Anda di halaman 1dari 90

PENGEMBANGAN AUDIOBOOK TERINTEGRASI EKSPERIMEN

LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN LITERASI IPAS


MATERI MENGUBAH BENTUK ENERGI KELAS IV SDN CIPINANG BESAR
SELATAN 20 PAGI

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas Akhir dan Memperoleh Gelar S1
Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :
Clemencie Celesta Dominique Gradea
20117008

UNIVERSITAS TRILOGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS EKONOMI


BISNIS DAN HUMANIORA
2024

1
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

NAMA : CLEMENCIE CELESTA DOMINIQUE GRADEA

JURUSAN : PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JUDUL SKRIPSI : PENGEMBANGAN AUDIOBOOK TERINTEGRASI


APLIKASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
LITERASI IPAS MATERI MENGUBAH BENTUK
ENERGI KELAS IV SDN 20 CIPINANG BESAR
SELATAN

Jakarta, 18 Januari 2024

DISETUJUI OLEH MENGETAHUI

2
Winda Amelia, S.Pd., M.Pd Sulistyani Puteri Ramadhani, S.Pd.,M.Pd

Kaprodi PGSD Dosen Pembimbing

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
kebaikan, berkat, dan rahmat-Nya, sehingga penulis mampu melakukan penelitian dan
mampu menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Pengembangan Audiobook
Digital Terintegrasi Eksperimen Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi
IPAS Materi Energi Kelas IV SDN Cipinang Besar Selatan 20 Pagi”. Laporan proposal
skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi pada program
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ekonomi Bisnis dan Humaniora.

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini masih memiliki


banyak sekali kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
untu kesempurnaan dan perbaikannya sehingga akhirnya laporan proposal skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan, dan masyarakat banyak. Dan
dengan adanya laporan skripsi ini semoga bidang pendidikan mampu menjadi lebih
baik dan mengalami dampak yang baik.

Jakarta, 17 Januari 2024

Peneliti

3
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari dari penyusunan proposal skripsi ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak.Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada orang-orang yang sudah membantu penulis, yaitu:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan, kemudahan,


berkat, dan kemudahan dalam penulisan proposal ini.
2. Dr. Aty Herawati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis dan
Humaniora.
3. Winda Amelia, M.Pd selaku Kepala Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar.
4. Sulistiyani Puteri Rahmadani, S.Pd.,M.Pd. selaku Dosen Pembimbing.
5. Rossi Iskandar, S.PdI.,M.Pd sealku Pembimbing Akademik.
6. Seluruh pengajar khususnya Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
7. Kedua Orangtua penulis, Bapak Boris Mulagogo dan Ibu Maria Margaretha,
yang senantiasa memberi semangat , selalu berdoa, dan selalu ada disaat
penulis membutuhkan.
8. Kedua Kakak penulis Charisma Marcelida, dan Ns Chavvah Julya Ariella,
S.Kep
9. Ibu Kepala sekolah SDN Cipinang Besar Selatan 20 Pagi.
10. Teman-teman seperjuangan di Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang
tidak bisa saya sebut satu persatu
11. Terima kasih kepada K-Pop Group “Bigbang” (Kwon Jiyoung, Taeyang,
Kang Daesung), Lee Seunghyun, Choi Seunghyun, “Treasure” (Choi
Hyunsuk, Park Jihoon, Kanemoto Yoshinori, Kim Junkyu, Yoon Jahyuk,
Hamada Asahi, Kim Doyoung, Watanabe Haruto, Park Jeongwoo, Song
Junghwan) yang telah menemani penulis melalui lagu-lagunya selama
proses penulisan skripsi
12. Last but not least. I wanna thank to myself because I persevered and was
able to finish everything very well, because I kept getting up and didn't give
up, because I believed in myself, because I always proud to myself, and
always be me.

4
DAFTAR ISI

5
DAFTAR GAMBAR

6
DAFTAR TABEL

7
LAMPIRAN

8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu hal penting. Dan setiap orang memiliki hak

yang sama dalam mengenyam pendidikan. Dimana masyarakat dididik dan

dipersiapkan untuk menjadi masa depan bangsa yang memiliki kualitas yang

mampu bersaing di masa depan. Pengertian pendidikan sendiri adalah “usaha

sadar dan terencana untuk mencapai lingkungan belajar yang menyenangkan.

Tujuan dari pendidikan menginginkan peserta didik yang terus mengembangkan

potensi dirinya guna memperoleh kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, budi pekerti kemanusiaan, kecerdasan, etika mulia, dan keterampilan yang

diperlukan oleh diri sendiri dan Masyarakat. (UU No 20 tahun 2003).

Pada hakikatnya hierarki tujuan pembelajaran mencakup pengembangan

bidang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diuraikan dalam setiap

kelompok layanan pendidikan. Ketiga bidang sasaran kemampuan belajar di atas

mempunyai capaian dalam proses intelektual yang berbeda-beda. Sikap dicapai

melalui kegiatan seperti: menerima, menghayati, melaksanakan, mengamalkan

dan menghayati. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas seperti menghafal,

menelaah, menerapkan, menganalisis, memahami, mencipta, dan mengevaluasi.

Sekarang kurikulum Merdeka memiliki perbedaan dengan kurikulum

sebelumnya, dimana pada kurikulum 2013 memuat kompetensi dasar (KD),

tetapi di Kurikulum Merdeka menjadi capaian pembelajaran yang dibuat per

tahapan. Dan capaian pembelajaran disusun dalam pragraf-paragraf yang

memadukan pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk memperoleh,

1
mengkonsolidasikan dan meningkatkan keterampilan. Selain itu pada Kurikulum

Merdeka, dimana yang awalnya dalam satu tema terdapat beberapa mata

pelajraan yang berkesinambungan digabungkan. Tetapi sekarang kembali

dipisahkan sesuai mata pelajaran.. Adapun fase-fase dalam Kurikulum Merdeka

untuk tingkat Sekolah Dasar adalah fase A untuk kelas 1 dan 2, fase B kelas 3 dan

4, dan fase C kelas 5 dan 6 (Wiguna & Tristaningrat, 2022).. Dan dalam

Kurikulum Merdeka ini mata pelajaran IPA dan IPS disatukan menjadi IPAS pada

kelas IV, V dan VI (Solehudin et al., 2022).

Literasi adalah kemampuan individu dalam membaca dan menulis untuk

mengelola informasi dan pengetahuan sebagai kecakapan hidup (KBBI). Literasi

berkaitan dengan meningkatkan kemampuan individu dalam memahami

informasi secara kritis, kreatif, dan reflektif melalui kegitan membaca, berpikir,

dan menulis (Suyono et al., 2017). Istilah literasi secara umum berhubungan

dengan kemampuan individu mengolah, menganalisis dan memahami informasi

dalam kegiatan membaca atau menulis (Yunianika & Suratinah, 2019). Literasi

memberikan ruang berpikir bagi pembaca dengan hasil akhir memiliki

kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah. (diganti manfaat literasi)

Literasi sains adalah keterampilan multidimensi yang meliputi

pengetahuan (kosa kata, fakta, dan konsep), keterampilan pemrosesan (terampil

dan intelektual), disposisi (perilaku & sikap), dan hubungannya dengan fakta

pada lingkungan (Murti, et al., 2018). Literasi sains merupakan kecakapan ilmiah

dalam mengidentifikasi, memperoleh, menjelaskan, dan menyimpulkan informasi

dan fenomena ilmiah berdasarkan fakta (Kementerian Pendidikan dan

2
Kebudayaan, 2017). Literasi sains adalah kecakapan untuk menyelesaikan

masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan fenomena alam.

Literasi sains yang terbentuk di masyarakat merupakan salah satu fokus

pembangunan masa globalisasi (Afni & Rokhimawan, 2018). Masyarakat yang

melek akan literasi sains mudah beradaptasi dengan kemajuan IPTEK yang terus

berkembang (Nurfaidah, 2017). Selain itu literasi sains erat kaitannya dengan

kemampuan berpikir ilmiah. Literasi sains dianggap sangat penting karena

merupakan kompetensi dasar bagi pesera didik dalam memahami berbagai aspek

kehidupan. Salah satu hasil yang sangat penting dari keaksaraan ilmu

pengetahuan adalah sikap ilmiah (Fitria, 2018b)

Indonesia termasuk negara yang rendah pada Literasi sainsnya jika

dibandingkan dengan negara lain. Banyak siswa yang hanya diajarkan secara

menyeluruh, kurang jelas dan dengan metode hafalan yang membuat siswa tidak

memahami akan konsep dasarnya dan membuat siswa tidak mampu berpikir

secara kritis. Rendahnya kemampuan Literasi Sains pada siswa SD disebabkan

oleh beberapa Factor. Faktor pertama yaitu media bahan ajar yang digunakan

hanya memiliki kualitas yang masih rendah (Rahayu, 2012). Dan dalam

penelitian Asyhari (2015) menyatakan alasan kemampuan literasi siswa Indonesia

rendah adalah pemilihan bahan ajar yang hanya secara pemahaman tanpa adanya

praktik. Kedua pembelajaran yang tidak kontekstual. Hal ini bisa terjadi karena

banyak pendidik yang mengajarkan pembelajaran tanpa mengaitkan materi ajar

dengan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari, dan menyebabkan peserta

didik tidak bisa mengaitkan fenomena alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-

3
hari dengan materi yang diajarkan (Permanasari, 2016). Yang ketiga yaitu

rendahnya kemampuan literasi siswa, hal ini disebabkan kurangnya minat baca

pada siswa, dan juga kurangnya pembiasaan membaca dari sejak kecil baik

didalam rumah maupun sekolah.

Di Abad 21 yang termasuk era society 5.0 semuanya sudah tidak bisa lagi

dipisahkan dengan teknologi. Teknologi sangat berperan dalam segala hal dan

segala sesuatu di dunia ini, Dan pendidikan juga sangat terpengaruh oleh

teknologi, dimana teknologi menjadi fasilitas untuk membantu para pendidik

dalam mengajar. Pendidik harus mampu merancang media pembelajaran yang

beragam dan sesuai dengan kebutuhan pasar, supaya siswa mampu memiliki

kompetensi teknologi dan mampu bersaing dalam pekerjaan (Yaumi, 2018:14).

Karena itu pendidik harus mempelajari dan mengaplikasikannya dalam

pembelajaran, yang disesuaikan juga dengan kompetensi dasar peserta didiknya

dan juga tujuan pembelajaran.

Menurut data PISA (Programme for International Student Assessment)

dari tahun 2000 sampai tahun 2018 menunjukkan bahwa literasi sains siswa di

Indonesai masih tergolong rendah, dapat dilihat dari table di bawah ini.

Tabel 1.1 Skor dan Peringkat Literasi Sains Peserta Didik


dari Tahun 2000-2018 Hasil Survey PISA
Skor Skor Rata-
Tahun Peringkat
Bidang Rata-rata Rata Negara
Pelaksanaan Indonesia
Indonesia Internasional
2000 Sains 393 500 38 41
2003 Sains 399 500 38 41
2006 Sains 393 500 50 57

4
2009 Sains 383 500 57 65
2012 Sains 382 500 64 65
2015 Sains 403 500 62 72
2018 Sains 397 500 70 78
2021 Sains 371 500 73 78
2022 Sains 383 500 69 81
Sumber : Kemendikbud (Wuryanto & Abduh 2022)
Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa peringkat Indonesia termasuk

terbawah dengan skor yang kecil, dan juga dari setiap tahunnya peningkatan

literasi sains siswa mengalami naik dan turun yang tidak menentu. Selain survey

yang dilakukan oleh PISA yang berkaitan dengan kemampuan literasi sains

dilakukan juga oleh lembaga Trend In International Mathematich And Science

Study (TIMSS). Survey yang dilakukan oleh TIMSS ini dilakukan empat tahun

sekali. Survey ini memiliki tujuan untuk mengetahui perbandingan persentase

kemampuan literasi numerasi dan sains peserta didik kelas 4 sampai kelas

8 dari beberapa negara yang mengikuti survey. Dari hasil survey TIMSS dari

tahun 2003 sampai dengan tahun 2015 sebagai berikut. Pada tahun 2003

Indonesia berada pada urutan ke-35 dari 46 negra yang di survey dengan

perolehan sekor 411 dariskor rata-rata internasional 467. Survey tahun 2007

menunjukkan bahwa Indonesia berada pada urutan ke-36 dari 49 negara yang

disurvey dengan perolehan skor 397 dari skor rata-rata internasional 500.

Hasil survey tahun 2015 ternyata Indonesia masih juga berada pada urutan

kesepuluh terbawah dengan perolehan skor 397 dari rata-rata Internasional 500

(Hadi & Novaliyosi, 2019). Survey yang dilakukan TIMSS terbagi dalam empat

tingkatam yaitu rendah, sedang, tinggi dan lanjut (Suparya et al., 2022). Agar

5
lebih jelasnya hasil survey yang dilakukan oleh TIMSS tentang kemampuan

literasi sains peserta didik Indonesia mulai tahun 2011 sampai dengan tahun

2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini sebagai berikut.

Tabel 2.1 Hasil TIMSS Indonesia 2003-2015

HASIL TIMSS
Tahun Rata-rata Skor Rata-rata Skor
Rangking Partisipan
Pelaksanaan Indonesia Internasional
2003 35 46 Negara 411 467
2007 36 49 Negara 397 500
2011 38 42 Negara 386 500
2015 44 49 Negara 397 500
Sumber : Rahmawati Dwi Anisha ( 2020)
Berdasarkan temuan yang dilakukan oleh PISA dan TIMSS di atas,

terlihat bahwa keterampilan membaca dan menulis siswa Indonesia, khususnya

literasi sains, masih cukup rendah. Data di atas dapat dikaitkan dengan

pembelajaran di sekolah dasar. Pembelajaran di sekolah dasar memerlukan

pengembangan lebih lanjut keterampilan sains siswa, khususnya pada

pembelajaran sains di sekolah dasar. Selain itu, Tes Bakat Sains TIMSS (Trends

in International Mathematics and Science) untuk Matematika dan Sains Kelas IV

dan VIII menunjukkan hasil penelitian Cahyana dkk., (2017). Hal ini

menunjukkan bahwa literasi sains Indonesia masih rendah. Setiap empat tahun.

Berdasarkan hasil riset sains TIMSS tahun 2011, Indonesia menduduki peringkat

ke-40, disusul 42 negara lainnya, dengan rata-rata skor keterampilan sains

sebesar 406, menurun dari tahun 2007. Keterampilan sains siswa Indonesia

berada di bawah rata-rata global dan standar minimum internasional.

6
Pada 2019, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)

juga pernah melakukan kajian yang serupa dan diberi nama Indeks Aktivitas

Literasi Membaca (Alibaca). Berdasarkan data tersebut, aktivitas literasi

berupa baca dan tulis Indonesia masih rendah. Dari 34 provinsi, hanya

sembilan provinsi (26 persen) yang kategori aktivitas literasi baca-tulisnya

sedang. Sisanya, sebanyak 24 provinsi (71 persen) masuk kategori rendah dan

satu provinsi (3 persen) sangat rendah. Kemudian, pada Februari lalu, Kepala

Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando mengungkapkan

memaparkan Kajian Indeks Kegemaran masuk kategori sedang skor tersebut

naik dari 2019 yang sebesar 53,84 Membaca 2020. Hasilnya kegemaran

membaca Indonesia memiliki poin 55,74.

Gambar 1Provinsi dengan Aktivitas Literasi Sedang


Sumber : Indeks Alibaca 2019

Dan dilihat dari data angket yang sudah disebar di kelas IV A SDN

Cipinang Besar Selatan 20 Pagi dikatakan bahwa 22 siswa mengatakan bahwa

guru pernah menggunakan media ajar selain buku untuk menjadi bahan ajar

tetapi tidak pernah menggunakan handphone untuk menjadi media

7
pembelajaran. Dan 15 siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami

materi yang sudah diajarkan. Dan siswa jarang melakukan ekseperimen dalam

Pelajaran IPA, dan 20 siswa mengulang pembelajaran di rumah menggunakan

handphone atau computer, dan 5 lagi menggunakan buku dan catatan saja.

Di sekolah SDN Cipinang Besar Selatan 20 Pagi sudah menggunakan

kurikulum merdeka. Dan di sekolah ini khusunya kelas IVA media buku menjadi

media yang paling utama. Media Buku yang disediakan menjadi bahan acuan

yang dipakai oleh pendidik. Dan saat observasi dan wawancara pendidik biasa

mencari materi tambahan atau praktek lain untuk disesuaikan oleh karakteristik

siswa dan tujuan pembelajaran. Pendidik selalu menggunakan media buku ini

pada saat melakukan pembelajaran.

Buku guru maupun siswa yang dipakai oleh siswa dan guru yang menjadi

acuan dalam pembelajaran sebenarnya sudah cukup baik dan sudah cukup sesuai

dibandingkan dengan buku pada kurikulum sebelumnya. Tetapi siswa masih

banyak yang pada beberapa materi IPA masih kurang paham dan terkadang

merasa bingung dengan materi Pelajaran. Buku siswa dan guru yang dipegang

dirasa ada kekurangannya. Dimana pada buku paket Pelajaran masih banyak

berisi tulisan, dan siswa masih kurang minat dalam mebaca buku yang berisi

banyak tulisan. Jadi menurut pendapat guru dan siswa buku yang dirasa cocok

dengana anak kelas IV adalah yang masih ada gambar walau tidak sebanyak di

kelas rendah. Dan ada baiknya juga jika buku Pelajaran ada versi digitalnya. Dan

di dalam buku bisa diakses dengan video yang menambahkan minat siswa dalam

belajar.

8
Mengajar pada umumnya adalah tugas guru. Dan buku audio cocok

sebagai sumber informasi asli karena pengajaran mendorong pembelajaran dan

memfasilitasi pembelajaran (Brown, 2007). Pendidikan buku audio dapat

mendorong siswa menjadi pembelajar yang lebih baik (Chambers, Ellie, &

Gregory, 2006). Lebih jauh lagi, penggunaan media mentransfer pengetahuan

baik kepada guru maupun siswa (Harmer, 2001). Selain itu, pengajaran

menggunakan media membangun hubungan baik antara guru dan siswa

(Sunjayanto Masykuri, 2016; Ying et al., 2020). Tujuan dari kelas itu sendiri

adalah untuk memastikan bahwa siswa mampu menerapkan apa yang mereka

pelajari untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Lebih lanjut, mengajar dapat

diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendorong perkembangan

pengetahuan siswa, dimana guru menjadi fasilitator dan motivator (Sunjayanto

Masykuri et al., 2018).

Audiobook merupakan bentuk media rekaman dalam membacakan isi

buku. Substansi audiobook sama persis seperti yang ada dalam buku teks.

Audiobook juga bisa berisi buku teks ilmiah, buku fiksi,atau jenis buku lainnya.

Namun seiring dengan perkembangan teknologi, terutama ditemukan

mediagenerasi selanjutnya (media audio visual dan mediainternet), trend

penggunaan media ini mengalamikemunduran. Berdasarkan data Badan Pusat

Statistiktahun 2012 (BPS, 2013), bahwa orang Indonesia yang berumur sepuluh

tahun ke atas yang mendengarkan siaran radio hanya sekitar 18,57 persen,

bandingkan dengan yang menonton siaran televisi mencapai 91,86 persen.

Dengan kata lain media ini kalah bersaing dengan media generasi berikutnya.

9
Padahal media audio memiliki potensi efektif untuk keperluan pendidikan

khususnya sifat materi pembelajaran tertentu yang bersifat auditif. Hasil

penelitian Sulistiowati dan Afidah (2013) menyimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan penggunaan media audio terhadap kemampuan siswa

dalam menyimak cerita pendek untuk mengetahui unsur-unsurnya.

Buku audio mampu membuat kita memahami cara menyusun strategi

sambil mendengarkan, dan juga meningkatkan literasi sains. Karena mampu.

Membuat kelas memiliki siswa yang responsif, terlibat, sensitif, selektif,

ekspansif, dan interaktif. (Brown, 2001). Siswa hanya mendengar struktur

dangkal dari pembicaraan yang mereka dengar sehingga mereka dapat

mengulangi teks tersebut. Peran pendengar sangat minim karena pendengar tidak

menciptakan makna dari apa yang didengarnya. Pendengar memusatkan

perhatiannya pada komponen-komponen (penanda fonetik, kata, intonasi, fonem,

dan sebagainya). dari materi. Metode yang berfokus pada bunyi, kata, intonasi,

struktur tata bahasa, dan elemen bahasa lisan lainnya disebut teknik bottom-up.

Selanjutnya adalah kegiatan mendengarkan di kelas seperti kalimat pendek untuk

membuat jawaban singkat juga, ini disebut "responsif". Dan menurut Studi oleh

Kuo & Wu (2021) menunjukkan bahwa penggunaan audiobook dalam

pembelajaran sains dapat membantu siswa memahami konsep-konsep abstrak dan

meningkatkan minat mereka terhadap sains

Media Digital Audiobook atau Audio Book ini adalah salah satu media

yang bisa digunakan di era society 5.0 ini dimana berisi audio, visual yang

membuat pembelajaran lebih interaktif. Rahmah dkk (2018). Pembelajaran

10
dengan media digital ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti mampu

menghasilkan data positif untuk meningkatkan literasi sain. Beberapa peneliti

yang melakukan penelitian dengan media digital dan menghasilkan peningkatan

adalah Fitri dkk., (2023) menyatakan bahwa media buku cerita bergambar

digital efektif untuk meningkatkan literasi.Sementara itu menurut Nurwidiyanti

dan Sari (2022) menunjukan perubahan yang sangat baik dimana mendapat rata-

rata skor presentase 92% dengan kategori sangat baik dan membuat media buku

digital mampu menjadi media yang meningkatkan kemampuan literasi sains

peserta didik.

Penggunaan Media AudioBook Digital ini juga akan lebih maskismal

dengan penggunaan metode eksperimen learning. Karena dengan penggunaan

buku yang digital, dan video eksperimen serta langkah-langkah eksperimen yang

akan dilakukan peserta didik akan menambah rasa ingin tahu siswa akan materi

yang sudah ada di audiobook. Dan karena eksperimen learning ini sangat sesuai

digunakan dalam media audiobook dan mampu meningkatkan literasi sains

siswa karena dengan menggunakan pembelajaran eksperimen, teori

pembelajaran yang ada bisa dibuktikan, dan bahkan siswa bisa membuat

kesimpulan sendiri dari hasil eksperimennya. Bahkan dengan media audiobook

digital dan eksperimen learning ini bisa dilakukan tidak hanya di sekolah, tetapi

bisa dilakukan di rumah juga, dan siswa bisa mencoba ulang eksperimennya di

rumah, dan hal ini bisa meningkatkan rasa ingin tahu siswa, dan mencari tahu

sendiri (Solikati, 2021). Karena dapat dibuktikan dari berbagai jurnal bahwa

penggunaan eksperimen ini siswa mengalami peningkatan pembelajaran.

11
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti berusaha ingin

mengembangkan penelitian yang berjudul “Pengembangan Audiobook Digital

Terintegrasi Eksperimen Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi

IPAS Materi Energi Kelas IV SDN Cipinang Besar Selatan 20 Pagi”.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas bahwa batasan masalah pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini menggunakan kurikulum merdeka belajar.

2. Penelitian ini berfokus pada mata pelajaran IPAS khususnya materi IPA.

3. Materi pada pengembangan media pembelajaran menggunakan media audio

book terintegrasi eksperimen learning pada fase b dalam bab 4 Mengubah

Bentuk Energi topik A ”Transformasi Bentuk Energi”,

4. Penelitian ini dilakukan di kelas IV SDN Cipinang Besar Selatan 20 Pagi”.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka rumusan masalah yang diangkat

dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana rancangan pengembangan media pembelajaran IPAS Berbasis

audiobook pada materi Mengubah Bentuk Energi dan perubahannya di

kelas IV SDN Cipinang Besar Selatan 20 Pagi”.?

2. Bagaimana efektivitas media audiobook terintegrasi aplikasi ntuk

meningkatkan kemampuan litersi IPAS pada materi Mengubah Bentuk

Energi dan perubahannya di kelas IV SDN Cipinang Besar Selatan 20

Pagi”.?

12
D. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari

penelitian dan pengembangan ini, adalah:

1. Untuk mengetahui rancangan pengembangan media pembelajaran IPAS

menggunakan media audio book terintegrasi aplikasi pada materi

Mengubah Bentuk Energi di kelas IV SDN Cipinang Besar Selatan 20

Pagi”.

3. Untuk mengetahui efektivitas media audiobook terintegrasi aplikasi untuk

meningkatkan kemampuan literasi IPAS pada materi Mengubah Bentuk

Energi di kelas SDN Cipinang Besar Selatan 20 Pagi”.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mempunyai beberapa manfaat, yaitu:

1. Manfaat Teoretis

Hasil penilitian ini diharapkan bisa memperkaya pengetahuan terhadap

media audiobook terintegrasi aplikasi pada Pelajaran IPAS untuk

meningkatkan litersi IPAS pada kelas IV SD.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah

Hasil penelitian bermanfaat bagi sekolah untuk menjadi salah satu

media yang bisa digunakan untuk peningkatan literasi IPAS pada materi

Mengubah Bentuk Energi di kelas IV SD.

b. Bagi Guru

13
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat juga bagi guru, antara

lain: 1) menjadi alternatif media pembelajaran yang bisa digunakan oleh

guru; 2) membantu guru untuk meningkatkan literasi IPAS dengan media

digital; 3) membantu guru untuk membuat media digital yang menarik agar

tidak membosankan dan bisa diakses kapanpun.

c. Bagi Peserta Didik

Selain untuk guru, penelitian ini diharapkan juga bermanfaat terhadap

peserta didik itu sendiri, antara lain: (1) Dapat meningkatkan literasi IPAS

peserta didik dalam pembelajaran IPAS khususnya materi IPA pada materi

Mengubah Bentuk Energi kelas IV; (2) Peserta didik dapat berperan aktif

dalam proses pembelajaran materi energi kelas IV; (3) Peserta Didik bisa

mengakses media audiobook kapanpun.

F. Spesifikasi Produk Yang di Harapkan

Spesifikasi produk yang diharapkan dalam pengembangan media audio book

terintegrasi aplikasi dimana produk yang dikembangkan dari buku kurikulum

merdeka fase B (kelas III-IV SD), bab 4 ”Mengubah Bentuk Energi”, Dalam

media media audio book terintegrasi aplikasi di desain semenarik mungkin, agar

peserta didik pun tertarik. Pengembangan media audio book terintegrasi

eksperimen learning ini juga diharapkan dapat meningkatkan literasi IPAS

peserta didik kelas IV.

G. Kebaharuan Penelitian

Penelitian mengenai pengembangan media digital untuk meningkatkan

Literasi Sains sudah banyak dilakukan, namun untuk media digital buku

14
audiobook untuk meningkatkan literasi Sains masih jarang digunakan. Dimana di

era society 5.0 yang sudah tidak bisa terlepas dari teknologi dan sudah

menggunakan media digital dalam pembelajaran maka media digital audiobook

ini bisa memenuhi kebutuhan pembelajaran di era society 5.0.

Peneliti menggunakan dua analisis yang berbeda yaitu dengan menggunakan

analisis bibliometric yang digunakan untuk mencari data untuk dijadikan sumber

untuk penelitian, dan juga untuk menjadi perbandingan dengan penelitian yang

sudah dilakukan sebelumnya dengan tema yang sama. Yang kedua adalah dengan

tinjauan pustaka untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai tema

yang diangkat. Ringkasan yang sudah diambil dari dua analisis tersebut adalah:

1. Analisis Bibliometrik

Penelitian yang memperoleh informasi bibliometrik dari scopus yang

menggunakan aplikasi Publish and Perish, salah satunya data base yang

paling umum di gunakan analisis bibliometrik. Pemetaan bibliometric

yang digunakan dalam analisis ini menggunakan perangkat lunak VOS

viewer. Pendekatan bibliometrik akan mengklasifikasikan tren protensial

atau orientasi penelitian 5 menggunakan kata kunci penulisan, kata kunci

judul (Prasetyo, 2021), berdasarkan hal tersebut diperoleh data sebagai

berikut:

15
Gambar 2.1 Hasil Bliometrik

Hasil dari kata kunci publish and perish sedikitnya paper tentang

virtual reality mulai dari 2018-2023 terdapat 150 paper. Kata kunci dari

visualisasi bibliometric yang lebih sering muncul di area kuning dan kata

kunci yang lebih jarang muncul di area hijau. Gambar 2 memberikan

representasi visual dari kata kunci berwarna kuning Science Education,

Word, Community, Science Education, Information Literacy, Digital

Literacy, Elementary School, Community, Model, Guide, Sounds Effect,

Animation, yang terintegrasi dengan Animation, Software, Dyslesia,

Picture, Media Literacy, 21st Century, Computational Thinking,

Relationship, Application, E-Book, Habit, Implication, Mental Model, itu

dengan warna hijau yang kurang jelas. Dengan kata lain, media

pembelajaran Audiobook masih terbilang baru dan membutuhkan

penelitian lanjutan, namun mulai menarik apa yang telah dicapai peneliti

lain. Dan belum ada keterkaitan antara media Audiobook dengan

eksperimen Learning.

2. Tinjauan Literasi

16
Dari semua penelitian terdapat keterbatasan beberapa di antaranya

adalah penggunakan media pembelajaran digital berbasis animasi

(Apriansyah, 2020). Berbagai keterbatasan ini dapat dijadikan acuan pada

penelitian selanjutnya. Sehingga topik yang peneliti angkat antara lain

melakukan pengembangan media pembelajaran digital virtual exhibition

pada pembelajaran ilmu pengetahuan alam kelas IV.

Berdasarkan eksplorasi penulis, ditemukan beberapa hasil

penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini yang nantinya

akan menjadi acuan state of the art (unsur kebaruan) dalam penelitian

yang akan 6 dikembangkan. Jika melihat penelitian yang relevan dengan

kaitan pengembangan media pembelajaran sebelumnya dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.

Tabel 3.1 Tinjauan Literatur

17
Tahun Judul, Penulis, Hasil Penelitian Perbedaan
Tahun, Metode
2023 “ A Systematic Penelitian ini terdapat Didalam
Literature Review 100 artikel, dimana penelitian
(SLR): Implementasi media audiobook ini dikatakan bahwa
Audiobook pada lebih banyak pembelajaran
Pembelajaran di diimplementasikan yang sering
Sekolah Dasar” untuk pembelajaran digunakan adalah
Jurnal : Bahasa untuk untuk
Manajemen meningkatkan pembelajaran
Pendidikan Islam kompetensi Bahasa.
Penulis: menyimak atau
Arissona Dia Indah mendengar dan
Sari, Tatang membaca. Dan
Herman, Wahyu Negara Indonesia
Sopandi, Al Jupri paling sering

DOI : menggunakan media


ini, tetapi dalam
https://doi.org/
penelitian tentang
10.31949/
implementasi media
jee.v6i2.5238
audiobook.

2022 “Peneg==gemban Audible Books Media


gan an Audible adalah buku cerita Pembelajaran ini
Books Berbasis digital matematika memiliki fokus
Etnomatematika” yang dilengkapi yang berbeda
Jurnal : dengan gambar, suara dimana untuk
AKSIOMA dan berwarna. meningkatkan
Penulis: Audible Books dapat literasi pada
Cici Oktaviani, dijadikan sebagai pembelajaran
Jesi Alexander media yang Matematika dan
Alim , Zariul mendukung proses memberi
Antosa , Neni belajar anak baik itu pemahaman
Hermita secara visual ataupun konsep
auditory. Dan pembelajaran
DOI : mendapat respon matematika
http://dx.doi.org/1 positif dan bisa
0.24127/ajpm.v11 18
dikatakan merupakan
i3.5355 media yang Sangat
Praktis
2021 “Pengembangan Penelitian ini Media ini dibuat
Dari hasil Penulusuran Literatur diatas, dapat disimpulkan bahwa unsur
kebaruan Media Audiobook untuk Meningkatkan Literasi Sains dari penelitian yang
penulis kembangkan ini yaitu, kebaruan tipe I (Invention) yaitu Pengembangan
Media Audiobook pada mata pelajaran IPA dan kebaruan tipe II (Improvement) yaitu
melakukan inovasi dengan mengembangkan media pembelajaran yang didalamnya
berisi materi, dan juga bersuara. .

19
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

2.1 Literasi Sains

De Boor, 2000 menyatakan bahwa orang pertama yang menggunakan

kata “Scientific Literacy” adalah Paul de Hart Hurt dari Scientific University

mengatakan bahwa litersi sains adalah pemahaman akan sains dan

pengaplikasian dan yang sesuai dengan kebutuhan Masyarakat. Di era 5.0 ini

dimana sains dan juga teknologi yang makin maju dan berkembang bahkan

dalam kehidupan manusia ( Yuliati, 2017). Dan di era 5.0 ini salah satu

kemampuan yang harus dimiliki peserta didik adalah kemampuan literasi

sains. Dimana sains mempunyai 3 komponen yang tidak dapat dipisahkan,

yaitu produk, proses ilmiah, dan juga sikap pembelajaran. Sains sebagai

produk mengacu pada organisasi fakta, konsep, prosedur, prinsip, dan hukum

alam. Sains sebagai suatu proses menjelaskan bahwa pengetahuan ilmiah

diperoleh dari proses ilmiah atau karya ilmiah. Yang dimaksud dengan sains

sebagai suatu sikap adalah sikap ilmiah menjadi landasan proses ilmiah yang

berfungsi untuk menghasilkan produk ilmiah. Komponen tersebut merupakan

tolak ukur pengukuran kemampuan sains siswa. (Rusilowati 2018).

Literasi sains merupakan yang akan dicapai dari kurikulum

pendidikan sains abad 21 di berbagai negara, hal ini diperkuat lewat program

TFCS (Twenty First Century Science) di Inggris yang bertujuan untuk

mengembangkan kurikulum pendidikan sains. Pendapat PISA tahun 2006

20
Literasi sains sendiri adalah Kemampuan menggunakan pengetahuan ilmiah

untuk mengidentifikasi masalah dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti,

untuk memahami dan mengambil keputusan tentang sains dan perubahan

yang terjadi akibat aktivitas manusia. Literasi sendiri sebenarnya adalah

kemampuan dalam mengimplemenrasikan ilmu dan keahlian dan juga

menelaah, berpikir kritis, dan berinteraksi secara efektif apabila ada suatu

kejadian dan mampu menyelesaikan serta menafsirkan suatu kejadian dari

berbagai situasi.

Pembelajaran IPA harusnya mampu mengembangkan sesuatu yang

bermanfaat dan membuat siswa beinovasi, dan timbul kepedulian akan alam.

Dan Literasi saian serta dalam keterampilan ilmiah ini harus dilatih dan

dipupuk dari sejak dini, bahkan dalam pembelajaran IPA. Maka dari itu dalam

pembelajaran IPA harus menggunakan konsep literasi sain, supaya siswa

mampu memahami teknolofi yang ada, sains, berpikir kreatif, kritis (Faudi,

dkk, 2020).

Dalam Literasi Sain terdapat empat bagian yang harus menjadi fokus

utama literasi sains, dan keempatnya saling berkesinambungan satu sama

lain, yaitu pengetahuan, konteks, kompetensi, dan sikap (Suparya, dkk, 2022).

Dan dalam literasi sains ini adalah kemampuan untuk penggunaan

pembelajaran sains dengan kehidupan sehari-hari, menemukan penemuan-

penemuan baru, konsep baru dari kpengalaman yang pernah dialami sehingga

mampu memecahkan suatu masalah. Dan menurut Fauziah, 2020 mengatakan

bahwa literasi sains ini adalah keterampilanyang dibutuhkan dan sangat

21
penting apalagi di era yang sudah dalam perkembangan teknologi, yang

bertujuan mampu membuat Keputusan yang akan berdampak bagi kehidupan.

Tetapi dalam survey yang dilakukan oleh PISA dan TIMSS

mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang literasi sainsnya

rendah. Dan masih banyak masyarakat yang masih belum paham akan literasi

sains dan implementasinya, seperti masyarakat yang tidak mencuci tangan

sebelum makan, sehingga bisa terjangkit penyakut karena bakteri, masyarakat

yang masih membuang limbah cucian dan sampah ke sungai, Penangkap

belut yang masih menggunakan alas karet atau menyelam dengan alat yang

beralirkan listrik. (Wibowo, 2021). Bahkan Masyarakat sendiri masih banyak

yang masih belum paham akan artikel-artikel IPA yang berkaitan dengan

fenomena alam yang terjadi di kehidupan. Dan harusnya pembelajaran literasi

sains ini digunakan dalam pembelajaran bahkan dari anak di bangku SD kelas

1, supaya anak tumbuh dengan pemhaman yang baik akan literasi sain yang

sudah matang. Berikut adalah aspek penilaian yang terdapat pada penilian

PISA yang dilakukan untuk menentukan penilaian.

Tabel 4 Aspek Penilaian Literasi Sain Menurut PISA

Kompetensi Indikator
Menjelaskan masalah Menerapkan pengetahuan ilmiah yang sesuai
secara ilmiah Menyusun pertanyaan berdasarkan fokus
masalah
Menafsirkan data secara Menyajikan data menggunakan ragam
ilmiah representasi yang sesuai
Menganalisis informasi dari setiap representasi
Mengomunikasikan Menyimpulkan informasi berdasarkan analisis

22
informasi ilmiah Menjelaskan manfaat pengetahuan ilmiah bagi
masyarakat
Melakukan penyelidikan Mengidentifikasi, menggunakan, dan
ilmiah menghasilkan model dan representasi yang jelas
Mengidentifikasi asumsi, bukti, dan penalaran
dalam bacaan
Merencanakan Menentukan variabel penyelidikan
penyelidikan ilmiah Mengusulkan cara mengeksplorasi secara ilmiah
terhadap pertanyaan yang diberikan
Mengevaluasi Mengevaluasi cara mengeksplorasi secara
penyelidikan ilmiah ilmiah terhadap pertanyaan yang diberikan
Mengevaluasi argumen dan bukti ilmiah dari
beragam tipe sumber
Sumber : (Setiawan, Saputri, 2020)

2.2 Pengembangan Media Pembelajaran

2.2.1 Pengertian Media Pembelajaran


Menurut Tristiana, 2020 media pembelajaran adalah sarana untuk

membantu dalam kegiatan pengajaran dan berpengaruh dengan kondisis

pembelajaran, tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, dan juga

lingkungan pembelajaran Dan dalam pemilihan media yang akan

digunakan harus dilihat dari tujuan yang akan dicapai, keadaan kelas,

karakteristik siswa untuk membuat pembelajaran lebih bermakna.

Penggunaan media ini sangat penting karena bisa mempengaruhi anak

belajar, jika penggunaan media yang sangat monoton dan tidak

disesuaikan dengan kondisi jaman, serta karakteristik siswa akan

membuat siswa tidak termotivasi dan memiliki antusiasme siswa dalam

belajar.

23
Media pembelajaran adalah suatu bagian yang cukup penting agar

efektif serta efisien untuk kegiatan pembelajaran dikelas. Media


(.S. Sumantri 2016a)
pembelajaran menurut Gagne yang mengatakan

bahwa media pembelajaran dinyatakan sebagai suatu komponen untuk

sumber belajar yang bisa merangsang siswa untuk belajar. Pendapat

tersebut menjelaskan bahwa media pembelajaran dapat dikatakan

sebagai komponen sumber belajar dalam belajar siswa, agar siswa

memiliki keinginan untuk mengikuti proses belajar. Kemudian pendapat


(.S. Sumantri 2016b)
lain dari Miarso yang mengatakan bahwa media

menurutnya adalah segala sesuatu yang dapat merangsang proses belajar

dalam diri siswa. Pendapat tersebut hampir sama dengan pendapat yang

dinyatakan oleh Gangne sebelumnya, yang sama-sama menyatakan

media sebagai sumber belajar yang dapat merangsang proses belajar

pada diri siswa.

Pendapat lainnya, National Education Associaton


(Arif, Muhammad Faisal; Praherdhiono, Henry; Ad
yang mengatakan bahwa definisi

media dianggap sebagai bentuk-bentuk untuk komunikasi baik itu

tercetak maupun audiovisual dan peralatannya. Dari pendapat diatas

mendefiniskan bahwa media sebuah bentuk-bentuk komunikasi, yang

mana baik dalam bentuk cetak maupun audiovisual beserta peralatannya

yang mendukung untuk membantu memudahkan komunikasi. Menurut


(Seputra 2020)
Arsyad dan Fatmawati yang mengatakan bahwa media

pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat digunakan dan

24
dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pendidikan, media pembelajaran

tersebut dapat berbentuk seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan

sebagainya. Adanya alat-alat yang menunjang untuk membantu dalam

mencapai tujuan pendidikan. Sehingga dapat dimanfaatkan para pendidik

sebagai media pembelajaran. Alat dan bahan tersebut terus berkembang

hingga kini seiring berjalannya kemajuan teknologi yang semakin

canggih. Media pembelajaran tersebut kini dapat berbentuk bermacam-

macam alat dan bahan diantara lainnya adalah radio, televisi, buku,

koran, majalah dan sebagainya, yang mungkin kini media pembelajaran

dapat dikembangkan dengan alat dan bahan yang semakin canggih.

Maka bisa disimpulkan bahwa media yaitu alat atau sumber belajar

yang berbentuk visual ataupun audiovisual untuk merangsang proses

belajar siswa, sehingga siswa dapat tertarik dan memiliki keinginana

untuk mengikuti belajar, yang diharapkan mampu mencapai tujuan

pendidikan dengan digunakannya media pembelajaran tersebut.

2.3 Pengembangan Audiobook

2.3.1 Pengertian Audiobook

Buku audio merupakan gabungan dua kata, iaitu buku yang

merupakan kepingan helaian bertulis yang diikat menjadi satu unit.

Audio pula bererti suara. Oleh itu, buku audio boleh didefinisikan

sebagai sebuah buku yang diversikan dalam bentuk audio audiobooks dan

terdapat pembaca yang membaca buku tersebut kemudian dirakam

dalam bentuk suara. Kebiasaannya, buku audio adalah sama isinya

25
dengan teks asal daripada buku. Namun begitu, pengolahan kata dengan

bahasa verbal dapat menjadikannya lebih menarik jika diolah secara

kreatif supaya tidak membosankan pendengar. Buku audio kini masih

asing dalam kalangan masyarakat. Buku audio digunakan dengan

memuatkan suara-suara dengan pelbagai nada yang sesuai dengan jenis

karya yang dirakamkan. Baskin dan Harris (1995, p. 372) ada menyatakan

bahawa konsep buku audio adalah seperti kesusasteraan awal dahulu,

iaitu “first literature was heard, not read”. Oleh itu, hal ini sangat

membantu sebagai bahan bacaan alternatif kepada masyarakat yang sibuk

dengan urusan harian, tetapi masih mahu mencari peluang untuk

membaca.

Perkembangan media audio dalam pembelajaran mengalami

percepatan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini disebabkan semakin

meningkatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)

di dunia pendidikan. Selain itu,pengembang juga harus mampu

memanfaatkan teknologi tersebut, karena pengembangan teknologi juga

merupakan jawaban atas tantangan teknologi yang semakin canggih.

Dalam pengembangannya, Audio Media tidak hanya ditujukan untuk

masyarakat umum saja. Namun perkembangan media audio kini juga

ditujukan kepada anak berkebutuhan khusus.

Menurut referensi yang telah ada dan laporan guru, buku audio

memberikan pengaruh positif dalam mengurangi masalah dalam perilaku

emosional. Audiobooks memberikan efek signifikan yang

26
menguntungkan dalam akurasi membaca. Hal ini disinyalir karena

meningkatnya pelatihan dalam menguraikan huruf secara acak dalam

teks, sebagai partisipan mereka harus mengikuti rekaman kata demi kata

pada teks tertulis (membaca dan mendengarkan) dan dimungkinkan

berhubungan dengan peningkatan rasa percaya diri dan ketertarikan pada

teks tertulis. (Hilery, 2009:1).

2.3.2 Jenis-Jenis Audiobook

Beberapa jenis buku audio diproduksi dalam format yang berbeda,

beberapa di antaranya membutuhkan perangkat khusus atau bahkan

aplikasi. Namun, tidak sedikit pula yang telah menyediakan sesuai dengan

kebutuhan masyarakat umum. Beberapa format audiobooks tersebut

berbentuk kaset, cd audio, file MP3, berikut beberapa format audiobooks:

1. Audio dalam Bentuk CD

Audio ini merupakan audio yang disimpan dalam bentuk

Compact Disc (CD). Diputar menggunakan alat pemutar (player) yang

sesuai (compatible) yang berpadu sebagai sebuah sistem. Biasanya

diputar pada CD/DVD player, komputer maupun notebook dengan

CD-ROM. Audio ini dapat didengarkan secara individu maupun

kelompok.

2. Audio dalam Bentuk File MP3.

Audio dalam bentuk ini merupakan audio yang disimpan dalam

bentuk file audio (MP3) dengan kapasitas muat yang lebih banyak dan

lebih ringan dengan kualitas audio sama dengan yang disimpan dalam

27
bentuk CD. File audio ini dapat disimpan pada hardisk, USB

Flashdisk maupun SD Card. Audio dalam bentuk MP3 ini dapat

diputar menggunakan perangkat mobile misalnya notebook, netbook,

smartphone, komputer tablet atau perangkat mobile lainnya.

Pemanfaatan buku audio dalam versi ini dapat digunakan oleh orang

normal, atau bagi anak disleksia atau anak berkebutuhan khusus

seperti tunanetra

3. Audio dalam Format DAISY.

Audio dalam format DAISY ini merupakan standar khusus untuk

buku dalam bentuk audio. DAISY merupakan kepanjangan dari

Digital Accessible Information System atau sistem informasi dalam

bentuk digital dan dapat diakses. Pemanfaatan audio dalam jenis ini

dapat diputar pada komputer, smartphone, MP3 Player atau alat

pemutar khusus seperti DTB player atau Plextalk.

Banyak penyedia audiobook menyimpan dalam format ini,

karena memiliki fitur yang lebih dari sekedar audiobook biasa.

Kelebihan audio dalam format DAISY ini adalah:

(a) pada jenis navigasinya, (mengulang, maju, mundur, loncat

ke bagian tertentu, halaman atau Pengembangan Buku

Audio untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Anak yang

dapat dipilih sesuai dengan keinginan);

28
(b) bagian judul bab dalam daftar isi atau istilah indeks

kemudian kita akan langsung disuguhi dengan bagian

yang telah kita klik,

(c) dapat ditandai (bookmark), mirip dengan menggunakan

stabillo pada buku cetak, sehingga memudahkan kita mengulang

atau menemukan kembali bagian yang telah kita baca atau kita

dengarkan,

(d) pada saat mendengarkan, kita sekaligus dapat membaca

bagian yang sedang dibaca oleh narator.

Semakin banyak siswa menghafal melalui pengulangan,

semakin efektif mereka dapat melatih keterampilan

mendengarkan melalui percakapan singkat. Penelitian ini

merupakan penelitian pertama yang dilakukan di Schoolin MT

Kajen Muhammadiyah, dikarenakan kurangnya sumber informasi

yang tersedia untuk proses belajar mengajar. Namun, penulis

menunjukkan bahwa ketika guru hanya menggunakan buku untuk

belajar mengajar, pembelajaran mungkin akan sulit bagi siswa.

Siswa perlu menyadari banyak hal saat menggunakannya. Selain

itu, kurangnya strategi pembelajaran dari pihak pendidik juga

menjadi salah satu penyebab siswa tidak dapat menghadiri kelas.

29
2.3.3 Kelebihan dan Kelemahan dari Audiobooks

1) Kelebihan

Pada media Audiobook ini ada kelebihan, manfaat atau dampak positif

dari adanya Audio book, seperti Pemanfaatan audiobook sangat praktis,

dimana audiobook yang hanya mengandalkan indra pendengaran,

sehingga bisa dilakukan sambil melakukan berbagai aktivitas lainnya.

Audiobook dapat dimanfaatkan sambil mengendarai kendaraan,

menunggu sesuatu, seperti berjalan, jogging, atau aktivitas lainnya yang

sulit dilakukan dengan membaca buku. Sederhananya memanfaatkan

audiobook sama halnya seperti mendengarkan musik, tetapi

kelebihanya dapat menyimak isi buku. Oleh karena itu audiobook ini

diduga dapat memenuhi kebutuhan siswa yang saat ini cenderung

sibuk dengan berbagai aktivitas kesehariannya dan lebih menyukai

membuka Handphone. Selain itu sesuai yang kita tahu kebudayaan

Indonesia yang masih kurang dalam literasi, Audiobook ini dimana

narator dalam membacakan buku tentulebih mudah memahami sisi

buku dibandingkan dengan membaca buku tersebut, dan membantu

memahami lebih baik, dan meningkatkan keinginan membaca siswa. Ada

juga kelebihan Media Audio menurut Daryanto (2016) adalah sebagai

berikut: 1) Mudah dijangkau oleh kalangan luas. 2) Daya imajinasi

pendengar dapat berkembang. 3) Penggunaan kata-kata, bunyi-bunyian,

dan makna bunyi-bunyian akan membangkitkan minat siswa. 4) Kelas

bahasa tidak dapat dipisahkan dari media audio, khususnya untuk

30
mengasah kemampuan listening. Media audio adalah media yang ideal

untuk pengajaran musik dan bahasa. 5) Guru dapat mempengaruhi

lingkungan dan perilaku siswa dengan menggunakan musik latar dan

efek suara. Menurut

2) Kelemahan

Ada beberapa kekurangan dari media Audiobook Anak menjadi terpaku

pada layar komputer, tablet, atau telepon seluler saat membaca buku

digital. Saking asyiknya, sering kali mereka tak peduli terhadap

lingkungan kalamembaca hingga ratusan halaman. Hal ini bisa

mengganggu penglihatan. (Ningsih, 2022)

2.3.4 Indikator Penggunaan Audiobook

Smith (2017) memberikan lima prosedur penggunaan buku audio sebagai

berikut:

a. Pilihlah buku audio cerita yang sedikit di atas tingkat pendengaran

siswa.

b. Pemutaran pertama, mintalah siswa untuk mendengarkan cerita dan

pelafalannya.

c. Setelah selesai mendengarkan, dengarkan lagi buku audio dan

perhatikan kata-kata yang tidak mereka ketahui.

d. Pada permainan ketiga, minta siswa untuk mendengarkan cerita

sambil mengikuti buku atau teks cerita.

e. Setelah siswa memahami apa yang dikatakan, dengarkan lagi

dengan lebih seksama hal-hal yang tidak mereka perhatikan pada

31
saat pertama kali, seperti bagaimana menggunakan kata dalam

kalimat atau bagaimana suara Reade terdengar ketika mereka

menggunakan frasa.

2.4 Pembelajaran Eksperimen Learning

2.4.1 Pengertian Eksperimen Learning

Dalam melakukan pembelajaran harus dibarengi dengan metode,

media, dan strategi yang sesuai dengan karakteristik anak, dan juga

materi pembelajaran, Dan dalam setiap pembelajaran harus

menggunakan berbagai metode, media, dan strategi yang mampu

menunjang pembelajaran secara baik, dan bermakna pada siswa, yang

membuat siswa tidak hanya mempelajari materi lalu lupa, tetapi harus

dipahami dengan baik, bahkan masih diingat atau bahkan siswa mampu

mencari leih dalam akan materinya. Dan Salah satu metode yang sesuai

dengan pembelajaran adalah metode eksperimen.

Metode eksperimen adalah metode yang biasa digunakan dalam

pembelajaran IPA. Pada metode ini, kesempatan diberikan kepada siswa

baik dilakukan secara individua tau kelompok dengan melakukan

percobaan (Jamal, 2014:34). Pembelajaran dengan menggunakan

eksperimen ini memiliki tujuan supaya siswa mampu berpikir kritis, dan

mendapatkan pembelajaran yang bermakna. Dalam penggunaan

pembelajaran dengan menggunakan eksperimen berarti menuntut siswa

untuk belajar mencari jawaban secara mandiri dari permasalahan yang

diberikan. Dan dengan menggunakan ekseperimen mampu membuat

32
siswa membuktikan kebenaran dari teori yang dipelajari, dan mampu

membuat pembelajaran berlangsung secara maksimal. Penggunaan

eksperimen memiliki tujuan supaya siswa mampu mencari sendiridan

bahkan menemukan kebenaran, dari konsep, teori yang diajarkan oleh

pendidik. Dan dengan menggunakan metode pembelajaran eksperimen

mampu meningkatkan kemampuan berpikir ilmiah

Menurut Solikati, 2021 mengatakan bahwa dalam penggunaan

metode eksperimen sangat berdampak positif dalam pembelajaran,

karena dengan penggunaan pembelajaran eksperimen rasa ingin tahu

siswa, dan antusiasme siswa bertambah. Dan keterlibatan siswa dalam

pembelajaran sangat besar (Awansyah, 2022). Dan dalam

pembelajarannya sendiri siswa melihat, mengamati, menganalisa,

melakukan, mengalami sendiri, bahkan menarik kesimpulan dari

percobaan yang dilakukan (Bektiarso, Haniyah, & Wahyuni, 2021). Dan

banyak sekali jurnal yang menyimpulkan bahwa penggunaan metode

eksperimen learning mampu meningkatkan pembelajaran dengan

signifikan.

Metode eksperimen adalah metode yang memungkinkan guru

dapat mengembangkan keterbitan fisik dan mental, serta emosional

siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih keterampilan proses

agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami

secara langsung dapat tertamam dalam ingatannya. Keterlibatannya fisik

dan mental serta emosional siswa yang diharapkan dapat di perkenal kan

33
pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan

rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.

Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa

untuk belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap

pembelajarannya.9 Dengan demikian siswa akan menemukan sendiri

konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran.

2.4.2 Tujuan Pembelajaran Eksperimen Learning

Dalam menggunakan metode pembelajaran pastinya ada tujuan

yang didapatkan ketika menggunakan metode tersebut. Begitu juga

dengan penggunaan metode eksperimen. Menurut Moedjiono & Moh.

Dimyati (dalam Devalda Maris Prameswari, 2019), penggunaan

metode eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar bertujuan untuk,

antara lain sebagai berikut:

a.Mengajar begaimana menarik kesimpulan dari berbagai

fakta, informasi, atau data yang berhasil dikumpulkan melalui

pengamatan terhadap proses eksperimen.

b. Mengajar bagimana menarik kesimpulan dari fakta yang

terdapat pada hasil eksperimen, melalui eksperimen yang

sama.

c.Melatih anak merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan

melaporkan percobaan.

34
d. Melatih anak menggunakan logika induktif untuk

menarik kesimpulan dari fakta, informasi, atau data yang

terkumpul melalui percobaan.

Berdasarkan tujuan penggunaan metode eksperimen di atas dapat

disimpulkan, bahwa metode eksperimen dalam kegiatan belajar

mengajar bertujuan untuk melatih anak merancang, mempersiapkan,

melaksanakan,dan menarik kesimpulan dari hasil percobaan yang

dilakukan

2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Eksperimen Learning

Sama halnya dengan metode pembelajaran lain, metode

pembelajaran eksperimen ini memiliki beberapa kelebihan dan

kekurangan.

1. Kelebihan Eksperimen antara lain :

a.Metode ini membuat anak didik percaya atas kebenaran atau

kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya

menerima kata guru atau buku.

b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan

studi eksplorasi (menjelajah tentang ilmu teknologi)

c.Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa

terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil

percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan

hidup manusia

35
d. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan

berdasarkan percobaannya

2. Kekurangan Eksperimen antara lain:

a.Tidak semua sekolah memiliki kecukupan media dan alat bantu

pembelajaran untuk menunjang pelaksanaan metode eksperimen.

Akibatnya, tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan

eksperimen

b. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan

yang tidak selalu mudah diperoleh

c.Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik

harus menanti untuk melanjutkan pelajaran

d. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan

e.Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan

karena mungkn ada faktor-faktor tertentu yang berada diluar

jangkauan kemampuan atau pengendalian

f. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan

teknologi

Dan pada pembelajaran eksperimen learning ada tahapan yang

harus dilakukan supaya tujuan dari pembelajaran bisa tercapai dan juga

maksimal, yaitu seperti berikut :

2.4.4 Langkah-langkah Metode Pembelajaran Eksperimen

Agar penggunaan metode eksperimen efisien dan efektif, maka

perlu di perhatikan hal-hal sebagai berikut:

36
a.Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan,

maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup

bagi tiap siswa

b. Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti

yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan,

maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang di gunakan

harus baik dan bersih

c.Pengalokasian waktu yang cukup agar siswa teliti dan konsentrasi

dalam mengamati proses percobaan, sehingga dapat menemukan

pembuktian teori yang di pelajari

d. Anak didik dalam eksperimen adalah sedang belajar dan

berlatih, maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka

disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman, serta

keterampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu

diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen

e.Tidak semua masalah bisa di eksperimenkan, setiap masalah

mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan social da keyakinan

manusia.

Senada dengan penjelasan diatas, Roestiyah (2001:81)

mengemukakan prosedur eksperimen sebagai berikut:

a.Perlu dijelaskan kepada anak didik tentang tujuan eksperimen,

mereka harus memehami masalah yang akan dibuktikan melalui

eksperimen

37
b. Memberi penejlasan kepada siswa tentang alat-alat serta

bahan-bahan yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen

c.Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan

siswa

d. Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil

penelitian siswa mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan

tes atau tanya jawab

2.5 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Pengetahuan Alam (IPA)

IPA adalah pembelajaran yang sangat penting untuk diajarakan di

sekolah. Dalam pembelajaran IPA siswa diberikan pembelajaran dan dilatih

untuk berpikir kritis, kreatif, dam objektif. Dalam pembelajaran IPA diajarkan

untuk memahami kejadian alam yang ada di lingkungan, kehidupan makhluk

hidup, (Azizah, Puji Winarti, 2020) Dan dalam pembelajaran IPA

menggunakan penalaran untuk memahami alam. Menurut Bundu,2006 yang

dikutip di( Rohaetal Aen, 2020) mengatakan IPA memiki 3 bagian, yaitu ada

proses ilmiah, produk ilmiah, dan sikap ilmiah. Dan dalam pembelajaran IPA

harus memenuhi ketiganya. Dan dalam pembelajaran IPA harus disesuaikan

dengan karakteristi, serta perkembangan kognitif siswa yang diajarkan

Menurut Sudjana (2011) mengatakan konsep adalah standart output

belajar yang lebih tinggi, harus ada pengenalan untuk memahami konsep. Jadi

siswa harus memahami isi konsep secara baik sehingga pemahaman akan

pelajarannya pun meningkat. Maka dari itu pemahaman akan konsep yang

akan diajarkan adalah dasar yang harus dimiliki siswa, karena jika siswanya

38
sendiri tidak memahami akan konsep secara menyeluruh maka siswa akan

sulit memahami materi pembelajaran secara baik. Dan ada beberapa factor

yang menyebabkan pemahaman akan konsep IPA ini rendah atau kurang baik.

Pertama sumber pembelajaran yang disipakan oleh pendidik hanya terfokus

di buku paket IPA, dan catatan siswa yang kurang lengkap. Kedua

pembelajaran yang tidak dikaitkan dengan kejadian alam yang ada di

lingkungan sehingga siswa bisa memiliki gambaran dengan baik (Ni Kadek

E. S, Asrin Baiq N.K, 2021)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu diperoleh secara ilmiah

dengan menggunakan pengumpulan sebuah data dengan cara bereksperimen,

melakukan pengamatan, edukasi agar bisa menghasilkan penjelasan sebuah

gejala alam maupun fenomena alam yang ada sehingga dapat dipercaya
(Variani dan Gede Agung 2020)
maupun dapat dipahami. Pendapat dari yang

mengatakan bahwa “IPA yang berasal dari kata bahasa inggris yaitu disebut

dengan Science yang memiliki singkatan Natural Science. Kata Natural yang

dapat diartikan juga dengan alamiah atau yang berhubungan dengan alam dan

kata science yang dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan”. Kemudian


(Setyowati 2021)
pendapat dari yang mengatakan bahwa IPA juga membuat

siswa agar bisa memiliki pengalaman belajar agar siswa bisa memahami

konsep, proses serta membuat peserta didik dapat aktif pada kegiatan

pembelajaran. Yang mana dapat dijelaskan bahwa belajar IPA tidak hanya

tentang pemberian teori dan materi untuk kognitif siswa tetapi juga untuk

tujuan pembelajaran, guru harus memberi pengalaman belajar yang bisa

39
menyenangkan agar siswa menjadi aktif dan luwes terhadap pengetahuan

yang diberikan.

Menurut Sulistyorini (Nugraha dan Setyaningtyas 2010) yang

mengatakan bahwa IPA sangat masih berhubungan dengan bagaimana

mencari tahu tentang alam, dalam belajar IPA tidak hanya pemahaman teori

saja namun mencari fakta, konsep serta prinsip. Pada pendapat tersebut

dijelaskan bahwa IPA adalah cara-cara untuk mencari tahu mengenai ilmu

alam yang secara sistematis dan terstruktur. IPA dianggap juga sebagai

proses-proses penemuan yang akhirnya menjadi kumpulan pengetahuan yang

berupa fakta, konsep dan prinsip. Ada pula pendapat dari Widiana
(Variani dan Agung 2020)
yang mengatakan bahwa strategi mengajar yang inovatif

sangat diperlukan agar pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mampu

diserap dan dipahami siswa dengan baik. Sebagai pendidik hendaknya juga

menyiapkan strategi mengajar yang inovatif dan kreatif agar pembelajaran

IPA menjadi lebih optimal sehingga mampu mencapai hasil belajar yang baik,

dan pada akhirnya pembelajaran IPA mampu diserap dan dipahami siswa

dengan baik.

2.6 Karakteristik Peserta Didik Kelas IV Sekolah Dasar

Karkteristik berasal dari kata “karakter” yang memiliki makna watak,

kepribadian dan sifat yang dimiliki seseorang. Sebenarnya karakter ini bukan

bawaan dari lahir, tapi bentukan dari dampak lingkungan. Karakter berasal

dari Bahasa Yunani, character dan charassain yang memiliki arti tajam,

membuat dalam atau menandai dan memfokuskan bagaimana

40
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk Tindakan atau tingkah laku.

Dan karakter merupakan kepribadian yang melekat pada sesorang dan terdiri

dari pengetahuan, moral, perasaan berlandaskan moral, dan perilaku

berdasarkan moral. ( Fipin Lestari et all, 2020)

Karkteristik adalah unsur yang sangat penting dan dasar untuk

dipahami oleh semua calon guru dan juga guru yang sudah terjun di sekolah.

Pemahaman akan karakteristik peserta didik menjadi salah satu factor

professional yang harus dimiliki oleh guru. Dalam pembelajaran pemahaman

akan karakteristik siswa ini harus diterapkan, agar tujuan Pembelajaran bisa

tercapai. Karena dalam setiap tingkat pendidikan memiliki karakteristik siswa

yang berbeda-beda. Dan bila dalam penerapan pembelajaran tidak diterapkan

akan pemahaman karakteristik peserta didik ini, maka Pembelajaran tidak

akan maksimal. Dan karena dalam perkembangannya pembentukan karakter

peserta didik banyak yang mengalami kemunduran dan kesulitan, maka

menurut Janawi pendidik atau guru sangat penting untuk memahami dunia

anak, kemampuan yang dimiliki, bakat, permasalahan yang dimiliki anak,

penerapan motivasmi,dan minat anak. (Janawi 2019)

Menurut Jarvie et al yang dikutip (Anditiasari, Dewi, 2021)

mengatakan bahwa pada anak yang berumur 7-12 tahun pada teori kognitif

Piaget masuk pada tahap operasional konkret. Dimana pada tahap ini anak

memiliki kemampuan untuk mengolah pembelajaran, dan mampu memakai

logikanya, tetapi pada objek-objek yang nyata dan mampu melakukan

konservasi. Dan pada tahapan ini anak sudah mampu untuk berpikir kritis,

41
tetapi harus juga dibantu oleh pihak lainnya untuk meningkatkannya. Dan

pada tahapan ini sifat egois anak mulai berkurang, dan dalam kecendrungan

animism dan articialismenya pun berkurang.

Dan pada sekolah dasar, siswa dibagi menjadi dua bagian yaitu siswa

kelas rendah dan kelas tinggi. Dimana siswa pada kelas rendah ini siswa dari

kelas 1-3, dan pada umur 6-9 tahun. Pada siswa kelas tinggi berada di kelas 4-

6 dengan rentang umur 9-13 tahun. Dan pada anak-anak usia sekolah dasar

ini memiliki karakteristik yang sudah tidak sama dengan anak-anak yang

lebih muda. Anak-anak sekolah dasar ini masih senang bermain, senang

bergerak, snenag bekerja dalam kelompok dan senang merasakan atau

melakukan secara langsung. (Meriyati, 2023).

Dan pada anak kelas tinggi, Dimana mereka mengalami proses

pembelajaran tidak hanya di sekolah tetapi di lingkungan Masyarakat juga.

Mereka memiliki beberapa sifat khas, yaitu: (1) adanya minat terhadap

kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit. (2) amat realistik, ingin tahu

dan ingin belajar. (3) menjelang akhir masa ini telah ada minat

terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, oleh ahli yang mengikuti

teori faktor ditaksirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor. (4) pada

umumnya anak menghadap tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha

menyelesaikan sendiri. (5) pada masa ini anak memandang nilai (angka

rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah. (6) anak pada

masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk bermain

bersama-sama. Guru harus dapat merangcang model pembelajaran yang

42
memungkinkan siswa bisa melibatkan diri secara langsung saat kegiatan

belajar mengajar. (Nevi. S, Rara. A, 2020)

Dan dapat disimpulkan dari pernyataan diatas bahwa peserta didik

memiliki karakteristik yng berbeda-beda yang disebabkan oleh berbagai hal.

Dan seorang guru haru mampu mengimplementasikan pemahaman akan

karakteristik ini dalam pembelajaran supaya pembelajaran bisa menjadi lebih

maksimal dan mampu mencapai tujuan. Dan dengan karakteristik anak yang

berdasarkan teori kognitif Piaget bahwa anak SD masuk dalam tahap

operasional konkret, Dimana peserta didik sudah mulai menggunakan

logikanya dalam pembelajaran dan mampu mengolah pembelajaran tetapi

masih pada objek-objek yang nyata dan berkesinambungan dengan kejadian

yang pernah dialami. Maka media pembelajaran yang akan dikembangkan

dalam penelitian ini adalah media audiobook, dimana pemilihan media ini

sesuai untuk diimplementasikan dan sesuai dengan karakteristik peserta didik

kelas IV

B. Rancangan Model yang di Kembangkan

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (research and

development). Research and development yaitu suatu proses pengembangan

produk baru dan juga dapat mengembangkan produk yang sudah ada serta dapat

dipertanggung jawabkan (Gogahu & Prasetyo, 2020).Pengembangan media

pembelajaran audio book untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di kelas

IV media yang akan di kembangkan ini berupa media dengan materi mata

pembelajaran IPAS yang berfokus pada materi IPA kelas IV.

43
Pada penelitian ini model akan dikembangkan dengan menggunakan model

pengembangan ADDIE (analysis, design development, implementation, dan

evaluation). Dan model ADDIE karena ADDIE merupakan model

pengembangan yang dapat digunakan untuk menghasilkan produk tertentu yang

kemudian diuji kelayakannya (Sugiyono, 2015). Dimana pada model ADDIE

memliki 5 tahap yaitu, yaitu: (1) Analysis (tahap analisis), (2) Design (tahap

perencanaan), (3) Development (tahap pengembangan), (4) Implementation

(tahap pelaksanaan), (5) Evaluation (tahap evaluasi). (Kamilah, dkk 2023)

Dapat disimpulkan bawasannya rancangan model yang dikembangkan

dalam penelitian yang berjudul “Pengembangan Audiobook Digital Terintegrasi

Eksperimen Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi IPAS Materi

Energi Kelas IV SDN Cipinang Besar Selatan 20 Pagi”. Menggunakan model

pengembangan ADDIE (analysis, design development, implementation, dan

evaluation).

Pada pembelajaran literasi sains juga ada tahap-tahap pembelajaran yang

harus dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam memahami dan

meningkatkan literasi sains. Tahapan pembelajaran ini dilakukan sesuai dari

aspek-aspek kompetensi literasi sain. Tahapan pembelajaran ada 3 yaitu ada

44
pendahuluan, isi dan juga penutup. Berikut tahapan dan indicator literasi sains

dalam pembelajaran :

Tabel 5 Indikator Literasi Saintifik dengan Langkah Pembelajaran

No Tahap Langkah Kompetensi Indikator


.
1. Pendahuluan Apersepsi - -
Motivasi
- -
2. Inti Mengamati Menjelaskan masalah Menerapkan
secara ilmiah pengetahuan ilmiah
Melakukan yang sesuai
penyelidikan ilmiah
Menanya Merencanakan Menentukan variabel
penyelidikan ilmiah penyelidikan
Menjelaskan masalah Menyusun pertanyaan
secara ilmiah berdasarkan fokus
Merencanakan masalah
penyelidikan ilmiah Mengusulkan cara
mengeksplorasi secara
ilmiah terhadap
pertanyaan yang
diberikan
Mengolah Melakukan Menyajikan data
penyelidikan ilmiah menggunakan beragam
Informasi
Menafsirkan data representasi yang sesuai
secara ilmiah Menafsirkan data
secara ilmiah
Mengomuni Mengomunikasikan Menyimpulkan
kasikan hasil informasi ilmiah informasi berdasarkan
analisis Menjelaskan
manfaat pengetahuan
ilmiah bagi masyarakat
3. Penutup Menelaah Mengevaluasi Mengevaluasi cara
penyelidikan ilmiah mengeksplorasi secara
kembali
Mengevaluasi ilmiah terhadap

45
No Tahap Langkah Kompetensi Indikator
.
penyelidikan ilmiah pertanyaan yang
diberikan
Mengevaluasi argumen
dan bukti ilmiah dari
beragam tipe sumber
Informasi - -
Sumber : (Setiawan, Saputri, 2020)

C. Penelitian Relevan

Adapun penelitian tentang pengembangan media pembelajaran audiobook ini


sudah pernah diteliti sebelumnya, yakni :
1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Arissona Dia Indah Sari, Tatang
Herman, Wahyu Sopandi, Al Jupri, 2023 yang berjudul “A Systematic
Literature Review (SLR): Implementasi Audiobook pada Pembelajaran di
Sekolah Dasar”. Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa
pada penelitian ini terdapat 100 artikel, dimana media audiobook ini lebih
banyak diimplementasikan untuk pembelajaran Bahasa untuk
meningkatkan kompetensi menyimak atau mendengar dan membaca. Dan
Negara Indonesia paling sering menggunakan media ini, tetapi dalam
penelitian tentang implementasi media audiobook masih tergolong rendah
dan perlu dilakukan penelitian lanjutan.
2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Handayani Maya, Abdullah Asep,
HidayantiEma, 2021 yang berjudul “STRATEGI BERDAKWAH
MENGGUNAKAN AUDIOBOOK ISLAMI BAGI CALON DAI
TUNANETRA KOMUNITAS SAHABAT DAN ITMI SEMARANG”.
Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa dengan media
audiobook bisa digunakan dan juga bermanfaat untuk digunakan dan
mempermudah calon DAI.

46
3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Madiawati Mamat, Tengku Intan
Marlina, Nurhamizah Hashim, Nur Asyirah Hazari, 2021 yang berjudul
“BUKU AUDIO SASTERA SEBAGAI ALTERNATIF PEMBACAAN
KARYA SASTERA DALAM ERA DIGITAL“. Dari penelitian tersebut
diperoleh kesimpulan bahwa media audiobook ini harus dikembangakan
karena mampu mengembangkan minat pembaca, dan mampu membuat
Masyarakat tidak memiliki alasan untuk tidak memiliki minat dalam
membaca.
4. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fachrurrozia, Nidya Chandra Muji
Utamia, Riska Aldian, 2021 yang berjudul “PENGEMBANGAN BUKU
AUDIO DIGITAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MEMBACA
PERMULAAN KELAS I SEKOLAH DASAR” Dari penelitian tersebut
diperoleh kesimpulan bahwa Media buku audio digital sebagai media
pembelajaran membaca permulaan dapat memotivasi guru untuk
merancang pembelajaran dengan memanfaatkan penggunaan media, bagi
siswa adanya kolaborasi antara cerita, gambar, dan audio menjadi
lebih menyenangkan dan bermakna dalam pembelajaran membaca
permulaan.
5. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Cici Oktaviani, Jesi
Alexander Alim , Zariul Antosa , Neni Hermita, 2022 yang berjudul
“PENGEMBANGAN AUDIBLE BOOKS BERBASIS
ETNOMATEMATIKA” Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan
bahwa media Audible Books yang dikembangkan sebagai media untuk
literasi siswa di sekolah dasar layak dan dapat digunakan dalam
pembelajaran siswa di sekolah dasar terkhusus untuk pembelajaran
matematika.
Penelitian di atas relevan dengan penelitian ini karena ada beberapa kesamaan
variable yang diteliti yaitu sama-sama menggunakan media berupa audiobook
yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan perbedaan dengan
penelitian sebelumnya diantaranya: 1) subjek penelitian, 2) mata pelajaran dan 3)
lokasi penelitian. Subjek penelitian sebelumnya adalah masyarakat umum, serta

47
siswa kelas rendah, sedangkan penelitian ini hanya pada peserta didik sekolah
dasar kelas IV SDN Cipinang Besar Selatan 20 Pagi”.
D. Kerangka Berpikir Penelitian
Dengan penggunaan media dalam pembelajaran, peserta didik diharapkan

mempunyai wawasan yang luas dan persepsi yang semakin tajam dan dapat

memahami materi yang diajarkan. Untuk lebih jelasnya, kerangka pikir dari

penelitian ini dibuat dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Tabel
Gambar 2.12.1 Kerangka
Kerangka Berpikir
Berpikir Penlitian
Penelitian

48
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SDN Cipinang Besar Selatan 20 Pagi

Jakarta Timur yang beralamat di Jl. Pancawarga I/16 , Cipinang Besar Selatan,

Kec. Jatinegara, Kota Jakarta Timur Prov. D.K.I. Jakarta. Penelitian dilakukan

dan dilangsungkan dalam kurun waktu mulai bulan Desember 2023 – Januari

2024.

B. Karakteristik yang akan di Kembangkan

Karakteristik dari model yang digunakan untuk sasaran penelitian sebagi

subjek dan objek dalam pengembangan uji coba produk yaitu:

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam pengembangan ini adalah siswa kelas IV

SD Negeri Cipinang Besar 20 Pagi Jakarta Timur. Pada penelitian ini

akan mengembangkan media virtual exhibition mata pelajaran IPAS

namun dengan fokus materi IPA pada kurikulum merdeka fase B (kelas

3-4 SD), kelas IV bab 4 ” Mengubah Bentuk Energi .”, topik C ”Energi

yang Bergerak”.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam pengembangan ini adalah media

pembelajaran berbasis audiobook pada mata pelajaran IPAS khususnys

49
materi IPA pada peserta didik kelas IV SD Negeri Cipinang Besar 20

Pagi Jakarta Timur.

C. Model Penelitian dan Pengembangan

Metode Penelitian yang digunakan adalah metode pengembangan Research

and Development (R&D). Research and Development adalah metode penelitian

yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan

produk tersebut, dan tujuan dari pengembangan Research and Development

(R&D) adalah untuk memvalidasi dan mengembangkan produk menurut Alvita

dan Airlanda dalam (Sugiyono, 2019). Dan menurut (Borg & Gall, 1979)

menjelaskan “Educational research and development (R&D) is a process

used to develop and validate educational products”. Metode penelitian yang

berfungsi untuk membantu pelakasanaan kerja supaya lebih efektif dan efisien

adalah metode tindakan (action reseach), penelitian dan pengembangan (research

and development (RnD)) dan penelitian operasi (operation research). Metode

penelitian dan pengembangan (research and development (RnD)) adalah metode

penelitian yang digunakan untuk menghasilkan rancangan produk baru, mengujik

efektifan produk yang telah ada serta mengembangkan dan menciptkan produk

baru. Bila produk baru telah diuji, maka produk tersebut pada pelaksanaan akan

lebih mudah, lebih cepat, kualitas dan kuantitatis hasilnyapun akan meningkat.

Dan dalam pengembangan Research and Development (R&D) ini

menggabungkan antara penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Dimana saat

melakukan analisis kebutuhan dilakukan dengan metode Kualitatif (survey) dan

pada pengujian produk dengan metode eksperimen. Dan menurut Sugiyono

50
(dalam Sri Haryati, 2012) megatakan untuk metode penelitian dasar sering

digunakan dalam studi penilaian kebutuhan untuk menghasilkan produk hipotetis.

Eksperimen dan penelitian tindakan juga digunakan untuk menguji produk

hipotetis. Setelah menguji produk dapat digunakan. Proses pengujian produk

melalui eksperimen disebut penelitian terapan. Tujuan penelitian dan

pengembangan adalah penemuan, pengembangan, dan validasi produk. Dan ada

beberapa metode penelitian dan pengembangan (RnD) misalnya model

Brog&Gall, Hoge,et.Al., model, model Hannafin & Peck, Model Criswell, model

ADDIE, model CBI, dan seterusnya ( Gustiani, 2019, hlm 12). Pada penelitian ini

dimana peneliti bertujuan mengembangkan media Audio Book yang terintegrasi

Eksperimen Learning menggunakan dengan menggunakan model ADDIE.

Model Penelitian Pengembangan ADDIE, sesuai dengan namanya,

merupakan model yang mencakup tahapan pengembangan model dengan lima

langkah/fase pengembangan yang meliputi Analysis, Design, Development or

Production, Implementation or Delivery dan Evaluations. Model ADDIE

dikembangkan oleh Dick dan Carry pada tahun 1996 untuk merancang sistem

pembelajaran (Mulyanitiningsih, 2016). Dimana pada analisis ini dilakukan

observasi mengenai masalah yang terjadi, dan pada tahap ini bisa dibuat

pertanyaan mengenai suatu produk yang dikembangkan mengenai kesesuaiannya,

dan apakah mampu untuk menyelesaikan masalah tersebut. Lalu pada tahap

Design ini adalah merancang konsep dan apa saja yang akan ada di dalam produk

yang akan kita kembangkan, petunjuk pelaksanaan produk dengan detil yang

akan membantu di tahap pengembangan selanjutnya. Lalu ada juga tahap

51
Development, dimana di tahap ini dari konsep yang sudah dibuat dijadikan

produk yang jadi dan siap dipakai. Tahap keempat yaitu Implementation pada

tahap ini produk yang sudah jadi dipakai dan untuk mendapat umpan balik yang

didapat dari menanyakan mengenai produk yang sudah dipakai dan sesuai tujuan

pembuatan produk. Yang terakhir Evaluation adalah pemberian umpan balik

yang digunakan untuk menjadi bahan revisi untuk memperbaiki kekurangan

pelaksanaan produk untuk mencaoai tujuan awal pembuatan produk. (Pitriani

dkk, 2021)

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Cipinang Besar 20 Pagi. Penelitian

pengembangan yang menghasilkan sebuah produk media digital yang dinamakan

“Audio Book” pada mata pelajaran IPAS dalam kurikulum merdeka. Namun

pengembanagn ini berfokus pada materi IPA kelas pada fase b dalam bab 4

Mengubah Bentuk Energi topik A ”Transformasi Bentuk Energi”, dan Topik B “

Energi yang Tersimpan”. Penelitian pengembangan media audio book berupa

buku online bersuara, dimana media pembelajaran digital yang disesuaikan

dengan materi pembelajaran. Oleh sebab itu, peneliti memilih untuk memakai

tahapan penelitian model ADDIE. Penelitian ini mengikuti langkah-langkah

model ADDIE sebagai berikut:

Gambar 3.1 Tahapan Prosedur Pengembangan ADDIE


Sumber : Julius Bata 2022

52
D. Prosedur Penelitian dan Pengembangan

Model pengembangan ADDIE singkatan dari Analysis, Design,

Development Implementation and Evaluation. Model pengembangan ini karena

ADDIE memiliki alur kerja terkait tahap penelitian dan pengembangan (R&D)

yang lebih sistematis dan sederhana sehingga menghasilkan produk yang lebih

efektif. Menurut Branch dalam (Sushiyono, 2017: 38), fase ADDIE merupakan

perpanjangan dari (Analisis, Desain, Pengembangan, Implementasi, Evaluasi).

Setiap tahapan melibatkan evaluasi dan modifikasi terhadap tahapan yang dilalui,

dan produk yang dihasilkan merupakan produk yang valid. Selain itu, model

ADDIE sangat sederhana, namun implementasinya sistematis. Model ADDIE

merupakan model desain pembelajaran yang memberikan proses terorganisir

dalam pengembangan media pembelajaran untuk digunakan dalam pembelajaran

tatap muka maupun online. Model ADDIE muncul pada tahun 1990an dan

dikembangkan oleh Raiser dan Mollenda. Salah satu fungsinya adalah sebagai

pedoman untuk membangun perangkat infrastruktur program pembelajaran yang

lebih efektif, dinamis, dan membantu meningkatkan keberhasilan proses

pembelajaran.

Di bawah ini adalah Langkah penelitian dan pengembangan dengan

menggunakan model penelitian ADDIE menurut Raiser dan Mollenda (1990); &

Rohaeni, S (2020) yaitu:

1. Analysis

Analysis merupakan proses mengidentifikasi masalah pada tempat

yang dijadikan sampel penelitian. Dalam penelitian ini dilakukan analisis dan

53
observasi di siswa dan sekolah mengenai media pembelajaran yang sudah

dipakai selama pembelajaran berlangsung, apakah media sebelumnya mampu

meningkatkan literasi sains anak. Dan setelah diketahui bahwa jika

disesuaikan oleh perkembangan zaman yang sudah menggunakan media

digital, karakter peserta didik dan tujuan dari pembelajaran untuk peningkatan

literasi sains, maka dicarilah media yang bisa mencapai tujuan yang sudah

ada. dan media yang akan dikemabngkan ini juga dilakukan analisis apakah

dengan media ini mampu untuk mengalami peningkatan dari tujuan yang

sudah ada. Kemudian dilakukan analisis produk yang akan dikembangkan ini

untuk mengetahui kelayakan produk yang akan diterapkan dalam

pembelajaran.

2. Design

Pada tahap ini dilakukan perancangan media yang akan

dikembangkan dari hasil analisis yang sudah dirampungkan seperti konsep

yang akan dipakai, petunjuk pelaksanaan media yang akan digunakan, apa

saja yang akan dibuat di dalam media yang akan dikembangkan, materi yang

sesuai dengan yang akan digunakan, soal-soal yang akan dipakai, susunan

materi. tujuan penggunaan media, strategi metode penyampaian (online,

ofline, campuran). Dan di fase ini juga menentukan metode evaluasi yang

akan digunakan yang sesuai dengan desain pembelajaran yang bisa

disesuaikan dengan model efektivitas Kirkpatrick seperti dibawah ini.

54
Gambar 3.1 Model efektivitas Kirkpatrick

Sumber : Erik van Vulpen 2018


3. Development

Tahap development adalah tahap pengembangan dan penulisan bahan

ajar. Penyusunan dan penulisan bahan ajar ini didasarkan pada hasil design

yang sebelumnya sudah dibuat dan disusun. Pada tahap pertama, kedua dan

ketiga. Hal-hal yang ditulis dalam media audiobook: a) judul audiobook, b)

menyusun materi di canva dan menjadikannya pdf, c) mengembangkan media

dalam aplikasi flip pdf corporation

4. Evaluation

Pelaksanaan media yang sudah disusun bisa langsung

diimplementasikan, dan juga bisa diberikan pengarahan kepada guru. Dan

pada tahap ini semua yang telah dibuat diuji coba sesuai dengan kelas yang

sudah dipilih, dan dengan susunan pelaksanaan yang sudah dibuat. Dan pada

tahap uji coba ini dilakukan dua tahap, yaitu ada uji validitas isi oleh ahli isi

mata pelajaran, ahli media pembelajaran, dan ahli desain pembelajaran.

Tahap kedua uji kepraktisan oleh kelompok perorangan, kelompok kecil,

55
kelompok besar, dan kelompok guru mata pelajaran yang sama. Hasil uji coba

ini digunakan sebagai dasar dalam melakukan kegiatan evaluasi.

5. Evaluation

Evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui kekurangan dari media yang sudah

dibuat, dan untuk revisi media yang sudah di uji coba. Berdasarkan

hasil review para ahli dan uji coba lapangan yang sudah dilaksanakan pada

tahap implemetasi, selanjutnya dilakukan dua tahap analisis data, yaitu

analisis data kualitatif dan data kuantitatif. Analisis data kualitatif

dipergunakan untuk mengolah data berupa masukan, saran dan kritik dari

para ahli dan uji lapangan untuk selanjutnya dilakukan revisi bertahap untuk

pengembangan media menjadi lebih baik. Sedangkan analisis data kuantitatif

diperoleh dari penilaian responden dalam bentuk angka pada angket yang

diberikan. Semua tahapan evaluasi ini bertujuan untuk kelayakan produk

akhir. Layak dari segi isi, desain dan user friendly.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

a) Observasi

Observasi adalah tahap yang dilakukan dalam pengumpulan data secara

sistematis, logis, objektif, dan rasional. Dan peneliti melakukan observasi

dengan cara mendatangi sekolah SDN Cipinang Besar Selatan 20 Pagi. Dan

pada saat observasi penulis mengamati bagaimana guru melakukan

pembelajaran, dan respon yang diberikan peserta didik untuk mengamati

pembelajaran yang diberikan dan cara mengatasi murid oleh guru dalam

pembelajaran.

56
b) Wawancara

Menurut (Sugiyon, 2019), wawancara bisa dilaksanakan baik secara

tersusun atau tidak tersusun, dan bisa dilkukan secara daring maupun luring.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara secara tidak tersusun, dan

tanpa pedoman. Dan pada tahap ini dilakukan secara luring di sekolah SDN

Cipinang Besar Selatan 20 Pagi kelas IVA.

Peneliti melakukan Teknik wawancara untuk mengetahui secara lebih jelas

mengenai masalah yang diteliti. Dan dari wawancara ini bisa didapatkan

jawaban dari responden secara rinci. Wawancara ini dilakukan kepada guru, dan

siswa kelas IVA. Pada wawancara tujuannya adalah untuk mengetahui mengenai

permasalahan yang ada dalam pembelajaran, karakteristik siswa, kesulitan yang

dialami oleh siswa dan juga guru. Selain itu juga untuk mengetahui minat dan

cara belajar siswa, dan pendapat siswa mengenai pembelajaran dengan media

yang baru yang akan dikembangkan.

Tabel 3.1 Tabel Wawancara Guru

No Pertanyaan Hasil Jawaban Wawancara


1. Kurikulum apa yang digunakan di
sekolah khususnya kelas 4?
2. Bagaimana karakteristik peserta didik
dikelas?
3. Apakah Bapak/Ibu selalu menyiapkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) sebelum megajar
4. Apakah siswa diperbolehkan membawa
laptop/ handphone ke sekolah? Jika iya

57
biasanya digunakan untuk apa? Jika
tidak apakah siswa memiliki alternatif
lain daripada handphone atau laptop?
5. Apakah bapak/ Ibu menyediakan soal
evaluasi untuk mengetahui
perkembangan pembelajaran siswa?
6. Bagaimana usaha Bapak/Ibu untuk
membuat kelas tetap kondusif dalam
proses pembelajaran kelas, dan
mencapai tujuan pembelajaran?
7. Apakah Bapak/Ibu dalam pembelajaran
suka menggunakan media ajar? Jika iya
media apa yang sering digunakan?
8. Pada pembelajaran apakah sering
melakukan kegiatan eksperimen?
9. Apakah Bapak/Ibu memiliki kendala
dalam membuat atau menggunakan
media pembelajaran tersebut?
10. Apakah fasilitas dan sarana prasarana
di sekolah ini memadai untuk
menggunakan media yang bapak buat?
11. Bagaimana respon siswa terhadap
media yang bapak gunakan pada saat
proses pembelajaran di dalam kelas?
12. Bagaimanakah literasi Ipa siswa kelas
4? Apakah mereka mampu memahami
secara menyeluruh baik konsep
maupun materi secara baik?
13. Apakah ada pengaruh media yang
digunakan bapak terhadap hasil belajar
siswa?

58
14. Jika ingin menambahkan media yang
baru, jenis media apa yang bapak ingin
digunakan yang sesuai dengan
karakteristik kelas bapak ibu?
15. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu jika
dalam pembelajaran IPA menggunakan
media AudioBook, dan didalamnya
sudah ada video youtube untuk
ekseperimen setelah pembelajaran, dan
juga soal Latihan untuk evaluasi
pembelajaran materi?
16. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu jika
dalam pembelajaran IPA saya
mengembangkan media AudioBook
untuk materi Bab 4 Mengubah Bentuk
Energi Topik A ”Transformasi Bentuk
Energi”.

Tabel 3.2 Tabel Wawancara Siswa

No Pertanyaan Hasil Jawaban Wawancara


1. Apakah dalam pembelajaran guru
menggunakan media pembelajaran?
2. Apakah menurut kamu pembelajaran
menjadi menyenangkan dan kamu
mudah mengerti jika guru
menggunakan media pembelajaran?
3. Apa saja media yang pernah digunakan
oleh guru?
4. Apakah kamu pernah mengalami
kesulitan belajar dengan menggunakan
media yang disediakan guru?

59
5. Apakah kamu pernah dalam Pelajaran
IPA melakukan eksperimen terkait
materi yang sudah diajarkan?
6. Apakah guru kalian melakukan evaluasi
setelah pembelajaran menggunakan
media?
7. Apakah kamu suka membaca buku atau
lebih suka mendengarkan cerita?
8. Apakah kamu suka menggunakan
handphone atau laptop untuk belajar?
9. Apakah kamu lebih tertarik jika bisa
mengulang belajar dan melakukan
kegiatan ekseperimen selain di sekolah?
10. Jika saya membuat media pembelajaran
yang bisa kamu dengar, baca dan
melakukan percobaan dan ada juga tes
untuk mengetahui pemahaman kamu
dan medianya bisa digunakan dimana
saja, apakah kamu tertarik mau
mencobanya?

c) Angket
Teknik pengumpulan data dengan kuesioner ini dilakukan oleh
peneliti dengan cara memberikan lembar pertanyaan yang dijawab oleh
responden yaitu pada siswa Dan angket ini dibuat untuk membantu penulis
dalam pembuatan media yang akan dikembangkan untuk membantu
menyelesaikan permasalahan yang dialami siswa dan guru dalam
pembelajaran IPA Bab “Mengubah Bentuk Energi“ topik A “Transformasi
Bentuk Energi”. Angket digunakan untuk validasi media dengan
memberikan beberapa pertanyaan kepada validator ahli media dan ahli
materi guna untuk mengumpulkan data kelayakan.

60
- Instrumen Ahli Materi
Instrumen ini diberikan untuk ahli materi saat kegiatan
pengembangan media. Berikut validasi ahli materi
A. Instrumen Penelitian
Tabel 3.3Tabel Instrumen Penelitian

Jumlah Butir
No Validator Aspek
Soal
 Relevansi atau kecocokan 7
1. Ahli Materi  Kebenaran Isi 10

 Tampilan 9
2. Ahli Media
 Isi 8
Ahli
3.  Penggunaan 13
Pembelajaran

a) Instrumen Validator Materi


Tabel 3.4 Instrumen Validasi Ahli Materi

Indikator Skor
Aspek
1 2 3 4
Relevansi Materi yang disajikan
atau sesuai dengan tujuan
kecocokan yang ada, dan
karakteristik peserta
didik.
Latihan soal evaluasi
sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Materi yang dibuat
sudah memenuhi

61
indikator
Kelengkapan materi
yang disajikan sesuai
berdasarkan kompetensi
Batasan materi yang
disajikan sesuai dengan
kurikulum merdeka
Penjabaran materi
cukup
Kejelasan penggunaan
bahasa
Kebenara Kejelasan materi
n isi Kebenaran materi
Kebenaran rekaman
suara
Sistematika penyajian
materi
Bobot materi cukup
untuk mencapai tujuan
pembelajaran
Kesesuaian materi
dengan contoh yang
diberikan
Bahasa yang digunakan
mudah dipahami
Gambar dan video yang
disajikan mendukung
materi pembelajaran
Gambar dan video yang
digunakan sesuai untuk
memperjelas isi

62
Kuis atau soal yang ada
sesuai dengan
kompetensi dasar

TOTAL

b) Instrumen Validasi Media


Tabel 3.5 Instrumen Ahli Validasi Media

Skor
Aspek Indikator
1 2 3 4
Tampilan Pemilihan warna dasar
backgound yang
digunakan menarik.
Kombinasi warna media
pada tampilan
background menarik.
Pemilihan komponen di
dalam media yang
digunakan menarik
Gambar atau kompnen
yang digunakan sudah
tepat.
Ukurun text sudah
sesuai.
Tata letak komponen
media sudah menarik.
Kombinasi gambar
dengan materi sudah
tepat
Ukuran gambar yang
digunakan sudah sesuai

63
dengan penempatan
Gambar dan video
dengan penjelasan sudah
tepat dan sesuai
Isi Kejelasan petunjuk
media
Kemenarikan media
Efisiensi komponen
media
Efisiensi teks
Konsistensi penggunaan
bahasa dalam media
Penggunaan font dalam
penulisan media
Kejelasan rekaman isi
suara

TOTAL

c) Instrumen Validasi Pembelajaran


Tabel 3.6 Instrumen Ahli Validasi Pembelajaran

Skor
Aspek Indikator
1 2 3 4
Penggunaan Kesesuaian
Kompetensi inti,
kompetensi dasar dan
indikator
Kejelasan tujuan
pembelajaran
Uraian materi jelas

64
Pemberian video
eksperimen sesuai
dengan materi yang
diajarkan
Memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk belajar
sendiri
Gambar dan video
yang digunakan
mendukung materi
jelas
Kesesuaian gambar,
suara video untuk
memperjelas isi
Kesesuaian urutan
materi yang digunakan
Kesesuaian pemilihan
warna background dan
teks
Kesesuaian pemilihan
ukuran dan jenis huruf
Kesesuaian suara dan
isi materi
Kemenarikan tampilan
lipatan gambar yang
disajikan

TOTAL

d) Instrumen Angket Validasi Respon Peserta Didik

65
Skor
Aspek Indikator
1 2 3 4
Semangat belajar saat
menggunakan media.
Siswa tidak bosan saat
pembelajaran
menggunakan media
Siswa senang saat
melakukan eksperimen
pada media
Perintah yang terdapat
pada media mudah
Penerapa
dimengerti
n Media
Tulisan dan rekaman
suara dalam media jelas
Materi yang terdapat
pada media mudah
dipahami
Siswa tertarik belajar
pada saat menggunakan
media
Siswa senang dengan
tampilan dan media

TOTAL

Tabel 3.7 Tabel Instrumen Validasi Respon Peserta Didik

a) Instrumen Angket Siswa

66
No Pertanyaan Pilihan Jawaban
1 Apakah dalam proses pembelajaran oYa
menggunakan bahan ajar?
oTidak
2. Apakah guru pernah menggunakan media o Ya
selain buku untuk menjadi media
oTidak
pembelajaran?

3. Apakah guru pernah menggunakan o Ya


handphone untuk menjadi media
oTidak
pembelajaran?

4. Apakah siswa pernah melakukan o Ya


eksperimen saat Pembelajaran? oTidak
5. Apakah siswa mampu memahami materi o Ya
yang sudah diajarkan dengan buku siswa oTidak
yang sudah ada?
6. Apakah guru pernah melakukan o Ya
Pembelajaran dengan mengaitkan alam oTidak
dan lingkungannya dengan materi ajar?
7. Pembelaajaran dengan media apa yang
mampu membuat kamu memahami
Pembelajaran IPA?
8. Apa yang kamu rasakan jika
menggunakan handphone untuk menjadi
suatu media dalam belajar?
9. Apakah menurutmu belajar dan melakukan
praktik eksperimen mampu membuatmu
memahami materi Pembelajaran?
10. Bagaimana jika ada media pembelajaran
digital yang bisa bersuara dan
menampilkan video materi pembelajaran?

67
Tabel 3.3 Tabel Angket Siswa

d) Dokumentasi

Dokumen adalah suatu pelengkap dari penggunaan wawancara atau

observasi yang sudah berlalu. Dan bentuk dari dokumennya adalah seperti

gambar, tulisan, foto-foto, atau bahkan terkait perarturan dan kebijakan suatu

instansi. Menurut Sugiono hasil penelitian bisa dikatakan jujur atau fakta bila

dilakukan dengan dikumentasi. Pada penelitian ini, dokumentasi yang

dipakai dan ditampilkan di lampiran adalah pada saat wawancara dengan

guru.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukann apabila data telah terkumpul dan harus

segera diolah untuk diketahui tujuan penelitian. Analisis data adalah Upaya kritis

dalam proses penelitian. Langkah yang digunakan untuk mengumpulkan data

selama dilapangan adalah dengan menggunakan analisis data kualitatif dan

kuantitatif yang akan dijabarkanseperti berikut:

1. Analisis Data Kualitatif

Analisis data kualitatif didapat dari hasil wawancara dengan pendidik

dan peserta didik kelas IVA SDN Cipinang Besar Selatan 20 Pagi. Data yang

diperoleh dari observasi saat implementasi media saran dan masukan dari ahi

media, ahli materi dan ahli pembelajaran dipakai peneliti guna melakukan

revisi terhadap media yang dikembangkan.

2. Analisis Data Kuantitatif

68
Analisis data kuantitatif guna untuk menganalisis hasil data yang

dikumpulkan dari evaluasi para ahli dengan cara penyebaran angket.

a. Analisis Angket Validasi Ahli

Angket ini digunakan peneliti guna mengukur sikap, pendapat,

dan persepsi validator terhadap pengembangan media. Angket ini

menggunakan skala 1 sampai dengan 4 dengan memakai pedoman

penilaian (Sugiyono, 2018) yaitu: skala 1 sangat kurang sesuai, skala

2 kurang sesuai, skala 3 cukup sesuai, skala 4 sesuai dan skala 5

sangat sesuai.

Perolehan presentase data dari hasil evaluasi validator dianalisis

dengan menggunakan rumus dibawah ini:

P=
∑ x x 100
n

Keterangan :

P : Presentase skor yang dicari

∑ : Jumlah jawaban yang diberikan validator

N : Jumlah skor maksimal

Hasil dari analisis media yang dikembangkan menggunakan skala likert

yang memiliki kriteria lima tingkatan. Adapun skla likert yang digunakan

peneliti sebagai berikut:

No Kriteria kefektifan Tingkat Validitas

1. 81,00%-100,0% Sangat valid dan layak digunakan

tanpa revisi

69
2. 61,00% - 80,00% Valid dan layak digunakan namun

perlu revisi sedikit

3. 41,00% - 60,00% Kurang valid, disarankan tidak

layak digunakan dan perlu revisi

besar

4. 21,00% - 40,00% Tidak valid, tidak layak digunakan

dan perlu revisi besar-besaran.

5. 00,00% - 20,00% Sangat tidak valid dan tidak layak

dipergunakan

Kesimpulan dari skala likert menjadi tolak ukur kevalidan atau tidak

media yang akan di kembangkan oleh peneliti. Jika persentase menunjukkan

kurang dari 60% maka media yang dikembangkan dapat dinyakatan tidak

valid dan harus direvisi serta adanya perbaikan. Sebaliknya jika persentase

menunjukkan lebih dari 61% maka pengembangan media dapat dikatakan

layak digunakan

DAFTAR PUSTAKA

Yaumi, M. (2018). Media dan teknologi pembelajaran. Prenada Media.

Lestari, F., Maylita, F., Hidayah, N., & Junitawati, P. D. (2020). Memahami

karakteristik anak. Bayfa Cendekia Indonesia.

Meriyati, H. (2023). Memahami Karakteristik Anak Didik.

Septianti, N., & Afiani, R. (2020). Pentingnya memahami karakteristik siswa sekolah

dasar di SDN Cikokol 2. As-sabiqun, 2(1), 7-17.

70
Rohaeni, S. (2020). pengembangan sistem pembelajaran dalam implementasi

kurikulum 2013 menggunakan model ADDIE pada anak usia

dini. Instruksional, 1(2), 122-130.

Solikati, N. (2021). Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi Rangkaian Listrik

Sederhana Dengan Metode Eksperimen. Jurnal Terapan Pendidikan Dasar Dan

Menengah, 1(2). Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.28926/Jtpdm.V1i1.1

Haniyah, L., Bektiarso, S., & Wahyuni, S. (2021). Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe NHT(Numbered Head Together) Disertai Metode Eksperimen Pada

Pembelajaran IPA Fisika SMP. Jurnal Pembelajaran Fisika FKIP

Universitas Jember, 3(1).

Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.19184/Jpf.V3i1.23239.

Awansyah, P. (2022). Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkansikap

Ilmiah Dan Prestasi Belajar Siswa. DIADIK, 12(1).

Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.33369/Diadik.V12i1.21390

71
LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara Pendidik

No Pertanyaan Hasil Jawaban Wawancara


1. Kurikulum apa yang digunakan di Kurikulum yang digunakan di Sekolah dan khususnya kelas
sekolah khususnya kelas 4? 4 adalah Kurikulum Merdeka Belajar
2. Bagaimana karakteristik peserta didik Karakteristik siswanya adalah yang aktif, dan semangat
dikelas? untuk belajar. Mayoritas mereka sudah bisa membaca dan
juga menyukai jika belajar menggunakan media atau belajar
dengan alam dan eksperimen.
3. Apakah Bapak/Ibu selalu menyiapkan Ya, saya membuat RPP biasanya 1 bulan sekali untuk
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pembelajaran selama 1 bulan itu.
(RPP) sebelum megajar
4. Apakah siswa diperbolehkan membawa Tidak boleh membawa handphone, karena sekolah takut
laptop/ handphone ke sekolah? Jika iya kehilangan dan anak lebih fokus dalam bermain handphone.
biasanya digunakan untuk apa? Jika Dan alternatif lain dalam pembelajaran adalah dengan
tidak apakah siswa memiliki alternatif dikatikan dengan alam dan praktek
lain daripada handphone atau laptop?
5. Apakah bapak/ Ibu menyediakan soal Ya menyediakan biasa dengan soal-soal cerdas cermat
evaluasi untuk mengetahui
perkembangan pembelajaran siswa?
6. Bagaimana usaha Bapak/Ibu untuk Dengan cara menggunakan Ice Breaking untuk
membuat kelas tetap kondusif dalam mengembalikan fokus anak baru belajar Kembali. Dan juga
proses pembelajaran kelas, dan mencapai sebelum pembelajaran diberitahu apa saja tujuan yang ingin
tujuan pembelajaran? dicapai.
7. Apakah Bapak/Ibu dalam pembelajaran Media yang digunakan lebih ke buku dan lebih ke alam
suka menggunakan media ajar? Jika iya saja, karena pembelajarannya adalah IPA.
media apa yang sering digunakan?
8. Pada pembelajaran apakah sering Melakukan kegiatan eksperimen tetapi tidak sering
melakukan kegiatan eksperimen?
9. Apakah Bapak/Ibu memiliki kendala Proyektor kelas sedang rusak, dan jika menggunakan
dalam membuat atau menggunakan proyektor yang dibawa cukup memakan waktu dalam
media pembelajaran tersebut? persiapan. Dan juga untuk mempersiapkan media lain yang
tidak ada di sekolah memakan waktu
10. Apakah fasilitas dan sarana prasarana di Ya fasilitas di sekolah sudah cukup memadahi. Seperti
sekolah ini memadai untuk media, dan Alam yang masih bisa dilihat siswa. Ada juga

72
menggunakan media yang bapak buat? alat peraga yang disediakan sekolah
11. Bagaimana respon siswa terhadap media Anak-anak sangat antusias dalam pembelajaran dan
yang bapak gunakan pada saat proses semangat dengan media yang saya siapkan. Dan mereka
pembelajaran di dalam kelas? lebih paham jika pembelajaran dikaitkan dengan alam atau
yang bisa dilihat dan dipraktikan siswa.
12. Bagaimanakah literasi Ipa siswa kelas 4? Anak-anak masih kurang dan ada beberapa yang masih
Apakah mereka mampu memahami kesulitan dalam hal teori atau penjelasan. Dan ada juga
secara menyeluruh baik konsep maupun anak di kelas saya yang maish belum bisa lancar membaca.
materi secara baik?
13. Apakah ada pengaruh media yang Ada, yaitu anak lebih memahami materi yang diberikan dan
digunakan bapak terhadap hasil belajar bisa langsung dipraktikan di rumah.
siswa?
14. Jika ingin menambahkan media yang Media yang sesuai dengan zaman, dan juga yang lebih
baru, jenis media apa yang bapak ingin banyak gambar atau animasinya, dan juga bisa diakses
digunakan yang sesuai dengan Dimana saja jadi siswa bisa mempelajari ulang.
karakteristik kelas bapak ibu?
15. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu jika Saya sangat senang dan tertarik karena saya belum pernah
dalam pembelajaran IPA menggunakan tahu media audiobook secara digital, hanya yang biasa
media AudioBook, dan didalamnya dipakai pada anak kecil. Dan juga siswa bisa mengakses
sudah ada video youtube untuk dimana saja dan mereka bisa mempelajari ulang materi, dan
ekseperimen setelah pembelajaran, dan anak yang belum bisa membaca lancar mereka bisa
juga soal Latihan untuk evaluasi menangkap lebih baik.
pembelajaran materi?
16. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu jika Saya sangat setuju dan sangat senang karena media ini bisa
dalam pembelajaran IPA saya menjadi salah satau cara untuk meningkatkan pembelajaran
mengembangkan media AudioBook
untuk materi Bab 4 Mengubah Bentuk
Energi Topik A ”Transformasi Bentuk
Energi”.

Lampiran 2 Hasil Wawancara Peserta Didik

No Pertanyaan Hasil Jawaban Wawancara


1. Apakah dalam pembelajaran guru Guru menggunakan media ajar buku siswa yang sudah
menggunakan media pembelajaran? tersedia, dan juga papan tulis
2. Apakah menurut kamu pembelajaran Dengan media pembelajaran selain buku cetak akan lebih
menjadi menyenangkan dan kamu menyenangkan, karena jika hanya dari buku dan papan tulis

73
mudah mengerti jika guru menggunakan akan membosankan dan membuat siswa susah fokus.
media pembelajaran?
3. Apa saja media yang pernah digunakan Media yang digunakan siswa adalah buku, papan tulis, dan
oleh guru? alam sekitar
4. Apakah kamu pernah mengalami Pernah mengalami, karena media yang disediakan hanya
kesulitan belajar dengan menggunakan buku dan penjelasan dari guru membuat siswa beberapa kali
media yang disediakan guru? mengalami kesulitan karena terkadang kurang memahami
materi.
5. Apakah kamu pernah dalam Pelajaran Pernah, tetapi tidak sering jika melakukan eksperimen
IPA melakukan eksperimen terkait materi
yang sudah diajarkan?
6. Apakah guru kalian melakukan evaluasi Melakukan tetapi terkadang beda-beda, hanya bertanya,
setelah pembelajaran menggunakan atau memberikan soal cerdas cermat
media?
7. Apakah kamu suka membaca buku atau 2 siswa mengatakan lebih menyukai mendengar cerita, 3
lebih suka mendengarkan cerita? siswa mengatakan menyukai membaca dan mendengar
cerita
8. Apakah kamu suka menggunakan Menggunakan Laptop dan Handphone atau Komputer
handphone atau laptop untuk belajar? hanya di rumah saja, karena kalau di sekolah tidak boleh
membawa handphone.
9. Apakah kamu lebih tertarik jika bisa Siswa mengatakan tertarik jika bisa melakukan eksperimen
mengulang belajar dan melakukan dan pengulangan di rumah, dan siswa mengatakan bahwa
kegiatan ekseperimen selain di sekolah? pengulangan materi di rumah menggunakan handphone
atau komputer
10. Jika saya membuat media pembelajaran Ya, siswa mengatakan teratrik untuk mencoba, dan mereka
yang bisa kamu dengar, baca dan juga mengatakan bahwa media ini lebih memudahkan
melakukan percobaan dan ada juga tes mereka untuk belajar dan juga memahami materi
untuk mengetahui pemahaman kamu dan pembelajaran
medianya bisa digunakan dimana saja,
apakah kamu tertarik mau mencobanya?

Lampiran 3 Hasil Observasi Awal (Studi Pendahuluan)

No Aspek yang diamati Ya Tidak Nilai (1-4)


1. Persiapan
a. Guru membuat RPP ✓
b. Guru membuka/mengawali ✓

74
pelajaran
c. Guru menyampaikan Langkah- ✓
langkah pembelajaran
d. Guru menyiapkan media ✓
e. Guru memilih media dengan tepat ✓
2. Penyajian
a. Guru menyampaikan tujuan ✓
pembelajaran
b. Guru menggunakan media ✓
pembelajaran (LCD, papan tulis,
alat pratikum, gambar, dll)
c. Guru menggunakan metode yang ✓
menarik
d. Guru terampil menggunakan media ✓
e. Terdapat > 50% siswa yang aktif ✓
dalam proses pembelajaran
f. Terdapat > 50% siswa yang merasa ✓
bosan saat mengikuti pembelajaran
dikelas
3. Evaluasi

a. Sesuai dengan tujuan pembelajaran ✓


b. Relevan dengan materi ✓
c. Siswa mengalami kesulitan dalam ✓
melakukan pembelajaran
d. Sesuai dengan karakteristik peserta ✓
didik
e. Melakukan evaluasi berupa soal ✓
atau tanya jawab untuk mengetahui
pemahaman peserta didik.
12 4
TOTAL

75
Lampiran 4 Instrumen Angket Ahli Materi

Skor
Aspek Indikator
1 2 3 4
Relevansi Materi yang disajikan
atau sesuai dengan tujuan
kecocokan yang ada, dan
karakteristik peserta
didik.
Latihan soal evaluasi
sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Materi yang dibuat
sudah memenuhi
indikator
Kelengkapan materi
yang disajikan sesuai
berdasarkan kompetensi
Batasan materi yang
disajikan sesuai dengan
kurikulum merdeka
Penjabaran materi cukup
Kejelasan penggunaan
bahasa
Kebenaran Kejelasan materi
isi Kebenaran materi
Kebenaran rekaman
suara
Sistematika penyajian
materi
Bobot materi cukup
untuk mencapai tujuan
pembelajaran
Kesesuaian materi
dengan contoh yang
diberikan
Bahasa yang digunakan

76
mudah dipahami
Gambar dan video yang
disajikan mendukung
materi pembelajaran
Gambar dan video yang
digunakan sesuai untuk
memperjelas isi
Kuis atau soal yang ada
sesuai dengan
kompetensi dasar

TOTAL

Lampiran 5 Instrumen Validasi Ahli Media

Skor
Aspek Indikator
1 2 3 4
Tampilan Pemilihan warna dasar
backgound yang
digunakan menarik.
Kombinasi warna media
pada tampilan
background menarik.
Pemilihan komponen di
dalam media yang
digunakan menarik
Gambar atau kompnen
yang digunakan sudah
tepat.
Ukurun text sudah
sesuai.
Tata letak komponen
media sudah menarik.
Kombinasi gambar
dengan materi sudah
tepat
Ukuran gambar yang

77
digunakan sudah sesuai
dengan penempatan
Gambar dan video
dengan penjelasan sudah
tepat dan sesuai
Isi Kejelasan petunjuk
media
Kemenarikan media
Efisiensi komponen
media
Efisiensi teks
Konsistensi penggunaan
bahasa dalam media
Penggunaan font dalam
penulisan media
Kejelasan rekaman isi
suara

TOTAL

Lampiran 6 Instrumen Angket Validasi Ahli Pembelajaran

Skor
Aspek Indikator
1 2 3 4
Penggunaan Kesesuaian Kompetensi
inti, kompetensi dasar
dan indikator
Kejelasan tujuan
pembelajaran
Uraian materi jelas
Pemberian video
eksperimen sesuai
dengan materi yang
diajarkan
Memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk belajar

78
sendiri
Gambar dan video yang
digunakan mendukung
materi jelas
Kesesuaian gambar,
suara video untuk
memperjelas isi
Kesesuaian urutan
materi yang digunakan
Kesesuaian pemilihan
warna background dan
teks
Kesesuaian pemilihan
ukuran dan jenis huruf
Kesesuaian suara dan
isi materi
Kemenarikan tampilan
lipatan gambar yang
disajikan

TOTAL

Lampiran 7 Instrumen Angket Validasi Respon Peserta Didik

Skor
Aspek Indikator
1 2 3 4
Penerapan Semangat belajar saat
Media menggunakan media.
Siswa tidak bosan saat
pembelajaran
menggunakan media
Siswa senang saat
melakukan eksperimen
pada media
Perintah yang terdapat
pada media mudah
dimengerti

79
Tulisan dan rekaman
suara dalam media jelas
Materi yang terdapat
pada media mudah
dipahami
Siswa tertarik belajar
pada saat menggunakan
media
Siswa senang dengan
tampilan dan media

TOTAL

80
Lampiran 8 Dokumentasi

Observasi Kelas dan Penyebaran Angket di Kelas IVA


(16 Januari 2024)

Wawancara Pesertas Didik


(16 Januari 2024

81
Wawancara Guru
(16 Januari 2024)

82

Anda mungkin juga menyukai