperoleh pada tabel pengamatan.

E. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1 : Kalor jenis aluminium
NST Termometer : °C
NST Neraca Ohauss : gr
Besaran Simbol Satuan Nilai
Massa kalorimeter kosong
Massa kalorimeter + air
Massa air
Suhu air biasa
Suhu air panas
Massa air panas
Suhu campuran
Kalor jenis air

MODUL PRAKTIKUM AKLAM Page 67

Anda mungkin juga menyukai