Anda di halaman 1dari 12

Pengaruh Penerapan Terapi Okupasi terhadap Peningkatan Status Kognitif

pada Lansia di UPT PSTW Jember

Nur Lela Fitriyani, Dr. Teguh Hari Santoso, MP., Ns Yeni Suryaningsih
S.Kep.,M.Kep.
Universitas Muhammadiyah Jember
Email: Lelafitriyani1727@gmail.com

ABSTRAK

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia dapat menyebabkan penurunan


status kognitif. Proses menua adalah suatu proses degenerasi yang terjadi pada
setiap orang dan tidak bisa dihindari namun bisa diperlambat. Berbagai penelitian
ditemukan bahwa sebuah terapi dapat meningkatkan status kognitif pada lansia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh penerapan terapi okupasi
terhadap peningkatan status kognitif pada lansia di UPT PSTW Jember. Metode
pada penelitian ini menggunakan desain penelitian pra eksperimental (one group
pre-test and post-test design). Populasi penelitian ini adalah lansia yang berumur
lebih dari 60 tahun dan tidak bedrest dengan sampel sebanyak 31 responden.
Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Teknik
pengambilan data menggunakan lembar penilaian status kognitif Mini Mental
Status Exam (MMSE). Pada penelitian ini analisis data yang digunakan yaitu Uji
T-test of Related (p < 0,05). Hasil analisa diperoleh bahwa status kognitif sebelum
(pre test) diberikan terapi okupasi diketahui lansia dengan status kognitif 24-30
sebanyak 0 lansia (0%), status kognitif 18-23 sebanyak 23 lansia (74.19%), status
kognitif 0-17 sebanyak 8 lansia (25.81%) dan status kognitif setelah (post test)
diberikan terapi okupasi diketahui lansia dengan status kognitif 24-30 sebanyak 4
lansia (12.9%), status kognitif 18-23 sebanyak 24 lansia (77.42%), status kognitif
0-17 sebanyak 3 lansia (9.68%). Kesimpulan penelitian ini yaitu ada pengaruh
penerapan terapi okupasi terhadap peningkatan status kognitif pada lansia di UPT
PSTW Jember. Penerapan terapi okupasi perlu menjadi suatu terapi yang
dikembangkan pada lansia untuk meningkatkan status kognitif serta melatih
kemampuan daya ingat dan kemampuan daya berpikir pada lansia.

Kata kunci: Terapi Okupasi, Status Kognitif, Lansia

1
ABSTRACT

The changes that occur in elderly people can cause decreasing of cognitive status.
Becoming old is a degeneration process that happen in every people. We can’t
avoid it, but i can be take a slower time to get it. Many researches are found that
a therapy increase a cognitive status in elderly people. This researsh objective is
to identify the influence of the application of occupational therapy toward
increasing cognitive status in elderly people at UPT PSTW Jember. The research
method is pre-experimental research design (one group pre-test and post-test
design). The research population is elderly people more than 60 years old and in
a good condition (not bedres) with a sample of 31 respondents. Simple ramdom
sample is the technique to get the sample. To get the data, the researcher use Mini
Mental Status Exam (MMSE) cognitive status sheet. In this research, T-tes of
related (p<0,05) is used to analyze the data. The result of the analysis is 0 (0%)
elderly people have 24-30 cognitive status, 23 (25,82%) elderly people have 18-
23 cognitive status and 8 (25,81%) elderly people have 0-17 cognitive status
before occupational theraphy is given. Then there are 4 (12,9%) elderly people
have 24-30 cognitive status, 24 (77,42%) elderly people have 18-23 cognitive
status and 3 (9,68%) elderly people have 0-17 cognitive status after occupational
theraphy is given. The conclusion of this research is that there is influence of the
application of occupational therapy toward increasing cognitive status in elderly
people at UPT PSTW Jember. Application of occupational theraphy can be
developed in elderly people to increase cognitive status, moreover to train
remembering and thinking ability in elderly people.

Keywords: : Occupational Therapy, Cognitive Status, Elderly

PENDAHULUAN meningkat dan bertambah cenderung


Keberhasilan pemerintah cepat (Ponto, 2015).
Saat ini diseluruh dunia
dalam pembangunan nasional, telah
jumlah lansia diperkirakan ada 500
mewujudkan hal yang positif
juta dengan rata-rata usia 60 tahun
diberbagai bidang. Kemajuan dalam
dan diperkirakan pada tahun 2025
bidang medis dan ilmu kedokteran
akan mencapai 1,2 milyar. Data
telah dapat meningkatkan umur
terbaru di tahun 2015 dari PERKENI
harapan hidup manusia. Akibatnya
menyatakan jumlah lansia di
jumlah penduduk yang berusia lanjut
Indonesia telah mencapai 9,1 juta

2
yang menduduki peringkat kelima kemampuan dalam mengambil
dunia. Berdasarkan data dari dinas keputusan dan bertindak (lebih
kesehatan pada tahun 2015 di jember lamban). Fungsi memori merupakan
jumlah lansia sebanyak 7,708 jiwa salah satu komponen intelektual yang
(Cahyani, S.T, 2015). Sedangkan paling utama, karena sangat
jumlah lansia di Pelayanan Sosial berkaitan dengan kualitas hidup
Tresna Werdha Kabupaten Jember (Agustina, 2013).
Salah satu cara untuk
pada tahun 2016 berjumlah 140 jiwa.
Proses menua merupakan mengoptimalkan fungsi kognitif
proses sepanjang hidup, tidak hanya lansia dengan menggunakan terapi
dimulai dari waktu tertentu, tetapi okupasi. Terapi Okupasi merupakan
dimulai sejak permulaan kehidupan. suatu bentuk psikoterapi suportif
Menjadi tua merupakan proses berupa aktivitas-aktivitas yang
alamiah, yang berarti seseorang telah membangkitkan kemandirian secara
melalui tiga tahap kehidupannya, manual, kreatif dan edukasional
yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga untuk menyesuaikan diri dengan
tahap ini berbeda, baik secara lingkungan dan meningkatkan
biologis maupun psikologis derajat kesehatan fisik dan mental
(Nugroho, 2008). Lansia dikatakan pasien serta kebermaknaan hidup
sebagai tahap akhir perkembangan lansia.
Terapi okupasi bertujuan
pada daur kehidupan manusia (Dewi,
mengembangkan, memelihara,
2014).
Proses penuaan akan memulihkan fungsi atau
menyebabkan 3 perubahan yaitu mengupayakan adaptasi untuk
perubahan fisiologis, perubahan aktifitas sehari-hari, produktivitas
perilaku psikososial dan perubahan dan luang waktu melalui pelatihan,
kognitif. remediasi, stimulasi dan fasilitasi.
Perubahan kognitif pada
(Kaharingan, 2015).
usia lanjut menyebabkan terjadinya Hasil penelitian Kaharingan
penurunan fungsi sel otak. Otak akan (2015) yang berjudul pengaruh
mengalami perubahan fungsi, penerapan terapi okupasi terhadap
termasuk fungsi kognitif berupa sulit kebermaknaan hidup pada lansia di
mengingat kembali, berkurangnya Panti Werdha Damai Ranomuut

3
Manado memiliki kelebihan yaitu Tabel 1. Distribusi status kognitif
penelitian ini dapat membatu lansia pada lansia sebelum dilakukan terapi
dalam menemukan makna dari okupasi di UPT PSTW Jember tahun
kehidupan serta perasaan bahagia 2017.
untuk mencapai kesejahteraan.
Nilai
Penelitian ini bertujuan Frekuensi Persenta
Status
untuk mengetahui Pengaruh (orang) se (%)
Kognitif
Penerapan Terapi Okupasi Terhadap 24-30 0 0
Peningkatan Status Kognitif pada 18-23 23 74.19
0-17 8 25.81
Lansia di UPT PSTW Jember.
Total 31 100
METODE PENELITIAN Sumber: Data primer diolah tahun

Desain penelitian yang 2017

digunakan adalah pre eksperimental Berdasarkan tabel di atas

dengan one group pretest postest dari 31 lansia dengan hasil

design. Populasi pada penelitian ini pengukuran status kognitif sebelum

yaitu lanjut usia yang berusia lebih diberikan terapi okupasi dapat

dari 60 tahun dan tidak bedrest di diketahui bahwa lansia dengan nilai

UPT PSTW Jember yang berjumlah status kognitif 24-30 sebanyak 0

124 responden dan sampel yang lansia (0%), lansia dengan nilai

diambil 25% dari populasi yaitu status kognitif 18-23 sebanyak 23

sejumlah 31 responden dengan lansia (74.19%), dan lansia dengan

menggunakan teknik simple random nilai status kognitif 0-17 sebanyak 8

sampling. lansia (25.81%).


Penelitian ini dilakukan
pada bulan Maret 2017 di UPT Tabel 2. Distribusi status kognitif
PSTW Jember. Uji statistik yang pada lansia setelah dilakukan terapi
digunakan adalah uji T-test of okupasi di UPT PSTW Jember tahun
Related dengan tingkat kesalahan 2017.
yang α < 0,05. Nilai
Frekuensi Persenta
Status
(orang) se (%)
HASIL DAN PEMBAHASAN Kognitif
24-30 4 12.9

4
18-23 24 77.42 pada derajat kemaknaan α = 0,05.
0-17 3 9.68 Hal tersebut menunjukkan bahwa
Total 31 100 nilai p value lebih kecil dari α = 0,05
Sumber: Data primer diolah tahun
yang artinya H1 diterima, ada
2017
Pengaruh Penerapan Terapi Okupasi
terhadap Peningkatan Status Kognitif
Berdasarkan tabel di atas
pada Lansia di UPT PSTW Jember.
dari 31 lansia dengan hasil Kognitif merupakan suatu
pengukuran status kognitif sebelum proses pikir yang membuat seseorang
diberikan terapi okupasi dapat menjadi waspada terhadap objek
diketahui bahwa lansia dengan nilai pikiran atau persepsi, mencakup
status kognitif 24-30 sebanyak 4 semua aspek pengamatan, pemikiran
lansia (12.9%), lansia dengan nilai dan ingatan (Dorland, 2002 dalam
status kognitif 18-23 sebanyak 24 Dayamaes, 2015).
Perubahan kognitif yang
lansia (77.42%), dan lansia dengan
terjadi pada lansia, meliputi
nilai status kognitif 0-17 sebanyak 3
berkurangnya kemampuan
lansia (9.68%).
meningkatkan fungsi intelektual,
Tabel 3. Distribusi frekuensi lansia berkurangnya efisiensi tranmisi saraf
berdasarkan status kognitif sebelum di otak (menyebabkan proses
dan setelah dilakukan terapi okupasi informasi melambat dan banyak
di UPT PSTW Jember. informasi hilang selama tranmisi),
Stat berkurangnya kemampuan
Jum
us M Std.
lah M M P mengakumulasi informasi baru dan
Ko ea Devi
(ora in ax Value
gnit n asi
ng) mengambil informasi dari memori,
if
Pret 19 0,0 serta kemampuan mengingat
31 2.49 15 23
est .2 00
Post
31
20
2.37 17 24 kejadian masa lalu lebih baik
test .6
Sumber: Data primer diolah tahun dibandingkan kemampuan mengingat

2017 kejadian yang baru saja terjadi

Berdasarkan hasil uji T-test (Setiati, 2006 dalam Dayamaes,

of Related dengan menggunakan 2015).


Penurunan menyeluruh pada
metode pengolahan data SPSS versi
fungsi sistem saraf pusat dipercaya
16.0 diperoleh nilai p value = 0,01

5
sebagai kontributor utama perubahan Peneliti juga menemukan
dalam kemampuan kognitif dan status kognitif pada lansia yang
efisiensi dalam pemrosesan memiliki kelainan kognitif berat
informasi (Papalia, Olds & Feldman, dipengaruhi oleh tidak rutinnya
2008 dalam Dayamaes, 2015). lansia dalam mengikuti terapi
Penurunan terkait penuaan okupasi. Lansia kurang atau tidak
ditunjukkan dalam kecepatan, aktif dalam melakukan terapi
memori jangka pendek, memori kerja okupasi. Pernyataan ini diperkuat
dan memori jangka panjang. oleh teori yang dikemukakan oleh
Perubahan ini telah dihubungkan Setyoadi & Kushariyadi (2011),
dengan perubahan pada struktur dan bahwa terapi okupasi lebih di titik
fungsi otak. Garis besar dari berbagai beratkan pada pengenalan
perubahan post mortem pada otak kemampuan yang masih ada pada
lanjut usia, meliputi volume dan seseorang kemudian memelihara atau
berat otak yang berkurang, meningkatkannya sehingga mampu
pembesaran ventrikel dan pelebaran mengatasi masalah-masalah yang
sulkus, hilangnya sel-sel saraf di diharapkannya.
Sesuai dengan teori, terapi
neokorteks, hipokampus dan
okupasi berasal dari kata
serebelum, penciutan saraf dan
Occupational Therapy.
dismorfologi, pengurangan densitas
Occupational berarti suatu pekerjaan,
sinaps, kerusakan motikondria dan
therapy berarti pengobatan. Jadi
penurunan kemampuan perbaikan
terapi okupasi adalah perpaduan
DNA.
Peneliti menemukan status antara seni dan ilmu pengetahuan
kognitif pada lansia yang tidak untuk mengarahkan penderita kepada
didapatkan kelainan dan kelainan aktivitas selektif agar kesehatan
kognitif ringan dipengaruhi oleh latar dapat ditingkatkan (Nasir & Muhith,
belakang lansia yang mengikuti 2011). Terapi okupasi merupakan
terapi okupasi secara teratur. terapi yang bertujuan untuk
Mengikuti terapi okupasi secara memanfaatkan waktu luang dan
teratur dapat meningkatkan status meningkatkan produkivitas dengan
kognitif pada lansia. membuat atau menghasilkan karya

6
dari bahan yang telah disediakan dengan tujuan perawat itu sendiri.
(Maryam, 2008). Jadi bukan hanya sekedar kegiatan
Menurut Setyoadi &
untuk membuat seseorang sibuk
Kushariyadi, (2011) Terapi okupasi
(Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
adalah suatu ilmu dan seni Terapi okupasi lebih di titik
pengarahan partisipasi seseorang beratkan pada pengenalan
untuk melaksanakan suatu tugas kemampuan yang masih ada pada
tertentu yang telah ditentukan dengan seseorang kemudian memelihara atau
maksud untuk memperbaiki, meningkatkannya sehingga mampu
memperkuat, meningkatkan mengatasi masalah-masalah yang
kemampuan, serta mempermudah diharapkannya. (Setyoadi &
belajar keahlian atau fungsi yang Kushariyadi, 2011).
Terapi okupasi
dibutuhkan dalam proses
menggunakan okupasi (pekerjaan
penyesuaian diri dengan lingkungan,
atau kegiatan) sebagai media. Tugas
selain itu terapi ini juga dapat
pekerjaan atau kegiatan yang
meningkatkan produktivitas,
dipilihkan adalah berdasarkan
mengurangi atau memperbaiki
pemilihan perawat yang disesuaikan
ketidaknormalan (kecacatan), serta
dengan tujuan perawat itu sendiri.
memelihara dan meningkatkan
Jadi bukan hanya sekedar kegiatan
derajat kesehatan.
Terapi okupasi merupakan untuk membuat seseorang sibuk
pengenalan kemampuan yang masih (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
Peneliti berpendapat status
ada pada seseorang kemudian
kognitif responden yang meningkat
memelihara atau meningkatkannya
disebabkan oleh kegiatan terapi
sehingga mampu mengatasi masalah-
okupasi yang dilakukan 2x dalam
masalah yang diharapkannya.
seminggu selama 3 minggu dengan
(Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
Terapi okupasi menggunakan okupasi (pekerjaan
menggunakan okupasi (pekerjaan atau kegiatan) sebagai media.
Tugas pekerjaan atau
atau kegiatan) sebagai media. Tugas
kegiatan yang dipilihkan adalah
pekerjaan atau kegiatan yang
berdasarkan pemilihan perawat yang
dipilihkan adalah berdasarkan
disesuaikan dengan tujuan perawat
pemilihan perawat yang disesuaikan
itu sendiri. Jadi bukan hanya sekedar

7
kegiatan untuk membuat seseorang dia akan tetap sebagai seseorang
sibuk, disini peneliti menggunakan yang produktif.
Hal ini sesuai dengan
kegiatan berupa kerajinan tangan
pendapat Kaharingan (2015) bahwa
membuat bros. Tujuan utama terapi
sebuah terapi berupa terapi okupasi
okupasi adalah membentuk
ini dapat meningkatkan status
seseorang agar mampu mandiri tanpa
kognitif pada lansia apabila
bergantung pada pertolongan orang
dilakukan dengan teratur dan
lain (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
Tujuan lain yaitu untuk terstruktur.
Hasil penelitian ini
memanfaatkan waktu luang dan
didukung oleh hasil penelitian yang
meningkatkan produkivitas dengan
dilakukan Ponto (2015), bahwa
membuat atau menghasilkan karya
kurangnya terapi pada lansia akan
dari bahan yang telah disediakan
mengakibatkan penurunan status
(Maryam, 2008).
Penerapan terapi okupasi kognitif, disebutkan bahwa sebuah
memberikan pengaruh terhadap terapi yaitu salah satunya terapi
peningkatan status kognitif pada okupasi mempunyai pengaruh pada
lansia dimana bila dilakukan secara lansia terutama pada daya pikir dan
teratur. Salah satu manfaat terapi daya ingatnya.
okupasi yaitu kerajinan tangan
dimana terapi ini dapat digunakan KESIMPULAN DAN SARAN
sebagai pengalihan perhatian atau A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian
pikiran sehingga dapat mengurangi
yang telah dilakukan dapat
tingkat depresi yang berpengaruh
diambil suatu kesimpulan
pada status kognitif seseorang.
Dengan terapi okupasi sebagai berikut:
1. Status kognitif lansia
kerajinan tangan ini, seseorang yang
sebelum dilakukan
mengalami depresi akan
penerapan terapi okupasi
dikembalikan ke arah hidup yang
pada lansia di UPT PSTW
normal dan dapat meningkatkan
Jember menunjukkan bahwa
minatnya sekaligus memelihara dan
dari 31 lansia, lansia dengan
mempraktikkan keahlian yang
nilai status kognitif 24-30
dimilikinya sebelum sakit sehingga
sebanyak 0 lansia (0%),

8
lansia dengan nilai status praktik keperawatan
kognitif 18-23 sebanyak 23 mengenai terapi okupasi
b. Peneliti Selanjutnya
lansia (74.19%), dan lansia
Diharapkan
dengan nilai status kognitif
peneliti selanjutnya
0-17 sebanyak 8 lansia
menggunakan kelompok
(25.81%).
kontrol dan
2. Status kognitif lansia
memperhatikan faktor-
setelah dilakukan penerapan
faktor lain yang
terapi okupasi pada lansia di
mempengaruhi
UPT PSTW Jember
peningkatan status
menunjukkan bahwa dari 31
kognitif pada lansia
lansia, lansia dengan nilai
seperti perkembangan
status kognitif 24-30
organ tubuh dan
sebanyak 4 lansia (12.9%),
kematangan sistem
lansia dengan nilai status
syaraf, latihan dan
kognitif 18-23 sebanyak 24
pengalaman, interaksi
lansia (77.42%), dan lansia
sosial, dikarenakan untuk
dengan nilai status kognitif
mengetahui pengaruh
0-17 sebanyak 3 lansia
dari terapi okupasi yang
(9.68%).
3. Ada pengaruh lebih signifikan terhadap
penerapan terapi okupasi peningkatan status
terhadap peningkatan status kognitif pada lansia.
c. Institusi Pendidikan
kognitif pada lansia di UPT
Diharapkan
PSTW Jember.
penelitian ini dapat
B. SARAN
1. Saran Teoritis memberikan manfaat
a. Peneliti
bagi institusi pendidikan
Diharapkan
sebagai koleksi
penelitian ini dapat
kepustakaan yang
dijadikan sarana
berhubungan dengan
menambah pengalaman,
terapi okupasi dan
memperluas wawasan
peningkatan status
pengetahuan teori dan
kognitif pada lansia.

9
2. Saran Klinis yang lebih efektif pada
a. Profesi Keperawatan
lansia.
Diharapkan bagi
profesi keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
dapat memberikan
Agustina, S. & dkk. (2013).
pengetahuan tentang
Hubungan Gaya Hidup
penerapan terapi okupasi dengan Fungsi Kognitif
pada Lansia. http://www.
guna mempertahankan
google.co.id/download.porta
peningkatan status lgaruda.org/article/title/hubu
ngan/gaya/hidup/dengan/fun
kognitif pada lansia,
gsi/kognitif/lansia.pdf
sehingga dapat (diakses tanggal 23
November 2016).
mempertahankan
peningkatan status Cahyani, S.T. (2015). Perilaku
Pencarian Pengobatan
kognitif lansia.
Lansia Penderita Penyakit
b. Tenaga Kesehatan
Degeneratif (Studi pada
Diharapkan
Lansia di Wilayah Kerja
penelitian ini dapat Puskesmas Karangduren,
Kecamatan Balung,
memberikan manfaat
Kabupaten Jember).
bagi petugas kesehatan http://www.google.co.
id/repository.unej.ac.id.df
sebagai referensi dalam
(diakses tanggal 30
menyusun program – November 2016).
program atau penyuluhan
Dayamaes, R. (2015). Gambaran
kesehatan tentang terapi \Fungsi Kogniti Klien Usia
Lanjut di Posbindu Rosella
okupasi.
Legoso Wilayah Kerja
c. Tempat Panti Sosial
Puskesmas Ciputat Timur
Tresna Werdha Jakarta Selatan.
Diharapkan http://www.google.co.id/rep
ositoryuinjkt.ac.id/dspace/bi
penelitan ini dapat
tstream/rizhsy/dayamaes.fki
bermanfaat bagi tempat p.pdf (diakses tanggal 23
November 2016).
panti sosial lanjut usia
lainnya sebagai sarana Dewi, S.R. (2014). Buku Ajar
Keperawatan Gerontik
dan sumber informasi
Edisi 1. Yogyakarta:
guna optimalisasi Deepublish
pelayanan keperawatan

10
Hidayat, A. (2009). Metodologi
Penelitian Keperawatan Nasir, A. & Muhith, A. (2011).
dan Teknik Analisis Data. Dasar-dasar Keperawatan
Jakarta: Salemba Medika Jiwa: Perantara dan Teori.
Jakarta: Salemba Medika.
Idris, H. & dkk. (2015).
Perbandingan Antara Nehlig, A. (2010). Is Caffeine a
Penerapan Terapi Okupasi Cognitive Enhancer. Journal
dan Logoterapi Terhadap of Alzheimer’s Disease 20
Tingkat Stress Lansia di
Panti Werdha Damai
(2010) S85–S94 .
Perkamil Kecamatan http://www.google.co.id/gw
Ranomuut Manado dan ern.net/docs/nootropics/201
Panti Werdha Senja Cerah 0-nehlig.pdf (diakses
Paniki Kecamatan tanggal 01 Desember 2016)
Mapanget Manado.
ejournal keperawatan(e-Kp) Notoadmodjo. (2010). Metodologi
Volume 3, Nomor 2. Penelitian Kesehatan.
http://ejournal.unsrat.ac.id/i Jakarta: PT Rineka Cipta.
ndex.php/jkp/article/view/8
298.pdf (diakses tanggal 30 Nugroho, H.W. (2008). Keperawatan
November 2016). Gerontik dan Geriatrik
Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Kaharingan, E & dkk. (2015). Buku Kedokteran (EGC).
Pengaruh Penerapan Terapi
Okupasi Terhadap Nursalam. (2013). Metodologi
Kebermaknaan Hidup Pada Penelitian Ilmu
Lansia Di Panti Werdha Keperawatan Edisi 3.
Damai Ranomuut Manado. Jakarta: Salemba Medika
ejournal Keperawatan (e-
Kp) Volume 3 Nomor 2. Pasha, R.S.D.M. (2014). Fungsi
http://www.google.co.id/ejo Memori pada Lanjut Usia.
urnal.unsrat.ac.id/index.php/ http://www.google.co.id/epri
jkp/article/view/8139.pdf nts.undip.ac.id/44868/3/Ris
(diakses tanggal 23 ka_Sarah_Dewi_Meitina_pa
November 2016). sha_22010110110014.pdf
(diakses tanggal 30
Laksono, S.P. (2016). Tinjauan November 2016).
Lanjut Usia. Ponto, D.L. & dkk. (2015).
http://www.yarsi.ac.id/jurnal Pengaruh Penerapan Terapi
pkm/inex.php/pkm/article/d Okupasi terhadap
ownload/3/1.pdf (diakses Penurunan Stres Pada
tanggal 30 November 2016). Lansia di Panti Werdha
Damai Ranomuut Manado.
ejournal Keperawatan (e-Kp)
Maryam, S.R. & dkk. (2008).
Volume 3. Nomor 2.
Mengenal Usia Lanjut dan
http://www.google.co.id/ejo
Perawatannya. Jakarta:
urnal.unsrat.ac.id/index.php/
Salemba Media.
jkp/article/viewFile/8129/77

11
00.pdf (diakses tanggal 30 /article/view/37.pdf (diakses
November 2016). tanggal 30 November 2016).

Rosita, M.D. (2012). Hubungan UPT Pelayanan Sosial Tresna


Antara Fungsi Kognitif Werdha Jember. (2016).
dengan Kemampuan
Interaksi Sosial pada
Lansia di Kelurahan
Mandan Wilayah Kerja
Puskesmas Sukoharjo.
http://eprints.ums.ac.id/2043
0/16/2_NASKAH_PUBLIK
ASI.pdf (diakses tanggal 30
November 2016).
Setyoadi & Kushariadi. (2011).
Terapi Modalitas
Keperawatan pada Klien
Psikogeriatrik. Jakarta:
Salemba Medika

Suardana, I.W. & dkk. (2014). Status


Kognitif dan Kualitas Hidup
Lansia.
http://www.google.co.id/pol
tekkes.denpasar.ac.id/files/j
urnal/gema/keperawatan/Wa
yan/Suardana.pdf (diakses
tanggal 23 November 2016).

Suleman, I. (2014). Konsep pada


Lanjut Usia.
http://www.google.co.id/e
prints.ung.ac.id/4936/5/201
3-1-14201-841409011-
bab229072013105743.pdf
(diakses tanggal 30
November 2016).
Umah, K. (2012). Terapi Okupasi:
Training Ketrampilan
Pengaruhi Tingkat Depresi
pada Lansia (Occupation
Therapy Training Skill to
Depression of Elderly).
Journals of Ners
Community Vol 3 No 1.
https://journal.
unigres.ac.id/index.php/JNC

12

Anda mungkin juga menyukai