Percobaan 04
NIM : 10512013
Kelompok : 02
2014
ELEKTROGRAVIMETRI : PENENTUAN KADAR TEMBAGA
I. Tujuan Percobaan
Katoda : Cu2+ + e- Cu
Dalam proses ini, elektroda platina akan bertindak sebagai anoda dan padanya
akan terjadi reaksi oksidasi. Elektroda kasa tembaga akan bertindak sebagai katoda
dan padanya akan terjadi reaksi reduksi. Elektron yang terlibat dalam proses
pengendapan ini berasal dari arus listrik yang dialirkan. Arus listrik dialirkan sampai
semua ion tembaga mengendap secara kuantitatif dan larutan yang semula biru
berubah menjadi bening. Selisih berat elektroda kerja sebelum dan setelah proses ini
merupakan berat tembaga yang terdapat di dalam sampel.
Untuk menguji ketelitian, kadar tembaga dalam sampel juga dapat ditentukan
dengan titrasi pengomleksan menggunakan EDTA.
III. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Alat elektrolisis EDTA
Elektroda platina Sampel garam tembaga
Elektroda kasa tembaga MgSO4.7H2O
Buret 50 mL Asam Nitrat pekat
Pipet seukuran 25 mL Asam Sulfat pekat
Erlenmeyer 250mL NH4OH
Labu takar 100 mL dan 250 mL Ureum
Gelas kimia Alkohol, aseton, aquades
Gelas ukur Murexide dan EBT
Pengaduk eletroda
Dijalankan elektrolisis dengan potensial 3-4 Volt dan arus 1-2 A sampai warna jadi
bening
Pembakuan EDTA
Diencerkan larutan induk EDTA 0,05 M lima kali dan diisikan ke dalam buret
Dipipet 10 mL larutan sampel ke labu takar 100 mL dan encerkan hingga tanda batas
Dititrasi larutan ini dengan EDTA yang telah dibakukan sampai warna larutan jadi
biru ungu.
V. DATA PENGAMATAN
Elektrolisis
massa sampel tembaga = 1,5088 gram
massa elektroda awal = 16,4155 gram
massa elektroda akhir = 16,4985 gram
Titrasi Pengompleksan
massa sampel MgSO4.7H2O = 0,2395 gram
Volume EDTA pembakuan = 25,85 mL
Volume EDTA penentuan kadar tembaga = 15 mL
VI. PERHITUNGAN
Elektrolisis
Massa tembaga (25mL) = massa elektroda akhir – massa elektroda awal
= 16,4985 gram – 16, 4155 gram
= 0,083 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑚𝑏𝑎𝑔𝑎
% tembaga dalam sampel = 𝑥 100 %
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,332 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 1,5088 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%
= 22,00%
Titrasi Pengompleksan
Pembakuan EDTA
Mg + Y4- MgY2-
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 MgSO4.7H2O
𝑥25
𝑀𝑚 MgSO4.7H2O
M EDTA .V EDTA = 100
0,2395 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥25
246
M EDTA .25,85 x 10-3 L = 𝑚𝑜𝑙
100
2,44𝑥10−4 𝑚𝑜𝑙
M EDTA = 25,85 𝑥 10−3 𝐿
Cu + Y4- CuY2-
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑚𝑏𝑎𝑔𝑎
% tembaga dalam sampel = 𝑥 100 %
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,359 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 1,5088 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%
= 23,79 %
VII. PEMBAHASAN
Saat arus listrik dialirkan, pada katoda akan terjadi reaksi reduksi yaitu
pembentukan Cu(s). Pada anoda terjadi reaksi oksidasi yang ditandai dengan adanya
gelembung gas.
Katoda : Cu2+ + e- Cu
Sebelum elektroda kasa tembaga digunakan, elektroda kasa tembaga ini harus
dicuci terlebih dahulu dengan larutan asam nitrat 1:1. Tujuannya adalah untuk
menghilangkan sisa-sisa endapan yang kemungkinan masih menempel pada elektroda
tersebut. Elektroda kemudian juga di bilas dengan aquaDM, alkohol dan aseton. Tujuan
pembilasan ini adalah untuk lebih memaksimalkan pembersihan elektroda dari reagen-
reagen lain yang mungkin masih menempel pada elektroda.
Setelah elektroda kasa tembaga digunakan untuk eletrolisis, elektroda ini kembali
dibilas dengan aquaDm, alkohol, dan juga aseton. Pengukuran massa elektroda yang
sudah mengadung endapan tembaga ini juga harus dilakukan dengan teliti dan pastikan
massannya telah konstan. Selisih berat elektroda akhir dan elektroda awal merupakan
berat tembaga yang terdapat pada sampel. Dari hasil perhitungan, didiapatkan massa
tembaga sebesar 0,332 gram dan kadar tembaga dalam sampel tersebut adalah 22,00%.
Penentuan kadar tembaga dalam sampel juga dapat dilakukan dengan titrasi
pengompleksan. Pada percobaan kali ini penentuan kadar tembaga dalam sampel
dilakukan dengan titrasi pengompleksan menggunakan EDTA.
EDTA adalah larutan baru sekunder. Larutan baku sekunder adalah larutan yang
konsentrasinya tidak dapat ditentukan secara tepat hanya dengan penimbangan dan
pelarutan. Sehingga, sebelum digunakan EDTA harus dibakukan terlebih dahulu dengan
larutan baku primer. Larutan baku primer adalah larutan yang konsentrasinya dapat
ditentukan hanya dengan penimbangan dan pelarutan secara tepat saja. Larutan baku
primer yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah larutan MgSO4.7H2O.
Dari percobaan dan perhitungan yang dilakukan, terdapat sedikit perbedaan hasil
percobaan menggunakan metode gravimetri konvensional (titrasi pengompleksan) dengan
metode elektrogravimetri. Metode yang lebih baik adalah metode penentuan kadar
tembaga dengan metode titrasi pengompleksan. Metode ini dianggap lebih baik karena
ketika menggunkan metode ini, galat yang ditimbulkan relatif lebih kecil karena yang
dilakukan hanyalah penimbangan, pelarutan secara tepat, pengambilan sampel dengan
pipet seukuran, dan titrasi hingga terjadi perubahan warna. Sedangan dengan
menggunakan metode elektrogravimetri, galat bisa ditimbulkan karena banyak hal.
Diantaranya, pencucian elektroda dan pembilasan yang tidak sempurna, pengukuran
massa elektroda dilakukan saat elektroda belum benar-benar kering, elektroda tidak
langsung digunakan setelah dipersiapkan sehingga akan menempel partikel-partikel lain
dari udara yang nantinya akan menjadi faktor penyebab kesalahan dalam pengukuran
massa elektroda.
VIII. KESIMPULAN