Anda di halaman 1dari 14

PERCOBAAN 3

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA II

ANGKA ANGKUT

Dosen Pengampu Matakuliah

Dr. Nazriati, M.Si

Drs. Ida Bagus Suryadharma, M.Si

Oleh :

Kelompok 9 Off H 2017

Khalizah Septiana Devi (170332614578)**

Tegar Pamuji Himawan (170332614590)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

OKTOBER 2019
ANGKA ANGKUT

A. TUJUAN

Setelah melakukan percobaan, mahasiswa diharapkan mampu menentukan angka


angkut kation dan anion dengan cara Hittorf.

B. DASAR TEORI
Bagian arus yang diangkut oleh kation yang bergerak ke katoda dan oleh anion
yang bergerak ke anoda disebut angka angkut. Banyaknya bagian arus yang diangkut
oleh kation dan anion pun tidak sama. Ion yang bergerak lebih cepat akan
mengangkut jumlah listrik yang lebih banyak melalui larutan dalam satuan waktu
tertentu atau ion tersebut mengangkut bagian arus yang lebih banyak.

Untuk suatu elektrolit, jika ua dan uc masing-masing adalah mobilitas anion


dan kation, maka angka angkut kation dan anion dirumuskan:

nc = uc / ( uc + ua ) dan na = ua / ( uc + ua )

nc = angka angkut kation

na = angka angkut anion

uc = mobilitas kation

ua = mobilitas anion

Dengan demikian, diperoleh persamaan:

nc + na = 1

Ada beberapa cara untuk menentukan angka angkut anion dan angka angkut
kation, antara lain dengan cara batas gerak dan cara Hittorf. Pada percobaan berikut
akan dilakukan penentuan angka angkut Hittorf. Pada cara Hittorf digunakan sel
elektrolisis yang dibagi menjadi tiga bagian dengan menggunakan penyekat berpori.
Tiga bagian tersebut adalah ruang anoda, ruang katoda, dan ruang penghubung.
Metode Hittorf didasarkan pada perubahan konsentrasi elektrolit di sekitar elektroda-
elektroda yang disebabkan oleh aliran listrik melalui elektrolit. Pada proses
elektrolisis, jumlah ekivalen kation yang terbentuk di anoda sama dengan jumlah
ekuivalen atom yang terbentuk di katoda, tetapi konsentrasi kation di sekitar elektroda
tidaklah tepat sama.

Sebagai contoh, elektrolisis CuSO4, jika x ekivalen ion Cu2+ dilepaskan di


anoda, akan terjadi peningkatan jumlah ion Cu2+ x ekivalen di sekitar anoda, bila tidak
terjadi migrasi ion Cu2+ ke katoda. Karena migrasi Cu2+ dalam ruang anoda, maka
hanya terjadi peningkatan jumlah ion Cu2+ sebesar z ekivalen yang lebih kecil dari x.
Besarnya x dapat diketahui dengan cara menimbang berat anoda sebelum dan setelah
elektrolisis atau menentukan jumlah muatan listrik yang digunakan dalam elektrolisis,
sedangkan besarnya z dapat diketahui dengan cara titrasi larutan di sekitar anoda
sebelum dan sesudah elektrolisis. Besarnya angka angkut ion Cu2+ dihitung dengan
menggunakan rumus:

nc = ( x - z) / x

z = peningkatan jumlah ekivalen ion Cu2+ di ruang anoda

x = ekivalen dari Cu yang berasal dari oksidasi anoda

nc = angka angkut kation

Gambar 1. Rangkaian alat elektrolisis untuk menentukan angka angkut cara Hittorf.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat:
1. Sumber arus DC
2. Stopwatch
3. Buret
4. Corong
5. Pipet takar 5 mL
6. Erlenmeyer 100 mL
7. Wadah elektrolisis

Bahan:

1. Elektroda Cu

2. Larutan CuSO4 0,1 M


3. Larutan Na2S2O3 0,1 M

4. Larutan KI 0,1 M (baru)

5. Indikator amilum (baru)

D. PROSEDUR PERCOBAAN

Elektroda Cu

 Dibersihkan dengan kertas gosok.


 Dicuci dengan air.
 Dicuci dengan alkohol.
 Ditimbang elektroda yang akan dipakai sebagai anoda.
 Diisi wadah dengan larutan CuSO4 0,1 M untuk elektrolisis
 Ditentukan volume larutan dalam ruang anoda dengan cara mengukur tinggi,
panjang, dan lebar larutan dalam ruang anoda.
 Dialirkan listrik selama 30 menit dan dicatat kuat arus tiap 1 menit.
 Diambil 5 mL larutan di sekitar anoda dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
 Ditambahkan 15 mL larutan KI 0,1 M.
 Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 M hingga warna coklat hampir hilang.
 Ditambahkan beberapa tetes indikator amilum.
 Dititrasi kembali hingga warna biru hilang.
 Dibersihkan anoda dengan air.
 Dibersihkan anoda dengan alkohol.
 Ditimbang anoda bila sudah kering.

Hasil

E. DATA PENGAMATAN
No Data Pengamatan Hasil Pengamatan
1. Berat anoda awal 9,0676 gram
2. Berat anoda akhir 9,0666 gram
3. Volume CuSO4 sebelum 5 mL
elektrolisis
4. Volume Na2S2O3 0,1 M 1,7 mL
5. Volume CuSO4 setelah 5 mL
elektrolisis
6. Volume Na2S2O3 0,1 M 1,8667 mL
7. Tinggi larutan ruang anoda 2,8 cm
8. Panjang larutan ruang anoda 4,3 cm
9. Lebar larutan ruang anoda 3 cm
10. Kuat arus rata-rata 2 mA
11. Lama elektrolisis 30 menit (1800 s)

F. ANALISA DATA

1. Menghitung nilai x

a) Cara pertama

Berat anoda = berat anoda awal ― berat anoda akhir

= 9,0676 gram ― 9,0666 gram

= 0,001 g

0,001 g
mol Cu yang teroksidasi =
63,55 g/mol

= 1,57 × 10–5 mol

x = mol × ekv

= 1,57 × 10–5 mol × 2 ekv

= 3,15 × 10–5 mol ekv

b) Cara kedua

Q =I×t

= 2 mA × 1800 detik

= 0,002 A × 1800 detik

= 3,6 C
x = F

Q
F=
C
96500 F

3,6 C
F=
C
96500 F

F = 3,7 × 10−5 mol ekv

2. a) Perhitungan konsentrasi CuSO4 sebelum elektrolisis


I2 + 2e  2I―
2S2O32―  S4O62― + 2e
+
I2 + 2S2O32―  2I― + S4O62―

NI2 = NKI × ekivalen I2

NI2 = 0,1 N × 2

NI2 = 0,2 N

ekivalen Na2 S2 O3 = NI2 × VNa2 S2 O3

ekivalen Na2 S2 O3 = 0,2 N × 1,7 mL

ekivalen Na2 S2 O3 = 0,2 N × 1,7 × 10−3 L

ekivalen Na2 S2 O3 = 3,4 × 10−4 ekv

ekivalen CuSO4 = ekivalen Na2 S2 O3

ekivalen CuSO4 = 3,4 × 10−4 ekv

ekivalen CuSO4
NCuSO4 =
VCuSO4

3,4 × 10−4 ekv


NCuSO4 =
5 mL
3,4 × 10−4 ekv
NCuSO4 =
5 × 10−3 L
NCuSO4 = 0,068 N
b) Perhitungan konsentrasi CuSO4 setelah elektrolisis
I2 + 2e  2I―
2S2O32―  S4O62― + 2e
+
I2 + 2S2O32―  2I― + S4O62―

NI2 = NKI × ekivalen I2

NI2 = 0,1 N × 2

NI2 = 0,2 N

ekivalen Na2 S2 O3 = NI2 × VNa2 S2 O3

ekivalen Na2 S2 O3 = 0,2 N × 1,8667 mL

ekivalen Na2 S2 O3 = 0,2 N × 1,8667 × 10−3 L

ekivalen Na2 S2 O3 = 3,7 × 10−4 ekv

ekivalen CuSO4 = ekivalen Na2 S2 O3

ekivalen CuSO4 = 3,7 × 10−4 ekv

ekivalen CuSO4
NCuSO4 =
VCuSO4

3,7 × 10−4 ekv


NCuSO4 =
5 mL
3,7 × 10−4 ekv
NCuSO4 =
5 × 10−3 L
NCuSO4 = 0,074 N

c) Perhitungan volume larutan di ruang anoda


Volume larutan = panjang × lebar × tinggi
= 4,3 cm × 2,8 cm × 3 cm
= 36,12 cm3
= 3,61 × 10–2 L
d) Perhitungan peningkatan jumlah ekivalen ion Cu2+ di ruang anoda (z)

Konsentrasi CuSO4 = NCuSO4 setelah elektrolisis - NCuSO4 sebelum elektrolisis


= 7,4 × 10–2 N ― 6,8 × 10–2 N
= 0,006 N

z = selisih konsentrasi CuSO4 × volume larutan di ruang anoda


= 0,006 N × 3,61 × 10–2 L L
= 2,1 × 10–4 ekv

3. Menghitung angka angkut

a) Melalui hasil perhitungan x cara pertama

x−z
nc =
x
(3,15 × 10−5 ekv) − (2,1 × 10−4 ekv)
nc =
3,15 × 10−5 ekv

(3,15 × 10−5 ekv) − (21 × 10−5 ekv)


nc =
3,15 × 10−5 ekv

−17,85 × 10−5 ekv


nc =
3,15 × 10−5 ekv

nc = −5,667

na = 1 ― nc

na = 1 ― (−5,667)

na = 6,667

b) Melalui hasil perhitungan x cara kedua

x−z
nc =
x
(3,7 × 10−5 ekv) − (2,1 × 10−4 ekv)
nc =
3,7 × 10−5 ekv
(3,7 × 10−5 ekv) − (21 × 10−5 ekv)
nc =
3,7 × 10−5 ekv

−17,3 × 10−5 ekv


nc =
3,7 × 10−5 ekv

nc = −4,67

na = 1 ― nc

na = 1 ― (−4,67)

na = 5,67

G. PEMBAHASAN

Percobaan yang dilakukan kali ini berjudul “Angka Angkut” yang bertujuan
untuk menentukan angka angkut kation dan anion dengan cara Hittorf. Penentuan
angka angkut dengan cara Hittorf didasarkan pada perubahan konsentrasi elektrolit di
sekitar katoda maupun anoda. Elektroda yang digunakan dalam percobaan yaitu
elektroda tembaga, sedangkan larutan elektrolit yang digunakan yaitu larutan CuSO4.
Sepasang elektroda Cu yang dijadikan katoda dan anoda dibersihkan terlebih dahulu
dengan kertas gosok, agar zat-zat kontaminan tidak mempengaruhi penimbangan dan
proses elektrolisis. Selanjutnya, sepasang elektroda Cu tersebut dicuci dengan
aquades, kemudian dicuci dengan alkohol. Elektroda yang akan dijadikan sebagai
anoda ditimbang terlebih dahulu. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui perbedaan
berat anoda sebelum dan setelah elektrolisis dilakukan, sehingga dapat diketahui
reaksi yang terjadi pada anoda. Berdasarkan hasil pengamatan, berat anoda sebelum
elektrolisis sebesar 9,0676 gram.
Selanjutnya wadah elektrolisis diisi dengan larutan CuSO4 0,01 M. Sebelum
dilakukan elektrolisis, diambil 5 mL larutan CuSO4 untuk dititrasi. Ditambahkan KI
0,1 M sebanyak 15 mL kemudian dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 M hingga
larutan berwarna kuning pucat lalu ditambahkan indikator amilum. Dilanjutkan titrasi
hingga warna biru dari amilum hilang. Jumlah larutan Na2S2O3 yang dibutuhkan
untuk menitrasi 5 mL larutan CuSO4 sebelum elektrolisis yaitu sebanyak 1,7 mL.
Sehingga diperoleh konsentrasi larutan CuSO4 sebelum elektrolisis adalah 0,068 N.
Sepasang elektroda Cu yang sebelumnya telah dibersihkan, dimasukkan ke
dalam wadah elektrolisis yang berisi larutan CuSO4. Wadah elektrolisis pada ruang
anoda yang berisi larutan CuSO4 dihitung terlebih dahulu volumenya, dengan cara
mengukur tinggi, panjang, dan lebar dari wadah elektrolisis tersebut. Didapatkan
tinggi, panjang dan lebar berturut-turut 2,8 cm, 4,3 cm, dan 3 cm sehingga volume
larutan di ruang anoda yaitu sebesar 3,61 × 10–2 L. Logam Cu di ruang anoda dan
katoda dihubungkan dengan sumber arus DC dan dialiri listrik selama 30 menit.
Setiap satu menit dicatat kuat arusnya dan diperoleh kuat arus rata-rata yang
digunakan dalam proses elektrolisis sebesar 2 mA.
Elektroda Cu yang dijadikan sebagai anoda dicuci dengan air dan kemudian
dicuci dengan alkohol. Setelah kering, elektroda Cu ditimbang beratnya. Didapatkan
berat elektroda Cu setelah elektrolisis sebesar 9,0666 gram. Sehingga sejumlah 0,001
g anoda hilang selama proses elektrolisis. Elektroda Cu yang dijadikan anoda
beratnya berkurang karena elektroda Cu yang berada di anoda mengalami reaksi
oksidasi menjadi Cu2+, dengan persamaan reaksi sebagai berikut:

Cu(s)  Cu2+(aq) + 2e

Setelah itu, konsentrasi CuSO4 setelah elektrolisis ditentukan dengan cara


iodometri. Larutan yang berada di ruang anoda diambil sebanyak 15 mL dan
dimasukkan dalam tiga buah erlenmeyer untuk dititrasi triplet. Masing-masing
erlenmeyer dimasukkan 5 mL larutan CuSO4 dan ditambahkan 15 mL larutan KI 0,1
M. Persamaan reaksinya yaitu sebagai berikut.

2CuSO4(aq)+ 2KI(aq) → 2Cu(s) + I2(g) + 2K+(aq) + 2SO42–(aq)

Reduksi : 2e + Cu2+(aq)  Cu(s)

Oksidasi : 2I–(aq)  I2(g) + 2e

Reaksi sel : Cu2+(aq) + 2I–(aq)  Cu(s) + I2(g)


Kemudian dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 M hingga larutan berwarna
kuning pucat. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi redoks, dengan persamaan reaksi
sebagai berikut.

I2(aq) + 2Na2S2O3(aq)  2I–(aq)+ S4O62–(aq) + 4Na+ (aq)

Reduksi : 2e + I2(g)  2I–(aq)

Oksidasi : 2S2O32–(aq)  S4O62–(aq) + 2e

Reaksi sel : I2(g) + 2S2O32–(aq)  2I–(aq) + S4O62–(aq)

Selanjutnya ditambahkan indikator amilum. Dilanjutkan titrasi hingga warna


biru dari amilum hilang. Rata-rata volume larutan Na2S2O3 yang dibutuhkan untuk
menitrasi 5 mL larutan CuSO4 setelah elektrolisis yaitu sebanyak 1,8667 mL.
Sehingga diperoleh konsentrasi larutan CuSO4 setelah elektrolisis adalah 0,074 N.
Konsentrasi larutan CuSO4 yang ada di ruang anoda mengalami kenaikan setelah
proses elektrolisis dilakukan. Hal tersebut dikarenakan Cu teroksidasi menjadi ion
Cu2+, sehingga kadar ion Cu2+ dalam larutan menjadi bertambah. Dengan demikian,
konsentrasi larutan CuSO4 yang ada di ruang anoda pun menjadi bertambah.

Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan nilai x dari hasil perhitungan selisih


berat anoda sebesar 3,15 × 10–5 ekv dan 3,7 × 10−5 ekv dari hasil perhitungan
menggunakan harga kuat arus yang digunakan, sedangkan nilai z sebesar 2,1 × 10–4
ekv. Dengan demikian, ketika x = 3,15 × 10–5 ekv, diperoleh angka angkut kation
sebesar−5,667 dan angka angkut anion sebesar 6,667. Sedangkan ketika x = 3,7 ×
10−5 ekv, diperoleh angka angkut kation sebesar −4,67 dan angka angkut anion
sebesar 5,67. Angka angkut kation bernilai negatif yang diperoleh dari kedua hasil
tersebut kemungkinan disebabkan penyimpangan terhadap nilai angka angkut tersebut
juga dapat disebabkan oleh kesalahan pada saat titrasi, sehingga volume yang didapat
kurang tepat.
H. KESIMPULAN

1. Berat logam Cu yang dijadikan anoda mengalami pengurangan karena elektroda Cu


yang berada di anoda mengalami reaksi oksidasi menjadi Cu2+

2. Konsentrasi CuSO4 setelah dielektrolisis mengalami peningkatan karena adanya


penambahan ion Cu2+ yang berasal dari oksidasi logam Cu.

3. Angka angkut kation dengan cara pertama diperoleh sebesar −5,667 dan cara
kedua diperoleh sebesar −4,67

4. Angka angkut anion dengan cara pertama diperoleh sebesar 6,667 dan cara kedua
diperoleh sebesar 5,67

I. DAFTAR PUSTAKA

Sumari, dkk. 2019. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II. Malang: Jurusan Kimia,
FMIPA UM
Hasanah, Miftahul, dkk. 2017. Angka Angkut. (Online),
(https://www.scribd.com/document/365786717/Angka-Angkut) diakses 6 Oktober
2019
Nihayah, Ulinl, dkk. 2016. Angka Angkut. (Online),
(https://www.scribd.com/document/333376997/Angka-Angkut) diakses 6 Oktober
2019
JAWABAN PERTANYAAN

1. Tuliskan reaksi elektrolisis larutan CuSO4 dengan elektroda Cu!


Jawab:
Reaksi di anoda : Cu(s)  Cu2+(aq) + 2e
Reaksi di katoda : Cu2+(aq) + 2e  Cu(s)
2. Tuliskan reaksi yang terjadi pada titrasi larutan CuSO4 pada percobaan ini!

Jawab:

2CuSO4(aq)+ 2KI(aq) → 2Cu(s) + I2(g) + 2K+(aq) + 2SO42–(aq)

Reduksi : 2e + Cu2+(aq)  Cu(s)

Oksidasi : 2I–(aq)  I2(g) + 2e


+
Reaksi sel : Cu2+(aq) + 2I–(aq)  Cu(s) + I2(g)

I2(aq) + 2Na2S2O3(aq)  2I–(aq)+ S4O62–(aq) + 4Na+ (aq)

Reduksi : 2e + I2(g)  2I–(aq)

Oksidasi : 2S2O32–(aq)  S4O62–(aq) + 2e


+
Reaksi sel : I2(g) + 2S2O32–(aq)  2I–(aq) + S4O62–(aq)
LAMPIRAN

Ditimbang berat anoda awal Dimasukkan larutan Diambil 5 mL CuSO4


CuSO4 dalam wadah sebelum elektrolisis
elektrolisis

Ditambahkan 15 mL larutan KI dan dititrasi Ditambahkan amilum Dihubungkan dengan


dengan Na2S2O3 dan dilanjutkan titrasi sumber DC dan dialiri
listrik selama 30 menit

Diambil 5 mL CuSO4 setelah elektrolisis, Ditimbang berat anoda


dilakukan triplet akhir

Anda mungkin juga menyukai