Modul
PENDIDIKAN HAM
BERSPERSPEKTIF GENDER
Untuk Guru SMA & Sederajat
MODUL PENDIDIKAN HAM BERPERSPEKTIF GENDER
UNTUK GURU SMA DAN SEDERAJAT
© Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), 2014
Pendahuluan 1
Ringkasan Modul 9
Persiapan Pelatihan 15
Alur Kegiatan 19
1. Pembukaan, Perkenalan, dan Penjelasan 21
2. Fakta di Sekitar Kita: Gender dan Pelanggaran HAM 63
3. Membongkar Patriarki 95
4. CEDAW 123
5. Institusi-Institusi HAM Nasional 199
6. Peran Guru dalam Pendidikan HAM dan Keadilan Gender 217
7. Evaluasi dan Penutup 245
Lampiran: Kumpulan Permainan (Games) dan “Energizer” 251
Daftar Pustaka 275
Ucapan Terima Kasih 278
DAFTAR SINGKATAN
D elapan belas tahun yang lalu, UNESCO (United Nations Educational, Scienti ic
and Cultural Organization) telah menegaskan pentingnya peran guru dalam pe-
rubahan sosial. Dinyatakan bahwa: “Pentingnya peran guru sebagai seorang agen
perubahan untuk mempromosikan pemahaman dan toleransi tidak pernah lebih
nyata dari hari ini. Bahkan nampak lebih kritis di abad kedua puluh satu. Perlu-
nya perubahan—dari nasionalisme sempit ke universalisme, dari prasangka etnis
ke budaya toleransi, pemahaman dan pluralisme, dari otokrasi menuju demokra-
si dalam berbagai manifestasinya, dan dari dunia yang teknologi tingginya hanya
menjadi hak istimewa beberapa gelintir orang saja ke dunia yang secara teknologi
bersatu--, menempatkan tanggung jawab besar pada guru yang berpartisipasi da-
lam pencetakan karakter dan pikiran generasi baru…”.1
Bagi Indonesia, penegasan tersebut di atas bukan saja relevan, tetapi juga membawa
kita pada pertanyaan, sudah sejauh mana kita mendukung dan memfasilitasi para
guru untuk dapat memenuhi peran tersebut. Kongres PGRI (Persatuan Guru Repub-
lik Indonesia) di Jakarta tahun 20132 memperlihatkan begitu banyak persoalan yang
dihadapi para guru yang membuatnya sulit untuk menjalankan tugas mereka secara
optimal, di antaranya adalah kebijakan pendidikan nasional yang tanpa arah, Su-
rat Keputusan Bersama (SKB) lima menteri yang membuat para guru harus bekerja
di luar kapasitasnya, pelaksanaan otonomi daerah yang menyalahgunakan posisi
guru3, terabaikannya kesejahteraan para guru, termasuk lambatnya pembayaran
upah guru honorer dan jumlah upah yang berada di bawah standar upah minimum,
hingga kurangnya pendidikan/pelatihan untuk meningkatkan kapasitas guru.
Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Sulistyo
mengatakan, “Banyak kebijakan pemerintah termasuk implementasinya yang mem-
Kondisi saat ini, dapat dikatakan sebagai kondisi ‘paceklik’. Guru dihadapkan pada
banyak situasi yang tidak mendukung otoritas, independensi, dan penguatan ka-
pasitas profesional mereka. Hal ini diperburuk dengan komersialisasi pendidikan
serta implementasi kebijakan pendidikan nasional yang membebani dan berantak-
an. Gelar yang disandangkan kepada guru sebagai pahlawan tanpa bintang jasa da-
lam kenyataan dapat diterjemahkan sebagai penelantaran hak-hak guru.
Padahal, UNESCO 18 tahun yang lalu telah menegaskan bahwa “Peningkatkan kua-
litas pendidikan pertama-tama tergantung pada meningkatkan perekrutan, pelatih-
an, status sosial, dan kondisi kerja guru; mereka membutuhkan pengetahuan dan
ketrampilan yang cukup, karakteristik pribadi, prospek profesional dan motivasi
jika mereka ingin memenuhi harapan yang ditempatkan di atas mereka”4. Dengan
kata lain, penguatan kapasitas guru merupakan hal yang sangat urgen dan mende-
sak.
Meletakkan harapan yang besar kepada guru, tidaklah berlebihan jika kita ikut ser-
ta memperjuangkan pemenuhan kebutuhan dan hak para guru. Bagaimanapun guru
adalah orang-orang yang sangat diharapkan dapat mengantarkan generasi muda
menjadi generasi penerus yang lebih baik dari sebelumnya. Dr. Sarvepalli Rad-
hakrishnan, seorang ilsuf dan negarawan dari India mengingatkan bahwa “Guru
bertindak sebagai poros transmisi intelektual, pengetahuan dan keterampilan tek-
nis dari generasi ke generasi, yang membantu menjaga lampu peradaban terus
menyala. Ia tidak hanya membimbing individu, tetapi bisa dikatakan mengarahkan
nasib bangsa.”5
Materi HAM Berperspektif Gender menurut para guru—yang terlibat dalam loka-
karya pendidikan HAM Berperspektif Gender yang diselenggrakan Komnas Perem-
puan di Jakarta8 dan Menado9—memiliki relevansi bagi dunia pendidikan di sekolah
menengah atas; hal ini antara lain berkaitan dengan: (a) adanya berbagai praktek
diskriminasi terhadap siswa perempuan; (b) adanya keterbatasan informasi HAM
perempuan dan Komnas Perempuan yang terakses oleh guru-guru dan siswa-siswa;
(c) adanya kebutuhan untuk memahami masalah Keadilan Gender secara teori dan
praktis.
Praktek diskriminasi berbasis gender yang dihadapi oleh siswa-siswa terjadi di ber-
bagai tempat—tidak hanya di kota kecil. Beberapa kutipan di bawah ini memberi
gambaran tentang situasi tersebut.
“Di Kelas X semester 1 itu ada pelajaran tentang HAM. Untuk materi HAM, kita lebih
fokus kepada persoalan instrumen HAM.Pengalaman saya berhadapan dengan per-
8 Di Jakarta diselenggarakan dua kali, yaitu pada tangal 27-29 Februari 2012; dan tanggal 18 s/d 20 Juni
2012
9 Di Manado, 10 Maret 2012
“Guru PKN itu kebanyakan mengajarkan kognitif tentang de inisi-de inisi dan hafalan-
hafalan yang harus dihafal oleh anak. Mestinya harus ada contoh-contoh kongkrit,
mungkin dengan praktek, atau dengan drama untuk mengangkat persamaan hak,
baik laki-laki maupun perempuan“jika belajar tentang komnas perempuan hanya
soal kapan berdirinya, landasan hukumnya, tujuannya, dan kegiatannya, hal-hal itu
hanya kognitif saja, menghafal, saya mendukung pendapat teman-teman bahwa bu-
tuh adanya penjiwaan”. (Ali Rahmat, guru diAvicenna Jagakarsa, Jakarta selatan)
“Di pelajaran PKN sendiri juga sudah ada materi HAM, sebaiknya modul Komnas
Perempuan membantu para guru dalam menyampaikan isu HAM secara lebih kom-
prehensif dan kreatif, ...bukan hanya ceramah, tetapi ada metode lain. Film, atau
lainnya, yang tidak membebani. Inti pelajaran HAM adalah menjadikan manusia
beradab, paling tidak dia bisa menghargai orang lain, bisa menerima perbedaan,
memahami dan menghargai hukum. Untuk ini Anak-anak ini harus kita ajak ke-
pada realita, satu hal yang tampak agar mereka dapat membangun sikap kritisi
yang rasional dan bertanggung jawab. mampu melakukan perubahan disekolahnya”.
(Retno, SMA N, 13, Jakarta)
MODUL 9
S ecara garis besar, modul ini disusun untuk memperluas dan memperdalam pe-
mahaman peserta (para guru-guru Sekolah Menengah Atas) tentang Hak Asasi
manusia (HAM) berperspektif gender. Ada lima materi yang dibahas dalam modul
ini yaitu:
1. Diskriminasi terhadap Perempuan sebagai Pelanggaran HAM Berbasis Gender
2. Patriarki
3. Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan atau
CEDAW
4. Instrumen-instrumen HAM
5. Peran guru dalam mengajarkan HAM berperspektif gender.
Metode utama yang digunakan dalam pelatihan ini adalah metode pendidikan orang
dewasa. Pengalaman dan pengetahuan peserta menjadi titik berangkat dan menda-
patkan ruang untuk dibahas sesuai dengan materi dan tujuan modul. Pelatihan ini
akan diperkuat dengan kehadiran spesialis atau pakar yang diundang sebagai nara
sumber bagi kegiatan dialog dan diskusi. Untuk memperdalam pemahaman dan in-
ternalisasi nilai-nilai dari materi yang dibahas akan diselenggarakan kegiatan-ke-
giatan kreatif seperti simulasi, role play, dan diorama.
Idealnya, kegiatan pelatihan ini dilakukan selama satu minggu, agar tersedia waktu
yang cukup luang bagi pembahasan isu-isu krusial seperti Diskriminasi, Patriarki,
beserta Instrumen-Instrumen HAM (terutama CEDAW), dan Peran Guru. Namun de-
mikian, karena tidak mudah bagi para guru untuk meninggalkan tugas selama satu
minggu lebih, maka modul ini disusun untuk waktu pelatihan selama tiga hari.
Modul ini terutama ditujukan untuk para pelatih yang akan dapat menyelenggara-
kan pelatihan HAM Berperspektif Gender untuk para guru. Pelatih ini pun dapat
berasal dari kalangan guru sendiri. Meskipun demikian, modul ini juga bisa diguna-
kan untuk pelatihan untuk guru secara langsung (bukan hanya untuk pelatih).
Modul ini dilengkapi dengan kumpulan bahan bacaan yang dapat digunakan oleh
para peserta baik pada waktu pelatihan maupun paska pelatihan. Kumpulan bahan
bacaan ini meliputi: (1) gender, patriarki, dan HAM; (2) membangun karakter; (3)
membangun wawasan kebangsaan, dan (4) membangun kapasitas guru.
11
Sesi 6 Peran pendidikan Diskusi Kelompok Adanya rumusan
yang membebaskan Pameran gagasan prinsip-prinsip
Peran Guru da- /melanggengkan Diskusi Pleno dan metode
lam Pendidikan diskriminasi gender pendidikan yang
HAM Berpers- Substansi HAM ber- dapat mengelimi-
pektif Gender perspektif gender nir diskriminasi
dalam matapelaja- gender
ran dan bimbingan
siswa
Sesi 4: CEDAW
Sesi ini akan mengajak peserta untuk memahami konvensi penghapusan segala
bentuk diskriminasi terhadap perempuan yang dikenal luas dengan nama CEDAW.
Mengapa CEDAW? Karena konvensi ini merupakah salah satu kunci yang telah dia-
dopsi oleh banyak negara di dunia untuk mengakhiri diskriminasi terhadap perem-
puan, yang juga berarti memenuhi hak asasi perempuan. Meskipun Indonesia sudah
merati ikasi konvensi ini pada tahun 1984, masih banyak kalangan yang tidak me-
ngenalnya dan bahkan mencurigainya sebagai gagasan atau instrumen dari Barat.
Dalam sesi ini, peserta akan menelusuri sejenak praktek-praktek pelanggaran HAM
PELATIHAN 15
Partisipan
Kriteria utama pemilihan partisipan untuk pelatihan ini adalah: berprofesi sebagai
guru di Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA/SMK/MA), terutama yang mengajar
mata pelajaran PPKn, Sejarah dan yang memegang posisi sebagai guru Bimbing-
an dan Konseling. Di antara mereka boleh ada yang telah lama menjadi guru, yang
baru menjadi guru, dan yang baru akan menjadi guru (calon guru). Kriteria kedua
adalah kesediaan mengikuti proses pelatihan secara penuh dan utuh. Para peserta
diwajibkan untuk mengikuti semua sesi pelatihan, karena setiap sesi saling berkait
satu sama lain. Tidak ada batasan usia dan jenis kelamin untuk menjadi partisipan
pelatihan ini. Guru yang berkebutuhan khusus dapat menjadi partisipan pelatihan
ini sepanjang mereka mendapatkan fasilitas sesuai dengan kebutuhannya. Jumlah
partisipan untuk proses pelatihan yang efektif adalah antara 24-30 orang. Disaran-
kan agar per pelatihan peserta tidak lebih dari 30 orang.
Fasilitator
Fasilitator kegiatan pelatihan ini dapat berasal dari kalangan pendidik (guru) mau-
pun pelatih profesional yang berpengalaman dalam melakukan pelatihan dengan
pendekatan pendidikan orang dewasa dan telah mempelajari keseluruhan doku-
men modul ini. Berkaitan dengan itu, kriteria fasilitator yang dibutuhkan untuk pe-
latihan ini adalah mereka yang:
1) Mempunyai pemahaman dan pengetahuan yang cukup atas materi pelatihan.
Bersedia mempelajari bahan-bahan pelatihan secara menyeluruh. Rendah hati
dan terbuka.
2) Piawai dalam berkomunikasi. Menstimulasi orang lain untuk berpendapat dan
mendorong peserta atau kelompok peserta untuk mengambil kesimpulan sendi-
ri. Kritis tanpa mengesankan sikap sok tahu/menggurui. Arif dan konstruktif da-
lam menyikapi perbedaan pendapat/kon lik.
Narasumber
Pelatihan ini (khususnya pada bagian pertama), membutuhkan narasumber untuk
memperkuat pembahasan materi. Narasumber yang dibutuhkan adalah mereka
yang mempunyai keahlian dan pengetahuan memadai tentang
• Gender dan Patriarki
• CEDAW
• Institusi-institusi HAM Nasional
•
lenggara).
Diharapkan peserta bisa leluasa bergerak dalam ruang
17
pelatihan. Lebih baik jika kursi disusun dalam kelompok-
kelompok. Jumlah kelompok antara 3 sampai 4 kelompok.
Masing-masing kelompok terdiri dari 7 atau 8 orang pe-
serta. Meja bundar adalah alat yang ideal untuk diletak-
kan di tengah kursi-kursi masing-masing kelompok terse-
but.
• Beberapa papan tulis, ϔlip chart (kertas plano), kertas me-
taplan warna-warni, alat tulis termasuk spidol warna-
warni, pita perekat.
• Disarankan untuk menyediakan papan tulis besar (misal
berukuran panjang 1,5 atau 2 meter dan lebar sekitar 1
meter, atau ukuran lainnya) serta beberapa ϔlip chart, ber-
gantung berapa jumlah kelompok yang akan dilibatkan.
Satu kelompok diharapkan memiliki satu papan ϔlipchart.
• Alat-alat untuk permainan dan simulasi (puzzle perkenal-
an, majalah bekas, kertas metaplan, lembaran studi kasus,
alat tulis, metaplan, gunting, cutter, dan lem, diletakkan di
setiap meja. Perlu diumumkan agar alat-alat ini tidak dip-
indahtempatkan karena akan digunakan dalam pelatih-
an.
• Microphone, laptop, note book, computer, overhead projec-
tor, dan alat perekam yang peka/baik (video camera, tape
recorder), TV.
• Kits untuk peserta berisi modul, kumpulan bahan bacaan,
alat tulis.
• Untuk e isiensi waktu, kon igurasi meja kursi untuk pe-
serta disusun dalam bentuk pulau-pulau yang terpisah,
Jika peserta berjumlah 30 orang, maka jumlah pulau (ke-
lompok) ada 5, masing-masing meja/pulau diikuti oleh 6
peserta. Di atas masing-masing meja diletakkan sejumlah
kertas metaplan warna-warni, 10 lembar kertas ukuran
kuarto (putih atau warna warni, opsional) tiga buah gun-
ting, dua buah cutter (pisau tipis), alat tulis (spidol), 3-4
buah majalah bekas, lem, selotip tipis/transparan.
19
Pelatihan ini terdiri dari 7 (tujuh) sesi yang saling bertautan satu sama lain.
Sesi 1
PEMBUKA
Sesi 7
PENUTUP
Sesi 2
Sesi 3
Sesi 6 MENGENALI FAKTA
PATRIARKI
PERAN GURU PELANGGARAN HAM
DALAM BERBASIS GENDER
PENDIDIKAN
DAN PENE-
GAKAN HAM Sesi 5
BERBASIS INSTITUSI-INSTITUSI Sesi 4
GENDER HAM NASIONAL CEDAW
21
Sesi 1
PEMBUKAAN
PERKENALAN &
PENJELASAN
PEMBUKAAN & 23
PERKENALAN
Sesi Pembuka terdiri dari 3 mata acara, yaitu (a) pembu-
kaan termasuk pidato kunci dari penyelenggara; (b) perke-
nalan, dan (c) penjelasan alur kegiatan, daftar harapan
peserta, dan membuat kesepakatan/kontrak belajar.
Tujuan
Membangun suasana pelatihan yang menyenangkan, mem-
bangkitkan semangat dan minat untuk belajar bersama,
dan rasa saling percaya antar peserta, dan antara peserta
dengan fasilitator. Pembukaan juga ditujukan untuk
membangun kesepakatan bersama tentang ruang lingkup
pelatihan untuk mencegah harapan yang berlebihan atau
prasangka negatif.
Indikator/Ukuran Capaian Sesi
Peserta ikut terlibat secara aktif dalam kegiatan perke-
nalan
Peserta menghargai sesama peserta dan fasilitator
27
29
Lampiran
PERANGKAT KEGIATAN
SESI SATU
5 (lima) buah puzzle
Sekilas info tentang tokoh-tokoh dalam permainan puzzle
Kutipan-kutipan pilihan
Terjemahan pidato MalalaYousafzai
31
33
35
37
39
.com
gal 20 Desember 1900 di Bukit Surun-
mpuan
gan, Padang Panjang, Sumatera Barat,
bungsu lima bersaudara dari pasang-
ngitpere
an Muhammad Yunus dan Ra iah.
Ayah Rahmah adalah ulama besar
foto: la
(Kadi) di Padang Panjang, seorang
haji yang pernah mengenyam pen-
didikan agama selama empat tahun
di Mekkah. Kakak sulungnya, Zainuddin La-
bay, tokoh pembaru sistem pendidikan Islam Diniyah School
Thawalib, Padang Panjang, Sumatera yang didirikan pada ta-
hun 1915, ia menguasai beberapa bahasa asing (Inggris, Arab,
dan Belanda), karenanya wawasan Zainuddin sangat luas.
Bagi Rahmah, Zainuddin adalah guru, inspirator, dan motiva-
tor. Zainuddin Labay el-Yunusi berani mengenalkan kehidup-
an dan pendidikan modern di tengah kehidupan tradisional.
Ketika menjadi guru ia tidak memakai sarung seperti umum-
nya pengajar di sana, tetapi mengenakan kemeja dan celana
panjang. Tidak memakai peci, namun rambut disisir rapi.
Langkah tersebut semata-mata hanya ingin membuktikan
bahwa golongan agama dan ulama adalah manusia yang bisa
menerima kemajuan.
Rahmah mengenyam pendidikan dasar selama tiga tahun di
Diniyah School, tetapi ia memiliki wawasan yang luas. Rah-
mah belajar secara otodidak dan berguru langsung kepada
kakak-kakaknya, selain intens belajar agama kepada bebera-
pa guru di luar seperti: Haji Abdul Karim Amrullah alias Haji
Rasul (ayahanda dari ulama terkenal Buya Hamka), Tuanku
Mudo Abdul Hamid Hakim, Syekh Abdul Latif Rasyidi, Syekh
Mohammad Jamil Jambek dan syekh Daud Rasyidi. Rahmah
dikenal sebagai sosok yang cerdas, lincah, gigih, dan menyu-
kai hal-hal baru.
Foto: lowensteyn.com
lonial Belanda melalui Gubernur Jendral
Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa
proses pengadilan, berupa hukuman inter-
nering (hukum buang) yaitu sebuah hu-
kuman dengan menunjuk sebuah tempat
tinggal yang boleh bagi seseorang untuk
bertempat tinggal. Ia pun dihukum buang
ke Pulau Bangka. Douwes Dekker dan Cip-
to Mangoenkoesoemo merasa rekan se-
perjuangan diperlakukan tidak adil. Mere-
ka pun menerbitkan tulisan yang bernada
membela Soewardi. Tetapi pihak Belanda Tiga Serangkai pendiri Indische Partij
menganggap tulisan itu menghasut rakyat
untuk memusuhi dan memberontak pada pemerinah kolo-
nial. Akibatnya keduanya juga terkena hukuman internering.
Douwes Dekker dibuang di Kupang dan Cipto Mangoenkoe-
soemo dibuang ke pulau Banda. Namun mereka menghendaki
dibuang ke Negeri Belanda karena di sana mereka bisa mem-
pelajari banyak hal dari pada di daerah terpencil. Akhirnya
mereka diijinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 seba-
gai bagian dari pelaksanaan hukuman. Kesempatan itu digu-
y
yang terjadi di sekitarnya memperlihat-
k
kan penderitaan perempuan. Kartini
m
menyadari bahwa perempuan mender-
Kartini bersama suaminya, R.M.A.A. Singgih Djojo
i
ita dalam sistem ini; Kartini pun kemu-
Adhiningrat (1903). dian beberapa kali mengirimkan tu-
lisannya dan dimuat di De Hollandsche
Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perha-
tian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu
karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata
soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuan-
gan wanita untuk memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai
bagian dari gerakan yang lebih luas.
Atas desakan ayahnya, Kartini akhirnya menikah dengan bupati Rembang, K.R.M.
Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah memiliki tiga istri pada tang-
gal 12 November 1903. Kenyataan ini bertentangan dengan apa yang disuarakan
Kartini selama ini; menolak poligami. Suaminya mendukung Kartini mendirikan
sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rem-
bang. Kartini melahirkan anak pertamanya, Soesalit Djojoadhiningrat, pada tang-
gal 13 September 1904, ia kemudian meninggal dunia pada tanggal 17 Septem-
ber1904, pada usia 25 tahun.
Setelah Kartini wafat, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-
surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa. Aben-
danon saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia
Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti har iahnya “Dari
Kegelapan Menuju Cahaya”. Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911.
Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat tambah-
an surat Kartini. Pada tahun 1912 keluarga van Deventer—seorang tokoh politik
53
Pidato Malala Yousafai di depan Forum Majelis Kaum Muda di Markas Besar
PBB, New York pada tanggal 12 Juli 2013, pada hari ulang tahunnya yang ke-16.
Saudara-saudariku,
Kita menyadari pentingnya cahaya ketika melihat kegelapan. Kita sadar pent-
ingnya bersuara ketika kita dibungkam. Begitu juga, di Swat, di utara Pakistan,
kami sadar pentingnya pulpen dan buku, ketika kami melihat senjata api. Ada
yang mengatakan pulpen lebih perkasa dari pedang. Itu benar.
Para ekstremis lebih takut pada buku dan pena. Kekuatan pendidikan mena-
kutkan mereka. Mereka takut pada perempuan, kekuatan suara perempuan
menakutkan mereka. Itulah sebabnya mereka menembak 14 murid tak bersalah
belum lama ini di Quetta. Itulah sebabnya mereka membunuh guru dan pekerja
polio perempuan di Khyber Pakhtunkhwa. Itulah sebabnya mereka meledakkan
sekolah setiap hari. Karena mereka takut pada perubahan, takut pada kes-
etaraan, yang akan dibawa pendidikan ke dalam masyarakat kita.Saya ingat ada
seorang anak laki-laki di sekolah saya, yang ditanya jurnalis, “Mengapa Taliban
sangat membenci pendidikan?” Ia menjawab dengan sederhana. Sambil menun-
juk bukunya, ia berkata, “Seorang Taliban tidak tahu apa isi buku ini. Mereka
pikir Tuhan hanya mahluk kerdil konservatif yang akan mengirim perempuan ke
neraka hanya karena mereka pergi ke sekolah.”
61
mah ini menyediakan penginapan gratis dan asrama, dan
berusaha untuk membuat wanita mandiri dengan menye-
diakan pendidikan skolastik bersama dengan pelatihan di
bidang pertanian, merajut dan mencetak.
7. Pandita Ramabai mendukung perempuan di Maharashtra
untuk mengubah sari mereka dari sembilan yard saree ke
saree lima meter. Dia berpendapat bahwa saree lima meter
mudah dipakai, nyaman dan terjangkau juga. Dia memulai
serangkaian diskusi tentang topik ini di Pune pada tahun
1891. Dia merasa sulit bahkan untuk membawa peruba-
han kecil dalam pakaian dalam wanita. Tapi dia melanjut-
kan perjuangannya untuk emansipasi wanita. Bukan hanya
soal pakaian, tapi masalah emansipasi perempuan dan
pengambilan keputusan diri.
8. Memberi kuliah sbg Hindu janda. Dia memberi kuliah di
banyak tempat.
9. Asosiasi Ramabai di Boston memberi dana bantuan bagi
misinya untuk membantu janda anak India .
10. Menulis beberapa buku:
• Pandita Ramabai Encounter America. Berisi perbanding-
an runcing status perempuan di Amerika Serikat dan
India, dan menunjukkan bahwa India harus mengi-
kuti jalan reformasi, buku ini juga mendapat kritik dari
masyarakat Amerika, terutama masalah ras. Pekerjaan
itu segera diakui sebagai salah satu buku terbesar pada
waktunya dan segera digunakan sebagai buku teks di
University of Bombay.
• Wanita Hindu Kasta Tinggi adalah buku pertama yang
dia tulis dalam bahasa Inggris. Ramabai mempersem-
bahkan buku ini kepada Dr Anandibai Joshi, wanita In-
dia pertama yang mendapatkan gelar dokter melalui
pelatihan kedokteran Barat, yang meninggal pada Feb-
ruari 1887, kurang dari enam bulan setelah kembali ke
India dari Amerika. Buku ini menunjukkan aspek paling
gelap dari kehidupan perempuan Hindu, termasuk pen-
gantin anak dan janda anak, berusaha untuk mengekspos
penindasan perempuan dalam agama Hindu-didominasi
British India. menyajikan masalah yang dihadapi oleh
masyarakat India sebelum Amerika.
• Stree Dharma Niti (kode etik terhadap perempuan).
63
Sesi 2
Fakta di Sekitar Kita
GENDER &
PELANGGARAN HAM
Indikator
Peserta dapat mengidenti ikasi isu pelanggaran
HAM berbasis gender.
Peserta dapat memetakan isu pelanggaran HAM
berbasis gender.
Peserta dapat memahami persoalan pelanggaran
HAM berbasis gender yang terjadi di sekitarnya.
Masa kanak-kanak
Contohnya: 69
Jenis Ranah/ Bentuk Korban Pelaku Dampak
pelanggaran Wilayah Tindakan pada
HAM Korban
EKOSOB Publik Hamil Anak Kepala Tertinggal
(Hak Dikeluarkan perempuan sekolah Depresi
pendidikan) dari sekolah
7 5’ Penyimpulan/Catatan Pembelajaran
Fasilitator memfasilitasi peserta untuk menarik benang merah antara masalah pe-
langgaran HAM berbasis gender yang telah dipresentasikan peserta dalam matriks
dengan pesan-pesan kunci dari tokoh pendidikan atau kata-kata mutiara yang dida-
pat dalam sesi perkenalan.
Upayakan untuk mencari penghubung persoalan pelanggaran HAM berbasis gen-
der dengan agenda pendidikan atau visi pendidikan.
Baik juga jika tulisan Julia Cleves Mossee tentang pendidikan yang disertakan da-
lam kumpulan Bacaan Gender, Patriarki dan HAM disampaikan untuk dijadikan ba-
han bacaan.
71
Lampiran
PERANGKAT KEGIATAN
SESI DUA
Ringkasan konsep Gender
Ringkasan de inisi pelanggaran HAM
Ciri-ciri dasar Hak Asasi Manusia
Hambatan-hambatan penegakan HAM Perempuan
Kutipan buku KITA BERSIKAP: EMPAT DASAWARSA
TERHADAP PEREMPUAN DALAM PERJALANAN BANGSA
Kutipan buku DISANGKAL: TRAGEDI MEI 1998
DALAM PERJALANAN BANGSA
Pernyataan Presiden BJ Habibie
Artikel: HAM DAN GENDER DALAM PERSPEKTIF ISLAM
(Husein Muhammad)
Ciri-Ciri HAM
1. Universal
Prinsip universalitas berarti bahwa hak-hak tersebut dimiliki dan untuk
dinikmati oleh semua manusia tanpa ada pembedaan apa pun, seperti
ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, anutan politik dan lain-
nya, latar belakang bangsa dan sosial, harta benda, status kelahiran dan
status-status lainnya. Dengan kata lain, hak asasi manusia adalah per-
samaan hak dan martabat semua manusia untuk dinikmati dimanapun
dan selama- lamanya. Hak asasi manusia diakui secara internasional dan
merupakan aturan dasar yang harus dijalankan bagi setiap manusia di-
manapun tanpa memandang perbedaan wilayah. Paling tidak, setiap pe-
merintah harus mentaati dan memberlakukan standar-standar hak asasi
manusia yang telah diadopsi sebagai hukum internasional. Pemerintah
tidak memiliki kewenangan memutuskan hak apa yang akan ditaati dan
hak apa yang tidak akan ditaati. Dengan demikian, pendekatan selektif
77
(discretionary approach) dalam pemberlakuan hak asasi manusia diang-
gap sebagai kegagalan negara memenuhi kewajibannya.
2. Tidak dapat dicabut/dibatalkan
Hak tidak dapat dicabut/dibatalkan (inalienable); dengan kata lain, seti-
ap orang memiliki hak karena dia adalah manusia. Hak tidak dapat dibeli,
dijual, diwariskan, atau dinegosiasikan; artinya tidak dapat dihadiahkan,
dibatalkan atau dicabut. Hak asasi manusia sudah ada dan melekat pada
setiap manusia tanpa memandang status dalam suatu sistem budaya,
hukum atau politik dimana dia berada. Keberadaan hak asasi manusia
tergantung pada adanya orang yang bersangkutan, bukan pada konteks
atau sistem dimana yang bersangkutan berada.
3. Tidak dapat dipisah-pisahkan, saling terkait dan
saling tergantung
Prinsip tidak dapat dipisah-pisahkan (indivisibility) dan interdependensi
hak asasi manusia berarti bahwa hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial
dan budaya saling terkait satu sama lain dan memiliki nilai kepentingan
yang sama. Kesemuanya membentuk suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisah-pisahkan dan seseorang akan dapat hidup layak dan bermarta-
bat hanya jika semua hak tersebut terjamin. Hal ini dimuat baik dalam
hukum maupun kebijakan internasional. Kovenan Internasional tentang
Hak Sipil dan Politik mengakui bahwa hak-hak sipil, politik, ekonomi, so-
sial dan budaya saling terkait dan tergantung satu sama lain *). Peng-
akuan yang sama juga termuat dalam Deklarasi Hak atas Pembangunan
(Declaration on the Right to Development, 1986) dan Deklarasi Wina
1993 (The Vienna Declaration 1993).**)
*) Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik, 1966, Ayat 3 Pembukaan
**) Deklarasi Wina dan Program Aksinya, 1993, yang mengakui ketidak terpisahkan dan interdependensi HAM-
menyebutkan: “Semua HAM bersifat universal, tidak dapat dipisah-pisahkan dan berkaitan satu dengan yang
lainnya.. Masyarakat internasional harus memperlakukan HAMsecara adil dan setara di seluruh dunia ber-
dasarkan dasar pijakan dan penekanan yang sama. Dengan selalu mengingat adanya berbagai kekhusususan di
tingkat nasional maupun regional dengan berbagai latar belakang kebudayaan, keagamaan, dan kesejarahan,
maka merupakan kewajiban negara, tanpa memandang sistem politik, ekonomi, dan budayanya, untuk mendor-
ong dan melindungi semua HAMdan kebebesan dasar,” paragraf 5
P emisahan hak politik sipil dari hak sosio-ekonomi budaya muncul sejak poli-
tik perang dingin, memecah-mecah sifat tidak dapat dipisah-pisahkannya hak
asasi manusia. Setelah itu, diskursus hak asasi manusia dihadang oleh berbagai
hambatan dan dilema yang meminggirkan dimensi-dimensi ekonomi, sosial, dan
budayanya.
1 Hilary Charlesworth, “ What are Women’s International Human Rights,” dalam Human Rights of
Women: National and International Perspectives, ed. Rebecca J. Cook, 58 - 84 (Philadelphia: University
of Pennsylvania Press, 1994).
Berbasis Kekerasan
Konsekuensi dari fokus hanya pada isu-isu politik sipil di dalam arena publik ada-
lah terkonstruksinya hak asasi manusia hanya dalam makna kekerasan dan korban.
Hal ini berkaitan dengan pemahaman bahwa hak asasi manusia hanya meneka-
nkan pada kewajiban negatif 4 yang dapat menahan negara agar tidak melanggar
kebebasan pribadi dan mendasar perorangan yang dilindungi sebagai hak politik
dan sipil. Penekanan seperti itu telah mengabaikan peran negara dalam mencip-
takan kondisi yang diperlukan demi penghormatan hak asasi manusia—sebagai
suatu bentuk kewajiban positif negara. Hal ini memerlukan masukan pemikiran
untuk membangun kapasitas kelembagaan dan kemampuan untuk mewujudkan
pengakuan, penikmatan, dan pelaksanaan hak asasi manusia sebagai suatu bentuk
kewajiban positif 5 negara. Hal ini lebih baik dibandingkan dengan usaha pena-
nganan kekerasan yang terlambat.
3 Kenneth Roth, “Domestic Violence as an International Human Rights Issue,” dalam Human Rights of
Women: National and International Perspectives, ed. Rebecca Cook, 326- 339 (Philadelphia: University
of Pennsylvania Press, 1995).
4 Lihat Daftar Istilah
5 Lihat Daftar Istilah
81
Kategori Pelanggaran Pelaku Pelanggaran Korban
Publik Hak sipil, politik Negara sebagai Hak individu, utamanya
Pelaku laki-laki yang lebih men-
dominasi ranah publik
1 3 Mei 1998. Kira-kira jam 5 sore, saya dan suami pergi mengantar pesanan kue
ke suatu tempat di Jakarta barat. Sampai di sebuah kawasan pertokoan, dekat
kantor Polsek, kami melihat kerumunan banyak orang jauh di depan sana. Mereka
berteriak-teriak, “Yang bukan Cina mundur dan yang Cina diam di tempat. Jangan
bergerak”. Melihat gelagat tidak baik, suami saya menghentikan motornya. “Wah ini
berbahaya. Lebih baik, kita pulang,” katanya.
Baru sekitar seratus meter motor melaju ke arah berlawanan, tiba-tiba motor melaju
ke arah berlawanan, tiba-tiba motor kami terjatuh di jalanan. Mungkin, suami saya
panik. Terjadi benturan yang cukup keras. Akibatnya, suami saya pingsan. Orang-
orang datang berlarian merubungi kami berdua. ‘‘Ini Cina....Ini Cina...,’’ begitu saya
dengar. Badan saya kemudian digendong dan dioper ke sana ke mari tak karuan.
Saya mendengar banyak suara...Suara laki-laki...Setelah itu, saya tidak ingat apa-apa
lagi. Ke mana dan bagaimana saya diperlakukan, saya tidak tahu persis. Saya seolah-
olah merasa mati.
Ketika terbangun, sekujur badan saya terasa perih. Demikian pula kemaluan saya.
Saya tidur di sebuah amben yang dialasi tikar. Saya berusaha membuka mata dan
melihat ada dua perempuan dan satu laki-laki yang duduk mengelilingi saya...
Perempuan yang tua memakai kerudung, sedangkan yang muda berjilbab. Mereka
mengompres badan saya dengan air hangat. Satelah itu, mereka melumuri badan
saya dengan minyak. Saya ingin sekali berbicara pada mereka. Tapi, lidah saya kelu.
Setelah itu, saya seperti tertidur dalam sebuah terowongan waktu tanpa batas. Ke-
tika terbangun untuk kedua kalinya, sayup-sayup saya mendengar suara orang men-
gaji di sekeliling saya. Melihat saya membuka mata, orang-orang ini lalu memberi
saya minum dan makan. Setelah itu, saya diberi obat dan jamu.
Saya tidak tahu sudah berapa hari saya tinggal di rumah itu. Ketika pikiran saya mu-
lai pulih, yang pertama-tama saya tanyakan adalah bagaimana nasib suami dan keti-
ga anak saya. Saya ingin pulang. Tapi, keluarga Haji Ramli (bukan nama sebenarnya)
yang baik hati itu, tidak mengizinkan saya pulang. ‘’Keadaan masih belum aman,’’
kata mereka. Selama tiga hari saya hanya tergolek di amben. Kalau saya paksa ber-
jalan, dari vagina saya keluar darah. Rasanya sakit sekali.
Menurut cerita Pak Haji, saya ditemukan di dekat sebuah empang di Jakarta Barat.
Waktu sedang ngojek, anak Pak Haji yang juga sudah naik haji, melihat saya dalam
keadaan tertelungkup dan telanjang. Dia berhenti, lalu mengikatkan saya ke tubuh-
nya dan membawa saya pulang ke rumah keluarganya. Hari ketiga setelah saya siu-
man, saya dibawa ke sebuah klinik dan dirawat di sana. Tapi keluarga Haji Ramli
tidak pernah membiarkan saya sendirian. Siang malam mereka menunggui saya. Se-
tiap pagi, saya dimandikan dan saat makan disuapi. Jika saya ke kamar mandi, saya
selalu diantar dan ditunggui...
Foto: inilah.com
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Setelah saya mendengar laporan dari Ibu-ibu tokoh
Masyarakat Anti Kekerasan terhadap Perempuan, dengan
bukti-bukti yang nyata dan otentik, mengenai kekerasan
terhadap perempuan dalam bentuk apapun juga di bumi
Indonesia pada umumnya dan khususnya yang terjadi pada
pertengahan bulan Mei 1998, menyatakan penyesalan yang
mendalam terhadap terjadinya kekerasan tersebut yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia.
Untuk hal itu, saya menyatakan bahwa pemerintah akan
proaktif memberikan perlindungan dan keamanan kepada
seluruh lapisan masyarakat untuk menghindari terulangnya
kembali kejadian yang sangat tidak manusiawi tersebut da-
lam sejarah bangsa Indonesia.
Saya harapkan kerjasama dengan seluruh lapisan
masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan melapor-
kan segera kepada aparat pemerintah jikalau melihat adanya
kecenderungan ke arah kekerasan terhadap perempuan
dalam bentuk apa pun juga dan dimana pun juga.
Oleh karena itu, saya atas nama pemerintah dan seluruh
bangsa Indonesia, mengutuk berbagai aksi kekerasan pada
peristiwa kerusuhan di berbagai tempat secara bersamaan,
termasuk kekerasan terhadap perempuan.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 15 Juli 1998
Ttd.
B.J. Habibie
85
beri mereka rizki dari yang baik-baik serta Kami lebih-
kan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas ke-
banyakan ciptaan Kami”.(Q.S. al Isra, 70).
Kedua tentang kesetaraan manusia. Al-Qur-an menyata-
kan: “Wahai manusia Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan
perempuan dan Kami jadikan kamu bersuku-suku dan ber-
bangsa-bangsa agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang
paling bertaqwa kepada-Nya”.(Q.S. al Hujurat, 13).
Pernyatan paling eksplisit lainnya mengenai hal ini dinyata-
kan dalam al Qur-an surah al Ahzab, 35: “Sesungguhnya laki-
laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan
yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ke-
taatannya, laki-laki dan perempuanyang benar, laki-laki dan
perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’,
laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perem-
puan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memeli-
hara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak
menyebut (nama) Allah,Allah telah menyedikan ampunan dan
pahala yang besar”. Demikian juga dalam al Nahl, 97, Ali Im-
ran, 195, al Mukmin 40, dan lain-lain.
Doktrin egalitarianisme (al-musawah) Islam di atas juga di-
nyatakan oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam salah satu sab-
danya beliau mengatakan: “Manusia bagaikan gigi-gigi sisir,
tidak ada keunggulan orang Arab atas non Arab, orang kulit
putih atas kulit hitam, kecuali atas dasar ketakwaan kepada
Tuhan”. Sabda beliau yang lain : “Sungguh, Allah tidak menilai
kamu pada tubuh dan wajahmu melainkan pada tingkahlaku
dan hatimu”. Dan “Kaum perempuan adalah saudara kandung
kaum laki-laki”.
Ketiga tentang Kebebasan. Al-Qur’an menyebut manusia se-
bagai khalifah ϔi al Ardh.Yakni pemegang amanat Tuhan. (Q.S.
al-Baqarah, 2:30, Q.S. al-Ahzab, 33:72).Ini karena manusialah
makhluk-Nya yang paling unggul dan dimuliakan di antara
makhluk-Nya yang lain. Keunggulan dan kemuliaan manusia
atas yang lain itu lebih karena manusia diberikan akal-pikiran.
Tidak ada ciptaan Tuhan yang memiliki fasilitas paling cang-
gih ini. Dengan potensi akal pikiran inilah manusia menjadi
makhluk yang bebas untuk menentukan sendiri nasibnya di
dalam menjalani kehidupannya di dunia ini. Dengan akal-
Deklarasi Kairo
Pada tahun 1990, kaum muslimin di dunia telah mendeklarasikan Hak-hak Asasi
Manuisia Menurut Islam. Deklarasi yang popular disebut Deklarasi Kairo ini meru-
pakan dokumen hak asasi manusia di tingkat regional yang secara khusus ditujukan
buat negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam atau OKI. Dengan status-
nya yang demikian deklarasi ini melengkapi Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
dan bukan menggantinya. Isi deklarasi Kairo ini antara lain:
“...Semua orang adalah sama dipandang dari martabat dasar manusia dan
kewajiban dasar mereka tanpa diskriminasi ras, warna kulit, bahasa, jenis
kelamin, kepercayaan agama, ideologi politik, status sosial atau pertimban-
gan-pertimbangan lain”.(ps. 1).
Reinterpretasi Teks
Pertanyaan-pertanyaan di atas sudah seharusnya dijawab dengan pikiran yang
jernih dan tidak emosional. Pertama, kontradiksi-kontradiksi dalam teks-teks suci
harus dihindarkan. Hal ini karena al-Qur-an sendiri menyatakan :
“Tidak datang kepadanya (al-Qur-an) kebatilan, baik dari depan maupun
dari belakang, Ia diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana, Maha Ter-
puji”.(Q.S. Fusshilat, 42).
Oleh karena itu cara terbaik untuk itu semua adalah dengan membaca kembali
teks-teks suci; al-Qur-an dan hadits Nabi saw. maupun teks-teks kitab klasik karya
intelektual para ulama melalui cara-cara yang memungkinkan kita untuk mampu
mengatasi keadaan yang tampaknya saling bertentangan tersebut di atas. Beberapa
hal yang mungkin bisa dilakukan antara lain adalah :
Pertama, memandang seluruh teks-teks al-Qur-an maupun Hadits Nabi saw sebagai
kitab-kitab petunjuk bagi manusia untuk mencapai suatu tujuan kerahmatan (kasih
sayang dan cinta) bagi seluruh manusia. Visi agama ini secara jelas dikemukakan
dalam al Qur-an : “wa ma arsalnaka illa rahmatan li al ‘alamin/Kami tidak mengutus
kamu (Muhammad) kecuali agar menjadi rahmat bagi alam semesta”.
Kedua, teks-teks suci agama yang mengandung prinsip-prinsip humanisme univer-
sal harus dijadikan sebagai basis utama bagi sistem kehidupan bersama. Dengan be-
gitu, segala bentuk diskriminasi antar manusia, termasuk dalam hal relasi laki-laki
dan perempuan harus tidak boleh dilakukan. Karena diskriminasi antar manusia
bertentangan dengan prinsip Tauhid (Keesaaan Tuhan), sebagaimana di atas.
Ketiga, para ulama Islam, khusunya para ahli iqh, sepakat dalam pernyataan mere-
ka bahwa teks (nash) baik al Qur-an maupun hadits memiliki dua sisi makna, makna
tersurat dan makna tersirat. Dalam teks ada ruh, jiwa, spirit atau semangat. Semuan-
ya ini adalah sesuatu yang hidup dan berkembang sepanjang masa. Di atas landasan
ini pemaknaan atas teks harus dibuat.
Sejalan dengan pemikiran inilah, para ulama Islam menuangkan jiwa syari’at itu
dalam keputusan hukum secara berbeda-beda sesuai dengan konteks sosialnya ma-
sing-masing. Untuk konteks kita sekarang agaknya perlu ditelaah kembali apakah
keputusan hukum yang dihasilkan para imam mujtahid di masa lalu dan di tempat
mereka masing-masing masih relevan untuk mendukung tujuan tersebut, meng-
ingat kondisi dan situasinya yang sudah berbeda dari keadaan, ruang dan waktu
hidup mereka. Jika ia tidak lagi menunjukkan ruh kemaslahatan tersebut, maka kita
sudah waktunya mencarinya atau membuat keputusan hukum yang relevan dengan
ruh syari’ah tersebut.
Perubahan hukum karena perubahan sosial demi tujuan kemaslahatan bukanlah
hal yang tabu bagi para ulama, bahkan mereka meresponnya dengan sangat positif,
karena perubahan adalah keniscayaan hidup. Untuk itu mereka menyepakati
91
kemanusiaan yang masih timpang, termasuk ketimpangan
yang terjadi dalam relasi laki-laki dan perempuan, perlu di-
lihat dari latarbelakang sejarahnya. Setiap teks yang secara
redaksional menghukumi kasus atau peristiwa tertentu se-
sungguhnya tidak bisa lepas dari setting sejarah dan kons-
truksi sosial pada saat teks tersebut diturunkan atau dis-
ampaikan. Ini juga terjadi dalam teks-teks particular (juz’iy/
spesi ik) dalam Al Qur-an maupun hadits Nabi saw. Soal relasi
yang masih menunjukkan adanya ketimpangan dalam relasi
laki-laki dan perempuan, seperti yang terdapat dalam Al-Qur-
an dan Al-Sunnah (hadits) tidak selamanya harus dipahami
menurut makna leteralnya. Teks-teks tersebut benar dan te-
pat dimaknai secara tekstual untuk konteksnya sendiri. Kaum
laki-laki secara umum pada konteks tersebut memang lebih
cerdas daripada umumnya kaum perempuan, dan laki-laki
memang lebih kuat dari sisi isik, sehingga merekalah yang
mencari na kah bagi keluarganya. Dikatakan “secara umum”,
karena di dalam kenyataan waktu itu di sana, ada perempuan-
perempuan yang cerdas dan lebih cerdas daripada kaum laki-
laki, seperti Siti Aisyah dan masih banyak yang lain. Ada juga
perempuan-perempuan yang bekerja di ruang publik, seperti
Siti Khadijah, seorang perempuan pedagang yang sukses, dan
Syifa, bendahara pasar, dan masih banyak yang lainnya. Ini
menunjukkan bahwa kecerdasan dan kemampuan menghasil-
kan ekonomi tidak karena faktor jenis kelamin seseorang. Per-
soalan banyak (laki-laki) dan sedikit (perempuan) bukanlah
hal yang substansial. Ini persoalan kehendak struktur/sistem
sosial dan politik suatu komunitas/masyarakat pada suatu
masa. Kehendak sistem waktu itu di sana adalah patriarki.
Yakni mengunggulkan, mengistimewakan dan memosisikan
laki-laki sebagai penentu kehidupan. Pada konteks sosial-
budaya hari ini kecerdasan tidak menjadi monopoli kaum
laki-laki. Berkat akses pendidikan yang dibuka luas dan sama
dengan untuk kaum laki-laki, maka kini sudah banyak perem-
puan yang memiliki tingkat kecerdasan yang menyamai kaum
laki-laki, bahkan sebagian justeru lebih tinggi. Demikian juga
dengan kemampuan perempuan mencari na kah.
Demikianlah, maka pemaknaan ulang dan evaluasi atas teks
tersebut menjadi niscaya. Dengan kata lain efekti itas dari hu-
kum yang sudah diputuskan masa lalu harus terus menerus
dievaluasi dan dinegosiasikan sedemikian rupa sampai men-
capai tujuan idealnya. Yakni keadilan. Jika ada dua calon
Bahan Bacaan:
1. Al-Qur-an al-Karim
2. Hadits Nabi
3. Pendidikan Kewargaan Demokrasi HAM dan Masyarakat Madani, IAIN Jakarta
Press, Cet. I, 2000.
4. Agama dan Hak Rakyat, P3M, Jakarta,Cet. I, 1993
5. Hak-Hak Asasi Manusia, Komnas HAM, Jakarta
6. Hak-Hak Asasi Perempuan,Yayasan Jurnal Perempuan,Jakarta, Cet. I, 2001.
7. Deklarasi Kairo Hak-Hak Asasi Manusia dalam Islam, Elsam, Jakarta, cet. I,
1998.
8. Ibnu Hisyam,Sirah al Nabi, Dar Ihya al turats al Arabi, Beirut, tt, Jilid II, hlm.
119-123.
9. Instrumen Internasional Pokok Hak-Hak Asasi Manusia, Yayasan Obor Indone-
sia, Jakarta, 1997.
10. Ta’liq wa Takhrij Syarh Uqud al Lujain, FK3, Hakarta, tt.
11. Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, LKiS Yogyakarta, cet. II, 2002.
12. Husein Muhammad, Islam Agama Ramah Perempuan, LKiS-Fahmina Institute,
Yogyakarta, 2004.
95
Sesi 3
MEMBONGKAR
PATRIARKI
Apakah patriarki dipelajari dan dianalisis secara kritis di sekolah SMA? Dalam mata
pelajaran apa masalah patriarki mendapat ruang untuk dibahas? Mungkin masalah
ini bisa muncul dalam mata pelajaran sastra, juga dalam mata pelajaran sejarah,
atau mata pelajaran HAM yang terselip dalam Pendidikan Pancasila dan Kewar-
ganegaraan. Sejauh ini pembahasan patriarki tidak muncul secara utuh, padahal
jika kita menggunakan de inisi sebagaimana yang ditulis oleh Sylvia Walby tertulis
di atas, masalah patriarki mudah ditemui dalam berbagai ruang kehidupan, baik di
rumah maupun di luar rumah. Tak terkecuali di sekolah dengan bentuk dan kadar
yang berbeda-beda.
“Pengalaman di sekolah saya, siswa perempuan tidak boleh menjadi ketua kelas, ha-
rus laki-laki yang jadi pemimpin, padahal sekolah saya itu tidak jauh dari Ratu Plaza,
di Jakarta, gedung sekolahnya memang sangat megah... tetapi masih ada guru-guru
dominan yang menerapkan praktek itu”. (Setiadi, guru PKN SMK 15 Jakarta )
Pernyataan di atas tentu tidak bisa digeneralisir begitu saja, tetapi paling tidak
memberi sedikit gambaran bahwa hal itu terjadi. Banyak guru yang tidak memper-
hatikan atau menyadari hal ini sebagai suatu persoalan sebagaimana yang antara
lain diungkapkan oleh Mosse: “Kebanyakan guru sendiri tidak menyadari diskrimi-
nasi yang dihadapi perempuan sebagai gender dan mereka tidak mampu menolak
stereotipe yang bersifat merusak dalam materi pendidikan, pilihan karir yang terse-
dia bagi anak gadis, dan lingkungan sekolah yang mungkin melakukan diskriminasi,
semata-mata karena mereka tidak memahaminya...”1
Sesi ini akan membahas masalah patriarki yang merupakan praktek dan nilai-nilai
di masyarakat tentang pembedaan dan hubungan kekuasaan laki-laki dan perem-
puan.
1 Diambil dari tulisan Julia Claves Mosse, GENDER DAN PEMBANGUNAN. diterbitkan atas kerjasama
Riϔka Anisa Women’s Crisis Centre dengan Pustaka Pelajar, 1996, halaman 102-103
101
Skor
DAFTAR KALIMAT Canda Serius
P L P L
1 Aduh, kepala sekolahnya kok perempuan ya, nanti cuti melulu
gimana?
2 Ketua OSIS harus jantan, harus kuat, siswa laki-laki lah.
3 Kepala keluarga perempuan?... Memang sudah tidak ada laki-
laki?
4 Sesuai dengan kondisi biologisnya perempuan itu tempatnya
di rumah.
5 Pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan ibu/istri/perem-
puan, dilakukan atas dasar cinta, tidak perlu diperhitungkan
sebagai aktivitas produksi.
6 Kalau suami minta layanan seks, meski di atas punggung
unta, harus dipenuhi keinginannya oleh sang istri.
7 Siswi yang hamil harus dipecat dari sekolah, siswa yang
menghamili biar saja melanjutkan sekolah.
Setelah selesai bersikap, fasilitator merekap berapa jumlah yang menganggap be-
canda, dan berapa yang memandang serius. Fasilitator menggarisbawahi bahwa
yang terpenting adalah argumen di balik itu. Betulkah itu hanya canda, bagaimana
hal itu dianggap serius. Lalu lakukan pendalaman dengan diskusi kelompok.
103
Lampiran
PERANGKAT KEGIATAN
SESI TIGA
Lembar Tugas Diskusi Kelompok
Lembar Panduan Membuat Pohon Analisa Patriarki
Lembar Kasus 1, 2, dan 3
Artikel Patriarki
Kelompok 1 Kelompok 1
Perhatikan 4 kalimat Pertanyaan untuk diskusi:
di bawah ini:
1. Aduh, kepala sekolahnya kok 1. Apakah kalimat-kalimat di
perempuan ya! samping menurut Anda punya
2. Ketua OSIS harus jantan, harus kesamaan, kalau punya, apa
siswa laki-laki! kesamaannya?
2. Siapa biasanya yang mengemu-
3. Kepala keluarga perempuan?...
kakan kalimat itu?
Memang sudah tidak ada laki-
3. Apa saja yang melatarbelakangi
laki?!
lahirnya kalimat-kalimat terse-
4. Sesuai dengan kondisi biologis- but?
nya perempuan itu tempatnya 4. Apa saja yang bisa dipelajari
di rumah saja. dari kalimat-kalimat itu?
5. Apakah kalimat kalimat itu
mempunyai dampak?
6. Apakah masalah ini penting
dipelajari sejak SMA?
Kelompok 3 Kelompok 3
Perhatikan 4 kalimat Pertanyaan untuk diskusi:
di bawah ini:
1. Upah buruh perempuan se- 1. Apakah kalimat-kalimat di
layaknya lebih rendah kan dia samping menurut Anda punya
bukan kepala keluarga. kesamaan, kalau punya, apa
2. Upah buruh perempuan lebih kesamaannya?
rendah karena tenaganya tidak 2. Siapa biasanya yang menge-
sekuat laki-laki. mukakan kalimat itu?
3. Apa saja yang melatarbela-
3. Upah buruh perempuan lebih
kangi lahirnya kalimat-kalimat
kecil karena mereka tidak ra-
tersebut?
sional dan emosional.
4. Apa saja yang bisa dipelajari
4. Upah buruh perempuan lebih dari kalimat-kalimat itu?
kecil karena mereka banyak 5. Apakah kalimat kalimat itu
cuti (mens dan melahirkan). mempunyai dampak?
6. Apakah masalah ini penting
dipelajari sejak SMA?
Kelompok 5 Kelompok 5
Perhatikan 4 kalimat Pertanyaan untuk diskusi:
di bawah ini:
1. Perempuan itu tiang Negara. 1. Apakah kalimat-kalimat di
2. Surga ada di telapak kaki ibu. saming menurut Anda punya
3. Kasih Ibu sepanjang Jalan, kesamaan, kalau punya, apa
kasih anak sepenggalahan. kesamaannya?
2. Siapa biasanya yang menge-
4. “Konci Wingking”: di dapur, di mukakan kalimat itu
sumur, dan di kasur. 3. Apa saja yang melatarbela-
kangi lahirnya kalimat-kalimat
tersebut?
4. Apa saja yang bisa dipelajari
dari kalimat-kalimat itu?
5. Apakah kalimat kalimat itu
mempunyai dampak?
6. Apakah masalah ini penting
dipelajari sejak SMA?
N i, 16 tahun
Na ganya ditetapkan sebagai tersangka dan
aadalah siswi langsung ditahan.
kelas XI sebuah
Mengetahui kehamilan Na i, pihak se-
SMK di Jakarta
SM
kolah meminta korban untuk pindah
Timur. Ia meng-
Tim
dengan alasan pemerkosaan dan ke-
alami kekerasan
k sek-
hamilan itu merupakan aib yang akan
sual (perkosaan) yang dilakukan oleh 3
menghancurkan nama baik sekolah. Ka-
orang teman sekolah, satu di antaranya
sus ini mencuat di media massa. Korban
adalah pacarnya sendiri. Akibat perbua-
kemudian didampingi oleh Tim Kuasa
tan itu Na i hamil dan hampir dikeluar-
dan Penasihat Hukum meminta pihak
kan dari sekolah.
sekolah untuk memberi Na i dispensasi
Perkosaan terjadi pada 28 September tetap bisa sekolah. Pihak sekolah men-
2012, Tomi, pacar Na i, mengajak makan gatakan bila siswi hamil dibiarkan tetap
di sebuah warung makan di daerah Cipi- sekolah akan menjadi contoh tidak baik
nang Jatinegara. Setelah makan Tomi bagi siswi lainnya dan semua minta dis-
mengajak Na i ke tempat kos Angka dan pensasi. Pihak sekolah mengeluhkan
Pedro (teman Tomi) yang tak jauh dari pihak keluarga korban yang tidak me-
warung makan. Waktu itu Angka dan laporkan kasus Na i ke pihak sekolah
Pedro belum pulang ke rumah. Ketika sampai kasus siswinya mencuat di me-
perkosaan berlangsung Angka dan Pedro dia massa. Bila melapor, pihak sekolah
datang. Awalnya Angka dan Pedro men- akan memproses sesuai hukum. Setelah
gancam akan mengarak Tomi dan Na i. mendapat desakan, akhirnya pihak seko-
Tomi mencoba menyuap dengan uang lah memberikan kebebasan atau meng-
Rp 200 ribu. Pedro dan Angka menolak izinkan Na i untuk tetap sekolah meski
uang tutup mulut itu tetapi ikut mem- sudah hamil atau mau cuti sekolah sam-
perkosa Na i secara bergantian. Sebe- pai melahirkan. Semua tergantung pada
lumnya Tomi pernah memperkosa Na i Na i. Namun, kondisi Na i terlanjur de-
di toilet sekolahnya. presi berat saat kehamilannya sudah 2
bulan. Sejak kasusnya ramai diberitakan
Setelah perkosaan itu, sikap Na i berubah.
di media, Na i tidak lagi ke sekolah. Na i
Ibunya curiga. Setelah didesak Na i akh-
malu kepada teman-temannya. Menu-
irnya mengaku apa yang dialami. Akh-
rut Kepala Sekolah, pihak sekolah akan
inya Ibu korban melaporkan perbuatan
membantu membuat surat pindah ke
Tomi, Pedro dan Angka ke Unit Pelayanan
sekolah lain. Hal ini dilakukan untuk me-
Perempuan dan Anak (PPA) Polrestro
lindungi Na i.
Jakarta Timur. Ketiga pelaku diamankan
petugas pada 10 Desember 2012. Keti-
111
Nirmala Bonet1
Pada pertengahan Mei 2004, media masa di Malaysia dan
Indonesia mewartakan kasus penganiayaan yang sangat keji
terhadap Nirmala Bonet (19 tahun) seorang pekerja rumah
tangga asal Kupang NTT Indonesia oleh majikan perempuan-
nya yang bernama Ny. Yim Pek Ha (36)2, di sebuah kondo-
minium di Jalan Tun Ismail 33B-25-6, Villa Putera,Kuala Lum-
pur. Pengadilan mengajukan empat tuntutan kepada majikan
Nirmala Bonet: (1) penganiayaan pada Januari 2004 dengan
menggunakan setrika panas, (2) penganiayaan pada Maret
2004 dengan menyiram air panas ke tubuh Nirmala yang
menyebabkannya cedera berat, (3) penganiayaan pada April
2004 dengan menggunakan setrika panas. Yang terakhir ada-
lah penganiayaan dengan menggunakan cawan besi pada 17
Mei 2004.
1 Disarikan dari beberapa tulisan, antara lain: Kamla Bahin dan Mahmuda Islam: “Masculinity, Patri-
archy, Gender, and Women Oppression, Depatement of Women and Gender Studies University of Dhaka,”
working paper Series £, February 2008, disusun oleh Tati Krisnawaty untuk bahan pendidikan HAMBG.
123
Sesi 4
CEDAW
Alur Kegiatan
1 10’ Pengantar Fasilitator
2 140’ Bermain Teater Kecil: “Menelusuri Jejak
Para Perintis”
• 30’: persiapan
• 90’: presentasi (4 kelompok)
• 20’: Catatan re leksi pendahuluan
3 90’ Diskusi kelompok
4 50’ Presentasi kelompok dan penyimpulan se-
mentara oleh fasilitator
5 10’ Diskusi dengan narasumber
300’ Total
Perangkat
Naskah drama Para Perintis
Makalah narasumber
4 Reϐleksi Pendahuluan
129
Setelah semua peserta mempresentasikan dramanya, mereka diminta menyampai-
kan kesan-kesan dan re leksinya. Fasilitator mencatat isu-isu kunci yang dimuncul-
kan untuk bahan diskusi dengan narasumber.
6 Reϐleksi Lanjutan
131
Lampiran
PERANGKAT KEGIATAN
SESI EMPAT
4 Naskah Drama
Memanusiakan Manusia (Kutipan Buku)
Perjalanan Menuju Kesetaraan
Unsur-Unsur Pokok CEDAW
Kerangka Dasar CEDAW
Pelakon:
1. Narator
2. Ramabai
3. Anantshasthri Padmanabha Dongre /Anant (Ayah)
4. Laksmi (Ibu)
5. Manorama (Anak)
Peralatan (minimal, bisa diganti kertas atau selendang
biasa):
• Tiga meter kain kuning untuk baju sederhana pendeta
Hindu
sareedreams.com
• Tiga buah kain sepanjang tiga meter kain untuk sari
perempuan
• Bunga-bungaan dalam nampan/mangkuk
• Buku tebal (semacam Kitab Suci)
• Bindi (rias perempuan India)
Narator:
Kain sari (sharee), bagi perempuan India, bisa menjadi pakai-
an nan indah mempesona... tetapi juga bisa menjadi penjara
yang mengungkungmu lebih keras dari terali besi. Ramabai
memberi perhatian pada persoalan ini. Dia adalah perintis
perjuangan hak-hak perempuan India dan reformis sosial. Dia
ahli Veda dan Sanskrit yang luar biasa sehingga dianugerahi
gelar “Pandita dan Saraswati“ oleh Universitas Calcutta. Ia
juga mendapat penghargaan ilmiah medali emas dari Kaiser-
E-Hind pada tahun 1919. Ramabai menentang sistem kasta,
ia menikah dengan seorang Sudra, mendirikan lembaga-lem-
baga untuk melindungi perempuan janda, janda anak, dan
perempuan yang lemah. Lahir pada tahun 1858, di Gangamul
Maharasthra India, 21 tahun lebih awal dari kelahiran Kartini
di Jepara, Jawa, Indonesia. Inilah beberapa bagian dari perja-
lanan kehidupannya.
No Pelakon Dialog
1 Anant (Ayah) (BERDIRI DENGAN SIKAP MERENUNG, MEMANGGIL ISTRINYA
YANG ADA DI RUANG BELAKANG)
Laksmi....
2 Laksmi (Ibu) Namastee... ada apa suamiku?
3 Anant Kau sudah dengar omongan orang-orang di sekitar rumah ini?
4 Laksmi Ya, sudah, mereka bicara dimana-mana... seperti dengung lebah.
Di penampungan air, di sungai, di pasar, di kedai. Mereka mem-
bicarakan kita, mengecam kita karena tidak lekas-lekas men-
gawinkan Ramabai.... Dia sudah berusia 12 tahun sekarang...
sudah lewat waktu. Kata mereka kita harus segera mengawinkan
Ramabai sejak dia masuk usia 9.
5 Anant Hemmm.... apakah kau terganggu?
6 Laksmi Ya, sedikit... Mungkin Ramabai yang lebih terganggu, dan mung-
kin dirimu... suamiku!
7 Anant Aku tidak mau peduli pada ucapan-ucapan bodoh itu. Ramabai
akan menikah pada waktunya, sesuai pilihannya sendiri. Aku
tidak akan melanjutkan tradisi, mengawinkan perempuan di
usia muda, memperbudak mereka, menjadikan mereka sebagai
pemuas laki-laki belaka dan pabrik keturunan semata.
8 Laksmi Aku beruntung menjadi istrimu dan aku yakin Ramabai juga
beruntung menjadi anakmu
9 Anant Itu tak perlu dikatakan... setiap manusia punya kewajiban mema-
nusiakan manusia.
10 Laksmi Bagaimana kita menghadapi tetangga-tetangga yang usil dan
ribut itu suamiku? ...
11 Anant Kita pindah saja ke pedalaman.... tinggal di hutan, agar Ramabai
bisa tenang-tenang mempelajari Kitab Veda yang suci. Aku akan
berjalan menyebarkan isi Kitab Veda pada siapa saja yang mem-
butuhkan, dan kita bisa hidup dari kerelaan mereka memberi
sedekah.
12 Laksmi Aku dan Ramabai dengan senang hati mengikuti langkahmu. Aku
akan turut denganmu kemanapun kau berjalan. Kau sudah men-
gajariku bagaimana membaca Veda... Ramabai pun sudah men-
guasai 18.000 ayat Purana yang suci dengan sangat sempurna.
Bahasa Sankrit dia jauh lebih sempurna dariku.
13 Anant Kau membuatku bersyukur Laksmi... Aku ingat ketika orang tua
mengawinkan kita. Umurku 40 tahun dan kau masih sangat belia,
umur berapa ketika itu...?
135
www.payer.de/dharmashastra/dharmash08b.htm
14 Laksmi Sembilan
15 Anant Akh ya... tentu saja sembilan.... Kau bersedia menjadi istriku dan
sekaligus menjadi muridku. Murid istimewaku, yang juga sering
menjadi guruku dalam keseharian hidup.
16 Laksmi Jangan buat aku malu, suamiku.... Kamulah sinar hidupku.
17 Anant Tidak, aku tidak mempermalukanmu. Aku berkata yang sesung-
guhnya. Kau begitu mahir mengelola makanan dan menata
rumah kita. Kau pandai membagi waktu untuk merawat keluarga
dan mempelajari Veda. Ramabai menjadi gadis yang cerdas ada-
lah karena asuhan tanganmu... Aku berhutang padamu.
18 Laksmi Jangan katakan itu... sudah menjadi kewajibanku merawat kelu-
arga.
19 Anant Tapi kau berhak bahagia juga !... Kau berhak hidup tenang jauh
dari gunjingan... Orang-orang ortodoks di sekitar kita tidak
suka dengan keputusanku mengajarkan Veda padamu dan pada
Ramabai... pada perempuan. Mereka tidak suka melihat perem-
puan punya pengetahuan Veda.
20 Laksmi Mereka hidup di zaman kegelapan.
21 Anant Ya.... zaman kegelapan, menutup diri dari pengetahuan, membiar-
kan diri bertindak bodoh, dan akhirnya melanggengkan ketidaka-
dilan!!! Mari kita tinggalkan mereka istriku. Bersiap-siaplah
sekarang. Kita pindah tinggal di hutan yang memberi kita udara
segar, kita akan berjalan menyebarkan pengetahuan dan mencari
pengetahuan dari kehidupan nyata.
22 Laksmi Oom swasti-astu..... saya akan bersiap.... juga Ramabai, dia akan
mengumpulkan semua kitab yang kita miliki untuk dibawa serta.
(Keduanya berjalan keluar)
No Pelakon Dialog
1 Ramabai Ayah .... telah jauh kita berjalan.... dari Kashmir, hingga Madras,
dan kini kita di pintu kota Kalkuta... banyak yang kulihat dan
kutemukan di perjalanan panjang ini. Akupun jadi bisa banyak
bahasa. Terima kasih ayah, kau telah mengajariku cara mempela-
jari bahasa. Kini aku bukan saja faham bahasa ibuku Marathi,
tetapi juga bahasa Kannad, Gujarati, Bengali, dan Tulu. Aku mau
mempelajari bahasa Hindi juga.
2 Anant (Ayah) Bagus.... tapi jangan lupakan Sanskritnya anakku. Itu Ibu dari se-
gala bahasa... dan jangan lupa pelajari manusianya. Bahasa hanya
alat untuk memanusiakan manusia.
3 Anant Terima kasih atas peringatannya Ayah... aku kadang hanya
memikirkan diriku saja. Maa kan aku. Ibu, bagaimana kakimu...
begitu jauh kita berjalan... Apakah kau perlu bantuanku untuk
membalurkan minyak?
4 Laksmi Kakiku...? Oh... kakiku baik-baik saja... hanya sedikit lelah, nanti
kita rendam di Hogli River, sungai besar itu... Pasti aku akan
segar kembali. Kau sendiri bagaimana?
5 Ramabai Aku?... Kakiku tentu saja baik-baik saja... aku senang berjalan..
aku senang bertemu banyak orang... dan aku senang bisa terus
mempelajari Veda bersama ayahdan Ibu. Tetapi...
6 Laksmi Tetapi kenapa anakku?
7 Ramabai Hatiku selalu tertusuk melihat perkawinan anak-anak dan ke-
hidupan para janda yang kita temui di perjalanan. Mereka lebih
buruk dari kondisi budak belian... Ketika suami mereka mening-
gal, mereka dilarang menggunakan sari berwarna, mereka harus
mencukur rambut indah mereka sampai botak, lalu ada yang
dipaksa untuk kawin kembali dengan laki-laki yang dipilih oleh
pihak keluarga laki-laki; bukan pilihan mereka sendiri...
Ibu.... aku sangat tertusuk.... mengapa adat, atas nama agama
merenggut kehidupan para janda itu; jiwa mereka harus ikut mati
dengan kematian suaminya. Bahkan, saya melihat sendiri, ada
yang dibakar hidup-hidup karena suaminya meninggal. Perem-
puan janda seperti tidak punya hak atas hidupnya sendiri.
8 Anant Ya , itu salah satu tradisi yang mengatas namakan agama anakku.
Itulah sebabnya kita terus berjalan... karena tidak boleh me-
langgengkan tradisi yang melanggar kemanusiaan. Aku menolak
mengawinkanmu di usia anak.... aku ingin kau tumbuh dewasa....
mencari sendiri pasangan hidupmu dan hidup saling mengasihi,
saling menghormati.
137
9 Lakmsi Ayahmu Brahmana yang maju.... dia tidak pernah menyakiti Ibu.
Ayah bahkan mengajari Ibu dengan sabar dan baik bagaimana
membaca kitab Suci Veda... Hampir tidak ada Brahmana yang
mengajari istrinya kitab suci anakku. Semoga kamu pun dapat
memilih suami sebaik ayahmu.
10 Ramabai Aku tidak mau kawin, Bu.
11 Laksmi Jangan berkata begitu.... tidak semua laki-laki jahat. Lihat
ayahmu, dia suami dan sekaligus guru yang baik. Tradisi itu bua-
tan manusia... Kita juga bisa membuat tradisi yang baik...meng-
hargai manusia apa adanya, bukan karena kelasnya, hartanya,
atau bentuk badannya.
12 Ramabai Ayah Ibu tidak marah kalau aku menikah dengan kaum Sudra?
13 Anant Tentu tidak anakku.... selama kalian saling mencintai... Kasta itu
pembagian kerja... bukan pembatas cinta dan kemanusiaan.
14 Laksmi Apakah kau sudah jatuh cinta dengan seseorang?
15 Ramabai (TERSIPU) Tidak Ibu..... aku lebih suka membaca Veda daripada
memikirkan perkawinan.. Aku mau menerjemahkan Veda dari
Sanskrit ke bahasa Ibu, bahasa yang dimengerti banyak orang.
16 Anant Itu baik.... buatlah semua orang mengerti kebijaksanaan.... Ubah-
lah tradisi dengan pengetahuan tentang kebenaran... Didiklah
diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita untuk selalu mencari
kebenaran. Tidak asal tunduk pada tradisi.
17 Laksmi Ya... berhati-hatilah selalu. Tradisi tidak selalu berisi kebaikan.
Bahkan yang sering mereka katakan LOCAL WISDOM... ke-
nyataannya sering berupa LOCAL KINGDOM... tanpa wisdom sama
sekali, terutama bagi perempuan.
18 Anant Mari kita lanjutlan perjalanan ini... Penginapan kita tidak jauh
dari sini.
No Pelakon Dialog
1 Manorama Ibu... sepertinya ibu sedang membuat altar untuk puja... Bu-
kankah ibu telah menjadi Nasrani...?
(RAMABAI SEDANG MENYIAPKAN ALTAR SEDERHANA.)
2 Ramabai Ya anakku... mendekatlah kemari. Yang kubuat ini tak ada hu-
bungannya dengan Nasrani atau Hindu, atau nama agama apa
pun yang bisa kau sebut. Ini hanya sebuah ekspresi—menghe-
ningkan cipta—untuk mensyukuri hidup. Aku bersyukur per-
nah bersama dengan orang-orang yang memberi makna hidup:
ayahmu, kakekmu, dan nenekmu.
3 Manorama Ceritankanlah tentang mereka padaku Ibu...
4 Ramabai Sebaiknya kau cari sendiri... tapi, bolehlah kusampaikan sedikit
tentang mereka.... Kau tak sempat mengenal mereka secara lang-
sung.
Ayahmu, Bipil, meninggal ketika kau berusia satu tahun.. Kau
bahkan tak mengingat wajah ayahmu sendiri. Dia sangat is-
timewa anakku, seorang pengacara... dari kasta Sudra. Kakekmu
seorang brahmana berpikiran maju, dia meninggal pada tahun
1877. Aku belum menikah waktu itu dan nenekmu meninggal
dunia jauh lebih awal, ketika usiaku baru 15 tahun. Kelaparan
dan kolera yang mewabah di negeri ini telah menjadi tangan
dewa kematian yang tak dapat kita elakkan.
5 Manorama Bagaimana rasanya kehilangan orang-orang tercinta Ibu?
6 Ramabai Ya, seraca isik... aku kehilangan..., Tetapi mereka ada di sini kok,
tak pernah meninggalkanku.... Tak pernah meninggalkan kita,
jika kita mengingat mereka dengan benar. Mereka bersemayam
di hati dan pikiranku juga di tarikan napasku. Kau tahu Mano?...
Mereka telah mewariskan bahasa yang terpenting dalam hidup.
7 Ramabai Bahasa Sansekerta maksud ibu? Aku bangga sekali, ibu adalah
wanita pertama yang mendapatkan gelar PANDITA dari Universi-
tas Calcutta karena ibu mahir menggunakan Sansekerta.
8 Ramabai Terima kasih kau telah berbangga.. Tetapi,.... bukan itu!
Kakek dan nenekmu berkali-kali bilang padaku bahasa yang
terpenting untuk bisa berkomunikasi dengan hidup adalah jiwa
yang bebas; keberanian melawan tradisi yang salah, bahasa
keadilan, anti perbudakan, dan pencerahan.
Sansekerta atau Maharathi atau Hindi, atau Kannad, atau Eng-
lish.... semua itu perangkat saja.... perangkat kasar... Perangkat
halusnya ada pada pikiran yang jernih, kebebasan, dan tindakan
yang nyata.
www.jeevanmarg.com
139
9 Manorama Oh.... !.
Oh ya, tadi Ibu bilang ayahku berkasta Sudra... sementara Ibu
sendiri anak perempuan seorang Brahmana? Bagaimana Ibu
bisa menghadapi tantangan dari tradisi yang hidup di sekitar Ibu
waktu itu.
10 Ramabai Nenek dan kakekmu dulu sekali sudah mengingatkan ibu, bahwa
tradisi itu buatan manusia... Jadi bisa kita ubah kalau dia ternyata
menindas kemanusiaan. Kita tak perlu tunduk terpenjara pada
nilai-nilai yang tidak memanusiakan kita. Dan, kasta itu sejatinya
adalah pembagian tugas serta tanggung jawab sosial. Kasta tidak
diperuntukan untuk menjadi pembatas cinta dan kemanusiaan.
Jadi... yah jalani saja yang berdasarkan cinta dan kemanusiaan
itu... tak ada yang salah, tak ada yang berat.
11 Manorama Ibu, engkau membuatku bangga. Setelah ayah meninggal, Ibu
mengasuh aku seorang diri sambil terus berkeliling India me-
nyelenggarakan berbagai kegiatan pendidikan dan perlindungan
untuk perempuan-perempuan miskin. Ibu adalah matahariku
dan matahari mereka.
12 Ramabai Engkau pun matahariku Mano. Kita bisa menjadi matahari pada
zaman kita masing-masing, jika kita memberikan diri untuk ke-
hidupan sekitar yang lebih baik.
13 Manorama Aku belum apa-apa dibandingkan ibu ... aku baru bisa menyele-
saikan sekolah saja, belum berbuat untuk sesama. Coba kita lihat
apa yang sudah ibu lakukan selama ini. Ibu begitu banyak mendi-
rikan lembaga dan organisasi untuk perempuan miskin.
Ada Arya Samaj Mahila, organisasi untuk Masyarakat Bang-
sawan Perempuan yang mempromosikan pendidikan perempuan
dan pembebasan perempuan dari penindasan pernikahan dini.
Ibu mendirikan organisasi ini ketika Ibu masih sangat muda,
umur 24, pada tahun 1882.
Lalu Sharada Sadan, sebuah institut untuk para janda di
Mumbai, berkampanye melawan ritual pembotakan janda dan
menghalangi pernikahan kembali.
Juga ada Mukti Sadan di Kedgaon, tempat berlindung bagi ban-
yak perempuan selama kelaparan pada 1897 di Madhya Pradesh
dan pada tahun 1900 di Gujarat.
141
Narator:
Manorama, mengambil alih pelayanan Mukti Mission, tetapi
... Manorama meninggal dunia, justru mendahului ibunya,
Pandita Ramabai. Hal ini sangat mengejutkan Ramabai. Sem-
bilan bulan setelah kematian Manorama, pada tahun 1922
Ramabai, yang telah menderita bronkitis septik, juga mening-
gal dunia. Pada usia 64 tahun.
Ramabai meninggalkan warisan yang amat berharga, bagi In-
dia dan dunia. Buku pertama bahasa Inggris yang ia tulis ber-
judul High Caste Hindu Women (Perempuan Hindu Kasta Ting-
gi). Buku ini menunjukkan aspek paling gelap dari kehidupan
perempuan Hindu, termasuk pengantin anak dan janda anak.
Ramabai berusaha mengekspos penindasan perempuan da-
lam agama Hindu India yang didominasi oleh Inggris.
Buku itu terjual lebih dari 10.000 eksemplar, keuntungan dari
buku ini dijadikan sebagai modal untuk mendirikan lembaga-
lembaga perlindungan dan pendidikan perempuan India
Pernyataan Ramabai yang paling terkenal adalah “guru di-
latih dan pengawas sekolah perempuan diangkat. Perem-
puan India harus diterima di sekolah-sekolah medis ka-
rena kondisi di India membutuhkan perawatan medis.
Pernyataan Ramabai menciptakan sensasi besar dan dibaca
oleh Ratu Victoria yang kemudian membuahkan Gerakan Me-
dis Perempuan oleh Lady Dufferin.
PEMBERONTAKAN
di Luar Kekuasaan Feodal & Kolonial
Drama 3 babak
Pelakon:
1. Narator
2. Kartini
3. Kartono
4. RM Adipati Ario Sosroningrat/Romo (Ayah)
5. RA Woerjan/Ibu Suri (permaisuri atau garwa ampil
ayah Kartini)
Peralatan
• Baju kebaya dan kain
• Kain batik untuk dipakai bupati ayah Kartini larikayah.blogspot.com
Narator:
“Di penghujung abad ke-19 tepatnya pada tanggal 21 April
1879, Kartini lahir di Jepara dari seorang perempuan bu-
kan bangsawan yang bernama Mas Ayu (MA) Ngasirah. Di
masyarakat setempat ia disebut selir. Berasal dari keluarga
terhormat, ayah MA Ngasirah adalah guru agama di Mayong.
Ayah Kartini Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat pada waktu
itu menjabat sebagai wedana di Mayong, ia adalah keturunan
bangsawan (priyayi) yang ternama. Kakek Kartini, Pangeran
Ario Tjondronegoro IV, telah diangkat menjadi bupati pada
usia 25 tahun. Di tanah Jawa tempat Kartini hidup pada wak-
tu itu, berlaku peraturan kolonial yang mengharuskan se-
orang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A.
Ngasirah bukan bangsawan tinggi, maka ayah Kartini menikah
lagi dengan seorang perempuan bangsawan bernama Raden
Adjeng (RA) Woerjan, keturunan langsung Raja Madura. Set-
elah perkawinan dengan RA Woerjan, ayah Kartini diang-
kat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah
kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo. Inilah serpihan-
serpihan kehidupan Kartini, perempuan Jawa yang dikenal
berwawasan luas dan mencita-citakan pendidikan bagi kaum
perempuan. Dia terombang ambing dalam pertarungan ke-
pentingan kekuasaan feodal dan kolonial.
Babak pertama: Tembok Pingitan, Penjara Perempuan.
143
No Pelakon Dialog
1 Kartini Ini tidak adil... Kangmas diperbolehkan melanjutkan sekolah ke
Semarang, dan aku dipenjara di dalam tembok rumah...
(BICARA SENGIT)
2 Kartono (BICARA HALUS)
Bukan di penjara..! Kamu dipingit... dijaga... sesuai adat istiadat
bangsawan Jawa.
3 Kartini Kenapa aku dipingit... Aku dikurung tak bisa keluar rumah. Sama
saja dengan penjara, kan? Saya ingin keluar rumah, saya ingin
melanjutkan sekolah.
4 Kartono Kita minta Romo untuk membebaskanmu dari pingitan. Romo
yang pegang kekuasaan.
5 Kartini Aku sudah minta pada beliau, sudah kumohon-mohon, puluhan
kali, setahun penuh, kucuci kakinya dengan air mataku... Romo
tak memberikan aku izin untuk meninggalkan tembok pendopo
ini. Aku harus menjalani aturan sosial ini... aku harus dipingit.
Entah untuk apa... aku mau sekolah. Aku ingin mendengar suara
guru-guru... aku mau membaca buku-buku, aku mau bersama
teman-temanku... (KARTINI BERKATA SENGIT)
6 Kartono Bersabarlah adikku...
7 Kartini Bersabar untuk apa Kangmas... untuk menerima kurungan ini.
Kau bisa berkata begitu karena kau tidak terkurung... Coba kau
ada di posisiku.
8 Ayah Ada apa Kartini... suaramu melengking... bisa Romo dengar
dari halaman depan... Ada apa ... ha??? Kau sudah lupa pada tata
krama, kau tidak boleh berteriak, apalagi pada kakakmu, kakak-
mu yang laki-laki pula.
145
Ayah dan Ibu Suri duduk di ruang tengah. Di atas meja ada tumpukan
surat-surat dan beberapa paket buku untuk Kartini.
No Pelakon Dialog
1 Ibu Suri Tini anak putriku... kemari nak!
2 Kartini Sembah sungkem Romo, Ibu....
(KARTINI DATANG... MENARUH LUTUTNYA SEBENTAR DI LAN-
TAI SAMBIL MENANGKUPKAN TANGAN DI DADANYA. MENG-
HAMPIRI AYAH IBUNYA, LALU BERDIRI TAK TERLALU JAUH
DARI AYAH IBUNYA).
3 Ayah Lihatlah anakku banyak sekali surat yang datang dari negeri
Belanda untukmu... Bagaimana mereka bisa tahu ada kamu di sini
dan mengirim begitu banyak surat.
4 Kartini Ananda yang memulainya Romo... Melalui majalah DeHolland-
sche Lelie. Ananda mengiklankan diri untuk mendapatkan kawan
pena... ternyata ananda mendapat balasan banyak sekali.
5 Ayah Dan buku-buku ini? ...
6 Kartini Sebagian dari mas Tono ... Setelah bersekolah di Belanda, ia lebih
sering mengirimkan banyak buku untuk sahaya Romo.
Bulan lalu sahaya menerima buku yang amat bagus: Max Have-
laar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli,
(TINI BERJALAN KE MEJA YANG PENUH TUMPUKAN BUKU DAN
SURAT, DIA SUMRINGAH SEKALI)
Oh... kalau ini kiriman dari Nyonya Ovink, Romo, dia memin-
jamkan buku karya Van Beek ini, karena Tini pernah membaca
beberapa lembar di rumahnya. Dia tahu Tini ingin melanjutkan
membaca buku ini. Tentang Perempuan di Belanda, Ibu.
7 Ayah Apakah kau masih terus membaca de Locomotif ?
8 Kartini Ya Romo. Jika saja kita bisa ke Semarang dan berkenalan dengan-
Pieter Brooshooft yang mengasuh koran itu... Sahaya akan merasa
beruntung sekali Romo. Saya melihat Jawa dari lembaran Loco-
motif yang diasuhnya. Terima kasih Romo memperkenankan Tini
membaca koran itu.
9 Ibu Suri Aku perhatikan Tini suka sekali membaca. Lampu di kamarnya
baru mati menjelang pagi. Apa yang kau dapat dari bacaan-ba-
caanmu itu anak putriku?
10 Kartini Sendiko Ibu... Dari bacaan-bacaan itu saya mendapat gambaran
tentang emansipasi perempuan dan masalah sosial umum. Saya
melihat perjuangan perempuan di negeri Belanda untuk mem-
peroleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai
bagian dari gerakan yang lebih luas. Saya sangat tertarik pada
kemajuan berpikir perempuan Eropa.
147
wikipdedia.com
25 Ayah Romo sangat menyayangimu, anakku Tini..... kamu adalah buah
hatiku... Romo akan mencarikan jalan untuk kebahagiaanmu.
26 Kartini Terima kasih Romo... kebahagiaan saya adalah ketika saya bisa
berguna untuk sesama. Saya ingin bangsa Jawa maju kemanu-
siaannya. Saya ingin perempuan Jawa terdidik. Itu saja yang akan
membahagiakan saya Romo.
27 Ibu Suri Kamu juga harus memikirkan kebahagiaan orang tuamu. Nama
baik orang tuamu. Kehormatan ayahmu. Ingat Tini, kita perem-
puan, perempuan jawa, kebahagiaannya berada di tangan laki-
laki. Kita tidak akan sempurna jika tidak berbakti pada laki-laki.
Jadilah ibu anakku, kawinlah dan beranak pinaklah, maka kau
akan menjadi perempuan yang sempurna.
28 Ayah Baiklah Tin... bawalah semua surat-surat dan buku-buku ini...
Romo dan ibu akan keluar memenuhi undangan bupati Rembang.
Jaga diri dan adik-adikmu ya.
29 Kartini Baik Romo... Selamat jalan. (TINI MEMELUK BUKU-BUKU DAN
SURAT SURATNYA DENGAN ERAT... DIA MENGUSAP AIR MATA
DAN BERGUMAN...
Terima kasih Gusti... akhirnya aku bisa menuntut ilmu... aku akan
menjadi guru ... jalan sudah dibuka... aku harus bersiap...
1 Ibu Suri Tini... kemarilah anak putriku yang ayu... kemarilah, Romo mau
ngendiko ...
2 Kartini Sembah sujud Romo... sahaya siap untuk mendengar.
3 Ayah Tini, apakah kamu menyayangi Romo?... apakah kamu ingin
Romo bahagia?
4 Kartini Tentu Romo. Romo adalah segala-galanya bagi sahaya.
5 Ayah Dengar baik-baik Tini. Romo telah menerima pinangan bupati
Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Dia akan
mempersuntingmu.
6 Kartini (TINI KAGET, NYARIS TERDUDUK)..
Benarkah? ...
7 Ibu Suri Benar anakku Dia layak menjadi suamimu... dia belum punya
garwa ampil, baru punya tiga selir dan 11 anak. Dia akan men-
jadikanmu yang utama. Itu takdirmu Anakku putri! Kaulah yang
nanti jadi istri utama. Sang Permaisuri!
8 Kartini Oh... (TERTUNDUK LAYU, SEPERTI DISAMBAR PETIR)
9 Ayah Dia suami yang tepat untukmu, punya kekuasaan, punya pe-
ngaruh... dia bisa mewujudkan apa yang kau inginkan.
10 Kartini Bagaimana dia bisa mewujudkan keinginanku. Dia tidak tahu apa
yang kuinginkan. (NADANYA SEDIKIT GUSAR)
149
berdikarionline.com
11 Ayah Kau bilang kau ingin menjadi guru. Kau bisa langsung menjadi
guru tanpa harus meninggalkan bangsamu jauh-jauh ke negeri
Belanda.. Tidak ada jaminan kau akan tetap dekat dengan bangsa
Jawa setelah kau bermukim di Belanda. Nanti jarakmu dengan
bangsa Jawa justru semakin jauh.
12 Ibu Suri Hari perkawinanmu telah Romo tetapkan, tanggal 12 November
1903. Terimalah takdirmu anak putriku...
13 Kartini TERTUNDUK LESU
14 Ayah Secepatnya kau akan menjadi guru seperti cita-citamu... Adipati
sudah berjanji pada Romo akan memberikanmu keleluasaan di
pendopo untuk membuka sekolah. Kau akan ditemani dan dilin-
dungi olehnya, suamimu, imammu.
15 Kartini MENGHATURKAN SEMBAH
Untuk Romo.... (UCAPNYA LIRIH... LALU BERLALU KE DALAM
RUMAH.)
Narator:
Kartini melipat rapi perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya. Ia tahu jalan
untuk menuntut ilmu —ke Betawi sekalipun—tertutup sudah. Ia dikalahkan oleh
keharusan dari ayahnya sendiri. Ia harus menjalani hal bertentangan dengan apa
yang disuarakannya selama ini: menolak poligami. Dia tidak mau mengumbar keka-
lahannya ini. Kepada sahabat-sahabat penanya Kartini hanya menulis surat-surat
pendek dan berusaha untuk melihat sisi baik dari yang dijalaninya. Ia membuka
pintu pendopo dan mengundang anak-anak gadis untuk belajar bersamanya. Ia ba-
hagia ketika murid-murid sekolahnya bertambah. Pada tanggal 13 September 1904
Kartini melahirkan anak pertamanya. Empat hari kemudian, di usia yang sangat be-
lia, 25 tahun, ia menutup mata untuk selama-lamanya....
Ujung hidup Kartini terasa tragis... terutama jika dibandingkan dengan gairah
mencari dan membangun pengetahuan yang berkobar-kobar dengan pemberonta-
kan jiwa, kebebasan berpikir, dan kepekaan hatinya. Selama sekitar 10 tahun, pe-
mikirannya menembus tembok pingitan, tetapi, di usia 24, tembok perkawinan ...
sepertinya memadamkan api gairah itu... sampai mati!
SERAMBI MESJID
untuk Pendidikan Perempuan
Drama 3 babak
Pelakon:
1. Narator
2. Rahmah El Yunusiah
3. Zainudin Labay (Kakak, pendiri sekolah modern)
4. Muhammad Yunus (Ayah, ulama besar)
5. Ra iah (Ibu)
6. Sultan di Aceh
Narator:
Rahmah El Yunusiah, tokoh pendidikan dari Padang Panjang yang llahir
hi pada
d awall
tahun 1900, adalah matahari bagi dunia pendidikan perempuan di Padang Pan-
jang. Dia seorang otodidak yang gigih, pendidik yang tangguh, dan pengelola lem-
baga pendidikan Islam yang berwawasan luas. Karyanya di Padang Panjang telah
menyumbangkan inspirasi bagi universitas Al Azhar Qairo tentang pendidikan bagi
perempuan. Mari kita lihat, meski hanya selintas.
Babak Pertama perjalanan Rahmah El Yunusiah, episode:
SERAMBI MASJID
No Pelakon Dialog
1 Zainuddin Assalamualaikum Rahmah... Kau belum pulang juga... sudah lewat
asyar sekarang?...
2 Rahmah Waalaikum salam Uda... Ambo akan pulang sekarang. Barusan
ambo memeriksa kitab-kitab untuk para guru yang harus diper-
barui. Murid kita bertambah banyak saja Uda.
3 Zainuddin Sudah delapan tahun sekolah kita kita berdiri.... wajar saja kalau
murid bertambah. Makin banyak orang tua yang mempercayai
pendidikan anaknya di sini.
4 Rahmah Tapi... Ambo prihatin Da , murid perempuannya masih sangat
sedikit. Masih banyak orang tua yang tidak mengizinkan anak
perempuannya belajar di sekolah.
5 Zainuddin Ya.... Ambo juga prihatin... ambo yakin anak-anak gadis sama se-
pertimu... sangat ingin maju..., akan gigih mencari ilmu.
6 Rahmah Uda... Sudah lama ambo berpikir untuk mendirikan madrasah
khusus untuk perempuan. Ambo sangat berharap anak-anak
perempuan di sekitar sini mengenyam pendidikan.
151
7 Zainuddin Ah ha, baik sekali! Ambo akan mendukungmu... sudah kau pikir
akan buka sekolah dimana dan kapan? ...
8 Rahmah Trima kasih uda... Ambo akan buka secepatnya, kalau bisa tahun
ini. Ambo tidak mau anak-anak perempuan kian jauh tertinggal,
ambo akan buka sekolah di serambi masjid Pasar Usang.
9 Zainuddin Baik juga, di serambi Masjid. Udaranya segar....
10 Rahmah Ya, .. Sudah ambo pikirkan masak-masak Uda. Akan ambo beri
nama madrasah Diniyah Li al-Banat.
11 Zainuddin Bagaimana dengan kursus kebidananmu di RSU Kayu Taman itu?
12 Rahmah Bagus uda... berjalan lancar... dan ambo mau lebih banyak lagi
perempuan mengikuti kursus kebidanan dan kesehatan... agar
kita bisa menolong banyak orang.
13 Zainuddin (AGAK TERHUYUNG ... KERINGAT MEMENUHI DAHINYA)
14 Rahmah Oh, uda!... Uda... pucat sekali.... Uda sakitkah?... Mari Ambo antar
ke dokter.
15 Zainuddin Terima kasih Rahmah.... tak apa, hanya sedikit sesak di sini....
Lebih baik kau pulang saja... Siapkan rencanamu mendirikan
sekolah itu.
16 Rahmah Tentu ambo akan siapkan... tapi, lebih baik ambo antar uda ke
rumah sakit ya... . Kalau uda sehat, nanti uda bisa membantu
sekolah yang akan ambo dirikan. Mari uda...., Uda adalah guru
Rahmah, inspirator Rahmah.
17 Zainuddin Baiklah...
No Pelakon Dialog
1 Ra iah (Ibu Abaaakk.. abaak...... ambo mau barunding... mari duduk.... !
Rahmah) (MEMASUKI RUANGAN DENGAN TONGKAT DAN KACAMATA
TUA)
2 Yunus Ya ya ya... Amaak.... apa yang mau dirundingkan...?
3 Ra iah Abak, aku kasihan pada si Rahmah... Kakaknya meningal dunia,
justru di saat sekolah yang dia dirikan mulai banyak dipercaya
orang. Siapa yang bantu dia nanti.
4 Yunus Kematian kan urusan yang tak bisa ditawar... Tuhan nanti yang
membantu si Rahmah. Tenang sajalah.
5 Ra iah Tenang bagaimana. Kita harus turun tangan membantu dia.
Coba perhatikan. Murid dia pertama saja sudah 71 orang... ibu-
ibu muda yang belajar bahasa Arab dan ilmu agama. Sekarang
serambi masjid itu sudah tak muat lagi untuk murid dia yang
terus bertambah. Apalagi Rahmah mau menambahkan pelajaran
ketrampilan buat perempuan.
6 Yunus Lalu...
7 Ra iah Lalu yaaa... ambo mau bantu dia...
8 Yunus Mau bantu apa.... Kau mau mengajar juga...? (AGAK MENCIBIR)
9 Ra iah Tidak! Ambo sudah tua. Ambo mau mewaka kan sebidang tanah
saja, tanah yang di bagian timur itu, agar Rahmah bisa mendiri-
kan bangunan sekolahnya.
10 Yunus Baguslah itu! Kau beri tanahnya, aku akan sumbang bambu-bam-
bu buat mendirikan bangunan sekolahnya.
11 Ra iah Idemu selalu datang setelah aku punya ide...
12 Yunus Hehehehe... apa boleh buat... Istriku memang lebih cepat mera-
sakan kebutuhan orang... manis pula... tetap manis... walau sudah
makin banyak rambut putihnya.
13 Ra iah Ah Abak... (TERSIPU !). Ayo kita ke kebun ... kita lihat bambu-
bambu yang bisa diberikan untuk Rahmah.
14 Yunus Hehehe... (TERKEKEH, MEMBELAI RAMBUT SANG ISTRI SEBEN-
TAR LALU MENYEDIAKAN TANGANNYA UNTUK DIGANDENG
SANG ISTRI, DAN SAMBIL BERSENANDUNG BERJALAN BERGAN-
DENGAN MENINGGALKAN RUANGAN MENUJU KEBUN. “Oi...oi...
ayam den lape... oi oy ayam den lape.”
No Pelakon Dialog
1 Rahmah Assalamualaikum... Terima kasih Sultan berkenan memenuhi
permintaan saya untuk bertemu.
2 Sultan Ustazzah... Senang bisa bertemu langsung di sini... Selamat datang
di negeri Rencong .... bagaimana perjalananmu dari Padang Pan-
jang... Mari silakan duduk. Tak sabar ingin mendengar madrasah
yang menjadi buah bibir banyak orang.
3 Rahmah (SAMBIL DUDUK) Terima kasih Sultan. Perjalanan kami, al-
hamdulilah berjalan lancar... Kami membawa guru-guru untuk
melihat sekolah-sekolah ternama di sini... banyak yang bisa kami
pelajari untuk mengembangkan diri.
4 Sultan Ustazah begitu merendah. Mungkin kami yang seharusnya bela-
jar ke Pandang Panjang... Saya kenal baik almarhum kakakmu...
Zainuddin, kami sama-sama sekolah di Mekkah. Dia bisa banyak
bahasa... bukan cuma bahasa Melayu dan Arab, dia pun fasih ber-
bahasa Belanda dan Inggris. Saya iri hati... hehehe.
5 Rahmah Saya pun sempat cemburu... dia bisa bebas melangkah kemana
saja mencari ilmu... untunglah saya bisa belajar darinya... dan kini
Diniyah Putri membuka kesempatan yang seluas-luasnya untuk
anak-anak perempuan menimba ilmu pengetahuan. Kami juga
berniat membuka cabang di beberapa tempat agar bisa menjang-
kau lebih banyak murid di luar Padang Panjang. Jika perempuan-
perempuan terdidik... saya yakin masyarakat kita akan lebih baik
lagi.... dan generasi muda kita akan tumbuh lebih baik.
6 Sultan Itu betul.... saya angkat topi dengan perjuanganmu mendirikan
dan mengelola madrasah putri . Apa saja yang dipelajari di ma-
drasah itu ?
7 Rahmah Cukup banyak Sultan, selain ilmu agama, kami juga mengajarkan
ilmu alam, ilmu hitung menghitung, bahasa Arab dan bahasa Me-
layu. Kami datang ke hadapan Sultan ini pun dalam rangka meng-
galang dana. Karena masih banyak yang harus kami lakukan.
Tahun lalu kami mendirikan khusus sekolah untuk perempuan
dewasa yang masih buta huruf. Kami ingin mengembangkan
kurikulum seluas-luasnya, sebaik-baiknya, serta menambah as-
rama untuk para siswa... Jumlah siswa kami lebih dari 300 orang.
Diniyah School Putri Padang Panjang mendapat tempat di hati masyarakat. Lulusan-
nya sangat diminati di mana-mana, bukan hanya di Sumatra dan Jawa, yang ketika itu
menjadi pusat kekuasaan kolonial. Tetapi melintas hingga Malaysia dan Singapura.
Sepuluh tahun sebelum kemerdekaan, di Batavia Rahmah membuka cabang-cabang
sekolahnya antara lain di Kwitang dan Tanah Abang (1935). Lima tahun setelah ke-
merdekaan dia tambahkan sekolahnya di Jatinegara dan Rawasari.
Rahmah juga aktif dalam kegiatan gerakan perempuan. Sekolahnya pernah berubah
menjadi rumah sakit darurat ketika kon lik bersenjata pecah. Ia tidak kehilangan
arah dalam perjuangan. Misinya ada di ruang pendidikan. Di tahun 1955 Rektor
Universitas Al Azhar Mesir, Dr. Syaikh Abdurrahman Taj mengunjungi dan menga-
dopsi sistem pendidikan Perguruan Diniyyah Putri Padang Panjang ke Universitas
Al Azhar yang pada waktu itu belum memiliki pendidikan khusus bagi perempuan.
Rahmah El-Yunusiyyah berhasil mewarnai kurikulum Al-Azhar. Atas jasanya terse-
but, Rahmah mendapat gelar Syaikhah dari Universitas Al Azhar pada tahun 1957.
Beliaulah wanita pertama yang mendapat gelar Syaikhah.
Ketika negeri ini dilukai oleh kekerasan tragedi pembunuhan massal pada akhir ta-
hun 1965, Rahmah justru sedang gigih merintis berdirinya perguruan tinggi. Tahun
1967 cita-citanya mendirikanFakultas Tarbiyah dan Dakwah setingkat perguruan
tinggi berhasil direalisasikan.
Rahmah mengelola lembaga pendidikannya secara independen tidak bera iliasi ke-
pada pihak mana pun, baik pemerintah maupun partai. Ia menolak subsidi dana
pendidikan dari pemerintah kolonial Belanda dan menolak penggabungan sekolah-
sekolah Islam di Minangkabau. Menurutnya, dengan independensi sekolah bebas
berjalan sesuai dengan visi dan misi sendiri, sehingga mampu menghasilkan para
pelajar cerdas, shalihah dan militan. Ia tutup usia pada tanggal 26 Februari 1969.
Melawan 155
CENGKERAMAN TALIBAN
Drama 3 babak
Pelakon:
1. Narator
2. Malala
3. Shazia Razaman (teman sekolah)
4. Sopir bus
5. Dua penembak dari Kelompok Taliban
6. Yousafzai (Ayah)
7. Wartawan 1
8. Wartawan 2
thetimes.co.uk
9. Wartawan 3
10. Gordon Brown, Utusan Khusus PBB untuk Pendidikan Global
11. Ban Ki Moon, Sekretaris Jenderal PBB
12. Vuk Jeremic, Presiden Majelis Umum PBB
Catatan tentang Pelakon
• Sebaiknya satu pelakon dipegang satu orang, tetapi jika jumlah orang ter-
batas maka pelakon, bisa dirangkap, berganti peran di tiap babak, kecuali
pelakon Malala tidak bisa merangkap karena terus menerus ada di setiap
babak.
• Pemeran nomor 11 dan 12, hanya duduk dan menyalami Malala.
Peralatan:
• Kursi–kursi (bisa digunakan untuk bus sekolah dan untuk konferensi pers)
• Shal/shalwar kamiz
• Buku
• Podium
Narator:
Gadis ini lahir pada tanggal 12 Juli 1997 di sebuah distrik negara Pakistan dari suku
Pasthun. Di usianya yang masih belia, ia gigih memperjuangkan hak atas pendidikan
bagi anak-anak perempuan yang tengah dipupus oleh kelompok Taliban atas nama
syariah Islam. Usaha Malala mendapat serangan balik dalam bentuk kekerasan yang
nyaris merenggut nyawanya. Ia pun mendapatkan dukungan yang luas, baik di da-
lam negeri Pakistan maupun di arena internasional. Inilah sepenggal perjalanan
hidupnya: babak Pertama PENEMBAKAN DI ATAS BUS SEKOLAH.
No Pelakon Dialog
1 Sopir Bus (NGENG… SAMBIL NYETIR MEMBERI PEFRINGATAN KEPADA
PENUMPANG YANG ISINYA ANAK-ANAK SEKOLAH)
Anak-anak... kita sepertinya dikejar oleh pasukan bersenjata.
Semoga bukan kita sasarannya.
2 Malala (BICARA PADA TEMANNYA)
Akh... semoga pasukan bersenjata itu mau menyarungkan sen-
jatanya. Pulpen jauh lebih berharga daripada senjata. Membuat
kita cerdas, tidak membuat kita cemas.
3 Shazia Kita berdoa yuk... Aku deg-degan.
Razaman (MEREKA BERDUA BERPEGANGAN TANGAN)
4 Sopir Bus (CITTTTTTTT. REM DIINJAK MENDADAK… MOBIL BERHENTI,
DAN PINTU MOBIL BUS DIBUKA PAKSA, ORANG-ORANG DE-
NGAN SENJATA TERKOKANG NAIK KE ATAS BIS LALU TER-
DENGAR SUARA MENGGELEGAR DARI SALAH SATU MEREKA)
Mana yang bernama Malala?... Mana...?
5 SUASANA SENYAP, TAK ADA YANG BERANI BICARA,
TIBA-TIBA TERDENGAR BEBERAPA TEMBAKAN DHUAR
DHUAR.... DHUAR.... LALU MEREKA PERGI MENINGGALKAN BUS.
MALALA TERKULAI...
6 Shazia (MENANGIS HISTERIS...)
Razaman Malalaaa... Malala... jangan mati, jangan mati...
(IA LALU JATUH PINGSAN MELIHAT DARAH YANG MENGALIR
DERAS DARI KEPALA MALALA)
7 Sopir Bus (SAMBIL MENAHAN TANGIS DAN GUGUP)
Ya Alah .... Apa yang terjadi, tak kami mengerti...
(MENGAMBIL HP, DAN MENELEPON MINTA PERTOLONGAN)
Tolong segera datang, ada anak yang tertembak, luka parah.
Tolong, cepatlah datang... Bawa anak-anak ini ke rumah sakit
sebelum darahnya habis.
8 (PENOLONG DATANG. MEREKA SEMUA DIBAWA KE RUMAH
SAKIT)
No Pelakon Dialog
1 Wartawan 1 Apa kabar Malala. Anda sudah pulih ?
2 Malala Kabar baik.
3 Wartawan 2 Bisa menceritakan mengapa kamu ditembak?
4 Malala Yang saya tahu, saya hanyalah anak sekolah yang ingin terus
sekolah. Saya memang melakukan kampanye menentang para
ekstremis di distrik kami yang melarang anak perempuan seko-
lah. Saya bersuara keras mempromosikan pendidikan bagi anak
perempuan di Lembah Swat, Pakistan. Mungkin karena itu saya
ditembak.
5 Wartawan 3 Anda dituduh berpikiran Barat dan Anda menentang Taliban se-
cara terbuka, karena itu Anda menjadi sasaran seranganTaliban.
6 Malala Begitulah. Ekstrimis Taliban membuat hidup kami sesak. Tak ada
udara kebebasan dan tak ada ruang untuk pendidikan. Taliban
menguasai wilayah kami, dan melarang anak perempuan keluar
rumah termasuk bersekolah. Saya tidak boleh bersekolah karena
saya adalah anak perempuan.
7 Wartawan 1 Anda melawan?
159
majalah Time edisi 29 April 2013 adalah Malala sebagai salah
satu dari 100 Orang paling berpengaruh di dunia. Malala men-
jadi pemenang pertama Penghargaan Perdamaian Nasional
Pemuda Pakistan dan dinominasikan untuk Hadiah Nobel
Perdamaian 2013. Malala dan perjuangannya menghadapi
kaum ekstrimis fundamentails menjadi ikon hari pendidikan
untuk semua. Hari Malala.
Inilah salah satu cuplikan pidato Malala di Forum Majelis Kaum
Muda di Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat.
Malala berpidato di hadapan:
• Ban Ki Moon, sekjan PBB
• Vuk Jeremic, Presiden Majelis Umum PBB
• Gordon Brown, Utusan Khusus PBB untuk Pendidikan
Global,
• Wakil-wakil Negara anggota PBB:
• MC
No Pelakon Dialog
1 MC Hadirin yang kami hormati...
Terima kasih Anda telah hadir di Forum Majelis Kaum Muda di
Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat. Kami persilakan
Utusan Khusus PBB untuk Pendidikan Global, your excellency
Mr Brown.
2 Gordon Brown Terima kasih dan Salam Pendidikan
Hari ini tanggal 12 Juli 2013, kami menamakannya sebagai hari
Malala, hari penyerahan petisi PBB yang berisi desakan kepada
para pemimpin dunia untuk membuka akses pendidikan kepada
57 juta anak.
Petisi ini telah ditandatangani hampir empat juta orang.
Petisi PBB atas nama Malala Yousafzai ini memiliki slogan: “Saya
Malala” menuntut semua anak di seluruh dunia berada di sekolah
pada akhir tahun 2015.
Perjuangan Malala adalah Perjuangan kita bersama.
3 Malala Bismillah Arrahman Arrahim
Atas nama Tuhan yang maha pengasih dan penyayang.
Yang terhormat Sekjen PBB Bapak Ban Ki Moon, Yang terhormat
Presiden Majelis Umum PBB Bapak Vuk Jeremic, Yang terhormat
Utusan Khusus PBB untuk Pendidikan Global, Bapak Gordon
Brown, Para tetua dan saudara saudara:
Assalammualaikum.
1 CEDAW mulai berlaku setelah 30 hari setelah ratiϔikasi 20 pihak, Pasal 27 (1)
2 Lihat Daftar Istilah.
Teks Konvensi
Konvensi terdiri dari Mukadimah dan 30 Pasal. Mukadimah
memuat dasar pikiran tentang penghapusan diskriminasi,
Pasal 1 mende inisikan istilah diskriminasi dan Pasal 2-4
berisi kewajiban umum yang diemban Negara Pihak. Pasal 5
sampai 16 merupakan ketentuan substantif—menjelaskan
berbagai bidang yang secara khusus berpengaruh terhadap
perempuan serta kewajiban negara berkaitan dengan itu; bi-
dang- bidang yang pada umummya terjadi diskriminasi ter-
dapat dalam pasal-pasal tersebut adalah pendidikan1 ketena-
gakerjaan2, kesehatan3 dan partisipasi politik4. Ini merupakan
4 Studi kasus didasarkan pada ‘Dothard v. Rawlinson’, 433 U.S. 321 (1997),
Building Capacity for Change: Training Mannual on the Convention on the
Elimination of All Forms of Discrimination Against Women, IWRAW, Asia
Paciϔic, 2001.
Tindakan
Perbedaan perlakuan, pembatasan atau pengucilan asumsi
berbasis gender telah memberikan dampak negatif pada hak
dan kebebasan perempuan dan menjadi sebab adanya dis-
kriminasi dalam hal-hal sebagai berikut:
Perbedaan perlakuan terhadap perempuan dibandingkan
dengan laki-laki: Dalam Pasal 1 CEDAW, perbedaan per-
lakuan terhadap laki-laki dan perempuan tidak dengan
sendirinya disebut sebagai diskriminasi, tetapi diskriminasi
terjadi bila perbedaan perlakuan tersebut menimbulkan
pengurangan atau penghapusan hak dan kebebasan perem-
puan. Dengan demikian, tindakan a irmasi untuk mengore-
ksi ketidakberuntungan yang dialami perempuan pada saat
ini (contemporary) atau yang sudah lama berlangsung (his-
toric) sebagai upaya untuk mencapai kesetaraan substantif
tidak masuk dalam cakupan de inisi ini.
Pembatasan hak dan kebebasan perempuan: Pembatasan
berarti pengurangan atau pembatasan yang dipaksakan
pada hal yang diakui sebagai hak. Pembatasan jam kerja,
pembatasan gerak/mobilitas, bekerja atau pindah kerja
harus dengan izin suami atau penanggung jawab lainnya
merupakan contoh diskriminasi seperti ini.
Pengucilan: Pengucilan adalah pengingkaran hak dan kebe-
basan perempuan berdasarkan jenis kelamin atau asumsi-
asumsi gender. Contoh dari pengucilan seperti ini adalah
tidak membolehkan perempuan ditahbiskan sebagai pen-
Penghormatan, Pemenuhan
dan Perlindungan
Perwujudan penuh hak asasi manusia menghendaki bahwa
negara mengemban tiga tingkat tanggung jawab, yaitu: peng-
Harmonisasi Nasional
Rati ikasi Konvensi oleh suatu negara mencakup pengakuan
dan persetujuan akan tujuan-tujuan yang ditentukan dalam
traktat dan komitmen untuk melaksanakannya dengan niat
baik. Prinsip kedaulatan membolehkan Negara Pihak menilai
cara, langkah, dan jangka waktu yang diperlukan untuk me-
menuhi kewajiban-kewajiban tersebut. Dengan demikian,
Negara Pihak dapat memberikan syarat atau mengubah ke-
wajibannya terhadap suatu ketentuan khusus dalam traktat
dengan cara reservasi14 atau deklarasi.15 Untuk memastikan
REKOMENDASI UMUM 19
Sikap, prasangka, dan praktek tradisional yang membenarkan kekerasan
berbasis gender seperti kekerasan dalam rumah tangga, perkawinan paksa,
kematian sebagai mas kawin (dowry deaths), sunat perempuan, dll. akan
mengekalkan subordinasi perempuan, tidak hanya di dalam rumah dan di
masyarakat, tetapi juga dalam semua bidang kehidupan. Dampak dari nilai
dan praktek semacam itu melampaui batasan wilayah tempat kejadian
karena dapat memperlambat perempuan memperoleh pengetahuan tentang
hak asasi manusia dan kurangnya pengakuan yang lebih luas mengenai hak-
hak tersebut. [Ayat 11]
REKOMENDASI UMUM 3
Merekomendasikan adopsi program pendidikan dan informasi publik untuk
mencapai kesetaraan sosial (social equality).
REKOMENDASI UMUM 19
Untuk mendesain langkah-langkah yang spesi ik gen-
der dalam mengatasi kondisi yang menambah keren-
tanan perempuan, diperlukan pengakuan bahwa berba-
gai hal seperti kemiskinan, pengangguran, perang, dll.
akan memperbesar resiko bagi perempuan. Kewajiban
negara untuk mengambil langkah-tindak pencegahan
dan perlindungan harus diperluas dan hendaknya meli-
puti semua kondisi yang membuat perempuan menjadi
kelompok yang rentan terhadap eksploitasi seksual.
Timbulnya bentuk-bentuk baru eksploitasi perempuan
seperti pariwisata seks juga perlu mendapat perhatian.
[Ayat 13,14,15,16,24(g)]
REKOMENDASI UMUM 23
Harus diakui bahwa rintangan sosial ekonomi, stereoti-
pe budaya, dan terbatasnya akses pada informasi telah
REKOMENDASI UMUM 23
Partisipasi yang rendah atau konsentrasi pekerja perempuan pada tingkat
yunior dalam bidang diplomasi dan hubungan luar negeri, organisasi dan kon-
ferensi internasional maupun regional, terutama disebabkan karena adanya
asumsi peran gender yang dapat dibuktikan dengan tidak adanya kriteria
yang obyektif dalam proses penunjukan dalam jabatan. Perwakilan perem-
puan dalam jumlah yang memadai diperlukan bagi pengintegrasian perspek-
tif gender dalam pelaksanaan hubungan internasional termasuk perundingan
internasional, bantuan kemanusiaan, dll. Untuk itu, tindakan khusus semen-
tara dirancang untuk memastikan terwujudnya keseimbangan gender dalam
bidang-bidang tersebut. [Ayat 35, 36, 37, 38, 39, 40, 49] .
REKOMENDASI UMUM 21
Kewarganegaraan perempuan sangat penting artinya
bagi partisipasi penuh perempuan dalam masyarakat
dan akses pada layanan publik seperti kesehatan, pen-
didikan, dll. Dengan demikian, kewarganegaraan harus
dapat diubah oleh perempuan dewasa dan tidak ditentu-
kan oleh atau tergantung pada kewarganegaraan suami
atau ayah mereka. [Ayat 6]
(6) Pendidikan
PASAL 10
Pasal ini dimaksudkan demi tercapainya kesetaraan dan
penghapusan diskriminasi terhadap perempuan dalam
bidang pendidikan melalui cara-cara sebagai berikut:
Dengan menciptakan kondisi yang sama untuk bim-
bingan karir dan pekerjaan terkait melalui akses dan
capaian pada semua tingkatan pendidikan;
Dengan menciptakan akses yang sama untuk mem-
peroleh pendidikan di semua tingkatan, standar pen-
didikan yang sama, infrastruktur pendidikan, pro-
gram untuk melanjutkan pendidikan dan informasi
pendidikan khusus tentang kesehatan dan keluarga
berencana;
Dengan menghapus stereotip gender dalam pen-
didikan dan mengurangi angka putus-sekolah siswa
perempuan; dan
Dengan menciptakan kesempatan yang sama untuk
REKOMENDASI UMUM 19
Merekomendasikan agar pendidikan dan informasi publik ditujukan untuk
menghapus segala prasangka yang merugikan perempuan. [Ayat 24(f)]
(7) Pekerjaan
PASAL 11
Merupakan legislasi pelindung yang sangat penting dalam memastikan persa-
maan dalam pekerjaan, terutama terkait dengan:
Hak bekerja, kebebasan memilih profesi dan kesempatan kerja yang sama;
Hak untuk memperoleh upah, tunjangan dan kondisi pelayanan yang
sama;
Hak atas jaminan sosial, perlindungan kesehatan dan kondisi kerja yang
aman, termasuk perlindungan fungsi reproduksi perempuan dengan mem-
berikan cuti hamil dengan tetap menerima bayaran dan tunjangan lainnya;
dan
Mencegah terjadinya diskriminasi terhadap perempuan berkaitan dengan
status perkawinan dan kehamilan, dan pada saat yang sama menciptakan
model kesetaraan substantif untuk meningkatkan layanan kehamilan di
tempat kerja.
REKOMENDASI UMUM 13
Merekomendasikan rati ikasi Konvensi ILO No. 100 untuk melaksanakan prin-
sip upah yang sama untuk pekerjaan yang sama nilainya.
REKOMENDASI UMUM 16
Negara wajib mengambil langkah-langkah untuk memastikan diberikannya ja-
minan sosial dan tunjangan sosial bagi perempuan yang bekerja di perusahaan
keluarga.
REKOMENDASI UMUM 19
Rekomendasi ini mende inisikan pelecehan seksual sebagai salah satu bentuk
diskriminasi gender di tempat kerja dan menganggap bahwa hal tersebut mem-
batasi kesetaraan bagi perempuan dalam pekerjaan. Secara khusus diberikan
rekomendasi untuk diberikannya pelatihan, kesempatan kerja dan pemantauan
kondisi pekerja rumah tangga untuk melindungi mereka dari kekerasan. [Ayat
17, 18, 24 (p)] .
REKOMENDASI UMUM 14
Direkomendasikan beberapa langkah yang perlu diambil
untuk menghapus sunat perempuan, seperti monitoring
dan pengumpulan data; diseminasi data untuk meng-
ubah sikap; mendukung usaha organisasi perempuan,
pendidikan umum; kebijakan kesehatan yang sesuai dan
kerjasama dengan lembaga/badan PBB.
REKOMENDASI UMUM 15
Sebagai antisipasi terhadap resiko dan dampak AIDS,
terutama bagi perempuan dan anak-anak, direkomen-
dasikan adanya program untuk memerangi AIDS yang
mengintegrasikan hak dan kebutuhan perempuan teru-
tama dalam kaitannya dengan peran reproduksi dan po-
sisi subordinasi mereka. Partisipasi perempuan dalam
perawatan kesehatan dan program pencegahan infeksi
HIV juga harus ditingkatkan.
REKOMENDASI UMUM 19
Rekomendasi ini menyatakan bahwa kekerasan terhadap
perempuan secara umum akan membawa risiko bagi ke-
sehatan dan kehidupan mereka. Juga perlunya memper-
hatikan beberapa praktek tradisional yang berbahaya
bagi kesehatan perempuan dan anak-anak, seperti sunat
perempuan, larangan konsumsi beberapa jenis makanan
tertentu bagi ibu hamil dan kecenderungan lebih senang
mempunyai anak laki-laki. Rekomendasi ini juga bertu-
juan untuk mencegah pemaksaan terhadap perempuan
berkaitan dengan fertilitas dan reproduksi, dan mere-
komendasikan kontrol fertilitas untuk menghindarkan
penggunaan prosedur medis yang tidak aman. [Ayat 19,
20, 24(m)] .
REKOMENDASI UMUM 21
Pembatasan bagi perempuan untuk menandatangani
kontrak, akses pada kredit keuangan, menganggap kes-
aksian perempuan kurang bernilai, atau pilihan domisili,
semuanya merupakan pengingkaran hak atas kesetaraan.
Pembatasan, penghapusan atau menyebabkan kapasitas
perempuan tergantung atau tersubordinasi pada laki-la-
ki walaupun melalui kesepakatan pibadi juga merupakan
suatu bentuk pembatasan. [Ayat 7, 8, 9, 10]
REKOMENDASI UMUM 19
Mewajibkan sterilisasi dan aborsi merupakan pelanggaran hak perempuan un-
tuk memutuskan jumlah dan jarak kelahiran. [Ayat 22]
Kekerasan terhadap perempuan dalam keluarga mengurangi hak mereka un-
tuk berpartisipasi dalam kehidupan keluarga dan kehidupan publik. [Ayat 23]
Ditentukan rekomendasi bahwa penanggulangan kekerasan dalam rumah tang-
ga dilakukan melalui langkah-langkah sipil dan kriminal, menyediakan layanan
dukungan berupa rumah aman (shelter) dan pusat pemulihan dari krisis. [Ayat
24 (r)]
REKOMENDASI UMUM 21
Hukum dan tradisi yang memberi hak kepada laki-laki untuk memperoleh
harta benda lebih banyak (melalui waris, pemutusan perkawinan atau hubung-
an de-facto) adalah tindakan diskriminatif. Negara harus mengakui dan mem-
fasilitasi pemberian hak yang sama untuk memiliki, menjual atau memperoleh
keuntungan dari harta benda yang dikumpulkan dan dimiliki selama perka-
winan atau hubungan de-facto. Mengenai pembagian harta benda, sumbangan
inansial dan non- inansial harus dipertimbangkan sama. [Ayat 28, 30, 31, 32,
33]. Hak-hak perempuan harus dilindungi terlepas dari status perkawinannya.
[Ayat 29]
1 Convention on the Elimination of all Forms of Discrimination Against Women, 1979, Article 16 (e).
2 “Men – New Focus for Family Planning Programmes,” Population Reports, Series J, No. 33, 1986.
Bangladesh data from D. Lawrence Kincaid et.al. “Family Planning and the Empowerment of Women
in Bangladesh,” makalah disajikan dalam Pertemuan Tahunan ke-119 the American Public Health As-
sociation, Atlanta, GA, November 13, 1991, dalam Lori L. Heise, “Freedom Close to Home: The Impact of
Violence Against Women on Reproductive Rights,” dan Rebecca Cook, “ International Human Rights and
Women’s Reproductive Health,” dalam Women’s Rights Human Rights: International Feminist Perspec-
tive, eds. Julie Peters dan Andrea Wolper, 238, 256 (London: Routledge 1995) 242.
3 onna Sullivan, “ The Public/Private Distinction in International Human Rights Law,” in Women’s
Rights Human Rights: International Feminist Perspective eds. Julie Peters and Andrea Wolper, 126-134
(London: Routledge, 1995), 128. See also Rekomendasi Umum 23 ayat 8.
9 1996) 5 SCC 125, cited in A Digest of Case Law on the Human Rights of Women, 32-36 (Thailand: Asia
Paciϔic Forum on Women Law and Development, 2003), 34
10 Case no. 18 of 1994, Supreme Court of Vanuatu, cited in A Digest of Case Law on the Human Rights of
Women, 81-84 (Thailand: Asia Paciϔic Forum on Women Law and Development, 2003), 83.
199
Sesi 5
INSTITUSI-INSTITUSI
HAM NASIONAL
INSTITUSI-INSTITUSI 201
HAM NASIONAL
Foto: jaringnews.com
Pengantar
Pembukaan UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa pembentukan Pemerintah
Negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ke-
hidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan ke-
merdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Hal ini sejalan dengan prinsip
dalam hukum internasional tentang HAM yang menyatakan bahwa Pemerintah
(atas nama Negara) merupakan pihak yang bertanggung jawab memenuhi, melin-
dungi, dan memajukan hak asasi manusia.
Upaya Pemerintah Indonesia dalam memenuhi, melindungi, dan memajukan HAM
antara lain diwujudkan melalui keberadaan institusi-institusi HAM nasional. Dalam
pelatihan ini, kita akan mengenali tiga institusi HAM nasional, yaitu Komnas Perem-
puan, Komnas HAM, dan Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Jika waktu latihan memungkinkan, sangat disarankan kegiatan mengenal institusi-
institusi HAM nasional dilakukan dengan bentuk kegiatan kunjungan lapangan (ϔield
visit), agar peserta dapat secara langsung melihat dan mengenal keberadaan insti-
tusi-institusi HAM. Jika waktu terbatas. Maka kegiatan ϔield visit ini diubah menjadi
kegiatan diskusi dengan narasumber selama sekitar 2 jam.
Alur Acara
1 5’ Pengantar
2 45’ Presentasi narasumber
3 60’ Diskusi
4 10’ Rangkuman dan penutup
120’ Total
Langkah-Langkah
a. Karena waktu sangat terbatas, hanya 2 jam, maka
keseluruhan kesempatan dimaksimalkan un-
tuk berdiskusi dengan narasumber. Diharapkan
narasumber dapat memberikan gambaran umum
tentang
• Keberadaan masing-masing institusi HAM,
sejarah pembentukannya
• Apa persamaannya, dan apa yang membeda-
kan ketiganya secara mendasar.
• Bagaimana mekanisisme kerjanya
• Apasaja tonggak-tonggak keberhasilannya
dalam memajukan HAM
• Apa saja tantangannya
b. Setelah peseta berdiskusi dengan narasumber,
fasilitator bisa menghimpun pembelajaran ber-
harga yang dipetik oleh para peserta tentang sesi
ini.
203
Lampiran
PERANGKAT KEGIATAN
SESI LIMA
Sekilas tentang Komnas HAM, Komnas Perempuan,
dan Komnas Perlindungan Anak Indonesia
Daftar Instrumen HAM di Indonesia
Foto: suarakampung.blogspot.com
Foto: langitperempuan.com
Sumber: id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Nasional_Perempuan)
213
• Penguatan mekanisme hak asasi manusia bagi perem-
puan;
• Kekerasan terhadap perempuan dalam konteks tahanan
dan serupa tahanan;
• Kekerasan terhadap perempuan dalam konteks perka-
winan dan keluarga;
• Kekerasan terhadap perempuan dalam praktik budaya;
• Kekerasan terhadap perempuan rentan diskriminasi,
antara lain penyandang cacat, anggota masyarakat adat,
dan anggota komunitas minoritas;
• Kekerasan seksual dalam berbagai konteks lainnya, ter-
masuk oleh pejabat publik, pendidik, pemuka komunitas,
dan di media;
Foto: quice-creative.com
• Perlindungan dan dukungan bagi Perempuan Pembela
HAM;
• Kekerasan terhadap perempuan dalam praktik politik, ter-
masuk pemilu dan pemilukada;
PERLINDUNGAN 215
ANAK INDONESIA
Foto: viva.co.id
217
Sesi 6
PERAN GURU DALAM
PENDIDIKAN HAM &
KEADILAN GENDER
Foto: www.ei-ie.org
Pengantar
Kita sepakat bahwa peran pendidikan yang utama adalah
memanusiakan manusia dan menghasilkan generasi yang se-
hat seutuhnya. Kita berharap—melalui proses pendidikan—
anak didik akan menjadi manusia yang berbudi luhur, berka-
pasitas, dan mampu menyesuaikan diri. Untuk itu HAM perlu
menjadi acuan dalam proses pendidikan.
Di sisi lain kita menyadai bahwa sejak lama—dan hingga kini
masih saja—perempuan berada dalam posisi rentan terhadap
pelanggaran HAM, sebagaimana yang terlihat dalam sesi-sesi
pelatihan kita. Dari waktu ke waktu, paling tidak dari sesi ke
sesi dalam pelatihan ini kita makin menyadari betapa pent-
ingnya menginternalisasi HAM Berperspektif Gender ke da-
lam pendidikan untuk memanusiakan manusia.
Sesi ini ditujukan untuk menggali lebih jauh peran pendidik-
an di tingkat SLTA (khususnya pendidikan Sejarah dan PKN
serta kegiatan Bimbingan Konseling) dalam pengajaran HAM
Berperspektif Gender .
Indikator
Peserta dapat merumuskan upaya-upaya mengintegrasikan
HAM berperspektif gender dalam sistem pendidikan SLTA.
Peserta dapat merumuskan upaya-upaya yang dibutuhkan
untuk meningkatkan kapasitas guru dalam memahami HAM
berperspektif gender agar dapat menerapkannya dalam
proses pendidikan (belajar-mengajar) di SLTA.
Peserta dapat merumuskan tantangan yang dihadapi dan du-
kungan yang tersedia untuk menerapkan HAM Berperspektif
Gender dalam proses pendidikan di SLTA.
Metode
Diskusi berputar antar peserta (“World Café Dialogue”).
Alur Acara
1 10’ Pengantar Fasilitator
2 90’ 3 putaran dialog (metode “world café dialogue”)
3 30’ Perumusan per café
4 60’ Presentasi dan diskusi pleno
5 20’ Rangkuman penutup
210’ Total
223
Lampiran
PERANGKAT KEGIATAN
SESI ENAM
Membaca Statistik Pendidikan dari Perspektif Gender,
Yustina Rostiawati
Bias Gender dalam Buku Pelajaran, Yustina Rostiawati
Pendidikan yang Humanis, Paulo Freire
Kutipan UNESCO: “Peran Kualitas Pengajaran”
Kutipan tulisan Soedjatmoko: “Anak Sebagai Potensi Sumber
Daya Manusia”
Merdeka Berilmu-Pengetahuan, Iwan Pranoto
40 Hak Konstitusional dalam 14 Rumpun
Peran Guru Sebagai Agen Perubahan, UNESCO
Peran Kualitas Pengajaran
Guru Sebagai “Social Engineer” dan Agen Perubahan
Kurikulum 2013 dan Guru
Foto: scumakers.wordpress.com
Diterjemahkan dari Learning: The Treasure Within, UNESCO, 1996, hlm 146
Dikutip dari MENJADI BANGSA TERDIDIK menurut Soedjatmoko, KOMPAS, Januari 2010, 187-189
Iwan Pranoto guru besar ITB, artikel ini dimuat dalam harian KOMPAS, 20 Juni 2013.
Diterjemahkan dari Learning: The Treasure Within, UNESCO, 1996, halaman 141-42
Diterjemahkan dari Learning: The Treasure Within, UNESCO, 1996, hlm 146-47.
Diterjemahkan dari: J.C. AGGARWAL, BASIC IDEAS OF EDUCATION, SHIPPRA, 2001, Hlm. 80-81
241
(Iii) Guru sendiri menjadi model mewujudkan sikap dan
nilai-nilai yang diinginkan.
(Iv) Melakukan program-program kebangkitan sosial.
Kompetensi yang diinginkan pada Guru untuk Berperan
dalam Perubahan Sosial. Dikatakan bahwa nasib bangsa
dibentuk di kelas dan guru merupakan instrumen yang sa-
ngat penting dalam pencetakan takdir itu. Agar dapat melak-
sanakan tanggung jawab besar seperti itu, maka perilaku guru
harus menunjukkan usaha melakukan tugas dengan benar.
Kepribadiannya harus mencerminkan karakteristik warga
negara yang baik. Guru sendiri harus menunjukkan konsep
kebebasan, ekualitarianisme, martabat individu, hak dan ke-
wajiban dll, sehingga ia dapat mengirimkan hal yang sama un-
tuk generasi muda.
Kendala Guru dalam memainkan Peran Perubahan Sosial.
Prof. SP Ruhela dan KC Vyas mengajukan pertanyaan ini da-
lam konteks situasi di India, “Bagaimana mereka bisa jadi be-
gitu jika penempatan guru sekolah sejauh ini belum mampu
memunculkan sebuah profesi dalam pengertian yang seksa-
ma karena mereka tidak tercerahkan secara efektif dan tidak
berkomited dalam organisasi profesi, dan ketika banyak lem-
baga pelatihan guru masih terus menjadi kantong-kantong
pendidikan yang kumuh menjijikkan, kamp konsentrasi, fak-
sionalisme dan kelambanan, di mana guru disosialisasikan,
dilatih dan dimotivasi dengan buruk untuk berpikir dan ber-
tindak kreatif atau inovatif.“
245
Sesi 7
EVALUASI & PENUTUP
Tujuan
Memastikan adanya pemenuhan harapan peserta dan pe-
nyelenggara atas proses training yang berlangsung.
251
Lampiran
KUMPULAN PERMAINAN
(GAMES) & “ENERGIZER”
255
1.2 Permainan Cermin
Fungsi Melanjutkan upaya membangun kerjasama dan membangun suasana
yang menyenangkan (humoris).
Jenis Bisa tanpa atau dengan kata-kata gerak seluruh tubuh (kepala, muka/mi-
Permainan mik, tangan, badan, kaki)
Waktu 5 menit
Cara Bermain (Mirip permainan pertama, hanya beda gerakan yang diminta)
1. Peserta diminta untuk berdiri berpasang-pasangan (si A dan si B
berdiri berpasangan)
2. Setiap pasangan bekerjasama, salah satu dari keduanya akan menjadi
cermin dan pasangannya menjadi orang yang bercermin
3. Orang yang bercermin dapat melakukan gerakan apa pun, termasuk
mimik lucu, mimik marah, mimik sedih, gerak menyisir rambut, ber-
dandan, gerak tubuh, posisi tubuh, menari atau berpidato.
4. Cermin harus mengikuti apa yang dilakukan oleh yang bercermin,
sama sebangun
5. Setelah dua menit, posisi yang bercermin dan posisi cermin berganti.
Pertanyaan Bagaimana rasanya menjadi cermin dan menjadi orang yang bercer-
Re lektif min
Apa yang menyenangkan, apa yang susah, dan apa yang mudah ?
257
1.4 Permainan Reaksi Salah Kamar
Fungsi Membangun daya imajinasi , kreativitas, dan tertawa
Jenis Seni peran sederhana (kata-kata dan ekspresi)
Permainan
Waktu 15 menit (untuk lima macam kamar)
Cara 1. Minta lima orang voluntir. JIka kebetulan komposisi meja belajar
Bermain dalam bentuk kelompok-kelompok, jumlah voluntirnya mengikuti
jumlah kelompok
2. Para voluntir diminta untuk membuat reaksi karena mereka salah
masuk kamar, datang dari suatu tempat, bermaksud ke suatu tem-
pat (kamar), tetapi kamar yabng dimasuki salah. Reaksi semacam
apa yang mungkin atau biasanya muncul.
3. Kamar-kamar yang salah itu, bisa disepakati dengan kelompok, atau
juga ditetyapkan oleh fasilitator, misalnya
• Bermaksud ke WC perempuan tetapi masuk ke WC laki-laki dan
ada orang sedang buang air kecil disana
• Bermaksud ke kamar kerja kawan untuk gosip tetapi masuk ke
kamar kerja bos yang sedang serius bekerja
• Bermaksud ke kamar rawat inap istri/suami dengan membawa
bunga di rumah sakit tetapi masuk ke kamar pasien lainnya yang
nampak amat sangat menunggu/mendamba seseorang datang
• Bermaksud ke kelas mata pelajaran sejarah, tetapi masuk ke
kelas yang murid-muridnya siap berolah raga
• Bermaksud ke kamar tidur untuk istirahat tetapi masuk ke
dapur melihat pasngan (suami/istri) sedang sibuk menyiapkan
makanan
4. Voluntir diminta mengekspresikan reaksi dan tindakannya saat dia
masuk ke kamar yang salah.
5. Setelah semua voluntir mengekspresikan reaksinya, fasilitator mem-
beri kesempatan peserta lain untuk berkomentar
Pertanyaan Pelajaran apa yang didapat dari reaksi spontan salah kamar untuk mengha-
Re lektif dapi situasi yang tak dikehendaki?
259
1.6 Permainan “Kutebak kalian ada di...”
Fungsi Kerjasama, imajinatif, dan bersenang-senang (fun)
Jenis Kreativitas dan ekspresi artistik yang berarti secara kolektif
Permainan
Waktu 15 menit untuk lima kelompok
Cara 1. Peserta dibagi dalam kelompok (5-6 orang).
Bermain 2. Satu anggota kelompok diminta untuk menjadi Orang yang Mencari/
menebak; Satu orang ini akan disisihkan sementara sisa aggota kelom-
pok membuat diorama tentang suatu lokasi yang harus ditebak.
3. Lokasi yang dimaksud misalnya:
• Pantai (Kuta Bali, atau lainnya)
• Gunung (Rinjani, Merapi, atau lainnya)
• Pasar Malam (Jakarta Fair, atau Sekatenan..)
• Airport (SukarnoHatta, misalnya)
• Fashion Show (Jember Festifal misalnya)
Fasilitator membagikan kartu yang berisi tulisan satu lokasi pada ma-
sing-masing kelompok secara acak. Dan kelompok ditugaskan membuat
peragaan yang menunjukkan lokasi tersebut sekreatif mungkin agar
temannya dapat menemukan mereka. Mereka boleh membuat tanda-
tanda jalan, papan nama, iklan, dan memperagakan beberapa hal agar
penebak bisa menebak dengan jelas. Tetapi tidak boleh menuliskan
nama lokasi yang ada dalam kertas tugas. Kelompok mendapat tugas 5
menit untuk mempersiapkan peragaan ini.
4. Setelah melakukan persiapan bersama, secara bergantian kelompok
mempresentasilkan lokasi tersebut, teman yang Mencari/Menebak
datang dan berusaha untuk menebak dimana lokasi teman-temannya
itu. Fasilitator yang akan menemani, dengan mengatakan: Silakan kau
tebak, atau hampir kau temukan, atau masih jauh, bukan lokasi itu, ayo
sedikit lagi, dst, sampai dia dapat atau menyerah.
Pertanyaan Bagaimana membuat tanda-tanda dan menghubungkannya? Bagaimana
Re lektif membuat tanda agar dimengerti oleh orang lain?
Terjemahan bebas
THE DAY THE MOUNTAINS MOVE HARI GUNUNG-GUNUNG BERGERAK
The day the mountains move has come Telah datang hari gunung gunung
I speak, but no one believes me bergerak
Aku bilang...! tapi, tak satu pun percaya
For a time the mountains have been
asleep Sementara saja gunung-gunung itu
But long ago they all danced with ire tertidur
It doesn’t matter if you believe this, Dulu, mereka semua menari-nari
bersama api
My friends, as long as you believe:
Tidak jadi masalah apakah kau mem-
All the sleepning women
percaya hal ini,
are now awake and moving
Temanku, sebagaimana kau kini
percaya
Semua perempuan yang tertidur
sekarang terjaga dan bergerak
I got lowers today. It wasn’t our anniversary or any other special day.
Last night he threw me into a wall and then started to choke me.
It seemed like a nightmare but you wake up from nightmares to ind
that they aren’t real. I woke up this morning and bruised all over.
I know he must be sorry —
because he sent me lowers today.
I got lowers today. And it wasn’t Valentines Day or any other special
day. Last night he beat me and threatened to kill me.
Makeup and long sleeves didn’t hide the cuts and bruises this time.
I couldn’t go to work because I didn’t want anyone to know
But I know he is sorry –
because he sent me lowers today.
I got lowers today and it wasn’t Mother’s Day or any other special day.
Last night he beat me again and it was much worse than all the other
times. If I leave him what will I do? How will I take care of the kids?
What about money? I’m afraid of him and too scared to leave him!
But he must be sorry –
because he sent me lowers today.
2.6
BERMAINLAH
N. Driyarkara
1.5.
Tokoh Narasi Monolog
Hallo ladies and gentlemen...
271
John Stuart Mill Saya seorang laki-laki.... saya malu sekali begitu banyak la-
ki-laki yang tidak menyadari adanya penindasan terhadap
perempuan.
Saya menulis buku khusus tentang ini, judulnya the Subjection
on Women. Penaklukan perempuan
Di buku ini saya menulis tentang posisi perempuan di masya-
rakat yang direndahkan. Saya menyaksikan standard ganda di
masyarakat ; standard ganda etis terhapa perempuan, di satu
sisi dia disanjung, di sisi lain dia dipasung. Perempuan tidak
memiliki kebebasan sipil dan kesempatan ekonomi seperti
laki-laki. Kondisi ini telah melukai kaum perempuan.
Karakter perempuan yang dipuja-puja adalah karakter ketidak-
berdayaan, dan ketidak-egoisan atau altruisme. Kemandirian,
otonomi, dan kebebasan dikonotasikan dengan perempuan
liar dan buruk.
Standar ganda itu telah memaksa perempuan berada di ru-
mah dan keluarga yang diberi label sebagai “tempat alamiah
perempuan”. Perempuan tidak dibiarkan bebas memasuki ru-
ang publik. Hal ini sudah berlangsung sejak abad 15.
Menurut saya perempuan punya hak penuh atas hidupnya
untuk itu hak pilih perempuan tidak boleh disangkal. Mereka
yang memenggal kepala Olympe, bukan hanya memenggal
perjuangan perempuan tetapi juga memenggal kemanusiaan.
Laki-laki merasa super bukan hanya laki-laki kulit putih; laki-
laki kulit hitam yang tertindas kulit putihpun mereka melaku-
kan penindasan terhadap perempuan kulit hitam.
Laki-laki merasa superior terhadap perempuan. Hubungan
kekuasaan laki-laki dan perempuan memang begitu pelik,
tersembunyi dalam ruang-ruang pribadi, dalam tradisi, juga
dalam politik. Saya menulis persoalan ini bersama kekasih
saya, Harriet pada tahun 1832 dengan judul: Early essays on
Marriege and Divorce. Esay-esay pendahuluan: Perkawinan
dan Perceraian.
275
Aggarwal, JC, BASIC IDEAS OF EDUCATION, Shipra publication, Delhi, 2001
Alec Fisher, CRITICAL THINKING, AN INTRODUCTION, Cambridge University Press, 2001
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Kementrian Negara Pemberdayaan Perem-
puan, UNFPA, BAHAN PEMBELAJARAN PENGARUSUTAMAAN GENDER, 2005
Bonnie G Smith (ed), WOMEN’S HISTORY IN GLOBAL PERSPECTIVE, University of Illionis
Press, 2004
Chandra Talpade Mohanty, FEMINISM WITHOUT BORDERS, DECOLONIZING THEORY
PRACTICING SOLIDARITY, Zubaan, Duke University Press, 2003
Cora Vreede-De Stuers, SEJARAH PEREMPUAN INDONESIA Gerakan dan Pencapaian,
Komunitas Bambu, Depok, 2008
Dom Helder Camara, SPIRAL KEKERASAN, Resist Book, 2005
Doni Tamblyn & Sharyn Weiss, THE BIG BOOK OF HUMOROUS TRAINING GAMES,
McGraw-Hill, 2000
Estelle B Freedmen, THE ESSENTIAL FEMINIST READER, The Modern Library, 2007
Frank Youngman, THE POLITICAL ECONOMY OF ADULT EDUCATION AND DEVELOP-
MENT, Zed Books London & New York, 2000
Freire, Paulo , POLITIK PENDIDIKAN: Kebudayaan, Kekuasaan, dan Pembebasan, (ter-
jemahan dari The Politic of Education: Culture, Power, and Liberation), kerjasama Pustaka
Pelajar dan READ (Research Education and Dialogue, Yogjakarta, 1999
Gadis Arivia, FILSAFAT BERSFEKTIF FEMINIS, Yayasan Jurnal Perempuan, 2003
Gail Omvedt, VIOLENCE AGAINST WOMEN, New Movements and New Theories in India,
Kali for Women, 1990
Islam, Mahmuda, MASCULINITY, PATRIARCHY, GENDER AND WOMEN OPPRESSION,
Departement of Women and Gender Studies University of Dhaka, 2008
Jane Sahi, Akshar Mudra, EDUCATION AND PEACE, Vasant Palshaikar, Pune, 2002
John Adair, THE ART OF CREATIVE THINKNING, Golden Books, Jogjakarta, 2008
Joost Cote, REALIZING THE DREAM OF RA KARTINI, HER SISTERS’ LETTERS FROM
COLONIAL JAVA, KITLV Press, Leiden, 2008
Julia Suryakusuma, AGAMA, SEKS, & KEKUASAAN, Kumpulan Tuluisan 1979-2012, Komu-
nitas Bambu, Depok, 2012
Jurnal Perempuan, No 61, PENDIDIKAN, MEDIA, DAN GENDER, Desember 2008
Jurnal Perempuan No 66, PENDIDIKAN UNTUK SEMUA, (tanpa tahun)
Katarina Tomasevski, PENDIDIKAN YANG TERABAIKAN, Masalah dan Penyelesaiannya
277
Ronald A Howard and Clinton D Korver, ETHICS FOR THE REAL WORLD, CREATING A
PERSONAL CODE TO GUIDE DECISIONS IN WORK AND LIFE, Harvard Busoness Centre,
2008
Sita Thamar van Bemmelen, MENUJU MASYARAKAT ADIL GENDER, Veco Indonesia, 2009
Siti Soemandari Soeroto, KARTINI, SEBUAH BIOGRAFI, Gunung Agung, Jakarta MCMLXX-
VII, 1977
Soedjatmoko, MENJADI BANGSA TERDIDIK MENURUT SOEDJATMOKO, Kompas Penerbit
Buku, 2010
SS Mathur and Anju Mathur, SOCIO PSYCHOLOGICAL DIMENSIONS OF WOMEN EDUCA-
TION, Gyan Publishing House, New Delhi, 2001
Taisha Abraham, WOMEN AND THE POLITICS OF VIOLENCE, Shakti Books, 2002
Wazir Rekha, THE GENDER GAP IN BASIC EDUCATION, NGOs as Change Agents, sage
Publications, Delhi, 2000
Ucapan terima kasih yang teramat tinggi dan tulus perlu disampaikan kepada banyak pihak
yang berkontribusi pada proses penulisan Modul ini. Kontribusi itu diberikan dalam bentuk
pemikiran dan ungkapan pengalaman yang amat berharga, terutama pengalaman sebagai
guru.
Kami mendapatkan kontribusi pemikiran dan sharing pengalaman dari para peserta per-
temuan konsultasi/lokakarya penulisan modul, yaitu:
Para peserta lokakarya/konsultasi penyusunan modul pendidikan ham berperspektif gen-
der untuk wilayah Jakartapada 27-29 Februari 2012 :
1. Retno Listyarti - SMAN 13
2. Drs. Ali Rahmat - Sekolah Avicenna
3. Euis Nurjanah - SMK PONCOL
4. Endah J. Ningtyas - SMA 110
5. Tintin Suprihatin - SMAN 114
6. Dra. Hj. Ida Kadariah, M.Pd - SMAN 6
7. Aisiyatun Na isah - SMAN 5 Kota Tangerang
8. Rosalinah - SMAN 5 Depok
9. R.M. Setiadi - SMK 15 Jakarta
10. Yurnila Yani - SMK 6 Jakarta
11. Supadi, M. Pd, - MAN 21 Jakarta
12. Dede Rosidah - SMAN 45 Jakarta
13. Hubertus Basuki Wibowo - SMA Mahatma Gading
14. Ade Candra S.Pd, M. Si - MAN 13 Jakarta
15. Susana Sri Swasti W - SMA Santa Ursula BSD
16. H. Mahfud, S.Ag, MM.Pd - MAN 8 Jakarta
17. Vincentius Raya Sitorus - SMA Katolik Abdi Siswa
Para peserta lokakarya / konsultasi penyusunan modul pendidikan ham berperspektif
gender untuk Wilayah Indonesia Timur di Manado pada 10-12 April 2012, yaitu:
1. Dra. Dince Yeni Sambeka - SMA Kristen 1 Tomohon
2. Roos Kopalit, S.pd - SMA Negeri 1 Manado
3. Dra. Saartje Katrien Gosal - SMA Negeri 7 Manado
4. Juhria Haji Ibrahim, S.pd - MAN Model Manado
5. Semce Boham, STH, MTH - SMK Negeri 2 Manado
6. Maartje M Sigar, S.Pd - SMK Negeri 1 Tumpaan
7. Drs. Djones Takalumang - SMA Negeri 1 Amurang
8. Arlyn I. Lengkong - SMA UNKLAB
9. Almaidah - SMA Negeri 1 Maligano
10. Rilan Sjahria, S.pd - SMK Negeri 1 Raha
11. Abdul Wahid Roroa - SMK PGRI Dobo
12. Dra. Naomi Pandie - SMK Negeri 2 Kupang
13. David D. E. Natun, S.pd - SMA Negeri 3 Kupang,
14. Menasetiabudi Ritha - SMA Negeri 1 Ambon
15. Abdul Asis - SMA Negeri 17 Makassar
16. Laorens Wantik - SMA Negeri 5 Jayapura
17. Drs. Dante Tombeg - Kepala Dinas Pendidikan Kota Manado
279
Para peserta lokakarya / konsultasi penyusunan modul pendidikan ham berperspektif gen-
der Untuk Wilayah Indonesai Barat dan Tengah di Jakarta pada 18 - 20 Juni 2012, yaitu:
1. Agustina T, SMA ST Petrus Pontianak, Kalbar.
2. Sri Yoana, SMA 5 Balikpapan.
3. Edi Purwanto Nugroho, SMAN 5 DIY:
4. Herliadi, SMA Asuhan Daya Medan
5. Zul Al ia Hadi, MA HANRAIN NTB, Lombok Barat, Kecamatan Kediri.
6. Ibnu Abas, M. Aliyah Nusantara, Cirebon
7. Hikmah, SMKN I Sungai Liat Bangka, Kepulauan Bangka Belitung.
8. Aniek Suhariyanti, SMKN 2 Surabaya
9. Etty Wahyunani, SMAN 10 Samarinda, Kaltim
10. Eva Setia Trisila, SMA Plus N 7, Bengkulu:
11. Zubaidah, SMA N 1 Baradatu, Waykanan, Lampung
12. Endang Iswani, SMAN 17 Palembang
13. Hizqil Afandi, SMA Labschool Unsyiah Banda Aceh.
14. Mettadewi W, SMA Dharma Suci, Jakarta
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada para guru yang nama-namanya kami sebut di
halaman muka, yaitu meeka yang terlibat dalam pertemuan ujicoba modul di Bali. Terima
kasih yang tulus dan tak terhingga.
Sudah barang tentu banyak pihak yang bekerja di balik layar yang kami tak bisa sebutkan
namanya satu per satu. Khusus kepada Nurjannah, mantan Badan Pekerja Komnas Perem-
puan yang banyak mengkoordinir pertemuan konsultasi dan mendampingi proses penulisan
modul ini, kami mengucapkan ribuan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi.
Segala kebaikan dalam modl ini adalah hasil pemikiran bersama, namun demikian jika ada
kekurangan dan kelemahan pada modul ini, merupakan tanggung jawab penulis.
Berharap modul ini berguna untuk kita semua, terutama buta mereka yang telah berkontri-
busi dalam proses penyusunannya.