LAPORAN PENELITIAN
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah
pada Semester II tahun Akademik 2020-2021
Oleh
i
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rido-Nyalah akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang
berjudul “Pendaurulangan Limbah Styrofoam Sebagai Pelapis Dinding Ruangan
Untuk Mengurangi Konsumsi Energi Listrik di Rumah”. Laporan penelitian ini
merupakan salah satu tugas mata kuliah Karya Tulis Ilmiah pada Semester Genap
Tahun Akademik 2020/2021 di Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut
Teknologi Bandung.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pendaurulangan
limbah styrofoam sebagai pendingin ruangan di rumah dan mengetahui dampak
pemakaian limbah styrofoam sebagai pendingin ruangan dalam mengurangi
konsumsi energi listrik di rumah.Laporan penelitian ini relatif baik karena pada
laporan ini disajikan data hasil eksperimen dan pengamatan yang didap at secara
langsung.
Laporan penelitian ini belum sempurna karena kurangnya peralatan dan
isolasi lingkungan dalam melaksanakan eksperimen dan pengamatan. Selain itu,
laporan ini juga masih memiliki banyak kesalahan dan kekurangan dalam hal
penyampaian dan perangkaian kalimat. Akan tetapi, penulis tetap berharap agar
laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi semua
pembaca laporan ini.
Laporan ini tidak akan terwujud tanpa dorongan, arahan, dan bantuan semua
pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada
1. Orang tua yang selalu memberikan dukungan moril dan materil selama
penulisan karya tulis ilmiah ini dan
2. Dr. Asep Wawan Jatnika, M.Hum., selaku dosen mata kuliah Tata Tulis
Karya Ilmiah KU1011 yang telah membimbing serta memberikan masukan
kepada penulis dalam menyusun karya tulis karya ilmiah ini sehingga
penulis dapat menyelesaikan dengan baik.
Atas segala segala bantuannya. Semoga Tuhan YME mampu membalasnya.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK......................................................................................................... i
PRAKATA ....................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... vi
1.6.1 Metode......................................................................................... 4
iii
2.6 Insulasi Termal Styrofoam ................................................................. 10
INDEKS ......................................................................................................... 29
LAMPIRAN.................................................................................................... 31
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN.................................................................................................... 31
LAMPIRAN A LEMBAR KENDALI .......................................................... 31
LAMPIRAN B KERANGKA KARANGAN TOPIK .................................... 32
LAMPIRAN C DRAF BAB 1 ...................................................................... 34
LAMPIRAN D DRAF BAB 2 ...................................................................... 39
LAMPIRAN E DAFTAR GAMBAR ........................................................... 46
vi
BAB I
PENDAHULUAN
limbah styrofoam. Berdasarkan penelitian oleh LIPI pada tahun 2018, terdapat 0,27
juta ton hingga 0,59 juta ton sampah masuk ke laut Indonesia, sebagian besar
masalah mulai dari kerusakan ekosistem laut hingga gangguan kesehatan bagi
masyarakat sekitar.
Limbah styrofoam baru dapat terurai secara alami setelah kurang lebih 500
tahun. Karena sifat sulit terurai tersebut, maka dibutuhkan penanganan alternatif
penggunaan kembali produk yang telah menjadi limbah, dan recycle (mendaur
ulang) berarti pengolahan kembali limbah menjadi barang yang berbeda baik fungsi
maupun bentuk. Pendaurulangan limbah styrofoam merupakan salah satu cara yang
1
yang berfungsi sebagai penstabil suhu ruangan. Hal ini diharapkan dapat menjadi
alternatif untuk mengurangi konsumsi energi listrik. Dengan demikian, kami akan
mencari tahu ada atau tidaknya pengaruh penambahan material styrofoam sebagai
di rumah.
1. Styrofoam,
2. Daur ulang,
3. Rumah,
4. Metode,
5. Dampak Positif,
2
6. Kendala,
8. Suhu ruangan.
warna putih dan terlihat bersih. Bentuknya juga simpel dan ringan. Sifat asli dari
polystyrene sangat ringan, kaku, tembus cahaya dan murah tetapi cepat rapuh.
ditambahkan zat plastisizer seperti dioktil platat (DOP), butyl hidroksi toluene, atau
butyl stearat. Plastik busa yang mudah terurai menjadi struktur sel kecil merupakan
Menurut Yandy Lim (2020) insulasi termal adalah metode atau proses yang
3
digunakan untuk metode ini dinamakan insulator. Styrofoam memiliki nilai
panas styrofoam yang cukup rendah, sehingga styrofoam sangat baik digunakan
sebagai insulator.
1.5 Hipotesis
Pendaurulangan styrofoam sebagai pelapis dinding ruangan akan efektif jika
seluruh permukaan dinding dilapisi dengan styrofoam. Selain itu, jika dinding
ruangan dilapisi styrofoam, maka suhu ruangan akan stabil dan diprediksi besar
perubahan suhunya tidak sebesar atau se-fluktuatif lingkungan luar tidak hanya itu
dilakukan.
1.6.1 Metode
Penelitian ini bersifat eksperimen yaitu sebuah metode penelitian yang
bersifat kuantitatif yang bertujuan untuk mencari pengaruh atau dampak dari
variabel dependen.
4
penelitian diamati dan dianalisis ada tidaknya perubahan dengan kondisi yang
terstruktur yaitu data dari hasil observasi diambil setiap 10 menit sekali dalam
styrofoam terhadap konsumsi energi listrik di rumah, serta simpulan dan saran.
Pada bab satu akan dibahas mengenai latar belakang pengangkatan aspek laporan
penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup kajian, anggapan
dasar, hipotesis, metode dan teknik pengumpulan data, serta sistematika penulisan.
Pada bab dua akan disajikan teori dasar sebagai penjelasan umum dan aspek-aspek
yang akan dikaji berupa definisi styrofoam, jenis dan f ungsi styrofoam, karakter
tiga berisi analisis yang menjabarkan dan menganalisis masalah -masalah yang
peluang pengembangan limbah styrofoam. Bab empat berisi tentang simpulan dan
saran dari penulis mengenai permasalahan yang kami angkat terkait dengan
5
BAB II
TEORI DASAR STYROFOAM
plastik yang memiliki sifat khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran
Hariady, dkk. (2014) menjelaskan asal-usul nama styrofoam adalah nama dagang
dari styrene (C6H5CH9CH2), yang mempunyai gugus phenyl (enam cincin karbon)
yang tersusun secara tidak teratur sepanjang garis karbon dari molekul (Sudipta &
termasuk dalam kategori polimer sintetik dengan berat molekul tinggi yang
berbahan baku monomer berbasis etilena yang berasal dari perengkahan minyak
bumi.
polystyrene merupakan material yang berbobot ringan yang berbahan baku etilena
yang diproduksi dari perengkahan minyak bumi. Kutipan di atas bermanfaat untuk
6
unsur polystirene. Polystyrene dapat terbagi menjadi dua yaitu polystirene busa dan
padat. Kedua jenis Polystirene ini memiliki fungsi yang berbeda contohnya
produk plastik segmen akhir seperti peralatan elektronik, suku cadang kendaraan
busa adalah bentuk lain dari barang setengah jadi polimer yang selanjutnya
(Yangzhou Chengsen Plastics Co, Ltd), 2018) Polystirene busa terdiri dari 95-98%
udara. Mereka adalah isolator panas yang baik, oleh karena itu, secara luas
digunakan sebagai bahan isolasi bangunan. salah satu sifat dari polystirene busa
yaitu baik dalam meredam sehingga membuatnya memiliki daya tarik dalam
styrofoam tidak hanya dapat dijadikan sebagai kemasan saja, melainkan dapat
terbagi menjadi dua jenis yang memiliki fungsi berbeda-beda sesuai dengan jenis
polystirene-nya.
antara 25-200 kg/m3, dengan konduktivitas termal 0,033 W/mK. Helbert (2015)
juga menambahkan bahwa styrofoam memiliki sifat getas, dengan modulus Young
berkisar antara 3000 – 3600 MPa dan kekuatan tarik berkisar antara 40 – 60 MPa.
7
Menurut Triaji, dkk. (2013), styrofoam yang memiliki karakteristik lentur,
mudah dibentuk, ringan, dan relatif murah banyak digunakan oleh masyarakat
41,4;
mencantumkan beberapa karakteristik yang lebih detail seperti titik leleh styrofoam
satu bahan yang kerap digunakan dalam kehidupan sehari-hari contohnya sebagai
kemasan bagi barang-barang yang mudah rusak dan tidak jarang dipakai sebagai
kemasan bagi makanan. Hal ini didukung karena styrofoam praktis dan tahan lama
sehingga menjadi salah satu pilihan yang kerap dipakai penjual maupun konsumen
makanan. Selain itu Styrofoam memiliki sifat yang tahan bocor, ringan dan yang
paling penting yaitu murah, hal-hal inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi
8
Semua sifat-sifat styrofoam sebagai kemasan banyak mendatangkan
keuntungan bagi penjual maka styrofoam sering dijumpai sebagai kemasan bagi
produk makanan yaitu bubur ayam, mie instan, dan makanan saji lainnya (POM),
2008). Suhiel (2018) menyatakan bahwa Dalam pemroduksian suatu film atau
video dibutuhkan yang namanya pencahayaan yang baik sehingga diperlukan alat-
alat seperti reflektor, lighting, dll. Salah satu kegunaan styrofoam yang lain adalah
yang terdapat dalam objek hal ini dikarenakan warna dari styrofoam yaitu putih, hal
inilah yang dimanfaatkan sebagai reflektor buatan daripada harus merogoh kocek
untuk membeli alat reflektor. berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
kemasan dan juga di bidang lainnya dan kutipan di atas bermanfaat untuk landasan
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Nomor 14 Tahun 2012) Tarif Dasar Listrik
1. Golongan tarif untuk keperluan rumah tangga kecil pada tegangan rendah,
9
3. Golongan tarif untuk keperluan rumah tangga besar pada tegangan rendah,
Jumlah energi listrik terjual pada tahun 2013 sebesar 187.541 GWh, men ingkat
mengkonsumsi energi sebesar 77.211 GWh (41,17%), sektor industri 64.381 GWh
(34,33%), Bisnis 34.498 GWh (18,40%), dan lainnya (sosial, gedung pemerintah
sektor industri dan bisnis. Kutipan di atas bermanfaat untuk landasan sekaligus
sebagai batasan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan listrik rumah tangga.
panas) adalah metode atau proses yang digunakan untuk mengu rangi laju
perpindahan panas/kalor. Panas atau energi panas (kalor) bisa dipindahkan dengan
cara konduksi, konveksi, dan radiasi atau ketika terjadi perubahan wujud. Bahan
yang digunakan untuk mengurangi laju perpindahan panas itu disebut isolator atau
insulator.
suatu bahan diukur dengan konduktivitas termal (k). Konduktivitas termal yang
rendah setara dengan kemampuan insulasi (resistansi termal atau nilai R) yang
10
𝑄𝐿
𝑘=
𝐴𝑇Δ𝑇
A : luas penampang (m 2)
L : panjang (m)
t : waktu (sekon)
terbalik antara nilai konduktivitas termal dan perubahan suhu. Semakin besar nilai
konduktivitas termal suatu bahan, maka semakin kecil perubahan suhu yang terjadi
pada bahan tersebut. Namun, dibutuhkan nilai kalor (Q) untuk menghitung
konduktivitas termal bahan. Sumber kalor yang paling utama pada percobaan ini
sebagai berikut.
𝑄 = 𝑒𝜎𝑇 4 𝐴𝑡
e : emisivitas bahan
A : luas penampang (m 2)
𝜎 : 5,67 x 10 -8 (J/s.m2.K4)
t : waktu (s)
11
BAB III
ANALISIS PENGARUH PEMAKAIAN DINDING LIMBAH
STYROFOAM TERHADAP KONSUMSI ENERGI LISTRIK DI
RUMAH
rumah biasanya. Kardus tersebut dilapisi limbah styrofoam dengan beberapa variasi
dalam kardus ini akan memiliki sifat yang sama dengan perubahan suhu dalam
ruangan.
Pada eksperimen kali ini, limbah styrofoam diambil dari sisa dekorasi acara
Gambar 3.1 dan Gambar 3.2 Kardus dan Styrofoam yang Digunakan dalam
Penelitian
12
Kardus akan dilapisi styrofoam dengan ketebalan 12 mm dan 25 mm.
Terdapat juga kardus yang tidak dilapisi styrofoam sebagai variabel kontrol. Kardus
sebagai ventilasi.
styrofoam, yaitu 12 mm dan 25 mm. Kedua varian ini memiliki nilai konduktivitas
termal yang berbeda. Berdasarkan persamaan konduktivitas termal dan kalor radiasi
yang telah kami paparkan pada bab 2, kami dapat menghitung nilai konduktivitas
termal untuk kedua varian tersebut dengan mengambil nilai emisivitas bahan
sebesar 0,9 untuk kardus eksperimen. Untuk varian 12 mm, kami mendapatkan
kalor yang diserap oleh styrofoam selama eksperimen (Q) sebesar 793020 J, dan
13
nilai konduktivitas termal sebesar 7,794 W/mK. Untuk varian 25 mm, kami
mendapatkan besar kalor yang diserap oleh styrofoam selama eksperimen (Q)
sebesar 790398 J, dan nilai konduktivitas termal sebesar 10,902 W/mK. Sedangkan
untuk percobaan tanpa styrofoam, kami mengetahui bahwa kardus menyerap kalor
dibandingkan varian lainnya. Hal ini juga didukung dengan hasil perhitungan nilai
12 mm. Hal ini juga menunjukkan korelasi positif antara ketebalan styrofoam dan
maka semakin baik pula styrofoam tersebut bekerja sebagai insulator termal.
14
Gambar 3.5 Posisi Termometer Selama Pengukuran Suhu Kardus
bertujuan untuk mencari pengaruh hal tersebut terhadap penstabilan suhu ruangan.
Dalam eksperimen ini kami membuat 3 dinding yang dilapisi styrofoam dengan
variabel ketebalan yang berbeda-beda yang telah dijelaskan pada sub bab 3.2
15
Gambar 3.6 Grafik Pengaruh Styrofoam Tebal Terhadap Kestabilan Suhu
Ruangan
Berdasarkan grafik di atas kita dapat melihat pada awal eksperimen suhu
kardus sekitar 39° kemudian terjadi kenaikan dan penurunan suhu sejalan dengan
pertambahan waktu eksperimen, dapat kita akui bahwa eksperimen ini tidak
dilakukan secara ketat sehingga akan dihasilkan akurat sesuai dengan nilai suhu
yang terkadang tidak stabil kenaikan atau penurunannya, namun jika kita ambil
secara rata-rata terbentuklah garis lurus yang dapat kita simpulkan bahwa suhu terus
eksperimen ini.
16
Pada percobaan yang menggunakan styrofoam dengan variabel ketebalan
yaitu tipis didapatkan juga sebuah grafik yang dapat menjelaskan pengaruh
styrofoam terhadap kestabilan suhu. Pada gambar 3.7 di bawah dapat menjelaskan
fluktuasi suhu berupa kenaikan maupun penurunan suhu jika gambar 3.7
dibandingkan dengan gambar 3.6 yaitu eksperimen dengan variabel ketebalan tebal
memang terlihat susah membedakan dan cenderung sama, namun jika kita lihat
dengan teliti terdapat sebuah perbedaan dimana garis lurus yang mencerminkan
nilai rata rata untuk setiap waktu cenderung turun sejalan dengan penambahan
waktu, namun fluktuasi turunnya suhu tidak secepat penurunan suhu pada dinding
tebal sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ketebalan styrofoam yaitu tipis
Ruangan
17
Eksperimen yang kami lakukan tidak berhenti hanya pada mencari
perbandingan antara variabel tebal atau tipis, melainkan kami juga mencoba
eksperimen bagaimana jika dinding tidak dilapisi styrofoam sama sekali. Hal ini
Jika kita lihat lagi-lagi sangat sulit untuk membedakan antara gambar 3.6,
grafik 3.7, dan grafik 3.8 dikarenakan perubahan suhu yang cenderung sedikit
namun jika kita lihat dengan saksama gambar 3.8 memiliki perbedaan dengan 2
gambar sebelumnya yang telah dibahas. Jika dibandingkan dengan gambar 3.6
terdapat banyak perbedaan pada sektor fluktuasi suhu dimana terkadang suhu
ruangan pada dinding yang tidak dilapisi styrofoam berubah cukup drastis
mengikuti suhu lingkungan namun pada saat yang sama suhu yang dilapisi
styrofoam tebal tidak berubah sebesar dinding yang tidak dilapisi styrofoam
walaupun pada grafik secara rata-rata hanya berbeda sedikit pada kemiringan
18
garisnya kemudian jika dibandingkan dengan gambar 3.7 yaitu dinding yang
dilapisi styrofoam tipis cenderung sama dengan dinding yang tidak dilapisi sama
sekali walaupun pada sewaktu-waktu terdapat selisih penuruan atau kenaikan suhu
kondisi yang baik sejak hari pelapisan (25 April 2021) hingga penulisan hasil
eksperimen ini (17 Mei 2021). Selama pengambilan data (29 April 2021), kardus
yang dilapisi styrofoam juga bertahan dibawah sinar matahari langsung yang
bersuhu tinggi.
bertahan untuk waktu yang lama walaupun berada di kondisi yang cukup ekstrem.
Gambar 3.9 Kondisi Lapisan Styrofoam saat Penulisan Laporan (17 Mei 2021)
19
3.5 Penggunaan Energi Listrik Rata-Rata Per Bulan di Rumah
Sistem listrik di rumah penulis (Teuku Nilnal) yang beralamat di Jl. Mesjid
Al-Qurban, Lr. Keluarga No. 3, Lamara, Kec. Banda Raya, Banda Aceh
dari pembelian token listrik per bulannya. Token listrik seharga Rp 100.000,- akan
memberikan kuota listrik sebesar 64 kwh yang biasanya habis dalam 4 hari. dari
fakta tersebut dapat diestimasi per bulannya rumah penulis akan menghabiskan
20
● AC berkekuatan 1.5 PK digunakan 10 jam/hari
pelapisan styrofoam pada dinding berakibat pada penstabilan dan penurunan suhu
● Ketika suhu ruangan lebih rendah dari biasanya energi yang digunakan AC
AC yang akan mengurangi penggunaan listrik secara keseluruhan. Hal yang sama
juga akan terjadi pada rumah penulis, sehingga penggunaan listrik di rumah penulis
dilapisi dengan styrofoam dibuat dalam jumlah kecil dengan sisi kardus yang
21
styrofoam bekas kegiatan prakarya. Namun, bagaimana jika kita kalkulasikan
yang sangat banyak. Apakah akan berpengaruh terhadap jumlah limbah styrofoam
yang berada di lingkungan sekitar? Hal inilah yang akan kami jawab pada sub bab
3.7 ini.
yaitu 3x4 m dimana panjang sebuah ruangan sekitar 3 m dan lebarnya sekitar 4 m
dan asumsikan lagi tinggi dari plafon antara langit langit dan lantai seitar 4 m maka
akan terbentuk balok dengan luas permukaan sebesar 56 m 2 tanpa alas dan atap. Jika
kita asumsikan ketebalan styrofoam yang lazim digunakan untuk melapisi dinding
untuk setiap ruangan kemudian jika massa jenis styrofoam sebesar 25 kg/m 3 maka
massa styrofoam yang dibutuhkan sebesar 70 kg. Kemudian, jika di Indon esia
terdapat kurang lebih 70 juta kepala keluarga dan diasumsikan 1 dari 10 keluarga
memasang tembok yang dilapisi styrofoam. Maka kita dapat mendaur ulang limbah
styrofoam sebesar 490 kiloton. Oleh karena itu terobosan ini dapat menjadi solusi
mampu menjadi insulator termal untuk menstabilkan suhu ruangan, bahkan juga
22
mengurangi pemakaian listrik untuk pendingin ruangan di rumah. Teknologi ini
menjadikan styrofoam sebagai bahan dasar batu bata untuk membangun tembok
rumah. Dengan sifat-sifat yang dimilikinya, batu bata styrofoam mampu menjadi
solusi untuk rumah yang hemat energi dan juga tahan terhadap gempa bumi, serta
oleh limbah styrofoam. Tentunya hal ini hanya dapat dilakukan jika telah ditemukan
cara untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan dari styrofoam tersebut agar
23
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Sampah dan limbah merupakan masalah yang lazim ditemui di negara-
negara di dunia salah satunya Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara
yang memiliki penduduk hampir sama besar dengan jumlah penduduk keseluruhan
eropa sehingga tidak heran jika masalah sampah dan limbah dapat kita temui di
material polystyrene. Styrofoam merupakan bahan yang sudah tidak susah dicari di
kemasan makanan instan sampai kemasan makanan yang harus dimasak hingga
kemasan barang elektronik memakai material berbahan styrofoam ini. Mengapa hal
ini dapat terjadi? hal ini terjadi karena banyak faktor yang sangat mempengaruhi
memiliki karakter bahan yang tahan panas, ringan, dan praktis hal-hal inilah yang
yaitu murah, harga styrofoam sangatlah murah ditambah dengan karakter yang ia
styrofoam yang ia miliki yaitu dengan cara menjadikan sebagai pelapis dinding
24
yang nantinya dapat menjaga kestabilan suhu ruangan dan akan berdampak pada
Dari eksperimen yang telah dilakukan, kami berhasil mendaur ulang limbah
styrofoam menjadi pelapis dinding sebagai insulator termal di rumah. Adapun cara
menjadi pelapis dinding merupakan salah satu langkah yang sangat baik dan efektif
dilakukan dengan ide menjadikan limbah tersebut pelapis dinding rumah dan
kesimpulan bahwa limbah ini yang dijadikan pelapis dinding dapat mengurangi
tingkat fluktuasi suhu ruangan yang dipengaruhi suhu lingkungan dan secara garis
besar dapat mengurangi suhu ruangan sehingga menjadi lebih sejuk sejalan dengan
waktu eksperimen.
4.2 Saran
Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat penulis berikan yang sekiranya
25
● Memperbanyak variasi ketebalan styrofoam untuk mendapatkan korelasi
akurat.
26
DAFTAR PUSTAKA
Aquina, H., dkk. 2014. Pengaruh Substitusi Styrofoam Ke Dalam Aspal Penetrasi
60/70 Terhadap Karakteristik Campuran Aspal Porus. Jurnal Teknik
Sipil Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala 3.
Halliday, David, Robert Resnick, dan Jean Walker. 2010. Physics, 7th Edition(
Fisika Jilid 7 Edisi Ketujuh). Penerjemah: Tim Pengajar Fisika Dasar
ITB. Jakarta: Erlangga.
Hariady, S., dkk. 2014. Kaji Eksperimental Kemampuan Daya Hantar Kalor
Campuran Styrofoam, Kulit Jengkol dan Semen Putih Sebagai
Alternatif Bahan Isolator. Jurnal Desiminasi Teknologi 2(2): 121.
Helbert. 2015. Rancang Bangun dan Pengujian Mesin Pendingin dengan
Menggunakan Etanol 96% Sebagai Refrigeran. (Skripsi, Universitas
Sumatera Utara, 2015). Diakses dari https://ft.ung.ac.id
Lim, Yandi. 2020. “Insulasi Termal”.
(https://www.insulasi.com/author/admin/). Diakses pada 30 April
2021.
Suryanita, R., dkk. 2014. Karakteristik kuat beton ringan akibat penambahan
styrofoam pada desain campuran beton. Jurnal Sains dan Teknologi
13(1): 18.
Palaloi, Sudirman. (2014). Analisis Pengunaan Energi Listrik pada Pelanggan
Rumah Tangga Kapasitas Kontrak Daya 450 VA, Prosiding Seminar
Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 Kegiatan Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik. 25 Januari 2012. Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 28. Jakarta.
Sudipta, I. G. K. dan Sudarsana, K. 2009. Permeabilitas Beton Dengan Penambahan
Styrofoam. Jurnal Teknik Sipil, Universitas Udayana. Vol. 13 (2).
Triaji RI, Munawar LM, dkk. 2013. Pemanfaatan Styrofoam Cair Sehat Hasil
Reduksi Monomer Stirena dengan Alfa Pinena Minyak Atsiri Kayu
27
Putih dan Glikosida Sansevieria Menjadi Papan Semi Sintetik. Bogor:
Laporan Akhir PKM IPB.
28
INDEKS
Limbah 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 19, 26, 28, 29, 32, 38, 39, 40, 41, 42
Styrofoam 1, 2, 3, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 17, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 28,
29, 31, 34, 38, 39, 40, 42, 43, 44
29
LAMPIRAN
30
LAMPIRAN
LAMPIRAN A
LEMBAR KENDALI
Kelompok 7
Anggota : 1. Mutaqin Aryawijaya (16920312)
2. Sulthan Shadiqah (16920132)
3. Teuku Nilnal Lyusi Nashtam (16920324)
Rumusan Masalah :
1. Faktor apa yang melatarbelakangi pendaurulangan limbah styrofoam untuk
mengurangi konsumsi energi listrik.
2. Bagaimana pendaurulangan limbah styrofoam sebagai pendingin ruangan
di rumah.
3. Bagaimana dampak pemakaian limbah styrofoam sebagai pendingin
ruangan dalam mengurangi konsumsi energi listrik di rumah.
Tujuan Penelitian :
1. Untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi pendaurulangan limbah
styrofoam untuk mengurangi konsumsi energi listrik.
2. Untuk menjelaskan bagaimana pendaurulangan limbah styrofoam sebagai
pendingin ruangan di rumah.
3. Untuk mengetahui dampak pemakaian limbah styrofoam sebagai
pendingin ruangan dalam mengurangi konsumsi energi listrik di rumah.
31
Aspek yang Akan Dikaji :
1. Styrofoam
2. Daur ulang
3. Rumah
4. Metode
5. Dampak
6. Kendala
7. Pemakaian energi listrik
8. Suhu Lingkungan
LAMPIRAN B
KERANGKA KARANGAN TOPIK
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah
1.1.1 Latar belakang
1.1.2 Rumusan masalah
1.2 Ruang Lingkup Kajian
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Anggapan Dasar
1.5 Hipotesis
1.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
1.6.1 Metode
1.6.2 Teknik pengumpulan data
1.7 Sistematika Penulisan
32
2.2 Jenis dan Fungsi Styrofoam
3.6 Pengaruh Pemasangan Dinding Styrof oam Terhadap Konsumsi Energi Listrik
di Rumah
33
LAMPIRAN C
DRAF BAB 1
BAB I
PENDAHULUAN
limbah styrofoam. Berdasarkan penelitian oleh LIPI pada tahun 2018, terdapat 0,27
juta ton hingga 0,59 juta ton sampah masuk ke laut Indonesia, sebagian besar
masalah mulai dari kerusakan ekosistem laut hingga gangguan kesehatan bagi
masyarakat sekitar.
Limbah styrofoam baru dapat terurai secara alami setelah kurang lebih 500
tahun. Karena sifat sulit terurai tersebut, maka dibutuhkan penanganan alternatif
penggunaan kembali produk yang telah menjadi limbah, dan recycle (mendaur
ulang) berarti pengolahan kembali limbah menjadi barang yang berbeda baik fungsi
maupun bentuk. Pendaurulangan limbah styrofoam merupakan salah satu cara yang
34
efektif karena selain mengurangi penumpukan limbah, hasil dari pendaurulangan
yang berfungsi sebagai penstabil suhu ruangan. Hal ini diharapkan dapat menjadi
alternatif untuk mengurangi konsumsi energi listrik. Dengan demikian, kami akan
mencari tahu ada atau tidaknya pengaruh penambahan material styrofoam sebagai
di rumah.
35
Untuk menjawab rumusan masalah di atas, akan penulis kaji hal-hal berikut.
1. Styrofoam,
2. Daur ulang,
3. Rumah,
4. Metode,
5. Dampak Positif,
6. Kendala,
8. Suhu ruangan.
warna putih dan terlihat bersih. Bentuknya juga simpel dan ringan. Sifat asli dari
polystyrene sangat ringan, kaku, tembus cahaya dan murah tetapi cepat rapuh.
36
Sehingga dibutuhkan penambahan zat lain seperti senyawa butadien. Kemudian
ditambahkan zat plastisizer seperti dioktil platat (DOP), butyl hidroksi toluene, atau
butyl stearat. Plastik busa yang mudah terurai menjadi struktur sel kecil merupakan
Menurut Yandy Lim (2020) insulasi termal adalah metode atau proses yang
panas styrofoam yang cukup rendah, sehingga styrofoam sangat baik digunakan
sebagai insulator.
1.5 Hipotesis
seluruh permukaan dinding dilapisi dengan styrofoam. Selain itu, jika dinding
ruangan dilapisi styrofoam, maka suhu ruangan akan stabil dan diprediksi besar
perubahan suhunya tidak sebesar atau se-fluktuatif lingkungan luar tidak hanya itu
dilakukan.
1.6.1 Metode
37
Penelitian ini bersifat eksperimen yaitu sebuah metode penelitian yang
bersifat kuantitatif yang bertujuan untuk mencari pengaruh atau dampak dari
variabel dependen.
penelitian diamati dan dianalisis ada tidaknya perubahan dengan kondisi yang
terstruktur yaitu data dari hasil observasi diambil setiap 10 menit sekali dalam
styrofoam terhadap konsumsi energi listrik di rumah, serta simpulan dan saran.
Pada bab satu akan dibahas mengenai latar belakang pengangkatan aspek laporan
penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup kajian, anggapan
dasar, hipotesis, metode dan teknik pengumpulan data, serta sistematika penulisan.
Pada bab dua akan disajikan teori dasar sebagai penjelasan umum dan aspek-aspek
yang akan dikaji berupa definisi styrofoam, jenis dan fungsi styrofoam, karakter
38
tiga berisi analisis yang menjabarkan dan menganalisis masalah -masalah yang
peluang pengembangan limbah styrofoam. Bab empat berisi tentang simpulan dan
saran dari penulis mengenai permasalahan yang kami angkat terkait dengan
LAMPIRAN D
DRAF BAB 2
BAB II
TEORI DASAR STYROFOAM
plastik yang memiliki sifat khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran
Hariady, dkk. (2014) menjelaskan asal-usul nama styrofoam adalah nama dagang
dari styrene (C6H5CH9CH2), yang mempunyai gugus phenyl (enam cincin karbon)
yang tersusun secara tidak teratur sepanjang garis karbon dari molekul (Sudipta &
39
Sudarsana, 2009). Suryanita, dkk. (2014) juga menambahkan bahwa styrofoam
termasuk dalam kategori polimer sintetik dengan berat molekul tinggi yang
berbahan baku monomer berbasis etilena yang berasal dari perengkahan minyak
bumi.
polystyrene merupakan material yang berbobot ringan yang berbahan baku etilena
yang diproduksi dari perengkahan minyak bumi. Kutipan di atas bermanfaat untuk
unsur polystirene. Polystyrene dapat terbagi menjadi dua yaitu polystirene busa dan
padat. Kedua jenis Polystirene ini memiliki fungsi yang berbeda contohnya
produk plastik segmen akhir seperti peralatan elektronik, suku cadang kendaraan
busa adalah bentuk lain dari barang setengah jadi polimer yang selanju tnya
(Yangzhou Chengsen Plastics Co, Ltd), 2018) Polystirene busa terdiri dari 95-98%
udara. Mereka adalah isolator panas yang baik, oleh karena itu, secara luas
digunakan sebagai bahan isolasi bangunan. salah satu sifat dari polystirene busa
yaitu baik dalam meredam sehingga membuatnya memiliki daya tarik dalam
40
untuk pembangunan sektor arsitektur non-berat bantalan seperti pilar hias.
styrofoam tidak hanya dapat dijadikan sebagai kemasan saja, melainkan dapat
terbagi menjadi dua jenis yang memiliki fungsi berbeda-beda sesuai dengan jenis
polystirene-nya.
antara 25-200 kg/m 3, dengan konduktivitas termal 0,033 W/mK. Helbert (2015)
juga menambahkan bahwa styrofoam memiliki sifat getas, dengan modulus Young
berkisar antara 3000 – 3600 MPa dan kekuatan tarik berkisar antara 40 – 60 MPa.
mudah dibentuk, ringan, dan relatif murah banyak digunakan oleh masyarakat
41,4;
41
Berdasarkan teori di atas, pendapat Triaji, dkk. lebih lengkap dengan
mencantumkan beberapa karakteristik yang lebih detail seperti titik leleh styrofoam
satu bahan yang kerap digunakan dalam kehidupan sehari-hari contohnya sebagai
kemasan bagi barang-barang yang mudah rusak dan tidak jarang dipakai sebagai
kemasan bagi makanan. Hal ini didukung karena styrofoam praktis dan tahan lama
sehingga menjadi salah satu pilihan yang kerap dipakai penjual maupun konsumen
makanan. Selain itu Styrofoam memiliki sifat yang tahan bocor, ringan dan yang
paling penting yaitu murah, hal-hal inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi
keuntungan bagi penjual maka styrofoam sering dijumpai sebagai kemasan bagi
produk makanan yaitu bubur ayam, mie instan, dan makanan saji lainnya (POM),
2008). Suhiel (2018) menyatakan bahwa Dalam pemroduksian suatu film atau
video dibutuhkan yang namanya pencahayaan yang baik sehingga diperlukan alat-
alat seperti reflektor, lighting, dll. Salah satu kegunaan styrofoam yang lain adalah
yang terdapat dalam objek hal ini dikarenakan warna dari styrofoam yaitu putih, hal
inilah yang dimanfaatkan sebagai reflektor buatan daripada harus merogoh kocek
untuk membeli alat reflektor. berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
42
sebagian orang khususnya di bidang makanan, karena dapat dijadikan sebagai
kemasan dan juga di bidang lainnya dan kutipan di atas bermanfaat untuk landasan
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Nomor 14 Tahun 2012) Tarif Dasar Listrik
4. Golongan tarif untuk keperluan rumah tangga kecil pada tegangan rendah,
6. Golongan tarif untuk keperluan rumah tangga besar pada tegangan rendah,
Jumlah energi listrik terjual pada tahun 2013 sebesar 187.541 GWh, meningkat
mengkonsumsi energi sebesar 77.211 GWh (41,17%), sektor industri 64.381 GWh
(34,33%), Bisnis 34.498 GWh (18,40%), dan lainnya (sosial, gedung pemerintah
rumah tangga merupakan pengguna listrik dengan persentase terbesar dib andingkan
sektor industri dan bisnis. Kutipan di atas bermanfaat untuk landasan sekaligus
sebagai batasan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan listrik rumah tangga.
43
2.12 Insulasi Termal Styrofoam
Helbert (2015) menyatakan bahwa insulasi termal (isolasi termal, isolasi
panas) adalah metode atau proses yang digunakan untuk mengurangi laju
perpindahan panas/kalor. Panas atau energi panas (kalor) bisa dipindahkan dengan
cara konduksi, konveksi, dan radiasi atau ketika terjadi perubahan wuju d. Bahan
yang digunakan untuk mengurangi laju perpindahan panas itu disebut isolator atau
insulator.
suatu bahan diukur dengan konduktivitas termal (k). Konduktivitas termal yang
rendah setara dengan kemampuan insulasi (resistansi termal atau nilai R) yang
𝑄𝐿
𝑘=
𝐴𝑇Δ𝑇
A : luas penampang (m 2)
L : panjang (m)
t : waktu (sekon)
terbalik antara nilai konduktivitas termal dan perubahan suhu. Semakin besar nilai
konduktivitas termal suatu bahan, maka semakin kecil perubahan suhu yang terjadi
pada bahan tersebut. Namun, dibutuhkan nilai kalor (Q) untuk menghitung
konduktivitas termal bahan. Sumber kalor yang paling utama pada percobaan ini
44
adalah matahari. Matahari memancarkan kalor melalui radiasi, dengan persamaan
sebagai berikut.
𝑄 = 𝑒𝜎𝑇 4 𝐴𝑡
e : emisivitas bahan
A : luas penampang (m 2)
𝜎 : 5,67 x 10 -8 (J/s.m2.K4)
t : waktu (s)
45
LAMPIRAN E
DAFTAR GAMBAR
46
47
RIWAYAT HIDUP
Sulthan Shadiqah yang biasa dipanggil
Sulthan, lahir di Bandar Lampung pada tanggal 12
September 2002. Anak kedua dari empat bersaudara.
Pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis yaitu SDS
Kartika II-5 Bandar Lampung, lulus pada tahun 2014,
SMP Negeri 1 Bandar Lampung, lulus pada tahun 2017,
SMA Negeri 2 Bandar Lampung, lulus pada tahun 2020,
dan mulai tahun 2020 sampai dengan sekarang
mengikuti Pendidikan Sarjana Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut
Teknologi Bandung (FTMD ITB). Sampai dengan penulisan makalah ini, penulis
masih terdaftar sebagai mahasiswa TPB FTMD.
Penulis sudah lama mengenal karya ilmiah yaitu sejak SMP dan Ketika SMA
penulis sudah pernah membuat karya ilmiah untuk memenuhi kewaiban yaitu tugas
mata pelajaran Bahasa Indonesia. Penulis lebih mendalami dan mengerti bagaimana
karya tulis ilmiah dirancang dan dibuat saat mengikuti mata kuliah TTKI di
kampus ITB. Meskipun mengerjakan Karya Tulis Ilmiah secara daring, tetap tidak
menghilangkan semangat untuk menyelsaikan karya tulis ilmiah walauoun kendala
Ketika online sangatlah banyak. Teman anggota kelompok yang mendukung dan
juga dosen TTKI yang ramah, menambah semangat dalam membuat karya tulis
ilmiah. Baginya, mata kuliah TTKI sangat bermanfaat bagi dirinya dengan memberi
wawasan dan pengalaman yang baru berupa ilmu dan teknik dalam menyusun karya
ilmiah dengan berbekal perbaikan penulisan makalah yang terus menerus
dilakukan dalam penulisan laporan ini.
48
Teuku Nilnal Lyusi Nashtam yang biasa
dipanggil Nilnal, lahir di Jakarta, 8 Februari 2002.
Anak kedua dari empat bersaudara. Pendidikan yang
telah ditempuh oleh penulis adalah SDIT Al-Haraki
selama dua tahun (2008-2010) lalu disambung di MIN
Teladan Banda Aceh selama 4 tahun (2010-2014).
Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan
menengahnya berturut-turut di MTsN Model Banda
Aceh (2014-2017) dan SMAN Modal Bangsa Aceh
(2017-2020). Pada tahun 2020 penulis diterima di
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) Institut Teknologi Bandung (ITB).
Penulis mulai berkecimpung di bidang karya tulis ilmiah sejak SMP/MTs
ketika penulis duduk di bangku kelas 9 MTs. Pada saat itu penulis berpartisipasi
dalam lomba karya tulis ilmiah se-Provinsi Aceh dan menulis tentang kehidupan
komunitas wanita pengrajin gerabah di Aceh. Penulis lebih mendalami karya tulis
ilmiah saat mengikuti mata kuliah TTKI di kampus ITB. Baginya mata kuliah TTKI
ini sangat berguna, terutama untuk penulisan makalah karya ilmiah sebagai latihan
menulis skripsi.
49
Mutaqin Aryawijaya, yang biasa dipanggil Arya,
lahir di Jambi pada tanggal 24 Mei 2001. Telah menempuh
pendidikan dasar di SD Unggul Sakti Jambi, lulus pada tahun
2013. Dilanjutkan menempuh pendidikan di SMPN 1 Kota
Jambi, lulus pada tahun 2016. Lalu, melanjutkan pendidikan
di SMAN 3 Kota Jambi, lulus pada tahun 2019. Penulis
melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Diponegoro
untuk selang waktu 2019-2020, lalu melakukan pindah studi
ke Institut Teknologi Bandung dengan mengikuti Pendidikan Sarjana Fa kultas
Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD ITB) dari tahun 2020 sampai dengan saat ini.
Penulis sudah cukup lama menulis karya ilmiah. Pengalaman karya ilmiah
penulis dimulai ketika sedang menempuh pendidikan di tingkat SMA, yaitu
mengikuti ajang Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) 2018 yang diadakan oleh
LIPI, dan juga pernah mengikuti beberapa ajang perlombaan karya tulis lainnya.
Selain itu, penulis juga memiliki pengalaman membuat karya tulis ilmiah untuk
memenuhi kewajiban tugas beberapa mata pelajaran SMA, seperti laporan final
project fisika dan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dengan adanya mata kuliah
Tata Tulis Karya Ilmiah (TTKI) di perkuliahan kali ini, penulis lebih mendalami
dan mengerti bagaimana membuat sebuah karya tulis ilmiah yang baik dan benar
sesuai kaidah-kaidah penulisan yang berlaku. Walaupun penulisan karya tulis ini
dalam keadaan daring, penulis dan tim tetap mampu bekerja sama menghasilkan
sebuah karya tulis ilmiah sebaik mungkin. Tentu hasil ini tidak dapat dicapai tanpa
bantuan materi perkuliahan dari mata kuliah TTKI.
50