Anda di halaman 1dari 44

SUMBER ENERGI LISTRIK

DARI LIMBAH BUNGKUS ROKOK

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Wajib


Siswa Kelas XI SMA Kolese De Britto
Tahun Ajaran 2018/2019

oleh
Benedictus Kevin Oktaviantoro
XI MIPA-5 / 6

SMA KOLESE DE BRITTO


YOGYAKARTA
2018/2019
SUMBER ENERGI LISTRIK
DARI LIMBAH BUNGKUS ROKOK

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Wajib


Siswa Kelas XI SMA Kolese De Britto
Tahun Ajaran 2018/2019

oleh
Benedictus Kevin Oktaviantoro
XI MIPA-5 / 6

SMA KOLESE DE BRITTO


YOGYAKARTA
2018/2019

i
Makalah dengan judul “Sumber Energi Listrik dari Limbah Bungkus
Rokok“ ini telah diterima dan disetujui sebagai salah satu tugas wajib
siswa kelas XI SMA Kolese De Britto
pada tanggal ..........

Mengetahui,
Kepala Sekolah SMA Kolese De Britto Pembimbing,

Ag. Prih Adiartanto, S.Pd., M.Ed. Drs. H. Suradi

ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa makalah dengan
judul “Sumber Energi Listrik dari Limbah Bungkus Rokok” ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya
karya ilmiah.

Sleman, April 2019

Benedictus Kevin Oktaviantoro

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat yang

telah dicurahkan penulis dapat menyelesaikan tugas wajib SMA Kolese De

Britto yaitu karangan ilmiah yang berjudul “Sumber Energi Listrik dari

Limbah Bungkus Rokok”. Penelitian ini menyajikan tentang pemanfaatan

limbah bungkus rokok untuk dijadikan sumber energi listrik.

Dengan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Ag. Prih Adiartanto, S.Pd., M.Pd. selaku kepala sekolah yang telah

memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memiliki pengalaman

membuat karya ilmiah.

2. Drs. H. Suradi selaku pembimbing yang telah membimbing penulis dalam

proses pembuatan karya ilmiah hingga selesai.

3. Bapak Prima Ibnu Wijaya, S.Pd., Bapak D. Pujiyono, S.Fk., Ibu Okdarina

Krisputranti, S.Pd. selaku koordinator yang telah mengkoordinir para

siswa dalam penulisan karya ilmiah.

4. Orang tua yang telah membimbing dan menemani penulis sehingga

berhasil menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.

5. Bapak D. Pujiyono, S.Fk. selaku walikelas yang selalu setia

mengingatkan penulis pada saat perwalian untuk segera menyelesaikan

karya ilmiah ini.

6. Pihak-pihak lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah

memberikan dukungan penyelesaian karya ilmiah ini.

iv
Karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, sangat

diharapkan saran dan kritik dari pembaca sekalian demi lebih baiknya karya

ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan inspirasi bagi

penelitian dan pengembangan di masa yang akan datang. Selamat membaca

dan terima kasih.

Sleman, April 2019

Benedictus Kevin Oktaviantoro

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

HALAMAN KEASLIAN KARYA ............................................................. iii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iv

DAFTAR ISI ................................................................................................. vi

ABSTRAK .................................................................................................. viii

ABSTRACT .................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 2

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 2

1.5 Ruang Lingkup ................................................................................... 3

1.6 Sistematika Penyajian ........................................................................ 3

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 4

2.1 Grenjeng/Aluminium dalam Bungkus Rokok ................................... 4

2.2 Elektron .............................................................................................. 5

2.3 Proton ................................................................................................. 7

2.4 Larutan Elektrolit ............................................................................... 8

vi
2.5 Sel Volta ............................................................................................. 9

2.6 Logam Aluminium Sebagai Sumber Energi Listrik ........................ 14

BAB III METODOLOGI ............................................................................. 16

3.1 Jenis Penelitian ................................................................................. 16

3.2 Objek Penelitian ............................................................................... 16

3.3 Waktu Dan Tempat Penelitian ......................................................... 16

3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 17

3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................ 17

3.6 Prosedur ........................................................................................... 17

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................ 20

BAB V PENUTUP ....................................................................................... 26

5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 26

5.2 Saran ................................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... x

LAMPIRAN .................................................................................................. xi

vii
ABSTRAK
Penelitian berjudul “Sumber Energi Listrik dari Limbah Bungkus Rokok”
menyajikan pemanfaatan limbah bungkus rokok sehingga dapat digunakan
sebagai sumber arus listrik. Penelitian ini dilakukan karena keprihatinan dari
banyaknya limbah bungkus rokok yang banyak berserakan mengotori
lingkungan. Pada penelitian ini, bagian dari bungkus rokok yang digunakan
adalah grenjeng atau bungkus yang berupa aluminium foil yang ada di dalam
bungkus rokok.
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan percobaan dengan membuat
merangkai grenjeng dengan alat dan bahan yang lain secara sedemikian rupa
sehingga dapat menjadi sumber listrik. Nantinya akan dijelaskan bagaimana
mekanisme rangkaian grenjeng ini hingga dapat menjadi sumber energi
listrik.
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa grenjeng
dapat diolah untuk dijadikan sebagai sumber energi listrik. Hal ini
dikarenakan adanya reaksi reduksi dan oksidasi spontan yang dialami kedua
jenis logam yang digunakan untuk membuat rangkaian grenjeng. Grenjeng
mengalami oksidasi, sedangkan serabut tembaga mengalami reduksi. Adanya
perbedaan potensial pada kedua logam membuat adanya elektron yang
mengalir yang menimbulkan energi listrik.

Kata kunci: grenjeng, reaksi redoks, energi listrik

viii
ABSTRACT

The research entitled "Electricity Source from Cigarette Wrap Waste"


presents the use of cigarette pack waste so that it can be used as a source of
electric current. This research was carried out because of the concern about
the large number of cigarette pack wastes which were scattered around the
environment. In this research, the part of the cigarette’s pack used is grenjeng
or a package in the form of aluminium in a cigarette pack.
This research was carried out by conducting experiments by making strands
together with other tools and materials in such a way that they could be a
source of electricity. Later, this mechanism will be explained how it can be a
source of electrical energy.

From the experiments that have been conducted, it can be concluded that
grenjeng can be processed as a source of electrical energy. This is due to the
spontaneous reduction and oxidation reactions experienced by the two types
of metals used to make a series of grills. Grenjeng undergoes oxidation, while
copper fibers undergo reduction. The existence of potential differences in the
two metals makes the presence of flowing electrons which give rise to
electrical energy.

Keywords: grenjeng, redox reaction, electrical energy

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan penduduk terbanyak

urutan pertama di Asia Tenggara. Jumlah penduduk Indonesia berjumlah 265

juta jiwa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Enam puluh juta jiwa dari

265 juta jiwa penduduk Indonesia adalah perokok aktif. Jumlah perokok yang

jumlahnya fantastis ini menjadi masalah yang berarti bagi Indonesia, selain

mempengaruhi kesehatan, menyebabkan polusi udara, juga masalah sampah

dari rokok itu sendiri.

Banyaknya jumlah perokok di Indonesia menyebabkan limbah bungkus

rokok tersebar dimana-mana bersamaan dengan sampah-sampah lainnya.

Hampir di setiap tempat dan sudut dapat dijumpai sisa puntung rokok maupun

bungkus rokok. Keadaan ini menimbulkan ketidaknyamanan di lingkungan

sekitar dan dapat menjadi sumber berbagai macam penyakit jika dibiarkan

begitu saja. Permasalahan limbah bungkus rokok dapat menjadi ancaman

tersendiri bagi lingkungan kedepannya apabila tak segera dituntaskan.

1
2

Pemanfaatan limbah bungkus rokok dapat menjadi salah satu

solusi yang dapat dilakukan dalam rangka mengurangi limbah bungkus

rokok di lingkungan sekitar. Limbah bungkus rokok dapat dimanfaatkan

untuk menjadi barang yang bernilai, mulai dari bahan kerajinan tangan

hingga dijadikan sumber energi listrik. Limbah bungkus rokok dapat

dijadikan sebagai sumber energi listrik alternatif selain listrik dari PLN.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas maka penelitian ini akan

mengangkat tentang limbah bungkus rokok yang dimanfaatkan sebagai

sumber energi listrik alternatif sebagai salah satu upaya pemanfaatan

limbah bungkus rokok.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah limbah bungkus rokok dapat diolah menjadi sumber

energi listrik?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mendeskripsikan limbah bungkus rokok dapat diolah menjadi

sumber energi listrik.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi penulis agar dapat meningkatkan ketrampilan dalam berpikir

kritis dan peka dalam menyikapi permasalahan lingkungan serta

upaya untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan dengan

berinovasi.
3

1.4.2 Bagi pembaca agar dapat menjadi pengetahuan baru dan

memperluas wawasan mengenai sumber energi alternatif.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

1.5.1 Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen.

1.5.2 Metode pengumpulan data dilakukan dengan percobaan.

1.5.3 Limbah bungkus rokok yang dimaksud disini adalah bagian dalam

yang berupa aluminium foil.

1.6 Sistematika Penyajian

Makalah ini disajikan dalam lima bab. Bab I Pendahuluan yang

meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan metode

pengambilan data, ruang lingkup, dan sistematika penelitian. Bab II

Landasan Teori yang memaparkan teori tentang tentang grenjeng,

elektron, proton, larutan elektrolit, sel volta, dan logam aluminium

sebagai sumber energi listrik. Bab III Metodologi Penelitian yang

memaparkan secara detail jenis penelitian, objek penelitian, waktu dan

tempat penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan

prosedur. Bab IV Pembahasan menjelaskan secara detail uraian jawaban

atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Bab V Penutup

berisi kesimpulan dan saran.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Grenjeng/Aluminium dalam Bungkus Rokok

Grenjeng merupakan lembaran aluminium foil yang terdapat pada

bagian dalam bungkus rokok. Grenjeng berfungsi untuk melindungi aroma

rokok agar tidak lekas hambar dan lembab.

Aluminium adalah sejenis logam yang setelah melalui beberapa

proses, disusun menjadi lembaran tipis dengan ketebalan kurang dari 0,2

mm. Lembaran aluminium dengan ketebalan kurang dari 150 micron

dinamakan foil. Aluminium foil adalah lapisan dari “alloy” yang

mengandung 99.4 % aluminium.

Aluminium foil memiliki beberapa sifat istimewa yaitu fleksibel dan

mudah dibentuk, kedap air, udara, dan lemak, tidak beracun dan tidak

mempengaruhi rasa dan bau, dan bersifat konduktor terhadap panas dan

listrik.

Proses pembuatan aluminium foil dimulai dari peleburan bahan

mentah (raw material) yang terdiri dari batangan aluminium dan scrap

4
5

(produk cacat) di dalam tungku dengan suhu 800oC. Kemudian

dilanjutkan dengan penambahan unsur paduan seperti Fe dan Si

kemudian dibersihkan dari kotoran yang berupa kerak dan/atau abu.

Kemudian masuk ke dalam tungku induksi pada suhu 750oC lalu ke

degasser (proses pelepasan gas) untuk pelepasan hidrogen dari

kandungan aluminium. Setelah itu aluminium disaring dengan filter

dari bahan keramik baru masuk ke mesin casting (mesin pengecoran

aluminium) yang berjalan secara continue (berkelanjutan).

Aluminium yang sudah dicasting kemudian digulung menjadi

aluminium strip. Kemudian digulung dalam mesin roughing mill

(Blow Knox) sampai ketebalan tertentu lalu dihomogenizing.

Kemudian digulung lagi untuk masuk tahap intermediate annealing.

Kemudian digulung lagi hingga ketebalan 65 µm baru dipindah ke

mesin foil mill. Dalam mesin foil mill aluminium digulung sampai

dengan ketebalan minimal 7 µm.

2.2 Elektron

Penemuan elektron dimulai ketika William Crookes

melakukan sebuah percobaan dengan menggunakan tabung sinar

katoda (CRT), yang dikenal dengan tabung Crookes, pada tahun 1879.

Tabung Crookes tersusun atas tabung kaca bertekanan rendah yang di

dalamnya dipasang dua buah elektroda (anoda dan katoda) dan pada

ujung tabung dekat anoda dilapisi zat fluoresensi.


6

Ketika elektroda pada tabung Crookes dihubungkan dengan

sumber arus listrik yang bertegangan tinggi, dari katoda terpancar

seberkas sinar yang tidak tampak dan mengarah ke anoda yang

ditunjukkan dengan berpendarnya layar fluoresensi di dekat anoda.

Sinar katoda dibelokkan oleh medan listrik dan medan magnet serta

dapat memutar baling-baling yang dipasang pada lintasan sinar

katoda. Karena itu, sinar katoda merupakan partikel yang mempunyai

muatan negatif dan massa. Jika bahan katode diganti dengan jenis

logam yang lain, akan selalu dihasilkan sinar katode serupa sehingga

dapat disimpulkan bahwa partikel-partikel sinar katode terdapat pada

setiap materi. Partikel sinar katoda inilah yang kemudian diberi nama

elektron oleh G.J. Stoney.

Thompson, fisikawan Inggris, kemudian melanjutkan

penelitian William Crookes hingga menemukan elektron. Penelitian

Thompson menggunakan tabung kaca yang memiliki tekanan udara

sangat rendah. Tekanan rendah dalam tabung ini membuat gas dalam

tabung akan berpendar. Pendaran ini diakibatkan oleh radiasi katode

menuju anode yang membentur kaca tabung sehingga berpendar.

Sinar dari katode dan menuju anode inilah yang disebut sebagai sinar

elektron.

Thompson mengungkapkan sifat-sifat sinar katode sebagai

berikut.
7

a. Merambat tegak lurus dari permukaan katode menuju

anode.

b. Merupakan partikel kecil yang tak dapat dilihat.

c. Bermuatan negatif, sehingga pada medan magnet

dibelokkan ke kutub positif.

d. Memiliki sifat cahaya dan sifat materi.

e. Tidak tergantung pada jenis gas dan jenis elektrode.

Harga muatan spesifik elektron (e/m) yaitu perbandingan

muatan dengan masa elektron bernilai 1,76 . 108 coulomb/gram.

Harga ini ditetapkan oleh Thompson setelah melakukan percobaan

menggunakan medan magnet dan medan listrik yang dipasang pada

lintasan elektron. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa elektron adalah partikel dasar yang menyusun materi (atom).

Massa elektron dianggap nol karena massanya terlalu kecil, sehingga


0
elektron dilambangkan dengan −1𝑒.

2.3 Proton

Proton merupakan partikel bermuatan positif yang ditemukan

oleh Eugen Goldstein, fisikawan Jerman (1886). Goldstein

menemukan proton melalui percobaan sinar terusan. Goldstein

membuat lubang-lubang pada katode dalam tabung Crookes

bertekanan rendah yang diisi dengan gas hidrogen. Ketika elektroda

tabung dihubungkan dengan arus listrik tegangan tinggi, maka


8

dibelakang katoda terbentuk seberkas sinar yang disebut sinar terusan

atau sinar positif.

Ketika sinar katoda bergerak menuju anoda dalam tabung

Crookes, maka sinar tersebut akan menumbuk gas hidrogen yang ada

di dalam tabung. Tubukan tersebut mengakibatkan elektron pada atom

hidrogen terlepas dan membentuk ion H+. Ion hidrogen inilah yang

kemudian disebut sebagai proton.

2.4 Larutan Elektrolit

Larutan elektrolit adalah semua larutan yang dapat

menghantarkan arus listrik. Zat-zat yang terlarut dalam larutan

elektrolit disebut sebagai zat elektrolit. Menurut teori Arrhenius,

larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena di dalam

larutan elektrolit terdapat ion-ion yang bergerak bebas. Adanya ion-

ion yang bergerak bebas inilah yang menyebabkan larutan elektrolit

dapat menghantar arus listrik.

Zat elektrolit terdiri atas senyawa ion dan senyawa kovalen

polar. Semua senyawa ion yang dilarutkan dalam air merupakan zat

elektrolit, sedangkan senyawa kovalen polar tidak semuanya

merupakan zat elektrolit. Senyawa ion dan beberapa senyawa kovalen

polar yang dimasukkan dalam air akan terurai menjadi ion-ion, dan

ion-ion tersebut akan terhidrasi sehingga ion tersebut dapat bergerak

bebas.
9

Dalam teorinya, Arrhenius menyatakan bahwa di dalam

larutan elektrolit, zat-zat elektrolit terurai menjadi ion-ion, bahkan

ketika tidak dialiri aliran listrik sekalipun. Elektrolit kuat dalam air

akan terionisasi sempurna sehingga derajat ionisasi (α) = 1.

Persamaan reaksi ionisasi sempurna zat elektrolit kuat ditandai

dengan satu arah panah ke kanan. Semakin banyak ion dalam larutan,

maka akan semakin besar daya hantar listriknya. Total muatan ion

positif dan negatif dalam larutan elektrolit bernilai sama, sehingga

larutan elektrolit bermuatan netral.

Cara larutan elekrolit menghantar arus listrik dapat dijelaskan

melalui peristiwa elektrolisis. Caranya dengan memasukkan dua

elektroda yang masing-masing bermuatan negatif dan positif ke

larutan elektrolit. Ketika kedua elektroda dihubungkan ke sumber

listrik, maka ion-ion dalam larutan akan terionisasi. Ion positif akan

ditangkap oleh elektroda negatif dan ion negatif akan ditangkap

dengan elektroda positif. Pelepasan dan penangkapan elektron dan

proton inilah yang mengakibatkan larutan elektrolit dapat menghantar

arus

2.5 Sel Volta

2.5.1 Sel Volta

Seorang ilmuwan alasan Italia yang bernama

Alessandro Giuseppe Volta pada tahun 1825 berhasil

menyusun beberapa unsur logam, air, dan hidrogen


10

berdasarkan sifat reduktor dan oksidatornya. Unsur-unsur

tersebut diurutkan dari reduktor terkuat hingga reduktor

terlemah dengan urutan sebagai berikut.

K – Ba – Ca – Na – Mg – Al – Mn – H2O – Zn – Cr - Fe –

Cd – Co – Ni – Sn – Pb – H – Cu – Hg – Ag – Pt – Au

Barisan unsur-unsur tersebut disebut dengan deret

volta. Ada 2 hal penting yang dalam deret volta, yaitu:

a. Semakin ke kiri letak logam dalam deret volta, maka akan

semakin kuat sifat reduktor yang dimiliki oleh unsur

tersebut.

b. Logam yang terdapat pada deret volta, dapat mereduksi

ion-ion logam di sebelah kanannya, tetapi tidak dapat

mereduksi ion-ion logam di sebelah kirinya.

Reaksi yang terjadi pada sel volta adalah reaksi redoks.

Dalam reaksi redoks, terdapat zat yang berperan sebagai

reduktor (zat pereduksi) dan zat lain sebagai isolator (zat

oksidator). Reduktor pada umumnya mencakup unsur logam.

Reduktor memiliki kencenduran sifat melepas elektron atau

dalam kata lain mengalami oksidasi.

2.5.2 Energi Potensial Sel Standar (E0)

Perpindahan elektron yang terjadi pada sebuah reaksi

redoks dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan arus listrik,

yaitu dengan melewatkan elektron melalui suatu pengantar.


11

Dalam suatu sel volta, anoda memiliki fungsi sebagai tempat

reaksi oksidasi dan katoda memiliki fungsi sebagai tempat

reaksi reduksi.

Aliran muatan-muatan listrik dalam sel volta

merupakan arus listrik. Hal itu menandakan adanya aliran

elektron dalam sel volta. Aliran listrik mengalir dari anoda ke

katoda diakibatkan oleh adanya selisih energi potensial listrik

diantara kedua elektroda yang disebut dengan potensial sel

(E0sel). Nilai dari sebuah potensial sel sama dengan selisih

potensial kedua elektroda. Katoda memiliki nilai E0 yang lebih

besar (positif), sedangkan anode memiliki nilai E0 yang lebih

kecil (negatif). Besarnya potensial sel pada beberapa unsur

logam dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.1 Tabel Potensial Sel


Reaksi Reduksi Logam E0 (Volt)
K+ + e- K -2,92
Ba2+ + 2e- Ba -2,90
Ca2+ + 2e- Ca -2,87
Na+ + e- Na -2,71
Mg2+ + 2e- Mg -2,37
Al3+ + 3e- Al -1,66
Mn2+ + 2e- Mn -1,18
2H20 + 2e- H20 -0,83
Zn2+ + 2e- Zn -0,76
Cr3+ + 3e- Cr -0,71
Fe2+ + 2e- Fe -0,44
12

Cd2+ + 2e- Cd -0,40


Co2+ + 2e- Co -0,28
Ni2+ + 2e- Ni -0,25
Sn2+ + 2e- Sn -0,14
Pb2+ + 2e- Pb -0,13
2H+ + 2e- H 0
Cu2+ + 2e- Cu +0,34
Hg2+ + 2e- Hg +0,62
Ag+ + e- Ag +0,08
Pt2+ + 2e- Pt +1,20
Au3+ + 3e- Au +1,50

Aliran listrik yang dihasilkan oleh sel volta ini dapat

diukur dengan menggunakan indikator. Indikator yang

digunakan dapat berupa voltmeter, amperemeter, lampu,

galvanometer, dan lain sebagainya. Arah aliran arus listrik

berlawanan dengan arah aliran elektron, arah arus listrik selalu

mengarah ke kutub negatif dari kutub positif, maka dapat

disimpulkan bahwa dalam sel volta, katoda merupakan kutub

positif dan anoda merupakan kutub negatif.

2.5.3 Notasi Sel Volta

Notasi sel volta adalah notasi yang digunakan untuk

menggambarkan rangkaian sel volta dan reaksi redoks yang

terjadi di dalamnya. Aturan penulisan sel volta menurut

IUPAC adalah sebagai berikut.

a. Notasi sel terdiri dari katoda dan anoda.


13

b. Tanda || adalah jembatan garam untuk memisahkan

fase yang berbeda.

c. Tanda | adalah batas fase untuk memisahkan fase yang

berbeda.

d. Tanda koma (,) digunakan untuk memisahkan spesi-

spesi dalam sebuah fase yang sama.

e. Komponen kompartemen anoda ditulis di bagian kiri

dan komponen kompartemen katoda ditulis di bagian

kanan.

2.5.4 Jembatan Garam

Gambar 2.1 Gambar Jembatan Garam

Dalam sel volta, sering juga digunakan jembatan

garam. Jembatan garam yang digunakan dalam sel volta

biasanya berupa suatu larutan elektrolit atau garam dalam

larutannya. Adanya jembatan garam ini memungkinkan

elektron-elektron dapat mengalir. Jembatan garam ini

berfungsi sebagai media untuk mengalirkan ion-ion dari satu


14

elektroda ke elektroda yang lainnya dengan tujuan untuk

mengimbangi aliran elektron dari anoda ke katoda.

lllll
2.6 Logam Aluminium sebagai Sumber Arus Listrik

Limbah bungkus rokok, terutama bagian grenjengnya dapat

menjadi sumber listrik karena grenjeng termasuk kedalam aluminium

yang merupakan logam. Aluminium tersusun atas kumpulan partikel-

partikel. Partikel-partikel tersebut adalah atom-atom yang membentuk

molekul dan ion-ion. Ion adalah atom yang memiliki muatan, baik

positif maupun negatif. Ion positif disebut sebagai kation dan ion

negatif disebut anion. Dalam setiap atom penyusun aluminium,

terdapat elektron yang bermuatan negatif dan proton yang bermuatan

positif.

Mudah tidaknya elektron terlepas dari lintasannya akan

mempengaruhi sifat sebuah benda, masuk ke dalam golongan benda

isolator atau benda semi konduktor dan/atau benda konduktor. Ada

beberapa penyebab yang dapat menyebabkan elektron terlepas dari

lintasannya. Dalam konteks limbah bungkus rokok sebagai sumber

listrik, penyebab elektron terlepas dari lintasannya adalah adanya

elektroda (anoda dan katoda).

Keberadaan elektron pada lintasannya dalam atom yang

terdapat di dalam penyusun aluminium akan terpengaruh oleh adanya

elektroda. Elektroda ada dua, yakni yang berfungsi sebagai kutub

positif dan kutub negatif. Perbedaan potensial dari elektroda positif


15

dan negatif menimbulkan adanya kondisi yang tidak stabil pada atom

yang menyebabkan elektron pada atom-atom penyusun aluminium

terlepas dari lintasannya.

Elektron yang terlepas dari lintasannya memiliki

kemungkinan untuk berpindah ke lintasan elektron atom lain yang ada

di dekatnya. Perpindahan elektron dari satu atom ke atom lainnya,

dapat mengakibatkan perubahan energi pada aluminium. Besar

kecilnya jumlah elektron yang terlepas dan berpindah ke lintasan atom

lain akan mempengaruhi besar kecilnya perubahan energi. Perubahan

energi ini tidak akan mengurangi atau menghilangkan jumlah

electron, tetapi elektron hanya berpindah tempat dari lintasannya ke

lintasan atom yang lain.

Proses terlepasnya elektron dari lintasan atom dan

berpindahnya elektron yang terlepas ke lintasan elektron atom lainnya

inilah yang merupakan awal mula munculnya arus listrik pada

aluminium.
BAB III

METODOLOGI

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian ini dilakukan dengan

melakukan percobaan. Percobaan dilakukan untuk memperoleh data yang

nantinya akan dideskripsikan dan dibahas dengan jelas dan rinci sesuai

dengan tujuan dari penelitian.

3.2 Objek Penelitian

3.2.1 Populasi

Populasi objek penelitian ini adalah seluruh limbah bungkus rokok

yang ada di Indonesia.

3.2.2 Sampel

Sampel yang diambil adalah tujuh buah limbah bungkus rokok.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

3.3.1 Waktu

Penelitian dilakukan pada November 2018.

3.3.2 Tempat

Penelitian dilakukan di Jl. Turgo, Dusun Wringin Lor,

Purwobinangun, Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

16
17

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan percobaan. Percobaan

dilakukan dengan membuat rangkaian grenjeng sehingga dapat

menghasilkan arus listrik. Percobaan yang dilakukan dalam penelitian

ini meliputi dua percobaan. Percobaan pertama merupakan percobaan

pemnbuatan rangkaian dasar dan percobaan kedua merupakan

pengembangan dari rangkaian dasar.

3.5 Teknik Analisis data

Analisis yang digunakan dengan metode deskriptif. Data yang

diperoleh dideskripsikan alasannya mengapa dapat diperoleh data

seperti itu berdasarkan teori-teori yang ada pada landasan teori.

3.6 Prosedur

3.6.1 Alat

1) Voltmeter

3.6.2 Bahan

1) Grenjeng

2) Larutan garam dapur

3) Kawat tembaga

4) Serabut tembaga

5) Tissue basah
18

3.6.3 Langkah Kerja

3.6.3.1 Percobaan 1

3.6.3.1.1 Mengambil grenjeng dari limbah bungkus

rokok.

3.6.3.1.2 Menyiapkan serabut tembaga sepanjang 15

cm sebanyak 10 buah dan kawat tembaga

berukuran 3 cm sebanyak 1 buah.

3.6.3.1.3 Melipat grenjeng menjadi 3 bagian,

kemudian pada salah satu ujungnya

diselipkan kawat tembaga dengan posisi

tegak lurus terhadap lipatan grenjeng.

3.6.3.1.4 Melapisi lipatan grenjeng dengan tissue

basah dan meletakkan 10 serabut tembaga

diatasnya, kemudian digulung.

3.6.3.1.5 Mengubungkan ujung kawat tembaga dan

serabut tembaga dengan dua kabel voltmeter.

3.6.3.1.6 Mencatat angka yang tertera pada voltmeter.

3.6.3.2 Percobaan 2

3.6.3.2.1 Mengambil grenjeng dari limbah bungkus

rokok.
19

3.6.3.2.2 Menyiapkan serabut tembaga sepanjang 15

cm sebanyak 10 buah dan kawat tembaga

berukuran 3 cm sebanyak 1 buah.

3.6.3.2.3 Melipat grenjeng menjadi 3 bagian,

kemudian pada salah satu ujungnya

diselipkan kawat tembaga dengan posisi

tegak lurus terhadap lipatan grenjeng.

3.6.3.2.4 Melapisi lipatan grenjeng dengan tissue

basah dan meletakkan 10 serabut tembaga

diatasnya, kemudian digulung.

3.6.3.2.5 Ulangi langkah 1-4 sampai rangkaian

grenjeng yang dibuat berjumlah 6 buah.

3.6.3.2.6 Menyiapkan larutan air garam, kemudian

celupkan satu rangkaian grenjeng ke

dalamnya, kemudian hubungkan ujung

serabut tembaga dan kawat tembaga dengan

voltmeter, lalu catat angka yang tertera pada

voltmeter.

3.6.3.2.7 Merangkai 5 rangkaian tunggal grenjeng

yang telah dibuat secara seri, lalu hubungkan

ujung serabut tembaga dan kawat tembaga

dengan voltmeter, lalu catat angka yang

tertera pada voltmeter.


BAB IV

PEMBAHASAN

Tabel 4.1 Tabel Data Hasil Percobaan

Jenis Percobaan Listrik yang Dihasilkan

Percobaan rangkaian dasar 0,44 V

Percobaan pengembangan 1 0,55 V

Percobaan pengembangan 2 1,65 V

Percobaan pertama adalah percobaan untuk membuat rangkaian dasar agar

grenjeng dapat mengasilkan energi listrik. Percobaan ini merupakan penerapan dari

teori sel volta. Pada percobaan ini, ada 2 jenis logam yang digunakan sebagai

elektroda, yaitu aluminiun (Al) dan tembaga (Cu). Grenjeng merupakan logam

berjenis aluminium (Al). Kedua jenis logam ini termasuk ke dalam deret volta yang

artinya kedua logam tersebut memiliki sifat reduktor dan oksidator. Berdasarkan

letak kedua logam tersebut dalam deret volta, aluminium (Al) memiliki sifat

reduktor yang kuat (mudah teroksidasi), sedangkan tembaga (Cu) memiliki sifat

reduktor lemah (sukar teroksidasi).

Dalam rangkaian dasar ini, posisi grenjeng ada di bagian paling tengah,

sehingga diperlukan konduktor untuk menghubungkan grenjeng dengan kabel

voltmeter ketika pengukuran. Konduktor yang digunakan adalah kawat tembaga.

Keberadaan konduktor ini tidak berpengaruh terhadap rangkaian dasar. Grenjeng

20
21

dan serabut tembaga sengaja dibuat untuk tidak mengalami kontak secara

langsung. Keduanya dipisahkan oleh sebuah pembatas. Pembatas yang

digunakan adalah tissue basah. Tissue basah ini merupakan penerapan dari

jembatan garam dalam teori sel volta. Adanya tissue basah sebagai jembatan

garam ini berfungsi sebagai media untuk mengalirkan ion-ion dari satu

elektroda ke elektroda lainnya dengan tujuan untuk mengimbangi aliran

elektron yang mengalir.

Dalam rangkaian dasar ini, grenjeng berperan sebagai anoda dan

serabut tembaga berperan sebagai katoda. Rangkaian grenjeng ini dapat

menghasilkan arus listrik karena adanya aliran elektron sebagai akibat dari

adanya perbedaan potensial energi diantara kedua buah kutub. Aliran elektron

mengalir dari grenjeng ke serabut tembaga. Hal ini menunjukkan bahwa

grenjeng mengalami oksidasi, sedangkan serabut tembaga mengalami

reduksi. Jika dituliskan menurut notasi sel volta, maka dapat dituliskan

sebagai berikut.

Al | Al3+ || Cu2+ | Cu

Grenjeng dapat mereduksi ion-ion logam dari serabut tembaga karena

aluminium memiliki sifat reduktor yang kuat sedangkan tembaga memiliki

sifat reduktor yang lemah. Jika dilihat dari deret volta, letak aluminiun berada

di sebelah kiri dari tembaga yang artinya aluminium mampu mereduksi

tembaga sedangkan tembaga tidak mampu mereduksi aluminium. Arah aliran

elektron selalu berlawanan dengan arah aliran listrik, oleh karena itu pada
22

rangkaian dasar ini serabut tembaga merupakan kutub positif, sedangkan

grenjeng merupakan kutub negatif.

Grenjeng memiliki potensial standar sel (E0) yang lebih kecil

dibandingkan dengan potensial standar sel (E0) yang dimilikin serabut

tembaga. Grenjeng memiliki potensial standar sel (E0) sebesar -1,66 V,

sedangkan serabut tembaga mempunyai potensial standar sel (E0) sebesar

+0,34 V. Selisih potensial standar sel (E0) diantara keduanya adalah +2,00

V. Besarnya selisih potensial standar sel (E0) tersebut diperoleh dengan

mengurangi potensial standar sel (E0) serabut tembaga dengan potensial

standar sel (E0) grenjeng. Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa

rangkaian dasar grenjeng sebenarnya dapat menghasilkan energi listrik

sebesar 2,00 V. Tetapi pengukuran dengan voltmeter menunjukkan bahwa

rangkaian dasar ini hanya menghasilkan energi listrik sebesar 0,44 V. Angka

tersebut terpaut cukup jauh dari energi listrik yang semestinya dihasilkan. Hal

ini diakibatkan oleh faktor-faktor lain yang mempengaruhi ketika reaksi

redoks terjadi. Selain itu juga diakibatkan oleh kualitas bahan yang digunakan

untuk menyusun rangkaian dasar ini.

Percobaan kedua adalah pengembangan dari rangkaian dasar yang

telah dibuat pada percobaan pertama. Pada pengembangan pertama yang

dilakukan adalah mencelupkan rangkaian dasar ke dalam larutan garam

dapur, kemudian pada pengembangan kedua yang dilakukan adalah

merangkai rangkaian pengembangan pertama secara seri.


23

Pengembangan pertama dilakukan dengan mencelupkan rangkaian

dasar ke dalam larutan garam dapur. Larutan garam dapur termasuk dalam

jenis larutan elektrolit kuat. Larutan garam dapur ini akan terperangkap di

dalam tissue basah karena sifat dari tissue basah yang menyerap air. Di dalam

larutan elektrolit, terdapat ion-ion yang bergerak bebas. Ion-ion tersebut ada

yang bermuatan positif dan juga negatif. Jumlah ion negatif dan ion positif

dalam larutan elektrolit adalah sama, sehingga larutan elektrolit bermuatan

netral. Ketika berada di dalam air dan didekatkan ke dua buah elektroda

(katoda dan anoda) ion-ion dalam larutan elektrolit akan bergerak secara

bebas sehingga memugkinkan larutan elektrolit untuk dapat menghasilkan

energi listrik.

Ketika ion-ion dari larutan garam dapur terperangkap pada tissue

basah dan di dekatnya terdapat dua buah elektroda, yaitu grenjeng dan serabut

tembaga, maka secara otomatis ion-ion bermuatan dari larutan garam dapur

akan ditangkap kedua elektroda tersebut. Ion negatif akan ditangkap oleh

elektroda positif, yaitu serabut tembaga, sedangkan ion negatif akan

ditangkap oleh elektroda positif, yaitu grenjeng.

Pengukuran dengan voltmeter menunjukkan bahwa rangkaian

pengembangan pertama ini menghasilkan energi listrik sebesar 0,55 V.

Energi listrik yang dihasilkan oleh rangkaian pengembangan pertama lebih

besar 0,11 V daripada energi listrik yang dihasilkan oleh rangkaian dasar.

Perbedaan energi listrik yang dihasilkan diakibatkan oleh adanya tambahan


24

ion-ion bermuatan yang ditangkap oleh kedia elektroda yang berasal dari

larutan garam dapur dalam rangkaian pengembangan pertama ini.

Pengembangan yang kedua adalah merangkai rangkaian

pengembangan pertama secara seri. Pada pengembangan yang kedua ini

penyusunan rangkaian seri melibatkan 5 buah rangkaian pengembangan

pertama. Rangkaian seri ini dibuat dengan cara menghubungkan kutub positif

rangkaian pengembangan pertama yang satu dengan kutub negatif rangkaian

pengembangan pertama yang lainnya. Cara rangkaian pengembangan kedua

dalam menghasilkan energi listrik sama seperti rangkaian pengembangan

yang pertama. Namun yang membedakan hanyalah susunannya yang dibuat

seri.

Pengukuran dengan voltmeter menunjukkan bahwa rangkaian

pengembangan kedua ini menghasilkan energi listrik sebesar 1,65 V. Energi

listrik yang dihasilkan oleh rangkaian pengembangan kedua jauh lebih besar

daripada energi listrik yang dihasilkan oleh rangkaian dasar dan rangkaian

pengembangan pertama. Perbedaan besarnya energi listrik yang dihasilkan

diakibatkan oleh jumlah rangkaian yang dipakai lebih banyak.

Dalam rangkaian seri, jumlah voltase total merupakan hasil jumlah

dari masing-masing penyusunnya. Jika dilihat, besaran energi listrik dari

rangkaian pengembangan kedua ini adalah 1,65 V dengan jumlah penyusun

rangkaian seri yang berjumlah 5 buah. Jika dihitung, maka masing-masing

penyusun rangkaian seri pada rangkaian pengembangan kedua ini


25

menghasilkan energi listrik sebesar 0,33V. Bersaran energi listrik tersebut

tidak sama dengan rangkaian pengembangan kedua yang menghasilkan

energi listrik sebesar 0,55V, padahal rangkaian pengembangan kedua ini

merupakan pengembangan dari rangkaian pengembangan pertama.

Perbedaan energi listrik yang dihasilkan terjadi karena adanya

perbedaan jumlah ion-ion dari larutan garam yang terperangkap dalam tissue

basah. Semakin banyak ion yang terperangkap, maka akan semakin besar

pula energi listrik yang dihasilkan dan semakin sedikit ion yang ditangkap,

maka akan semakin kecil pula energi listrik yang dihasilkan.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa grenjeng dapat diolah untuk dijadikan sebagai sumber energi listrik.

Hal ini dikarenakan adanya reaksi reduksi dan oksidasi spontan yang

dialami kedua jenis logam yang digunakan untuk membuat rangkaian

grenjeng. Grenjeng mengalami oksidasi, sedangkan serabut tembaga

mengalami reduksi. Adanya elektron yang mengalir menimbulkan adanya

energi listrik.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan agar penelitian, data, dan rangkaian yang telah jadi

sedemikian rupa dapat dikembangkan lebih lanjut agar dapat

menghasilkan energi listrik yang lebih besar.

5.2.2 Bagi Pembaca

Dengan adanya karya tulis ini, diharapkan dapat membuka

wawasan dan menginspirasi pembaca sekalian untuk dapat membuat

dan/atau memanfaatkan limbah barang yang sudah tidak digunakan

menjadi barang yang berguna.

26
DAFTAR PUSTAKA

Chang Raymond, 2003, Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid 2, Jakarta,


wwwwwPenerbit Erlangga

Margono, Wulandari, 2016, Kimia Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu


wwwwwAlam Untuk SMA/MA Kelas X Semester 1, Klaten: Intan Pariwara

Margono, Wulandari, 2016, Kimia Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu


wwwwwAlam Untuk SMA/MA Kelas X Semester 2, Klaten: Intan Pariwara

Sunardi, 2007, Kimia Bilingual Untuk SMA/MA Kelas X Semester 1 dan 2,


wwwwwBandung: CV. YRAMAWIDYA

Sunardi, 2008, Kimia Bilingual Untuk SMA/MA Kelas XII Semester I dan II,
wwwwwBandung, CV YRAMA WIDYA

Alumunium Foil dalam https://www.kemasansinergy.com /artikel/aluminium


-foil-dan-penggunaanya diakses pada tanggal 6 Agustus 2018

Mengenal Bahan Kemasan pada Rokok dalam https://komunitaskretek.or.id/


ragam/2017/01/mengenal-bahan-kemasan-pada-rokok/ diakses pada tanggal
6 Agustus 2018

Pembuatan Alumunium Foil dalam http://charasusanti.weebly.com/ uploads


/1/4/9/8/14985582/e_10metalis.pdf diakses pada tanggal 8 Oktober 2018

Sumber Listrik dari Logam dalam https://ugm.ac.id/id/berita/12124


mahasiswa. ugm.mengembangkan.lampu.berbahan.energi.dari.logam.bekas
diakses pada tanggal 22 Oktober 2018

x
LAMPIRAN

1. Tabel 2.1 Tabel Potensial Standar Sel


Reaksi Reduksi Logam E0 (Volt)
K+ + e- K -2,92
Ba2+ + 2e- Ba -2,90
Ca2+ + 2e- Ca -2,87
Na+ + e- Na -2,71
Mg2+ + 2e- Mg -2,37
Al3+ + 3e- Al -1,66
Mn2+ + 2e- Mn -1,18
2H20 + 2e- H20 -0,83
Zn2+ + 2e- Zn -0,76
Cr3+ + 3e- Cr -0,71
Fe2+ + 2e- Fe -0,44
Cd2+ + 2e- Cd -0,40
Co2+ + 2e- Co -0,28
Ni2+ + 2e- Ni -0,25
Sn2+ + 2e- Sn -0,14
Pb2+ + 2e- Pb -0,13
2H+ + 2e- H 0
Cu2+ + 2e- Cu +0,34
Hg2+ + 2e- Hg +0,62
Ag+ + e- Ag +0,08
Pt2+ + 2e- Pt +1,20
Au3+ + 3e- Au +1,50

xi
2. Tabel 4.1 Tabel Data Hasil Percobaan

Jenis Percobaan Listrik yang Dihasilkan

Percobaan rangkaian dasar 0,44 V

Percobaan pengembangan 1 0,55 V

Percobaan pengembangan 2 1,65 V

3. Gambar 2.1 Gambar Jembatan Garam

Sumber: wikipedia

4. Alat dan Bahan

a. Alat

xii
1) Voltmeter

b. Bahan

1) Grenjeng

xiii
2) Larutan garam dapur

3) Kawat tembaga

xiv
4) Serabut tembaga

5) Tissue basah

xv
5. Gambar Rangkaian Grenjeng

6. Gambar Hasil Percobaan

a. Gambar hasil percobaan 1

xvi
b. Gambar hasil percobaan 2

c. Gambar hasil percobaan 3

xvii

Anda mungkin juga menyukai