Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM METODE PEMISAHAN KIMIA


PERCOBAAN I
ELEKTROGRAVIMETRI

Disusun Oleh :

Nama : Rivi Dwi Lestari

NIM : 19303244013

Kelas : Pendidikan Kimia A

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM METODE PEMISAHAN KIMIA
PERCOBAAN I
ELEKTROGRAFIMETRI

A. TUJUAN
Menentukan energi pembakaran berbagai senyawa alkohol.

B. TEORI
Elektrogravimetri adalah suatu metoda analisis kuantitatif yang didasarkan
pada pengendapan atau pendepositan logam tersebut pada elektroda dengan bantuan
arus listrik, dapat digunakan untuk menentukan kadar suatu logam tertentu dalam
larutannya. Beberapa hukum yang mendasari analisis sistem elektrogravimetri salah
satunya adalah hukum Faraday yang menyatakan bahwa banyaknya zat yang
diendapkan pada elektroda selama elektrolisis berlangsung sebanding dengan jumlah
arus listrik yang mengalir melalui larutan tersebut. Alat elektrogravimetri ini bekerja
berdasarkan prinsip elektrolisis, dimana pemberian arus listrik menyebabkan reaksi
reduksi komponen pada kotoda dan sebaliknya proses oksidasi pada anodanya
(Underwood, A. L., 1999).
Logam yang diendapkan berupa ion Cu2+ yang diendapkan pada elektroda
menurut reaksi : Cu2+(aq) + 2e- ↔ Cu (s) . Elektron yang terlibat pada reaksi tersebut
berasal dari arus listrik. Arus listrik diberikan sampai seluruh ion Cu 2+ yang terdapat
dalam larutan mengendap secara kuantitatif sebagai logam tembaga pada elektroda
kerja (Harvey & David, 2000).
Penambahan asam nitrat sebagai depolizer atau buffer potensial, dimana
mencegah reduksi H+ yang berasal dari H2O (pemberi suasana asam) sangat berperan
dalam reaksi ini, karena konsentrasi Cu2+ diturunkan dengan elektroreduksi, katoda
menjadi lebih negatif sampai reduksi nitrat terjadi NO 3- + 10 H+ + 8e → NH4+ +
3H2O
Ini akan menstabilkan potensial katoda, dimana tidak terjadi cukup negatif untuk
mereduksi logam-logam lainnya, seperti nikel yang mingkin ada didalam sampel. Ini
juga mencegah reduksi H+ yang sangat tidak diinginkan pada kasus ini karena evolusi
hydrogen yang terjadi bersamaan cendrung mengakibatkan endapan tembaga yang
berrongga dan tak menempel (Underwood, A. L, 1993).

C. ALAT DAN BAHAN


 Alat
- Neraca Analitik
- Seperangkat alat elektrolisis
- Pipet ukur 25 ml
- Pipet tetes
- Ball pipet
 Bahan
- 25 ml larutan Cu (II)
- 2 ml asam sulfat
- 1 ml asam nitrat pekat
- Aquades
- Cawan nikel
- Kawat platina
- Amplas

D. CARA KERJA

Elektroda dibersihkan dengan cara diamplas.

Elektroda ditimbang dengan neraca analitik.

Mengambil larutan Cu (II) 25 ml lalu letakan di labu ukur.


Ditambakan 2 ml H2SO4 pekat dan 1 ml HNO3 pekat.

Diencerkan dengan aquades sebanyak 100 ml.

Tuang larutan yang telah dibuat kedalam cawan dan

Diletakan pada potensial 3 volt dan catat waktunya.

Diambil larutan kemudian diletakan di gelas beaker.

Ditambahkan heksasianoferat
Apabila negatif elektrolisis dientikan.

Dicatat waktunya.

Kemudian elektroda dibersihkan.

Endapan diamati struktur fisik dan warnanya.

Endapan kemudian ditimbang.

E. DATA PENGAMATAN
Parameter Keterangan
Beda potensial 3V
Kuat arus 0,15 A
Waktu 90 Menit
Mr Cu 63,5 g/mol
Valensi Cu 2
Volume sampel 25 ml
Warna endapan Merah bata
Massa nikel 52,536 gr
Masa endapan + nikel 52,868 gr
Masa endapan 0,332 gr
Arus DC

F. PERHITUNGAN DAN REAKSI


 Berat tembaga secara teoritis
e ×i× t
W=
F
e ×i× t
W=
96500
Ar Cu ×i× t
W=
Valensi × 96500
63,5 g/mol × 0,15 A ×5400 s
W=
2× 96500
51435
W=
193000
W =0,2665 gram

 Berat tembaga secara percobaan


Berat Tembaga=( Berat nikel +endapan )−Berat Nikel
Berat Tembaga=( 52,868 gram )−(52,536)
Berat Tembaga=0,332 gram

 Kadar Cu dalam sampel


100 Berat endapan secara Percobaan
¿ × × 100 %
25 Volume Sampel
100 0,332 gram
¿ × × 100 %
25 25 ml
¿ 4 ×0,01328 ×100 %
¿ 5,312 %

 Efisiensi arus
berat endapan asil elektrolisis
efisiensi= ×100 %
berat endapanteoritis
0,332 gram
efisiensi= × 100 %
0,2665
efisiensi=124,578 %

G. PEMBAHASAN

Praktikum yang berjudul “Elektrogravimetri” ini memiliki tujuan yaitu melakukan


pemisaan dengan metode Elektrogravimetri. Pada praktikum ini dapat menentukan berapa
kadar Cu yang terdapat didalam suatu larutan. Adapun alat yang digunakan didalam
percobaan ini adalah neraca analitik, pipet ukur, pipet tetes, dan seperangkat alat
elektrolisis. Kemudian bahan yang digunakan adalah cawan nikel, kawat platina
berbentuk jaring, larutan Cu (II), asam nitrat pekat, asam sulfat pekat, aquades, amplaz,
dan heksasianoferat. Cawan nikel berperan sebagai elektroda negatif dan kawat platina
digunakan sebagai elektroda positif. Langkah pertama yang dilakukan adalah
membersikan cawan nikel dengan cara mengamplas. Tujuan pembersian cawan nikel
adalah agar cawan nikel bersi dari kotoran atau rendemen sebelumnya. Langkah
selanjutnya adalah menimbang cawan nikel menggunakan neraca analitik dan didapat
massa cawan seberat 52,536 gram. Pembuatan larutan dengan mengambil 25 ml Cu (II)
kemudian meletakanya pada labu ukur. Larutan tersebut kemudian ditambahkan 1 ml
HNO3 pekat. HNO3 ini nantinya akan berfungsi sebagai depolizer atau buffer potensial
dimana mencegah reduksi H+ yang berasal dari H2O. Apabila terlalu banyak ion H+ yang
dihasilkan maka akan menyebabkan reaksi terganggu yang menyebabkan H+ akan
menempel pada katoda sehingga menghalangi Cu2+ menempel pada katoda. HNO3 juga
berperan agar antara H+ dan Cu2+ tidak akan saling berebut untuk menempel pada katoda
yang memiliki muatan negatif. Akibatnya akan menyebabkan rendemen yang dihasilkan
oleh Cu2+ akan berkurang. Sehingga penambahan HNO3 ini sangat penting. Larutan
kemudian ditambakan 2 ml asam sulfat pekat. Penambahan asam sulfat pekat adalah
sebagai oksidator. Setelah larutan selesai dibuat kemudian larutan diencerkan dengan
aquades sampai 100 ml. Pengenceran ini arus dilakukan diruang terbuka dan mengindari
langsung ditatap oleh muka, hal ini dikarenakan mungkin saja terdapat gas berbahaya
sehingga apabila dilakukan diluar maka gas akan terbang dan hilang sehingga
mengurangi resiko keracunan. Larutan yang telah diencerkan tersebut kemudian diambil
sebanyak 25 ml kemudian diletakan kedalam cawan nikel. Ditambahkan heksasianoferat
ke dalam larutan. Sebelum diletakan di cawan, alat hidrolisis terlebih dahulu dirangkai.
Cawan nikel terlebih dahulu dijepitkan oleh capit tembaga bertanda negatif dan kawat
atau plat platina dicapitkan pada capit tembaga tertanda positif. Penggunaan kawat platina
atau Pt ini dipilih karena sifat Pt yang inert, sehingga tidak akan bereaksi dengan
komponen-komponen logam dalam sistem elektrokimia tersebut. Apabila digunakan
elektroda yang tidak inert (mudah bereaksi), maka elektroda tersebut kemungkinan akan
ikut bereaksi sehingga menggangu hasil logam yang akan diendapkan. Dan endapan akan
tercampur oleh yang lain. Penggunaan elektroda yang lain dimungkinkan asalkan yang
bersifat inert, seperti karbon atau emas. Adaptor kemudian dinyalakan dan dipasang pada
arus DC, 3V untuk beda potensial dan 0,15 A untuk kuat arusnya. Pada proses elektrolisis
reaksi yang terjadi yaitu :
Katoda : Cu2+(aq) + 2e- ↔ Cu (s)
2H+(aq) + 2e- ↔ H2 (aq)
Anoda : 4OH-(aq) ↔ O2 (g) + 4e- + 2H2O(l)
Pada proses elektrogravimetri akan terjadi ditandai dengan terbentuknya gelembung. Alat
ini bekerja berdasarkan prinsip elektrolisis, dengan pemberian arus listrik menyebabkan
reaksi kimia reduksi komponen pada katoda dan sebaliknya proses oksidasi pada
anodanya. Proses elektrolisis dilakukan selama 90 menit dengan kuat arus sebesar 0,15 A.
Setelah 90 menit kemudian larutan yang telah dielektrolisis kemudian laritan diambil dan
diamati endapan Cu yang ada. Endapan berwarna mera bata dengan larutan berwarna
bening. Larutan bening tersebut dibuang dengan hati-hati hingga menyisakan endapanya
saja. Endapan dan cawan nikel kemudian ditimbeng bersamaan dan didapat massa seberat
52,868 gr. Untuk berat endapanya sendiri setelah dikurangi berat cawan nikel kosong
yaitu seberat 0,332 gr. Berat tersebut dibandingkan dengan massa teoritis nya yaitu :
 Berat tembaga secara teoritis
e ×i× t
W=
F
e ×i× t
W=
96500
Ar Cu ×i× t
W=
Valensi × 96500
63,5 g/mol × 0,15 A ×5400 s
W=
2× 96500
51435
W=
193000
W =0,2665 gram

Massa yang didapat seharunya adalah 0,2665 gram dan bukan 0,332 gram. Hal ini
disebabkan karena masih ada larutan dan zat lain yang masih bercampur dengan endapan
sehingga mempengaruhi berat endapan itu sendiri. Kemudian dari endapan tersebut kadar
Cu yang didapat sebesar :
 Kadar Cu dalam sampel
100 Berat endapan secara Percobaan
¿ × × 100 %
25 Volume Sampel
100 0,332 gram
¿ × × 100 %
25 25 ml
¿ 4 ×0,01328 ×100 %
¿ 5,312 %

Kadar Cu dalam larutan setelah dielektrolisis yaitu sebesar 5,312 %, dari kadar tersebut
dapat ditentukan efisiensinya dengan rumus sebagai berikut :
 Efisiensi arus
berat endapan asil elektrolisis
efisiensi= ×100 %
berat endapanteoritis
0,332 gram
efisiensi= × 100 %
0,2665
efisiensi=124,578 %

Didapat efisiensi sebesar 124,578 % tentunya efisiensi ini masih dapat ditekan jauh
apaila cawan nikel yang berisi endapan terlebih dahulu di panaskan dengan oven sehingga
akan mengeringkan dan menghilangkan larutan yang bercampur dengan endapan Cu
murni.

H. KESIMPULAN

I. TUGAS SETELAH PRAKTIKUM


J. JAWABAN PERTANYAAN

K. DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta, 30 Oktober 2020
Rivi Dwi Lestari

Endapan yang dibentuk secara elektrokimia, dengan perkataan lain analit di


elektrolisis, sehingga terjadi logam sebagai endapan disebut elektrogravimetri (Haryadi,
1990). Langkah pengukuran pada gravimetri adalah pengukuran berat, analit secara fisik
dipisakan dari semua komponen lainnya maupun dari solvennya. Pada umumnya
elektrogravimetri melibatkan pelapisan atau pengendapan suatu logam pada katoda yang
telah diketahui beratnya, kemudian ditimbang kembali untuk mengetahui kuantitas logam
yang melapisinya (Uderwood, 1993).  

Hukum Faraday I yakni jumlah zat yang terjadi pada elektroda sebanding dengan jumlah
coulumb yang mengalir. Hukum Faraday II yakni apabila jumlah Coulumb yang mengalir
sama maka berat zat yang terjadi pada elektroda berbanding lurus dengan gram ekivalen
listrik (Hogness, 1954).

Hukum Faraday dapat digunakan dalam elektrogravimetri untuk menentukan jumlah senyawa
yang terdeposit pada elektroda. Hukum faraday berkorelasi dengan muatan total Q
(Coulomb) yang melalui suatu sel untuk menghasilkan sejumlah produk N (mol), di mana F
merupakan konstanta faraday (96485,3 C nol-1), dan n yakni jumlah elektron yang ditransfer
per mol produk. Rumusnya dinyatakan sebagai berikut (Zoski, 2007)
...

Elektrogravimetri adalah metode analisis yang didasarkan pada pengendapan zat


dengan menggunakan listrik. Beberapa hukum yang mendasari analisis sistem
elektrogravimetri salah satunya adalah hukum Faraday yang menyatakan bahwa
banyaknya zat yang diendapkan pada elektroda selama elektrolisis berlangsung
sebanding dengan jumlah arus listrik yang mengalir melalui larutan tersebut.

Pada percobaan ini yang dianalisis adalah ion Cu2+ yang diendapkan pada elektroda menurut
reaksi : Cu2+ + 2e-  Cu. Elektron yang terlibat pada reaksi tersebut berasal dari arus listrik.
Arus listrik diberikan sampai seluruh ion Cu2+ yang terdapat dalam larutan mengendap
secara kuantitatif sebagai logam tembaga pada elektroda kerja.
Arsyad, M. N., 2001, Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah, Gramedia
Pustaka Utama,

Jakarta.
Bassett, J., 1994, Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik,
(Diterjemahkan Oleh:

Hadyana, A.), Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Haryadi, W., 1990, Dasar-Dasar Kimia Analitik, Erlangga, Jakarta.

Hogness, 1954, The Lancet, National Academy of Science, New York.

Underwood, A. L., 1999, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.

Zoski, C. G., 2007, Handbook Of Electrochemistry, Elsevier, Amsterdam.

Anda mungkin juga menyukai