Anda di halaman 1dari 119

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana

2018

Analisa Manajemen Risiko pada Pekerja


Pembuat Dodol Kentang di Desa Lubuk
Nagodang, Kecamatan Siulak,
Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi
Tahun 2018

Andelia, Natasya

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2744
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISA MANAJEMEN RISIKO PADA PEKERJA PEMBUAT DODOL
KENTANG DI DESA LUBUK NAGODANG, KECAMATAN SIULAK,
KABUPATEN KERINCI, PROVINSI JAMBI TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh :
NATASYA ANDELIA
141000655

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALISA MANAJEMEN RISIKO PADA PEKERJA PEMBUAT DODOL
KENTANG DI DESA LUBUK NAGODANG, KECAMATAN SIULAK,
KABUPATEN KERINCI, PROVINSI JAMBI TAHUN 2018

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :
NATASYA ANDELIA
141000655

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISA

MANAJEMEN RISIKO PADA PEKERJA PEMBUAT DODOL KENTANG

DI DESA LUBUK NAGODANG, KECAMATAN SIULAK, KABUPATEN

KERINCI, PROVINSI JAMBI TAHUN 2018” ini beserta seluruh isinya adalah

benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku

dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung risiko

atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya

pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak

lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, April 2018

Natasya Andelia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

Risiko merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan


manusia. Setiap aktivitas yang dilakukan, khususnya dalam suatu perindustrian,
baik industri berskala besar maupun skala kecil pada dasarnya tidak dapat terlepas
dari risiko bahaya kerja. Manajemen risiko merupakan rangkaian kegiatan
terkoordinasi yang mengarahkan dan mengendalikan suatu usaha terkait risiko.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa manajemen risiko pada pekerja
industri kecil pembuat dodol kentang di Desa Lubuk Nagodang.
Penelitian ini bersifat survei deskriptif dengan melakukan observasi
langsung terhadap lingkungan dan proses kerja di salah satu unit usaha industri
kecil dodol kentang yang berada di Desa Lubuk Nagodang. Pengumpulan data
dilakukan menggunakan form isian identifikasi bahaya, penilaian, dan
pengendalian risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disusun berdasarkan
prosedur manajemen risiko.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat tiga jenis bahaya
yang teridentifikasi berupa bahaya fisik, bahaya kimia, dan bahaya ergonomi
dalam tahapan pembuatan dodol kentang. Hasil analisa dan penilaian risiko
ditemukan sebanyak 37 risiko diantaranya, 13 risiko (35,1%) dikelompokkan
dalam kategori risiko rendah, 18 risiko (48,7%) termasuk kategori risiko sedang,
dan 6 risiko (16,2%) termasuk kategori risiko tinggi.
Pengendalian risiko yang dapat memperkecil atau mengendalikan risiko
bahaya dalam setiap proses pembuatan dodol kentang diantaranya pengendalian
teknis berupa penyediaan fasilitas kerja seperti meja dan kursi yang ergonomis,
penyediaan alat pemadam kebakaran, dan perbaikan ventilasi sebagai tempat
pembuangan asap dan pertukaran udara. Pengendalian administratif dapat berupa
edukasi teknik mengangkat beban dengan benar, penyusunan prosedur kerja yang
aman, dan pemberian simbol atau rambu peringatan pada setiap mesin kerja.
Kemudian pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri berupa sarung tangan,
sepatu boot, dan masker untuk melindungi sistem pernapasan.

Kata Kunci: Dodol kentang, Industri kecil, Manajemen risiko

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT

Risk is inseparable part of human life. Every activity that peoples do,
specifically in industry, both large-scale and small-scale industries are basically
inseparable from risk. Risk management is coordinated activities to direct and
control an organization with regard to risk. The primary purpose of this study is
to analyze risk management in small-scale industry of dodol kentang makers in
Lubuk Nagodang.
It was a descriptive survey study by observing the environmental and
every process of work at small-scale industry of dodol kentang makers in Lubuk
Nagodang. Data for this study were gathered through the risk identification, risk
assessment and risk control of occupational safety and health form field which
arranged based on managing risk procedures.
Based on the research done, it is found that there are three types of
hazards that have been identified as physical hazard, chemical hazard and
ergonomic in every process of making dodol. The result of risk analysis and risk
assessment found 37 risks in process of making dodol that 13 risks (35,1%) can be
categorized as risk with low level, 18 risks (48,7%) categorized as medium and 6
risks (16,2) categorized as risk with high level.
Risk control is the last stage that an organization should do to reduce or
manage hazard in every steps of work that could be started from engineering
control such as providing work facilities with ergonomic standard, setting fire
extinguishers and create adequate ventilation. Administrative control could be
implementing training or education program of lifting technique according to
ergonomic standard, arranging safe work procedures and using safety sign such
as warning sign or caution sign. The last but not least is Personal Protective
Equipment such as gloves, boots, and mask to protect the respiratory system.

Keywords: Dodol makers, Risk Management, Small-scale industry.

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-

Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisa Manajemen

Risiko Pada Pekerja Pembuat Dodol Kentang Di Desa Lubuk Nagodang,

Kecamatan Siulak, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi Tahun 2018” sebagai

salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Begitu banyak tantangan yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara

moril maupun materil, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis

ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

sekaligus Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini..

4. Ir. Kalsum, M.Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktunya

untuk memberikan kritik dan saran terhadap skripsi ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Isyatun Mardhiyah Syahri, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan kritik dan saran terhadap skripsi

ini.

6. Dr. Juanita, SE., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

membimbing penulis selama masa perkuliahan.

7. Para Dosen dan Staff di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara khususnya Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

8. Elly Herlina S.Pd, selaku Pengurus Koperasi Wanita Dodol Kentang Kayo

yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di

Sentra Industri Kecil Dodol Kentang Desa Lubuk Nagodang.

9. Yang teristimewa untuk kedua orang tua tercinta Antonius Syafri dan Delviza

Eka Fitry, adik-adik saya Vika, Fadrien, Tania, teman seperjuangan sedari

awal perkuliahan Atikah, Yosi, Aprilyanti, Meike, Yesica, serta teman

seperjuangan semasa PBL dan LKP atas dukungan, doa, dan kasih sayangnya

selama ini.

Penulis masih menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,

oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk

perbaikan menuju yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi siapapun yang membacanya serta dapat menjadi referensi yang bermanfaat

bagi ilmu pengetahuan.

Medan, April 2018

Natasya Andelia

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
ABSTRAK.. .......................... ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR .......... ..................................................................................v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1


1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusah Masalah .............................................................................................9
1.3 Tujuan Penelitian ..............................................................................................9
1.3.1 Tujuan Umum ..........................................................................................9
1.3.2 Tujuan Khusus .........................................................................................9
1.4 Manfaat Penelitian ..........................................................................................10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................11


2.1 Bahaya Kerja ...................................................................................................11
2.2 Risiko ..............................................................................................................15
2.3 Manajemen Risiko ..........................................................................................17
2.3.1 Pengertian ..............................................................................................17
2.3.2 Tujuan Manajemen Risiko.....................................................................20
2.3.3 Proses Manajemen Risiko .....................................................................22
2.3.4 Manfaat Manajemen Risiko...................................................................26
2.4 Identifikasi Bahaya .........................................................................................28
2.5 Analisis dan Penilaian Risiko .........................................................................31
2.6 Pengendalian Bahaya ......................................................................................35

BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................39


3.1 Jenis Penelitian................................................................................................39
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..........................................................................39
3.2.1 Lokasi Penelitian ...................................................................................39
3.2.2 Waktu Penelitian....................................................................................39
3.3 Objek Penelitian ..............................................................................................40
3.4 Metode Pengumpulan Data .............................................................................40
3.4.1 Data Primer ............................................................................................40
3.4.2 Data Sekunder........................................................................................41
3.5 Instrumen Penelitian .......................................................................................41
3.6 Metode Analisis Data ......................................................................................41

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV HASIL PENELITIAN ...........................................................................45
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................................45
4.2 Uraian Proses Produksi Dodol Kentang .........................................................49
4.2.1 Alat Dan Bahan Yang Digunakan ..........................................................49
4.2.2 Proses Kerja Pembuatan Dodol Kentang ...............................................50
4.3 Identifikasi Bahaya .........................................................................................57
4.3.1 Identifikasi Bahaya Pada Proses Pencucian Kentang ............................57
4.3.2 Identifikasi Bahaya Pada Proses Perebusan Kentang ............................58
4.3.3 Identifikasi Bahaya Pada Proses Pengupasan Kentang..........................59
4.3.4 Identifikasi Bahaya Pada Proses Penggilingan Kentang........................59
4.3.5 Identifikasi Bahaya Pada Proses Pemarutan Kelapa ..............................60
4.3.6 Identifikasi Bahaya Pada Proses Pemasakan Dodol Kentang ................61
4.3.7 Identifikasi Bahaya Pada Proses Pencetakan Dodol Kentang ...............62
4.3.8 Identifikasi Bahaya Pada Proses Pengemasan Dodol Kentang ..............63
4.4 Penilaian Tingkat Risiko .................................................................................63
4.5 Manajemen Risiko ..........................................................................................68

BAB V PEMBAHASAN ......................................................................................71


5.1 Analisa Manajemen Risiko Pada Pekerja Pembuat Dodol Kentang ...............71
5.2 Identifikasi Bahaya Pada Pekerja Pembuat Dodol Kentang ...........................73
5.2.1 Analisa Potensi Bahaya Fisik .................................................................74
5.2.2 Analisa Potensi Bahaya Kimia ...............................................................74
5.2.3 Analisa Potensi Bahaya Ergonomi .........................................................74
5.3 Analisa dan Penilaian Tingkat Risiko Pada Pekerja .......................................75
5.4 Pengendalian Risiko Pada Pekerja Pembuat Dodol Kentang .........................85

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................92


6.1 Kesimpulan .....................................................................................................92
6.2 Saran ...............................................................................................................93

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................94


LAMPIRAN

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skala kemungkinan (likelihood) pada standar AS/NZS 4360:2004 ....33

Tabel 2.2 Skala tingkat keparahan (severity) pada standar AS/NZS 4360:2004 .33

Tabel 2.2 Matriks risiko berdasarkan standar AS/NZS 4360:2004 .....................34

Tabel 3.1 Skala kemungkinan (probability).........................................................42

Tabel 3.2 Skala tingkat keparahan (consequence) ...............................................43

Tabel 3.3 Matriks tingkat risiko ...........................................................................43

Tabel 4.1 Identifikasi Bahaya Pada Proses Pencucian Kentang ..........................58

Tabel 4.2 Identifikasi Bahaya Pada Proses Perebusan Kentang ..........................58

Tabel 4.3 Identifikasi Bahaya Pada Proses Pengupasan Kentang........................59

Tabel 4.4 Identifikasi Bahaya Pada Proses Penggilingan Kentang......................59

Tabel 4.5 Identifikasi Bahaya Pada Proses Pemarutan Kelapa ............................60

Tabel 4.6 Identifikasi Bahaya Pada Proses Pemasakan Dodol Kentang..............61

Tabel 4.7 Identifikasi Bahaya Pada Proses Pencetakan Dodol Kentang .............62

Tabel 4.8 Identifikasi Bahaya Pada Proses Pengemasan Dodol Kentang............63

Tabel 4.9 Penilaian Risiko Pada Proses Produksi Dodol Kentang ......................64

Tabel 4.10 Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Risiko Keselamatan


dan Kesehatan Kerja ............................................................................68

Tabel 5.1 Jumlah Risiko Aktivitas Kerja Berdasarkan Tingkat Risiko ................72

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Manajemen Risiko (AS/NZS 4360:2004).............................24

Gambar 4.1 Pencucian Kentang ...........................................................................51

Gambar 4.2 Perebusan Kentang ...........................................................................52

Gambar 4.3 Pengupasan Kentang ........................................................................52

Gambar 4.4 Penggilingan Kentang ......................................................................53

Gambar 4.5 Membelah Kelapa ............................................................................54

Gambar 4.6 Pemarutan Kelapa ............................................................................54

Gambar 4.7 Proses Memasak Dodol Kentang .....................................................55

Gambar 4.8 Pencetakan Dodol Kentang ..............................................................56

Gambar 4.9 Mengiris Dodol Kentang ..................................................................56

Gambar 4.10 Pengemasan Dodol Kentang ............................................................57

Gambar 5.1 Persentase Tingkat Risiko ................................................................72

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Form Isian Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Risiko

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Lampiran 2. Saran Teknik Mengangkat Beban dengan Benar

Lampiran 3. Surat Permohonan Survei Penelitian

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Natasya Andelia, lahir pada tanggal 21 September 1996

di Bukittinggi, Sumatera Barat. Beragama Islam dan bertempat tinggal di Jalan

Hamka No.20 Tarok Dipo Bukittinggi, Sumatera Barat. Penulis merupakan anak

pertama dari empat bersaudara pasangan Ayahanda Antonius Syafri dan Ibunda

Delviza Eka Fitry.

Pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 2001 di TK Islam Amanah

Sungai Penuh, Jambi dan selesai pada tahun 2002. Kemudian penulis melanjutkan

pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 05/III Sungai Penuh, Jambi yang selesai

pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah

Menengah Pertama di SMP Negeri 8 Sungai Penuh hingga tahun 2011 dan

melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Bukittinggi,

Sumatera Barat dan selesai pada tahun 2014. Penulis kemudian menempuh

pendidikan S1 di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat dan selesai pada tahun 2018.

xii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap aktivitas dalam suatu perusahaan atau perindustrian yang

melibatkan faktor manusia, lingkungan, dan mesin pada dasarnya tidak dapat

terlepas dari risiko bahaya. Risiko merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan

dari kehidupan manusia. Risiko tidak cukup hanya dihindari, tetapi harus dapat

dihadapi dengan cara yang dapat memperkecil atau mengendalikan kemungkinan

terjadinya risiko bahaya dan kerugian.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), risiko adalah akibat

yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan

atau tindakan. Risiko artinya senantiasa ada kena mengenanya dengan

kemungkinan akan terjadi akibat buruk atau akibat yang merugikan, seperti

kemungkinan kehilangan, cedera, kebakaran, dan sebagainya. Tidak ada metode

apapun yang bisa menjamin seratus persen bahwa akibat buruk itu setiap kali

dapat dihindarkan, kecuali kalau kegiatan yang mengandung risiko tidak

dilakukan (Darmawi, 2016).

Oleh sebab itu, setiap aktivitas yang dilakukan di suatu perusahaan

maupun perindustrian, baik industri skala besar maupun skala kecil hendaklah

memiliki sebuah strategi yang dapat mengurangi dan mengendalikan risiko agar

tidak terjadi kerugian yang tidak diharapkan. Jika tidak ada bahaya dan tidak ada

risiko, maka upaya keselamatan dan kesehatan kerja tentu tidak diperlukan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk

menekan atau mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja terhadap

pekerja yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses pengolahan, tempat

kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaannya. Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3) baik sekarang maupun di masa mendatang merupakan

sarana menciptakan situasi kerja yang aman, nyaman dan sehat, ramah lingkungan

sehingga mendorong efisiensi dan produktivitas yang pada gilirannya dapat

meningkatkan kesejahteraan semua pihak, bagi pekerja maupun pengusaha

(Suma'mur, 2009).

Manajemen risiko merupakan desain prosedur serta implementasi prosedur

untuk mengelola suatu risiko usaha. Keberadaan manajemen risiko merupakan

antisipasi atas semakin kompleksnya aktivitas badan usaha atau perusahaan yang

dipicu oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi. Kemajuan

di bidang teknologi membawa manfaat bagi kehidupan manusia. Di sisi yang lain,

berpotensi menciptakan risiko yang dapat merugikan kehidupan. Meningkatnya

suhu bumi akibat gas karbon yang dihasilkan oleh berbagai industri di dunia

adalah salah satu contoh dampak kemajuan teknologi (Kasidi, 2014).

Munculnya manajemen risiko secara substansial telah menggeser cara

perusahaan besar beroperasi dan mendekati keselamatan dan kesehatan kerja.

Banyak diantaranya yang telah menginvestasikan sumber daya yang dimiliki

untuk dilatih menjadi seseorang yang mampu mengendalikan risiko dengan efektif

dan menjadi pemimpin untuk menerapkannya. Namun organisasi atau perusahaan

skala kecil biasanya tidak terlibat dalam proses manajemen risiko. Alasannya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

cukup beragam, namun kebanyakan faktor penyebabnya ialah sumber daya yang

terbatas dan kesadaran. Singkatnya, pendekatan manajemen risiko telah umum

diantara perusahaan besar, khususnya perusahaan dengan jaringan global dan

departemen K3. Namun, manajemen risiko dirasa kurang dikenal diantara

perusahaan skala kecil atau industri kecil dimana jumlah profesional K3 yang

berdedikasi terbatas (Walaski, 2017).

Industri kecil merupakan bagian integral dunia usaha nasional yang

mempunyai kedudukan, potensi, dan peranan yang sangat penting dan strategis

dalam membangun kekuatan ekonomi dari bawah. Usaha kecil merupakan

kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan

pelayanan ekonomi yang luas pada masyarakatnya serta mampu mendorong laju

pertumbuhan ekonomi. Sektor usaha kecil memiliki peranan yang penting dalam

menjawab tantangan pembangunan, yaitu perluasan tenaga kerja bagi angkatan

kerja yang terus bertambah jumlahnya di satu sisi, sementara di sisi lainnya

dihadapkan kepada terbatasnya sumber daya alam yang ada. Hal ini disebabkan

karena industri kecil sering dikaitkan dengan modal kecil, teknologi rendah,

karakter tradisional, dan tingkat efisiensi yang rendah (Akmal, 2012).

Salah satu sektor informal di Provinsi Kalimantan Selatan adalah industri

tekstil atau pengrajin kain Sasirangan. Potensi sumber bahaya kerja (occupational

health hazard) di tempat produksi kain Sasirangan yang mengancam pekerja dan

keluarga pemberi kerja yaitu potensi terjadinya kebakaran, terpapar bahan kimia

(B3), terhisap debu kain, infeksi kulit, tersetrum listrik dan anggota tubuh yang

terkilir, terpeleset, terjatuh, tergores pisau, tertusuk jarum jahit, tersenggol barang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

dan terkait tali/benang. Keluhan sakit anggota badan sebanyak 17,5% adalah

insiden musculoskeletal akibat terlalu lama berdiri, duduk, selonjor kaki, melepas

benang jelujur, mengangkat barang berat, sedangkan accident yang sering terjadi

adalah pada unit produksi bagian pencelupan zat pewarna yang mengandung

bahan kimia sebesar 47,5% (Yusida dkk, 2017).

Hasil penelitian Handayani dkk (2011) mengenai kecelakaan kerja sektor

informal pada pengrajin rotan di Pitameh dan Tanah Sirah Kecamatan Lubuk

Begalung Kota Padang, didapatkan bahwa sebesar 77,8% responden pernah

mengalami kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja tersebut berupa kecelakaan kerja

ringan dengan frekuensi kejadian yang sering berupa terpukul palu, luka robek,

tersayat/tergores, dan kulit terkelupas. Walaupun hanya kecelakaan ringan, namun

dengan frekuensi kejadian yang sering tentu akan menimbulkan keluhan adanya

rasa sakit dan nyeri/ngilu pada bagian tubuh yang luka dan biasanya rasa sakit

baru hilang setelah satu atau dua hari bahkan sampai satu minggu. Sehingga dapat

menurunkan produktivitas kerja sebab akan memperlambat pembuatan kerajinan

rotan dan bisa mengurangi jumlah produk yang dapat diselesaikan dalam satu

hari.

Organisasi Buruh Internasional atau ILO mendefinisikan sektor informal

sebagai unit berskala kecil yang memproduksi dan mendistribusikan barang dan

jasa, sebagian besar bersifat independen, wiraswasta di area perkotaan atau negara

berkembang, beberapa diantaranya juga mempekerjakan anggota keluarga

dan/atau menggaji tenaga kerja; beroperasi dengan modal yang sangat sedikit atau

tidak sama sekali; memanfaatkan teknologi seadanya dan keterampilan pekerja;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

beroperasi pada tingkat produktivitas yang rendah; dan umumnya memperoleh

pendapatan yang tidak beraturan serta pekerjaan yang tidak tetap; sebagian besar

tidak diatur dan tidak tercatat; cenderung memiliki sedikit akses ke pasar, lembaga

kredit formal, dan pelatihan serta berbagai fasilitas dan layanan publik; tidak

dikenali, diatur, didukung pemerintah; dan umumnya bekerja dalam kondisi yang

berisiko membahayakan dan tidak sehat.

Menurut Budihardja (2008) dalam Ramdan (2012) permasalahan pada

tenaga kerja sektor informal secara umum adalah miskin atau berpenghasilan

rendah di bawah upah minimum sehingga senantiasa mengalami kesulitan

finansial, berpendidikan rendah bahkan sangat rendah dan nyaris tidak

berpendidikan, tidak terampil dan berteknologi sederhana, bertempat tinggal di

lingkungan pemukiman kumuh yang minim pelayanan publik dan kurang

mendapatkan akses informasi yang memadai. Sementara itu dari aspek kesehatan

dan keselamatan kerja, permasalahan yang dihadapi tenaga kerja sektor informal

adalah tidak mempunyai jaminan kesehatan, tidak terdaftar secara resmi, serta

tidak ada kompensasi akibat kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja.

Kesadaran dan pengetahuan akan berbagai potensi bahaya dari pekerjaan, kondisi,

bahan dan peralatan ditempat kerja sangat minim sehingga sangat rentan untuk

terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Industri rumahan dodol kentang di Desa Lubuk Nagodang, Kecamatan

Siulak, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi merupakan salah satu sektor informal

yang membutuhkan perhatian khusus dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja,

karena memiliki risiko yang cukup tinggi dan memerlukan pengaturan khusus dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

faktor manusia, peralatan, dan mesin yang digunakan dalam proses produksi.

Industri informal rumahan ini bergerak di bidang usaha pembuatan dodol khas

daerah Kerinci yang terbuat dari bahan baku berupa kentang yang dihaluskan dan

kemudian dimasak dengan campuran gula pasir dan parutan kelapa.

Proses produksi dimulai dari tahap pencucian kentang yang sudah dipanen,

perebusan, pengupasan kentang, kemudian dilanjutkan dengan proses

penggilingan kentang dengan mesin khusus. Kemudian kentang yang sudah

bertekstur halus dimasak dengan bahan lainnya dan siap dicetak. Proses terakhir

ialah pengemasan hingga menjadi produk yang siap dijual dan dapat segara

dinikmati.

Berdasarkan hasil wawancara singkat pada survei pendahuluan yang

dilakukan dengan pengelola industri kecil dodol kentang, diketahui bahwa pekerja

cukup sering mengalami kecelakaan kerja ringan berupa jari tangan tersayat pisau

dan terpukul batang pengaduk dari mesin pengaduk dodol. Salah satu kasus

kecelakaan yang pernah terjadi ialah terlukanya beberapa jari tangan seorang

pekerja pada saat membersihkan mesin penggiling kentang.

Terdapat beberapa potensi bahaya yang berisiko menyebabkan kecelakaan

dan penyakit akibat kerja pada proses pembuatan dodol kentang di Desa Lubuk

Nagodang. Setiap proses atau tahapan produksi dodol kentang memiliki risiko

atau potensi bahaya yang berbeda-beda. Dimulai dari proses pencucian kentang

dimana postur kerja pekerja kurang ergonomis. Pada proses perebusan kentang,

pekerja berada pada lingkungan kerja yang cukup panas yang berasal dari tungku

perebusan. Selanjutnya proses pengupasan kentang dimana potensi bahaya yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

terlihat ialah proses pengupasan manual menggunakan pisau sehingga pekerja

berisiko cedera akibat tersayat pisau yang digunakan untuk mengupas kentang,

paparan panas langsung dari kentang yang baru siap direbus, dan sikap kerja yang

kurang ergonomis. Begitu pula pada proses penggilingan kentang, pemarutan

kelapa, dan proses memasak adonan dodol kentang. Proses terakhir yaitu

pencetakan dan pengemasan dodol kentang dimana terdapat potensi kecelakaan

berupa cedera akibat tersayat pisau dan sikap kerja yang kurang ergonomis.

Industri kecil yang mengolah kentang menjadi panganan khas daerah ini

belum mengetahui potensi bahaya dan tingkat risiko dari usahanya. Dalam sehari,

industri rumahan ini mampu mengolah kentang sebanyak 70-100 kg yang dibagi

dua hingga tiga kali pemasakan. Kentang yang digunakan ialah jenis kentang yang

dikenal dengan sebutan kentang mentega yang tidak banyak mengeluarkan air saat

dimasak sehingga tidak mudah hancur dan cocok diolah menjadi dodol. Penelitian

ini berusaha untuk menganalisis hambatan atau risiko kecelakaan kerja yang

mungkin terjadi serta pengendalian terhadap hambatan atau risiko yang ditemui.

Program manajemen risiko pertama-tama bertugas untuk mengidentifikasi

risiko-risiko usaha yang dihadapi. Kemudian mengadakan evaluasi dan

pengukuran risiko, selanjutnya menentukan metode penanganannya. Untuk

menjalankan program tersebut, harus ada strategi tertentu. Identifikasi risiko

adalah kegiatan mengidentifikasi semua risiko usaha yang dihadapi, baik risiko

yang bersifat spekulatif maupun risiko yang bersifat murni. Segala informasi yang

berkenaan dengan usaha dikumpulkan kemudian dianalisis, bagian-bagian mana

yang sekiranya akan muncul sebagai penyebab kemungkinan terjadinya suatu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

kerugian. Evaluasi dan pengukuran risiko adalah kegiatan untuk menilai bagian-

bagian yang diperkirakan akan menjadi penyebab terjadinya suatu kerugian.

Selanjutnya memperkirakan satuan biayanya jika risiko itu menjelma menjadi

suatu kerugian. Beberapa teknik pengukuran risiko dapat digunakan, antara lain

dengan menggunakan pendekatan probabilitas (Kasidi, 2014).

Tujuan manajemen risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) adalah

terciptanya sistem K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di tempat kerja yang

melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan

dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan

produktif (Sepang dkk, 2013).

Menurut Suma’mur (2009), pencegahan kecelakaan berdasarkan

pengetahuan tentang penyebab kecelakaan. Sebab-sebab kecelakaan pada suatu

perusahaan diketahui dengan mengadakan analisis setiap kecelakaan yang terjadi.

Metoda analisis penyebab kecelakaan harus betul-betul diketahui dan diterapkan

sebagaimana mestinya. Selain analisis mengenai penyebab terjadinya suatu

peristiwa kecelakaan, untuk pencegahan kecelakaan kerja sangat penting artinya

dilakukannya identifikasi bahaya yang terdapat dan mungkin menimbulkan

insiden kecelakaan di perusahaan serta mengases (assessment) besarnya risiko

bahaya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan analisa

mengenai manajemen risiko, yaitu dengan mengidentifikasi bahaya (hazard

identification), melakukan penilaian risiko (risk assessment), serta menentukan

pengendalian risiko (risk control) yang diperlukan dalam proses kerja di industri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

rumahan dodol kentang ini melalui penelitian dengan judul “Analisa Manajemen

Risiko Pada Pekerja Pembuat Dodol Kentang di Desa Lubuk Nagodang,

Kecamatan Siulak, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi Tahun 2018”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka hal yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini ialah bagaimanakah analisa manajemen risiko

kecelakaan dan kesehatan kerja (K3) pada pekerja pembuat dodol kentang di Desa

Lubuk Nagodang, Kecamatan Siulak, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi Tahun

2018.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum:

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menganalisa manajemen risiko pada

pekerja pembuat dodol kentang di Desa Lubuk Nagodang, Kecamatan Siulak,

Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi Tahun 2018.

1.3.2. Tujuan Khusus:

1. Untuk mengidentifikasi risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang

terdapat dalam proses pembuatan dodol kentang di Desa Lubuk Nagodang,

Kecamatan Siulak, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.

2. Untuk menilai risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang terdapat

dalam proses pembuatan dodol kentang di Desa Lubuk Nagodang, Kecamatan

Siulak, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

3. Untuk memberikan solusi cara pengendalian yang tepat untuk memperkecil

risiko bahaya yang terdapat dalam proses pembuatan dodol kentang di Desa

Lubuk Nagodang, Kecamatan Siulak, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai gambaran dan informasi bagi pekerja pembuat dodol kentang tentang

potensi bahaya pada proses pembuatan dodol kentang.

2. Pihak pengelola atau pengusaha dapat menerapkan manajemen risiko untuk

meminimalisir risiko kecelakaan kerja.

3. Sebagai bahan informasi dan pembelajaran untuk peneliti.

4. Sebagai referensi atau bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahaya Kerja

Bahaya atau hazard, adalah suatu objek dimana terdapat energi, zat atau

kondisi kerja yang potensial dapat mengancam keselamatan. Hazard dapat

berupa; bahan-bahan kimia, bagian-bagian mesin, bentuk energi, metode kerja

atau situasi kerja sebagai sumber bahaya potensial yang dapat menyebabkan

kerusakan. Kerusakan dan bentuk kerugian berupa kematian, cedera, sakit fisik

atau mental, kerusakan properti, kerugian produksi, kerusakan lingkungan atau

kombinasi dari kerugian-kerugian tadi (Kuswana, 2014).

Bahaya (hazard) ialah sesuatu yang berpotensi menyebabkan

kerugian/kelukaan (Ridley, 2008). Bahaya juga diartikan Deshmukh (2006)

sebagai sumber atau situasi yang berpotensi menimbulkan kerugian berupa

kecelakaan pada manusia atau penyakit, kerusakan terhadap lingkungan atau

kombinasi dari semua hal tersebut. Pendapat lain mengatakan bahwa bahaya ialah

kondisi tempat kerja atau perilaku pekerja yang dapat menyebabkan kecelakaan,

penyakit, atau kerugian pada perusahaan (Friend dan Kohn, 2007).

SafeWork SA, Government of South Australia dalam Managing Hazards,

menjelaskan definisi bahaya sebagai sebuah situasi di tempat kerja yang

berpotensi membahayakan kesehatan dan keselamatan pekerja atau merusak

pabrik dan peralatan kerja. Situasi tersebut dapat melibatkan tugas pekerja, bahan

kimia, maupun peralatan yang digunakan. Manajemen bahaya merupakan sebuah

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

proses berkelanjutan yang digunakan untuk meningkatkan keselamatan dan

kesehatan di tempat kerja. Manajemen bahaya pada dasarnya merupakan sebuah

proses pemecahan masalah yang bertujuan untuk menentukan masalah

(mengidentifikasi bahaya), mengumpulkan informasi seputar bahaya (penilaian

risiko), dan pemecahan masalah (pengendalian risiko). Ketika suatu pengendalian

telah dijalankan untuk menangani bahaya yang telah teridentifikasi, maka

hendaklah dilakukan peninjauan kembali dengan memeriksa keefektifan

pengendalian (evaluasi).

Hazards adalah faktor risiko, yaitu sumber atau kondisi yang memiliki

potensi bahaya kesehatan kerja. Mengacu kepada domain kesehatan kerja yakni

tiga kelompok variabel yaitu kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan beban atau

jenis kerja, maka hazards atau potensi bahaya dapat berasal dari ketiga kelompok

variabel tersebut di atas. Dari aspek kapasitas kerja, hazards dapat berasal dari

manusia, baik berupa perilaku negligence atau perilaku tidak sehat lainnya.

Hazards dari lingkungan kerja tidak terhitung banyaknya namun dapat

dikelompokkan ke dalam kelompok fisik, kelompok bahan kimia toksik, dan

mikroorganisme. Hazards juga dapat berasal dari jenis pekerjaan dan/atau beban

pekerjaannya (Achmadi, 2014).

Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat dikatakan bahwa bahaya atau

hazard lebih merupakan faktor kondisi (lingkungan) pekerjaan yang tidak aman

atau unsafe condition yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja (Winarsunu,

2008).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Terdapat 5 (lima) jenis potensi bahaya menurut Kuswana (2014), yaitu:

1. Physical (Bahaya Fisik)

Bahaya fisik adalah yang paling umum dan akan hadir di sebagian besar

tempat kerja pada satu waktu tertentu. Hal ini termasuk kondisi tidak aman

yang dapat menyebabkan cedera, penyakit, dan kematian. Bahaya fisik

sering dikaitkan dengan sumber energi yang tidak terkendali seperti

kinetik, listrik, pneumatik, dan hidrolik.

2. Chemical (Bahaya Bahan Kimia)

Bahaya kimia adalah zat yang memiliki karakteristik dan efek, dapat

membahayakan kesehatan dan keselamatan manusia. Bahaya kimia dapat

dipecah untuk memasukkan paparan, uap, gas, kabut, debu, dan asap.

3. Biological (Bahaya Biologis)

Bahaya biologis adalah organisme atau zat yang dihasilkan oleh organisme

yang mungkin menimbulkan ancaman bagi kesehatan dan keselamatan

manusia. Bahaya biologis dapat terjadi bagi orang yang bekerja

berhubungan dengan hewan, rumah sakit atau bahan tanaman menular,

penitipan anak, hotel, binatu dan pembersih kamar, laboratorium, kantor,

panti jompo, dan lain-lain.

4. Ergonomic (Bahaya Ergonomi)

Bahaya ergonomi terjadi ketika jenis pekerjaan, posisi tubuh, dan kondisi

kerja meletakkan beban pada tubuh. Penyebabnya paling sulit untuk

diidentifikasi secara langsung karena kita tidak selalu segera melihat

ketegangan pada tubuh atau bahaya-bahaya ini saat melakukan pekerjaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

Paparan jangka pendek dapat menyebabkan “nyeri otot” pada hari

berikutnya atau pada hari-hari setelah terekspos, tetapi paparan jangka

panjang dapat mengakibatkan cedera jangka panjang yang serius.

5. Physiological (Bahaya Psikologis)

Bahaya psikologis menyebabkan pekerja mengalami tekanan mental atau

gangguan. Meskipun termasuk klasifikasi bahaya yang agak baru, sangat

penting bahwa bahaya psikologis secara menyeluruh diidentifikasi dan

dikendalikan.

Manajemen ancaman bahaya kerja adalah suatu proses interaksi yang

digunakan oleh organisasi tempat kerja untuk mengidentifikasi, mengevaluasi,

dan menanggulangi bahaya di tempatnya guna mengurangi risiko akibat bahaya

tersebut. Jadi, manajemen bahaya kerja merupakan suatu alat yang bila digunakan

dengan benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman, bebas dari

ancaman bahaya di tempat kerja. Tahapan manajemen bahaya kerja, antara lain

identifikasi bahaya kerja, evaluasi bahaya kerja, penilaian hasil evaluasi bahaya

kerja, pengendalian, dan pemantauan bahaya kerja (strategi manajemen bahaya

kerja) (Harrianto, 2012). Sistem manajemen ini menjadi sebuah strategi yang

berfungsi untuk mengurangi dan mengendalikan risiko yang tidak diharapkan

sehingga dapat menjadi sebuah strategi yang bisa mencegah kecelakaan di tempat

kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

2.2 Risiko

Risiko yaitu kesempatan sesuatu terjadi yang akan berdampak pada tujuan.

Risiko diukur menurut kemungkinan dan konsekuensi. Kemungkinan dan

konsekuensi dari terjadinya luka-luka dan penyakit. Kombinasi dari kemungkinan

atau konsekuensi kejadian dan konsekuensi dari suatu peristiwa tertentu. Bahaya

yang mempunyai potensi dan kemungkinan menimbulkan dampak atau kerugian,

kesehatan maupun yang lainnya biasanya dihubungkan dengan risiko (risk).

Berdasarkan pemahaman tersebut risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan

terjadinya suatu dampak atau konsekuensi (Susihono dan Rini, 2013). Atau risiko

dapat juga diartikan sebagai perpaduan antara probabilitas dan tingkat keparahan

kerusakan atau kerugian/kelukaan (Ridley, 2008).

Berdasarkan Standar IEC (International Electrotechnical Commission),

risiko didefinisikan sebagai suatu kombinasi dari frekuensi atau probabilitas

kejadian dan konsekuensi dari suatu peristiwa khusus yang berbahaya (Ringdahl,

2004). Risiko dikaitkan dengan kemungkinan atau probabilitas terjadinya

peristiwa di luar yang diharapkan. Kejadian di masa yang akan datang tidak dapat

diketahui secara pasti. Kejadian ini atau suatu keluaran (output) dari suatu

kegiatan atau peristiwa dapat berupa kondisi yang baik dan kondisi yang buruk.

Jika yang terjadi adalah kondisi yang baik maka hal tersebut merupakan peluang

(opportunity), namun jika terjadi hal yang buruk maka hal tersebut merupakan

risiko (Tjakra dan Sangari, 2011).

Risiko pada umumnya dipandang sebagai sesuatu yang negatif, seperti

kehilangan, bahaya, dan konsekuensi lainnya. Kerugian tersebut merupakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

bentuk ketidakpastian yang seharusnya dipahami dan dikelola secara efektif oleh

organisasi sebagai bagian dari strategi sehingga dapat menjadi nilai tambah dan

mendukung pencapaian organisasi (Soputan, 2014).

Menurut Soputan (2014), sumber-sumber penyebab risiko dapat dibedakan

sebagai berikut:

1. Risiko internal, yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri.

2. Risiko eksternal, yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan atau

lingkungan luar perusahaan.

3. Risiko keuangan, adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi

dan keuangan, seperti perubahan harga, tingkat bunga, dan mata uang.

4. Risiko operasional, adalah semua risiko yang tidak termasuk risiko keuangan.

Risiko operasional disebabkan oleh faktor-faktor manusia, alam, dan

teknologi.

Langkah-langkah untuk menangani atau mengelola risiko menurut Tjakra

dan Sangari (2011), yaitu:

a. Menghindari/menolak. Penghindaran risiko yaitu memutuskan untuk tidak

melakukan aktivitas yang mengandung risiko sama sekali.

b. Mengurangi. Mengurangi risiko dapat dilakukan dengan mengurangi

kemungkinan terjadinya risiko dan mengurangi dampak kerugian yang

ditimbulkan risiko.

c. Mendanai/menerima. Perusahaan menyediakan dana sekiranya terjadi

kejadian-kejadian yang merugikan sehingga perusahaan memiliki dana untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

membiayai kerugian-kerugian tersebut tanpa mengganggu operasional

perusahaan.

d. Menanggulangi risiko (risk mitigation). Menanggulangi risiko adalah

mengurangi kejadian dan/atau akibat dari risiko yang merugikan hingga

mencapai batas yang bisa diterima.

e. Mengalihkan risiko. Risiko yang dapat dikendalikan artinya dapat ditangani

dengan strategi pencegahan atau pengurangan kerugian, sedangkan risiko

yang tidak dapat dikendalikan sebaiknya dialihkan saja ke pihak lain.

f. Monitoring dan peninjauan. Sangat penting untuk selalu memantau proses

dari awal mulai dari identifikasi risiko dan pengukuran risiko untuk

mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih, dan untuk mengidentifikasi

adanya risiko yang baru maupun berubah.

2.3 Manajemen Risiko

2.3.1 Pengertian

Manajemen sebuah organisasi merupakan perpaduan yang rumit antara

manusia dan sistem-sistem yang melingkupi rentang kegiatan dan fungsi yang

sangat luas. Fungsi manajemen adalah menarik seluruh aspek ini secara

bersamaan ke dalam suatu perpaduan yang utuh dan mengarahkannya untuk

mencapai tujuan organisasi bersangkutan. dalam program kesehatan dan

keselamatan kerja. Walaupun kondisi pribadi seseorang ikut berperan, terdapat

sejumlah aspek yang pasti dan terdokumentasi tentang bagian yang dapat

diperankan oleh pihak manajemen untuk memastikan para pekerjanya kembali ke

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

rumah dengan kondisi kesehatan yang sama seperti ketika ia datang untuk mulai

bekerja (Ridley, 2008).

Untuk melaksanakan proses manajemen menurut Suarli dan Bahtiar

(2009) diperlukan:

a. Keterampilan teknik

Keterampilan teknik merupakan kemampuan untuk menggunakan

pengetahuan, metode, teknik, dan peralatan yang diperlukan dalam

menjalankan suatu tugas tertentu. Keterampilan teknik bisa diperoleh dari

pengalaman, pendidikan, dan pelatihan.

b. Keterampilan hubungan antarmanusia

Keterampilan hubungan antarmanusia merupakan kemampuan bekerja sama

dengan orang lain, termasuk dalam hal ini memahami masalah motivasi dan

menerapkan kepemimpinan.

c. Keterampilan konseptual

Keterampilan konseptual merupakan kemampuan untuk memahami secara

kompleks tentang organisasi yang ada. Selain itu juga berarti, kemampuan

untuk berpikir secara konseptual mengenai tujuan organisasi sebagai landasan

untuk bertindak, bukan hanya memahami tujuan dari satu unit saja.

Kerzner (2001) dalam Tjakra (2011) berpendapat bahwa manajemen risiko

adalah pendekatan terorganisasi untuk menemukan risiko-risiko yang potensial

sehingga dapat mengurangi terjadinya hal-hal di luar dugaan. Manajemen risiko

harus dilakukan sedini mungkin dengan didukung informasi tersebut. Prosesnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

merupakan tindakan preventif dimana kondisi usaha sesungguhnya dapat menjadi

jelas sebelum terlambat dan dapat terhindar dari kegagalan yang lebih besar.

Berdasarkan ISO 31000:2009, manajemen risiko ialah kegiatan

terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan suatu organisasi/perusahaan

terkait dengan risiko. Istilah manajemen risiko juga mengacu pada suatu

rancangan yang digunakan untuk mengelola risiko. Rancangan tersebut mencakup

prinsip manajemen risiko, kerangka manajemen risiko, dan proses manajemen

risiko. Manajemen risiko dapat diterapkan ke seluruh organisasi/perusahaan di

banyak area dan tingkatan, kapan saja, sesuai fungsi, proyek, aktivitas apapun.

Sedangkan berdasarkan Risk Management Guidelines Companion to AS/NZS

4360:2004 manajemen risiko ialah budaya, proses dan struktur yang diarahkan

untuk menyadari peluang potensial sambil mengelola efek samping.

Veber (2014) dalam Myskova (2015), mengemukakan bahwa manajemen

risiko adalah suatu cara yang sistematis dan terkoordinasi dengan risiko-risiko

yang terdapat di suatu perusahaan meliputi semua tingkatan manajemen, termasuk

semua proses dan semua jenis risiko dan kaitannya. Sedangkan menurut Standar

IEC (International Electrotechnical Commission), definisi manajemen risiko

adalah penerapan kebijakan, prosedur, dan praktik manajemen yang sistematis

untuk menganalisa, mengevaluasi, dan mengendalikan risiko (Ringdahl, 2004).

Manajemen risiko juga merupakan pendekatan aktif yang bertujuan untuk

mengidentifikasi, melakukan asesmen, memilih prioritas risiko dengan harapan

mengurangi risiko negatif (Sabarguna, 2008).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

Oleh karena itu, secara umum manajemen risiko dapat diartikan sebagai

proses, mengidentifikasi, mengukur dan memastikan risiko, dan mengembangkan

strategi untuk mengelola risiko tersebut. Dalam hal ini manajemen risiko akan

melibatkan proses-proses, metode dan teknik yang membantu manajer proyek

memaksimumkan probabilitas dan konsekuensi dari event positif, minimasi

probabilitas, dan konsekuensi event yang berlawanan. Manajemen risiko K3

adalah suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang

tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan terstruktur dalam suatu

kesisteman yang baik. Sehingga memungkinkan manajemen untuk meningkatkan

hasil dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang ada (Soputan,

2014).

2.3.2 Tujuan Manajemen Risiko

Menurut Rumondang (1995) dalam Anwar (2014), tujuan manajemen

risiko pada dasarnya mencari dan mengumpulkan kelemahan operasional yang

memungkinkan terjadinya kecelakaan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan

mengungkapkan sebab suatu kecelakaan (akar masalah), dan meneliti apakah

pengendalian secara cermat dapat dilakukan atau tidak. Kesalahan operasional

yang kurang lengkap, keputusan yang tidak tepat, salah perhitungan dan

manajemen yang kurang tepat dapat menimbulkan risiko terjadinya kecelakaan.

Mengelola risiko kerja membantu memastikan perlindungan keselamatan

dan kesehatan kerja di tempat kerja. Penilaian risiko kerja merupakan komponen

dasar dari manajemen. Hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

menetapkan tujuan keselamatan dan kesehatan kerja; memilih peralatan kerja,

metode kerja, organisasi kerja, dan ukuran perlindungan; serta membentuk

kompetensi pekerja dan jenis pelatihan yang dibutuhkan khususnya pada tempat

kerja yang membutuhkan kemampuan fisik atau mental. Efisiensi penerapan

manajemen risiko kerja diperoleh berdasarkan metode penilaian yang digunakan.

Pekerja wajib terlibat dengan alasan berikut:

1. Meningkatkan keterlibatan pekerja dalam pemecahan masalah terkait

keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Meningkatkan pengetahuan mengenai efisiensi risiko kerja.

3. Meningkatkan kewaspadaan akan bahaya dan kemungkinan risiko kecelakaan

di tempat kerja dan kebutuhan akan perlindungan untuk mengurangi risiko.

Penilaian risiko kerja yang terorganisir dengan baik memperbaiki kondisi

tempat kerja, membentuk budaya keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan,

dan mengurangi kerugian akibat kecelakaan kerja dan penyakit sehingga

meningkatkan kesejahteraan (Koradecka, 2010).

Menurut Glendon dkk (2006), pendekatan manajemen risiko terpadu

bertujuan untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengevaluasi berbagai risiko fisik

dan psikososial dalam sebuah perusahaan secara sistematis dan untuk

merekomendasikan intervensi yang dirancang guna meningkatkan keselamatan

melalui pengembangan budaya keselamatan kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

2.3.3 Proses Manajemen Risiko

Proses manajemen risiko terdiri dari 3 langkah utama yaitu analisis risiko

atau penilaian risiko, penanganan risiko, dan pengendalian risiko (Hanewinkel

dkk, 2010). Berdasarkan ISO 31000:2009, proses manajemen risiko terdiri dari

penerapan kebijakan, prosedur dan praktik manajemen yang sistematis dalam

komunikasi dan konsultasi dengan para stakeholder, membangun konteks,

identifikasi, analisis, evaluasi, mempertahankan, memantau, dan peninjauan ulang

risiko.

Elemen utama proses manajemen risiko berdasarkan Risk Management

Guidelines Companion to AS/NZS 4360:2004 ialah:

a. Komunikasi dan konsultasi.

Komunikasi dan konsultasi dengan stakeholder internal maupun eksternal

perusahaan yang disesuaikan dengan masing-masing tingkatan proses

manajemen risiko dan proses secara keseluruhan.

b. Penetapan konteks.

Penetapan konteks eksternal, konteks internal dan konteks manajemen risiko

dimana proses manajemen risiko akan diterapkan. Kriteria risiko yang akan

dievaluasi harus ditetapkan beserta struktur analisisnya.

c. Identifikasi risiko.

Identifikasi dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana suatu kejadian dapat

dicegah, diturunkan, ditunda, atau ditingkatkan pencapaian tujuannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

d. Analisis risiko.

Identifikasi dan evaluasi pengendalian yang sudah ada. Kemudian tentukan

konsekuensi dan kemungkinan yang akan terjadi, serta tentukan tingkat risiko

yang ada. Analisis ini harus mempertimbangkan berbagai konsekuensi dan

bagaimana hal tersebut dapat terjadi.

e. Evaluasi risiko.

Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar yang telah

ditentukan sebelumnya. Hal ini memungkinkan untuk melakukan penentuan

prioritas dalam pengambilan keputusan pengendalian.

f. Pengendalian risiko.

Pengembangan dan implementasi strategi dan rencana tindakan untuk

meningkatkan keuntungan dan mengurangi biaya tak terduga akibat

kecelakaan.

g. Monitor dan peninjauan kembali.

Monitor dan peninjauan kembali perlu dilakukan untuk memantau keefektifan

semua proses manajemen risiko. Hal ini penting untuk perbaikan yang terus-

menerus untuk kedepannya. Risiko dan keefektifan tindakan pengendalian

perlu dilakukan pemantauan untuk memastikan perubahan keadaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

Menentukan Konteks
• Konteks Internal
• Konteks Eksternal
• Konteks Manajemen Risiko
• Kriteria Pengembangan
• Definisi Struktur

Identifikasi Risiko
• Apa yang dapat terjadi?
• Kapan dan dimana?
• Bagaimana dan kenapa?

Analisa Risiko
Komunikasi dan Konsultasi

Pemantauan dan Peninjauan


Identifikasi pengendalian yang ada

Menentukan konsekuensi Menentukan kemungkinan

Menentukan tingkat risiko

Evaluasi Risiko
• Bandingkan dengan kriteria
• Tentukan prioritas
Tidak
Mengendalikan Risiko

Ya

Pengendalian Risiko
• Identifikasi pilihan
• Penilaian pilihan
• Persiapan dan penerapan rencana pengendalian
• Analisa dan evaluasi sisa risiko

Gambar 2.1 Proses Manajemen Risiko (AS/NZS 4360:2004)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

Langkah pertama dalam proses manajemen risiko menurut SafeWork SA,

Government of South Australia dalam Managing Hazards ialah identifikasi

bahaya apapun di tempat kerja. Langkah kedua ialah menilai tingkat risiko yang

terkait dengan masing-masing bahaya dengan mempertimbangkan tingkat

keparahan akibat cedera atau penyakit yang timbul dan kemungkinan atau peluang

seseorang dapat menderita cedera atau penyakit. Langkah ketiga yaitu

mengendalikan setiap bahaya.

Menurut Glendon dkk (2006), sejumlah penghalang dapat menghambat

proses manajemen risiko, terutama waktu, uang, dan sumber daya. Hal-hal

tersebut dapat diatasi dengan:

1. Komitmen manajemen akan keselamatan kerja juga dibutuhkan. Faktor ini

dapat ditingkatkan melalui pendekatan manajemen risiko terhadap

keselamatan kerja yang efektif, seperti pengetahuan dan keahlian yang

relevan dari proses identifikasi, penilaian, dan evaluasi risiko.

2. Keterlibatan para pekerja. Saat pekerja mendapat kesan bahwa para manajer

benar-benar tertarik untuk meningkatkan keselamatan para pekerja dan bukan

hanya menerapkan sistem keselamatan untuk menenangkan regulator dan

mematuhi peraturan undang-undang, maka hal ini akan mendorong para

pekerja untuk terpengaruh dan ikut terlibat dalam sistem manajemen risiko

sehingga secara signifikan akan mempengaruhi hasil yang berkaitan dengan

keselamatan kerja.

Pendekatan menggunakan manajemen risiko untuk keselamatan kerja

dianjurkan untuk menggabungkan penekanan pada integrasi strategis keamanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

dengan tujuan perusahaan menggunakan komitmen sumber daya untuk

mendorong keterlibatan dan partisipasi pekerja.

2.3.4 Manfaat Manajemen Risiko

Beberapa kegunaan khusus penerapan manajemen risiko menurut Risk

Management Guidelines Companion to AS/NZS 4360:2004, yaitu:

1. Sedikitnya terjadi kecelakaan (fewer surprise). Pengendalian kejadian yang

tak diinginkan ditingkatkan dengan cara mengidentifikasi dan melakukan

usaha untuk menurunkan probabilitas dan mengurangi efeknya. Meskipun

kejadian tersebut tidak dapat dicegah, namun perusahaan telah mampu

menghadapi hal tersebut dengan perencanaan dan persiapan yang matang.

2. Eksploitasi kesempatan (exploitation of opportunities). Perilaku untuk

mencari setiap kemungkinan akan berkembang jika seseorang memiliki

kepercayaan diri akan pengetahuannya tentang risiko dan memiliki

kemampuan untuk mengendalikan risiko.

3. Mempertajam perencanaan, kinerja, dan efektivitas (improve planning,

performance, and effectiveness). Akses terhadap informasi strategis tentang

perusahaan, proses kerja, serta lingkungannya membuka jalan untuk

memunculkan ide baru dan perencanaan yang lebih efektif. Hal ini dapat

meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memperbesar kesempatan,

mengurangi dampak negatif, dan mencapai kinerja yang lebih baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

4. Ekonomi dan efisiensi (economy and efficiency). Keuntungan dalam hal

ekonomi dan efisiensi akan tercapai dan lebih fokus pada sumber daya,

perlindungan aset, dan menghindari biaya kesehatan.

5. Memperbaiki hubungan dengan stakeholder (improved stakeholder

relationships). Manajemen risiko mendorong komunikasi antara perusahaan

dengan stakeholder mengenai alasan pengambilan sebuah keputusan sehingga

tercipta komunikasi dua arah.

6. Mempertajam informasi untuk pengambilan keputusan (improved information

for making decision). Manajemen risiko menyediakan banyak informasi yang

akurat dan analisa yang dapat menunjang pengambilan keputusan seperti

dalam hal investasi, merger, dan pendapatan.

7. Mempertinggi reputasi (enhanced reputation). Para investor, pemberi dana,

pemasok, dan pelanggan akan lebih tertarik pada perusahaan yang telah

dikenal melakukan proses manajemen risiko dengan baik.

8. Perlindungan terhadap pekerja (director protection). Dengan manajemen

risiko yang baik maka pekerja akan lebih hati-hati dan waspada terhadap

risiko yang akan menghindarkan diri dari masalah.

9. Akuntabilitas, jaminan, dan pemerintahan (accountability, assurance and

governance). Keuntungan akan diperoleh dengan melaksanakan dan

mendokumentasikan pendekatan manajemen yang diadopsi, dan fokus pada

tingkat kesesuaian perusahaan akan kebutuhan dan kinerja perusahaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

10. Kesejahteraan pribadi (personal wellbeing). Efektivitas manajemen risiko

terhadap risiko pribadi akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan

pribadi dan lainnya.

2.4 Identifikasi Bahaya

Pada proses identifikasi bahaya akan dilakukan penjabaran risiko dari

setiap kegiatan yang sudah diidentifikasi. Risiko dapat disebabkan oleh faktor

yaitu bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya mekanik, bahaya elektrik, bahaya

ergonomi, bahaya kebiasaan, bahaya lingkungan, bahaya biologi, dan bahaya

psikologi (Wijaya dkk, 2015).

Kegiatan identifikasi bahaya adalah mengidentifikasi kondisi-kondisi

ketidakpastian yang menimbulkan risiko, sumber risiko, serta pengaruhnya

(Tjakra dan Sangari, 2011). Menurut Ridley (2008), mengidentifikasian bahaya

sebelum bahaya tersebut menyebabkan kecelakaan adalah inti seluruh kegiatan

pencegahan kecelakaan. Banyak teknik identifikasi yang salah satunya dapat

dipilih yang mungkin paling efektif di organisasi tertentu atau yang dapat

menyediakan informasi yang dibutuhkan dalam proses tertentu. Teknik-teknik

tersebut meliputi:

1. Survei keselamatan.

Kadang dinamakan inspeksi keselamatan kerja yang merupakan inspeksi

umum terhadap seluruh karyawan. Cenderung kurang rinci dibanding teknik

lainnya namun cukup memberi gambaran yang menyeluruh tentang keadaan

pencegahan kecelakaan di seluruh area tertentu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

2. Patroli keselamatan.

Inspeksi terbatas pada rute yang ditentukan terlebih dahulu. Sebelumnya

perlu untuk merencanakan rute untuk memastikan cakupan menyeluruh atas

area kerja. Teknik ini dapat mempersingkat waktu setiap inspeksi.

3. Pengambilan sampel keselamatan kerja.

Melihat pada satu aspek kesehatan atau keselamatan kerja saja dan fokus

untuk melakukan identifikasi lebih rinci yang memerlukan perencanaan dan

serangkaian pengambilan sampel untuk mencakup seluruh aspek kesehatan

dan keselamatan kerja.

4. Audit keselamatan kerja.

Inspeksi tempat kerja yang lebih teliti dengan melakukan pencarian untuk

mengidentifikasi semua jenis bahaya. Jumlah setiap bahaya yang

teridentifikasi dicatat dan dikembangkan menggunakan sistem peringkat

untuk mengukur derajat kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan.

Audit ulang perlu dilakukan untuk menilai perbaikan-perbaikan apa saja yang

telah dilakukan. Namun kelemahan teknik ini ialah cukup menyita waktu.

5. Pemeriksaan lingkungan.

Dilakukan berdasarkan pengukuran konsentrasi zat-zat kimia di atmosfer

sehingga dapat mengidentifikasi kemungkinan bahaya terhadap kesehatan di

tempat kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

6. Laporan kecelakaan.

Laporan yang dibuat setelah kecelakaan, termasuk kecelakaan kecil dan juga

kerugian berupa kerugian waktu. Laporan ini dapat mengindikasikan tindakan

pencegahan yang diperlukan.

7. Laporan kecelakaan yang nyaris terjadi.

Laporan insiden-insiden yang dalam keadaan yang sedikit berbeda dapat

menyebabkan kecelakaan dan memerlukan budaya keselamatan dan

kesehatan kerja yang tepat agar efektif.

8. Masukan dari para karyawan.

Secara formal dapat diperoleh melalui komite keselamatan dan kesehatan

kerja atau secara informal melalui penyelia namun membutuhkan budaya

tidak saling menyalahkan untuk memberanikan pekerja melaporkan masalah.

Para pekerja sering lebih mengetahui dan dapat menyampaikan apa yang

perlu dilakukan serta perlu umpan balik ke pekerja dalam bentuk tindakan

untuk mempertahankan kredibilitas manajemen.

Identifikasi bahaya dapat dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder

dan menggunakan pancaindera sewaktu melakukan survei dalam industri. Data

sekunder yang diperlukan antara lain proses, bahan baku, bahan tambahan untuk

proses, data pemantauan lingkungan kerja, kepegawaian, kesehatan karyawan, dan

lain-lain. Dari data sekunder dapat diperkirakan bahaya yang mungkin ada di

industri (Salami dkk, 2016).

Identifikasi bahaya menurut Tarwaka (2008) merupakan suatu proses yang

dapat dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin

timbul di tempat kerja. Proses identifikasi hazard atau potensi bahaya antara lain

yaitu:

a. Membuat daftar semua objek (mesin, peralatan kerja, bahan, proses kerja,

sistem kerja, kondisi kerja, dll) yang ada di tempat kerja.

b. Memeriksa semua objek yang ada di tempat kerja dan sekitarnya.

c. Melakukan wawancara dengan tenaga kerja yang bekerja di tempat kerja

yang berhubungan dengan objek-objek tersebut.

d. Mereview kecelakaan, catatan P3K dan informasi lainnya.

e. Mencatat seluruh hazard yang telah diidentifikasi.

2.5 Analisis dan Penilaian Risiko

Analisis risiko meliputi jenis, besar dan kecilnya akibat, siapa yang terkait,

apa yang berpengaruh dimana hal ini akan sangat penting bagi upaya selanjutnya

yang akan dikerjakan dalam rangka pengendalian atau penanganan risiko

(Sabarguna, 2008).

Berdasarkan Risk Management Guidelines Companion to AS/NZS

4360:2004, analisis risiko melibatkan pertimbangan sumber risiko, konsekuensi

positif dan negatif. Risiko dianalisis dengan menggabungkan konsekuensi dan

kemungkinan. Menurut Tjakra dan Sangari (2011), hasil identifikasi kondisi-

kondisi ketidakpastian yang menimbulkan risiko harus dievaluasi dan dianalisis.

Sikap terhadap risiko, keputusan apapun tentang risiko akan dipengaruhi oleh

orang atau organisasi yang membuat keputusan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

Risiko dianalisa dengan menilai kemungkinan dan keparahan yang

ditimbulkan serta dievaluasi dengan menilai tingkat atau besarnya risiko. Istilah

penilaian risiko dalam Guidelines for Hazard Identification, Risk Assessment and

Risk Control berarti proses mengevaluasi risiko terhadap keselamatan dan

kesehatan kerja yang timbul dari bahaya di tempat kerja.

Penilaian risiko merupakan cara yang digunakan untuk mengelola dengan

baik risiko yang dihadapi oleh pekerja dan memastikan bahwa kesehatan dan

keselamatan pekerja tidak terkena risiko saat bekerja. Sistem penilaian risiko ini

adalah mengidentifikasi bahaya sehingga dapat mengambil tindakan untuk

mengendalikan, mengurangi atau menghilangkan risiko sebelum terjadi

kecelakaan yang dapat menimbulkan cedera, kerusakan, dan kerugian (Ridley,

2008).

Dalam Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dijelaskan bahwa penilaian risiko

ialah untuk menetapkan besar kecilnya suatu risiko yang telah diidentifikasi

sehingga digunakan untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat

risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

Dalam Risk Management Guidelines Companion to AS/NZS 4360:2004,

Risk assessment adalah proses penilaian yang digunakan untuk mengidentifikasi

potensi bahaya yang dapat terjadi. Tujuan dari risk assessment adalah memastikan

kontrol risiko dari proses, operasi, atau aktivitas yang dilakukan berada pada

tingkat yang dapat diterima. Penilaian dalam Risk assessment yaitu likelihood dan

severity. Likelihood menunjukkan seberapa mungkin kecelakaan itu terjadi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Severity menunjukkan seberapa parah dampak dari kecelakaan tersebut. Nilai dari

likelihood dan severity akan digunakan untuk menentukan risk rating. Risk rating

adalah nilai yang menunjukkan risiko yang berada pada tingkat rendah,

menengah, tinggi atau ekstrim.

Tabel 2.1 Skala kemungkinan (likelihood) pada standar AS/NZS 4360:2004

Tingkat Deskripsi Keterangan


5 Almost Certain Dapat terjadi setiap saat
4 Likely Sering terjadi
3 Possible Dapat terjadi sekali-sekali
2 Unlikely Jarang terjadi
1 Rare Hampir tidak pernah, sangat jarang terjadi

Tabel 2.2 Skala tingkat keparahan (severity) pada standar AS/NZS 4360:2004

Tingkat Deskripsi Keterangan


1 Insignificant Tidak terjadi cedera, kerugian finansial
sedikit
2 Minor Cedera ringan, kerugian finansial sedikit
3 Moderate Cedera sedang, perlu penanganan medis,
kerugian finansial besar
4 Major Cedera berat > 1 orang, kerugian besar,
gangguan produksi
5 Catastrophic Fatal lebih dari 1 orang, kerugian sangat
besar dan dampak sangat luas, terhentinya
seluruh kegiatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

Risiko dalam Guidelines for Hazard Identification, Risk Assessment and

Risk Control dapat disajikan dengan berbagai cara untuk memaparkan hasil

analisis guna mengambil keputusan pada langkah pengendalian risiko. Pada

analisis risiko yang menggunakan kemungkinan dan tingkat keparahan, hasil

analisis disajikan dalam bentuk matriks risiko yang merupakan cara yang sangat

efektif untuk memaparkan distribusi risiko di seluruh pabrik atau area tempat

kerja.

Tabel 2.3 Matriks risiko berdasarkan standar AS/NZS 4360:2004

Tingkat Keparahan
Tingkat
1 2 3 4 5
Kemungkinan
Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic
5 (Almost Certain) Medium High High Very High Very High
4 (Likely) Medium Medium High High Very High
3 (Possible) Low Medium High High High
2 (Unlikely) Low Low Medium Medium High
1 (Rare) Low Low Medium Medium High

Keterangan:

a. Very high atau High risk : membutuhkan perhatian khusus, perencanaan

untuk pelaksanaan tindakan dan tanggung jawab manajemen yang spesifik.

b. Medium risk : harus dikelola dengan prosedur pemantauan atau respon yang

spesifik dengan tanggung jawab manajemen yang spesifik.

c. Low risk : diatur atau dikelola dengan prosedur rutin, tidak memerlukan

tindakan spesifik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

2.6 Pengendalian Bahaya

Berdasarkan Guidelines for Hazard Identification, Risk Assessment and

Risk Control, pengendalian atau kontrol adalah penghapusan atau inaktivasi

bahaya dengan cara sedemikian rupa sehingga bahaya tersebut tidak menimbulkan

risiko bagi pekerja yang harus memasuki area atau penggunaan peralatan kerja.

Bahaya harus dikendalikan langsung dari sumbernya (dimana masalah timbul).

Pengendalian dari sumber bahaya langsung adalah hal yang paling baik. Metode

ini sering disebut sebagai penerapan pengendalian secara teknik. Jika hal ini tidak

berhasil, maka bahaya dapat dikendalikan diantara sumber dan pekerja. Metode

ini biasa disebut sebagai pengendalian administratif. Jika tidak mungkin, maka

bahaya harus dikendalikan dari tingkat pekerja melalui penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD).

Dalam Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tindakan pengendalian meliputi

pengendalian terhadap kegiatan, produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan

risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja sekurang-kurangnya mencakup

pengendalian terhadap bahan, peralatan, lingkungan kerja, cara kerja, sifat

pekerjaan, dan proses kerja. Upaya pengendalian bahaya dilakukan berdasarkan

hasil penilaian risiko melalui pengendalian teknis, administratif, dan penggunaan

alat pelindung diri. Tindakan pengendalian dilakukan melalui:

1. Pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi, substitusi, isolasi,

ventilasi, higienitas dan sanitasi;

2. Pendidikan dan pelatihan;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

3. Insentif, penghargaan dan motivasi diri;

4. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan etiologi; dan

5. Penegakan hukum

Fungsi pengawasan/pengendalian di dalam manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja merupakan fungsi untuk mengetahui sampai sejauh mana pekerja

dan para pengawas/supervisor mematuhi kebijakan yang telah ditetapkan oleh

pimpinan perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan, khususnya yang

berkaitan dengan kesehatan kerja serta dijadikan dasar penilaian untuk sertifikasi

(Achmadi, 2014).

Terdapat 4 strategi pengendalian risiko menurut Anwar dkk (2014), yaitu:

1. Menekan Probability

Pengendalian risiko yang pertama adalah menekan kemungkinan terjadinya

risiko. Pengurangan kemungkinan ini dapat dilakukan dengan berbagai

pendekatan, dengan cara teknis, administratif dan pendekatan manusia.

2. Menekan Consequences

Pendekatan berikutnya untuk mengendalikan risiko adalah dengan menekan

dampak yang ditimbulkan oleh risiko, salah satu pilihan yang dapat dilakukan

adalah bagaimana mengendalikan risiko sehingga dampak yang ditimbulkan

dapat ditekan seminimal mungkin.

3. Pengalihan Risiko (Risk Transfer)

Pengendalian risiko yang ketiga yaitu pengalihan risiko kepihak lain,

sehingga beban risiko yang ditanggung bisa menurun, hal ini dapat dilakukan

dengan beberapa cara yaitu dengan kontraktual dan asuransi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

4. Hindari (Avoid)

Pengendalian yang terakhir yaitu dengan mengambil keputusan untuk

menghentikan kegiatan atau penggunaan proses, bahan dan alat yang

berbahaya.

Beberapa tindakan pengendalian berdasarkan SafeWork SA, Government

of South Australia dalam Managing Hazards akan lebih efektif daripada tindakan

lainnya. Tindakan pengendalian dapat diurutkan dari perlindungan dan ketahanan

tingkat tinggi hingga tingkat terendah. Hal ini disebut juga sebagai hierarki

pengendalian. Tingkatan pengendalian dalam implementasi pengendalian risiko

yaitu:

1. Eliminasi, menghilangkan bahaya sepenuhnya dari tempat kerja. Hal ini

merupakan tindakan pengendalian paling efektif dan wajib untuk

dipertimbangkan sebelum melakukan tindakan lainnya.

2. Substitusi, jika bahaya tidak dapat dieliminasi maka substitusi atau ganti

faktor penyebab bahaya dengan yang lebih tidak membahayakan.

3. Isolasi, pengasingan bahaya atau praktek kerja yang berbahaya dari para

pekerja.

4. Pengendalian secara teknis, merupakan tindakan pengendalian fisik seperti

peralatan kerja yang sesuai dengan para pekerja untuk mengurangi risiko

kecelakaan.

5. Pengendalian administratif, merupakan metode atau prosedur pengendalian

yang dirancang untuk meminimalisir paparan bahaya seperti implementasi

program pelatihan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

6. Alat Pelindung Diri, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) tidak dapat

mengurangi bahaya, namun hanya bertujuan untuk menghindari pekerja

bahaya. Oleh karena itu diperlukan pelatihan dan pengawasan yang efektif

untuk memastikan penggunaan dan efektivitas pemakaian APD.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei

deskriptif dengan melakukan observasi terhadap lingkungan dan proses kerja.

Survei deskriptif dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan

untuk melihat gambaran fenomena yang terjadi dalam suatu populasi tertentu.

Pada umumnya survei deskriptif digunakan untuk membuat penilaian terhadap

suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program di masa sekarang, kemudian

hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut.

Survei deskriptif juga dapat didefinisikan suatu penelitian yang dilakukan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam

masyarakat (Notoatmodjo, 2012).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di salah satu unit usaha industri rumahan

dodol kentang yang berada di Desa Lubuk Nagodang, Kecamatan Siulak,

Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2018 hingga Maret 2018.

39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40

3.3 Objek Penelitian

Objek yang diteliti adalah pekerja saat melakukan pekerjaannya, peralatan

yang digunakan saat proses produksi atau mesin yang digunakan dan terdapat di

lingkungan kerja sebagai sumber bahaya dari proses pembuatan dodol kentang

yang dimulai dari proses pencucian kentang, perebusan, pengupasan kulit

kentang, kemudian dilanjutkan dengan proses penggilingan kentang dengan

mesin. Kentang yang sudah bertekstur halus dimasak dengan bahan lainnya

hingga matang dan siap dicetak. Proses terakhir ialah pengemasan hingga menjadi

produk yang siap dijual dan dapat segera dinikmati.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil observasi langsung ke lokasi penelitian

dengan mengamati proses kerja, wawancara bebas dengan para pekerja, dan

dokumentasi. Pengamatan atau observasi dilakukan dengan mengamati seluruh

potensi bahaya yang berisiko mengakibatkan kecelakaan kerja mulai dari awal

hingga akhir proses produksi. Hal yang menjadi fokus pengamatan yakni kondisi

lingkungan kerja, peralatan kerja yang digunakan, serta mesin yang digunakan.

Wawancara bebas yaitu pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi

juga mengingat data yang ingin dikumpulkan tanpa membawa pedoman yang

akan ditanyakan (Arikunto, 2016). Wawancara bebas dilakukan untuk

memperkuat hasil observasi. Narasumber dari wawancara bebas ini ialah para

pekerja dan pengelola unit usaha dodol kentang tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari dokumen sentra industri kecil dodol kentang

di Desa Lubuk Nagodang dan data koperasi sentra industri kecil dodol kentang di

Desa Lubuk Nagodang.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ialah berupa form isian

identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) yang disusun berdasarkan prosedur manajemen risiko dan

telah disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Form isian ini merupakan

pedoman observasi dan wawancara terkait hasil observasi pada pekerja

berdasarkan aktivitas atau proses kerja di unit usaha industri rumahan dodol

kentang di Desa Lubuk Nagodang, Kecamatan Siulak, Kabupaten Kerinci,

Provinsi Jambi.

3.6 Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan sesuai dengan prosedur manajemen risiko.

Langkah pertama dalam proses manajemen risiko menurut SafeWork SA,

Government of South Australia dalam Managing Hazards ialah identifikasi

bahaya apapun di tempat kerja. Langkah kedua ialah menilai tingkat risiko yang

terkait dengan masing-masing bahaya dengan mempertimbangkan tingkat

keparahan akibat cedera atau penyakit yang timbul dan kemungkinan atau peluang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

seseorang dapat menderita cedera atau penyakit. Langkah ketiga yaitu

mengendalikan setiap bahaya.

Prosedur identifikasi hazard atau potensi bahaya antara lain yaitu:

a. Membuat daftar semua objek (mesin, peralatan kerja, bahan, proses kerja,

sistem kerja, kondisi kerja, dll) yang ada di tempat kerja.

b. Memeriksa semua objek yang ada di tempat kerja dan sekitarnya.

c. Melakukan wawancara dengan tenaga kerja yang bekerja di tempat kerja

yang berhubungan dengan objek-objek tersebut.

d. Mereview kecelakaan, catatan P3K dan informasi lainnya.

e. Mencatat seluruh hazard yang telah diidentifikasi.

Risiko bahaya yang telah diidentifikasi akan dianalisis berdasarkan tingkat

kemungkinan dan tingkat keparahannya menggunakan pedoman penilaian risiko

dari Risk Management Guidelines Companion to AS/NZS 4360:2004.

Tabel 3.1 Skala kemungkinan (probability)

Tingkat Deskripsi Keterangan


5 Almost Certain Dapat terjadi setiap saat
4 Likely Sering terjadi
3 Possible Dapat terjadi sekali-sekali
2 Unlikely Jarang terjadi
1 Rare Hampir tidak pernah, sangat jarang terjadi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Tabel 3.2 Skala tingkat keparahan (consequence)

Tingkat Deskripsi Keterangan


1 Insignificant Tidak terjadi cedera, kerugian finansial
sedikit
2 Minor Cedera ringan, kerugian finansial sedikit
3 Moderate Cedera sedang, perlu penanganan medis,
kerugian finansial besar
4 Major Cedera berat > 1 orang, kerugian besar,
gangguan produksi
5 Catastrophic Fatal lebih dari 1 orang, kerugian sangat
besar dan dampak sangat luas, terhentinya
seluruh kegiatan

Pada proses analisis risiko yang menggunakan kemungkinan dan tingkat

keparahan, hasil analisis disajikan dalam bentuk matriks risiko yang merupakan

cara yang sangat efektif untuk memaparkan distribusi risiko yang terdapat di area

tempat kerja.

Tabel 3.3 Matriks tingkat risiko

Tingkat Keparahan
Kemungkinan 1 2 3 4 5
Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic
5 (Almost Certain) Medium High High Very High Very High
4 (Likely) Medium Medium High High Very High
3 (Possible) Low Medium High High High
2 (Unlikely) Low Low Medium Medium High
1 (Rare) Low Low Medium Medium High

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

Keterangan:

a. Very high : Kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan sampai risiko

telah direduksi. Jika tidak memungkinkan untuk mereduksi risiko dengan

sumberdaya yang terbatas, maka pekerjaan tidak dapat dilaksanakan.

b. High : Kegiatan tidak boleh dilaksanakan sampai risiko telah direduksi. Perlu

dipertimbangkan sumber daya yang akan dialokasikan untuk mereduksi

risiko. Apabila risiko terdapat dalam pelaksanaan pekerjaan yang masih

berlangsung, maka tindakan harus segera dilakukan.

c. Medium : perlu tindakan untuk mengurangi risiko, tetapi biaya pencegahan

yang diperlukan harus diperhitungkan dengan teliti dan dibatasi. Pengukuran

pengurangan risiko harus diterapkan dalam jangka waktu yang ditentukan.

d. Low : risiko dapat diterima. Pengendalian tambahan tidak diperlukan.

Pemantauan diperlukan untuk memastikan bahwa pengendalian telah

dipelihara dan ditetapkan dengan baik dan benar.

Hasil identifikasi dan penilaian risiko kemudian dideskripsikan dan

disajikan dalam bentuk tabel isian identifikasi bahaya, penilaian, dan

pengendalian risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang telah

disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Unit usaha industri rumahan dodol kentang terletak di Desa Lubuk

Nagodang, Kecamatan Siulak, Kabupaten Kerinci. Daerah Kerinci ditetapkan

sebagai sebuah Kabupaten sejak awal berdirinya Provinsi Jambi, dengan pusat

pemerintahan di Sungai Penuh. Kabupaten Kerinci merupakan kabupaten yang

memiliki kontur wilayah yang berbukit dan bergelombang yang sebagian

merupakan dataran tinggi dan sebagian lainnya adalah wilayah pegunungan

dengan iklim basah sampai kering yang menyebabkan kondisi tanaman dapat

tumbuh subur. Kerinci memiliki luas ±3.808,50 km² terdiri atas 16 kecamatan

(yang merupakan rangkaian kampung atau pemukiman). Kecamatan Siulak terdiri

dari 26 desa, dan industri rumah tangga dodol kentang terletak di Desa Lubuk

Nagodang.

Wilayah Kecamatan Siulak mempunyai batas-batas sebagai berikut:

a. sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Gunung Tujuh, Kecamatan Kayu

Aro, dan Kecamatan Gunung Kerinci;

b. sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bungo;

c. sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kecamatan Air Hangat, Kecamatan

Depati Tujuh, dan Kota Sungai Penuh.

d. sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi

Sumatera Barat.

45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

Dodol kentang bisa didapatkan di Jalan Raya Lubuk Nagodang, sekitar 27

kilometer dari Kota Sungai Penuh, ibukota Kabupaten Kerinci. Jalan ini juga

menghubungkan Kerinci dan Sumatera Barat. Di sepanjang jalan raya ini, terdapat

belasan rumah yang membuka gerai dodol kentang dan memajang ratusan kotak

dodol kentang. Disini bisa ditemukan dodol kentang aneka rasa mulai dari dodol

kentang rasa pandan, durian, stoberi, jeruk, gula aren, terung belanda, kacang

merah, hingga ubi jalar ungu. Dodol dibungkus dalam kemasan plastik transparan

berisi 10 keping yang dibungkus kertas minyak khusus dengan harga Rp4.000 per

kemasan. Dodol ini tahan hingga satu bulan dan dibuat tanpa tambahan bahan

pengawet.

Dodol kentang sebenarnya bukan makanan khas Kerinci. Namun berkat

campur tangan pemerintah melalui Dinas Perindustrian setempat, dodol kentang

menjadi primadona makanan ringan yang dijadikan makanan khas masyarakat

Kerinci dengan berbagai pertimbangan kentang tumbuh subur di Kayu Aro di

lereng Gunung Kerinci dan sekaligus menjadi sumber mata pencaharian

masyarakat setempat. Selain itu kentang merupakan buah sayuran yang dapat

diekspor karena kualitasnya terbaik di dunia.

Dodol kentang merupakan produk industri kecil yang banyak digemari dan

dikonsumsi oleh masyarakat sebagai makanan ringan (snack). Dodol ini sering

digunakan sebagai makanan untuk pesta, makanan untuk keluarga serta oleh-oleh

makanan kecil khas dari Kabupaten Kerinci yang dibawa keluar daerah. Industri

ini mempunyai nilai tambah tersendiri bagi masyarakat baik nilai ekonomis

maupun kekhasan rasa dodol kentang itu sendiri dan bisa untuk dikembangkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

Industri makanan ini telah ada sejak tahun 2001. Wilayah tersebut

memang merupakan sentra industri dodol kentang wilayah Kerinci. Pemasaran

produk meliputi Kerinci, Kota Jambi, Padang, Bengkulu, dan sudah meluas ke

daerah-daerah lainnya. Pada hari besar atau musim tertentu, permintaan akan jenis

makanan ini melebihi kemampuan atau kapasitas produksi, misalnya pada musim

menjelang lebaran.

Usaha dodol kentang di Kabupaten Kerinci mulai dikembangkan sejak

tahun 1992 dimana pada saat itu harga kentang di pasaran sangat murah mencapai

harga Rp90 per kilogram. Pada saat itu, timbul pemikiran Pemerintah Daerah

Kerinci untuk mencari peluang dalam memanfaatkan kentang diolah menjadi

produk makanan.

Pada tahun 1993 kebijakan Pemerintah Daerah melalui Kantor

Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kerinci memulai

pembinaan tentang pengolahan kentang di berbagai desa, hal ini dilaksanakan

sebagai suatu kegiatan sosialisasi teknologi sederhana bagi masyarakat sekaligus

menjadi calon-calon wirausaha baru yang mau mengolah kentang menjadi produk

industri, serta membuka lapangan kerja baru serta meningkatkan nilai tambah

kentang dengan menghasilkan dodol kentang, keripik kentang, kerupuk kentang,

tepung kentang dan donat kentang.

Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka telah

dilaksanakan berbagai diklat, disamping program pembinaan secara berkala dalam

bentuk bimbingan teknis dan manajemen. Kemudian untuk permodalan

pemerintah juga mengucurkan dana berbentuk bantuan pinjaman permodalan dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

dana PUKK-BUMN serta Kredit Usaha Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

(KUPEM) dari Pemerintah Provinsi dan Kabupaten.

Pembinaan dan bimbingan teknis serta manajemen usaha telah

dilaksanakan sejak tahun 1998 dengan sentra produksi Desa Lubuk Nagodang.

Pelatihan teknis, pelatihan peningkatan mutu, magang ke Garut Jawa Barat serta

Bantuan Sarana Produksi dan Kemasan dilaksanakan dengan menggunakan dana

pemerintah serta diharapkan motivasi pengembangan usaha oleh pengrajin dodol

itu sendiri.

Pengembangan usaha dodol kentang sangat mempengaruhi peningkatan

pendapatan masyarakat di Desa Lubuk Nagodang. Penyerapan tenaga kerja dan

lapangan usaha terus terbuka, sehingga tenaga kerja di Desa Lubuk Nagodang

dapat terserap dan produktif. Disamping itu, nilai tambah komoditi kentang sangat

bernilai secara ekonomi, selama ini komoditi kentang hanya sebagai konsumsi

masyarakat, komoditi dagang (dipasarkan keluar daerah), sekarang telah dapat

dijual dalam bentuk dodol kentang. Hingga pada tahun 2003-2004, industri kecil

ini berkembang dan tumbuh unit usaha Dodol Kentang sebanyak 26 unit usaha,

dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 192 orang.

Berdasarkan data pembinaan dan pengamatan dari berbagai unit usaha

dodol kentang di sentra dodol kentang Desa Lubuk Nagodang Kabupaten Kerinci,

dapat diketahui bahwa disamping mampu menyerap tenaga kerja dan

meningkatkan pendapatan masyarakat, ternyata usaha dodol kentang ini telah

mampu meningkatkan nilai tambah komoditi kentang itu sendiri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

Dodol kentang yang diproduksi oleh industri dodol kentang Desa Lubuk

Nagodang ini merupakan produk konsumsi berupa makanan ringan yang bisa

dijadikan alternatif buah tangan atau oleh-oleh karena rasanya yang enak dan cara

mengkonsumsinya jauh lebih praktis dari kentang biasa. Dodol kentang ini terdiri

dari berbagai macam rasa. Untuk menghasilkan berbagai varian rasa tersebut

pihak industri tidak menggunakan bahan pengawet sehingga dodol kentang yang

dihasilkan mampu bertahan hingga satu bulan. Semua jenis dodol kentang yang

dihasilkan tersebut dicetak berbentuk balok dengan ukuran 6 cm x 1,5 cm x 1 cm

dengan berat masing-masing 12,5 gram. Untuk memasarkan produknya industri

dodol kentang ini menggunakan merek yang dicetak pada kertas label dengan

warna yang disesuaikan dengan jenis varian rasa yang dihasilkan.

4.2 Uraian Proses Produksi Dodol Kentang

4.2.1 Alat dan Bahan yang digunakan

Proses pengolahan dodol kentang di Desa Lubuk Nagodang sudah

terbilang cukup baik. Alat dan bahan baku pembuatan yang dibutuhkan sudah

sangat memadai dan bahan-bahan tersebut mudah didapatkan. Peralatan dan

mesin yang digunakan dalam proses produksi dodol kentang antara lain:

a. Baskom/wadah plastik

b. Tungku

c. Kayu bakar

d. Pisau

e. Mesin penggiling

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

f. Kapak

g. Mesin pemarut kelapa

h. Mesin pengaduk

i. Sendok pengaduk

j. Loyang cetakan

k. Alat penggilas dan perata

l. Gunting

Bahan baku yang digunakan ialah kentang. Sumber bahan baku kentang

yang digunakan oleh pengusaha dalam proses pengolahan berasal dari kentang

yang dibeli dari pedagang dan petani dari Kayu Aro dan juga kualitas dari kentang

yang dibeli dari pedagang sudah sangat baik. Bahan tambahan dalam proses

pembuatan dodol kentang antara lain tepung, gula, kelapa parut, vanili, dan perisa

makanan.

4.2.2 Proses kerja pembuatan dodol kentang

Pada proses pengolahan dodol kentang, masing-masing pengusaha

memiliki tenaga kerja antara 4-20 orang. Tenaga kerja yang ada pada umumnya

didapat dari keluarga dan tetangga-tetangga di sekitar lingkungan usaha. Kegiatan

produksi dodol kentang di Industri Kecil Lubuk Nagodang memiliki tahapan

proses sebagai berikut.

1. Pencucian kentang

Kentang merupakan bahan baku utama dalam proses pembuatan dodol

kentang. Kentang yang sudah dipanen kemudian dicuci hingga bersih. Proses

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

pencucian kentang dilakukan didalam sebuah baskom atau wadah plastik dengan

air mengalir. Kentang tetap dibiarkan dalam karung agar memudahkan proses

pencucian.

Gambar 4.1 Pencucian Kentang

2. Perebusan kentang

Proses perebusan kentang berlangsung selama kurang lebih 2 jam hingga

kentang tanak di atas tungku permanen yang menggunakan kayu bakar sebagai

bahan bakarnya. Kentang yang akan direbus tetap dibiarkan dalam karung untuk

memudahkan proses perebusan. Setiap tungku dapat memuat hingga 25 kg

kentang untuk direbus. Industri rumahan ini umumnya mengolah 75-100 kg

kentang per hari sehingga dibagi dalam 3-4 kali pemasakan. Namun, jumlah

tersebut naik hingga dua kali lipat saat mendekati hari-hari besar atau tahun baru

akibat meningkatnya permintaan pasar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

Gambar 4.2 Perebusan Kentang

3. Pengupasan kentang

Setelah melalui tahap perebusan, kentang kemudian didinginkan dan

dikupas secara manual oleh pekerja menggunakan pisau.

Gambar 4.3 Pengupasan Kentang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

4. Penggilingan kentang

Penggilingan kentang dilakukan setelah semua kentang selesai dikupas.

Proses penggilingan ini menggunakan mesin khusus yang strukturnya mirip

dengan mesin penggiling daging, namun telah dimodifikasi di beberapa bagian

sesuai dengan kegunaannya sebagai penggiling kentang. Hasilnya berupa kentang

yang sudah lumat dan bertekstur halus yang cocok untuk dijadikan dodol.

Gambar 4.4 Penggilingan Kentang

5. Pemarutan kelapa

Kelapa parut merupakan bahan tambahan yang dipadukan dengan kentang

yang sudah halus untuk memperkaya cita rasa dodol kentang. Proses pemarutan

kelapa dimulai dari dibelahnya kelapa untuk kemudian diparut daging buahnya

menggunakan mesin pemarut kelapa. Kelapa yang digunakan ialah kelapa yang

tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Hal ini karena kandungan santannya lebih

gurih dan teksturnya tidak terlalu keras.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

Gambar 4.5 Membelah Kelapa

Gambar 4.6 Pemarutan Kelapa

6. Pemasakan dodol kentang

Proses pemasakan dodol kentang merupakan tahap utama dalam

pembuatan dodol kentang. Kentang yang sudah digiling sampai halus dimasukkan

ke dalam kuali khusus yang dilengkapi dengan mesin pengaduk otomatis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

bertenaga listrik. Selanjutnya bahan tambahan lainnya seperti kelapa parut,

tepung, gula, vanili, dan perisa makanan dicampurkan satu per satu ke dalam

kuali. Proses pemasakan ini memakan waktu sekitar 3-4 jam dimana adonan harus

terus diaduk agar matangnya merata hingga siap untuk dicetak.

Gambar 4.7 Proses Memasak Dodol Kentang

Proses pemasakan dodol kentang menggunakan kayu bakar sebagai bahan

bakarnya. Penggunaan kayu bakar diyakini akan menghasilkan rasa yang berbeda

yang jauh lebih nikmat dibandingkan memasak dengan bahan bakar lain.

7. Pencetakan dodol kentang

Adonan dodol yang sudah matang kemudian siap dicetak dalam sebuah

loyang khusus berbentuk persegi panjang. Adonan kemudian diratakan di atas

loyang menggunakan alat khusus pemerata adonan dengan cara ditekan hingga

pipih dan digilas dengan alat penggilas berbentuk silinder agar adonan merata.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

Gambar 4.8 Pencetakan Dodol Kentang

Adonan dodol kentang yang sudah diratakan kemudian dijemur 1-2 hari di

bawah panas dari matahari. Saat setengah kering, dodol diangkat kemudian diiris

menggunakan pisau sesuai ukuran yang sudah ditentukan. Kemudian dodol

kembali dijemur di bawah panas matahari hingga keringnya sempurna dan siap

untuk dikemas.

Gambar 4.9 Mengiris Dodol Kentang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

8. Pengemasan dodol kentang

Proses pengemasan merupakan tahap akhir dari proses produksi dodol

kentang dan dilakukan secara manual oleh pekerja. Pada proses pembuatan dodol

kentang, dibutuhkan waktu sekitar 3 hari untuk sampai pada proses pengemasan.

Dodol kentang dikemas dalam kertas pembungkus sesuai dengan varian rasa dan

warnanya. Kemudian dodol kentang siap untuk dipasarkan.

Gambar 4.10 Pengemasan Dodol Kentang

4.3 Identifikasi Bahaya

4.3.1 Identifikasi Bahaya Pada Proses Pencucian Kentang

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di lapangan, penjabaran

risiko bahaya dari kegiatan rutin pencucian kentang secara manual oleh pekerja

pembuat Dodol Kentang dapat dilihat pada tabel berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

Tabel 4.1 Identifikasi Bahaya Pada Proses Pencucian Kentang

Peralatan Sumber
Mesin Kondisi Kerja Bahaya Risiko
Kerja Bahaya
- Ember - - Mengangkat Tempat - Ergonomi - Terkilir
- Air karung berisi pencucian - Sakit
Bersih kentang kentang pinggang
- Duduk/jongkok - Nyeri otot
- Membungkuk - Fisik - Terjatuh
- Gerakan - Terpeleset
berulang tangan
mencuci kentang

4.3.2 Identifikasi Bahaya Pada Proses Perebusan Kentang

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara bebas dengan para pekerja,

penjabaran risiko bahaya dari proses perebusan kentang yang rutin oleh pekerja

pembuat Dodol Kentang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Identifikasi Bahaya Pada Proses Perebusan Kentang

Peralatan Sumber
Mesin Kondisi Kerja Bahaya Risiko
Kerja Bahaya
- Tungku - - Duduk/jongkok Tungku - Fisik - Terkena air
- Karung menyalakan api perebus panas
penutup tungku - Terkena uap
- Kayu - Membungkuk panas
bakar - Mengangkat - Terkena api
- Air karung berisi tungku
- Batu kentang - Dehidrasi akibat
iklim kerja yang
panas
- Kebakaran
- Ergonomi - Terkilir
- Sakit pinggang
- Kimia - Terhirup asap
pembakaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

4.3.3 Identifikasi Bahaya Pada Proses Pengupasan Kentang

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan para pekerja, risiko

bahaya dari kegiatan mengupas kulit kentang dijabarkan pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Identifikasi Bahaya Pada Proses Pengupasan Kentang

Peralatan Sumber
Mesin Kondisi Kerja Bahaya Risiko
Kerja Bahaya
- Pisau - - Duduk Pisau - Fisik - Tersayat
- Wadah - Membungkuk yang pisau
plastik/ - Gerakan tangan digunakan - Ergonomi - Sakit
Baskom mendorong pinggang
pisau - Ibu jari
mengupas kulit pegal-
kentang pegal

4.3.4 Identifikasi Bahaya Pada Proses Penggilingan Kentang

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara bebas dengan para pekerja,

penjabaran risiko bahaya dari proses penggilingan kentang menggunakan mesin

yang rutin dilakukan setiap produksi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Identifikasi Bahaya Pada Proses Penggilingan Kentang

Peralatan Sumber
Mesin Kondisi Kerja Bahaya Risiko
Kerja Bahaya
- Sendok Mesin - Berdiri Mesin - Fisik - Jari
kayu penggiling - Memasukkan penggiling terpotong/
- Baskom kentang ke dalam tersayat
mesin pisau mesin
- Menekan kentang penggiling
dengan sendok - Tersengat
kayu aliran listrik
- Mengangkat langsung
baskom berisi - Kebakaran
kentang
- Membersihkan
mesin penggiling - Ergonomi - Nyeri otot

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

4.3.5 Identifikasi Bahaya Pada Proses Pemarutan Kelapa

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan para pekerja, risiko

dari proses pemarutan kelapa dimulai dari membelah kelapa menjadi dua bagian

menggunakan kapak hingga memarut daging buah kelapa menggunakan mesin

dijabarkan pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Identifikasi Bahaya Pada Proses Pemarutan Kelapa

Peralatan Sumber
Mesin Kondisi Kerja Bahaya Risiko
Kerja Bahaya
- Kapak/ Mesin - Berdiri Mesin - Fisik - Terluka akibat
parang pemarut - Membungkuk pemarut terkena pisau
pemecah kelapa - Mengangkat kelapa pemarut kelapa
batok kelapa yang - Terluka akibat
kelapa akan dibelah terkena kapak
- Baskom - Duduk/jongkok pembelah
- Membelah kelapa
kelapa - Tersengat
- Memarut aliran listrik
kelapa langsung
- Mengangkat - Kesemutan
baskom berisi - Kebakaran
kelapa yang - Ergonomi - Nyeri otot
sudah diparut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

4.3.6 Identifikasi Bahaya Pada Proses Pemasakan Dodol Kentang

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan para pekerja,

penjabaran risiko bahaya dari proses memasak dodol kentang dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.6 Identifikasi Bahaya Pada Proses Pemasakan Dodol Kentang

Peralatan Kondisi Sumber


Mesin Bahaya Risiko
Kerja Kerja Bahaya
- Sendok Mesin - Duduk/ Mesin - Fisik - Terpukul
pengaduk pengaduk jongkok saat pengaduk tongkat
manual menyalakan dan pengaduk
api tungku mesin
tungku
- Mengangkat - Terkena
dan wajan panas
mencampur - Terkena api
semua tungku
bahan - Tersengat
- Berdiri aliran listrik
- Menjangkau langsung
untuk - Kebakaran
mengaduk - Ergonomi - Sakit
adonan pinggang
- Mengangkat
baskom
berisi
adonan yang
telah matang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

4.3.7 Identifikasi Bahaya Pada Proses Pencetakan Dodol Kentang

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pekerja, penjabaran

risiko bahaya dari proses pencetakan dodol kentang secara manual oleh pekerja

pembuat Dodol Kentang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7 Identifikasi Bahaya Pada Proses Pencetakan Dodol Kentang

Peralatan Sumber
Mesin Kondisi Kerja Bahaya Risiko
Kerja Bahaya
- Loyang - - Mengangkat Pisau - Fisik - Tersayat
cetakan baskom berisi pemotong pisau
- Penggilas adonan - Ergonomis - Sakit
dan - Duduk pinggang
pemerata - Membungkuk - Pegal pada
adonan - Menekan dan pergelangan
- Pisau meratakan tangan
pemotong adonan
- Penggaris dengan
besi penggilas
adonan
- Mengangkat
loyang
cetakan yang
berisi adonan
- Menjemur
dodol
- Gerakan
tangan
berulang
mengiris
adonan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

4.3.8 Identifikasi Bahaya Pada Proses Pengemasan Dodol Kentang

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan para pekerja,

penjabaran risiko dari kegiatan pengemasan dodol kentang oleh pekerja pembuat

Dodol Kentang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8 Identifikasi Bahaya Pada Proses Pengemasan Dodol Kentang

Peralatan Sumber
Mesin Kondisi Kerja Bahaya Risiko
Kerja Bahaya
- Bungkus - - Duduk Pisau/ - Fisik - Tersayat
plastik - Membungkuk gunting pisau
- Kertas - Memotong yang
pembungkus atau
digunakan - Ergonomis - Sakit
- Pisau menggunting pinggang
pemotong/ kertas - Pegal pada
Gunting pembungkus pergelangan
- Gerakan tangan
tangan
berulang
membungkus
dodol

4.4 Penilaian Tingkat Risiko

Potensi bahaya atau risiko yang teridentifikasi pada setiap tahapan

produksi dodol kentang selanjutnya akan dianalisa dan diberikan penilaian sesuai

dengan tingkat kemungkinan (probability) dan keparahannya (consequence) untuk

memberikan makna terhadap setiap potensi bahaya. Probability menunjukkan

seberapa mungkin kecelakaan itu terjadi sedangkan Consequence menunjukkan

seberapa parah dampak dari kecelakaan tersebut. Nilai dari probability dan

consequence akan digunakan untuk menentukan risk rating. Risk rating adalah

nilai yang menunjukkan risiko yang berada pada tingkat rendah, menengah, tinggi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

atau ekstrim. Hal ini bertujuan untuk memilah dan menentukan potensi bahaya

mana yang memiliki dampak besar terhadap perusahaan atau industri.

Metode analisa dan penilaian risiko tersebut merupakan metode analisis

secara kualitatif berdasarkan Risk Management Guidelines Companion to AS/NZS

4360:2004 dimana metode ini menggunakan suatu uraian skala untuk

menggambarkan besarnya kecilnya potensi suatu akibat dan peluang terjadinya

kecelakaan. Skala ini dapat diadaptasi dan disesuaikan dengan kebutuhan, dan

deskripsi yang berbeda dapat digunakan untuk jenis risiko yang berbeda pula.

Tabel 4.9 Penilaian Risiko Pada Proses Produksi Dodol Kentang

Penilaian Risiko Tingkat


Aktivitas Risiko
Probability Consequence Risiko
Pencucian - Terkilir 2 2 Low
Kentang - Sakit pinggang 3 1 Low
- Nyeri otot 2 1 Low
- Terjatuh 2 2 Low
- Terpeleset 2 2 Low
Perebusan - Terkena air 2 2 Low
Kentang panas
- Terkena uap 2 2 Low
panas
- Terkena api 1 3 Medium
tungku
- Terhirup asap 5 1 Medium
pembakaran
- Dehidrasi akibat 2 1 Low
iklim kerja yang
panas
- Kebakaran 1 5 High
- Terkilir 2 2 Low
- Sakit pinggang 2 1 Low
Pengupasan - Tersayat pisau 5 2 High
Kentang - Sakit pinggang 4 1 Medium
- Ibu jari pegal- 4 1 Medium
pegal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

Penilaian Risiko Tingkat


Aktivitas Risiko
Probability Consequence Risiko
Penggilingan - Jari terpotong/ 2 3 Medium
Kentang tersayat pisau
mesin
penggiling
- Tersengat aliran 1 3 Medium
listrik langsung
- Kebakaran 1 5 High
- Nyeri otot 2 1 Low
Pemarutan - Terluka akibat 4 2 Medium
Kelapa terkena pisau
pemarut kelapa
- Terluka akibat 2 3 Medium
terkena kapak
- Tersengat aliran 1 3 Medium
listrik langsung
- Kesemutan 3 1 Low
- Kebakaran 1 5 High
- Nyeri otot 4 1 Medium
Pemasakan - Terkena tongkat 4 2 Medium
Dodol pengaduk mesin
Kentang - Terkena wajan 2 2 Low
panas
- Terkena api 1 3 Medium
tungku
- Kebakaran 1 5 High
- Sakit pinggang 1 3 Medium
Pencetakan - Tersayat pisau 5 2 High
Dodol - Sakit pinggang 4 1 Medium
Kentang - Pegal pada 4 1 Medium
pergelangan
tangan
Pengemasan - Tersayat pisau 4 2 Medium
Dodol - Sakit pinggang 4 1 Medium
Kentang - Pegal pada 4 1 Medium
pergelangan
tangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

Keterangan:

Probability

1. Hampir tidak pernah, sangat jarang terjadi

2. Jarang terjadi

3. Dapat terjadi sekali-sekali

4. Sering terjadi

5. Dapat terjadi setiap saat

Consequence

1. Tidak terjadi cedera, kerugian finansial sedikit

2. Cedera ringan, kerugian finansial sedikit

3. Cedera sedang, perlu penanganan medis, kerugian finansial besar

4. Cedera berat > 1 orang, kerugian besar, gangguan produksi

5. Fatal lebih dari 1 orang, kerugian sangat besar dan dampak sangat luas,

terhentinya seluruh kegiatan

Tingkat Risiko

e. High : membutuhkan perhatian khusus dan perencanaan untuk pelaksanaan

tindakan dan tanggung jawab manajemen yang spesifik. Perlu

dipertimbangkan sumber daya yang akan dialokasikan untuk mereduksi

risiko. Apabila risiko terdapat dalam pelaksanaan pekerjaan yang masih

berlangsung, maka tindakan harus segera dilakukan.

f. Medium : perlu tindakan untuk mengurangi risiko, tetapi biaya pencegahan

yang diperlukan harus diperhitungkan dengan teliti dan dibatasi. Pengukuran

pengurangan risiko harus diterapkan dalam jangka waktu yang ditentukan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

g. Low : risiko dapat diterima. Pengendalian tambahan tidak diperlukan.

Pemantauan diperlukan untuk memastikan bahwa pengendalian telah

dipelihara dan ditetapkan dengan baik dan benar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.5 Manajemen Risiko

Tabel 4.10 Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tingkat
No Aktivitas Bahaya Risiko Probability Consequence Pengendalian Risiko
Risiko
1. Pencucian - Ergonomi - Terkilir 2 2 Low - Sosialisasi teknik mengangkat
Kentang - Fisik - Sakit pinggang 3 1 Low beban dengan benar
- Nyeri otot 2 1 Low - Menyediakan fasilitas kerja
- Terjatuh 2 2 Low yang ergonomis
- Terpeleset 2 2 Low - Menggunakan sepatu boot
2. Perebusan - Fisik - Terkena air panas 2 2 Low - Menggunakan sarung tangan
Kentang - Kimia - Terkena uap panas 2 2 Low yang terbuat dari kain berserat
- Ergonomi - Terkena api tungku 1 3 Medium - Menggunakan masker
- Terhirup asap 5 1 Medium - Menggunakan sepatu boot
pembakaran - Membuat ventilasi udara yang
- Dehidrasi akibat 2 1 Low baik sebagai jalan keluar asap
iklim kerja panas pembakaran
- Kebakaran 1 5 High - Penyediaan Alat Pemadam Api
- Terkilir 2 2 Low Ringan (APAR)
- Sakit pinggang 2 1 Low - Sosialisasi teknik mengangkat
beban dengan benar
3. Pengupasan - Fisik - Tersayat pisau 5 2 High - Menggunakan sarung tangan
Kentang - Ergonomi - Sakit pinggang 4 1 Medium yang terbuat dari kain berserat
- Ibu jari pegal- 4 1 Medium - Menyediakan fasilitas kerja
pegal yang ergonomis

68
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tingkat
No Aktivitas Bahaya Risiko Probability Consequence Pengendalian Risiko
Risiko
4. Penggilingan - Fisik - Jari terpotong/ 2 3 Medium - Menggunakan sarung tangan
Kentang - Ergonomi tersayat pisau yang terbuat dari kain berserat
mesin penggiling - Merapikan kabel dan
- Tersengat aliran 1 3 Medium menempel rambu peringatan
listrik langsung - Melengkapi setiap mesin
- Korsleting listrik 1 3 Medium dengan SOP pengoperasian
- Kebakaran 1 5 High mesin
- Nyeri otot 2 1 Low - Memastikan mesin dalam
keadaan mati saat hendak
membersihkan mesin
- Penyediaan APAR
- Sosialisasi teknik mengangkat
beban dengan benar
- Menyediakan fasilitas kerja
yang ergonomis
5. Pemarutan - Fisik - Terluka akibat 4 2 Medium - Menggunakan sarung tangan
Kelapa - Ergonomi terkena pisau yang terbuat dari kain berserat
pemarut kelapa - Merapikan kabel dan
- Terluka akibat 2 3 Medium menempel rambu peringatan
terkena kapak - Melengkapi setiap mesin
- Tersengat aliran 1 3 Medium dengan SOP pengoperasian
listrik langsung mesin
- Kesemutan 3 1 Low - Penyediaan APAR
- Kebakaran 1 5 High - Menyediakan fasilitas kerja
- Nyeri otot 4 1 Medium yang ergonomis

69
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tingkat
No Aktivitas Bahaya Risiko Probability Consequence Pengendalian Risiko
Risiko
6. Pemasakan - Fisik - Terkena tongkat 4 2 Medium - Menggunakan sarung tangan
Dodol - Ergonomi pengaduk mesin yang terbuat dari kain berserat
Kentang - Terkena wajan 2 2 Low dan sepatu boot
panas - Merapikan kabel dan
- Terkena api tungku 1 3 Medium menempel rambu peringatan
- Kebakaran 1 5 High - Melengkapi setiap mesin
- Sakit pinggang 1 3 Medium dengan SOP pengoperasian
mesin
- Memastikan mesin tidak
menyala jika ingin
membersihkan mesin
- Penyediaan APAR
7. Pencetakan - Fisik - Tersayat pisau 5 2 High - Menggunakan sarung tangan
dodol - Ergonomi - Sakit pinggang 4 1 Medium yang terbuat dari kain berserat
kentang - Pegal pada 4 1 Medium - Menyediakan fasilitas kerja
pergelangan tangan yang ergonomis
8. Pengemasan - Fisik - Tersayat pisau 4 2 Medium - Menggunakan sarung tangan
dodol - Ergonomi - Sakit pinggang 4 1 Medium yang terbuat dari kain berserat
kentang - Pegal pada 4 1 Medium - Menyediakan fasilitas kerja
pergelangan tangan yang ergonomis

70
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Analisa Manajemen Risiko Pada Pekerja Pembuat Dodol Kentang

Hasil analisa manajemen risiko yang meliputi identifikasi potensi bahaya,

penilaian risiko, dan pengendalian risiko di industri rumahan dodol kentang desa

Lubuk Nagodang, didapatkan beberapa aktivitas yang berpotensi menimbulkan

terjadinya kecelakaan dan membahayakan kesehatan dalam bekerja. Dari 8

tahapan kerja dalam proses produksi dodol kentang, teridentifikasi enam sumber

bahaya diantaranya berasal dari tempat pencucian kentang, tungku perebus dan

pemasakan, mesin penggiling kentang, mesin pemarut kelapa, mesin pengaduk,

dan peralatan kerja seperti pisau/gunting. Dimana masing-masing sumber bahaya

memiliki potensi bahaya berupa bahaya fisik, kimia dan ergonomi.

Keberadaan potensi bahaya tersebut dapat mengakibatkan terjadinya

kecelakaan atau insiden yang berdampak terhadap manusia, peralatan, material,

dan lingkungan. Risiko menggambarkan besarnya potensi bahaya tersebut untuk

dapat menimbulkan insiden atau cedera pada manusia yang ditentukan oleh

kemungkinan atau keparahannya yang diakibatkannya.

Risiko tersebut kemudian dianalisa berdasarkan observasi dan wawancara

dengan pekerja terkait peralatan yang digunakan, bahan, dan proses kerja untuk

melihat seberapa besar potensi bahaya yang dapat menimbulkan konsekuensi bagi

pekerja. Risiko ini dinilai dan dikelompokkan kedalam beberapa tingkatan risiko.

71
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
72

Tabel 5.1 Jumlah Risiko Aktivitas Kerja Berdasarkan Tingkat Risiko

Tingkat Risiko Total


No. Aktivitas
Low Medium High Risiko
1. Pencucian Kentang 5 - - 5
2. Perebusan Kentang 5 2 1 8
3. Pengupasan Kentang - 2 1 3
4. Penggilingan Kentang 1 2 1 4
5. Pemarutan Kelapa 1 4 1 6
6. Pemasakan Dodol Kentang 1 3 1 5
7. Pencetakan Dodol Kentang - 2 1 3
8. Pengemasan Dodol Kentang - 3 - 3
Jumlah 13 18 6 37

Berdasarkan hasil analisa dan penilaian risiko yang diperoleh dari

lapangan, didapatkan sebanyak 37 risiko termasuk diantaranya 13 risiko ke dalam

kategori low (35,1%), 18 risiko termasuk dalam kategori tingkat risiko sedang

atau medium (48,7%), dan 6 risiko termasuk dalam kategori high (16,2%).

Penilaian ini akan memberikan fakta dan kemungkinan yang relevan, sehingga

memudahkan penetapan langkah dalam pengendalian risiko bahaya kerja.

Tingkat Risiko

16.2%

35.1% Low
Medium
High
48,7%

Gambar 5.1 Persentase Tingkat Risiko

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

Tingkat risiko yang dikategorikan dalam tingkat risiko rendah atau low

merupakan risiko yang sekiranya dapat diterima sehingga tidak memerlukan

penanganan lebih lanjut. Oleh karena itu, pengendalian tambahan tidak diperlukan

namun wajib melakukan pemantauan untuk memastikan bahwa pengendalian

telah dipelihara dan ditetapkan dengan baik dan benar. Tingkat risiko rendah atau

risiko ringan ini menurut Harrianto (2012) memiliki kemungkinan kecil untuk

terjadi serta akibat yang ditimbulkannya ringan maka bahaya kerja ini dapat

diabaikan.

Selain risiko dengan kategori low, terdapat beberapa risiko lainnya pada

proses pembuatan dodol kentang yang termasuk dalam kategori medium dan high.

Dimana risiko yang dikelompokkan dalam kategori medium memerlukan tindakan

untuk menghilangkan atau mengurangi risiko, akan tetapi biaya pencegahan yang

diperlukan harus diperhitungkan dengan teliti dan dibatasi serta pengukuran

pengurangan risiko harus diterapkan dalam jangka waktu yang ditentukan.

Sedangkan risiko dengan kategori high menurut Ramli (2017) menyebabkan

kegiatan atau proses produksi tidak boleh dilaksanakan sampai risiko telah

direduksi. Perlu dipertimbangkan sumber daya yang akan dialokasikan untuk

mereduksi risiko. Apabila risiko terdapat dalam pelaksanaan pekerjaan yang

masih berlangsung, maka tindakan atau pengendalian harus segera dilakukan.

5.2 Identifikasi Bahaya Pada Pekerja Pembuat Dodol Kentang

Dari hasil pengamatan dan wawancara terkait risiko bahaya dan

keselamatan dalam bekerja yang telah diidentifikasi, potensi bahaya yang terdapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

pada proses pembuatan dodol kentang berdasarkan jenis bahaya ditemukan tiga

jenis bahaya diantaranya bahaya fisik, bahaya kimia, dan bahaya ergonomi.

5.2.1 Analisa Potensi Bahaya Fisik

Bahaya yang dapat dikategorikan kedalam bahaya fisik yang ditemukan

pada proses pembuatan dodol kentang di Desa Lubuk Nagodang ini ialah antara

lain, terjatuh, terpeleset, terkena api tungku, terhirup asap, tangan tersayat pisau,

terluka akibat membelah kelapa menggunakan kapak, dehidrasi, kesemutan,

tersengat listrik, hingga kebakaran. Potensi-potensi bahaya tersebut dapat berisiko

menyebabkan cedera ringan, cedera sedang hingga kematian.

5.2.2 Analisa Potensi Bahaya Kimia

Zat-zat kimia di lingkungan kerja dapat membahayakan kesehatan dan

keselamatan pekerja. Potensi bahaya kimia terdapat pada proses perebusan

kentang dimana terdapat risiko terhirup asap pembakaran dari kayu bakar yang

digunakan sehingga dapat mengganggu kesehatan pekerja. Menghirup sisa asap

pembakaran kayu bakar dapat menyebabkan gangguan pernapasan pada pekerja.

Hal ini menjadi risiko yang cukup serius karena pada proses ini mayoritas pekerja

tidak menggunakan masker untuk melindungi saluran pernapasannya.

5.2.3 Analisa Potensi Bahaya Ergonomi

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di lapangan, terdapat potensi

bahaya ergonomi yang mencakup posisi atau sikap kerja yang menjauhi sikap

alamiah tubuh pada beberapa tahap proses produksi dodol kentang. Dimulai dari

proses pencucian hingga proses pengemasan secara manual oleh pekerja,

mengangkat karung yang berisi kentang, kemudian duduk/jongkok dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

melakukan gerakan berulang seperti menggosok kentang sampai kentang bersih

pada proses pencucian, pencetakan dodol, dan pengemasan sehingga

menyebabkan pekerja rentan terkena gejala sakit pinggang, nyeri otot, terkilir dan

pegal-pegal yang dapat mengakibatkan pekerja cepat lelah dan produktivitas

terhambat.

Bahaya ergonomi seperti desain peralatan kerja, mesin, dan tempat kerja

yang buruk, aktivitas mengangkat beban, jangkauan yang berlebihan, penerangan

yang tidak memadai, vibrasi, gerakan yang berulang-ulang secara berlebihan

dengan/tanpa posisi yang janggal, dapat mengakibatkan timbulnya gangguan

muskuloskeletal pada pekerja (Harrianto, 2012). Apabila otot menerima beban

statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan menyebabkan keluhan

berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon (Tarwaka, 2004).

5.3 Analisa dan Penilaian Tingkat Risiko Pada Pekerja Pembuat Dodol

Kentang

1. Pencucian Kentang

Dalam proses pencucian kentang terdapat risiko atau potensi bahaya

berupa bahaya fisik dan ergonomi dimana bahaya-bahaya tersebut dikelompokkan

kedalam kategori low dengan tingkat kemungkinan dan keparahannya diberi nilai

2, karena risiko seperti terkilir, terjatuh, dan terpeleset sangat jarang terjadi dan

hanya menimbulkan cedera ringan, tidak terlalu menimbulkan kerugian finansial

yang berarti. Sedangkan sakit pinggang dan nyeri otot masing-masing diberi nilai

3 dan 2 dimana artinya bahwa sakit pinggang pernah dirasakan sesekali oleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

pekerja sedangkan nyeri otot seperti nyeri otot tangan atau kaki jarang dirasakan

oleh pekerja. Tingkat keparahan dari risiko sakit pinggang dan nyeri otot akibat

sikap kerja yang tidak ergonomis ini diberi nilai 1 yang berarti bahwa hal tersebut

tidak menyebabkan cedera dan tidak mengakibatkan kerugian finansial.

Tingkat risiko pada proses pencucian kentang ini dikategorikan kedalam

tingkat risiko rendah atau low dimana hal tersebut berarti bahwa risiko dapat

diterima. Pengendalian tambahan tidak diperlukan namun pemantauan tetap harus

dilakukan untuk memastikan bahwa pengendalian telah dipelihara dan ditetapkan

dengan baik dan benar. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dan temuan kasus

bahwa pada proses ini pekerja tidak mengalami banyak keluhan dan kejadian

kecelakaan yang berarti.

2. Perebusan Kentang

Proses perebusan kentang ialah proses dimana kentang dimasak

menggunakan tungku tradisional dan kayu bakar. Potensi bahaya yang terdapat

dalam proses ini yang dikategorikan kedalam tingkat risiko ringan (low) ialah

terkena air dan uap panas dari wajan perebusan, dehidrasi akibat suhu lingkungan

kerja, terkilir, dan sakit pinggang saat mengangkat kentang diberi nilai tingkat

kemungkinan dan keparahannya masing-masing 2, yang berarti jarang terjadi serta

hanya menyebabkan cedera ringan dan tidak mengakibatkan kerugian finansial.

Sedangkan risiko terkena api dan terhirup asap pembakaran saat proses

perebusan dikelompokkan kedalam kategori medium. Risiko tangan atau kaki

terbakar api tungku dapat terjadi saat pekerja menyalakan api menggunakan kayu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

bakar dan menyebabkan luka bakar pada pekerja, maka risiko ini diberi nilai 1

untuk tingkat kemungkinan yang berarti risiko kemungkinan terkena api tungku

hampir tidak pernah terjadi dan nilai tingkat keparahan ialah 3 karena cedera yang

ditimbulkan memerlukan penanganan serius apabila luka bakar yang ditimbulkan

cukup parah.

Selain itu, risiko terhirup asap pembakaran dari kayu bakar dapat

mengganggu kesehatan pekerja khususnya gangguan pernapasan. Pada proses ini

pekerja tidak menggunakan masker untuk melindungi saluran pernapasan. Seperti

yang dikemukakan Wahyuni (2016) bahwa asap dari kayu pembakaran dapat

membahayakan kesehatan. Partikel dari asap kayu dapat menyebabkan serangan

jantung atau penyakit paru-paru. Partikel itu merusak DNA manusia dan jika

tanaman tercemar asap dan dikonsumsi oleh manusia maka akan menyebabkan

kerusakan DNA pada sel-sel hati. Asap bisa membuat orang sesak napas. Baunya

juga bertahan sampai beberapa hari, baik pada pakaian maupun badan. Selain itu

asap yang tebal juga dapat mengganggu penglihatan dan menyebabkan mata

menjadi iritasi. Maka tingkat kemungkinan diberi nilai 5 dimana risiko terpapar

asap pembakaran dapat terjadi setiap saat selama pekerja masih berada di area

perebusan dan tingkat keparahannya diberi nilai 1 yang berarti tidak menimbulkan

cedera yang cukup serius.

Risiko kebakaran dikategorikan kedalam tingkat risiko high karena proses

perebusan berhubungan dengan penggunaan api dan kayu bakar untuk merebus

kentang. Kebakaran merupakan risiko yang serius walau nilai dari tingkat

kemungkinannya adalah 1 yang berarti hampir tidak pernah terjadi, namun hal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

tersebut bukan berarti menunjukkan bahwa risiko ini tidak akan pernah terjadi.

Tingkat keparahan yang ditimbulkan oleh risiko kebakaran di industri ini ialah 5

yang berarti menyebabkan tingkat keparahan tinggi yang fatal, kerugian sangat

besar, dan terhentinya seluruh proses produksi.

Secara umum, tingkat risiko pada proses perebusan kentang dapat

dikategorikan rendah (low) yang berarti bahwa pada proses ini tidak diperlukan

adanya pengendalian tambahan dan cukup dilakukan pemantauan terhadap proses

kerja perebusan kentang. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa tidak terdapat keluhan

dan kejadian kecelakaan kerja yang menimbulkan terjadinya cedera dan kerugian

secara finansial.

3. Pengupasan Kentang

Tahap pengupasan kentang dilakukan setelah kentang yang direbus sudah

tanak. Proses pengupasan ini dilakukan secara manual oleh para pekerja dimana

terdapat bahaya ergonomi berupa sakit pinggang karena sikap kerja duduk dan

pegal pada pergelangan tangan, khususnya ibu jari, akibat melakukan gerakan

berulang mendorong pisau untuk mengupas kulit kentang. Risiko ini diberi nilai 4

untuk tingkat kemungkinan berdasarkan keluhan pekerja yang sering merasakan

sakit pada pinggang dan pegal pada ibu jari, sedangkan tingkat keparahannya

diberi nilai 1 yang berarti tidak terjadi cedera serius dan kerugian finansial tidak

begitu berarti. Risiko berupa sakit pinggang dan pegal pada ibu jari termasuk

kategori medium.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

Penggunaan benda tajam seperti pisau dalam proses pengupasan sering

kali menyebabkan pekerja terluka akibat tersayat mata pisau. Tingkat

kemungkinan tangan pekerja tersayat pisau ialah 5 yang berarti dapat terjadi setiap

saat dalam proses pengupasan kulit kentang. Tingkat keparahan cedera akibat

tersayat pisau diberi nilai 2 yang berarti termasuk cedera ringan dan kerugian

finansial sedikit. Namun karena risiko ini sering terjadi dan dapat terjadi setiap

saat dan menyebabkan cedera pada pekerja, maka risiko tersayat pisau termasuk

dalam kategori tingkat risiko high.

Proses pengupasan kentang secara umum memiliki tingkat risiko sedang

(medium). Oleh karena itu, diperlukan tindakan untuk mengurangi risiko.

Pengukuran pengurangan risiko harus diterapkan dalam jangka waktu yang

ditentukan. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan pekerja yang

menunjukkan bahwa pada kenyataannya, pekerja sering terluka akibat tersayat

pisau yang digunakan untuk mengupas kentang. Gejala nyeri pada pinggang dan

pegal pada ibu jari juga sering dikeluhkan pekerja akibat gerakan berulang

mendorong pisau untuk mengupas kulit kentang.

4. Penggilingan Kentang

Kentang yang sudah dikupas pada tahap sebelumnya kemudian

dimasukkan kedalam mesin penggiling bertenaga listrik untuk mendapatkan

tekstur halus agar dapat dijadikan dodol. Pada tahap penggilingan kentang,

terdapat 3 risiko yang dikategorikan medium, yaitu risiko jari tersayat pisau mesin

penggiling, tersengat aliran listrik langsung, dan korsleting listrik. risiko jari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

tersayat pisau mesin penggiling diberi nilai 2 untuk tingkat kemungkinan

terjadinya karena risiko ini jarang terjadi, namun untuk tingkat keparahannya

diberi nilai 3 karena dapat mengakibatkan terpotongnya jari akibat tersayat pisau

yang terdapat di dalam mesin penggiling yang dapat dikategorikan kedalam

cedera yang cukup serius dan memerlukan penanganan medis.

Risiko tersengat aliran listrik dan terjadinya korsleting listrik dapat

berakibat cukup serius risiko ini hampir tidak pernah terjadi, namun tingkat

keparahannya tergolong moderate atau dapat menyebabkan cedera sedang dan

memerlukan penanganan medis.

Tingkat risiko pada proses penggilingan kentang secara umum

dikategorikan sedang (medium). Hal ini mengimplikasikan perlunya tindakan

pengendalian dan pengawasan terutama pada mesin yang digunakan. Berdasarkan

hasil wawancara, kecelakaan kerja pada proses penggilingan pernah terjadi pada

pekerja saat hendak membersihkan mesin penggiling, dimana pada saat itu pekerja

tidak menyadari mesin dalam keadaan menyala dan pekerja mengalami

kecelakaan berupa jari yang terpotong pisau mesin penggiling.

5. Pemarutan Kelapa

Risiko atau potensi bahaya yang terdapat dalam proses pemarutan kelapa

tidak jauh berbeda dengan risiko bahaya yang terdapat dalam proses penggilingan

kentang dimana proses pemarutan kelapa juga menggunakan mesin pemarut

kelapa bertenaga listrik sehingga memiliki risiko tersengat listrik dan terluka

akibat mesin pemarut. Selain itu, saat memarut kelapa, mesin pemarut kelapa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

menghasilkan getaran saat daging buah kelapa bersentuhan dengan mata pisau

pemarut. Hal ini menyebabkan pekerja terpapar getaran dalam waktu 2-3 jam

lamanya untuk memarut kelapa yang dibutuhkan dalam proses pemasakan dodol

kentang. Terpapar getaran terus menerus menyebabkan pekerja merasa kesemutan

hingga diberi nilai untuk probability ialah 3 yang berarti dapat terjadi sesekali dan

tingkat keparahannya diberi nilai 1 karena tidak menimbulkan cedera dan tidak

ada kerugian finansial yang berarti.

Selain itu, pekerja juga berisiko terluka akibat penggunaan kapak pada saat

hendak membelah kelapa yang akan diparut. Tingkat kemungkinan risiko ini

diberi nilai 2 yang berarti jarang terjadi dan tingkat keparahannya diberi nilai 3

karena dapat menyebabkan cedera sedang dan setidaknya memerlukan

penanganan yang tepat dari medis.

Risiko berupa nyeri otot khususnya nyeri yang dirasakan pada otot kaki

juga dapat terjadi karena sikap kerja berdiri selama berjam-jam untuk memarut

kelapa. Menurut Effendi (2007) dalam Susanti (2015) selama bekerja, kebutuhan

peredaran darah dapat meningkat sepuluh sampai dua puluh kali. Meningkatnya

peredaran darah pada otot-otot yang bekerja, memaksa jantung untuk memompa

darah lebih banyak. Saat berdiri lama, otot cenderung bekerja statis, kerja otot

statis ini ditandai oleh kontraksi otot yang lama yang biasanya sesuai dengan

sikap tubuh. Tidak dianjurkan untuk meneruskan kerja otot statis dalam jangka

waktu yang lama karena akan menimbulkan rasa nyeri.

Seperti halnya hasil penelitian Rizkya (2018) yang memaparkan

penanganan sikap kerja pada operator yang bekerja dalam posisi berdiri dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

membungkuk. Aktivitas kerja yang dilakukan operator tersebut memiliki risiko

terkena gangguan, rasa sakit, kekakuan dan ketidaknyamanan. Penemuan pekerja

dengan gangguan musculoskeletal didapat dari laporan para pekerja yang

mengeluh merasakan nyeri. Hal ini menunjukkan bahwa perlunya pengetahan

mengenai ergonomi serta memperbaiki fasilitas kerja untuk mencegah pekerja

terkena gangguan musculoskeletal.

Secara umum, tingkat risiko pada aktivitas pemarutan kelapa

dikategorikan sedang (medium). Analisa dan penilaian risiko ini sesuai dengan

hasil observasi dan wawancara terkait kecelakaan kerja yang sering dialami

pekerja dimana pekerja sering terluka akibat terkena mata pisau pemarut kelapa

pada saat melakukan pemarutan kelapa. Selain itu nyeri pada otot kaki dan pegal-

pegal juga sering dikeluhkan akibat posisi kerja berdiri selama berjam-jam dan

peralatan kerja yang tidak ergonomis pada aktivitas pemarutan kelapa.

6. Pemasakan Dodol Kentang

Proses pemasakan dodol kentang dimulai dari dicampurnya seluruh bahan

kedalam sebuah wajan bersifat permanen yang telah dilengkapi dengan tangkai

pengaduk yang digerakkan oleh sebuah mesin sehingga dalam proses ini tidak

terlalu banyak melibatkan pekerja dan tidak membutuhkan tenaga yang besar

untuk mengaduk adonan dodol hingga matang. Namun bukan berarti pada proses

ini tidak terdapat risiko bekerja yang membahayakan kesehatan dan keselamatan

pekerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

Salah satu risiko pada proses pemasakan dodol ini ialah tangan pekerja

yang sering terkena tongkat pengaduk yang dapat menyebabkan cedera ringan

berupa memar pada tangan pekerja. Hal ini akan terjadi pada saat pekerja sesekali

mengaduk adonan dodol agar tidak hangus atau lengket ke permukaan wajan.

Kemungkinan terjadinya diberi nilai 4 yang artinya sering terjadi dan tingkat

keparahannya dikategorikan kedalam kategori minor karena menyebabkan cedera

ringan.

Risiko lainnya yang berpotensi membahayakan kesehatan dan keselamatan

kerja pekerja adalah kontak dengan permukaan wajan yang panas pada saat

mengaduk dodol, tangan terkena api saat menyalakan api tungku, sakit pinggang

hingga kebakaran.

7. Pencetakan Dodol Kentang

Pencetakan dodol dilakukan tepat setelah dodol selesai melalui proses

pemasakan. Adonan dodol dicetak dalam sebuah loyang persegi panjang dan

kemudian diratakan dan dipadatkan dengan alat perata dengan cara ditekan-tekan

dan kemudian dijemur di bawah panas matahari selama 1-2 hari. Risiko yang

sering dihadapi pekerja pada saat pencetakan dodol ialah terluka akibat tersayat

pisau pada saat mengiris adonan dodol membentuk persegi panjang berukuran 6

cm x 1,5 cm x 1 cm. Risiko ini dikategorikan dalam tingkat risiko high mengingat

tingkan kemungkinannya memiliki skor 5 atau dapat terjadi setiap saat dan tingkat

keparahan yang ditimbulkan ialah cedera ringan berupa luka akibat tersayat mata

pisau. Keluhan lainnya berupa sakit atau nyeri pada pinggang dan pegal pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

pergelangan tangan akibat sikap kerja duduk dan melakukan gerakan berulang

pada saat meratakan adonan dodol dengan menekan alat perata adonan secara

terus menerus.

8. Pengemasan Dodol Kentang

Risiko dalam proses pengemasan tidak jauh berbeda dengan proses

pencetakan karena terdapat risiko tersayat benda tajam seperti pisau atau gunting

pada saat hendak memotong atau menggunting kertas pembungkus yang akan

digunakan untuk membungkus dodol kentang. Kemungkinan terjadinya risiko

terluka akibat tersayat pisau diberi nilai 4 yang berarti sering terjadi dan tingkat

keparahannya diberi nilai 2 karena menyebabkan cedera ringan pada pekerja.

Maka tingkat risiko dikategorikan kedalam tingkat risiko sedang atau medium.

Sakit pinggang dan pegal pada tangan juga merupakan risiko yang sering

dihadapi para pekerja akibat sikap kerja duduk dan melakukan gerakan berulang

berupa melipat dan menyusun dodol. Selama pengemasan, pekerja duduk di lantai

dengan kaki bersila atau dilipat kebelakang, posisi punggung yang tidak bersandar

dan kepala menunduk kebawah. Tingkat risiko kedua hal tersebut dikategorikan

medium karena kemungkinan pekerja merasakan keluhan berupa sakit pinggang

dan pegal pada pergelangan tangan diberi nilai 4 yang berarti sering terjadi dan

tingkat keparahannya diberi nilai 1 karena tidak menimbulkan cedera yang berarti

pada fisik pekerja.

Pada umumnya mereka menganggap keluhan tersebut adalah hal biasa

karena kelelahan setelah bekerja dengan posisi duduk di lantai dan membungkuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

dalam waktu yang lama dan seluruh pekerjaan dilakukan secara manual. Dengan

pola kerja manual seperti ini banyak ditemui keadaan yang tidak sesuai dengan

prinsip ergonomi yaitu, kesesuaian antara dimensi dan segmen-segmen tubuh

operator dengan dimensi fasilitas-fasilitas yang digunakan sehingga membentuk

postur kerja (Santosa, 2015).

Kegiatan pengemasan dodol berhubungan dengan postur kerja, postur

statis, beban serta nilai aktivitas yang semuanya berpotensi menimbulkan

gangguan. Terlebih kegiatan pengemasan dodol dilakukan secara statis dengan

posisi duduk di lantai dengan kaki bersila dan tanpa menggunakan sandaran untuk

punggung. Menurut Suma’mur (2009) pekerjaan dengan postur statis yang lama

mengharuskan otot untuk menyuplai oksigen dan nutrisi sendiri, dengan hasil

metabolisme yang tidak dibutuhkan tubuh tidak dibuang, hal ini menyebabkan

penumpukan lokal hipoksia dan asam laktat meningkat sehingga mengalami sakit

dan keram otot.

Secara umum, tingkat risiko pada proses pengemasan dodol kentang ialah

medium, dimana hal ini sesuai dengan pengalaman pekerja yang sering mengeluh

dan mengalami sakit pinggang serta nyeri otot pergelangan tangan akibat postur

kerja yang tidak sesuai dan gerakan berulang dalam membungkus dodol kentang.

5.4 Pengendalian Risiko Pada Pekerja Pembuat Dodol Kentang

Risiko memang harus ditekan, namun memiliki keterbatasan seperti biaya,

teknologi, kepraktisan, kebiasaan, dan kemampuan dalam menjalankannya dengan

konsisten. Suatu risiko misalnya dapat ditekan dengan menggunakan teknologi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

canggih untuk penyediaan sistem pengaman, namun dampaknya biaya akan

meningkat sehingga tidak dapat diterima secara perekonomian (Ramli, 2017).

1. Pengendalian secara teknis

Menurut Effendi (2007), penerapan ergonomi dilakukan dengan

penyesuaian pekerjaan, alat kerja, dan lingkungan kerja dengan manusia.

Penerapan ergonomi juga dilakukan dengan cara memperhatikan kemampuan dan

keterbatasan manusia sehingga tercapai suatu keserasian antara manusia dan

pekerjaan yang akan meningkatkan kenyamanan kerja dan produktivitas kerja.

Beberapa posisi penting untuk penerapan ergonomi di tempat kerja adalah sebagai

berikut posisi berdiri dan posisi duduk. Posisi berdiri berupa berupa tinggi badan

berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, panjang lengan. Posisi duduk

berupa tinggi duduk, panjang lengan atas, penjang lengan bawah dan tangan, jarak

lekuk lutut dan garis punggung, serta jarak lekuk lutut dan telapak kaki.

Berdasarkan penelitian Zein et al (2015), hasil analisis postur kerja,

sebagian pekerja menggunakan postur kerja yang tidak tepat pada saat bekerja.

Bekerja dengan posisi yang kaku menyebabkan munculnya gangguan

musculoskeletal. Menurut survei, dapat disimpulkan bahwa area bahu dan

punggung adalah area yang paling umum terkena gangguan musculoskeletal.

Pekerja seharusnya memahami prinsip posisi kerja yang netral. Bekerja dengan

posisi yang kaku dapat meningkatkan risiko kemungkinan tubuh mengalami

cedera. Pekerjaan yang paling sering menimbulkan postur kerja yang buruk harus

segera dieliminasi atau dikurangi untuk menurunkan risiko terkena gangguan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

musculoskeletal atau cedera punggung. Oleh karena itu dibutuhkan pengendalian

secara teknis untuk mengurangi risiko cedera pada pekerja.

Penyediaan fasilitas kerja seperti meja, kursi, dan peralatan kerja yang

ergonomis sebagai langkah pengendalian secara teknis dapat mengurangi keluhan

pekerja akan sakit pinggang, nyeri otot, pegal pada ibu jari atau pergelangan

tangan, dan sebagainya. Seperti pemaparan hasil penelitian Santosa (2015) pada

pekerja pembungkus dodol, dari fasilitas kerja yang tidak ergonomis banyak

ditemui keluhan pada pekerja setelah selesai bekerja, yaitu 100% pekerja

merasakan keluhan sangat sakit pada bahu, leher, punggung, pinggang, bokong,

lutut, dan betis, kaki, dan lengan. Setelah dilakukan penerapan fasilitas kerja yang

sesuai dengan antropometri pekerja, terjadi penurunan keluhan dan peningkatan

produktivitas 15%-22%.

Pengendalian secara teknis yang dapat dilakukan pada industri pembuatan

dodol kentang ini selain penyediaan fasilitas kerja yang ergonomis, juga dapat

berupa pembuatan ventilasi yang sesuai dan memadai sebagai jalan keluar

masuknya udara yang tercemar asap pembakaran dalam ruangan dan udara segar

di luar dengan baik. Sebab apabila pekerja terlalu lama terpajan asap hasil

pembakaran yang tidak sempurna dapat menyebabkan berbagai masalah dan

gangguan kesehatan. Dengan pembuatan ventilasi yang baik, pencemaran di ruang

kerja dapat diatasi dan diharapkan dapat mengurangi risiko pekerja terkena

gangguan kesehatan, khususnya gangguan pernapasan saat bekerja.

Selain itu, penyediaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) setidaknya

cukup diperlukan di tempat usaha, karena penyediaan APAR merupakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

kesadaran pemilik usaha dalam menanggulangi bahaya dan kerugian akibat

kebakaran. Merapikan susunan kabel atau pemeliharaan mesin dan kabel-kabel

yang berhubungan dengan listrik dapat mencegah terjadinya risiko seperti

tersengat listrik, korsleting listrik, hingga kebakaran. Sesuai rekomendasi pada

penelitian Restuputri (2015) untuk memperbaiki kabel yang berserakan. Karena

pada lingkungan kerja banyak terdapat kabel-kabel yang berserakan di lantai

produksi dan para pekerja yang kurang memperhatikan penempatan kabel-kabel

tersebut, maka rekomendasi perbaikan yang diberikan adalah dengan memberikan

tempat khusus buat kabel. Tempat khusus dibuat dengan mengklip kabel pada

tembok, sehingga tidak mengganggu atau berserakan pada lantai.

2. Pengendalian administratif

Pengendalian administratif dapat berupa pemberian informasi dan

pelatihan, meliputi orientasi bagi para pekerja baru, informasi regular dan

pelatihan periodik bagi para pekerja yang lama, membuat simbol peringatan

kesehatan dan keselamatan kerja (Harrianto, 2012). Pengendalian administratif

yang dapat diterapkan dalam usaha pembuatan dodol kentang dapat berupa

pemberian informasi dan edukasi mengenai teknik mengangkat dan mengangkut

beban pada pekerja pembuat dodol kentang agar tidak menimbulkan keluhan otot

skeletal. Sebagai gambaran, berikut ini diberikan contoh tindakan aktivitas

angkat-angkut secara manual menurut Tarwaka (2004), yakni:

a. Usahakan meminimalkan aktivitas angkat-angkut secara manual.

b. Upayakan agar lantai kerja tidak licin.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

c. Upayakan menggunakan alat bantu kerja yang memadai seperti kereta

dorong, pengungkit, dan sebagainya.

d. Gunakan alas apabila harus mengangkat di atas kepala atau bahu.

e. Upayakan agar beban angkat tidak melebihi kapasitas angkat pekerja.

Cara mengangkat beban dengan benar antara lain pakai sepatu yang stabil,

pastikan kaki dalam keadaan teguh dan stabil dan rapatkan kaki pada barang yang

hendak diangkat, bengkokkan lutut dan rendahkan badan, pastikan pinggang

tegak, angkat barang perlahan-lahan. Jika barang agak berat, tumpu dengan otot

kaki, pastikan lutut bengkok ketika mengangkat barang. Minta bantuan orang lain

jika barang terlalu berat untuk diangkat seorang diri serta gunakan troli atau kereta

dorong untuk membantu mengangkut barang yang terlalu berat. Cara mengangkat

yang harus dihindari menurut Yuantari (2012) antara lain jangan mengangkat

barang yang terlalu berat, jangan membengkokkan badan pada (pada pinggang)

ketika memungut barang, hindarkan memutar pinggang ketika membawa barang

berat, jangan mengangkat melebihi kepala, hindarkan mengangkat barang secara

cepat atau mendadak, seimbangkan berat badan, pastikan mengangkatnya di

tengah, maka beban sama di kiri dan kanan, jangan mengangkat barang berat

apabila memakai sepatu dengan tumit tinggi dan jangan mengangkat barang

apabila pernah mengalami masalah sakit pinggang.

Relakasasi pada pekerja juga dapat mengurangi ketegangan otot saat

bekerja. Manajemen stress dan olahraga dengan teknik relaksasi berdasarkan pada

penelitian Sundram (2016) dapat mengurangi efek samping stres dan kelelahan

kerja secara signifikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

Penyusunan prosedur kerja yang aman juga merupakan salah satu

pengendalian administratif yang dapat dilakukan pemilik usaha dodol kentang

untuk mengendalikan risiko. Pemasangan prosedur kerja seperti Standar Prosedur

Operasional (SOP) di setiap mesin yang digunakan pada proses produksi

dimaksudkan sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan dan menghindari

kegagalan, kesalahan, keraguan, dan inefisiensi. SOP berisi langkah atau prosedur

yang harus dilakukan secara berurutan untuk menyelesaikan suatu

proses/pekerjaan agar hasil kerja efektif.

Pengendalian lainnya ialah dengan membuat simbol peringatan kesehatan

dan keselamatan kerja di lingkungan kerja yang rentan menimbulkan kecelakaan

kerja seperti menempel stiker/rambu peringatan, salah satunya peringatan untuk

memastikan mesin sudah dalam keadaan mati atau tidak menyala sebelum

membersihkan mesin. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kecelakaan kerja pada

saat proses pemeliharaan mesin seperti tangan terjepit, terluka akibat

tersayat/terpotong pisau di dalam mesin, dan sebagainya.

3. Alat Pelindung Diri (APD)

Dalam dunia K3, penggunaan Alat Pelindung Diri merupakan pilihan

terakhir dalam upaya mengendalikan bahaya dan pencegahan kecelakaan. Hal ini

disebabkan karena alat pelindung diri hanya berfungsi sebagai tameng atau

pelindung yang dapat mengurangi efek atau keparahan kecelakaan, bukan untuk

mencegah terjadinya kecelakaan. Seperti pada proses pengupasan kentang,

penggilingan, pemarutan, dan pencetakan dodol kentang yang menggunakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


91

benda tajam sebagai alat bekerja, maka pekerja diwajibkan menggunakan alat

pelindung diri berupa sarung tangan yang dapat mencegah tangan pekerja cedera

atau terluka akibat tersayat benda tajam.

Pada proses kerja yang berhubungan dengan pembakaran, sebaiknya

pekerja menggunakan alat pelindung diri berupa sarung tangan, masker, dan

sepatu boot. Penggunaan sarung tangan dimaksudkan untuk melindungi tangan

dari perlukaan akibat memegang kayu-kayu yang tajam atau berpotensi

merobek/menusuk kulit saat akan menyusun dan memasukkan kayu ke tungku

pembakaran. Masker berfungsi untuk mengurangi paparan debu dan asap hasil

pembakaran agar tidak terhirup masuk ke sistem pernapasan pekerja. Sedangkan

sepatu boot berguna untuk melindungi kaki dari percikan api, bara api, serpihan

kayu yang tajam, serta menghindari kaki terluka akibat terinjak benda tajam atau

yang berpotensi merobek/menusuk kulit di area kerja.

Selain itu, pada kegiatan pemarutan kelapa menggunakan mesin pemarut

yang menghasilkan getaran saat pengoperasiannya, sebaiknya pekerja

menggunakan alat pelindung diri berupa sarung tangan untuk meredam pajanan

getaran dari mesin pada saat bekerja. Menurut Odenwald (2014) penggunaan alat

pelindung diri berupa sarung tangan dapat menurunkan efek negatif yang

ditimbulkan oleh pajanan getaran. Penggunaan sarung tangan dapat menurunkan

tonus otot.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pekerja pembuat dodol

kentang di Desa Lubuk Nagodang tahun 2018, didapatkan kesimpulan sebagai

berikut:

1. Berdasarkan hasil identifikasi risiko keselamatan dan kesehatan kerja,

diperoleh bahwa potensi bahaya yang terdapat dalam 8 tahap pembuatan

dodol kentang, berdasarkan jenis bahaya, ditemukan tiga jenis bahaya

diantaranya bahaya fisik, bahaya kimia dan bahaya ergonomi.

2. Berdasarkan hasil analisa dan penilaian risiko yang diperoleh dari lapangan,

didapatkan sebanyak 37 risiko termasuk diantaranya, 13 risiko

dikelompokkan kedalam kategori low (35,1%), 18 risiko termasuk dalam

kategori tingkat risiko sedang atau medium (48,7%), dan 6 risiko termasuk

dalam kategori high (16,2%).

3. Beberapa pengendalian risiko yang berguna untuk memperkecil risiko bahaya

dalam setiap proses pembuatan dodol kentang diantaranya pengendalian

teknis berupa penyediaan fasilitas kerja yang ergonomis, penyediaan Alat

Pemadam Api Ringan (APAR), dan pembuatan ventilasi yang baik;

pengendalian administratif berupa edukasi teknik mengangkat dan

mengangkut beban dengan benar, penyusunan prosedur kerja yang aman,

serta membuat simbol peringatan kesehatan dan keselamatan kerja; dan

92
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
93

penggunaan Alat Pelindung Diri seperti sarung tangan, sepatu boot, dan

masker.

6.2 Saran

1. Pihak pengelola bersama dengan koperasi yang menaungi kelompok usaha

dodol kentang memberikan penyuluhan bagi pekerja pembuat dodol kentang

tentang potensi bahaya dan risiko-risiko yang terdapat dalam proses

pembuatan dodol kentang.

2. Disarankan untuk mempraktekkan teknik mengangkat beban sebagai berikut,

mencoba beban yang akan diangkat, rencanakan gerakan, gunakan sikap

seimbang dengan kaki di depan, raih beban kuat-kuat, bengkokkan lutut,

bawa beban sedekat mungkin dengan tubuh, kencangkan otot perut ketika

mulai mengangkat, jaga kepala dan bahu tetap tegak, angkat dengan lengan,

kemudian menurunkan beban ke bawah dengan hati-hati.

3. Memberikan sosialisasi mengenai manfaat dan pentingnya penggunaan Alat

Pelindung Diri seperti sarung tangan, masker, dan sepatu boot bagi pekerja

yang bertujuan untuk mencegah terjadinya potensi bahaya kecelakaan kerja

dan penyakit akibat kerja. Sosialisasi dapat berupa pelatihan cara

penggunaan, pemeliharaan, dan penyimpanan Alat Pelindung Diri serta

memotivasi pekerja melalui media komunikasi seperti gambar atau poster.

4. Pada proses pengupasan kentang dan pengemasan dodol kentang disarankan

untuk menyediakan kursi dan meja agar pekerja dapat bekerja dengan

nyaman.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


94

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U. F. 2014. Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi. Jakarta:


Rajawali Pers.

Akmal. 2012. Analisis Multiplier Effect Usaha Kerajinan Dodol di Desa Bengkel
Kecamatan Perbaungan. Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Anwar, F. N., Ida F. dan Agus I. 2014. Analisis Manajemen Risiko Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) Pada Pekerjaan Upper Structure Gedung
Bertingkat. Jurnal Konstruksi Sekolah Tinggi Teknologi Garut, Vol.13,
No.1.

Arikunto, S. 2016. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Darmawi, H. 2016. Manajemen Risiko Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.

Deshmukh, L. M. 2006. Industrial Safety Management: Hazard Identification and


Risk Control. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing.

Effendi, F. 2007. Ergonomi bagi Pekerja Sektor Informal. Cermin Dunia


Kedokteran. Vol. 34 (154) : 9-12.

Friend, M. A., and James P. K. 2007. Fundamentals of Occupational Safety and


Health. United Kingdom: Government Institutes.

Glendon, A. I., Sharon G.C. and Eugene F. M. 2006. Human Safety and Risk
Management. Boca Raton: CRC Press.

Handayani, W., Yuniar L. dan Ice Y. P. 2011. Kecelakaan Kerja Pada Perajin
Rotan di Pitameh dan Tanah Sirah Kecamatan Lubuk Begalung Kota
Padang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 5, No. 2 (51-57).

Hanewinkel, M., Susan H. and Axel, A. 2010. Assessing Natural Hazards in


Forestry for Risk Management : A Review. Springer, 329-351.

Harrianto, R. 2012. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

ISO 31000:2009 Risk Management – Principles and Guidelines.

Kasidi. 2014. Manajemen Risiko. Bogor: Ghalia Indonesia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

Koradecka, D. 2010. Handbook of Occupational Safety and Health. New York:


CRS Press.

Kuswana, W. S. 2014. Ergonomi dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Myskova, R. and Veronika D. 2015. Approach to Risk Management Decision-


Making in the Small Business. Procedia, 329-336.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Odenwald, S. and Dominik K. 2014. Effect of Elastic Compression Sleeves on the


Biodynamic Response to External Vibration of the Hand-arm System.
Elsevier, 114-119.

Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Ramdan, I. M. 2012. Memperbaiki Kondisi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja


Sektor Informal Melalui Program Corporate Social Responsibility
Perusahaan. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. Vol.15,No.01(2-6).

Ramli, S. 2017. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja : OHSAS


18001. Jakarta: Dian Rakyat.

Restuputri, D.P. dan Resti P. D. S. 2015. Analisis Kecelakaan Kerja dengan


Menggunakan Metode Hazard and Operability Study (HAZOP). Jurnal
Ilmiah Teknik Industri. Vol. 14 No. 1 (24-35).

Ridley, J. 2008. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.

Ringdahl, L. H. 2004. Relationships between Accident Investigations, Risk


Analysis, and Safety Management. Journal of Hazardous Materials, 13-
19.

Rizkya, I., K. Syahputri, R.M. Sari, Anizar, dan I Siregar. 2018. Evaluation of
Work Posture and Quantification of Fatigue by Rapid Entire Body
Assessment (REBA). IOP Publishing. Website
http://iopscience.iop.org/article/10.1088/1757-899X/309/1/012051
(diakses pada 18 April 2018)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


96

Sabarguna, B. S. 2008. Manajemen Resiko Klinis Untuk Rumah Sakit. Jakarta:


Sagung Seto.

Salami, I. R. 2016. Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan Kerja. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

Santosa, I. G. 2015. Pengaruh Penerapan Ergonomi Pada Fasilitas Kerja Terhadap


Produktivitas Pekerja Pembungkus Dodol di Desa Penglatan Kabupaten
Buleleng. Jurnal Logic. Vol.15, No.2 (106-111).

SafeWork SA. 2013. Managing Hazards. Government of South Australia.


Website: https://www.safework.sa.gov.au (Diakses 23 Oktober 2017).

Sepang, B. A., Tjakra, J., Langi, J., dan Walangitan, D. R. 2013. Manajemen
Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Proyek
Pembangunan Ruko Orlens Fashion Manado. Jurnal Sipil Statik, 282-288.

Soputan, G. E. 2014. Manajemen Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3):


Studi Kasus Pada Pembangunan Gedung SMA Eben Haezar. Jurnal
Ilmiah Media Engineering, Vol. 4, No. 4 (229-238).

Standards Australian/Standards New Zealand. Handbook: Risk Management


Guidelines Companion to AS/NZS 4360:2004.

Suarli, S. dan Yanyan B. 2009. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan


Praktis. Jakarta: Erlangga.

Sundram, B. M., Maznah, D. dan Karuthan C. 2016. Effectiveness of Progressive


Muscle Relaxation Therapy as a Worksite Health Promotion Program in
the Automobile Assembly Line. Industrial Health. No. 54 (204-214).

Suma'mur, P. K. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes).


Jakarta: Sagung Seto.

Susanti, N., Hartiyah dan Daniek K. 2015. Hubungan Berdiri Lama Dengan
Keluhan Nyeri Punggung Bawah Miogenik Pada Pekerja Kasir di
Surakarta. Jurnal Pena Medika. Vol.5, No.1 (60-70).

Susihono, W. dan Feni A.R. 2013. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan


dan Kesehatan Kerja (K3) dan Identifikasi Potensi Bahaya Kerja.
Spektrum Industri, Vol. 11, No. 2 (117-242).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


97

Tarwaka. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan


Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press.

Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Manajemen dan


Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

Tjakra, J. dan Freyke S. 2011. Analisis Risiko Pada Proyek Konstruksi


Perumahan di Kota Manado. Jurnal Ilmiah Media Engineering, Vol. 1,
No. 1 (29-37).

Wahyuni, I., dan Ekawati. 2016. Analisis Bahaya dan Penilaian Kebutuhan APD
pada Pekerja Pembuat Batu Bata di Demak, Jawa Tengah. Kesmas. Vol.10
No.1 (77-84).

Walaski, P. 2017. Rightsizing Risk Management : For Small and Medium


Enterprises. Professional Safety, 62-69.

Wijaya, A., Togar W.S.P dan Herry C.P. 2015. Evaluasi Kesehatan dan
Keselamatan Kerja dengan Metode HIRARC pada PT. Charoen Pokphand
Indonesia. Jurnal Titra, Vol. 3, No. 1 (29-34).

Winarsunu, T. 2008. Psikologi Keselamatan Kerja. Malang: UMM Press.

Yusida, H., Tjipto S., Ah Y. dan Qamariyatus S. 2017. Kepedulian Aktif untuk K3
Sektor Informal. Banjarmasin: PT Grafika Wangi Kalimantan.

Yuantari, M.C. dan Rina M. F. 2012. Hubungan Antara Teknik Mengangkat


Beban dengan Keluhan Nyeri Pinggang pada Buruh Gendong di Pasar
Buah Johar Semarang 2012. Jurnal Visikes, Vol. 11 No. 1 (26-36).

Zein, M. D., Isa H., Noorul A. A., Adi S. and Seri R.K. 2015. A Survey on
Working Postures Among Malaysian Industrial Workers. Procedia
Manufacturing, hal. 450-459.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 1

FORM ISIAN IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN, DAN PENGENDALIAN RISIKO

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

Tingkat
No. Aktivitas Bahaya Risiko Probability Consequence Pengendalian Risiko
Risiko

98
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN 2

SARAN TEKNIK MENGANGKAT BEBAN DENGAN BENAR

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TEKNIK MENGANGKAT KARUNG DARI BAWAH

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai