Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN

KRITERIA MASUK DAN KELUAR ICU

RUMAH SAKIT KARANG TENGAH MEDIKA


2018
1. Tujuan
a. upaya meningkatkan mutu pelayanan RS. Karang Tengah Medika, maka diperlukan
adanya kriteria pasien masuk dan keluar ruang perawatan intensif ( ICU)
2. Kebijakan Umum
a. Bahwa Semua pasien yang karena kondisinya memerlukan perawatan khusus dan
pemantauan ketat secara terus-menerus harus mendapatkan pelayanan kesehatan di
ruang perawatan intensif ( Intensive Care Unit ).
b. Pasien yang dirawat di ruang intensif harus memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
c. Bahwa pasien harus dipindahkan dari ruang perawatan intensif apabila berdasarkan
kebutuhan fisiologisnya sudah tidak membutuhkan perawatan khusus dan
pemantauan ketat secara terus – menerus.
3. Kebijakan Khusus
a. Kriteria Pasien masuk dan keluar ICU ditetapkan oleh DPJP.
b. Kriteria masuk ICU adalah sebagai berikut:
1. Kriteria masuk berdasarkan sistem organ
1.1 Penilaian Sistem Kardiovaskular
1.2 Penilaian Sistem Respirasi
1.3 Penilaian Sistem Gastrointestinal
1.4 Penilaian Sistem Renal
1.5 Penilaian Sistem Endokrin
1.6 Penilaian Sistem Hematologi
1.7 Penilaian Sistem Syaraf Pusat
1.8 Penilaian Sepsis
1.9 Pemantauan Sebelum atau Sesudah Pembedahan
1.10 Luka Bakar
1.11 Gangguan beberapa sistem organ akut
1.12 Penilaian Kondisi Lain
2. Kriteria Berdasarkan parameter obyektif
2.1 Tanda-tanda vital
2.2 Nilai laboratorium
2.3 Radiografi/ultrasonografi/tomografi
2.4 Penemuan pemeriksaan fisik
3. Kriteria masuk berdasarkan prioritas
Pada prinsipnya panduan untuk memasukkan pasien medical adalah
memberikan prioritas pada pasien yang akan memperoleh manfaat dari
intervensi dan support di ICU. Dapat digolongkan menjadi:
Prioritas 1:
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi
intensif dan tertitrasi, seperti: dukungan/bantuan ventilasi dan alat bantu suportif
organ/sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif kontinyu, obat anti aritmia
kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi, dan lain-lainnya. Contoh pasien
kelompok ini antara lain, pasca bedah kardiotorasik, pasien sepsis berat,
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam nyawa.
Institusi setempat dapat membuat kriteria spesifik untuk masuk ICU, seperti
derajat hipoksemia, hipotensi dibawah tekanan darah tertentu. Terapi pada
pasien prioritas 1 (satu) umumnya tidak mempunyai batas
Prioritas 2:
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab sangat
berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pemantauan
intensif menggunakan pulmonary arterial catheter. Contoh pasien seperti ini
antara lain mereka yang menderita penyakit dasar jantung-paru, gagal ginjal akut
dan berat atau yang telah mengalami pembedahan major. Terapi pada pasien
prioritas 2 tidak mempunyai batas, karena kondisi mediknya senantiasa berubah.
Prioritas 3:
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status kesehatan
sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara
sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan/atau manfaat terapi di ICU
pada golongan ini sangat kecil. Contoh pasien ini antara lain pasien dengan
keganasan metastatik disertai penyulit infeksi, pericardial tamponade, sumbatan
jalan napas, atau pasien penyakit jantung, penyakit paru terminal disertai
komplikasi penyakit akut berat. Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya
untuk mengatasi kegawatan akutnya
c. Kriteria pasien keluar ICU
Pasien dinyatakan keluar ICU oleh DPJP dengan ketentuan apabila pasien :
1. Tidak membutuhkan bantuan ventilasi mekanik dan proteksi jalan napas.
2. Tidak membutuhkan lagi obat – obat inotropik dan anti aritmia dosis tinggi dan
tidak memerlukan monitoring hemodinamik intensif( sesuai penilaian konsulen
DPJP terkait ).
3. Kriteria yang menyebabkan pasien masuk ICU sudah dapat diatasi.
4. Apabila pasien yang sudah mendapat perawatan intensif, tetapi kondisinya
memburuk DPJP memberikan edukasi kepada keluarga pasien tentang kondisi
pasien dengan mengisi dan menandatangani Lembar Edukasi terintegrasi.
5. Setelah berdiskusi dengan keluarga dan atas persetujuan keluarga, DPJP
menetapkan status DNR ( Do Not Resusitation ) dengan mengisi dan
menandatangani Lembar Informed Consent

Anda mungkin juga menyukai