Anda di halaman 1dari 8

JURNAL PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA 2

“Sel Elektrolisis: Pengaruh Suhu Terhadap ∆𝐻, ∆𝐺, 𝑑𝑎𝑛 ∆𝑆”

Selasa, 6 Mei 2014

Disusun Oleh:

Rista Firdausa Handoyo

1112016200064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
I. ABSTRAK
sel elektrolisis adalah sel dimana energy listrik digunakan untuk
berlangsungnya suatu reaksi kimia. Pada percobaan ini bertujuan untuk pengaruh
suhu pada G, H, dan S dalam sel elektrolisis. Larutan yang digunakan adalah
larutan CuSO4 0,1 M dan elektroda yang digunakan adalah Cu dan C. Cu sebagai
Katoda dan C sebagai anoda. Pada katoda terjadi reaksi reduksi dan pada anoda
terjadi reaksi oksidasi.

II. PENDAHULUAN
Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan
antara reaksi kimia dan aliran listrik. Aliran listrik merupakan aliran sesuatu yang
bermuatan seperti elektron. Reaksi kimia yang berhubungan dengan adanya aliran
elektron adalah reaksi redoks atau reaksi oksidasi dan reduksi, yaitu suatu reaksi
kimia yang melibatkan pelepasan dan penerimaan elektron. Reaksi redoks ada
yang berlangsung spontan dan tidak spontan. Reaksi redoks spontan dapat
dirancang untuk menghasilkan arus listrik yang dapat digunakan untuk
menghasilkan kerja mekanik. Sedangkan reaksi redoks tidak spontan dapat
dilangsungkan dengan menambahkan energi listrik dari luar (Burhanudin, 2014 :
36).
Sel elektrolisis adalah sel dimana energi listrik digunakan untuk
berlangsungnya suatu reaksi kimia. Sel ini merupakan kebalikan dari sel galvanik.
E.m.f. yang diperlukan untuk berlangsungnya proses ini akan sedikit lebih tinggi
daripada e.m.f. yang dihasilkan oleh reaksi kimia, dan ini didapat dari
lingkungannya. Reaksi kimia spontan menghendaki ∆𝐺 menjadi negatif. Apabila
e.m.f. sel adalah positif, maka ini adalah sel galvanik. Kesetimbangan akan terjadi
bila ∆𝐺 dan E sama dengan nol. Reaksi dengan nilai E yang lebih positif akan
terjadi lebih dahulu daripada reaksi-reaksi dengan e.m.f. yang kepositifannya
lebih rendah (Dogra, 1990 : 511).
Sel elektrokimia terdiri dari sepasang elektroda yang dicelupkan
kedalam suatu lelehan atau larutan ion dan dihubungkan dengan penghantar
logam dengan rangkaian luar. Sel elektrokimia dapat berupa sel galvani dan sel
elektrolisis (Sri Mulyani, 2014 : 113).
Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, sel elektrolisis adalah sel
elektrokimia yang menimbulkan terjadinya reaksi redoks tak spontan dengan
adanaya energi listrik dari luar (Sri Mulyani, 2014 : 117).
Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik
searah dengan menggunakan dua macam elektroda. Elektroda tersebut adalah
katoda (elektroda yang dihubungkan dengan kutub negatif) dan anoda (elektroda
yang dihubungkan dengan kutub positif). Pada anoda terjadi reaksi oksidasi, yaitu
anion (ion negatif) ditarik oleh anoda dan jumlah elektronnya berkurang sehingga
bilangan oksidasinya bertambah. Pada katoda terjadi reaksi reduksi, yaitu kation
(ion positif) ditarik oleh katoda dan menerima tambahan elektron, sehingga
bilangan oksidasinya berkurang (Rhomdhoni).
Sebelum mempelajari hukum faraday, kita tinjau terlebih dahulu
tentang prinsip kerja dari sel elektrolisis. Sel elektrolisis terdiri dari sebuah
wadah, elektroda, elektrolit, dan sumber arus searah. Elektron (listrik) memasuki
larutan melalui kutub negatif (katoda). Spesi tertentu dalam larutan menyerap
elektron dari katoda, sehingga dalam katoda terjadi reaksi reduksi. Sementara itu
spesi lain melepas elektron di anoda, sehingga dalam anoda (kutub positif)
mengalami reaksi oksidasi. Pada elektrolisis larutan CuSO4 dengan elektroda Cu,
terbentuk endapan Cu di katoda dan anodanya (Cu) larut. Dalam larutan CuSO4,
terdapat ion Cu2+, ion 𝑆𝑂42−, molekul air, dan logam Cu (elektrodanya). Pada
katoda akan terjadi kompetensi antara ion Cu dan molekul air (Laurensius, 2012).
Kespontanan suatu reaksi kimia (redoks) dapat terjadi jika ada energi
yang bekerja dalam sistem. Dalam termodinamika sel elektrokimia, Willard
Gibbs mengatakan bahwa panas yang dihasilkan (kalor) merupakan perubahan
bentuk dari kerja yang dilakukan sel (Wlistrik) (Burhanudin, 2014 : 36).
Wlistrik = Q.V
= (I.t) (I.R)
Wlistrik = I2.R.t

III. ALAT, BAHAN, DAN LANGKAH KERJA


Alat dan bahan:
 Power supply
 Gelas kimia
 Termometer
 Multimeter
 Penangas air
 Kabel
 Neraca O’hauss
 Amplas
 Larutan CuSO4
 Elektroda C dan Cu

Langkah kerja:
 Bersihkan masing-masing elektroda dengan mengamplas dan
mencelupkannya atau membilasnya dengan akuades, kemudian keringkan
dan ditimbang.
 Masukkan larutan CuSO4 0,1 M sebanyak 50 ml ke dalam gelas kimia.
 Rangkai alat elektrolisis dan atur power supply pada tegangan 3 volt.
 Pasang elektroda Cu pada katoda dan C pada anoda dan masukkan ke
dalam larutan CuSO4 0,1 M.
 Panaskan larutan CuSO4 0,1 M sampai suhu 30 0C serta melakukan
elektrolisis selama 2 menit dan menjaga suhu tetap konstan pada 30 0C
selama elektrolisis berlangsung serta mengamati perubahannya.
 Catat arus pada elektrolisis suhu 30 0C.
 Matikan power supply, cuci elektroda Cu dengan air lalu keringkan dan
timbang dengan neraca digital.
 Lakukan langkah di atas dengan suhu larutan CuSO4 0,1 M 13 dan 40 0C.

IV. DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


Tabel hasil pengamatan

No Suhu Kuat Tegangan Waktu Massa Cu di katoda


(T) arus (I) (V) (t) Sebelum elektrolisis Setelah elektrolisis
1 30 ℃ 0,07 3 volt 2 menit 3,95 gram 3,94 gram
Ma
2 40 ℃ 0,01 3 volt 2 menit 4,00 gram 3,85 gram
Ma
3 13 ℃ 0,2 mA 3 volt 2 menit 4,00 gram 3,97 gram
H
asil reaksi

CuSO4(aq) → Cu2+(aq) + SO42-(aq)


Katode : Cu2+(aq) + 2e → Cu(s)
Anode : Cu(s) → Cu2+(aq) + 2e

Cu(s) → Cu(s)

Perhitungan
Pada suhu 30 0C
Q = I.t Wlistrik = I2.R.t
Q = 70 A. 120 s Wlistrik = (70)2. 0,043. 120
Q = 8400 C Wlistrik = 25284 J

𝑉
R= 𝐼
3 𝑣𝑜𝑙𝑡
R= 70 𝐴

R = 0,043 ohm

𝐸𝑠𝑒𝑙 = 𝐸𝑟𝑒𝑑 − 𝐸𝑜𝑘𝑠


𝐸𝑠𝑒𝑙 = 0,337 𝑉 − −1,23 𝑉 = 1,567 𝑉
∆𝐺 = −2 × 96500 × 1,567
∆𝐺 = −302431 𝐽/𝑚𝑜𝑙
𝜕𝐸
∆𝑆 = 𝑛 × 𝐹 ×
𝜕𝑇
∆𝑆 = 2 × 96500 × 0,043
∆𝑆 = 8299 𝐽
∆𝐻 = ∆𝐺 + 𝑇. ∆𝑆
∆𝐻 = −302431 + 303 × 8299
∆𝐻 = 2212166 𝐽

Pada suhu 40 0C
Q = I.t Wlistrik = I2.R.t
Q = 10 A. 120 s Wlistrik = (10)2. 0,3. 120
Q = 1200 C Wlistrik = 3600 J

𝑉
R= 𝐼
3 𝑣𝑜𝑙𝑡
R= 10 𝐴

R = 0,3 ohm

𝐸𝑠𝑒𝑙 = 𝐸𝑟𝑒𝑑 − 𝐸𝑜𝑘𝑠


𝐸𝑠𝑒𝑙 = 0,337 𝑉 − −1,23 𝑉 = 1,567 𝑉
∆𝐺 = −2 × 96500 × 1,567
∆𝐺 = −302431 𝐽/𝑚𝑜𝑙
𝜕𝐸
∆𝑆 = 𝑛 × 𝐹 ×
𝜕𝑇
∆𝑆 = 2 × 96500 × 0,3
∆𝑆 = 57900 𝐽
∆𝐻 = ∆𝐺 + 𝑇. ∆𝑆
∆𝐻 = −302431 + 313 × 57900
∆𝐻 = 17820269 𝐽

Pada suhu 13 0C
Q = I.t Wlistrik = I2.R.t
Q = 200 A. 120 s Wlistrik = (200)2. 0,015. 120
Q = 24000 C Wlistrik = 72000 J

𝑉
R= 𝐼
3 𝑣𝑜𝑙𝑡
R = 200 𝐴

R = 0,015 ohm

𝐸𝑠𝑒𝑙 = 𝐸𝑟𝑒𝑑 − 𝐸𝑜𝑘𝑠


𝐸𝑠𝑒𝑙 = 0,337 𝑉 − −1,23 𝑉 = 1,567 𝑉
∆𝐺 = −2 × 96500 × 1,567
∆𝐺 = −302431 𝐽/𝑚𝑜𝑙
𝜕𝐸
∆𝑆 = 𝑛 × 𝐹 ×
𝜕𝑇
∆𝑆 = 2 × 96500 × 0,015
∆𝑆 = 2895𝐽
∆𝐻 = ∆𝐺 + 𝑇. ∆𝑆
∆𝐻 = −302431 + 286 × 2895
∆𝐻 = 525539 𝐽

Pembahasan

Praktikum kali ini yaitu tentang sel elektrolisis pengaruh suhu terhadap
G, S, dan H. berdasarkan teori sel elektrolisis adalah sel dimana energy
listrik digunakan untuk berlangsungnya suatu reaksi kimia. Pada proses
elektrolisis ini digunakan larutan elektolit yaitu larutan CuSO4 0,1 M. dan
elektroda yang digunakan adalah karbon (C) dan Cu. Elektroda Cu pada
percobaan ini sebagai katoda dan C sebagai anoda. Pada katoda akan terjadi
reaksi reduksi dan pada anoda terjadi reaksi oksidasi. Berikut persamaan
reaksinya:
Katoda : Cu2+ + 2e → Cu
Anoda : 2 H2O → O2 + 4H+ + 4e
2 Cu2+ + 2H2O → O2 + 4H+ + 2 Cu

V. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan:
1. Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik searah
dengan menggunakan dua macam elektroda.
2. Sel elektrolisis adalah sel dimana energi listrik digunakan untuk
berlangsungnya suatu reaksi kimia. Sel ini merupakan kebalikan dari sel
galvanik.
3. Pada elektroda katoda, logam Cu mengalami peluruhan dan perubahan massa
dengan suhu yang berbeda karena mengalami reaksi reduksi.
VI. REFERENSI
Milama, Burhanudin. 2014. Panduan Praktikum Kimia Fisika 2. Jakarta: P-IPA
FITK UIN jkt press
Mulyani, Sri & Hendrawan. 2014. Common Textbook (Edisi Revisi) Kimia Fisika
I. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia press
S K Dogra & S Dogra. 2009. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta: Universitas
Indonesia press
Web
http://romdhoni.staff.gunadarma.ac.id
hukum-faraday-emel-seran-wanibesak-wordpress-com.pdf

Anda mungkin juga menyukai