Agung Putra Audia - 4
Agung Putra Audia - 4
Dosen Pengajar
Sumartono
Disusun Oleh
Kelas 3-02
2019
BAB I
Pendahuluan
Kekayaan yang dimiliki pemerintah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh
dengan menggunakan APBN/ APBD atau dengan menggunakan perolehan lainnya yang
sah.
Kekayaan negara yang dipisahkan adalah kekayaan negara yang berasal dari APBN
atau dengan perolehan lainnya yang sah dan dijadikan penyertaan modal negara
kepada BUMN yang dikelola secara korporasi.
Investasi jangka pendek adalah investasi pemerintah yang dikelola dalam kurun
waktu dua belas bulan guna menjamin ketersediaan dan pengelolaan kas yang
optimal dan tetap produktif.
Investasi yang dengan tujuan memperoleh manfaat masa depan dengan jangka
waktu lebih dari duabelas bulan.
Kekayaan negara yang tidak dipisahkan dikenal dengan aset negara yang dalam
keuangan negara menggunakan terminologi yang berbeda-beda dari perspektif, yaitu:
Kekayaan yang dikuasai negara (domain publik) atau kekayaan negara potensial
saat ini dilaksanakan oleh beberapa instansi baik di pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
Yang dimaksud dengan obyek kekayaan negara adalah semua kekayaan yang dikuasai
oleh negara.
Hubungan hukum antar subyek dan obyek adalah dimana sebagai sebuah organisasi
kekuasaan dari rakyat dimana negara memiliki hak menguasai.
Kekayaan negara potensial secara garis besar terdiri dari sumber daya alam
(SDA) dan lingkup kekayaan yang dikuasai negara lainnya yang mencakup Aset Bekas
Milik Asing/Tionghoa (ABMA/T), Benda Berharga Muatan Kapal Tenggelam (BMKT),
serta aset lain-lain yang berasal dari:
Saat itu, terbitnya infrastruktur regulasi yang memadai menandai era baru
manajemen aset. Tahun 2007, DJKN diemban tugas untuk menyelesaikan temuan berulang
BPK atas LKPP terkait penyajian nilai aset tetap pada neraca awal pemerintah pusat yang
belum disajikan secara wajar hingga menjadi hasil wajar dengan pengecualian pada tahun
2009 serta menyusun laporan investasi tahun 2011 yang memuat kekayaan negara dipisahkan
dan dana bergulir yang dikelola pemerintah.
Tahap II: Membangun Tata Kelola dan Penguatan Sumber Daya serta Orientasi Pemangku
Kepentingan
Regulasi teknis dan implementasi perencanaan dan penganggaran aset dan investasi.
K/L diperlukan sehingga dituntut cermat dalam merencanakan kebutuhan aset dengan
assestment sesuai asas value of money.
Tahap III: Penyempurnaan Tata Kelola dan Akselerasi Sumber Daya serta Fokus
Pelanggan/Pemangku Kepentingan
Analisis SWOT DJKN mengidentifikasi kesenjangan antara tugas, fungsi ideal dan
implementasi riil yang saat ini dilakukan (current state). Kondisi paripurna aset terbagi
menjadi 3, yaitu;
Visi DJKN adalah menjadi pengelola kekayaan negara yang professional dan akuntabel
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Untuk merealisasikan visi tersebut, DJKN
menetapkan misi yang diantaranya mewujudkan efektivitas, efisiensi, optimalisasi
penerimaan dan pembiayaan risiko minimum serta meningkatkan tata kelola yang dapat
mewujudkan keseimbangan makro dalam pembangunan nasional.
Aset harus dikelola secara efektif demi menyediakan layanan yang prima kepada
masyarakat. Namun PNBP harus optimal agar belanja modal dan belanja pemeliharaan
menjadi lebih efisien. Sesuai misinya, DJKN diharapkan memiliki basis data dengan tingkat
coverage yang luas dan harus terus diperbaharui, dianalisis, dan disampaikan ke publik
sehingga menjadi referensi penting bagi manajer aset pemerintah dan swasta serta pihak
lain yang berkepentingan.
Untuk merealisasikan visi yang telah ditetapkan, maka DJKN akan menetapkan Misi
terkait manajemen aset dan investasi pemerintah, yang terdiri dari.
Struktur organisasi DJKN terdiri dari Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Barang Milik
Negara, Direktorat Kekayaan Negara Dipisahkan, Direktorat Piutang Negara dan Kekayaan Negara
Lain-lain, Direktorat Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi, Direktorat Penilaian,
Direktorat Lelang, dan Direktorat Hukum dan Hubungan Masyarakat. Selain itu, dalam melaksanakan
pendayagunaan dan kerjasama operasional aset yang bertujuan untuk optimalisasi aset dibentuk
Lembaga Manajemen Aset Negara sebagai Badan Layanan Umum yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Menteri Keuangan melalui DJKN . LMAN merupakan unit organisasi non
eselon di lingkungan Kementerian Keuangan yang menerapkan pengelolaan keuangan badan
layanan umum.
Barang milik negara dan/atau kekayaan negara lain yang diserahkelolakan dari DJKN
aset yang perolehannya dibiayai dengan dana yang bersumber dari Bagian Anggaran
Bendahara Umum Negara (BUN) Pengelolaan Investasi Pemerintah (Bagian
Anggaran 999.03)
aset hasil pengadaan tanah untuk Proyek Strategis Nasional (PSN)
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, DJKN didukung oleh kantor vertikal di daerah.
Instansi vertikal di lingkungan DJKN terdiri dari 17 (tujuh belas) Kantor Wilayah (Kanwil) dan 85
(delapan puluh lima) Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL). Dari 85 KPKNL yang
ada, sampai dengan saat ini telah efektif beroperasi adalah 71 KPKNL.
Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsinya, DJKN didukung oleh 3.639 pegawai per
15 Oktober 2018 tersebar di Kantor Pusat (640 orang), 17 Kantor Wilayah (818 orang), dan 71 KPKNL
(2.181 orang). Sebagian besar pegawai berpendidikan D4/S1 (1.601 orang) dengan perincian
berdasarkan latar belakang pendidikan sebagaimana dalam Gambar 2-4
Berdasarkan komposisi gender, pegawai DJKN terdiri dari sekitar 30% wanita (1.087 orang),
sedangkan pegawai pria sebanyak 2.552 orang.Dari sisi usia,pegawai DJKN berada pada usia dibawah
40 tahun mendekati 50% (1.801 orang), berusia 41 sampai dengan 50 tahun sebanyak 35% (1.268
orang ), dan selebihnya merupakan pegawai yang berusia diatas 50 tahun (570 orang).
Pencapaian DJKN dengan tugas dan fungsi spesifik sebagai manajer aset atas beberapa
tujuan dan sasaran strategis Kementerian Keuangan tersebut direalisasikan dalam pelaksanaan
pengelolaan kekayaan negara yang optimal dan pembiayaan yang aman untuk mendukung
kesinambungan fiskal. Keberhasilan dari tujuan ini diukur dengan beberapa indikator sebagaimana
dalam Tabel 2-1.
Capaian tiga indikator tersebut menunjukan hasil yang sangat baikcdari tahun 2015-2018.
Pada tahun 2018, capaian indikator “Rasio utilisasi aset terhadap total aset tetap” mampu
mencapai 87,30% atau Rp4.348,34 triliun, meningkat dari capaian tahun sebelumnya sebesar
81,63%. Capaian ini telah melampaui target Renstra tahun 2019, yaitu sebesar 52%. Dimulai pada
tahun 2019 rasio dana aktif yang akan dimonitor tidak hanya mencakup BUMN/Lembaga di bawah
Kemenkeu, tapi juga BUMN di bawah pembinaan dan pengawasan Menteri BUMN.
Indikator “Rasio dana aktif BUMN/Lembaga di bawah Kementerian Keuangan terhadap
total ekuitas” dan “Persentase pengadaan utang sesuai kebutuhan pembiayaan” juga telah
mencapai target sejak tahun 2016. Hal ini mencerminkan upaya DJKN dalam menjaga amanat
Renstra Kementerian Keuangan dalam mewujudkan pengelolaan kekayaan negara yang optimal
serta pembiayaan yang aman.
Berdsasarkan data LKPP aset tetap selalu memiliki porsi terbesar dengan nilai pertumbuhan
yang meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun. Berikut adalah data pertumbuhan aset tetap
pada LKPP tahun 2004 – 2017 (dalam trilun rupiah).
Penggunaan indikator ini berfungsi untuk memastikan aset tetap yang dimiliki negara,
benar-benar diberdayakan dengan optimal, sehingga berdampak pada adanya nilai tambah (value
added) serta menghindari opportunity loss atas aset tersebut.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, realisasi utilisasi sampai dengan tahun 2018 mampu
mencapai 87,30%. Hal ini menunjukkan bahwa sebesarRp4.348,34 triliun dari total aset telah
ditetapkan status utilisasinya. Berikut ini adalah grafik pertumbuhan utilisasi aset dari tahun 2010-
2017 (dalam triliun rupiah).
Gambar 2-7 Pertumbuhan utilisasi aset tahun 2010-2018 (dalam Rp. Triliun)
Realisasi utilisasi aset sampai dengan tahun 2017 tersebut sebagian besar bersumber dari
penggunaan aset Kementerian/Lembaga yang berasal dari perolehan APBN dan penetapan aset 21
sebagai underlying asset penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Sedangkan realisasi
utilisasi aset sampai dengan tahun 2018 sebagaimana diuraikan dalam Tabel 2-
Sampai dengan tahun 2018, nilai rasio dana aktif BUMN/Lembaga di bawah Kementerian
Keuangan tercapai sebesar 3,58 dari target 3,25 (110,15%), meningkat dari 3,19 pada tahun 2017.
Rincian atas capaian tersebut sebagaimana dalam Tabel 2-3.
2.2.3. Strategi yang Dilakukan
Dalam rangka mewujudkan tujuan, sasaran, dan indikator dalam pengelolaan kekayaan yang
optimal, beberapa strategi telah diterapkan pada periode tahun 2015-2019. Adapun rincian atas
implementasi strategi-strategi tersebut adalah sebagai berikut.
Dari sudut pandang ilmu pengetahuan, manajemen aset masih merupakan disiplin ilmu baru
dimana terdapat pandangan beragam (Wijnia & de Croon, 2015). Manajemen aset diartikan sebagai
aktivitas terkoordinasi dan sistematis dalam mewujudkan atau meningkatkan manfaat aset secara
efektif, efisien, optimal dan sustainable dengan mempertimbangkan kinerja, resiko dan biaya dari
masing-masing siklus aset (asset life cycles) untuk mencapai tujuan organisasi. Jadi, aktivitas yang
terkoordinasi untuk mewujudkan kebernilaian dari suatu aset merupakan manajemen aset.
Dari perspektif industri atau praktisi, maka manajemen aset kontemporer menjadi semakin
kompleks dengan menghadapi tantangan-tantangan yang belum pernah dialami sebelumnya seperti
semakin terbatasnya sumber daya (khususnya finansial), meningkatnya ekpektasi publik,
menurunnya kualitas pengelolaan berwawasan lingkungan, menurunnya usia ekonomis asetakibat
perubahan iklim, dan meningkatnya ketergantungan dan keterlibatan (interdependensi) antar sektor
dan lembaga (Brown et al., 2014). Disamping itu, seiring profesionalisme manajer aset yang dituntut
untuk meningkat dalam beberapa dekade terakhir maka sebagai konsekuensi, manajemen aset perlu
melibatkan berbagai disiplin ilmu, lintas sektoral, dan beragamnya aspek teknis.
Sedangkan manajemen aset di sektor Pemerintah relatif lebih unik, karena keberadaan aset
negara memiliki tujuan khusus yang dapat dikelompokan ke dalam dua kategori, yaitu 30 tradisional
dan non-tradisional (Kaganova & Nayyar-Stone, 2000; Wheeler, 1993). Secara tradisional,
manajemen aset di sektor publik bertujuan untuk menyediakan secara tepat (kuantitas) aset dengan
biaya yang paling efisien dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Sedangkan tujuan non-
tradisional adalah mewujudkan peran aset dalam perekonomian dan mampu menghasilkan
penerimaan. Sehingga dalam rangka penyediaan aset dan pemberian pelayanan, pemerintah
berupaya melakukan upaya utilisasi aset secara efektif, efisien, dan optimal yang tidak hanya dapat
menghasilkan cost-saving dan daya ungkit (leveraging) namun juga penerimaan negara (PNBP)
sebagai sumber alternatif selain dari penerimaan pajak. Manajemen aset terkini sebagaimana telah
diuraikan dapat diilustrasikan dalam Gambar 2-9.
2.3.2. Manfaat Manajemen Aset
Beberapa manfaat penerapan manajemen aset antara lain :
a. Penyusunan rencana kebutuhan aset yang efektif sesuai tugas dan fungsi masing-masing
organisasi yang sekaligus mendorong peningkatan kinerja aset tersebut dengan indikator
manfaat non finansial (benefit) dan manfaat ekonomis (return on investments).
b. Resiko yang dapat lebih dikelola sehingga mitigasi terhadap faktor-faktor yang
menurunkan fungsi optimal aset dan reputasi organisasi dilakukan secara tepat sasaran yang
berdampak positif untuk meningkatkan aspek keamanan, kesehatan, dan kepedulian
terhadap lingkungan.
c. Pengurangan emisi gas karbon sebagai dampak operasionalisasi aset melalui efisiensi
energi dan penggunaan material aset yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas
hidup masyarakat.
b. Perbaikan terus menerus atas tata kelola, prosedur, dan kinerja aset berdasarkan reviu
menyeluruh dan mengacu pada praktik terbaik.
c. Tersedianya strategi operasional dan pemeliharaan aset yang baik dengan ketersediaan
anggaran yang memadai.
d. Upaya mempertahankan kondisi aset dari penurunan usia ekonomis karena dampak
perubahan iklim dan bencana alam, misalnya melalui asuransi, renovasi/retrofitting, dan
adaptasi aset.
3.1 Terwujudnya Efektifitas, Efisiensi, Optimalisasi, dan Produktifitas Manajemen Aset dan
Investasi Pemerintah
Untuk mencapai kondisi ideal yang diharapkan, yaitu DJKN sebagai manajer asset yang
unggul (distinguished asset manager) dengan end state:
maka disusun elemen-elemen Kondisi yang Dikehendaki (Tujuan) yang memuat sasaran
Strategis sebagai implementasi konkrit yang dikelompokan berdasarkan karakteristik/prinsip
distinguished asset manager (Kontributif, Instrumental, Otoritatif, dan Sustainable & Adaptif)
sebagai berikut:
3.1.1 Terwujudnya manajemen aset yang penggunaanya efektif dan berkontribusi optimal bagi
penerimaan negara (PNBP)
a) Terwujudnya utilisasi aset dengan optimal memenuhi kebutuhan underlying asset SBSN.
b) Terwujudnya utilisasi aset melalui sekuritisasi atau penerbitan efek beragun aset.
3.1.4 Terwujudnya optimalisasi manajemen investasi Pemerintah (PNBP dan manfaat sosial dan
ekonomi)
a) Terwujudnya SOP dan peraturan mengenai tata kelola SMV Kemenkeu yang andal.
b) Terwujudnya SOP dan peraturan mengenai tata kelola SMV Kemenkeu yang lebih andal
dan berkualitas
c) Terwujudnya Penyempurnaan SOP dan peraturan mengenai tata kelola SMV Kemenkeu.
d) Terwujudnya peran aktif unit vertikal DJKN dalam sosialisasi peran dan fungsi SMV ke
stakeholder.
e) Terlaksananya peran unit vertikal DJKN sebagai katalis perencanaan investasi di daerah,
3.1.8 Terwujudnya pendayagunaan SMV Kemenkeu dalam pembangunan nasional berkelanjutan
(SDGs)
a) Terwujudnya sinergi antar SMV dan antara SMV dengan Unit Eselon I Kemenkeu.
b) Terwujudnya sinergi antar SMV Kemenkeu dengan BUMN Lainnya.
c) Terwujudnya peran SMV berperan dalam pembangunan nasional berkelanjutan.
d) Terwujudnya penguatan kelembagaan SMV (transformasi PT SMI menjadi LPPI).
e) Terwujudnya image SMV Kemenkeu sebagai top of mind masyarakat/pengguna jasa
terkait bidang usaha SMV.
f) Terwujudnya SMV yang berperan sebagai fiscal tools yang efektif.
3.1.9 Terjadinya penguatan fungsi Monitoring dan Evaluasi Investasi Pemerintah
3.2 Terwujudnya Lelang Sebagai Suatu Industri Modern yang Berperan Optimal dan
Terpercaya
Tujuan tersebut diharapkan dapat tercapai melalui sasaran strategis sebagai berikut:
Tujuan tersebut diharapkan dapat tercapai melalui sasaran strategis sebagai berikut:
3.3.1 Terwujudnya peningkatan kualitas perencanaan dan penganggaran pengelolaan aset negara
pada RPJMN dan APBN
3.4.1 Terwujudnya peran DJKN dalam konsultansi manajemen aset yang andal bagi K/L, Pemda, dan
Pemerintah Desa
a) Terlaksananya revisi tugas dan fungsi Kantor Vertikal DJKN dan LMAN sebagai asset
arranger.
b) Terbitnya regulasi Kantor Vertikal DJKN dan LMAN sebagai asset arranger.
c) Terbitnya regulasi penguatan kompetensi Jabatan Fungsional Penilai dan Jabatan
Fungsional Panatalaksana Barang dalam rangka implementasi Kantor Vertikal DJKN dan
LMAN sebagai asset arranger.
d) Terbitnya metodologi dan tool analisa untuk implementasi asset arranger.
e) Terwujudnya sistem evaluasi efektifitas hasil atas peran asset arranger.
f) Terlaksananya studi kelayakan pemanfaatan aset
g) Terbitnya rekomendasi collaborative asset repurpose.
3.4.3 Terlaksananya peran DJKN sebagai koordinator, pembina, dan pengawas penilai
pemerintah di lingkungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
a) Tersusunnya grand design peran DJKN sebagai koordinator, pembina, dan pengawas
penilai pemerintah di lingkungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
b) Terlaksananya revisi tugas dan fungsi yang memperkuat peran DJKN sebagai koordinator,
pembina, dan pengawas penilai pemerintah di lingkungan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
c) Terbitnya pedoman dalam rangka peran DJKN sebagai koordinator, pembina, dan
pengawas penilai pemerintah di lingkungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
d) Terlaksananya penyusunan regulasi peran DJKN sebagai koordinator, pembina, dan
pengawas penilai pemerintah di lingkungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
e) Terlaksananya monitoring dan evaluasi atas peran DJKN sebagai koordinator, pembina,
dan pengawas penilai pemerintah di lingkungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah.
3.4.4 Terlaksananya edukasi dan diseminasi secara periodik
a) Terlaksananya edukasi dalam manajemen aset secara periodik (a.l. program property
class)
b) Terlaksananya diseminasi dan sosialisasi hasil konsultansi strategis dalam manajemen
aset secara periodik.
c) Terbitnya publikasi/press release hasil kajian.
d) Pemanfaatan helpdesk konsultansi manajemen aset oleh semua stakeholders.
e) Peningkatan indikator pemahaman stakeholders dalam manajemen aset.
3.4.5 Terwujudnya aksesibilitas informasi aset
a) Terwujudnya pusat data transaksi dan bisnis serta layanan informasi aset.
b) Terwujudnya database aset yang andal dan dapat diakses oleh publik.
Terwujudnya pusat data nilai dan riset sebagai center of excellent bidang manajemen asset dan
investasi sector public
a) Terlaksananya publiaksi nilai dan hasil riset terkait asset dan investasi pemerintah dengan
penguatan tugas dan fungsi di DJKN dan penguatan regulasi serta aksesbilitas nilai asset
3.9 TERCIPTANYA KEBIJAKAN MANAJEMEN ASET DAN INVESTASI PEMERINTAH BERBASIS RISET
a) Terwujudnya penguatan fungsi penelitian dalam pengambilan kebijakan dengan revisi
tugas dan fungsi, penyusunan regulasi, pelatihan SDM, serta monitoring dan evaluasi hasil
riset yang diterapkan.
b) Terlaksananya kajian ilmiah (riset) manajemen asset dan investasi pemerintah yang
berkualitas dan digunakan dalam pengambilan keputusan dengan terbitnya pedoman
terkait penyusunan dan implementasi evidence-based policy
c) Terlaksananya evidence-based policy degan terselesaikannya RUU, kajian regulasi dan
desain atau penyempuranaan regulasi dan proses bisnis.
PENUTUP
Roadmap merupakan penjabaran dari visi dan misi DJKN selaku manajer aset negara dalam
mendukung agenda kebijakan Kementerian Keuangan dan nasional seperti Program Pembangunan
dalam agenda Nawa Cita dan Sustainable Development Goals (SDGs). Roadmap to a Distinguished
Asset Manager ini disusun yang menjadi pedoman dan landasan dalam penyusunan Rencana Kerja,
sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra), dan menjadi arah penyusunan strategi
dan implementasinya dalam rangka mewujudkan visi dan misi DJKN. Dengan demikian, kriteria
distinguished asset manager tersebut harus built-in dalam rangka mencapai end state: “Kekayaan
negara dikelola optimal serta berkelanjutan, instrumental dalam keuangan negara dan kontributif
dalam perekonomian nasional” setelah memenuhi lima belas tujuan dalam kurun tahun 2019- 2028
sebagai berikut: