PENDIDIKAN ISLAM
DAN SISTEM PENJAMINAN MUTU
Menuju Pendidikan Berkualitas
di Indonesia
MM
Makbuloh, Deden
Pendidikan Islam dan Sistem Penjaminan Mutu
Menuju Pendidikan Berkualitas di Indonesia/Deden Makbuloh
Ed. 1.Cet. 1.Jakarta: Rajawali Pers, 2016.
viii, 216 hlm., 23 cm
Bibliografi: hlm. 201
ISBN 978-979-769-967-3
1. Pendidikan Islam.
I. Judul.
297.73
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun,
termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit
2016.xxxx RAJ
Dr. Deden Makbuloh, M.Ag
PENDIDIKAN ISLAM DAN SISTEM PENJAMINAN MUTU
Menuju Pendidikan Berkualitas di Indonesia
Cetakan ke-1, Januari 2016
DU
Kantor Pusat:
Jl. Raya Leuwinanggung No. 112, Kel. Leuwinanggung, Kec. Tapos, Kota Depok 16956
Tel/Fax : (021) 84311162 (021) 84311163
E-mail : rajapers@rajagrafindo.co.id Http: //www.rajagrafindo.co.id
Perwakilan:
Jakarta-14240 Jl. Pelepah Asri I Blok QJ 2 No. 4, Kelapa Gading Permai, Jakarta Utara, Telp. (021) 4527823.
Bandung-40243 Jl. H. Kurdi Timur No. 8 Komplek Kurdi Telp. (022) 5206202. Yogyakarta-Pondok Soragan Indah
Blok A-1, Jl. Soragan, Ngestiharjo, Kasihan Bantul, Telp. (0274) 625093. Surabaya-60118, Jl. Rungkut Harapan Blok.
A No. 9, Telp. (031) 8700819. Palembang-30137, Jl. Macan Kumbang III No. 10/4459 Rt. 78, Kel. Demang Lebar
Daun Telp. (0711) 445062. Pekanbaru-28294, Perum. DeDiandra Land Blok. C1/01 Jl. Kartama, Marpoyan Damai,
Telp. (0761) 65807. Medan-20144, Jl. Eka Rasmi Gg. Eka Rossa No. 3A Blok A Komplek Johor Residence Kec. Medan
Johor, Telp. (061) 7871546. Makassar-90221, Jl. ST. Alauddin Blok A 14/3, Komp. Perum. Bumi Permata Hijau, Telp.
(0411) 861618. Banjarmasin-70114, Jl. Bali No. 31 Rt. 05, Telp. (0511) 3352060. Bali, Jl. Imam Bonjol g. 100/V No.
5B, Denpasar, Bali, Telp. (0361) 8607995, Bandar Lampung-35115, Perum. Citra Persada Jl. H. Agus Salim Kel.
Kelapa Tiga Blok B No. 12A Tanjung Karang Pusat, Telp. 082181950029.
Y
MM
KATA PENGANTAR
DU
MM
DU
vi
Daftar Isi
Y
MM
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
v
vii
BAB PENDAHULUAN
DU
B. Permasalahan Aktual
10
C. Tujuan Penulisan
14
14
E. Kerangka Pikir
19
F. Metode Pembahasan
29
31
A. Konsep Mutu
32
34
45
vii
48
71
F. Kinerja Pendidikan
72
74
75
75
77
84
89
95
MM
132
140
142
178
191
DU
BAB 5 KESIMPULAN
199
DAFTAR PUSTAKA
201
BIODATA PENULIS
215
viii
Daftar Isi
MM
PENDAHULUAN
DU
(SMK). Pada level perguruan tinggi, Pendidikan Tinggi Agama Islam sejajar
dengan Pendidikan Tinggi Umum. Jika semua lembaga pendidikan sudah
disejajarkan dalam UUSPN, maka persaingan pasti terjadi ketat, terutama
persaingan dalam meraih minat calon pendaftar. Dalam persaingan meraih
minat calon pendaftar, sering kali menjadi persaingan tidak sehat.
DU
MM
Bab 1 | Pendahuluan
MM
DU
Kita amati juga dari sudut masyarakat, pola hidup semakin pragmatis
sehingga memilih pendidikan bukan karena prosesnya yang berkualitas,
tetapi karena mudah cepat selesai dan dapat nilai rapor, transkrip nilai
sangat baik, tanpa harus hasil ketekunan belajar. Tentu perlu penulis
tegaskan di sini bahwa yang terbaik adalah mampu cepat selesai dan nilai
tinggi disertai bukti capaian standar kompetensi unggul secara jujur. Akan
tetapi, yang perlu dikritik yaitu pragmatisme yang mendorong masyarakat
untuk memilih pendidikan yang serba instan. Hal ini mengakibatkan
para pengelola pendidikan menyesuaikan dengan selera masyarakat yang
pragmatis. Ujungnya, pendidikan di Indonesia selalu berubah-ubah tanpa
kejelasan landasan teori dan paradigma.
Untuk menyelamatkan bangsa Indonesia di masa depan yang memiliki
jumlah populasi penduduk lebih dari 300 juta dan sebagian besar adalah
Muslim lebih dari 75 persen, maka perlu diperbaiki sistem pendidikan yang
menjamin kualitas. Sebab, jika sistem pendidikan Islam rusak maka akan
rusak generasi bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, perlu sistem penjaminan
mutu dalam pendidikan Islam.
Manajemen mutu memiliki fokus pada kepuasan pelanggan. Oleh
karena itu, berbagai strategi dilakukan agar para pelanggan mendapatkan
tingkat kepuasan yang sempurna sesuai dengan apa yang diharapkan.
MM
DU
Sukses yang telah diraih oleh para ahli dalam bidang ekonomi-industri
banyak mengilhami para ahli dalam bidang pendidikan untuk menerapkan
manajemen mutu berdasarkan konsep-konsep tokoh bisnis walaupun
melalui adaptasi-adaptasi teori. Sebab, ketika teori manajemen mutu
dalam bidang ekonomi diadopsi ke dalam bidang pendidikan, ternyata
banyak menimbulkan masalah, karena adanya perbedaan karakteristik
antara ekonomi-industri dengan pendidikan. Hal ini menimbulkan kajian
menarik di kalangan para pemikir/pakar pendidikan untuk mengkaji
relevansi manajemen mutu dengan indikator-indikator mutu dalam bidang
pendidikan. Konstruksi berpikir antara manajemen mutu pendidikan
dengan manajemen mutu ekonomi-industri sangat berbeda, sehingga
faktor kunci tercapainya mutu itu sendiri menjadi sangat berbeda dan
lebih kompleks dalam bidang pendidikan.2 Misalnya, para peserta didik
Bab 1 | Pendahuluan
MM
DU
MM
DU
4
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Jakarta: Dharma Bakti, 2003), 7.
5
Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: LekDis, 2005), 14.
Bab 1 | Pendahuluan
MM
DU
Para ahli telah memberikan kontribusi pemikiran terhadap regulasiregulasi pendidikan desentralistik dan otonomi. Fasli Jalal6 menulis buku
Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah yang membahas adanya peluang
dan tantangan dalam pengelolaan sistem pendidikan. Peluang yang
muncul yaitu mengembangkan kreasi-kreasi secara luas tanpa intervensi
pemerintah pusat dalam pengaturan operasional program pendidikan.
Tantangannya yaitu adanya persaingan ketat antara lembaga pendidikan
yang menghadapi keragaman budaya, ekonomi, sosial, dan politik
daerah. Kelemahannya yang muncul yaitu sumber daya manusia yang ada
masih belum profesional. Oleh karena itu, diperlukan manajemen mutu
berdasarkan kekuatan-kekuatan lembaga pendidikan tersebut dengan
melibatkan peran serta masyarakat.
Kajian tentang otonomi daerah, manajemen berbasis sekolah/
madrasah dan kurikulum tingkat satuan pendidikan mestinya melahirkan
lembaga-lembaga pendidikan yang maju dan mandiri. Akan tetapi, ditinjau
dari tingkat pencapaian mutu ternyata pendidikan di Indonesia masih
memprihatinkan. Perhatian dan kesungguhan pihak pemerintah dan
masyarakat dalam ikut serta mengatasi keprihatinan pendidikan masih
banyak kendala. Anggaran pendidikan yang diamanatkan undang-undang
20% banyak mengalami penyimpangan dalam penggunaannya. PelatihanFasli Jalal dan Dedi Supriyadi (Ed), Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi
Daerah, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2001), 23.
6
pelatihan yang sudah dibiayai besar dalam proyek kegiatan hanya menjadi
rutinitas kegiatan yang kurang memiliki kesinambungan sehingga hanya
dapat menghasilkan target-target tertentu yang pragmatis. Akibatnya,
masalah-masalah pendidikan masih terus bermuncullan dan mengundang
pembahasan-pembahasan berbagai pihak.
MM
DU
Bab 1 | Pendahuluan
MM
DU
MM
DU
B. Permasalahan Aktual
10
Bab 1 | Pendahuluan
MM
DU
11
MM
dalam satu tema yang sama. Hal ini akan menghasilkan pemahaman
yang komprehensif untuk menjawab masalah-masalah sosial yang terus
muncul dalam kehidupan manusia. Akan tetapi, ketika digunakan istilah
tematik dalam Kurikulum 2013 menjadi kacau bidang keilmuan. Para guru
harus menguasai semua ilmu, agar mampu menyatukan dalam satu tema.
Akhirnya para guru mengeluh, kesulitan, dan keberatan dengan Kurikulum
2013. Jika dalam ilmu tafsir, tematik digunakan oleh seorang mufasir
yang ahli dalam ilmu tafsir sangat baik, tetapi tematik dalam Kurikulum
2013 oleh para guru harus ahli semua mata pelajaran. Misalnya guru IPA
harus menguasai agama, dan guru agama harus menguasai IPA. Hal ini
perlu proses studi yang panjang, tidak instan hanya diperoleh melalui
sosialisasi, workshop, dan bimtek.
DU
12
Bab 1 | Pendahuluan
MM
yang dimiliki. Sarana adalah isi peralatan yang digunakan langsung untuk
pembelajaran. Gedung sekolah/madrasah banyak dibiarkan rusak, kotor,
kumuh dan banyak coretan nakal. Jumlah gedung toilet yang dimiliki
tidak mencukupi rasio minimal 1:40 siswa dan 1:30 siswi dalam keadaan
bersih dan harum. Gedung perpustakaan, laboratorium, masjid, UKS dan
gedung olah raga tidak dimiliki secara lengkap. Demikian pula sarana
di dalamnya sangat kurang. Setiap ruang kelas belum dilengkapi LCD,
Komputer, CCTV, dan jaringan internet. Peralatan laboratorium agama,
sains, bahasa, dan praktik lainnya tidak optimal. Sumber-sumber belajar
peserta didik seperti buku kurang tersedia secara variatif, inspiratif, dan
informatif. Buku pelajaran wajib pun terkadang masih terbatas jumlahnya
untuk memenuhi kebutuhan 1 buku untuk setiap siswa.
DU
13
MM
C. Tujuan Penulisan
DU
14
Bab 1 | Pendahuluan
MM
DU
15
MM
DU
16
Bab 1 | Pendahuluan
MM
DU
17
T. Ravichandran, Quality Management in Systems Development: An Organizational
System Perspective, (MIS Quartely Research Article Vol. 24 No. 3, September 2000),
381-415.
18
Margarita Jeliazkova & Don F. Westerheijden, Systemic Adaptation to a Change
Environment: Toward a Next Generation of Quality Assurance Models, dalam Higher
Education, (Vol. 44, Tahun 2002), 433-448.
19
David Billing, International Comparisons and Trends in External Quality
Assurance of Higher Education: Commonality or Diversity, dalam Higher Education,
(Vol. 47, No. 1, January 2004, Kluwer Academic Publishers, Netherlands), 113-137.
20
John Biggs, The Reflective Institution: Assuring and Enhancing the Quality of
Teaching and Learning, dalam Higher Education, (Vol. 41, 2001), 221-238.
21
J. Bowden & F. Marton, The University of Learning, Beyond Quality and Competence
in Higher Education, Edisi I, (Kogan Page: London UK, 1998).
17
MM
DU
18
Bab 1 | Pendahuluan
MM
E. Kerangka Pikir
DU
19
MM
DU
20
Bab 1 | Pendahuluan
MM
DU
21
MM
DU
22
Bab 1 | Pendahuluan
MM
DU
23
MM
DU
32
35.
24
Bab 1 | Pendahuluan
MM
DU
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, dengan pendidikan itu benarbenar akan dapat menghasilkan perubahan baru dalam diri individu yang
mengalami proses pendidikan yang lebih sempurna.Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa pendidikan yang paling bertanggung jawab untuk
menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul. Sumber daya
manusia yang unggul itulah yang diharapkan oleh berbagai kalangan dari
hasil-hasil pendidikan.
Sehubungan dengan strategis dan pentingnya proses pendidikan bagi
kehidupan manusia, dalam Islam sejak ratusan tahun yang lalu tengah
memberikan perhatian serius terhadap pendidikan. Hal ini dapat ditelusuri
sejak turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad Saw. yaitu, QS
Al-Alaq ayat 1-5, Allah Swt. menegaskan agar manusia melakukan aktivitas
membaca. Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan; Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah Tuhanmu yang
Zuhairini dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 11.
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Almaarif,
1989), 19.
33
34
25
MM
DU
26
Bab 1 | Pendahuluan
MM
DU
38
Ahmad Tafsir, Epistemologi untuk Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: IAIN Sunan
Gunung Djati, 1996), 15.
39
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam, (Bandung: Rosdakarya,
1995), 41.
40
Mujayin Arifin, Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat: Suatu Pendekatan
Filosofis, Pedagogis, Psikososial, dan Kultural, (Jakarta: Golden Trayon Press, 1991), 7.
27
MM
DU
28
Bab 1 | Pendahuluan
MM
DU
F. Metode Pembahasan
29
DU
MM
Buku ini disusun dalam lima bab, yaitu pendahuluan sebagai bab
pertama. Bab kedua membahas landasan teori tentang teori-teori dalam
manajemen mutu pendidikan. Bab ketiga membahas tentang sistem
pendidikan Islami. Bab ketiga ini sangat penting, karena menggunakan
istilah pendidikan Islami, sementara yang umum menyebutnya pendidikan
Islam. Perbedaan istilah ini dibahas pada bab ketiga. Bab keempat
membahas tentang pentingnya implementasi manajemen mutu dalam
bidang pendidikan Islami. Dan kelima merupakan bab penutup yang berisi
kesimpulan dan rekomendasi.
30
Bab 1 | Pendahuluan
MM
TEORI-TEORI MANAJEMEN
MUTU PENDIDIKAN
DU
31
A. Konsep Mutu
MM
DU
32
MM
DU
33
MM
DU
34
MM
DU
35
MM
DU
36
MM
DU
12
Saraph, J.V., Benson, P.G., & Schoeder, R.G. An Instrumen for Measuring the
Critical Factors of Quality Management, Decision Sciences, (Vol. 20 tahun 1989), 810-829.
13
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, (London: Kogan Page,
1993), 12.
14
Barbara MacGilchrist, Improving Self-Improvement?, (Research Paper in Education,
Vol. 15, No. 3, 2000), 325-338; Ismat Riaz, Schools for Change: a Perspective on School
Improvement in Pakistan, dalam Improving Schools, (Vol. 11, No. 2, July 2008), 143-156.
37
MM
DU
Keempat, memiliki visi dan nilai bersama. Visi dan nilai bersama
mengandung arti sepakat. Sepakat untuk menjadikan mutu sebagai the
way of life.
Teori tersebut tidak sepenuhnya dapat dibenarkan, sebab dalam pandangan lain
bahwa yang terpenting adalah proses yang diperbaiki. A. Hodgson, Demings Neverending road to Quality, (Personnel Management, July 1987), 40-44; W.W. Scherkenbach,
Performance Appraisal and Quality: (Fords new Philosophy, Quality Progress, Vol. 18,
No. 4, 1986), 40-46; Lihat, John C. Anderson dkk., A Theory of Quality Management
Underlying the Deming Management Method, (Academy of Management Review, Vol.
19 No. 3 tahun 1994), 472-509; David A. Waldman, The Contributions of Total Quality
Management to A Theory of Work Performance, (Academy of Management Review, Vol. 19
No. 3 tahun 1994), 510-536.
16
Fusco, A.A., Translating TQM into TQS, dalam Quality Progress Journal, (May,
1994), 73.
15
38
1. Desain kurikulum,
MM
3. Lingkungan belajar,
4. Sistem dan prosedur,
4. Penggunaan teknologi,
5. Pembelajaran,
DU
39
MM
6. Competitive benchmarking,
DU
21
40
3. Tanggung jawab pengelola yang tergantung juga pada peran dari tim
manajemen senior.
MM
DU
41
MM
DU
3. supplier partnerships,
4. cellular manufacturing,
Eduardo Morato, The Essence of Quality: Two Essays, dalam Jurnal The Asian
Manager, (Januari, 2003), 55.
23
Kaoru Ishkawa, Guide to Quality Control, Asian Productivity Organization, (New
York: UNIPUB, 1996), 47.
24
Ibid.
22
42
MM
DU
25
Jerry Banks, Principles of Qualities Control, (Singapore: John Willey & Sons,
1994), 23.
26
Bill Creech, Winning the Quality War, dalam World Executives Digest, Juli 1994.
43
MM
DU
Juran, The Quality Trilogy: A Universal Approach to Managing for Quality, (Quality
Progress, Nomor 19. Vol. 8, 1996), 19.
27
44
MM
DU
45
MM
DU
46
MM
DU
47
penyesuaian dari kebiasaan lama kepada kebiasaan baru, baik teori maupun
praktik. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 51 ayat (1)
berbunyi: Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar
dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan
minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.
MM
DU
29
Oemar Hamalik, Perencanaan dan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Mandar Maju,
1991), 45.
30
E. Soenarya, Pengantar Teori Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem,
(Yogyakarta: Adicita, 2000), 56.
31
Beberapa pendapat ahli tentang perencanaan ini banyak dimuat dalam bukubuku yang diterbitkan Diknas. Lihat, Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan
Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 66.
48
MM
DU
49
MM
yang direncanakan jangka panjang yang sifatnya strategis, dapat dibuat per
delapan tahun untuk sekolah. Ketiga istilah tersebut sukar dipisahkan, atau
jangan pula berjalan masing-masing. Dalam implementasinya yang paling
penting diukur adalah rencana tahunan (jangka pendek), sehingga tampak
kemajuan dari tahun ke tahun. Jika rencana strategis (jangka panjang) sudah
tercapai, maka dibuat kembali rencana jangka menengah dan jangka panjang
selanjutnya sebagai standar yang harus dicapai. Demikian berproses terus,
antara rencana jangka pendek, menengah dan panjang. Ketiga istilah tersebut
bukan hanya semata-mata menyangkut waktu, tetapi juga menyangkut
metode dan strategi pencapaiannya.
Konsep perencanaan pendidikan seperti halnya yang dialami dalam
berbagai disiplin ilmu lainnya, belum ada konsep dalam rumusan tunggal
yang dapat diterima dan mewakili berbagai kalangan. Adanya perbedaan
konsep dapat dipahami karena memang adanya perspektif dan sudut
pandang yang berbeda di antara para ahli tersebut. Ahli ekonomi misalnya,
memahami perencanaan pendidikan dari sisi pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan penentu dan pendorong pembangunan
bangsa dan masyarakat secara keseluruhan. Oleh sebab itu, investment
yang baik menuntut diselenggarakannya pola dan sistem serta kualitas
hasil-hasil pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan manpower yang
diperlukan dalam kehidupan ekonomi.
DU
50
MM
DU
33
34
51
MM
DU
35
M. Djumberansyah Indar, Perencanaan Pendidikan: Strategi dan Implementasi,
(Surabaya: Abditama, 1995), 9.
36
Ibid.,10.
52
MM
DU
53
MM
DU
37
54
MM
DU
55
MM
DU
Demikian pula pada zaman modern ini dan zaman yang akan datang
membuktikan semakin pentingnya perencanaan pendidikan dalam
kaitannya antara sistem pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan
negara. Sebab perencanaan pendidikan akan menolong suatu masyarakat
untuk mengubah dirinya dan mencapai tujuan hidup yang lebih baik.
Pendidikan merupakan suatu usaha yang sangat kuat untuk mencapai
perubahan (reformasi) sosial dan untuk mencapai kehidupan yang lebih
baik. Dengan perencanaan yang tepat, pendidikan akan dapat mencapai
tujuan pendidikan itu sendiri secara lebih efektif dan efisien. Dengan
demikian, tidak dapat diragukan lagi tentang arti penting (signifikan)
perencanaan dalam bidang pendidikan. Bahkan dapat dikatakan bahwa
St, Vembriarto, Op. Cit., 30.
M. Djumberansyah Indar, Op. Cit.
43
Ibid., 31.
41
42
56
MM
DU
5. Dengan adanya rencana maka akan ada suatu alat pengukur atau
standar untuk mengadakan pengawasan atau evaluasi.
Selain itu Burhanuddin45 mengemukakan manfaat perencanaan secara
konkret, yaitu:
1. Agar kegiatan-kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan tertentu, tertib
dan lancar.
2. Mendorong suatu pelaksanaan kegiatan organisasi (pendidikan) secara
produktif.
Ibid., 3.
Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 179-180.
44
45
57
MM
DU
58
MM
DU
46
59
MM
DU
60
penerima. Hal itu dapat menjurus ke disintegrasi sosial apabila unsurunsur kebudayaan yang datang dari luar itu secara radikal bertentangan
dengan nilai-nilai sosial yang terdapat dalam masyarakat penerima.
MM
DU
61
MM
DU
49
62
MM
DU
Ibid., 7.
63
MM
DU
57.
64
MM
DU
52
65
MM
DU
53
66
MM
1. Pengumpulan Data
DU
2. Diagnosis
67
MM
3. Perumusan Kebijakan
DU
68
MM
6. Penetapan Sasaran
DU
69
MM
8. Implementasi rencana
DU
70
MM
DU
Pengorganisasian sebagai proses membagi kerja ke dalam tugastugas yang lebih kecil, memberikan tugas-tugas itu kepada orang yang
sesuai dengan kemampuannya, mengalokasikan sumber daya, serta
mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas pencapaian tujuan.
Mengorganisir kekuatan sekolah sangat penting, sehingga kelemahan
menjadi tertutupi oleh kekuatan yang terorganisir walaupun hanya
dimiliki oleh orang per orang. Dalam hal ini perlu seorang pemimpin yang
memfungsikan kekuatan tersebut secara organisatoris.
Pemimpin pada hakikatnya adalah orang yang mempunyai kemampuan
untuk memengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya. Fungsi
memimpin meliputi deskripsi bagaimana agar orang lain melaksanakan
tugas dengan menyenangkan. Pekerjaan jika dilaksanakan dengan
menyenangkan akan menghasilkan kinerja optimal dan terus-menerus. Hal
71
MM
F. Kinerja Pendidikan
DU
58
Howard M. Carlisle, Management Essentials, Concepts for Productivity and Innovation,
(Chicago: Science Research Associates, 1987), 10.
59
Tony Bush, Theories of Educational Management, (London: Paul Chapman
Publishing, 1986), 1.
60
Blanchard, K., Leading at a Higher Level, (New Jersey: Upper Sadle River, Prentice
Hall, 2007), 20.
72
langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan yang jelas memotivasi tim
untuk mencapainya. Tim akan memiliki nilai-nilai bersama. Nilai positif
seperti menghargai mutu, nilai kolegial, nilai kerja keras, nilai kejujuran
dapat meningkatkan kinerja. Bahkan nilai positif akan mempersatukan
dalam bekerja.
MM
DU
73
rasa semangat. Semangat yang tinggi akan mendorong pada hasil yang
tinggi.
MM
DU
74
MM
DU
75
MM
2. kurikulum pendidikan,
4. tenaga pendidik-kependidikan,
5. peserta didik,
6. metode,
7. sarana-prasarana, dan
8. evaluasi pembelajaran.
DU
2. Standar proses,
3. Standar lulusan,
76
Ibid., 277.
6. Standar pembiayaan,
7. Standar sarana prasarana,
8. Standar penilaian.
5. Standar pengelolaan,
MM
DU
77
MM
DU
78
akal sehat dan keyakinan qalbu sehat; membina jasmani dan rohani;
mewujudkan kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual.
MM
DU
79
MM
kisah dan perumpamaan diajak untuk mengenal realisme tentang kondisikondisi nyata yang unik tetapi maknanya bersifat universal. Tujuannya
agar manusia dapat menarik pelajaran moral dari peristiwa empiris
yang terjadi dalam sejarah. Artinya bukan peristiwa sejarahnya yang
dipentingkan, tetapi pesan moralnya yang bersifat universal dan abadi. Hal
ini, perlu merenungkan pesan-pesan moral dalam rangka mensintesiskan
penghayatan dan pengalaman dengan ajaran Al-Quran dan Al-Hadis.
Inilah pendekatan dalam memahami Islam sebagai landasan yang dapat
dikembangkan dalam sistem pendidikan Islami.
Dalam pendekatan memahami Islam sebagai landasan pendidikan
Islami dapat saja subjektif. Oleh karena itu, masih perlu pendekatan lain
yang perlu dipakai untuk mengoperasionalkan konsep-konsep normatif
menjadi empiris. Jika sudah menjadi bukti empiris, maka akan bersifat
objektif.
DU
80
Ibid., 331.
MM
DU
81
MM
DU
82
MM
DU
83
umum boleh dipelajari tanpa melihat asal (sumber ilmu tersebut), baik
itu dari bangsa Barat maupun Timur, dengan syarat tidak menyimpang
dari kurikulum dan tujuan pendidikan Islam. Masyarakat Islam adalah
masyarakat yang terbuka, bisa menerima pengaruh yang baik dari
masyarakat lain.10
MM
DU
84
MM
DU
85
MM
DU
Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Bandung: Citra Aditiya Bakti, 1992), 20.
I. M. Neale, Modelling Expertise for KBS Development, (London: Great Britain,
1990), 447.
14
Laura Desimone, How Can Comprehensive School Reform Models be
Successfully Implented?, dalam Jurnal Review of Educational Research, (Vol. 72, No.
3, 2002), 433.
15
Johansson dkk., System Modelling and Identification, (New York: Prentice-Hall
International Inc, 1993), 2.
12
13
86
MM
DU
87
MM
DU
Fuhrman, Designing Coherent Education Policy: Improving the System, (San Francisco:
Jossey Bass, 1993), 67.
19
88
MM
DU
89
MM
practice of learned skill, assessment and prompt feedback, respect for diverse talents.20
Jika dikembangkan aspek-aspek tersebut, bagaimana pendidikan Islami
menjadi harapan yang sangat tinggi dari kalangan masyarakat pengguna
jasa pendidikan Islami. Lebih dari itu, menjadikan satu-satunya pilihan
pendidikan yaitu kepada pendidikan Islami. Dalam hal ini, pendidikan
Islami harus mampu bersaing dengan sekolah lainnya dalam berbagai
bidang ilmu pengetahuan yang menjadi dasar pengembangan keahlian.
DU
20
Aspek-aspek yang disebutkan di sini sejalan dengan upaya yang dilakukan
oleh National Center for Higher Education Management System (NCHEMS) di Amerika
Serikat untuk mengidentifikasi indikator good practice dalam program pendidikan.
Lihat G. Stanley, International Trends in Quality in Higher Education, dalam Judith
Chapman (ed), School Based Decision Making and Management, (London: The Falmers
Press, 1997), 47.
90
lebih cepat dan mudah memahami apa yang menjadi isi pesan dan materi
pembelajaran yang diajarkan seorang pendidik.
MM
DU
91
MM
DU
92
MM
DU
93
MM
DU
94
MM
DU
22
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, (Semarang: CV Toha
Putra, 1974), 190.
23
Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1993), 143.
95
MM
DU
96
Ibid., 144.
MM
DU
25
97
MM
Pengertian azam di atas tentu bersifat umum dan karena itu dapat
diterapkan dalam segala aktivitas orang beriman termasuk dalam dunia
pendidikan Islam. Artinya pengertian yang umum tersebut memberikan
keterbukaan terhadap perumusan konsep perencanaan pendidikan menurut
Islam. Atau pengertian generik tersebut dapat diturunkan ke dalam bidang yang
lebih khusus yaitu bidang pendidikan Islam. Sehingga pada gilirannya dapat
dilakukan perumusan konsep perencanaan pendidikan Islam di Indonesia.
DU
98
MM
DU
99
MM
kehidupan dunia maupun akhirat. Atau dengan kata lain tidak hanya
dalam mempersiapkan untuk kehidupan akhirat, melainkan juga persiapan
di dunia yaitu melalui perencanaan-perencanaan yang akan bermanfaat.
Sebab dalam Islam pada prinsipnya kehidupan akhirat itu akan ditentukan
oleh kehidupan di dunia. Akhirat itu hanyalah akibat dari perbuatan di
dunia. Oleh karena itu, yang penting dan mendesak untuk diperhatikan
adalah persiapan masa depan melalui perencanaan pendidikan Islam yang
bermanfaat.
Penyelenggaraan pendidikan Islam adalah perbuatan yang bermanfaat.
Sebab melalui proses pendidikan Islam dapat mewujudkan manusia yang
berjiwa Islami, dan dapat membawa manusia dari kegelapan ke arah terang
benderang. Oleh karena itu, berdasarkan Al-Quran surat Al-Hasyr ayat
18, memerhatikan perencanaan pendidikan Islam adalah diperintahkan
kepada kaum beriman. Tujuan perencanaan pendidikan Islam untuk
mengantisipasi rencana-rencana yang buruk (dzalim), yang mengandung
tipu daya dan sekuler yang menghendaki agar cahaya dan bara nilai-nilai
Islam dipadamkan melalui sistem pendidikan yang direncanakan. Oleh
karena itu, untuk menghidupkannya kembali cahaya Islam diperlukan
ikhtiar kaum beriman melalui perencanaan pendidikan Islam.
Kemungkinan tersebut telah diingatkan oleh Allah Swt. dalam surat
Ath-Thariq (86): 15-16, yaitu:
Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat
dengan sebenar-benarnya. Dan akupun membuat rencana (pula)
dengan sebenar-benarnya.27
DU
100
MM
DU
Islam adalah ajaran agama yang telah ada dan telah menegaskan
kebenaran abadi. Kebenaran abadi tersebut bersumber dari Allah dan
Rasulnya dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Kebenaran Islam telah menjadi
kenyataan yang aksiomatis di kalangan kaum Muslimin. Keyakinan itu
terutama didasarkan pada beberapa ayat Al-Quran yang menegaskan
tidak ada keraguan di dalam kitab Allah, bahkan Al-Quran merupakan
petunjuk bagi orang yang bertakwa. Firman Allah dalam surat Al-Baqarah
(2): 2, yaitu:
101
MM
DU
102
MM
DU
31
103
MM
DU
104
MM
DU
105
MM
Implikasi dari ayat di atas bahwa apa pun yang menjadi keputusan
dalam perencanaan pendidikan Islam harus dilandasi dengan penuh
rasa tanggung jawab. Segala keputusan diambil pada masa sekarang
akan memiliki akibat sebagai konsekuensi logis pada masa yang akan
datang. Oleh karena itu, prinsip tanggung jawab dalam perencanaan
pendidikan Islam adalah mutlak.
DU
106
MM
DU
107
MM
Dalam sejarah pendidikan Islam terdapat gagasan, ide dan tujuantujuan yang jelas. Hal ini merupakan kebutuhan pokok dalam menentukan
sikap dan tindakan para pemerhati pendidikan Islam untuk masa depan.
Jalaluddin42 secara tegas mengatakan bahwa: Melalui pendekatan sejarah
diharapkan dapat diketahui bagaimana konsep-konsep pendidikan dari
zaman silam, perkembangan pemikiran, faktor-faktor yang memengaruhi
perbuatan, serta latar belakang yang mendorong lahirnya konsep-konsep
tentang rancangan pendidikan Islam .
DU
41
108
MM
DU
44
109
MM
DU
110
MM
DU
45
111
MM
Segi akidah Islam merupakan aspek yang amat penting dan paling
mendalam pengaruhnya terhadap segala aspek kehidupan lainnya. Oleh
karena itu, tujuan pertama dari pendidikan Islam yaitu membentuk
manusia yang beriman kepada Allah.
Iman bukanlah kata-kata yang diucapkan atau semboyan yang
dibanggakan, melainkan suatu hakikat yang meresap ke dalam akal,
menggugah perasaan dan menggerakkan kemauan. Keimanan dalam hati
dibuktikan kebenarannya dengan amal perbuatan. Itulah makna iman
dalam pendidikan Islam. Sesuai dengan Firman Allah dalam surat AlHujurat (49): 15, yaitu:
Sesungguhnya orang-orang yang sebenarnya beriman hanyalah orangorang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka
tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka
pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.46
DU
112
MM
bahwa Adam, sebagai manusia pertama dan sekaligus juga Rasul Allah yang
pertama, telah merintis dan menancapkan tonggak budaya awal di bidang
tarbiyah, talim dan tadib langsung dengan petunjuk Allah. Bimbingan Allah
berikutnya datang, manakala dalam proses pewarisan budaya dari generasi
ke generasi berikutnya mengalami kemacetan dalam perkembangannya, atau
menyimpang dari tujuan semula, atau manusia menghadapi situasi kritis
yang memerlukan penentuan alternatif yang harus dipilih.
Pendapat Zuhairini tersebut tampak jelas dan dapat diterima secara
umum karena hal tersebut akan tetap relevan untuk setiap waktu dan
tempat. Walaupun bimbingan langsung dari Allah sudah tidak dapat
diidentifikasi lagi, akan tetapi wahyu Allah sebagai fungsi bimbingan telah
terabadikan dalam Al-Quran dan dicontohkan pelaksanaannya oleh Nabi
Muhammad Saw. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk menghindari
ketetapannya petunjuk-petunjuk Allah dalam proses kependidikan Islam.
Sebagaimana Firman Allah dalam surat Al-Baqarah (2): 38, yaitu:
DU
113
MM
DU
114
MM
2. Bahan pelajaran
DU
115
MM
DU
116
MM
DU
117
MM
DU
118
MM
DU
52
119
ilmu sains (teknik), maka termasuk ke dalam orang-orang yang kafir. Jadi
kedua-duanya wajib dipelajari dalam pendidikan Islam.
MM
DU
Pentingnya kedua jenis ilmu yaitu tentang dunia dan tentang akhirat,
maka pembagian waktu untuk ilmu-ilmu Islam dan bahasa Arab setiap
minggu harus sama banyaknya dalam hal jumlah maupun waktunya
dengan ilmu pengetahuan umum. Pembagian waktu dan jumlah pelajaran
antara bidang keislaman dengan bidang studi umum secara adil tentu
bermaksud agar terciptanya pribadi Muslim yang beilmu, berkerampilan,
ahli pikir, ahli memproduksi alat-alat canggih sekaligus pada saat yang
sama ahli beribadah yang berkualitas. Mereka itu yang akan benar-benar
melaksanakan fungsi sebagai khalifah di muka bumi dan fungsi sebagai
hamba yang taat beribadah. Sehingga mampu mengolah kekayaan alam
untuk kesejahteraan umat manusia serta bertanggung jawab pada Khaliknya.
120
MM
DU
121
MM
DU
122
MM
DU
123
MM
DU
124
MM
DU
125
MM
DU
126
MM
DU
127
MM
DU
Berkaitan dengan media pendidikan Islam, Abdurrahman AlBaghdadi,59 menyatakan bahwa di masa lalu, media dan sarana pendidikan
terbatas pada kitab-kitab, laboratorium, planetarium, perpustakaan,
kantor-kantor, sekolah-sekolah, masjid dan universitas. Di masa sekarang
media dan sarana pendidikan telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat, ditandai dengan munculnya surat kabar dan majalah,
penerbitan-penerbitan, pesawat radio, televisi, gedung-gedung film,
kaset, video, overhead projektor, komputer dan laboratorium yang
canggih, juga hasil-hasil ilmu dan teknologi lainnya yang berkaitan
dengan sarana pendidikan.
Media pendidikan Islam baik yang berkaitan dengan media cetak maupun
media elektronik diperlukan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan Islam.
Jika media sebagai penunjang pada kesempurnaan wajibnya mencari ilmu
pengetahuan, maka penyediaan media pendidikan tersebut adalah menjadi
wajib. Kaidah fiqh menyatakan: Sesuatu yang menjadi kesempurnaan suatu
kewajiban, maka sesuatu tersebut hukumnya wajib pula.
Pada masa kejayaan Khalifah Islam, di berbagai kota besar tersebar
perpustakaan-perpustakaan besar yang dibanggakan. Berbagai kitab dan
maraji yang langka turut melengkapi perpustakaan tersebut. Orang59
128
MM
DU
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), 88.
60
129
MM
DU
61
130
Ibid., 49.
MM
DU
131
MM
DU
132
MM
sosio, masa depan tekno, dan masa depan bio dengan segala implikasi dan
segala dampaknya terhadap jiwa manusia. Masa depan sosio mengandung
fenomena penyebaran alternatif struktur rumah tangga yang lamban,
hubungan seksual dan moralitas sosial baru, serta reinterpretasi tentang
peranan agama dalam masyarakat. Masa depan tekno mengandung
fenomena terjadinya perubahan penggunaan terhadap hasil-hasil teknologi
tinggi. Dan masa depan bio secara prinsipil ditandai dengan makin
meningkatnya diskusi tentang pemakaian teknik modifikasi behavioral
dan genetika. Dalam pandangan tersebut bahwa semua itu tentunya akan
memiliki implikasi dan dampak terhadap nilai-nilai Islam.
DU
Yusuf Enoch, Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 84.
63
133
MM
1. Pendekatan Sosio-Kultural
DU
134
MM
DU
Melalui proses pendidikan Islam secara adil dan merata, maka secara
kolektif masyarakat Muslim dapat memiliki daya mental disiplin hidup
untuk dinamis. Mampu meraih peradaban tinggi dan pusat pengembangan
ilmu pengetahuan. Proses pembentukan budaya disiplin dan cinta ilmu
pengetahuan pada gilirannya akan terwujud melalui proses pendidikan
yang panjang, dan ini merupakan kunci sukses kesajahteraan hidup di
dunia dan kebahagiaan di akhirat. Sesuai dengan hal tersebut, Firman
Allah dalam surat Ali-Imran (3): 110, yaitu:
65
135
2. Pendekatan Manpower
MM
DU
136
MM
DU
137
MM
DU
139
MM
DU
Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islami di Indonesia, (Jakarta: Logos, 2001), 175.
Soebagio Atmodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Ardadizya Jaya,
2005), 273.
3
A. Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2005), 61.
1
2
140
MM
DU
141
MM
DU
142
profesi guru. Pergeseran tersebut, telah disadari oleh para pakar pendidikan
Islam yang hidup dalam era globalisasi dan modernisasi sebagai akibat
dari ekspansi Barat ke berbagai kawasan Muslim.
MM
Guru pada pendidikan Islami memiliki ciri sebagai al-alim atau almuallim yang berarti orang yang mengetahui. Al-muallim banyak digunakan
oleh para ulama atau para ahli pendidikan untuk menunjuk pada konsep
guru.7 Istilah lain al-Ghazali menyebutkan al-mudarrith, al-muaddib atau
al-murabbi dan al-walid.8 Ahmad Tsalabi secara khusus menggunakan kata
al-mudarris yang berarti orang yang mengajar atau orang yang memberi
pelajaran.9 Di samping itu ada pula yang menyebut dengan istilah almuaddib yang merujuk kepada guru secara khusus mengajar di istana.10
Istilah muaddib ini kemudian digunakan oleh Naquib Al-Attas,11 sehingga
dia memilih istilah tadib untuk menunjukkan padanan istilah yang sesuai
dengan pendidikan; bukan al-tarbiyah sebagaimana yang dipakai oleh
kebanyakan para ahli pendidikan Islam. Selain itu, terdapat pula istilah
ustadh untuk menunjuk kepada guru yang khusus mengajar bidang ilmu
agama Islam dan istilah ini banyak digunakan oleh masyarakat Islam Asia.
Kemudian ada istilah syekh yang digunakan untuk merujuk kepada guru
dalam bidang tasawuf.12
DU
7
Di antara para ahli pendidikan Islam yang menggunakan kata al-alim atau almuallim adalah Imam al-Ghazali dalam kitab al-Fikr al-Tarbawi ind Imam al-Ghazali,
(Beirut, Dar Iqra, 1985), 34; Badruddin Ibn Jamaah al-Kanani, Tadhkirah al-Sami wa
al-Mutakallim fi Adab al-Alim wa al-Mutakallim (Beirut: Dar al-Kitab al-Alamiyah), 67;
Ahmad Muhammad Ibrahim Falatah, Adab al-Mutaallim f al-Fikr al-Tarbawi al-Islam
(Madinah: Dar al-Kitab al-Tauzi), 89; Al-Syaiban dalam kitab Min Usus al-Tarbawi alIslamiyah (Libanon: al-Munsiat al-Tsabiyah li al-nats wa al-Taudzi wa al-Ilan, 1979),
66; Abd al-Amir Sham al-Din, al-Fikr al-Tarbawi ind ibn Muqaffa al-Jahidh (Beirut, Dar
Iqra, 1985), 76; Aminah Ahmad Hasan, Nadrah al-Tarbawiyah f Al-Quran wa Tatbiquh
f Ahd Rasul Alaih al-Shalatu wa al-Salam (Mesir, Dar al-Maarif, 1985), 66; Maulana
al-Alam al-Hajar al-Husain bin Amin al-Muminin al-Mansur Billah al-Qashim bin
Muhammad bin Ali, Adab al-Ulama wa al-Mutaallim (Beirut, Dar al-Manahil, 1985), 32.
8
Al-Ghazali, Mizan al-Amal Jilid I (Kairo: Darul Maarif, 1961), 361.
9
Ahmad Thalabi, Tarikh al-Tarbiyah al-Islamiyah (Mesir: Kasysyaf li al-Nasyr alThabaah wa al-Tauzi, 1954), 89.
10
Majdag Hanushi Saruji, Turuq al-Talim f al-Islam (Mesir: Mathbaah Dar alMasyriq li al-tarjamah wa al-Thabaah wa al-Nasyr, 1992), 10.
11
Al-Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam (Bandung: Mizan, 1996), 35.
12
Abd al-Rahman al-Khaliq, al-Fikr al-Shufi f Dau al-Kitab wa al-Sunnah, (Kuwait:
Maktabah Ibn Taimiyah, 1986), 316.
143
MM
DU
13
11.
14
Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta: Haji Masagung,
1989), 123.
16
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru (Bandung: Rosdakarya,
1995), 224.
15
144
MM
Seorang ulama memiliki sifat takut dan tunduk kepada Allah sebagai
akibat dari pengetahuannya yang mendalam terhadap rahasia kekuasaan Allah
yang tampak pada alam ciptaan-Nya seperti pada tumbuh-tumbuhan, binatang
ternak, ruang angkasa, air, udara dan alam sekitarnya. Semakin tinggi ilmu
seorang guru semakin rendah hati dan tunduk pada ketentuan Allah Taala.
DU
QS Al-Fathir (35):28. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatangbinatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya
(dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya,
hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Depag
RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: 1971), 700.
19
Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius (Jakarta: Paramadina, 1997), 18-19.
20
Poeradisastra, Sumbangan Islam terhadap Peradaban Dunia (Jakarta: UI Press, 1978),
87; S.M. Ziauddin Alavi, Muslim Educational Thought in the Middle Ages (New Delhi:
Atlantics Publishers & Distributors, 1988), 24-32; Muhammad R. Mirza Muhammad
Iqbal Siddiqi, Muslim Contribution to Science (Lahore: Kazi Publications, 1986), 1-14.
21
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru
(Jakarta: Logos, 1999), ix.
18
145
MM
DU
146
MM
Dalam Hadis Nabi Saw. istilah al-alim yang mengacu pada konsep
guru.24 Dengan demikian, guru dalam pendidikan Islami adalah bapak
spiritual yang memberi semangat kepada para peserta didik, dialah yang
memberikan santapan rohani dengan ilmu, membimbing dan meluruskan
akhlak para peserta didik, sehingga memperoleh keridhaan Allah Taala.
Di Barat, guru bertanggung jawab karena alasan materiil semata-mata;
takut kehilangan materi dan gaji.25 Akibat dari pandangan ini, menilai
kedudukan dan martabat guru dari segi materi, harta kekayaan dan jabatan
duniawi semata-mata.
Menurut Yusuf Qardhawi, pengaruh ilmu adalah memberi petunjuk
dan keutamaan.26 Oleh karena itu, kemuliaan guru terkait dengan
kemuliaan ilmu yang diamalkannya. Ilmu dalam dada ahli ilmu bukan
hanya sekadar perkataan yang dihafal, namun ia menjadi penjelas
yang menunjukkan secara gamblang akan keagungan, kemuliaan dan
kehormatan yang memiliki ilmu.
DU
147
merupakan tafsiran kitab suci Al-Quran yang paling baik dan sempurna.
Oleh karena itu sunnahnya, sebagai cara untuk menafsirkan hukum Allah
dalam kehidupan dan praktik sehari-hari sebagai bagian dari ilmu itu. Jadi
kitab suci Al-Quran, dan al-Sunnah adalah unsur-unsur esensial dari ilmu
manusia. Inilah yang menyebabkan ahli ilmu itu memiliki kedudukan yang
mulia dan terhormat.
MM
DU
28
Ahmad Muhammad Ibrahim Falatah, Adab al-Mutaallim f Fikr al-Tarbawi al-Islami
(Madinah: Dar al-Nushur al-Tauzi), 40.
29
Ibid., 37.
30
Al-Imam Muhyidin Yahya bin Sharaf al-Nawawi, Kitab al-Ilm wa Adab al-Alim
wa al-Mutaallim, (Beirut: Dar Al-Khair, 1993), 102.
31
Badruddin Ibn Jamaah al-Kanani, Tadkirah al-Sami wa al-Mutakallim f Adab
al-Alim wa al-Mutaallim, (Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiyah), 106.
148
MM
DU
149
baik apabila sumber daya yang memegang kekuasaan itu berperilaku baik.
Sumber daya yang berkualitas ini sebagian besar dibebankan pada peranan
yang dilakukan oleh guru.
MM
DU
150
MM
DU
151
MM
DU
152
MM
DU
Ali Asraf, Horison Baru Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1989),
38
112.
40
153
MM
DU
42
Abi Fadhl Jamal al-Din M. Ibn Mandzur al-Fikr, Lisan al-Arab (Beirut: Dar alShadr, 1990), 401.
45
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi Jilid 15, terjemah Bahrun Abu
Bakar, (Semarang: CV Toha Putra, 1993), 45-47.
154
MM
pengetahuan, dan jangan ragu pujian seorang guru merupakan pujian bagi
murid-muridnya. Kemampuan seseorang merupakan suatu syarat untuk
memahami perkataan dan merupakan suatu syarat untuk menjaga amanat
seseorang. Pengertian dh mirrah adalah yang mempunyai kecerdasan
pada akalnya, maka sifat yang pertama mengisyaratkan pada kuatnya akal,
kuatnya pandangan dan membekasnya hapalan dari bermacam-macam
ilmu tersebut. Malaikat jibril mengajarkan kepada Nabi Muhammad yakni
Al-Quran dengan semangat yang mendalam, kemudian Nabi Muhammad
mempelajari dan mengamalkannya. Jadi, seorang guru harus bersungguhsungguh dalam mengajar dan seorang guru harus mempunyai fisik yang
prima, di samping kecerdasan. Muhammad Jamaluddin al-Qasimi,46
menjelaskan dalam tafsirnya: Malaikat Jibril mengajari Muhammad Saw.
dengan kekuatan yang luar biasa.47
DU
46
Muhammad Jamaluddin al-Qasimi, Tafsir al-Mizan, Jilid 5, (Beirut: Dar al-Fikr,
tt.), 5555-5557.
47
QS Al-Takwir (81): 19-20. Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar firman
Allah (yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan yang
mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Allah yang mempunyai Arsy yang ditaati
di sana lagi dipercaya. Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: 1971), 1029.
155
adil dan bijaksana; Malaikat Jibril dalam kategori ini menampakkan bentuk
aslinya, maksudnya adalah seorang pendidik itu harus memberikan suri
teladan yang baik, berwibawa, lemah lembut, selalu memilih perkataanperkataan yang mulia dan baik.
MM
DU
156
MM
DU
Pertama, sifat rabbani artinya selalu mengaitkan diri dengan Allah Yang
Maha Agung melalui pemahaman atas sifat-sifat-Nya. Jika seorang guru telah
bersifat rabbani, maka seluruh kegiatan pendidikannya bertujuan menjadikan
anak didik sebagai generasi rabbani yang memandang jejak keagungan-Nya.
Setiap materi yang dipelajarinya senantiasa menjadi tanda penguat kebesaran
Allah dan merasakan kebesaran itu dalam setiap lintasan sejarah, dalam
sunnah alam semesta atau dalam kaidah-kaidahnya.52
QS Al-Isra (17): 36. Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. Depag RI, Al-Quran dan
Terjemahnya, (Jakarta: 1971), 429.
51
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1996), 170-175.
52
QS Ali Imran (3): 79. Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah
berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia:
50
157
MM
DU
158
MM
DU
159
MM
Makna yang terkandung dalam Hadis ini adalah ilmu yang Allah
berikan bagaikan hujan lebat turun ke bumi. Tanah subur menyerap air
hujan bakal menghasilkan buah-buahan dan rumput berlimpah. Ini adalah
contoh orang yang memahami ajaran Allah, mempelajari dan mengajarkan
apa yang diketahuinya kepada orang lain.
DU
56
Hadis ini derajatnya shahih. Lihat Sahih Muslim, (Kairo: Musthafal Babil Halabi,
1377 H), Hadis ke-4232.
58
QS Al-Fath (48): 29. Muhammad itu adalah utusan Allah dan orangorang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir,
tetapi berkasih sayang sesama mereka. Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya,
(Jakarta: 1971), 843.
59
60
160
dasar manusia berarti mengetahui materi dan metode apa yang harus
dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif.61
MM
DU
Ibid., 174.
Ibid., 174.
63
Peter M. Senge, Op. Cit., 104.
64
QS Al-Maidah (5): 8. Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi
orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan
adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: 1971), 159.
65
Abdurrahman An-Nahlawi, Op. Cit., 175.
61
62
161
MM
DU
162
MM
DU
163
MM
DU
QS Hud (11): 45. Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya
Tuhanku, sesungguhnya anakku, termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau
itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya. Depag RI, Al-Quran
dan Terjemahnya, (Jakarta: 1971), 334; QS Al-Maidah (5): 8. Wahai orang-orang yang
beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena
Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia
kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu
memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah
adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. Depag RI, Al-Quran dan
Terjemahnya, (Jakarta: 1971), 159.
72
164
MM
DU
73
Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung: Rosdakarya,
1993), 104.
74
Muhaimin, et al. Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Rosdakarya, 2001), 95.
75
Majid Irsan Al-Kailani, Al-Fikr al-Tarbawi Inda Ibn Taimiyyah, (Madinah: Maktabah
Dar al-Turats, 1986), 177-179.
76
Fauziyah Rida Amin Khiyath, Al-Ahdaf al-Tarbawiyah al-Sulukiyahinda Shaikh
al-Islam Ibn Taimiyah, (Mesir: Maktabah al-Munawarah), 119-148.
77
Abdul Barri al-Qurthubi, Al-Fikr al-Tarbawi f Andalusi 403-478 H, (Beirut: Dar
Al-Fikr Al-Arabi, 1946), 95.
165
MM
DU
Jadi, pada ayat tersebut, Nabi digambarkan sebagai seorang yang amat
kasih sayang terhadap orang-orang mukmin. Pada ayat tersebut Allah
Swt. mensifati Nabi-Nya dengan rafah dan rahmah dalam arti bahwa
beliau adalah seorang yang memiliki sifat pengasih dan penyayang kepada
78
Imam Muhyiddin Yahya Bin Syarif Nawawi, Kitab al-Ilm Adab al-Alim wa alMutakallim, (Beirut: Dar Al-Khair), 87-101.
79
Abi Jafar Muhammad bin Hasan at-Thusi, Op. Cit., 45.
166
MM
DU
167
MM
Para ahli pendidikan Islam sadar akan pengaruh positif dari hubungan
kasih sayang antara guru dan murid dalam proses pendidikan dan
pengajaran. Mereka telah memberikan perhatian yang besar terhadap
kontak personal yang bersifat kasih sayang ini, mereka juga mengajar
sesuai dengan berbagai macam kecenderungan serta tingkat kemampuan
berpikir para murid. Mereka juga senantiasa mencari cara yang terbaik
untuk mengajarkan ilmu sesuai dengan pengetahuan murid, menggunakan
metode mengajar yang menyenangkan.
Selanjutnya digambarkan dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 159,
bahwa jika Rasulullah bersikap keras, maka umatnya akan berpaling dan
lari meninggalkan Rasulullah Saw.83 Itulah sebabnya beliau senantiasa
menerapkan kasih sayang dalam menyampaikan ajaran Islam, sehingga
Islam dapat diterima dengan penuh kesadaran.
DU
QS Ali Imran (3): 159. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku
lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepadaNya. Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: 1971), 103.
84
Abdullah Nasih Ulwan, Op. Cit., 4.
83
168
MM
DU
85
QS Al-Ahzab (32): 21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah. Depag RI, Al-Quran
dan Terjemahnya, (Jakarta: 1971), 670.
86
QS Yusuf (12): 87. Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang
Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. Depag RI, Al-Quran
dan Terjemahnya, (Jakarta: 1971), 362
87
Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), 15.
88
Ibid., 16.
169
MM
DU
170
MM
DU
171
MM
DU
172
MM
Pengembangan tenaga guru bertujuan untuk memecahkan masalahmasalah tugas rutinitas serta dalam rangka mengisi posisi pada jabatan
tertentu dengan memberikan seperangkat kompetensi melalui pendidikan
dan latihan sehingga diperlukan suatu model aktual, sehingga program
pengembangan dapat dilaksanakan secara efektif dan memberikan makna
dalam meningkatkan kemampuan guru baik secara individual maupun
sistem kelembagaan.
Dalam pengembangan mutu guru, berkaitan dengan tugas-tugas
yang sibuk di pendidikan Islami, dapat memilih model pengembangan
on-the-job atau off-the-job. Model pengembangan tersebut dapat dipadukan
dengan self-study.
DU
Ibid., 278.
173
MM
DU
Hal ini sejalan dengan pendapat Eric Hoyle, bahwa the strength of an
education system must largely depend upon the quality of its teachers.96 Demikian
pula Oteng Sutisna mengemukakan bahwa mutu program pendidikan
bergantung tidak saja kepada konsep-konsep program yang cerdas,
melainkan juga kepada personel pengajar yang mempunyai kesanggupan
dan keinginan untuk berprestasi.97
Dengan kekuatan sumber daya guru yang dimiliki, maka penciptaan
budaya mutu menjadi terlaksana dengan baik, yakni menempatkan
mutu di atas segalanya. Upaya pendidikan Islami untuk menciptakan
budaya mutu, harus ditunjang oleh pembinaan profesional yang
teratur dan terjadwal, agar implementasi program pendidikan Islami
bisa berhasil mencapai standar sesuai dengan yang diharapkan. Kepala
96
174
MM
DU
Gary S. Becker, Human Capital: A Theoretical and Empirical Analysis With Special
Reference to Education, (Chichago Amerika Serikat: Chicago Press, Third Edition, 1993),
30-31.
99
G. Russel Davis, Planning Education for Development: Volume Issue and Problems in
The Palnning of Education in Developing Countries, (Cambridge: Massachusetts, 1996), 287.
98
175
MM
DU
100
Castetter B. William, The Human Resource Function in Educational Administration,
(Ohio: Merril an Imprint of Prentice Hall, 1996), 236.
101
A. Malik Fajar, Platform Reformasi Pendidikan dan Pembangunan Sumber Daya
Manusia, (Jakarta: Depag RI, 1999), 57-61.
176
MM
DU
177
MM
DU
Engr Sayyid Khaim Husayn Naqawi, Dictionary of Islamic Terms, (New Delhi:
Calcuta al-Lahabad, 1992), 235.
102
178
bekal hidupnya agar berbahagia di dunia dan akhirat dengan jalan belajar
yang sungguh-sungguh. Istilah murid ini digunakan dalam ilmu tasawuf
sebagai orang yang belajar mendalami ilmu tasawuf kepada seorang guru
yang dinamai syekh.103
MM
Selain kata murid dijumpai pula kata al-tilmidz yang juga berasal
dari bahasa Arab, yang memiliki arti pelajar. Kata ini digunakan untuk
menunjuk kepada peserta didik yang belajar di pendidikan Islami, dan
istilah ini antara lain digunakan oleh Ahmad Thalabi.104 Selanjutnya
terdapat pula kata al-mudarris, yang berarti orang yang mempelajari
sesuatu.105 Kata ini dekat dengan kata pendidikan Islami, dan seharusnya
digunakan untuk arti pelajar pada suatu pendidikan Islami, namun dalam
praktiknya tidak demikian.
Istilah lain, berkaitan dengan peserta didik adalah al-thlib yang berarti
orang yang mencari sesuatu.106 Konsep ini dapat dipahami karena seorang
pelajar adalah orang yang tengah mencari ilmu pengetahuan, pengalaman,
keterampilan dan pembentukan kepribadian untuk bekal kehidupannya
di masa depan agar berbahagia dunia dan akhirat. Istilah al-thlib lebih
bersifat aktif, mandiri, kreatif dan sedikit bergantung kepada guru.
DU
179
MM
DU
al-Nushu al-Tauzi); Badruddin Ibnu Jamaah al-Kananiy, Tadkirah al-Sami wa alMutakallim f Adab al- lim wa al-Mutaallim, (Beirut: Dar al-Kitab al-Alamiyyah), 44.
109
QS Al-Baqarah (2): 31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orangorang yang benar!". Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: 1971), 14; Lihat
Ibn Majjah, Sunan Ibn Majjah, Juz Awwal, 83, Hadith Nomor 224.
110
QS Al-Alaq (96): 4-5. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Depag RI, Al-Quran
dan Terjemahnya, (Jakarta: 1971), 1079.
180
MM
Ilmu itu hakikatnya cahaya dari Allah, dan hal itu hanya diberikan
kepada hamba-Nya yang taat kepada-Nya.111 Jelas bahwa Allah dapat
membimbing seseorang untuk mendapatkan cahaya-Nya jika Dia
menghendaki. Bertolak dari keyakinan bahwa ilmu itu datang dari Allah,
maka muncullah etika tentang muraqabah (pendekatan diri) kepada Allah
yang harus dilakukan oleh seorang peserta didik yang ingin mendapatkan
ilmu-Nya. Bagian ini yang membawa kepada penjelasan tentang syarat
dan sifat-sifat peserta didik dalam proses pendidikan di pendidikan
Islami.
Peserta didik merupakan unsur manusiawi yang sedang bersungguhsungguh mencari ilmu pengetahuan dan berusaha keras untuk
mendapatkannya. Orang yang senantiasa giat dalam mencari ilmu, berarti
ia berjalan di jalan yang menuju ridha Allah. Allah Taala memerintahkan
kepada manusia untuk mencari ilmu. Jika mencari ilmu diperintahkan,
maka melakukan pencarian ilmu berarti wujud ketaatan terhadap-Nya.112
Dalam pandangan Islam, ilmu dapat diperoleh dengan cara bertanya
kepada orang yang menguasai ilmu tersebut. Keberanian bertanya
merupakan salah satu faktor penting bagi kesuksesan belajar seorang
peserta didik. 113
DU
111
QS Al-Nur (24): 35. Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.
Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di
dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang
(yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang
banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu)
dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi,
walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing
kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaanperumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Depag RI,
Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: 1971), 550.
112
QS Al-Taubah (9): 122. Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mumin itu
pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di
antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. Depag RI, Al-Quran dan
Terjemahnya, (Jakarta: 1971), 301.
113
QS An-Nahl (16): 43. Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orangorang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang
yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. Depag RI, Al-Quran dan
Terjemahnya, (Jakarta: 1971), 408.
181
MM
DU
182
MM
DU
Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1999), 174.
117
183
MM
DU
Syarat utama yang dimiliki seorang peserta didik yaitu niat yang
lurus. Menurut al-Zarnuziy,120 seorang pelajar dalam menuntut ilmu
Ahmad, Musnad Imam Ahmad bin Hambal, (Beirut: Dar al-Fikr, tt), Juz XIII, Hadis
ke-7421, 161, dengan sanad shahih. Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud,
at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban. Lihat pula M. Ajaj al-Khatib, Al-Sunnah
Qabla al-Tadwin, (Beirut: Dr al-Fikr, 1401 H/1981 M.), 69. Barangsiapa menempuh
suatu jalan untuk mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke
surga, dan tidaklah suatu kaum berkumpul di rumah Allah, mereka membaca Kitab
Allah dan bersama-sama mempelajarinya, kecuali mereka akan mendapatkan sakinah
(ketenangan), dipenuhi oleh rahmat, dan dikelilingi oleh malaikat dan Allah menyebut
kepada mereka yang ada di sisi-Nya, dan barangsiapa tidak diperoleh melalui amalnya
maka tidak dapat dipercepat karena keturunannya.
119
Ahmad Muhammad Ibrahim Falatah, Adb al-Mutaallim f al-Fikr al-Tarbawiy
al-Islmi, (Madinah: Dar al-Kitab al-Nushu wa al-Tauzi), 39.
120
Al-Imam Burhan al-Islam Al-Zarnuziy, Talm al-Mutaallim, (Mesir: Maktabah
al-Nahdhah), 90.
118
184
MM
DU
185
MM
DU
al-Imam Muhyidin Yahya bin Syaraf al-Nawawi, Kitab al-Ilm wa Adab al-Alim
wa al-Mutaallim, (Beirut: Dar al-Khair, 1993), 103.
126
Ibid., 104.
127
Ibid., 105.
128
Maulana al-Alam al-Hajar al-Husain bin Amir al-Muminin al-Mansur bi Allah
al-Qhasim bin Muhamad Ali, Adab al-Ulama wa al- Mutaallim, (Beirut: Dar al-Manahir,
1985, Cet. I), 79-88.
125
186
MM
DU
Selanjutnya seorang pelajar juga harus bersikap rendah hati pada ilmu
dan guru. Dengan cara demikian ia akan tercapai cita-citanya. Ia juga harus
menjaga keridhaan gurunya. Ia jangan menggunjing di sisi gurunya, juga
jangan menunjukkan perbuatan yang buruk, mencegah orang lain yang
menggunjing gurunya. Dalam pada itu, ia berupaya untuk lebih dekat
Conny Semiawan, Perspektif Pendidikan Anak Berbakat, (Jakarta: Grasindo, 1997),
129
22-23.
187
MM
DU
188
MM
DU
135
Abdullah bin Muhammad al-Anshari al-Qurthubiy, Jami al-Ahkam Al-Quran,
Jilid 9, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah), 9.
136
QS Al-Kahfi (18): 67. Dia menjawab: Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak
akan sanggup sabar bersamaku. Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: 1971),
454.
137
M.H. Thabathabi, Tafsir al-Mizan, (Beirut: Muasasah al-Alam, 1991), 338.
138
Conny Semiawan, Op. Cit., 11.
189
kebudayaan tertentu. Sifat kreatif pada hakikatnya ada pada setiap orang,
namun ditinjau dari segi pendidikan, yang lebih penting adalah bahwa sifat
kreatif dipupuk dan dikembangkan karena sifat itu dapat pula terhambat
dan tidak terwujud.
MM
Jika merujuk pada Al-Quran, istilah ulul albab yang mengandung sifatsifat manusia yang baik berkaitan dengan pemahaman ilmu pengetahuan.
Menurut Al-Quran, ulul albab adalah kelompok manusia tertentu yang
diberi keistimewaan oleh Allah Swt. berupa hikmah, kebijaksanaan, dan
pengetahuan, di samping science.139 Ulul albab adalah kelompok orang
yang sungguh-sungguh dalam menekuni ilmu, sehingga ilmu menjadi
mendalam.140 Termasuk bersungguh-sungguh dalam menekuni ilmu yaitu
kegemaran mentafakuri ciptaan Allah di langit dan di bumi.141 Tafakur ini
yang sekarang disebut science.142
DU
190
DU
MM
191
MM
DU
R.R. Shepard Blake & J.S. Mouton, The Managerial Grid, (Houston Texas: Gulf
Publishing Company, 1964), 20.
144
J.P Dunnete Campbell, et. all., Managerial Behavior, Performance, and Effectiveness,
(New York: McGraw Hill, 1970), 43
143
192
MM
DU
30.
G. Manning & K. Curtis, The Art of Leadership, (New York: McGraw Hill, 2003),
193
MM
DU
194
MM
DU
153
195
MM
DU
155
Eduardo Morato, The Essence of Quality: Two Essays, dalam The Asian
Manager, (January/February, 1993).
157
196
semakin intuitif dan kreatif, berkat usaha gigih para personel untuk
selalu menemukan cara kerja terbaik dalam menemukan jawaban serta
pemecahan yang paling tepat atas berbagai persoalan yang dihadapi.
MM
DU
W.K. Hoy & C.G. Miskel, Educational Administration Theory, Research, and Practice,
(New York: Random House Inc, 2005), 45.
158
197
MM
KESIMPULAN
DU
199
MM
DU
Mutu hanya dapat diraih oleh mereka yang memiliki komitmen yang
dicontohkan oleh pemimpin puncak (top leader). Sebab, komitmen itu
bergeraknya dari atas ke bawah. Jika di top leader tidak ada komitmen,
maka ke bawahnya akan mengalir pesimis. Sikap pesimis ini yang akan
menghancurkan bangunan program yang direncanakan. Oleh sebab itu,
top leader harus memberikan nilai-nilai optimis melalui komitmen yang
ditampilkan dalam setiap keputusan.
200
Y
MM
DAFTAR PUSTAKA
DU
Abd al-Amir Sham al-Din, al-Fikr al-Tarbawi ind ibn Muqaffa al-Jahidh, Beirut,
Dar Iqra, 1985.
Abdul Barri al-Qurthubi, Al-Fikr al-Tarbawi f Andalusi 403-478 H, Beirut:
Dar Al-Fikr Al-Arabi, 1946.
201
Abdullah bin Muhammad al-Anshari al-Qurthubiy, Jami al-Ahkam AlQuran, Jilid 9, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.
Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyah al-Aulad f al-Islam, Beirut: Dar al-Salam,
Cet.III.
MM
DU
202
Daftar Pustaka
Ali Syariati, Islam Madzhab Pemikiran dan Aksi, Bandung: Mizan, 1995.
MM
DU
203
C. Charney, The Leaders Tool Kit Hundreads of Tips and Techniques for Developing
the Skills You Need, New York: Amacon, 2006.
MM
DU
204
Daftar Pustaka
Eduardo Morato, The Essence of Quality: Two Essays, dalam Jurnal The
Asian Manager, Januari, 2003.
MM
Edward Sallis dan Peter Hingley, College Quality Assurance Systems, Mendip
Paper MP 020, Blagdon, The Staff College, 1991.
DU
205
MM
Gary S. Becker, Human Capital: A Theoretical and Empirical Analysis With Special
Reference to Education, Chichago Amerika Serikat: Chicago Press, Third
Edition, 1993.
Gregory Watson, Strategic Benchmarking, dalam Sound Executive Book
Summaries, Bristol: Volume 15, July 1993.
Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, Jakarta: Haji
Masagung, 1989.
__________, Pendidikan Dalam Islam, Surabaya: al-Ikhlas, 1992.
Handoko, Manajemen, Yogyakarta: BPFE-UGM, 2003.
DU
206
Daftar Pustaka
Imam Muhyiddin Yahya Bin Syarif Nawawi, Kitab al-Ilm Adab al-Alim wa
al-Mutakallim, Beirut: Dar Al-Khair.
Imam Muslim, Sahih Muslim, Kairo: Musthafal Babil Halabi, 1377 H.
MM
DU
207
MM
DU
208
Daftar Pustaka
MM
DU
209
Muhammad bin Ahmad al-Anshariy al-Qurthubiy, Al-Jami li Ahkam AlQuran, Jilid V, Kairo: Dar al-Kitab, al-Arabaiy,1967.
Muhammad bin Jamil Zainu, Petunjuk Praktis bagi Para Pendidik Muslim, Solo:
Pustaka Istiqamah, 1997.
Muhammad Ibn Jarir Al-Thabariy, Jami al-Bayan f Tafsir Al-Quran, Jilid V,
Mesir: al-Halabi, 1954.
MM
Muhammad Jamaluddin al-Qasimi, Tafsir al-Mizan, Jilid 5, Beirut: Dar alFikr, tt.
Muhammad Munir Mursi, Al-Tarbiyah al-Islamiyah Ushuluh wa Tatawwuruha
f Bilad al-Arabi, Qahirah: Alam al-Kutub, 1977.
Muhammad Naquib al-Attas, al-Talim al-Islami: Ahdaf wa Maqasidah, Beirut:
Dar al-Ilm wa Tauzi.
Muhammad R. Mirza Muhammad Iqbal Siddiqi, Muslim Contribution to
Science Lahore: Kazi Publications, 1986.
Muhammad Rafat Said, Rasulullah Saw. Profil Seorang Pendidik, alih bahasa
Amir Hamzah Fachrudin dan Zaenal Arif Fachrudin RM, Jakarta:
Firdaus, 1994.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru, Bandung:
Rosdakarya, 1995.
DU
210
Daftar Pustaka
MM
DU
211
S.M. Ziauddin Alavi, Muslim Educational Thought in the Middle Ages, New
Delhi: Atlantics Publishers & Distributors, 1988.
Saraph, J.V., Benson, P.G., & Schoeder, R.G. An Instrumen for Measuring
the Critical Factors of Quality Manajemen, Decision Sciences, (Vol. 20
tahun 1989), 810-829.
MM
DU
212
Daftar Pustaka
V.H. Vroom, Work and Motivation, New York: John Wiley & Sons, Inc, 1964.
MM
DU
213
Y
MM
BIODATA PENULIS
DU
215
DU
MM
216
Biodata Penulis