2018
Andelia, Natasya
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2744
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISA MANAJEMEN RISIKO PADA PEKERJA PEMBUAT DODOL
KENTANG DI DESA LUBUK NAGODANG, KECAMATAN SIULAK,
KABUPATEN KERINCI, PROVINSI JAMBI TAHUN 2018
SKRIPSI
Oleh :
NATASYA ANDELIA
141000655
Oleh :
NATASYA ANDELIA
141000655
KERINCI, PROVINSI JAMBI TAHUN 2018” ini beserta seluruh isinya adalah
benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku
dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung risiko
atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak
Natasya Andelia
iii
Risk is inseparable part of human life. Every activity that peoples do,
specifically in industry, both large-scale and small-scale industries are basically
inseparable from risk. Risk management is coordinated activities to direct and
control an organization with regard to risk. The primary purpose of this study is
to analyze risk management in small-scale industry of dodol kentang makers in
Lubuk Nagodang.
It was a descriptive survey study by observing the environmental and
every process of work at small-scale industry of dodol kentang makers in Lubuk
Nagodang. Data for this study were gathered through the risk identification, risk
assessment and risk control of occupational safety and health form field which
arranged based on managing risk procedures.
Based on the research done, it is found that there are three types of
hazards that have been identified as physical hazard, chemical hazard and
ergonomic in every process of making dodol. The result of risk analysis and risk
assessment found 37 risks in process of making dodol that 13 risks (35,1%) can be
categorized as risk with low level, 18 risks (48,7%) categorized as medium and 6
risks (16,2) categorized as risk with high level.
Risk control is the last stage that an organization should do to reduce or
manage hazard in every steps of work that could be started from engineering
control such as providing work facilities with ergonomic standard, setting fire
extinguishers and create adequate ventilation. Administrative control could be
implementing training or education program of lifting technique according to
ergonomic standard, arranging safe work procedures and using safety sign such
as warning sign or caution sign. The last but not least is Personal Protective
Equipment such as gloves, boots, and mask to protect the respiratory system.
iv
Puji syukur dan terima kasih kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-
skripsi ini, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara
moril maupun materil, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
4. Ir. Kalsum, M.Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktunya
ini.
6. Dr. Juanita, SE., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
8. Elly Herlina S.Pd, selaku Pengurus Koperasi Wanita Dodol Kentang Kayo
9. Yang teristimewa untuk kedua orang tua tercinta Antonius Syafri dan Delviza
Eka Fitry, adik-adik saya Vika, Fadrien, Tania, teman seperjuangan sedari
seperjuangan semasa PBL dan LKP atas dukungan, doa, dan kasih sayangnya
selama ini.
Penulis masih menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk
perbaikan menuju yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi siapapun yang membacanya serta dapat menjadi referensi yang bermanfaat
Natasya Andelia
vi
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
ABSTRAK.. .......................... ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR .......... ..................................................................................v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... xii
vii
viii
Tabel 2.1 Skala kemungkinan (likelihood) pada standar AS/NZS 4360:2004 ....33
Tabel 2.2 Skala tingkat keparahan (severity) pada standar AS/NZS 4360:2004 .33
Tabel 4.7 Identifikasi Bahaya Pada Proses Pencetakan Dodol Kentang .............62
Tabel 4.9 Penilaian Risiko Pada Proses Produksi Dodol Kentang ......................64
Tabel 5.1 Jumlah Risiko Aktivitas Kerja Berdasarkan Tingkat Risiko ................72
ix
xi
Hamka No.20 Tarok Dipo Bukittinggi, Sumatera Barat. Penulis merupakan anak
pertama dari empat bersaudara pasangan Ayahanda Antonius Syafri dan Ibunda
Sungai Penuh, Jambi dan selesai pada tahun 2002. Kemudian penulis melanjutkan
pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 05/III Sungai Penuh, Jambi yang selesai
pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah
Menengah Pertama di SMP Negeri 8 Sungai Penuh hingga tahun 2011 dan
Sumatera Barat dan selesai pada tahun 2014. Penulis kemudian menempuh
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat dan selesai pada tahun 2018.
xii
PENDAHULUAN
melibatkan faktor manusia, lingkungan, dan mesin pada dasarnya tidak dapat
terlepas dari risiko bahaya. Risiko merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia. Risiko tidak cukup hanya dihindari, tetapi harus dapat
kemungkinan akan terjadi akibat buruk atau akibat yang merugikan, seperti
apapun yang bisa menjamin seratus persen bahwa akibat buruk itu setiap kali
maupun perindustrian, baik industri skala besar maupun skala kecil hendaklah
memiliki sebuah strategi yang dapat mengurangi dan mengendalikan risiko agar
tidak terjadi kerugian yang tidak diharapkan. Jika tidak ada bahaya dan tidak ada
risiko, maka upaya keselamatan dan kesehatan kerja tentu tidak diperlukan.
menekan atau mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja terhadap
pekerja yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses pengolahan, tempat
dan Kesehatan Kerja (K3) baik sekarang maupun di masa mendatang merupakan
sarana menciptakan situasi kerja yang aman, nyaman dan sehat, ramah lingkungan
(Suma'mur, 2009).
antisipasi atas semakin kompleksnya aktivitas badan usaha atau perusahaan yang
di bidang teknologi membawa manfaat bagi kehidupan manusia. Di sisi yang lain,
suhu bumi akibat gas karbon yang dihasilkan oleh berbagai industri di dunia
untuk dilatih menjadi seseorang yang mampu mengendalikan risiko dengan efektif
skala kecil biasanya tidak terlibat dalam proses manajemen risiko. Alasannya
cukup beragam, namun kebanyakan faktor penyebabnya ialah sumber daya yang
perusahaan skala kecil atau industri kecil dimana jumlah profesional K3 yang
mempunyai kedudukan, potensi, dan peranan yang sangat penting dan strategis
pelayanan ekonomi yang luas pada masyarakatnya serta mampu mendorong laju
pertumbuhan ekonomi. Sektor usaha kecil memiliki peranan yang penting dalam
kerja yang terus bertambah jumlahnya di satu sisi, sementara di sisi lainnya
dihadapkan kepada terbatasnya sumber daya alam yang ada. Hal ini disebabkan
karena industri kecil sering dikaitkan dengan modal kecil, teknologi rendah,
tekstil atau pengrajin kain Sasirangan. Potensi sumber bahaya kerja (occupational
health hazard) di tempat produksi kain Sasirangan yang mengancam pekerja dan
keluarga pemberi kerja yaitu potensi terjadinya kebakaran, terpapar bahan kimia
(B3), terhisap debu kain, infeksi kulit, tersetrum listrik dan anggota tubuh yang
terkilir, terpeleset, terjatuh, tergores pisau, tertusuk jarum jahit, tersenggol barang
dan terkait tali/benang. Keluhan sakit anggota badan sebanyak 17,5% adalah
insiden musculoskeletal akibat terlalu lama berdiri, duduk, selonjor kaki, melepas
benang jelujur, mengangkat barang berat, sedangkan accident yang sering terjadi
adalah pada unit produksi bagian pencelupan zat pewarna yang mengandung
informal pada pengrajin rotan di Pitameh dan Tanah Sirah Kecamatan Lubuk
ringan dengan frekuensi kejadian yang sering berupa terpukul palu, luka robek,
dengan frekuensi kejadian yang sering tentu akan menimbulkan keluhan adanya
rasa sakit dan nyeri/ngilu pada bagian tubuh yang luka dan biasanya rasa sakit
baru hilang setelah satu atau dua hari bahkan sampai satu minggu. Sehingga dapat
rotan dan bisa mengurangi jumlah produk yang dapat diselesaikan dalam satu
hari.
sebagai unit berskala kecil yang memproduksi dan mendistribusikan barang dan
jasa, sebagian besar bersifat independen, wiraswasta di area perkotaan atau negara
dan/atau menggaji tenaga kerja; beroperasi dengan modal yang sangat sedikit atau
pendapatan yang tidak beraturan serta pekerjaan yang tidak tetap; sebagian besar
tidak diatur dan tidak tercatat; cenderung memiliki sedikit akses ke pasar, lembaga
kredit formal, dan pelatihan serta berbagai fasilitas dan layanan publik; tidak
dikenali, diatur, didukung pemerintah; dan umumnya bekerja dalam kondisi yang
tenaga kerja sektor informal secara umum adalah miskin atau berpenghasilan
mendapatkan akses informasi yang memadai. Sementara itu dari aspek kesehatan
dan keselamatan kerja, permasalahan yang dihadapi tenaga kerja sektor informal
adalah tidak mempunyai jaminan kesehatan, tidak terdaftar secara resmi, serta
tidak ada kompensasi akibat kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja.
Kesadaran dan pengetahuan akan berbagai potensi bahaya dari pekerjaan, kondisi,
bahan dan peralatan ditempat kerja sangat minim sehingga sangat rentan untuk
Siulak, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi merupakan salah satu sektor informal
yang membutuhkan perhatian khusus dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja,
karena memiliki risiko yang cukup tinggi dan memerlukan pengaturan khusus dari
faktor manusia, peralatan, dan mesin yang digunakan dalam proses produksi.
Industri informal rumahan ini bergerak di bidang usaha pembuatan dodol khas
daerah Kerinci yang terbuat dari bahan baku berupa kentang yang dihaluskan dan
Proses produksi dimulai dari tahap pencucian kentang yang sudah dipanen,
bertekstur halus dimasak dengan bahan lainnya dan siap dicetak. Proses terakhir
ialah pengemasan hingga menjadi produk yang siap dijual dan dapat segara
dinikmati.
dilakukan dengan pengelola industri kecil dodol kentang, diketahui bahwa pekerja
cukup sering mengalami kecelakaan kerja ringan berupa jari tangan tersayat pisau
dan terpukul batang pengaduk dari mesin pengaduk dodol. Salah satu kasus
kecelakaan yang pernah terjadi ialah terlukanya beberapa jari tangan seorang
dan penyakit akibat kerja pada proses pembuatan dodol kentang di Desa Lubuk
Nagodang. Setiap proses atau tahapan produksi dodol kentang memiliki risiko
atau potensi bahaya yang berbeda-beda. Dimulai dari proses pencucian kentang
dimana postur kerja pekerja kurang ergonomis. Pada proses perebusan kentang,
pekerja berada pada lingkungan kerja yang cukup panas yang berasal dari tungku
berisiko cedera akibat tersayat pisau yang digunakan untuk mengupas kentang,
paparan panas langsung dari kentang yang baru siap direbus, dan sikap kerja yang
kelapa, dan proses memasak adonan dodol kentang. Proses terakhir yaitu
berupa cedera akibat tersayat pisau dan sikap kerja yang kurang ergonomis.
Industri kecil yang mengolah kentang menjadi panganan khas daerah ini
belum mengetahui potensi bahaya dan tingkat risiko dari usahanya. Dalam sehari,
industri rumahan ini mampu mengolah kentang sebanyak 70-100 kg yang dibagi
dua hingga tiga kali pemasakan. Kentang yang digunakan ialah jenis kentang yang
dikenal dengan sebutan kentang mentega yang tidak banyak mengeluarkan air saat
dimasak sehingga tidak mudah hancur dan cocok diolah menjadi dodol. Penelitian
ini berusaha untuk menganalisis hambatan atau risiko kecelakaan kerja yang
mungkin terjadi serta pengendalian terhadap hambatan atau risiko yang ditemui.
adalah kegiatan mengidentifikasi semua risiko usaha yang dihadapi, baik risiko
yang bersifat spekulatif maupun risiko yang bersifat murni. Segala informasi yang
kerugian. Evaluasi dan pengukuran risiko adalah kegiatan untuk menilai bagian-
suatu kerugian. Beberapa teknik pengukuran risiko dapat digunakan, antara lain
dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan
bahaya.
pengendalian risiko (risk control) yang diperlukan dalam proses kerja di industri
rumahan dodol kentang ini melalui penelitian dengan judul “Analisa Manajemen
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka hal yang menjadi rumusan
kecelakaan dan kesehatan kerja (K3) pada pekerja pembuat dodol kentang di Desa
2018.
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menganalisa manajemen risiko pada
2. Untuk menilai risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang terdapat
risiko bahaya yang terdapat dalam proses pembuatan dodol kentang di Desa
1. Sebagai gambaran dan informasi bagi pekerja pembuat dodol kentang tentang
TINJAUAN PUSTAKA
Bahaya atau hazard, adalah suatu objek dimana terdapat energi, zat atau
atau situasi kerja sebagai sumber bahaya potensial yang dapat menyebabkan
kerusakan. Kerusakan dan bentuk kerugian berupa kematian, cedera, sakit fisik
kombinasi dari semua hal tersebut. Pendapat lain mengatakan bahwa bahaya ialah
kondisi tempat kerja atau perilaku pekerja yang dapat menyebabkan kecelakaan,
pabrik dan peralatan kerja. Situasi tersebut dapat melibatkan tugas pekerja, bahan
11
pengendalian (evaluasi).
Hazards adalah faktor risiko, yaitu sumber atau kondisi yang memiliki
potensi bahaya kesehatan kerja. Mengacu kepada domain kesehatan kerja yakni
tiga kelompok variabel yaitu kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan beban atau
jenis kerja, maka hazards atau potensi bahaya dapat berasal dari ketiga kelompok
variabel tersebut di atas. Dari aspek kapasitas kerja, hazards dapat berasal dari
manusia, baik berupa perilaku negligence atau perilaku tidak sehat lainnya.
mikroorganisme. Hazards juga dapat berasal dari jenis pekerjaan dan/atau beban
hazard lebih merupakan faktor kondisi (lingkungan) pekerjaan yang tidak aman
2008).
Bahaya fisik adalah yang paling umum dan akan hadir di sebagian besar
tempat kerja pada satu waktu tertentu. Hal ini termasuk kondisi tidak aman
Bahaya kimia adalah zat yang memiliki karakteristik dan efek, dapat
dipecah untuk memasukkan paparan, uap, gas, kabut, debu, dan asap.
Bahaya biologis adalah organisme atau zat yang dihasilkan oleh organisme
Bahaya ergonomi terjadi ketika jenis pekerjaan, posisi tubuh, dan kondisi
dikendalikan.
tersebut. Jadi, manajemen bahaya kerja merupakan suatu alat yang bila digunakan
dengan benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman, bebas dari
ancaman bahaya di tempat kerja. Tahapan manajemen bahaya kerja, antara lain
identifikasi bahaya kerja, evaluasi bahaya kerja, penilaian hasil evaluasi bahaya
kerja) (Harrianto, 2012). Sistem manajemen ini menjadi sebuah strategi yang
sehingga dapat menjadi sebuah strategi yang bisa mencegah kecelakaan di tempat
kerja.
2.2 Risiko
Risiko yaitu kesempatan sesuatu terjadi yang akan berdampak pada tujuan.
atau konsekuensi kejadian dan konsekuensi dari suatu peristiwa tertentu. Bahaya
terjadinya suatu dampak atau konsekuensi (Susihono dan Rini, 2013). Atau risiko
dapat juga diartikan sebagai perpaduan antara probabilitas dan tingkat keparahan
kejadian dan konsekuensi dari suatu peristiwa khusus yang berbahaya (Ringdahl,
peristiwa di luar yang diharapkan. Kejadian di masa yang akan datang tidak dapat
diketahui secara pasti. Kejadian ini atau suatu keluaran (output) dari suatu
kegiatan atau peristiwa dapat berupa kondisi yang baik dan kondisi yang buruk.
Jika yang terjadi adalah kondisi yang baik maka hal tersebut merupakan peluang
(opportunity), namun jika terjadi hal yang buruk maka hal tersebut merupakan
bentuk ketidakpastian yang seharusnya dipahami dan dikelola secara efektif oleh
organisasi sebagai bagian dari strategi sehingga dapat menjadi nilai tambah dan
sebagai berikut:
1. Risiko internal, yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri.
2. Risiko eksternal, yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan atau
dan keuangan, seperti perubahan harga, tingkat bunga, dan mata uang.
4. Risiko operasional, adalah semua risiko yang tidak termasuk risiko keuangan.
teknologi.
ditimbulkan risiko.
perusahaan.
dari awal mulai dari identifikasi risiko dan pengukuran risiko untuk
2.3.1 Pengertian
manusia dan sistem-sistem yang melingkupi rentang kegiatan dan fungsi yang
sangat luas. Fungsi manajemen adalah menarik seluruh aspek ini secara
sejumlah aspek yang pasti dan terdokumentasi tentang bagian yang dapat
rumah dengan kondisi kesehatan yang sama seperti ketika ia datang untuk mulai
(2009) diperlukan:
a. Keterampilan teknik
dengan orang lain, termasuk dalam hal ini memahami masalah motivasi dan
menerapkan kepemimpinan.
c. Keterampilan konseptual
kompleks tentang organisasi yang ada. Selain itu juga berarti, kemampuan
untuk bertindak, bukan hanya memahami tujuan dari satu unit saja.
jelas sebelum terlambat dan dapat terhindar dari kegagalan yang lebih besar.
terkait dengan risiko. Istilah manajemen risiko juga mengacu pada suatu
banyak area dan tingkatan, kapan saja, sesuai fungsi, proyek, aktivitas apapun.
4360:2004 manajemen risiko ialah budaya, proses dan struktur yang diarahkan
risiko adalah suatu cara yang sistematis dan terkoordinasi dengan risiko-risiko
semua proses dan semua jenis risiko dan kaitannya. Sedangkan menurut Standar
Oleh karena itu, secara umum manajemen risiko dapat diartikan sebagai
strategi untuk mengelola risiko tersebut. Dalam hal ini manajemen risiko akan
adalah suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang
hasil dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang ada (Soputan,
2014).
yang kurang lengkap, keputusan yang tidak tepat, salah perhitungan dan
dan kesehatan kerja di tempat kerja. Penilaian risiko kerja merupakan komponen
kompetensi pekerja dan jenis pelatihan yang dibutuhkan khususnya pada tempat
Proses manajemen risiko terdiri dari 3 langkah utama yaitu analisis risiko
dkk, 2010). Berdasarkan ISO 31000:2009, proses manajemen risiko terdiri dari
risiko.
b. Penetapan konteks.
dimana proses manajemen risiko akan diterapkan. Kriteria risiko yang akan
c. Identifikasi risiko.
d. Analisis risiko.
konsekuensi dan kemungkinan yang akan terjadi, serta tentukan tingkat risiko
e. Evaluasi risiko.
Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar yang telah
f. Pengendalian risiko.
kecelakaan.
semua proses manajemen risiko. Hal ini penting untuk perbaikan yang terus-
Menentukan Konteks
• Konteks Internal
• Konteks Eksternal
• Konteks Manajemen Risiko
• Kriteria Pengembangan
• Definisi Struktur
Identifikasi Risiko
• Apa yang dapat terjadi?
• Kapan dan dimana?
• Bagaimana dan kenapa?
Analisa Risiko
Komunikasi dan Konsultasi
Evaluasi Risiko
• Bandingkan dengan kriteria
• Tentukan prioritas
Tidak
Mengendalikan Risiko
Ya
Pengendalian Risiko
• Identifikasi pilihan
• Penilaian pilihan
• Persiapan dan penerapan rencana pengendalian
• Analisa dan evaluasi sisa risiko
bahaya apapun di tempat kerja. Langkah kedua ialah menilai tingkat risiko yang
keparahan akibat cedera atau penyakit yang timbul dan kemungkinan atau peluang
proses manajemen risiko, terutama waktu, uang, dan sumber daya. Hal-hal
2. Keterlibatan para pekerja. Saat pekerja mendapat kesan bahwa para manajer
pekerja untuk terpengaruh dan ikut terlibat dalam sistem manajemen risiko
keselamatan kerja.
memunculkan ide baru dan perencanaan yang lebih efektif. Hal ini dapat
ekonomi dan efisiensi akan tercapai dan lebih fokus pada sumber daya,
pemasok, dan pelanggan akan lebih tertarik pada perusahaan yang telah
risiko yang baik maka pekerja akan lebih hati-hati dan waspada terhadap
setiap kegiatan yang sudah diidentifikasi. Risiko dapat disebabkan oleh faktor
yaitu bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya mekanik, bahaya elektrik, bahaya
dipilih yang mungkin paling efektif di organisasi tertentu atau yang dapat
tersebut meliputi:
1. Survei keselamatan.
2. Patroli keselamatan.
Melihat pada satu aspek kesehatan atau keselamatan kerja saja dan fokus
Inspeksi tempat kerja yang lebih teliti dengan melakukan pencarian untuk
Audit ulang perlu dilakukan untuk menilai perbaikan-perbaikan apa saja yang
telah dilakukan. Namun kelemahan teknik ini ialah cukup menyita waktu.
5. Pemeriksaan lingkungan.
tempat kerja.
6. Laporan kecelakaan.
Laporan yang dibuat setelah kecelakaan, termasuk kecelakaan kecil dan juga
Para pekerja sering lebih mengetahui dan dapat menyampaikan apa yang
perlu dilakukan serta perlu umpan balik ke pekerja dalam bentuk tindakan
sekunder yang diperlukan antara lain proses, bahan baku, bahan tambahan untuk
lain-lain. Dari data sekunder dapat diperkirakan bahaya yang mungkin ada di
dapat dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi
sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin
timbul di tempat kerja. Proses identifikasi hazard atau potensi bahaya antara lain
yaitu:
a. Membuat daftar semua objek (mesin, peralatan kerja, bahan, proses kerja,
Analisis risiko meliputi jenis, besar dan kecilnya akibat, siapa yang terkait,
apa yang berpengaruh dimana hal ini akan sangat penting bagi upaya selanjutnya
(Sabarguna, 2008).
Sikap terhadap risiko, keputusan apapun tentang risiko akan dipengaruhi oleh
ditimbulkan serta dievaluasi dengan menilai tingkat atau besarnya risiko. Istilah
penilaian risiko dalam Guidelines for Hazard Identification, Risk Assessment and
baik risiko yang dihadapi oleh pekerja dan memastikan bahwa kesehatan dan
keselamatan pekerja tidak terkena risiko saat bekerja. Sistem penilaian risiko ini
2008).
ialah untuk menetapkan besar kecilnya suatu risiko yang telah diidentifikasi
potensi bahaya yang dapat terjadi. Tujuan dari risk assessment adalah memastikan
kontrol risiko dari proses, operasi, atau aktivitas yang dilakukan berada pada
tingkat yang dapat diterima. Penilaian dalam Risk assessment yaitu likelihood dan
Severity menunjukkan seberapa parah dampak dari kecelakaan tersebut. Nilai dari
likelihood dan severity akan digunakan untuk menentukan risk rating. Risk rating
adalah nilai yang menunjukkan risiko yang berada pada tingkat rendah,
Tabel 2.2 Skala tingkat keparahan (severity) pada standar AS/NZS 4360:2004
Risk Control dapat disajikan dengan berbagai cara untuk memaparkan hasil
analisis disajikan dalam bentuk matriks risiko yang merupakan cara yang sangat
efektif untuk memaparkan distribusi risiko di seluruh pabrik atau area tempat
kerja.
Tingkat Keparahan
Tingkat
1 2 3 4 5
Kemungkinan
Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic
5 (Almost Certain) Medium High High Very High Very High
4 (Likely) Medium Medium High High Very High
3 (Possible) Low Medium High High High
2 (Unlikely) Low Low Medium Medium High
1 (Rare) Low Low Medium Medium High
Keterangan:
b. Medium risk : harus dikelola dengan prosedur pemantauan atau respon yang
c. Low risk : diatur atau dikelola dengan prosedur rutin, tidak memerlukan
tindakan spesifik.
bahaya dengan cara sedemikian rupa sehingga bahaya tersebut tidak menimbulkan
risiko bagi pekerja yang harus memasuki area atau penggunaan peralatan kerja.
Pengendalian dari sumber bahaya langsung adalah hal yang paling baik. Metode
ini sering disebut sebagai penerapan pengendalian secara teknik. Jika hal ini tidak
berhasil, maka bahaya dapat dikendalikan diantara sumber dan pekerja. Metode
ini biasa disebut sebagai pengendalian administratif. Jika tidak mungkin, maka
pengendalian terhadap kegiatan, produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan
5. Penegakan hukum
kesehatan kerja merupakan fungsi untuk mengetahui sampai sejauh mana pekerja
berkaitan dengan kesehatan kerja serta dijadikan dasar penilaian untuk sertifikasi
(Achmadi, 2014).
1. Menekan Probability
2. Menekan Consequences
dampak yang ditimbulkan oleh risiko, salah satu pilihan yang dapat dilakukan
sehingga beban risiko yang ditanggung bisa menurun, hal ini dapat dilakukan
4. Hindari (Avoid)
berbahaya.
of South Australia dalam Managing Hazards akan lebih efektif daripada tindakan
tingkat tinggi hingga tingkat terendah. Hal ini disebut juga sebagai hierarki
yaitu:
2. Substitusi, jika bahaya tidak dapat dieliminasi maka substitusi atau ganti
3. Isolasi, pengasingan bahaya atau praktek kerja yang berbahaya dari para
pekerja.
peralatan kerja yang sesuai dengan para pekerja untuk mengurangi risiko
kecelakaan.
program pelatihan.
6. Alat Pelindung Diri, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) tidak dapat
bahaya. Oleh karena itu diperlukan pelatihan dan pengawasan yang efektif
METODE PENELITIAN
untuk melihat gambaran fenomena yang terjadi dalam suatu populasi tertentu.
Survei deskriptif juga dapat didefinisikan suatu penelitian yang dilakukan untuk
39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
yang digunakan saat proses produksi atau mesin yang digunakan dan terdapat di
lingkungan kerja sebagai sumber bahaya dari proses pembuatan dodol kentang
mesin. Kentang yang sudah bertekstur halus dimasak dengan bahan lainnya
hingga matang dan siap dicetak. Proses terakhir ialah pengemasan hingga menjadi
dengan mengamati proses kerja, wawancara bebas dengan para pekerja, dan
potensi bahaya yang berisiko mengakibatkan kecelakaan kerja mulai dari awal
hingga akhir proses produksi. Hal yang menjadi fokus pengamatan yakni kondisi
lingkungan kerja, peralatan kerja yang digunakan, serta mesin yang digunakan.
juga mengingat data yang ingin dikumpulkan tanpa membawa pedoman yang
memperkuat hasil observasi. Narasumber dari wawancara bebas ini ialah para
Data sekunder diperoleh dari dokumen sentra industri kecil dodol kentang
di Desa Lubuk Nagodang dan data koperasi sentra industri kecil dodol kentang di
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ialah berupa form isian
Kesehatan Kerja (K3) yang disusun berdasarkan prosedur manajemen risiko dan
berdasarkan aktivitas atau proses kerja di unit usaha industri rumahan dodol
Provinsi Jambi.
bahaya apapun di tempat kerja. Langkah kedua ialah menilai tingkat risiko yang
keparahan akibat cedera atau penyakit yang timbul dan kemungkinan atau peluang
a. Membuat daftar semua objek (mesin, peralatan kerja, bahan, proses kerja,
keparahan, hasil analisis disajikan dalam bentuk matriks risiko yang merupakan
cara yang sangat efektif untuk memaparkan distribusi risiko yang terdapat di area
tempat kerja.
Tingkat Keparahan
Kemungkinan 1 2 3 4 5
Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic
5 (Almost Certain) Medium High High Very High Very High
4 (Likely) Medium Medium High High Very High
3 (Possible) Low Medium High High High
2 (Unlikely) Low Low Medium Medium High
1 (Rare) Low Low Medium Medium High
Keterangan:
a. Very high : Kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan sampai risiko
b. High : Kegiatan tidak boleh dilaksanakan sampai risiko telah direduksi. Perlu
HASIL PENELITIAN
sebagai sebuah Kabupaten sejak awal berdirinya Provinsi Jambi, dengan pusat
dengan iklim basah sampai kering yang menyebabkan kondisi tanaman dapat
tumbuh subur. Kerinci memiliki luas ±3.808,50 km² terdiri atas 16 kecamatan
dari 26 desa, dan industri rumah tangga dodol kentang terletak di Desa Lubuk
Nagodang.
Sumatera Barat.
45
kilometer dari Kota Sungai Penuh, ibukota Kabupaten Kerinci. Jalan ini juga
menghubungkan Kerinci dan Sumatera Barat. Di sepanjang jalan raya ini, terdapat
belasan rumah yang membuka gerai dodol kentang dan memajang ratusan kotak
dodol kentang. Disini bisa ditemukan dodol kentang aneka rasa mulai dari dodol
kentang rasa pandan, durian, stoberi, jeruk, gula aren, terung belanda, kacang
merah, hingga ubi jalar ungu. Dodol dibungkus dalam kemasan plastik transparan
berisi 10 keping yang dibungkus kertas minyak khusus dengan harga Rp4.000 per
kemasan. Dodol ini tahan hingga satu bulan dan dibuat tanpa tambahan bahan
pengawet.
masyarakat setempat. Selain itu kentang merupakan buah sayuran yang dapat
Dodol kentang merupakan produk industri kecil yang banyak digemari dan
dikonsumsi oleh masyarakat sebagai makanan ringan (snack). Dodol ini sering
digunakan sebagai makanan untuk pesta, makanan untuk keluarga serta oleh-oleh
makanan kecil khas dari Kabupaten Kerinci yang dibawa keluar daerah. Industri
ini mempunyai nilai tambah tersendiri bagi masyarakat baik nilai ekonomis
maupun kekhasan rasa dodol kentang itu sendiri dan bisa untuk dikembangkan.
Industri makanan ini telah ada sejak tahun 2001. Wilayah tersebut
produk meliputi Kerinci, Kota Jambi, Padang, Bengkulu, dan sudah meluas ke
daerah-daerah lainnya. Pada hari besar atau musim tertentu, permintaan akan jenis
makanan ini melebihi kemampuan atau kapasitas produksi, misalnya pada musim
menjelang lebaran.
tahun 1992 dimana pada saat itu harga kentang di pasaran sangat murah mencapai
harga Rp90 per kilogram. Pada saat itu, timbul pemikiran Pemerintah Daerah
produk makanan.
menjadi calon-calon wirausaha baru yang mau mengolah kentang menjadi produk
industri, serta membuka lapangan kerja baru serta meningkatkan nilai tambah
dilaksanakan sejak tahun 1998 dengan sentra produksi Desa Lubuk Nagodang.
Pelatihan teknis, pelatihan peningkatan mutu, magang ke Garut Jawa Barat serta
itu sendiri.
lapangan usaha terus terbuka, sehingga tenaga kerja di Desa Lubuk Nagodang
dapat terserap dan produktif. Disamping itu, nilai tambah komoditi kentang sangat
bernilai secara ekonomi, selama ini komoditi kentang hanya sebagai konsumsi
dijual dalam bentuk dodol kentang. Hingga pada tahun 2003-2004, industri kecil
ini berkembang dan tumbuh unit usaha Dodol Kentang sebanyak 26 unit usaha,
dodol kentang di sentra dodol kentang Desa Lubuk Nagodang Kabupaten Kerinci,
Dodol kentang yang diproduksi oleh industri dodol kentang Desa Lubuk
Nagodang ini merupakan produk konsumsi berupa makanan ringan yang bisa
dijadikan alternatif buah tangan atau oleh-oleh karena rasanya yang enak dan cara
mengkonsumsinya jauh lebih praktis dari kentang biasa. Dodol kentang ini terdiri
dari berbagai macam rasa. Untuk menghasilkan berbagai varian rasa tersebut
pihak industri tidak menggunakan bahan pengawet sehingga dodol kentang yang
dihasilkan mampu bertahan hingga satu bulan. Semua jenis dodol kentang yang
dodol kentang ini menggunakan merek yang dicetak pada kertas label dengan
terbilang cukup baik. Alat dan bahan baku pembuatan yang dibutuhkan sudah
mesin yang digunakan dalam proses produksi dodol kentang antara lain:
a. Baskom/wadah plastik
b. Tungku
c. Kayu bakar
d. Pisau
e. Mesin penggiling
f. Kapak
h. Mesin pengaduk
i. Sendok pengaduk
j. Loyang cetakan
l. Gunting
Bahan baku yang digunakan ialah kentang. Sumber bahan baku kentang
yang digunakan oleh pengusaha dalam proses pengolahan berasal dari kentang
yang dibeli dari pedagang dan petani dari Kayu Aro dan juga kualitas dari kentang
yang dibeli dari pedagang sudah sangat baik. Bahan tambahan dalam proses
pembuatan dodol kentang antara lain tepung, gula, kelapa parut, vanili, dan perisa
makanan.
memiliki tenaga kerja antara 4-20 orang. Tenaga kerja yang ada pada umumnya
1. Pencucian kentang
kentang. Kentang yang sudah dipanen kemudian dicuci hingga bersih. Proses
pencucian kentang dilakukan didalam sebuah baskom atau wadah plastik dengan
air mengalir. Kentang tetap dibiarkan dalam karung agar memudahkan proses
pencucian.
2. Perebusan kentang
kentang tanak di atas tungku permanen yang menggunakan kayu bakar sebagai
bahan bakarnya. Kentang yang akan direbus tetap dibiarkan dalam karung untuk
kentang per hari sehingga dibagi dalam 3-4 kali pemasakan. Namun, jumlah
tersebut naik hingga dua kali lipat saat mendekati hari-hari besar atau tahun baru
3. Pengupasan kentang
4. Penggilingan kentang
yang sudah lumat dan bertekstur halus yang cocok untuk dijadikan dodol.
5. Pemarutan kelapa
yang sudah halus untuk memperkaya cita rasa dodol kentang. Proses pemarutan
kelapa dimulai dari dibelahnya kelapa untuk kemudian diparut daging buahnya
menggunakan mesin pemarut kelapa. Kelapa yang digunakan ialah kelapa yang
tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Hal ini karena kandungan santannya lebih
pembuatan dodol kentang. Kentang yang sudah digiling sampai halus dimasukkan
tepung, gula, vanili, dan perisa makanan dicampurkan satu per satu ke dalam
kuali. Proses pemasakan ini memakan waktu sekitar 3-4 jam dimana adonan harus
bakarnya. Penggunaan kayu bakar diyakini akan menghasilkan rasa yang berbeda
yang jauh lebih nikmat dibandingkan memasak dengan bahan bakar lain.
Adonan dodol yang sudah matang kemudian siap dicetak dalam sebuah
loyang menggunakan alat khusus pemerata adonan dengan cara ditekan hingga
pipih dan digilas dengan alat penggilas berbentuk silinder agar adonan merata.
Adonan dodol kentang yang sudah diratakan kemudian dijemur 1-2 hari di
bawah panas dari matahari. Saat setengah kering, dodol diangkat kemudian diiris
kembali dijemur di bawah panas matahari hingga keringnya sempurna dan siap
untuk dikemas.
kentang dan dilakukan secara manual oleh pekerja. Pada proses pembuatan dodol
kentang, dibutuhkan waktu sekitar 3 hari untuk sampai pada proses pengemasan.
Dodol kentang dikemas dalam kertas pembungkus sesuai dengan varian rasa dan
risiko bahaya dari kegiatan rutin pencucian kentang secara manual oleh pekerja
Peralatan Sumber
Mesin Kondisi Kerja Bahaya Risiko
Kerja Bahaya
- Ember - - Mengangkat Tempat - Ergonomi - Terkilir
- Air karung berisi pencucian - Sakit
Bersih kentang kentang pinggang
- Duduk/jongkok - Nyeri otot
- Membungkuk - Fisik - Terjatuh
- Gerakan - Terpeleset
berulang tangan
mencuci kentang
penjabaran risiko bahaya dari proses perebusan kentang yang rutin oleh pekerja
Peralatan Sumber
Mesin Kondisi Kerja Bahaya Risiko
Kerja Bahaya
- Tungku - - Duduk/jongkok Tungku - Fisik - Terkena air
- Karung menyalakan api perebus panas
penutup tungku - Terkena uap
- Kayu - Membungkuk panas
bakar - Mengangkat - Terkena api
- Air karung berisi tungku
- Batu kentang - Dehidrasi akibat
iklim kerja yang
panas
- Kebakaran
- Ergonomi - Terkilir
- Sakit pinggang
- Kimia - Terhirup asap
pembakaran
bahaya dari kegiatan mengupas kulit kentang dijabarkan pada tabel berikut:
Peralatan Sumber
Mesin Kondisi Kerja Bahaya Risiko
Kerja Bahaya
- Pisau - - Duduk Pisau - Fisik - Tersayat
- Wadah - Membungkuk yang pisau
plastik/ - Gerakan tangan digunakan - Ergonomi - Sakit
Baskom mendorong pinggang
pisau - Ibu jari
mengupas kulit pegal-
kentang pegal
yang rutin dilakukan setiap produksi dapat dilihat pada tabel berikut:
Peralatan Sumber
Mesin Kondisi Kerja Bahaya Risiko
Kerja Bahaya
- Sendok Mesin - Berdiri Mesin - Fisik - Jari
kayu penggiling - Memasukkan penggiling terpotong/
- Baskom kentang ke dalam tersayat
mesin pisau mesin
- Menekan kentang penggiling
dengan sendok - Tersengat
kayu aliran listrik
- Mengangkat langsung
baskom berisi - Kebakaran
kentang
- Membersihkan
mesin penggiling - Ergonomi - Nyeri otot
dari proses pemarutan kelapa dimulai dari membelah kelapa menjadi dua bagian
Peralatan Sumber
Mesin Kondisi Kerja Bahaya Risiko
Kerja Bahaya
- Kapak/ Mesin - Berdiri Mesin - Fisik - Terluka akibat
parang pemarut - Membungkuk pemarut terkena pisau
pemecah kelapa - Mengangkat kelapa pemarut kelapa
batok kelapa yang - Terluka akibat
kelapa akan dibelah terkena kapak
- Baskom - Duduk/jongkok pembelah
- Membelah kelapa
kelapa - Tersengat
- Memarut aliran listrik
kelapa langsung
- Mengangkat - Kesemutan
baskom berisi - Kebakaran
kelapa yang - Ergonomi - Nyeri otot
sudah diparut
penjabaran risiko bahaya dari proses memasak dodol kentang dapat dilihat pada
tabel berikut:
risiko bahaya dari proses pencetakan dodol kentang secara manual oleh pekerja
Peralatan Sumber
Mesin Kondisi Kerja Bahaya Risiko
Kerja Bahaya
- Loyang - - Mengangkat Pisau - Fisik - Tersayat
cetakan baskom berisi pemotong pisau
- Penggilas adonan - Ergonomis - Sakit
dan - Duduk pinggang
pemerata - Membungkuk - Pegal pada
adonan - Menekan dan pergelangan
- Pisau meratakan tangan
pemotong adonan
- Penggaris dengan
besi penggilas
adonan
- Mengangkat
loyang
cetakan yang
berisi adonan
- Menjemur
dodol
- Gerakan
tangan
berulang
mengiris
adonan
penjabaran risiko dari kegiatan pengemasan dodol kentang oleh pekerja pembuat
Peralatan Sumber
Mesin Kondisi Kerja Bahaya Risiko
Kerja Bahaya
- Bungkus - - Duduk Pisau/ - Fisik - Tersayat
plastik - Membungkuk gunting pisau
- Kertas - Memotong yang
pembungkus atau
digunakan - Ergonomis - Sakit
- Pisau menggunting pinggang
pemotong/ kertas - Pegal pada
Gunting pembungkus pergelangan
- Gerakan tangan
tangan
berulang
membungkus
dodol
produksi dodol kentang selanjutnya akan dianalisa dan diberikan penilaian sesuai
seberapa parah dampak dari kecelakaan tersebut. Nilai dari probability dan
consequence akan digunakan untuk menentukan risk rating. Risk rating adalah
nilai yang menunjukkan risiko yang berada pada tingkat rendah, menengah, tinggi
atau ekstrim. Hal ini bertujuan untuk memilah dan menentukan potensi bahaya
kecelakaan. Skala ini dapat diadaptasi dan disesuaikan dengan kebutuhan, dan
deskripsi yang berbeda dapat digunakan untuk jenis risiko yang berbeda pula.
Keterangan:
Probability
2. Jarang terjadi
4. Sering terjadi
Consequence
5. Fatal lebih dari 1 orang, kerugian sangat besar dan dampak sangat luas,
Tingkat Risiko
Tabel 4.10 Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tingkat
No Aktivitas Bahaya Risiko Probability Consequence Pengendalian Risiko
Risiko
1. Pencucian - Ergonomi - Terkilir 2 2 Low - Sosialisasi teknik mengangkat
Kentang - Fisik - Sakit pinggang 3 1 Low beban dengan benar
- Nyeri otot 2 1 Low - Menyediakan fasilitas kerja
- Terjatuh 2 2 Low yang ergonomis
- Terpeleset 2 2 Low - Menggunakan sepatu boot
2. Perebusan - Fisik - Terkena air panas 2 2 Low - Menggunakan sarung tangan
Kentang - Kimia - Terkena uap panas 2 2 Low yang terbuat dari kain berserat
- Ergonomi - Terkena api tungku 1 3 Medium - Menggunakan masker
- Terhirup asap 5 1 Medium - Menggunakan sepatu boot
pembakaran - Membuat ventilasi udara yang
- Dehidrasi akibat 2 1 Low baik sebagai jalan keluar asap
iklim kerja panas pembakaran
- Kebakaran 1 5 High - Penyediaan Alat Pemadam Api
- Terkilir 2 2 Low Ringan (APAR)
- Sakit pinggang 2 1 Low - Sosialisasi teknik mengangkat
beban dengan benar
3. Pengupasan - Fisik - Tersayat pisau 5 2 High - Menggunakan sarung tangan
Kentang - Ergonomi - Sakit pinggang 4 1 Medium yang terbuat dari kain berserat
- Ibu jari pegal- 4 1 Medium - Menyediakan fasilitas kerja
pegal yang ergonomis
68
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tingkat
No Aktivitas Bahaya Risiko Probability Consequence Pengendalian Risiko
Risiko
4. Penggilingan - Fisik - Jari terpotong/ 2 3 Medium - Menggunakan sarung tangan
Kentang - Ergonomi tersayat pisau yang terbuat dari kain berserat
mesin penggiling - Merapikan kabel dan
- Tersengat aliran 1 3 Medium menempel rambu peringatan
listrik langsung - Melengkapi setiap mesin
- Korsleting listrik 1 3 Medium dengan SOP pengoperasian
- Kebakaran 1 5 High mesin
- Nyeri otot 2 1 Low - Memastikan mesin dalam
keadaan mati saat hendak
membersihkan mesin
- Penyediaan APAR
- Sosialisasi teknik mengangkat
beban dengan benar
- Menyediakan fasilitas kerja
yang ergonomis
5. Pemarutan - Fisik - Terluka akibat 4 2 Medium - Menggunakan sarung tangan
Kelapa - Ergonomi terkena pisau yang terbuat dari kain berserat
pemarut kelapa - Merapikan kabel dan
- Terluka akibat 2 3 Medium menempel rambu peringatan
terkena kapak - Melengkapi setiap mesin
- Tersengat aliran 1 3 Medium dengan SOP pengoperasian
listrik langsung mesin
- Kesemutan 3 1 Low - Penyediaan APAR
- Kebakaran 1 5 High - Menyediakan fasilitas kerja
- Nyeri otot 4 1 Medium yang ergonomis
69
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tingkat
No Aktivitas Bahaya Risiko Probability Consequence Pengendalian Risiko
Risiko
6. Pemasakan - Fisik - Terkena tongkat 4 2 Medium - Menggunakan sarung tangan
Dodol - Ergonomi pengaduk mesin yang terbuat dari kain berserat
Kentang - Terkena wajan 2 2 Low dan sepatu boot
panas - Merapikan kabel dan
- Terkena api tungku 1 3 Medium menempel rambu peringatan
- Kebakaran 1 5 High - Melengkapi setiap mesin
- Sakit pinggang 1 3 Medium dengan SOP pengoperasian
mesin
- Memastikan mesin tidak
menyala jika ingin
membersihkan mesin
- Penyediaan APAR
7. Pencetakan - Fisik - Tersayat pisau 5 2 High - Menggunakan sarung tangan
dodol - Ergonomi - Sakit pinggang 4 1 Medium yang terbuat dari kain berserat
kentang - Pegal pada 4 1 Medium - Menyediakan fasilitas kerja
pergelangan tangan yang ergonomis
8. Pengemasan - Fisik - Tersayat pisau 4 2 Medium - Menggunakan sarung tangan
dodol - Ergonomi - Sakit pinggang 4 1 Medium yang terbuat dari kain berserat
kentang - Pegal pada 4 1 Medium - Menyediakan fasilitas kerja
pergelangan tangan yang ergonomis
70
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V
PEMBAHASAN
penilaian risiko, dan pengendalian risiko di industri rumahan dodol kentang desa
tahapan kerja dalam proses produksi dodol kentang, teridentifikasi enam sumber
bahaya diantaranya berasal dari tempat pencucian kentang, tungku perebus dan
dapat menimbulkan insiden atau cedera pada manusia yang ditentukan oleh
dengan pekerja terkait peralatan yang digunakan, bahan, dan proses kerja untuk
melihat seberapa besar potensi bahaya yang dapat menimbulkan konsekuensi bagi
pekerja. Risiko ini dinilai dan dikelompokkan kedalam beberapa tingkatan risiko.
71
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
72
kategori low (35,1%), 18 risiko termasuk dalam kategori tingkat risiko sedang
atau medium (48,7%), dan 6 risiko termasuk dalam kategori high (16,2%).
Penilaian ini akan memberikan fakta dan kemungkinan yang relevan, sehingga
Tingkat Risiko
16.2%
35.1% Low
Medium
High
48,7%
Tingkat risiko yang dikategorikan dalam tingkat risiko rendah atau low
penanganan lebih lanjut. Oleh karena itu, pengendalian tambahan tidak diperlukan
telah dipelihara dan ditetapkan dengan baik dan benar. Tingkat risiko rendah atau
risiko ringan ini menurut Harrianto (2012) memiliki kemungkinan kecil untuk
terjadi serta akibat yang ditimbulkannya ringan maka bahaya kerja ini dapat
diabaikan.
Selain risiko dengan kategori low, terdapat beberapa risiko lainnya pada
proses pembuatan dodol kentang yang termasuk dalam kategori medium dan high.
untuk menghilangkan atau mengurangi risiko, akan tetapi biaya pencegahan yang
kegiatan atau proses produksi tidak boleh dilaksanakan sampai risiko telah
keselamatan dalam bekerja yang telah diidentifikasi, potensi bahaya yang terdapat
pada proses pembuatan dodol kentang berdasarkan jenis bahaya ditemukan tiga
jenis bahaya diantaranya bahaya fisik, bahaya kimia, dan bahaya ergonomi.
pada proses pembuatan dodol kentang di Desa Lubuk Nagodang ini ialah antara
lain, terjatuh, terpeleset, terkena api tungku, terhirup asap, tangan tersayat pisau,
kentang dimana terdapat risiko terhirup asap pembakaran dari kayu bakar yang
Hal ini menjadi risiko yang cukup serius karena pada proses ini mayoritas pekerja
bahaya ergonomi yang mencakup posisi atau sikap kerja yang menjauhi sikap
alamiah tubuh pada beberapa tahap proses produksi dodol kentang. Dimulai dari
menyebabkan pekerja rentan terkena gejala sakit pinggang, nyeri otot, terkilir dan
terhambat.
Bahaya ergonomi seperti desain peralatan kerja, mesin, dan tempat kerja
statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan menyebabkan keluhan
5.3 Analisa dan Penilaian Tingkat Risiko Pada Pekerja Pembuat Dodol
Kentang
1. Pencucian Kentang
kedalam kategori low dengan tingkat kemungkinan dan keparahannya diberi nilai
2, karena risiko seperti terkilir, terjatuh, dan terpeleset sangat jarang terjadi dan
yang berarti. Sedangkan sakit pinggang dan nyeri otot masing-masing diberi nilai
3 dan 2 dimana artinya bahwa sakit pinggang pernah dirasakan sesekali oleh
pekerja sedangkan nyeri otot seperti nyeri otot tangan atau kaki jarang dirasakan
oleh pekerja. Tingkat keparahan dari risiko sakit pinggang dan nyeri otot akibat
sikap kerja yang tidak ergonomis ini diberi nilai 1 yang berarti bahwa hal tersebut
tingkat risiko rendah atau low dimana hal tersebut berarti bahwa risiko dapat
dengan baik dan benar. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dan temuan kasus
bahwa pada proses ini pekerja tidak mengalami banyak keluhan dan kejadian
2. Perebusan Kentang
menggunakan tungku tradisional dan kayu bakar. Potensi bahaya yang terdapat
dalam proses ini yang dikategorikan kedalam tingkat risiko ringan (low) ialah
terkena air dan uap panas dari wajan perebusan, dehidrasi akibat suhu lingkungan
kerja, terkilir, dan sakit pinggang saat mengangkat kentang diberi nilai tingkat
Sedangkan risiko terkena api dan terhirup asap pembakaran saat proses
terbakar api tungku dapat terjadi saat pekerja menyalakan api menggunakan kayu
bakar dan menyebabkan luka bakar pada pekerja, maka risiko ini diberi nilai 1
untuk tingkat kemungkinan yang berarti risiko kemungkinan terkena api tungku
hampir tidak pernah terjadi dan nilai tingkat keparahan ialah 3 karena cedera yang
cukup parah.
Selain itu, risiko terhirup asap pembakaran dari kayu bakar dapat
yang dikemukakan Wahyuni (2016) bahwa asap dari kayu pembakaran dapat
jantung atau penyakit paru-paru. Partikel itu merusak DNA manusia dan jika
tanaman tercemar asap dan dikonsumsi oleh manusia maka akan menyebabkan
kerusakan DNA pada sel-sel hati. Asap bisa membuat orang sesak napas. Baunya
juga bertahan sampai beberapa hari, baik pada pakaian maupun badan. Selain itu
asap yang tebal juga dapat mengganggu penglihatan dan menyebabkan mata
menjadi iritasi. Maka tingkat kemungkinan diberi nilai 5 dimana risiko terpapar
asap pembakaran dapat terjadi setiap saat selama pekerja masih berada di area
perebusan dan tingkat keparahannya diberi nilai 1 yang berarti tidak menimbulkan
perebusan berhubungan dengan penggunaan api dan kayu bakar untuk merebus
kentang. Kebakaran merupakan risiko yang serius walau nilai dari tingkat
kemungkinannya adalah 1 yang berarti hampir tidak pernah terjadi, namun hal
tersebut bukan berarti menunjukkan bahwa risiko ini tidak akan pernah terjadi.
Tingkat keparahan yang ditimbulkan oleh risiko kebakaran di industri ini ialah 5
yang berarti menyebabkan tingkat keparahan tinggi yang fatal, kerugian sangat
dikategorikan rendah (low) yang berarti bahwa pada proses ini tidak diperlukan
kerja perebusan kentang. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa tidak terdapat keluhan
dan kejadian kecelakaan kerja yang menimbulkan terjadinya cedera dan kerugian
secara finansial.
3. Pengupasan Kentang
tanak. Proses pengupasan ini dilakukan secara manual oleh para pekerja dimana
terdapat bahaya ergonomi berupa sakit pinggang karena sikap kerja duduk dan
pegal pada pergelangan tangan, khususnya ibu jari, akibat melakukan gerakan
berulang mendorong pisau untuk mengupas kulit kentang. Risiko ini diberi nilai 4
sakit pada pinggang dan pegal pada ibu jari, sedangkan tingkat keparahannya
diberi nilai 1 yang berarti tidak terjadi cedera serius dan kerugian finansial tidak
begitu berarti. Risiko berupa sakit pinggang dan pegal pada ibu jari termasuk
kategori medium.
kemungkinan tangan pekerja tersayat pisau ialah 5 yang berarti dapat terjadi setiap
saat dalam proses pengupasan kulit kentang. Tingkat keparahan cedera akibat
tersayat pisau diberi nilai 2 yang berarti termasuk cedera ringan dan kerugian
finansial sedikit. Namun karena risiko ini sering terjadi dan dapat terjadi setiap
saat dan menyebabkan cedera pada pekerja, maka risiko tersayat pisau termasuk
ditentukan. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan pekerja yang
pisau yang digunakan untuk mengupas kentang. Gejala nyeri pada pinggang dan
pegal pada ibu jari juga sering dikeluhkan pekerja akibat gerakan berulang
4. Penggilingan Kentang
tekstur halus agar dapat dijadikan dodol. Pada tahap penggilingan kentang,
terdapat 3 risiko yang dikategorikan medium, yaitu risiko jari tersayat pisau mesin
penggiling, tersengat aliran listrik langsung, dan korsleting listrik. risiko jari
terjadinya karena risiko ini jarang terjadi, namun untuk tingkat keparahannya
diberi nilai 3 karena dapat mengakibatkan terpotongnya jari akibat tersayat pisau
berakibat cukup serius risiko ini hampir tidak pernah terjadi, namun tingkat
hasil wawancara, kecelakaan kerja pada proses penggilingan pernah terjadi pada
pekerja saat hendak membersihkan mesin penggiling, dimana pada saat itu pekerja
5. Pemarutan Kelapa
Risiko atau potensi bahaya yang terdapat dalam proses pemarutan kelapa
tidak jauh berbeda dengan risiko bahaya yang terdapat dalam proses penggilingan
kelapa bertenaga listrik sehingga memiliki risiko tersengat listrik dan terluka
akibat mesin pemarut. Selain itu, saat memarut kelapa, mesin pemarut kelapa
menghasilkan getaran saat daging buah kelapa bersentuhan dengan mata pisau
pemarut. Hal ini menyebabkan pekerja terpapar getaran dalam waktu 2-3 jam
lamanya untuk memarut kelapa yang dibutuhkan dalam proses pemasakan dodol
hingga diberi nilai untuk probability ialah 3 yang berarti dapat terjadi sesekali dan
tingkat keparahannya diberi nilai 1 karena tidak menimbulkan cedera dan tidak
Selain itu, pekerja juga berisiko terluka akibat penggunaan kapak pada saat
hendak membelah kelapa yang akan diparut. Tingkat kemungkinan risiko ini
diberi nilai 2 yang berarti jarang terjadi dan tingkat keparahannya diberi nilai 3
Risiko berupa nyeri otot khususnya nyeri yang dirasakan pada otot kaki
juga dapat terjadi karena sikap kerja berdiri selama berjam-jam untuk memarut
kelapa. Menurut Effendi (2007) dalam Susanti (2015) selama bekerja, kebutuhan
peredaran darah dapat meningkat sepuluh sampai dua puluh kali. Meningkatnya
peredaran darah pada otot-otot yang bekerja, memaksa jantung untuk memompa
darah lebih banyak. Saat berdiri lama, otot cenderung bekerja statis, kerja otot
statis ini ditandai oleh kontraksi otot yang lama yang biasanya sesuai dengan
sikap tubuh. Tidak dianjurkan untuk meneruskan kerja otot statis dalam jangka
penanganan sikap kerja pada operator yang bekerja dalam posisi berdiri dan
dikategorikan sedang (medium). Analisa dan penilaian risiko ini sesuai dengan
hasil observasi dan wawancara terkait kecelakaan kerja yang sering dialami
pekerja dimana pekerja sering terluka akibat terkena mata pisau pemarut kelapa
pada saat melakukan pemarutan kelapa. Selain itu nyeri pada otot kaki dan pegal-
pegal juga sering dikeluhkan akibat posisi kerja berdiri selama berjam-jam dan
kedalam sebuah wajan bersifat permanen yang telah dilengkapi dengan tangkai
pengaduk yang digerakkan oleh sebuah mesin sehingga dalam proses ini tidak
terlalu banyak melibatkan pekerja dan tidak membutuhkan tenaga yang besar
untuk mengaduk adonan dodol hingga matang. Namun bukan berarti pada proses
ini tidak terdapat risiko bekerja yang membahayakan kesehatan dan keselamatan
pekerja.
Salah satu risiko pada proses pemasakan dodol ini ialah tangan pekerja
yang sering terkena tongkat pengaduk yang dapat menyebabkan cedera ringan
berupa memar pada tangan pekerja. Hal ini akan terjadi pada saat pekerja sesekali
mengaduk adonan dodol agar tidak hangus atau lengket ke permukaan wajan.
Kemungkinan terjadinya diberi nilai 4 yang artinya sering terjadi dan tingkat
ringan.
kerja pekerja adalah kontak dengan permukaan wajan yang panas pada saat
mengaduk dodol, tangan terkena api saat menyalakan api tungku, sakit pinggang
hingga kebakaran.
pemasakan. Adonan dodol dicetak dalam sebuah loyang persegi panjang dan
kemudian diratakan dan dipadatkan dengan alat perata dengan cara ditekan-tekan
dan kemudian dijemur di bawah panas matahari selama 1-2 hari. Risiko yang
sering dihadapi pekerja pada saat pencetakan dodol ialah terluka akibat tersayat
pisau pada saat mengiris adonan dodol membentuk persegi panjang berukuran 6
cm x 1,5 cm x 1 cm. Risiko ini dikategorikan dalam tingkat risiko high mengingat
tingkan kemungkinannya memiliki skor 5 atau dapat terjadi setiap saat dan tingkat
keparahan yang ditimbulkan ialah cedera ringan berupa luka akibat tersayat mata
pisau. Keluhan lainnya berupa sakit atau nyeri pada pinggang dan pegal pada
pergelangan tangan akibat sikap kerja duduk dan melakukan gerakan berulang
pada saat meratakan adonan dodol dengan menekan alat perata adonan secara
terus menerus.
pencetakan karena terdapat risiko tersayat benda tajam seperti pisau atau gunting
pada saat hendak memotong atau menggunting kertas pembungkus yang akan
terluka akibat tersayat pisau diberi nilai 4 yang berarti sering terjadi dan tingkat
Maka tingkat risiko dikategorikan kedalam tingkat risiko sedang atau medium.
Sakit pinggang dan pegal pada tangan juga merupakan risiko yang sering
dihadapi para pekerja akibat sikap kerja duduk dan melakukan gerakan berulang
berupa melipat dan menyusun dodol. Selama pengemasan, pekerja duduk di lantai
dengan kaki bersila atau dilipat kebelakang, posisi punggung yang tidak bersandar
dan kepala menunduk kebawah. Tingkat risiko kedua hal tersebut dikategorikan
dan pegal pada pergelangan tangan diberi nilai 4 yang berarti sering terjadi dan
tingkat keparahannya diberi nilai 1 karena tidak menimbulkan cedera yang berarti
karena kelelahan setelah bekerja dengan posisi duduk di lantai dan membungkuk
dalam waktu yang lama dan seluruh pekerjaan dilakukan secara manual. Dengan
pola kerja manual seperti ini banyak ditemui keadaan yang tidak sesuai dengan
posisi duduk di lantai dengan kaki bersila dan tanpa menggunakan sandaran untuk
punggung. Menurut Suma’mur (2009) pekerjaan dengan postur statis yang lama
mengharuskan otot untuk menyuplai oksigen dan nutrisi sendiri, dengan hasil
metabolisme yang tidak dibutuhkan tubuh tidak dibuang, hal ini menyebabkan
penumpukan lokal hipoksia dan asam laktat meningkat sehingga mengalami sakit
Secara umum, tingkat risiko pada proses pengemasan dodol kentang ialah
medium, dimana hal ini sesuai dengan pengalaman pekerja yang sering mengeluh
dan mengalami sakit pinggang serta nyeri otot pergelangan tangan akibat postur
kerja yang tidak sesuai dan gerakan berulang dalam membungkus dodol kentang.
Beberapa posisi penting untuk penerapan ergonomi di tempat kerja adalah sebagai
berikut posisi berdiri dan posisi duduk. Posisi berdiri berupa berupa tinggi badan
berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, panjang lengan. Posisi duduk
berupa tinggi duduk, panjang lengan atas, penjang lengan bawah dan tangan, jarak
lekuk lutut dan garis punggung, serta jarak lekuk lutut dan telapak kaki.
sebagian pekerja menggunakan postur kerja yang tidak tepat pada saat bekerja.
Pekerja seharusnya memahami prinsip posisi kerja yang netral. Bekerja dengan
cedera. Pekerjaan yang paling sering menimbulkan postur kerja yang buruk harus
Penyediaan fasilitas kerja seperti meja, kursi, dan peralatan kerja yang
pekerja akan sakit pinggang, nyeri otot, pegal pada ibu jari atau pergelangan
tangan, dan sebagainya. Seperti pemaparan hasil penelitian Santosa (2015) pada
pekerja pembungkus dodol, dari fasilitas kerja yang tidak ergonomis banyak
ditemui keluhan pada pekerja setelah selesai bekerja, yaitu 100% pekerja
merasakan keluhan sangat sakit pada bahu, leher, punggung, pinggang, bokong,
lutut, dan betis, kaki, dan lengan. Setelah dilakukan penerapan fasilitas kerja yang
produktivitas 15%-22%.
dodol kentang ini selain penyediaan fasilitas kerja yang ergonomis, juga dapat
berupa pembuatan ventilasi yang sesuai dan memadai sebagai jalan keluar
masuknya udara yang tercemar asap pembakaran dalam ruangan dan udara segar
di luar dengan baik. Sebab apabila pekerja terlalu lama terpajan asap hasil
kerja dapat diatasi dan diharapkan dapat mengurangi risiko pekerja terkena
tempat khusus buat kabel. Tempat khusus dibuat dengan mengklip kabel pada
2. Pengendalian administratif
pelatihan, meliputi orientasi bagi para pekerja baru, informasi regular dan
pelatihan periodik bagi para pekerja yang lama, membuat simbol peringatan
yang dapat diterapkan dalam usaha pembuatan dodol kentang dapat berupa
beban pada pekerja pembuat dodol kentang agar tidak menimbulkan keluhan otot
Cara mengangkat beban dengan benar antara lain pakai sepatu yang stabil,
pastikan kaki dalam keadaan teguh dan stabil dan rapatkan kaki pada barang yang
tegak, angkat barang perlahan-lahan. Jika barang agak berat, tumpu dengan otot
kaki, pastikan lutut bengkok ketika mengangkat barang. Minta bantuan orang lain
jika barang terlalu berat untuk diangkat seorang diri serta gunakan troli atau kereta
dorong untuk membantu mengangkut barang yang terlalu berat. Cara mengangkat
yang harus dihindari menurut Yuantari (2012) antara lain jangan mengangkat
barang yang terlalu berat, jangan membengkokkan badan pada (pada pinggang)
tengah, maka beban sama di kiri dan kanan, jangan mengangkat barang berat
apabila memakai sepatu dengan tumit tinggi dan jangan mengangkat barang
bekerja. Manajemen stress dan olahraga dengan teknik relaksasi berdasarkan pada
penelitian Sundram (2016) dapat mengurangi efek samping stres dan kelelahan
kegagalan, kesalahan, keraguan, dan inefisiensi. SOP berisi langkah atau prosedur
memastikan mesin sudah dalam keadaan mati atau tidak menyala sebelum
membersihkan mesin. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kecelakaan kerja pada
terakhir dalam upaya mengendalikan bahaya dan pencegahan kecelakaan. Hal ini
disebabkan karena alat pelindung diri hanya berfungsi sebagai tameng atau
pelindung yang dapat mengurangi efek atau keparahan kecelakaan, bukan untuk
benda tajam sebagai alat bekerja, maka pekerja diwajibkan menggunakan alat
pelindung diri berupa sarung tangan yang dapat mencegah tangan pekerja cedera
pekerja menggunakan alat pelindung diri berupa sarung tangan, masker, dan
pembakaran. Masker berfungsi untuk mengurangi paparan debu dan asap hasil
sepatu boot berguna untuk melindungi kaki dari percikan api, bara api, serpihan
kayu yang tajam, serta menghindari kaki terluka akibat terinjak benda tajam atau
menggunakan alat pelindung diri berupa sarung tangan untuk meredam pajanan
getaran dari mesin pada saat bekerja. Menurut Odenwald (2014) penggunaan alat
pelindung diri berupa sarung tangan dapat menurunkan efek negatif yang
tonus otot.
6.1 Kesimpulan
berikut:
2. Berdasarkan hasil analisa dan penilaian risiko yang diperoleh dari lapangan,
kategori tingkat risiko sedang atau medium (48,7%), dan 6 risiko termasuk
92
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
93
penggunaan Alat Pelindung Diri seperti sarung tangan, sepatu boot, dan
masker.
6.2 Saran
bawa beban sedekat mungkin dengan tubuh, kencangkan otot perut ketika
mulai mengangkat, jaga kepala dan bahu tetap tegak, angkat dengan lengan,
Pelindung Diri seperti sarung tangan, masker, dan sepatu boot bagi pekerja
untuk menyediakan kursi dan meja agar pekerja dapat bekerja dengan
nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Akmal. 2012. Analisis Multiplier Effect Usaha Kerajinan Dodol di Desa Bengkel
Kecamatan Perbaungan. Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Anwar, F. N., Ida F. dan Agus I. 2014. Analisis Manajemen Risiko Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) Pada Pekerjaan Upper Structure Gedung
Bertingkat. Jurnal Konstruksi Sekolah Tinggi Teknologi Garut, Vol.13,
No.1.
Glendon, A. I., Sharon G.C. and Eugene F. M. 2006. Human Safety and Risk
Management. Boca Raton: CRC Press.
Handayani, W., Yuniar L. dan Ice Y. P. 2011. Kecelakaan Kerja Pada Perajin
Rotan di Pitameh dan Tanah Sirah Kecamatan Lubuk Begalung Kota
Padang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 5, No. 2 (51-57).
Harrianto, R. 2012. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Ridley, J. 2008. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Rizkya, I., K. Syahputri, R.M. Sari, Anizar, dan I Siregar. 2018. Evaluation of
Work Posture and Quantification of Fatigue by Rapid Entire Body
Assessment (REBA). IOP Publishing. Website
http://iopscience.iop.org/article/10.1088/1757-899X/309/1/012051
(diakses pada 18 April 2018)
Sepang, B. A., Tjakra, J., Langi, J., dan Walangitan, D. R. 2013. Manajemen
Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Proyek
Pembangunan Ruko Orlens Fashion Manado. Jurnal Sipil Statik, 282-288.
Susanti, N., Hartiyah dan Daniek K. 2015. Hubungan Berdiri Lama Dengan
Keluhan Nyeri Punggung Bawah Miogenik Pada Pekerja Kasir di
Surakarta. Jurnal Pena Medika. Vol.5, No.1 (60-70).
Wahyuni, I., dan Ekawati. 2016. Analisis Bahaya dan Penilaian Kebutuhan APD
pada Pekerja Pembuat Batu Bata di Demak, Jawa Tengah. Kesmas. Vol.10
No.1 (77-84).
Wijaya, A., Togar W.S.P dan Herry C.P. 2015. Evaluasi Kesehatan dan
Keselamatan Kerja dengan Metode HIRARC pada PT. Charoen Pokphand
Indonesia. Jurnal Titra, Vol. 3, No. 1 (29-34).
Yusida, H., Tjipto S., Ah Y. dan Qamariyatus S. 2017. Kepedulian Aktif untuk K3
Sektor Informal. Banjarmasin: PT Grafika Wangi Kalimantan.
Zein, M. D., Isa H., Noorul A. A., Adi S. and Seri R.K. 2015. A Survey on
Working Postures Among Malaysian Industrial Workers. Procedia
Manufacturing, hal. 450-459.
Tingkat
No. Aktivitas Bahaya Risiko Probability Consequence Pengendalian Risiko
Risiko
98
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN 2