ITS Undergraduate 12540 Paper PDF
ITS Undergraduate 12540 Paper PDF
1
2007. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur
tahun 2007 mencapai 6,11 persen. Padahal,
kalau tidak ada bencana lumpur, pertumbuhan
bisa mencapai 6,4 persen (Kompas.com).
Mengantisipasi kemungkinan terburuk pada
ruas Jalan Raya Porong, Dinas Pekerjaan
Umum Propinsi Jawa Timur membuat jalur
alternatif Mojosari-Krian.
Peningkatan kapasitas jalan sangat Gambar 1.2 Layout Jembatan Ngrame II
diperlukan pada jalur alternatif ini yakni
dengan cara pelebaran jalan dan pembangunan
Konstruksi jembatan Ngrame II
jembatan. Kapasitas jalur alternatif ini belum
merupakan jembatan rangka baja yang saat ini
mampu menampung limpahan kendaraan dari
terdiri dari 5 bentang, dengan panjang masing
ruas Jalan Raya Porong jika sewaktu-waktu
– masing bentang 45 meter dengan lebar
jalan tersebut ditutup akibat luapan lumpur
jembatan 9 meter. Bangunan atas
lapindo. Di sepanjang jalur alternatif ini juga
menggunakan struktur rangka baja. Sedangkan
melintasi 11 aliran sungai sehingga perlu
bangunan bawah memakai pilar dengan kolom
dibangun banyak jembatan. Salah satunya
ganda dan menggunakan pondasi tiang
adalah Jembatan Ngrame II Mojosari-
pancang. Sebagai alternatif lain untuk
Mojokerto yang memiliki bentang 225 meter.
perencanaan Jembatan Ngrame II Mojosari-
Pada lokasi ini telah memiliki jembatan
Mojokerto berupa konstruksi Asymmetrical
dengan lebar 9 m Karena kapasitas
Cable-Stayed dengan two vertical planes
kendaraannya kurang maka perlu
system. Jembatan dibagi menjadi 2 bentang
pembangunan jembatan baru disebelahnya.
dengan panjang masing-masing bentang 160
Jembatan ini merupakan jembatan terpanjang
m dan 40 m serta lebar jalan diatas jembatan 7
dari 11 jembatan yang akan dibangun
meter. Stuktur Pylon dari beton bertulang yang
disepanjang jalur alternatif Mojosari-Krian.
terletak pada salah satu tepi sungai. Sedangkan
Lokasi jembatan Ngrame II akan ditampilkan
gelagar jembatan ini direncanakan dengan
pada gambar peta lokasi dan layout jembatan
menggunakan gelagar baja dan lantai
dibawah ini:
kendaraan dari elemen komposit antara pelat
baja gelombang (Compodeck) dengan beton
bertulang. Konstruksi eksisting dan desain
perencanaan modifikasi jembatan akan
Lokasi Jembatan
Ngrame II
ditampilkan pada gambar dibawah ini :
Kab. Mojokerto
M.A.B
M.A.N
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
20 200
2
dalam perkembangan terhadap dunia
konstruksi.
jembatan?
Gambar 1.5 Desain Lebar Rencana Jembatan 3. Bagaimana permodelan dan analisa
Ngrame II struktur dari jembatan ini?
4. Bagaimana perhitungan untuk bangunan
Dipilihnya Jembatan Cable-Stayed pada atas?
perencanaan ini adalah : 5. Bagaimana perencanaan bangunan
Dapat menopang bentang yang sangat bawah?
panjang sampai 2000 m dan proses 6. Bagaimana mengontrol pengaruh
ereksinya dengan cara kantilever bebas pelaksanaan terhadap struktur?
sehingga tidak mengganggu aktifitas di 7. Bagaimana mengontrol kestabilan
bawahnya. jembatan dengan analisa dinamis?
Membutuhkan material relatif lebih 8. Jenis pondasi apa yang paling sesuai
sedikit. untuk jembatan ini?
Indah dari segi arsitektural.
Jika dibandingkan dengan pemakaian 1.3 Maksud dan Tujuan
konstruksi rangka baja yang menggunakan Adapun maksud tugas akhir ini adalah
banyak pilar, pemakaian konstuksi cable- untuk mendesain kembali Jembatan Ngrame II
stayed akan mereduksi pemakaian 4 pilar Mojosari-Mojokerto dengan menggunakan
dengan 1 pylon pada jembatan ini. Sehingga konstruksi Asymmetrical Cable-Stayed dengan
dengan melihat posisi jembatan Ngrame II, two vertical planes system. Adapun tujuan dari
Pengerjaan Jembatan ini diuntungkan dengan penulisan tugas akhir ini adalah sebagai
pengerjaan konstruksi bangunan bawah yang berikut:
tidak berada di bawah permukaaan air dan
juga menghindarkan bangunan bawah terkena 1. Menentukan peraturan-peraturan
scouring akibat kegiatan penambangan pasir dipakai untuk perhitungan jembatan.
yang sering terjadi di daerah Mojokerto. 2. Memperhitungkan beban-beban yang
Sedangkan penggunaan two vertical planes dipikul oleh jembatan.
system akan menghasilkan gelagar yang lebih 3. Menentukan permodelan dan analisa
ramping dibandingkan dengan penggunaan struktur jembatan .
single planes dan asymmetrical planes system 4. Menghitung dan merencanakan
karena kekakuan torsi tidak diperhitungkan. bangunan atas.
5. Menghitung dan merencanakan
Dengan demikian timbul permasalahan bangunan bawah.
utama bagi penulis, yaitu bagaimana 6. Mengontrol pengaruh pelaksanaan
merancang Jembatan Ngrame II dengan terhadap struktur.
konstruksi Asymmetrical Cable-Stayed dengan 7. Mengontrol kestabilan jembatan dengan
two vertical planes system agar syarat analisa dinamis.
kekuatan maupun estetika terpenuhi. Sehingga 8. Menentukan jenis pondasi yang sesuai
kedepannya diharapkan Proyek Akhir ini untuk jembatan ini.
dapat memberikan kontribusi yang berarti
3
1.4 Batasan Masalah lain pada jembatan Mahakam II dan jembatan
Barito di Kalimantan (Herry Vazza 2004).
Keterbatasan waktu yang ada dan
banyaknya materi yang perlu dibahas dalam Konstruksi cable-stayed yaitu sebuah
penyusunan tugas akhir ini, maka perlu adanya sistem struktur yang terdiri dari dek ortotropic
batasan masalah. Dalam penyusunan tugas dan girder menerus yang diikat oleh incline
akhir ini permasalahan akan dibatasi sampai cable dan didistribusikan ke menara yang
dengan batasan-batasan, antara lain : terletak pada pilar utama (Troitsky 1977).
Prinsip dari jembatan ini adalah bahwa
1. Tidak menghitung biaya kontruksi
segmen-segmen gelagar yang menyusun lantai
jembatan.
kendaraan bertumpu kabel-kabel (O’Connor
2. Tidak merencanakan perkerasan jalan di
1971). Jembatan ini ekonomis dipakai pada
jembatan.
bentang utama antara 320-2600 ft atau 99-780
3. Tidak membahas teknik pelaksanaan
m. Tetapi pada teorinya, cable-stayed
pembuatan jembatan secara
mungkin memikul hingga 2000 m (Lin 2000).
keseluruhan.
4. Tidak merencanakan desain jalan Menurut O’Connor (1971), jembatan
pendekat (approach road). cable-stayed mempunyai ciri khas, seperti:
5. Tidak merencanakan blok anker dan Kabel terkekang lurus sehingga
abutment. kekakuan kabel lebih besar.
Kabel diangker pada gelagar jembatan
1.5 Manfaat yang mengkontribusi gaya tekan,
sehingga lantai kendaraan kaku.
Manfaat dari perencanaan jembatan
Proses pemasangan kabel jauh lebih
pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
mudah dibandingkan dengan jembatan
1. Sebagai solusi untuk memperlancar arus gantung.
lalu lintas pada ruas jalan alternatif Banyak variasi desain konfigurasi
Krian-Mojosari dan juga mengurangi kabel.
kemacetan pada ruas jalan raya Porong. Mempunyai kestabilan aerodinamis
2. Sebagai bahan rekomendasi dan yang baik pada saat pembangunannya.
evaluasi bagi instansi terkait dalam Karena tidak membutuhkan blok angker
pembangunan Jembatan Ngrame II seperti halnya jembatan gantung, maka
Mojosari-Mojokerto. cable-stayed lebih efektif dalam hal
kuantitas bahan, berat dan biaya.
BAB II Dapat didirikan dengan metode
TINJAUAN PUSTAKA balanced-cantilever sehingga
mempermudah pendirian terutama
diatas rintangan air.
2.1 Umum
Jembatan cable-stayed mempunyai
Seiring waktu, teknologi pembangunan elemen utama yang menyerupai jembatan
jembatan di Indonesia juga terus berkembang. gantung (kecuali blok angker) yaitu gelagar,
Secara garis besar ada dua teknologi kabel dan pylon pada superstructure serta
pembangunan jembatan saat ini yaitu Kabel abutmen dan pondasi pada substructure.
Baja (Strand) dan teknologi deck yang Dimana pylon sebagai struktur tekan, kabel
menggunakan komposit atau baja ringan. sebagai struktur tarik, sedangkan gelagar bisa
Teknologi kabel baja dapat dibedakan menjadi bersifat tekan ataupun tarik.
dua yaitu cable-stayed dan cable-suspension.
Teknik cable-stayed antara lain digunakan 2.2 Peraturan Terkait
pada jembatan Pasopati di Bandung dan
Suramadu di Jawa Timur yang telah selesai Standar perencanaan yang digunakan
dikerjakan. Sementara cable-suspension antara sebagai referensi Desain Jembatan
Asymmetrical Cable-Stayed Ngrame II
4
Mojosari-Mojokerto dengan Two Vertical baja maupun beton. Sedangkan pada
Planes System adalah : jembatan dengan konfigurasi dua
a. Bridge Management System (BMS kabel di tepi-tepi (double-plane),
1992) memungkinkan dipakainya gelagar
b. Standar Nasional Indonesia (RSNI T- yang lebih langsing, karena kekakuan
03-2005) “Perencanaan Struktur Baja torsi tidak diperhitungkan. Gelagar
Untuk Jembatan” yang lebih langsing lagi bahkan dapat
c. Standar Nasional Indonesia (RSNI T- dicapai dengan menggunakan
02-2005) “Standar Pembebanan Untuk konfigurasi tiga kabel (triple-plane),
Jembatan” sehingga material yang digunakan
d. Standar Nasional Indonesia (RSNI T- dapat direduksi sedemikian rupa.
12-2004) “Perencanaan Struktur Beton Selain itu, alasan ekonomis dan
untuk Jembatan” pertimbangan metode konstruksi
menjadi faktor yang tidak kalah
Standar perencanaan yang digunakan
penting.
untuk desain jembatan ini masih banyak yang
berupa rancangan. Ini dimaksudkan agar suatu
Konfigurasi kabel dan bentuk profil gelagar
saat jika rancangan standar perencanaan
ditampilkan pada gambar dan tabel dibawah
tersebut resmi dikeluarkan, para perencana
ini :
jembatan telah terbiasa dengan peraturan baru
tersebut.
5
pylon. Dalam arah memanjang, konfigurasi
Ada tiga kemungkinan material utama gelagar, kabel dapat dibagi menjadi empat (Walter &
yaitu: John 1999), yaitu :
1) Gelagar baja (Stell Deck) 1) Radiating
2) Gelagar Beton (Concrete Deck) 2) Harp
3) Gelagar Komposit (Composite Deck) 3) Fan
4) Star
Berdasarkan sifat struktur gelagar 2.5 Pylon
jembatan dibagi menjadi tiga jenis (Yogi dan Pemilihan bentuk pylon banyak
Andri 2008), yaitu : mempengaruhi nilai estetika, nilai ekonomis,
1. Beton Bertulang juga terhadap kekuatan statis dan dinamis dari
2. Dinding Penuh struktur jembatan. Pylon dapat terbuat dari
3. Rangka Batang konstrusi baja maupun beton. Bentuk pylon
Ada tiga kemungkinan sistem sendiri tergantung juga dari konfigurasi
konstruksi gelagar menurut Gimsing (1983), kabelnya. Troitsky (1977) mengklasifikasikan
yaitu : bentuk pylon, sebagai berikut :
a. Gelagar memiliki expansion joint pada 1) Trapezoidal Portal Frames
pylon dan terjepit dikedua tepinya. Hal 2) Twin towers
ini mengakibatkan gelagar sepenuhnya 3) A-frames
menerima tarik. N = 0 di pylon. 4) Single towers
b. Gelagar menerus dengan perletakan rol Seperti pada jembatan gantung, mula-
dikedua tepi dan salah satu pylon-nya. mula menara selalu berbentuk portal agar
Hal ini mengakibatkan gelagar dapat memikul gaya horisontal akibat angin
sepenuhnya menerima tekan. N = 0 yang dipindahkan kabel pada puncak menara.
tengah bentang utama. Akan tetapi kemudian terbukti bahwa gaya-
c. Gelagar menerus dengan perletakan rol gaya horisontal ini relatif tidak besar, sehingga
disemua tepi dan pylon-nya. Hal ini mulailah dipakai menara dengan bentuk single
mengakibatkan gelagar menerima tarik atau twin tower.
di tengah bentang utama dan tekan di
tepi bentang utama serta bentang
2.6 Konfigurasi Beban Layan
tepinya. N = 0 di perletakan akhir
bentang tepi. Beban yang bekerja pada struktur terdiri
dari beban mati (DL) atau berat sendiri
struktur, beban super imposed dead load
(a )
(SDL), beban hidup (LL) dan beban angin (W)
yang konfigurasinya sebagai berikut :
(b )
Tabel 2.3 Konfigurasi Service Load
Kasus Beban Gambar
(c )
1 DL + SDL + LLtepi
biaya struktur (Massie 2004). Kabel-kabel ini LL = Beban UDL Beban angin
6
2.7 Metode Pelaksanaan 3. Physiological effects, tanpa kerusakan
struktur akibat vibrasi oleh beban angin
Cara melakukan erection sangat
dan kendaraan, pengguna harus tetap
mempengaruhi model pembebanan struktur
nyaman.
jembatan. Pada saat pelaksanaan, ada 3 cara
yang umum dipakai : BAB III
METODOLOGI
2.7.1 Staging Method
MULAI
Dipakai apabila ruang bebas di bawah
jembatan rendah dan pemasangan penyokong
sementara akan mengganggu lalu lintas di Studi Literatur dan Data Awal
bawah jembatan. Keuntungannya adalah :
a. Teliti dalam mengikuti bentuk
geometrik dan tanjakan yang Preliminary Design :
dipersyaratkan pada erection. Konfigurasi & Dimensi Kabel, Dimensi Gelagar, Lantai
Kendaraan, Pylon, dan Metode Pelaksanaan
b. Biaya rendah pada ruang bebas yang
rendah.
7
BAB IV dengan tepi sungai sesuai dengan latar
PRELIMAINARY DESAIN belakang dipilihnya jembatan ini). Maka
bentang yang tersisa adalah 160 m sebagai
bentang terpanjang.
4.1 Konfigurasi Susunan Kabel
L 160 m
Konfigurasi kabel arah melintang n= 1 = = 0,80......n < 0,81(ok )
L 200 m
berupa Two Vertical Planes System,
sedangkan arah memanjang jembatan berupa Maka bentang jembatan diatas dipakai pada
Fan System. Plan design sebagai berikut : perencanaan jembatan ini. Rasio maksimum
Panjang bentang : antara panjang bentang terpanjang dengan
L = 2 l1 + l '+ CL panjang bentang total jembatan yang pernah
dibuat untuk jembatan cable-stayed dua
Dimana : bentang akan ditampilkan pada tabel berikut :
L = Panjang jembatan
l ' = Panjang bentang dalam Tabel 4.1 Rasio Panjang Bentang Jembatan
l1 = Panjang bentang samping Cable-stayed
CL = Closure
Rumus diatas dipakai jika jembatan
yang direncanakan berupa Symmetric Cable-
Stayed. Sedangkan untuk jembatan
Asymmetrical Cable-Stayed belum memiliki
cara estimasi awal untuk panjang bentang
jembatan. Apalagi kemampuan jembatan yang
didukung dengan adanya blok anker, maka
bentang yang dipikul akan lebih panjang. Jarak kabel pada gelagar (a) : gelagar
Dalam tugas akhir ini, perencanaan baja (15 m – 25 m) dan gelagar beton (5
akan didasarkan pada rasio maksimum antara m – 10 m).
panjang bentang terpanjang dengan panjang
a=
[(l − CL) / Py] = [(160− 0) / 1]
bentang total jembatan yang pernah dibuat.
Pada kasus ini, jembatan Batman di Australia
n 8
= 20 m .........
akan digunakan sebagai contoh dasar
15m ≤ a ≤ 25m (ok)
perencaaan jembatan Asymmetrical Cable-
Dimana :
Stayed.
a = Jarak angker kabel pada
gelagar
l = Panjang bentang tengah
Gambar 4.1 Batman Bridge, Australia n = Jumlah kabel
Py = Jumlah pylon
L1 210 m CL = Closure
Dengan rasio n = = = 0,81
L 260 m
Dimana : Tinggi Pylon (h) ≥ L/6 (Troitsky
L1 = Panjang bentang terpanjang 1977 hal 33)
L = Panjang bentang total 160m
h≥
Maka hasil diatas dapat digunakan 6
sebagai pembatas dalam perencanaan h ≥ 26,67 m
jembatan Asymmetrical Cable-Stayed Ngrame Atau
II Mojosari – Mojokerto. Misal direncanakan
panjang bentang terpendek 40 m (panjang h = 0,465x n x a (Troitsky 1977 hal
bentang diukur dari jarak terdekat pylon 181)
8
h = 0,465 x 8 x 20 = 74,4 m
Sedangkan Gimsing (1983)
memberikan perumusan yang berbeda
untuk jembatan cable-stayed dengan
Fan System yaitu :
0 %. 0.2
1.6
¾ Box girder
Menurut Podolny (1976) dalam Gambar 4.3 Preliminary box girder
bukunnya “Contruction & Design of
Cable-Stayed Bridges”, bahwa ¾ Ribs (rusuk-rusuk)
perbandingan tinggi gelagar dengan Jarak antar balok melintang sebesar
bentang jembatan bervariasi antara 1/40 5m
s/d 1/100. Gelagar melintang berupa profil baja
Tinggi box girder (h) : 1 L ≥ h ≥ 1 L WF :
40 100 L 5
Tinggi ribs (d) ≥ = = 0,416 m
» 1 1 12 12
x160m ≥ h ≥ x160m
40 100 Dipilih WF 450x200x8x12
» 4 m ≥ h ≥ 1,60 m
d = 446 mm bf = 199 mm r = 18
Dalam tugas akhir ini, tinggi box mm
girder direncanakan menggunakan tf = 12 mm tw = 8 mm w=
perbandingan 1/66. Perencanaan 66,2 kg/m
tersebut mengacu pada perencanaan Mutu baja WF : BJ-41 Î
jembatan Severin dijerman karena fy = 250 Mpa
memiliki banyak kesamaan pada desain fu = 410 Mpa
konstruksinya.
1 tf
h= x160m = 2,42m
66 d h tw
dipakai h = 2,40 m & b = 1,60 m
Mutu baja box girder : BJ-50 Î fy = 290 Mpa
fu = 500 Mpa
bf
Gambar 4.4 Profil WF
9
4.3 Dimensi Gelagar Melintang dan
Kantilever
¾ Gelagar melintang berupa profil baja
WF :
L 7
Tinggi balok (d) ≥ = = 0.77 m
9 9 M.A.B
M.A.N
Dipilih WF 800x300x14x26 :
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
20 200
d = 800 mm bf = 300 mm r = 28
mm Gambar 4.6 Konfigurasi kabel memanjang
tf = 26 mm tw = 14 mm w=
210 kg/m
2 12.5 2
+ 70.00
2
B + 68.00
3
+ 65.00
3
L 1,25
+ 56.00
3
6 6
+ 50.00
3
+ 47.00
Dipilih WF 300x150x5,5x8
d = 298 mm bf = 149 mm r = 13
mm
tf = 8 mm tw = 5.5 mm w =
32 kg/m
46.7
Krian Mojosari
C 0.3
L + 0.30
± 0.00
1.4 1.4 1.4 1.4 1.4
2.4
- 2.40
6.8
- 9.20
1 - 10.20
3 13.7 3
10
ijin sebesar 0,7fu. Pada tugas akhir ini, Kabel Wλ = Berat gelagar memanjang box per
akan diberi simbol sebagai berikut untuk kabel
bentang terpendek diberi simbol “s” dan W = box tb.30mm + plate tb.18mm +
bentang terpanjang diberi simbol “m”. plat tb.12mm
Penomoran kabel dimulai dari dekat pylon dan = (0,23646x77) +
dilanjutkan menuju tengah untuk bentang [(1,2036x0,018/1,5m) +
tengah (m1 sampai m7) dan untuk bentang (0,36x0,012/1,5m)] 77
tepi (s1 sampai s7). Berikut adalah dimensi = 19,54 kN/m
kabel dan anker dari VSL :
Kabel miring akan mengalami lenturan
yang berbentuk parabola dengan gaya aksial
tarik T, sehingga kabel mengalami pergeseran
Tabel 4.3 Dimensi anker VSL
sudut. Sudut kemiringan optimum kabel
terluar adalah 45º, namun masih dapat
divariasikan dalam batas yang dapat diterima
(reasonable limits), yaitu antara 25º - 65º
(Troitsky, 1977).
- Berat gelagar box pada bentang
tengah 20 m
Wλ = 19,54 x 20 x 1,1 = 429,88 kN
Dimensi awal kabel didekati dengan
persamaan berikut (Gimsing, 1983): - P = Berat pada reaksi perletakan balok
melintang per-5 m termasuk beban
mati dan beban hidup yang diperoleh
dari analisa SAP2000 :
m7
m6 s7
s6
m5 s5
m4 s4
- asumsi Pangker = 5 kN
?i
?i
c
?a
- γstrand = 77 kN/m3
ai b
11
Tabel 4.4 Perhitungan jumlah strand kabel
tanpa blok anker
No. of θi ai Wλ+P Asc 0 n npakai Asc
Cable ( o) (m) (kN) (mm2) kabel kabel (mm2)
m1 67 20 3129 2619,38 18,71 19 2660 Ts8
12
Hasil dari preliminary desain pylon
dipresentasikan pada gambar berikut ini : 0,75 kN/m
4 2 12.5 2
+ 70.00
+ 70.00
2
+ 68.00 1.5
6.5 A
+ 63.50
3
3
+ 65.00
1.5
2,3 mm
6 A 3
+ 62.00
Detail A
0,75 kN/m
+ 59.00
+ 57.50 3
+ 56.00
6 3
+ 53.00
+ 51.50 3
+ 50.00
2
3
+ 47.00
do = 60,5 mm
2
Detail B
Krian Mojosari
C 0.3
L + 0.30
B ± 0.00
- 2.50
1.4 1.4 1.4 1.4 1.4
2.4
- 2.40
- Berat pipa (q) = 3,3 kg/m
- Tebal pipa (t) = 3 mm
2.55 8.6 2.55
6.7 6.8
B
- Mutu baja = BJ 41
- 9.20 - 9.20
1 1
- 10.20 - 10.20
6 3 13.7 3
SEKUNDER
taspal = 50 mm taspal = 50 mm
Cover = 45 mm
155 mm ts = 200 mm
hcomp = 52 mm
tcomp = 1.0 mm
Gelagar Ribs
2.4 Tiang Sandaran
q D = 3,30 kg/m
q L = 0,75 kN/m 1.4 m 1.4 m
13
BAB VI
Box t = 50 mm
GELAGAR MEMANJANG
0.2
0.35
Plat t = 12 mm
Plat t = 18 mm
1.8
Data perencanaan sebagai berikut : 0.35
D16-200mm 0.2
Aspal D16-100mm Ø12-100mm
taspal = 50 mm taspal = 50 mm 0.2 0.4 0.4 0.2
Cover = 45 mm
ts = 200 mm
155 mm
hcomp = 52 mm
1.2
tcomp = 1.0 mm
Gelagar Ribs
BAB VII
Gambar 6.2 Potongan Melintang Gelagar
GELAGAR MELINTANG
Ribs
hcomp = 52 mm
γbeton = 24 kN/m3
γaspal = 22 kN/m3
Gelagar Ribs
γbaja = 77 kN/m3
γcomp = 10,34 kg/m2
Decking = 45 mm Gelagar Melintang
tcomp = 1,0 mm
Acomp = 1269,7 mm2/m
Gambar 7.2 Potongan Gelagar Melintang
6.2 Gelagar Box (Box Girder)
Data perencanaan sebagai berikut : Beton bertulang : fc’ = 25 Mpa ; fy = 400 Mpa
Profil baja box: BJ-50 Î fy = 290 Mpa ; fu = Pelat compodeck : fyc = 550 Mpa
500 Mpa Profil baja : BJ-41 Î fy = 250 Mpa ; fu = 410
γbeton = 24 kN/m3 Mpa
γaspal = 22 kN/m3 WF 900.300.15.23 : W = 213 kg/m = 2,13
γbaja = 77 kN/m3 kN/m
Mutu baut : fu = 500 Mpa γbeton = 24 kN/m3
Box girder 1800x1200x50x50 γaspal = 22 kN/m3
γbaja = 77 kN/m3
γcomp = 10,34 kg/m2
Decking = 45 mm
tcomp = 1,0 mm
Acomp = 1269,7 mm2/m
14
7.2 Gelagar Kantilever kendaraan, gelagar memanjang, melintang,
Data perencanaan sebagai berikut : beban tambahan dan beban hidup dari
Gelagar diasumsikan sebagai continous berbagai konfigurasi beban untuk selanjutnya
beam. disalurkan ke struktur pylon.
WF 250.125.6.9
Baut & Las
10.1 Data Perencanaan
Ada dua jenis kabel pararel VSL 7-wire
Gelagar Melintang
strand yang biasa digunakan untuk konstruksi
Box Girder jembatan kabel yaitu:
Tabel 10.1 Jenis kabel dan angker
ASTM A
Euronorme
Standard 416-74 grade
138-79
270
∅ (mm) 15,2 15,7
2
As (mm ) 140 150
Gambar 7.21 Potongan Gelagar Kantilever
fu (fijin = 0,7 fu)
Beton bertulang : fc’ = 25 Mpa ; fy = 400 Mpa 1860 (1302) 1770 (1239)
(MPa)
Pelat compodeck : fyc = 550 Mpa Ukuran 7, 12, 19, 31, 37, 61, dan 91
Profil baja : BJ-41 Î fy = 250 Mpa ; fu = 410 angker strand
Mpa
Dalam perencanaan ini akan digunakan
WF 250.125.6.9 : W = 29,6 kg/m = 0,296
kabel tipe 1 (15,2 mm; 1860 Mpa seperti yang
kN/m
disyaratkan pada RSNI T-03-2005 yaitu mutu
γbeton = 24 kN/m3 kabel yang digunakan memiliki tegangan
γaspal = 22 kN/m3 putus minimal 1800 Mpa dan dengan tegangan
γbaja = 77 kN/m3 ijin sebesar 0,7fu. Kabel akan diberi simbol
γcomp = 10,34 kg/m2 sebagai berikut :
Decking = 45 mm
tcomp = 1,0 mm
Acomp = 1269,7 mm2/m s7
s6
s5
s4
s3
m7 m6 m5 m4 m3 m2 m1 s1 s2
BAB VIII
METODE PELAKSANAAN
M.A.B
M.A.N
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
20 200
15
tersebut dengan fitur unknown load factors 70D32
0,01 m. Artinya, lantai kendaraan boleh Gambar 11.10 Desain tulangan pada pylon
melendut maksimal ±0,01 m pada
kondisi final setelah dilakukan
11.2 Analisa Penampang Balok BA
stressing.
Tul. Lentur : 30 - D32
3) Juga ditentukan beban apa saja
yang ikut mempengaruhi kondisi final Tul. Geser : 2D16 - 200
sebelum diberi beban hidup. Beban-
beban yang bekerja adalah beban mati 11.3 Analisa Penampang Balok BB
(berat sendiri lantai kendaraan) dan
Tul. Lentur : 80 - D32
beban superimpose.
4) Data yang diperlukan program Tul. Geser : 4D16 - 100
sudah cukup dan dapat dilakukan
iterasi. Program melakukan iterasi pada 11.4 Perletakan
gaya tarik yang telah diberikan Kekerasan durometer IRHD : 70
sebelumnya yaitu 1 kN, hingga tercapai Modulus geser (G) : 1,2 MPa
batasan yang juga telah diberikan yaitu Modulus keseluruhan : 2000 MPa
±0,01 m pada lantai kendaraan. Dimensi (a x b x t): 600 x 600 x 97 mm
5) Output yang dihasilkan Tebal selimut atas + bawah (tc) : 12 mm
program adalah load factor untuk Tebal selimut sisi (tsc) : 10 mm
masing-masing kabel. Jadi, gaya tarik 1 Tebal karet dalam (t1) : 4@15 mm
kN di atas diberi load factor oleh Tebal pelat baja (ts) : 5@5 mm
program hasil dari iterasi. Hal ini Kekakuan rotasi (Krn) : 18887 kNm/rad
berhubungan dengan fitur yang dimiliki 60
program MIDAS/Civil yaitu unknown
load factors calculation.
BAB XI 60
16
BAB XII
PONDASI 1.8 Hasil Analisa
ΣP Mx.Yi My.xi
Pi = ± ±
Pondasi merupakan bangunan perantara
untuk meneruskan beban bagian atas dan
n ∑
Yi 2 xi 2 ∑
gaya-gaya yang bekerja pada pondasi tersebut Dimana :
ketanah pendukung di bawahnya. Pi = Total beban yang bekerja pada tiang
Adapun data-data dalam perencanaan pondasi yang ditinjau
adalah : Y1 = jarak tiang yang ditinjau dalam arah
Dimensi bor pile (D) = 140 cm y
Luas bor pile (Ap) = ¼.π.D2 = 1,539 mm2 xi = jarak tiang yang ditinjau dalam arah
Keliling bor pile (As) = π.D = 4,40 m x
Σ xi2= jumlah kuadrat jarak tiang pancang
1.6 Daya Dukung Tanah dalam arah x
Σ y1 2 = jumlah kuadrat jarak tiang
Daya dukung ijin pondasi dalam
pancang dalam arah y
dihitung berdasarkan data nilai SPT dari hasil
Hy
boring dengan menggunakan metode
Meyerhoff yang telah dimodifikasi oleh Y My
WIKA dan dengan faktor keamanan 2.
⎛ N × As ⎞ Qu
1 2 3 4 5 6 7 8
Qu = 40 × N × Ap + ⎜⎜ ⎟ ; Qd =
⎟
⎝ 5 ⎠ SF 9 10 11 12 13 14 15 16
Hx X
17 18 19 20 21 22 23 24 18.4
Group) 33 34 35 36 37 38 39 40
17