Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Penelitian Karet, 2018, 36 (2) : 173 - 182

Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2018, 36 (2) : 173 - 182


Doi : https://doi.org/10.22302/ppk.jpk.v36i2.582

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT KARET ALAM/SELULOSA


DENGAN VARIASI JENIS SELULOSA

Synthesize and Characterization of Natural Rubber/Cellulose Composite with


Variation of Cellulose Type

Hani HANDAYANI1*, Adi CIFRIADI1, Aniek S. HANDAYANI2, Mochammad CHALID3,


Riana HERLINA2, dan Shirley SAVETLANA4
1
Pusat Penelitian Karet
Jalan Salak Nomor 1 Bogor 16151 Jawa Barat
*Email: hani.ppkbogor@gmail.com
2
Institut Teknologi Nasional
Jalan Raya Puspiptek Setu - Tangerang Selatan 15320 Banten
3)
Universitas Indonesia
Kampus UI Depok 16424 Jawa Barat
4)
Universitas Lampung
Jalan Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 Lampung

Diterima : 13 September 2018 / Disetujui : 26 Oktober 2018

Abstract Abstrak

Natural rubber and cellulose are two Karet alam dan selulosa merupakan
materials with very different compatibility. dua material yang memiliki kompatibilitas
Natural rubber is nonpolar while cellulose is yang sangat berbeda. Karet alam bersifat
polar. The combination of natural rubber with nonpolar sedangkan selulosa bersifat polar.
cellulose expected produce composite with Kombinasi antara karet alam dengan
higher strength. The reinforcement concept of selulosa diharapkan akan menjadi komposit
polymeric materials, such as natural rubber dengan kekuatan yang lebih tinggi. Konsep
with cellulose as filler, result from increased penguatan bahan polimer, seperti karet alam
rubber-filler interactions. The aim of this study dengan bahan pengisi selulosa, terjadi
was to determine the effect of several types of akibat peningkatan interaksi karet-bahan
cellulose on the physical properties of the pengisi. Penelitian ini bertujuan untuk
composite. About three types of cellulose used mengetahui pengaruh beberapa jenis
in this study were cellulose powder, cellulose selulosa terhadap sifat fisik komposit yang
onggok, and CMC (Carboxy Methyl Cellulose). dihasilkannya. Sebanyak tiga jenis selulosa
Cellulose material is mixed in - two-roll mill digunakan dalam penelitian ini yaitu serbuk
together with natural rubber and other selulosa dari tandan kosong kelapa sawit,
chemicals using two types of coupling agents, selulosa onggok dari limbah pati singkong,
hexamine/resorcinol and maleic anhydride. dan CMC (Carboxy Methyl Cellulose). Bahan
The results showed that CMC showed better selulosa digiling dalam mesin giling terbuka
physical properties compared to two other bersama dengan karet alam dan bahan-
types of cellulose, especially in tensile bahan lainnya menggunakan dua jenis
strength, compression set, and rebound bahan penyambung (coupling agent) yaitu
resilience of the composite. Meanwhile, hexamine/resorcinol dan anhidrida maleat.
hexamine/resorcinol is more compatible to be Hasil penelitian menunjukkan bahwa CMC
used as coupling agent than maleic memberikan hasil sifat fisik yang relatif lebih
anhydride.
baik dibandingkan dengan dua jenis
selulosa lainnya terutama dalam hal kuat
Keywords: cellulose; compatibility;
tarik, pampatan tetap, dan ketahanan
composite; coupling agent;
pantul komposit yang dihasilkannya.
natural rubber
Sementara itu hexamine/ resorcinol lebih

173
Handayani, Cifriadi, Handayani, Chalid, Herlina, dan Savetlana

kompatibel digunakan sebagai bahan menghasilkan material yang keras, kuat,


penyambung dibandingkan anhidrida namun ringan.
maleat.
Karet alam dikenal dengan 1,4-
Kata kunci: bahan penyambung; karet alam; poliisoprena merupakan makromolekul
kompatibilitas; komposit; alami yang memiliki sifat spesial yaitu elastis
selulosa dan fleksibel, namun kuat tarik dan
ketahanan sobek yang rendah merupakan
kelemahan utama dari produk karet alam,
PENDAHULUAN terutama untuk produk sarung tangan
medis dan kondom. Sementara itu selulosa
Kemajuan zaman dan perkembangan adalah komponen utama dari dinding sel
teknologi menyebabkan pengetahuan dan tumbuhan dan bahan bangunan dasar bagi
penemuan berbagai material baru dengan banyak tekstil dan kertas. Selulosa tidak
sifat dan karakter yang unik semakin dapat dicerna oleh manusia, hanya dapat
berkembang. Kebanyakan teknologi modern dicerna oleh hewan yang memiliki enzim
memerlukan bahan dengan kombinasi sifat- selulase. Selulosa memiliki struktur kimia
sifat luar biasa yang tidak dapat dicapai oleh seperti pada starch, sehingga modifikasi
bahan-bahan lazim seperti logam, keramik, selulosa dapat dilakukan untuk
dan bahan polimer. Salah satu material yang menggantikan peran starch sebagai bahan
banyak dikembangkan adalah material pengisi (Handayani et al., 2017; Chalid et al.,
komposit. Komposit adalah material yang 2014; Chalid et al., 2015). Perpaduan karet
tersusun atas campuran dua atau lebih alam dengan bahan pengisi selulosa
material dengan sifat kimia dan fisika diharapkan dapat menjadi komposit dengan
berbeda, dan menghasilkan sebuah material kekuatan yang lebih baik. Proses penguatan
baru yang memiliki sifat berbeda dengan ini dilakukan sebab karet alam memiliki
material penyusunnya. kuat tarik yang rendah yaitu sekitar 1,5 MPa
(Santulli et al., 2014).
Salah satu contoh paling mudah dari
material komposit adalah beton cor yang Penelitian terhadap penggunaan
merupakan campuran dari pasir, batu koral, berbagai jenis bahan pengisi karet sudah
semen, besi, dan air. Masing-masing banyak dilakukan. Penelitian yang
material penyusun dari beton cor memiliki dilakukan oleh Santulli et al. (2014)
sifat yang berbeda, namun ketika terhadap variasi massa kitin sebagai pengisi
dicampurkan dengan perbandingan serta karet alam menunjukkan bahwa komposisi
teknik tertentu ternyata menghasilkan 15% kitin memberi kuat tarik terbesar
beton yang sangat kuat, keras, dan tahan terhadap komposit dibandingkan dengan
terhadap berbagai cuaca. Di dalam tubuh komposit dengan komposisi 0%, 5%, dan
kita juga terdapat material komposit, yaitu 10% kitin. Hasil SEM pada penelitian
tulang. Tulang yang menjadi kerangka dari tersebut menunjukkan bahwa semakin
tubuh kita terbuat dari dua bahan yang banyak jumlah kitin, maka permukaan
sangat berbeda secara sifat yaitu bahan yang komposit akan menunjukkan fenomena de-
keras tetapi rapuh yang disebut adhesi antara karet alam dan kitin. Bukit
hydroxyapatite (terutama kalsium fosfat) dan Frida (2013) juga melakukan variasi
dan bahan yang lembut dan fleksibel yang komposisi zeolit sebagai bahan pengisi
disebut kolagen (protein). Bahan kolagen dalam komposit karet alam/polipropilena.
ketika bergabung dengan hydroxyapatite Hasil yang diperoleh adalah zeolit dengan
menjadikan tulang memiliki sifat-sifat yang massa 2% memiliki kuat tarik dan
diperlukan untuk mendukung tubuh. perpanjangan putus yang lebih tinggi
dibandingkan dengan zeolit dengan massa
Material komposit tersusun atas dua 4% dan 6%.
tipe material penyusun yakni matriks dan
fiber (reinforcement). Keduanya memiliki Selama ini, bahan pengisi untuk
fungsi yang berbeda, fiber berfungsi sebagai kompon karet alam yang biasa digunakan
material rangka yang menyusun komposit, adalah carbon black dan silika. Namun,
sedangkan matriks berfungsi untuk bahan ini memiliki kelemahan, yaitu dari
merekatkan fiber dan menjaganya agar tidak segi harga dan ketersediaan. Bahan-bahan
berubah posisi. Campuran keduanya akan ini berasal dari sumber yang tidak dapat

174
Sintesis dan Karakterisasi Komposit Karet Alam/Selulosa dengan Variasi Jenis Selulosa

diperbaharui dengan harga relatif mahal. BAHAN DAN METODE


Selain itu, silika juga memiliki kelemahan
yaitu menghasilkan abu dalam jumlah Kegiatan penelitian ini dilaksanakan
banyak saat ban bekas dibuang dengan cara dari bulan Februari sampai Juli 2018.
dibakar. Penggunaan selulosa sebagai Pengolahan serbuk selulosa dari Tandan
bahan pengisi dapat mengatasi masalah- Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dan selulosa
masalah tersebut sebab selulosa merupakan onggok dari limbah pati singkong dilakukan
polimer alam yang cukup melimpah, mudah di Laboratorium Teknik Kimia, Institut
diperoleh, dapat diperbaharui dan mudah Teknologi Indonesia, Tangerang. Pembuatan
dibuang. Setiawati et al. (2015) telah komposit dan vulkanisat serta pengujiannya
mencoba membuat komposit karet dilakukan di Pabrik Percobaan dan
alam/selulosa dari Tandan Kosong Kelapa Laboratorium Penguji, Pusat Penelitian
Sawit (TKKS) dengan variasi massa selulosa Karet, Bogor.
(0, 5, 10, dan 15 bsk). Hasilnya
menunjukkan bahwa karet alam/selulosa Bahan yang digunakan dalam
dengan jumlah selulosa 15 bsk memiliki penelitian ini meliputi karet SIR 20 yang
nilai tegangan dan modulus Young tertinggi diperoleh dari supplier lokal, serbuk kasar
masing-masing sebesar 15,2×107 N/m² dan selulosa dari serat tandan kosong kelapa
1,504×107 N/m². Penelitian mengenai sawit (BM = 226.697,4 g/mol), selulosa
bahan pengisi selulosa dari jenis yang lain onggok dari limbah pati singkong (BM ≈
selain tandan kosong kelapa sawit perlu 243.000 g/mol), CMC dari supplier lokal
dilakukan mengingat jenis selulosa yang (BM=264,204 g/mol), serta bahan kimia
tersedia baik alami maupun sintetik sangat komponding karet kualitas teknis dari
beragam dan memiliki karakteristik yang supplier lokal. Adapun bahan kimia
berbeda-beda. komponding karet meliputi: sulfur, asam
stearat, seng oksida, bahan penyambung
Tujuan dari penelitian ini adalah hexamine (hexamethylenetetramine)
mempelajari sifat dan karakteristik /resorcinol (1,3-isomer dari benzenediol)
komposit karet alam/selulosa dari berbagai dan anhidrida maleat, bahan pencepat CBS
jenis selulosa. Melalui penelitian ini (cyclohexyl benzothiazole sulfenamide),
diharapkan diperoleh komposit karet antioksidan TMQ (trimethyl
alam/selulosa dengan kekuatan sobek yang dihydroquinoline), serta bahan pelunak
cukup baik sehingga dapat dikembangkan gliserol. Gambar untuk serbuk selulosa,
untuk bahan baku pembuatan produk yang selulosa onggok, dan CMC disajikan dalam
membutuhkan kekuatan sobek cukup tinggi Gambar 1.
seperti ban dalam sepeda motor dan sarung
tangan.

a b c

Gambar 1. Penampakan visual bahan selulosa yang digunakan (a) serbuk selulosa, (b)
selulosa onggok, dan (c) CMC
Figure 1.  Visual appearance of cellulose material used (a) cellulose powder, (b) cellulose
onggok, and (c) CMC

175
Handayani, Cifriadi, Handayani, Chalid, Herlina, dan Savetlana

Peralatan penelitian meliputi peralatan perpanjangan putus, kuat sobek, pampatan


untuk preparasi kompon berupa gilingan tetap, dan ketahanan pantul.
terbuka (open mill), Rheometer MDR 2000
untuk pengujian karakteristik pematangan, Pembuatan Komposit Karet Alam
Tensometer untuk pengujian kuat tarik dan /Selulosa
perpanjangan putus, Durometer Shore-A
untuk pengujian kekerasan, alat uji Karet alam dan selulosa digiling
kekuatan sobek, serta alat uji pampatan dengan bahan-bahan lain di dalam open mill
tetap. sesuai dengan resep kompon. Penambahan
bahan-bahan kimia menggunakan satuan
Dalam penelitian ini digunakan tiga bsk (bagian per seratus karet), ini digunakan
jenis selulosa yaitu serbuk selulosa dan untuk perhitungan rumus dimana bahan
selulosa onggok yang merupakan selulosa kimia lainnya dihitung sebagai bagian per
alam serta CMC yang merupakan selulosa 100 berat polimer karet. Resep kompon
sintetik. Serbuk selulosa diperoleh dari dengan variasi 3 jenis selulosa dan 2 jenis
tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang bahan penyambung dapat dilihat pada Tabel
digiling dan dihaluskan dengan crusher. 1. Sebagai kontrol, dibuat komposit karet
Sedangkan selulosa onggok diperoleh dari alam/selulosa yang tidak menggunakan
limbah perasan pati singkong yang bahan penyambung. Kompon-kompon
dikeringkan. Adapun CMC banyak dijual di tersebut kemudian diamati karakteristik
pasaran. Selain itu dalam penelitian ini pematangannya dan diuji beberapa
digunakan dua jenis bahan penyambung parameter sifat fisika.
(coupling agent) yaitu hexamine/resorcinol
dan anhidrida maleat. Komposit karet alam Kesembilan kompon yang tertera
/selulosa dibuat dengan mencampurkan pada Tabel 1 kemudian divulkanisasi hingga
karet alam, selulosa, dan beberapa bahan membentuk vulkanisat di dalam mesin press
kimia yang lain di dalam mesin giling vulkanisasi pada suhu 1500C selama waktu
terbuka kemudian dibuat vulkanisat dan tertentu sesuai dengan hasil Rheometernya
diuji beberapa parameter sifat fisika, yang diukur menggunakan alat Rheometer
diantaranya kekerasan, kuat tarik, MDR 2000.

Tabel 1. Susunan formula komposit karet alam/selulosa dengan variasi jenis


selulosa dan bahan penyambung
Table 1. Receipt of natural rubber/cellulose composite with varied kinds of cellulose
and coupling agents

Jumlah ( bagian per seratus karet, bsk)


Bahan
Dosage (per hundred rubber , phr)
Materials
A B C D E F G H I
NR 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Serbuk selulosa 25 25 25
Selulosa onggok 25 25 25
CMC 25 25 25
Hexamin 3 3 3
Resorcinol 3 3 3
Anhidrida maleat 3 3 3
ZnO 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Asam stearat 2 2 2 2 2 2 2 2 2
CBS 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4
TMQ 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
Gliserol 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Sulfur 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7

176
Sintesis dan Karakterisasi Komposit Karet Alam/Selulosa dengan Variasi Jenis Selulosa

Karakterisasi vulkanisat Komposit C dan F menggunakan selulosa


yang berbeda tetapi bahan penyambungnya
Vulkanisat yang terbentuk kemudian sama yaitu anhidrida maleat. Data tersebut
diuji beberapa parameter sifat fisik dan menunjukkan bahwa anhidrida maleat
mekanik yang berpengaruh diantaranya kurang kompatibel untuk digunakan
kekerasan, kuat tarik, perpanjangan putus, sebagai bahan penyambung (coupling agent)
kuat sobek, rebound resilience, dan pada komposit karet alam/selulosa
pampatan tetap. terutama untuk jenis selulosa dari alam
seperti serbuk selulosa dan selulosa onggok.
Pengujian kuat tarik dan Sedangkan untuk selulosa sintetik seperti
perpanjangan putus dilakukan berdasarkan CMC, anhidrida maleat dapat kompatibel
metode ASTM D 412 – 98a (ra 2002), digunakan sebagai bahan penyambung
pengujian kekerasan dilakukan (coupling agent) namun data Rheometer ini
berdasarkan metode ASTM D 2240, harus didukung dengan data sifat fisika dari
pengujian kekuatan sobek dilakukan vulkanisat yang dihasilkannya. Data sifat
berdasarkan metode ASTM D 624-00 (2012), fisika vulkanisat disajikan pada Tabel 3.
pengujian rebound resilience dilakukan
berdasarkan metode ISO 4662:2018, dan Secara visual, homogenitas komposit
pengujian pampatan tetap dilakukan dapat dilihat dari permukaan kompon
berdasarkan metode ISO 815:2008. setelah digiling di dalam mesin giling
terbuka (two-roll open mill) seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2
HASIL DAN PEMBAHASAN menyajikan hasil giling untuk komposit dari
selulosa serbuk menggunakan bahan
Karakteristik Pematangan Komposit penyambung hexamine/resorcinol (a) dan
Karet Alam/Selulosa dengan Variasi Jenis anhidrida maleat (b). Dari gambar dapat
Selulosa dan Bahan Penyambung dilihat bahwa hasil gilingan (a) secara visual
relatif lebih homogen dan permukaannya
Tabel 2 menyajikan data karakteristik lebih halus dibandingkan dengan (b). Hasil
pematangan komposit karet alam/selulosa yang sama juga diberikan untuk komposit
dengan variasi jenis selulosa dan bahan karet alam/selulosa yang menggunakan
penyambung menggunakan alat Rheometer selulosa onggok dan CMC. Hasil gilingan
MDR 2000. Dari tabel terlihat komposit C komposit yang menggunakan anhidrida
dan F tidak dapat ditentukan karakteristik maleat sebagai bahan penyambung relatif
pematangannya sehingga komposit tersebut kasar dan kurang homogen dibandingkan
tidak dapat dibentuk menjadi vulkanisat dengan yang menggunakan
dan diuji sifat fisikanya. Sedangkan hexamine/resorcinol sebagai bahan
komposit H dan I tidak dapat ditentukan penyambung.
waktu scorchnya (ts2) karena terlalu pendek.

Tabel 2. Karakteristik pematangan komposit dengan variasi selulosa dan bahan


penyambung
Table 2. Characteristic for vulcanization of composite with varied of cellulose and
coupling agents

Rheometer Kompon
A B C D E F G H I
Compound Rheometer
Smax -Smin 2,08 2,12 NA 2,02 2,19 NA 2,17 1,98 1,12
Smax 2,27 2,37 NA 2,13 2,34 NA 2,26 2,14 1,31
Smin 0,19 0,25 NA 0,11 0,15 NA 0,09 0,16 0,19
T90 5,22 7,08 NA 10,53 7,36 NA 11,58 8,1 19,58
TS 2 6,09 8,27 NA 15,27 7,59 NA 12,31 NA NA

177
Handayani, Cifriadi, Handayani, Chalid, Herlina, dan Savetlana

a b

Gambar 2.  Hasil giling komposit karet alam/selulosa dari jenis selulosa serbuk dengan
bahan penyambung (a) hexamine/resorcinol dan (b) anhidrida maleat
Figure 2.  Result of natural rubber/cellulose composite mixing from cellulose powder with
coupling agent (a) hexamine/resorcinol and (b) maleic anhydride

Karakteristik Sifat Fisik Komposit Karet Pengaruh terhadap kekerasan (hardness)


Alam/Selulosa Dengan Variasi Jenis
Selulosa Pengaruh selulosa terhadap tingkat
kekerasan pada komposit karet
Penambahan selulosa sebagai bahan alam/selulosa dapat dilihat pada Tabel 3.
pengisi untuk komposit karet alam/selulosa Penambahan selulosa sebagai bahan pengisi
berpengaruh terhadap sifat fisik dan cenderung meningkatkan kekerasan
mekanik dari kompositnya. Hasil pengujian sebesar 5-7 satuan Shore A (kekerasan awal
sifat fisik untuk kesembilan vulkanisat karet alam 40 Shore A). Kenaikan tingkat
dapat dilihat pada Tabel 3. kekerasan dapat disebabkan karena
penambahan selulosa menjadikan komposit

Tabel 3.  Sifat fisika komposit karet alam/selulosa dengan variasi jenis selulosa dan
bahan penyambung
Table 3. Physical properties of natural rubber/cellulose composite with varied kinds of
cellulose and coupling agent

Vulkanisat
Sifat Fisika Vulcanized
Physical Properties
A B D E G H I

Kekerasan (Shore A) 47 55 45 53 40 45 31
Kuat tarik (MPa) 6,5 7,5 6,9 8 10,1 11,2 3,3
Perpanjangan putus (%) 720 570 670 520 700 600 780
Kuat sobek (MPa) 20,7 24 21,2 30,1 20,4 25,4 13,5
Pampatan tetap, % suhu 27±2 °C 16,95 14,38 17,36 18,07 14,13 13,69 35,24
Pampatan tetap, % suhu -5±2 °C 6,36 7,33 7,82 5,45 7 4,38 16,3
Ketahanan pantul (%) 65 69,5 67 71,5 64,5 68,5 61
Keterangan:
Komposit C dan F tidak diperoleh data karena komposit tersebut tidak dapat dicetak sehingga tidak dapat
dilakukan pengujian sifat fisik kompositnya

178
Sintesis dan Karakterisasi Komposit Karet Alam/Selulosa dengan Variasi Jenis Selulosa

lebih berisi dimana selulosa mengisi bagian- Hasil terbalik ditunjukkan oleh
bagian kosong dari struktur komposit komposit I yang menggunakan CMC dan
akibatnya komposit menjadi lebih keras. bahan penyambung anhidrida maleat, kuat
Semakin banyak selulosa yang tariknya justru menurun cukup tajam
ditambahkan, kompon semakin rapat dan sekitar 7 MPa. Hal ini dapat disebabkan
padat sehingga kompon semakin keras karena anhidrida maleat merupakan bahan
(Handayani et al., 2018). Penambahan penyambung yang kurang baik untuk
bahan penyambung hexamine/resorcinol komposit karet alam/selulosa sehingga
kembali meningkatkan kekerasan komposit penambahan bahan tersebut justru
karet alam/selulosa sebanyak 5-8 satuan melemahkan interaksi karet alam-selulosa
Shore A. Hal ini dapat disebabkan karena sehingga elastisitas komposit karet
bahan penyambung meningkatkan interaksi alam/selulosa menurun.
intramolekuler antara karet alam-selulosa
sehingga struktur komposit menjadi lebih Pengaruh terhadap perpanjangan putus
rapat dan padat akibatnya kekerasan (elongation at break)
komposit meningkat.
Pengaruh selulosa terhadap
Hasil terbalik ditunjukkan oleh perpanjangan putus pada komposit karet
komposit I yang menggunakan CMC dan alam/selulosa dapat dilihat pada Tabel 3.
bahan penyambung anhidrida maleat, Komposit dengan menggunakan serbuk
kekerasannya justru menurun cukup tajam selulosa memberikan hasil perpanjangan
sekitar 9 satuan Shore A. Diduga putus yang lebih baik dibandingkan selulosa
penambahan anhidrida maleat ke dalam lainnya. Penggunaan bahan penyambung
komposit karet alam/CMC tidak berperan hexamine/resorcinol cenderung
sebagai bahan penyambung tetapi anhidrida menurunkan perpanjangan putus 100-
maleat berperan seperti bahan pelunak 150% pada semua jenis selulosa. Penurunan
untuk melunakkan karet alam akibatnya perpanjangan putus dapat disebabkan
kekerasan komposit karet alam/CMC karena peran bahan penyambung untuk
menurun. Hal ini juga yang menyebabkan meningkatkan interaksi karet-selulosa
karet alam dan selulosa tidak dapat berakibat pada menurunnya interaksi
bercampur dengan baik meskipun sudah intermolekular karet alam sehingga
menggunakan anhidrida maleat yang elastisitas karet alam menurun akibatnya
biasanya digunakan sebagai coupling agent komposit menjadi lebih mudah putus
(bahan penyambung). dibandingkan komposit yang tidak
menggunakan bahan penyambung.
Pengaruh terhadap kuat tarik (tensile
strength) Hal sebaliknya terjadi pada komposit I
yang menggunakan CMC dan bahan
Pengaruh selulosa terhadap kuat tarik penyambung anhidrida maleat justru
pada komposit karet alam/selulosa dapat perpanjangan putusnya meningkat. Dalam
dilihat pada Tabel 3. Komposit dengan hal ini anhidrida maleat merupakan bahan
menggunakan CMC memberikan hasil kuat penyambung yang kurang baik untuk
tarik yang lebih baik (mencapai lebih dari 10 komposit karet alam/selulosa sehingga
MPa) dibandingkan selulosa lainnya. tidak dapat meningkatkan interaksi antara
Penggunaan bahan penyambung karet alam dengan selulosa. Akan tetapi
hexamine/resorcinol cenderung anhidrida maleat lebih kompatibel dengan
meningkatkan kuat tarik 1-2 MPa pada selulosa sehingga penambahan anhidrida
semua jenis selulosa. Kenaikan kuat tarik maleat justru meningkatkan interaksi
dapat disebabkan penambahan selulosa intermolekular karet alam, akibatnya
memperkuat interaksi karet-selulosa, elastisitas karet alam meningkat sehingga
sehingga meningkatkan elastisitas komposit komposit menjadi lebih kuat dan lebih sulit
karet alam/selulosa (Handayani dkk., 2018). putus.

179
Handayani, Cifriadi, Handayani, Chalid, Herlina, dan Savetlana

Pengaruh terhadap kuat sobek (tear digunakan. Hal ini berkaitan dengan
strength) interaksi intermolekuler (selulosa-selulosa)
dari masing-masing selulosa. Semakin kuat
Pengaruh selulosa terhadap kuat interaksi selulosa-selulosa dari selulosa
sobek pada komposit karet alam/selulosa yang digunakan menyebabkan interaksi
dapat dilihat pada Tabel 3. Komposit dengan karet-selulosa semakin berkurang (Ulfah et
menggunakan selulosa onggok memberikan al., 2015; Ma et al., 2013). Perbedaan nilai
hasil kuat sobek yang lebih baik pampatan tetap yang drastis terlihat pada
dibandingkan selulosa lainnya. Semakin komposit I yang menggunakan CMC dan
besar nilai kuat sobek menunjukkan bahwa bahan penyambung anhidrida maleat. Nilai
komposit semakin kuat. Semakin rendah pampatan tetap komposit I jauh lebih tinggi
nilai kuat sobek berarti kekuatan komposit dibandingkan komposit lainnya. Hal ini
semakin menurun. Penggunaan bahan menunjukkan bahwa interaksi
penyambung hexamine/ resorcinol intermolekuler CMC lebih kuat
cenderung meningkatkan kekuatan sobek 3- dibandingkan interaksi karet alam-CMC
9 MPa pada semua jenis selulosa. Kenaikan sehingga ketika komposit dipampatkan
kekuatan sobek dapat disebabkan karena dengan tekanan dari suatu beban pada suhu
penambahan bahan penyambung dan waktu tertentu terjadi perubahan yang
memperkuat interaksi karet-selulosa, cukup besar terhadap elastisitasnya.
sehingga meningkatkan kekuatan komposit
karet alam/selulosa. Pengaruh terhadap ketahanan pantul
(rebound resilience)
Hasil terbalik ditunjukkan oleh
komposit I yang menggunakan CMC dan Pengaruh selulosa terhadap
bahan penyambung anhidrida maleat, kuat ketahanan pantul pada komposit karet
sobeknya justru menurun cukup tajam alam/selulosa dapat dilihat pada Tabel 3.
sekitar 7 MPa. Hal ini dapat disebabkan Komposit dengan menggunakan CMC
karena anhidrida maleat merupakan bahan memberikan hasil ketahanan pantul yang
penyambung yang kurang baik untuk lebih baik dibandingkan selulosa lainnya.
komposit karet alam/selulosa sehingga Semakin besar nilai ketahanan pantul
penambahan bahan tersebut justru menunjukkan bahwa ketahanan komposit
melemahkan interaksi karet alam-selulosa terhadap benturan semakin rendah.
sehingga kekuatan komposit karet alam/ Semakin rendah nilai ketahanan pantul
selulosa menurun. menunjukkan bahwa komposit semakin
tahan terhadap benturan. Penggunaan
Pengaruh terhadap pampatan tetap h exa min e/ resorcin ol seb agai b ah an
(compression set) penyambung meningkatkan nilai ketahanan
pantul komposit karet alam/selulosa
Pengaruh selulosa terhadap pampatan sebanyak 4-5%. Sedangkan anhidrida
tetap pada komposit karet alam/selulosa maleat justru menurunkan nilai ketahanan
dapat dilihat pada Tabel 3. Pampatan tetap pantul komposit karet alam/selulosa. Hal ini
diuji pada 2 suhu, yaitu suhu 27±2 °C dan - dapat disebabkan karena penambahan
5±2 °C selama 72 jam. Komposit dengan anhidrida maleat meningkatkan interaksi
menggunakan CMC memberikan hasil intermolekuler karet alam sehingga
pampatan tetap yang lebih baik elastisitas komposit lebih baik dibandingkan
dibandingkan selulosa lainnya. Semakin dengan komposit lainnya.
besar nilai pampatan tetap menunjukkan
bahwa setelah dipampatkan elastisitas karet
semakin berkurang (Handayani, KESIMPULAN
Faturrohman, & Kuncoro, 2011). Semakin
rendah nilai pampatan tetap berarti  Berdasarkan hasil penelitian yang
ketahanan elastisitas karet semakin baik. dilakukan, dapat disimpulkan bahwa jenis
selulosa dan bahan penyambung
Penggunaan bahan penyambung berpengaruh terhadap sifat fisika komposit
hexamine/resorcinol memberikan pengaruh karet alam/selulosa. CMC memberikan hasil
yang berbeda tergantung dari selulosa yang s ifat fisik y a n g r e latif le b ih b aik

180
Sintesis dan Karakterisasi Komposit Karet Alam/Selulosa dengan Variasi Jenis Selulosa

dibandingkan dengan dua jenis selulosa Handayani, A.S., Chalid, M., Budianto, E., &
lainnya terutama dalam hal kuat tarik, Priadi, D. (2017). Grafting of
pampatan tetap, dan ketahanan pantul amylopectin with various alkyl
komposit yang dihasilkannya. Sementara itu methacrylate by atom transfer radical
hexamine/resorcinol lebih kompatibel polymerization for engineering
digunakan sebagai bahan penyambung application. Macromolecular Symposia,
dibandingkan anhidrida maleat. 371(1), 58-60. Doi : 10.1002/masy.
201600038.

UCAPAN TERIMA KASIH Handayani, H., Fathurrohman, M.I., &


Kuncoro, I. (2011). Karakteristik sifat
Ucapan terima kasih disampaikan fisik dan ketahanan terhadap minyak
kepada Kemenristekdikti atas bantuan dana dari karet alam epoksi. Jurnal
penelitian melalui program Penelitian Penelitian Karet, 29(1), 49-62. Doi :
Strategis Nasional Konsorsium Tahun 10.22302/ppk.jpk.v29i1.111.
Anggaran 2018 dengan nomor kontrak: 34/
KP/LPKT-ITI/III/2018. Terima kasih dan Handayani, H., Fathurrohman, M.I.,
penghargaan turut disampaikan kepada Prastanto, H., Ramadhan, A., &
Institut Teknologi Nasional selaku penerima Kinasih, N.A. (2018). Sifat mekanik
hibah, serta Universitas Indonesia dan rubber seal katup tabung gas LPG pada
Universitas Lampung selaku mitra variasi ukuran dan dosis silika. Jurnal
konsorsium. Penelitian Karet, 36(1), 77-88. Doi :
10.22302/ppk.jpk.v36i1.435.

DAFTAR PUSTAKA Ma, J.H., Zhao, S.H., Zhang, L.Q., & Wu, Y.P.
(2013). Comparison of structure and
Bukit, N., & Frida, E. (2013). The Effect properties of two styrene–butadiene
zeolite addition in natural rubber rubbers filled with carbon black,
polypropylene composite on carbon–silica dual-phase filler, and
mechanical, structure, and thermal silica. Rubber Chemistry and
characteristics. Makara Journal of T e c h n o l o g y ,
Technology, 17(3), 113-120. Doi : 86 (4), 664-678. Doi : 10.5254/rct.13.
10.7454/mst.v17i3.2926 87956.

Chalid, M., Handayani, A.S., & Budianto, E. Ulfah, I.M., Fidyaningsih, R., Rahayu, S.,
(2014). Functionalization of starch for Fitriani, D.A., Saputra, D.A., Winarto,
macro-initiator of atomic transfer D.A., & Wisojodharmo, L.A. (2015).
radical polymerization (ATRP). Influence of carbon black and silica
Advanced Materials Research, 1051, filler on the rheological and mechanical
90-94. Doi: 10.4028/www.scientific. properties of natural rubber
net/AMR.1051.90. compound. Procedia Chemistry, 16,
258-264. Doi : 10.1016/j.proche.2015.
Chalid, M., Yuanita, E., & Pratama, J. (2015). 12.053.
Study of alkalization to the crystallinity
and the thermal behavior of arenga
pinnata “ijuk” fibers-based polylactic
acid (PLA) biocomposite. Materials
Science Forum, 827, 326-331. Doi :
10.4028/www.scientific.net/MSF.827
.326.

181
Handayani, Cifriadi, Handayani, Chalid, Herlina, dan Savetlana

Santulli, C., Puglia, D., Rallini, M., Visakh, Setiawati, S., Sitorus, B., & Malino, M.B.
P.M., Kenny, J.M., & Thomas, S. (2015). Sintesis dan karakterisasi
(2014). Natural rubber composites komposit karet alam-selulosa dari
filled with a low volume of crab chitin tandan kosong kelapa sawit dengan va
whiskers: mechanical and thermal
characterization. Malaysian Polymer
Journal, 9(1), 18-23.

182

Anda mungkin juga menyukai