Abstract Abstrak
Natural rubber and cellulose are two Karet alam dan selulosa merupakan
materials with very different compatibility. dua material yang memiliki kompatibilitas
Natural rubber is nonpolar while cellulose is yang sangat berbeda. Karet alam bersifat
polar. The combination of natural rubber with nonpolar sedangkan selulosa bersifat polar.
cellulose expected produce composite with Kombinasi antara karet alam dengan
higher strength. The reinforcement concept of selulosa diharapkan akan menjadi komposit
polymeric materials, such as natural rubber dengan kekuatan yang lebih tinggi. Konsep
with cellulose as filler, result from increased penguatan bahan polimer, seperti karet alam
rubber-filler interactions. The aim of this study dengan bahan pengisi selulosa, terjadi
was to determine the effect of several types of akibat peningkatan interaksi karet-bahan
cellulose on the physical properties of the pengisi. Penelitian ini bertujuan untuk
composite. About three types of cellulose used mengetahui pengaruh beberapa jenis
in this study were cellulose powder, cellulose selulosa terhadap sifat fisik komposit yang
onggok, and CMC (Carboxy Methyl Cellulose). dihasilkannya. Sebanyak tiga jenis selulosa
Cellulose material is mixed in - two-roll mill digunakan dalam penelitian ini yaitu serbuk
together with natural rubber and other selulosa dari tandan kosong kelapa sawit,
chemicals using two types of coupling agents, selulosa onggok dari limbah pati singkong,
hexamine/resorcinol and maleic anhydride. dan CMC (Carboxy Methyl Cellulose). Bahan
The results showed that CMC showed better selulosa digiling dalam mesin giling terbuka
physical properties compared to two other bersama dengan karet alam dan bahan-
types of cellulose, especially in tensile bahan lainnya menggunakan dua jenis
strength, compression set, and rebound bahan penyambung (coupling agent) yaitu
resilience of the composite. Meanwhile, hexamine/resorcinol dan anhidrida maleat.
hexamine/resorcinol is more compatible to be Hasil penelitian menunjukkan bahwa CMC
used as coupling agent than maleic memberikan hasil sifat fisik yang relatif lebih
anhydride.
baik dibandingkan dengan dua jenis
selulosa lainnya terutama dalam hal kuat
Keywords: cellulose; compatibility;
tarik, pampatan tetap, dan ketahanan
composite; coupling agent;
pantul komposit yang dihasilkannya.
natural rubber
Sementara itu hexamine/ resorcinol lebih
173
Handayani, Cifriadi, Handayani, Chalid, Herlina, dan Savetlana
174
Sintesis dan Karakterisasi Komposit Karet Alam/Selulosa dengan Variasi Jenis Selulosa
a b c
Gambar 1. Penampakan visual bahan selulosa yang digunakan (a) serbuk selulosa, (b)
selulosa onggok, dan (c) CMC
Figure 1. Visual appearance of cellulose material used (a) cellulose powder, (b) cellulose
onggok, and (c) CMC
175
Handayani, Cifriadi, Handayani, Chalid, Herlina, dan Savetlana
176
Sintesis dan Karakterisasi Komposit Karet Alam/Selulosa dengan Variasi Jenis Selulosa
Rheometer Kompon
A B C D E F G H I
Compound Rheometer
Smax -Smin 2,08 2,12 NA 2,02 2,19 NA 2,17 1,98 1,12
Smax 2,27 2,37 NA 2,13 2,34 NA 2,26 2,14 1,31
Smin 0,19 0,25 NA 0,11 0,15 NA 0,09 0,16 0,19
T90 5,22 7,08 NA 10,53 7,36 NA 11,58 8,1 19,58
TS 2 6,09 8,27 NA 15,27 7,59 NA 12,31 NA NA
177
Handayani, Cifriadi, Handayani, Chalid, Herlina, dan Savetlana
a b
Gambar 2. Hasil giling komposit karet alam/selulosa dari jenis selulosa serbuk dengan
bahan penyambung (a) hexamine/resorcinol dan (b) anhidrida maleat
Figure 2. Result of natural rubber/cellulose composite mixing from cellulose powder with
coupling agent (a) hexamine/resorcinol and (b) maleic anhydride
Tabel 3. Sifat fisika komposit karet alam/selulosa dengan variasi jenis selulosa dan
bahan penyambung
Table 3. Physical properties of natural rubber/cellulose composite with varied kinds of
cellulose and coupling agent
Vulkanisat
Sifat Fisika Vulcanized
Physical Properties
A B D E G H I
Kekerasan (Shore A) 47 55 45 53 40 45 31
Kuat tarik (MPa) 6,5 7,5 6,9 8 10,1 11,2 3,3
Perpanjangan putus (%) 720 570 670 520 700 600 780
Kuat sobek (MPa) 20,7 24 21,2 30,1 20,4 25,4 13,5
Pampatan tetap, % suhu 27±2 °C 16,95 14,38 17,36 18,07 14,13 13,69 35,24
Pampatan tetap, % suhu -5±2 °C 6,36 7,33 7,82 5,45 7 4,38 16,3
Ketahanan pantul (%) 65 69,5 67 71,5 64,5 68,5 61
Keterangan:
Komposit C dan F tidak diperoleh data karena komposit tersebut tidak dapat dicetak sehingga tidak dapat
dilakukan pengujian sifat fisik kompositnya
178
Sintesis dan Karakterisasi Komposit Karet Alam/Selulosa dengan Variasi Jenis Selulosa
lebih berisi dimana selulosa mengisi bagian- Hasil terbalik ditunjukkan oleh
bagian kosong dari struktur komposit komposit I yang menggunakan CMC dan
akibatnya komposit menjadi lebih keras. bahan penyambung anhidrida maleat, kuat
Semakin banyak selulosa yang tariknya justru menurun cukup tajam
ditambahkan, kompon semakin rapat dan sekitar 7 MPa. Hal ini dapat disebabkan
padat sehingga kompon semakin keras karena anhidrida maleat merupakan bahan
(Handayani et al., 2018). Penambahan penyambung yang kurang baik untuk
bahan penyambung hexamine/resorcinol komposit karet alam/selulosa sehingga
kembali meningkatkan kekerasan komposit penambahan bahan tersebut justru
karet alam/selulosa sebanyak 5-8 satuan melemahkan interaksi karet alam-selulosa
Shore A. Hal ini dapat disebabkan karena sehingga elastisitas komposit karet
bahan penyambung meningkatkan interaksi alam/selulosa menurun.
intramolekuler antara karet alam-selulosa
sehingga struktur komposit menjadi lebih Pengaruh terhadap perpanjangan putus
rapat dan padat akibatnya kekerasan (elongation at break)
komposit meningkat.
Pengaruh selulosa terhadap
Hasil terbalik ditunjukkan oleh perpanjangan putus pada komposit karet
komposit I yang menggunakan CMC dan alam/selulosa dapat dilihat pada Tabel 3.
bahan penyambung anhidrida maleat, Komposit dengan menggunakan serbuk
kekerasannya justru menurun cukup tajam selulosa memberikan hasil perpanjangan
sekitar 9 satuan Shore A. Diduga putus yang lebih baik dibandingkan selulosa
penambahan anhidrida maleat ke dalam lainnya. Penggunaan bahan penyambung
komposit karet alam/CMC tidak berperan hexamine/resorcinol cenderung
sebagai bahan penyambung tetapi anhidrida menurunkan perpanjangan putus 100-
maleat berperan seperti bahan pelunak 150% pada semua jenis selulosa. Penurunan
untuk melunakkan karet alam akibatnya perpanjangan putus dapat disebabkan
kekerasan komposit karet alam/CMC karena peran bahan penyambung untuk
menurun. Hal ini juga yang menyebabkan meningkatkan interaksi karet-selulosa
karet alam dan selulosa tidak dapat berakibat pada menurunnya interaksi
bercampur dengan baik meskipun sudah intermolekular karet alam sehingga
menggunakan anhidrida maleat yang elastisitas karet alam menurun akibatnya
biasanya digunakan sebagai coupling agent komposit menjadi lebih mudah putus
(bahan penyambung). dibandingkan komposit yang tidak
menggunakan bahan penyambung.
Pengaruh terhadap kuat tarik (tensile
strength) Hal sebaliknya terjadi pada komposit I
yang menggunakan CMC dan bahan
Pengaruh selulosa terhadap kuat tarik penyambung anhidrida maleat justru
pada komposit karet alam/selulosa dapat perpanjangan putusnya meningkat. Dalam
dilihat pada Tabel 3. Komposit dengan hal ini anhidrida maleat merupakan bahan
menggunakan CMC memberikan hasil kuat penyambung yang kurang baik untuk
tarik yang lebih baik (mencapai lebih dari 10 komposit karet alam/selulosa sehingga
MPa) dibandingkan selulosa lainnya. tidak dapat meningkatkan interaksi antara
Penggunaan bahan penyambung karet alam dengan selulosa. Akan tetapi
hexamine/resorcinol cenderung anhidrida maleat lebih kompatibel dengan
meningkatkan kuat tarik 1-2 MPa pada selulosa sehingga penambahan anhidrida
semua jenis selulosa. Kenaikan kuat tarik maleat justru meningkatkan interaksi
dapat disebabkan penambahan selulosa intermolekular karet alam, akibatnya
memperkuat interaksi karet-selulosa, elastisitas karet alam meningkat sehingga
sehingga meningkatkan elastisitas komposit komposit menjadi lebih kuat dan lebih sulit
karet alam/selulosa (Handayani dkk., 2018). putus.
179
Handayani, Cifriadi, Handayani, Chalid, Herlina, dan Savetlana
Pengaruh terhadap kuat sobek (tear digunakan. Hal ini berkaitan dengan
strength) interaksi intermolekuler (selulosa-selulosa)
dari masing-masing selulosa. Semakin kuat
Pengaruh selulosa terhadap kuat interaksi selulosa-selulosa dari selulosa
sobek pada komposit karet alam/selulosa yang digunakan menyebabkan interaksi
dapat dilihat pada Tabel 3. Komposit dengan karet-selulosa semakin berkurang (Ulfah et
menggunakan selulosa onggok memberikan al., 2015; Ma et al., 2013). Perbedaan nilai
hasil kuat sobek yang lebih baik pampatan tetap yang drastis terlihat pada
dibandingkan selulosa lainnya. Semakin komposit I yang menggunakan CMC dan
besar nilai kuat sobek menunjukkan bahwa bahan penyambung anhidrida maleat. Nilai
komposit semakin kuat. Semakin rendah pampatan tetap komposit I jauh lebih tinggi
nilai kuat sobek berarti kekuatan komposit dibandingkan komposit lainnya. Hal ini
semakin menurun. Penggunaan bahan menunjukkan bahwa interaksi
penyambung hexamine/ resorcinol intermolekuler CMC lebih kuat
cenderung meningkatkan kekuatan sobek 3- dibandingkan interaksi karet alam-CMC
9 MPa pada semua jenis selulosa. Kenaikan sehingga ketika komposit dipampatkan
kekuatan sobek dapat disebabkan karena dengan tekanan dari suatu beban pada suhu
penambahan bahan penyambung dan waktu tertentu terjadi perubahan yang
memperkuat interaksi karet-selulosa, cukup besar terhadap elastisitasnya.
sehingga meningkatkan kekuatan komposit
karet alam/selulosa. Pengaruh terhadap ketahanan pantul
(rebound resilience)
Hasil terbalik ditunjukkan oleh
komposit I yang menggunakan CMC dan Pengaruh selulosa terhadap
bahan penyambung anhidrida maleat, kuat ketahanan pantul pada komposit karet
sobeknya justru menurun cukup tajam alam/selulosa dapat dilihat pada Tabel 3.
sekitar 7 MPa. Hal ini dapat disebabkan Komposit dengan menggunakan CMC
karena anhidrida maleat merupakan bahan memberikan hasil ketahanan pantul yang
penyambung yang kurang baik untuk lebih baik dibandingkan selulosa lainnya.
komposit karet alam/selulosa sehingga Semakin besar nilai ketahanan pantul
penambahan bahan tersebut justru menunjukkan bahwa ketahanan komposit
melemahkan interaksi karet alam-selulosa terhadap benturan semakin rendah.
sehingga kekuatan komposit karet alam/ Semakin rendah nilai ketahanan pantul
selulosa menurun. menunjukkan bahwa komposit semakin
tahan terhadap benturan. Penggunaan
Pengaruh terhadap pampatan tetap h exa min e/ resorcin ol seb agai b ah an
(compression set) penyambung meningkatkan nilai ketahanan
pantul komposit karet alam/selulosa
Pengaruh selulosa terhadap pampatan sebanyak 4-5%. Sedangkan anhidrida
tetap pada komposit karet alam/selulosa maleat justru menurunkan nilai ketahanan
dapat dilihat pada Tabel 3. Pampatan tetap pantul komposit karet alam/selulosa. Hal ini
diuji pada 2 suhu, yaitu suhu 27±2 °C dan - dapat disebabkan karena penambahan
5±2 °C selama 72 jam. Komposit dengan anhidrida maleat meningkatkan interaksi
menggunakan CMC memberikan hasil intermolekuler karet alam sehingga
pampatan tetap yang lebih baik elastisitas komposit lebih baik dibandingkan
dibandingkan selulosa lainnya. Semakin dengan komposit lainnya.
besar nilai pampatan tetap menunjukkan
bahwa setelah dipampatkan elastisitas karet
semakin berkurang (Handayani, KESIMPULAN
Faturrohman, & Kuncoro, 2011). Semakin
rendah nilai pampatan tetap berarti Berdasarkan hasil penelitian yang
ketahanan elastisitas karet semakin baik. dilakukan, dapat disimpulkan bahwa jenis
selulosa dan bahan penyambung
Penggunaan bahan penyambung berpengaruh terhadap sifat fisika komposit
hexamine/resorcinol memberikan pengaruh karet alam/selulosa. CMC memberikan hasil
yang berbeda tergantung dari selulosa yang s ifat fisik y a n g r e latif le b ih b aik
180
Sintesis dan Karakterisasi Komposit Karet Alam/Selulosa dengan Variasi Jenis Selulosa
dibandingkan dengan dua jenis selulosa Handayani, A.S., Chalid, M., Budianto, E., &
lainnya terutama dalam hal kuat tarik, Priadi, D. (2017). Grafting of
pampatan tetap, dan ketahanan pantul amylopectin with various alkyl
komposit yang dihasilkannya. Sementara itu methacrylate by atom transfer radical
hexamine/resorcinol lebih kompatibel polymerization for engineering
digunakan sebagai bahan penyambung application. Macromolecular Symposia,
dibandingkan anhidrida maleat. 371(1), 58-60. Doi : 10.1002/masy.
201600038.
DAFTAR PUSTAKA Ma, J.H., Zhao, S.H., Zhang, L.Q., & Wu, Y.P.
(2013). Comparison of structure and
Bukit, N., & Frida, E. (2013). The Effect properties of two styrene–butadiene
zeolite addition in natural rubber rubbers filled with carbon black,
polypropylene composite on carbon–silica dual-phase filler, and
mechanical, structure, and thermal silica. Rubber Chemistry and
characteristics. Makara Journal of T e c h n o l o g y ,
Technology, 17(3), 113-120. Doi : 86 (4), 664-678. Doi : 10.5254/rct.13.
10.7454/mst.v17i3.2926 87956.
Chalid, M., Handayani, A.S., & Budianto, E. Ulfah, I.M., Fidyaningsih, R., Rahayu, S.,
(2014). Functionalization of starch for Fitriani, D.A., Saputra, D.A., Winarto,
macro-initiator of atomic transfer D.A., & Wisojodharmo, L.A. (2015).
radical polymerization (ATRP). Influence of carbon black and silica
Advanced Materials Research, 1051, filler on the rheological and mechanical
90-94. Doi: 10.4028/www.scientific. properties of natural rubber
net/AMR.1051.90. compound. Procedia Chemistry, 16,
258-264. Doi : 10.1016/j.proche.2015.
Chalid, M., Yuanita, E., & Pratama, J. (2015). 12.053.
Study of alkalization to the crystallinity
and the thermal behavior of arenga
pinnata “ijuk” fibers-based polylactic
acid (PLA) biocomposite. Materials
Science Forum, 827, 326-331. Doi :
10.4028/www.scientific.net/MSF.827
.326.
181
Handayani, Cifriadi, Handayani, Chalid, Herlina, dan Savetlana
Santulli, C., Puglia, D., Rallini, M., Visakh, Setiawati, S., Sitorus, B., & Malino, M.B.
P.M., Kenny, J.M., & Thomas, S. (2015). Sintesis dan karakterisasi
(2014). Natural rubber composites komposit karet alam-selulosa dari
filled with a low volume of crab chitin tandan kosong kelapa sawit dengan va
whiskers: mechanical and thermal
characterization. Malaysian Polymer
Journal, 9(1), 18-23.
182