Anda di halaman 1dari 48

SEHAT JIWA PADA IBU HAMIL

Diagnosis Keperawatan : Kesiapan Peningkatan Perkembangan Ibu Hamil


Definisi : adanya janin dalam rahim seorang perempuan sebagi hasil konsepsi yang
berlangsung sejak peristiwa tertanamnya hasil konsepsi pada dinding endometrium di
dalam uterus sampai lahirnya janin. Pada masa ini seorang ibu belajar untuk memahami
dan memberikan respon yang positif terhadap perubahan fisiologis, psikologis dan
sosial selama usia kehamilannya.

Tanda dan Gejala/ Respon/Faktor Protektif :


Trimester I
a. Kognitif
Subjektif : Segera melakukan test kehamilan dengan segera
Objektif : -
b. Afektif
Subjektif : Merasa bahagia dengan kehamilan, merasakan perasaan yang berubah –
ubah dari waktu ke waktu, merasa nyaman dan bahagia bila disentuh,dibelai dan
disayangi oleh suami.
Objektif : -
c. Fisiologis
Subjektif : Tidak menstruasi, mual dan muntah di pagi hari, cepat lelah dan
mengantuk, sering buang air kecil, payudara terasa penuh, nyeri tekan, gatal pada
putting, tidak menyukai bau makanan tertentu, lidah terasa pahit, produksi air
ludah meningkat, cepat basah pada area kewanitaan, dan berat badan cenderung
menurun, merasakan perubahan nafsu makan, cepat lelah dan mengantuk.
Objektif : Areola menghitam
d. Moral dan Spiritual
Subjektif : Memberitahukan kabar kehamilan pada suami, keluarga dan tetangga,
ingin selalu diperhatikan oleh suami dan keluarga, ingin selalu bersama dengan
suami
Objektif : -
e. Perilaku dan Kepribadian
Subjektif : Berusaha menenangkan diri bila mengalami perubahan perasaan

Trimester II
a. Kognitif
Subjektif : Takut jika suami pergi/meninggalkan rumah dalam waktu relative lama
Objektif : -
b. Afektif
Subjektif : Merasa senang dan bahagia dengan gerakan janin
Objektif : -
c. Fisiologis
Subjektif : Mulai merasakan gerakan janin, ngidam makanan / hal lain, berat badan
naik rata-rata 2,5 kg per minggu
Objektif : Perut mulai kelihatan buncit
d. Moral dan Spiritual
Subjektif : Merasakan ada ikatan dengan janin, merasakan bahwa janin bisa
mendengar, melihat dan merasakan apa yang dilakukan oleh ibu, sering
memimpikan bayi, sering mengajak janin bicara dan mengenalkan suara orang
terdekat
Objektif : -
e. Sosial
Subjektif : Menjalin hubungan dengan ibu lain untuk mencari pengalaman dan
dukungan, merasa nyaman dan bangga bila memakai baju hamil, merasa lebih
tergantung dengan suami
Objektif : -

Trimester III
a. Kognitif
Subjektif : Memikirkan dan memutuskan tempat alternatif untuk melahirkan
(Bidan, puskesmas, RS, RB) Objektif : -
b. Afektif
Subjektif : Mulai merasakan ketidaknyamanan pada tubuh: sesak, kaki bengkak,
mudah lelah, kram kaki, merasa antusias menyambut kehadiran calon bayi
c. Fisiologis
Subjektif : Merasa kepanasan,mudah berkeringat, sering berkemih, sesak nafas,
mudah lelah, kram kaki
Objektif : Keluar cairan kuning dari puting susu, kaki bengkak
d. Moral dan Spiritual
Subjektif : Membayangkan hari – hari yang akan dijalani terkait dengan kehamilan
dan kelahiran dengan gembira
Objektif : Mempersiapkan segala kebutuhan bayi baik material maupun spiritual
(nama terbaik, tempat melahirkan, upacara kelahiran, perlengkapan bayi dan ibu dll)
e. Perilaku dan Kepribadian
Subjektif : Berusaha mencari informasi dari banyak sumber tentang kehamilan,
kelahiran dan janin ( tenaga kesehatan, ibu lain)
Objektif : Berhati-hati dalam berpikir, perkataan, dan perbuatan.

Tujuan Asuhan Keperawatan :


Tindakan Mandiri
a. Kognitif :
Pasien mampu memahami karakteristik perkembangan yang normal pada ibu hamil,
pasien mampu memahami karakeristik perkembangan yang menyimpang pada ibu
hamil, pasien mampu memahami cara menyesuaikan diri terhadap perubahan
biologis, psikologis dan sosial selama masa kehamilan.
b. Afektif :
Pasien merasa bahagia dan menerima kehamilannya.

c. Psikomotor :
Pasien mampu melakukan tindakan yang mendukung pertumbuhan dan
perkembangan janinnya.
Tindakan Keluarga
a. Kognitif :
Keluarga mampu mengenal perilaku yang menggambarkan perkembangan
ibu hamil yang normal, keluarga mampu mengenal perilaku yang
menggambarkan perkembangan ibu hamil yang menyimpang.
b. Afektif :
Keluarga mampu memotivasi ibu hamil untuk melakukan pemerikasaan
kesehatan selama kehamilan.
c. Psikomotor :
Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan
pemerikasaan kesehatan selama hamil dan proses persalinan.
Tindakan Kolaborasi
a. Kognitif :
Mampu menggambarkan perkembangan ibu hamil yang normal, mampu
menggambarkan perkembangan ibu hamil yang menyimpang.
b. Afektif :
Mampu memotivasi ibu hamil untuk melakukan pemerikasaan kesehatan
selama kehamilan.
c. Psikomotor :
Memfasilitasi ibu hamil untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk
melakukan pemerikasaan kesehatan selama hamil dan proses persalinan

Tindakan Keperawatan :
Tindakan Mandiri
a. Diskusikan tentang karakteristik perkembangan yang normal yang dialami
selama kehamilan.
b. Diskusikan tentang karakteristik perkembangan yang menyimpang yang
dialami selama kehamilan.
c. Diskusikan tentang perkembangan biologis, psikologis, dan sosial pada
kehamilan.
d. Diskusikan tentang cara mencapai pertumbuhan dan perkembangan janin yang
normal:
1) Trimester I :
Menyentuh/ mengelus perut, berusaha bersikap tenang saat mengetahui
kepastian kehamilan, menghindari stress, mulai mengajak janin berbicara, banyak
berdoa, meditasi atau ibadah lain, berusaha memenuhi kebutuhan gizi janin,
makan sedikit tapi sering, melakukan kegiatan yang menmyenangkan, selalu
berpikir positif (berbaik sangka terhadap segala sesuatu yang terjadi).
2) Trimester II :
Mengajak janin berbicara lebih sering sambil mengelus perut ibu, kenalkan suara
orang-orang di sekitar (ayah, kakak, nenek, kakek) secara teratur, mendengar
musik yang lembut, memperdengarkan bacaan kitab suci, tetap menjaga
keseimbangan emosi, tidak mudah marah atau sedih, menghindari berkata dan
berbuat negative, meyakini ada ikatan dengan janin, merespon gerakan janin
dengan mengusap, menekan dan sedikit menggoyang perut.
3) Trimester III :
Lakukan semua tindakan yang dilakukan pada tiga bulan kedua, sering jalan
pagi / olahraga ringan, senam hamil, mengenalkan lingkungan sambil mengajak
janin berbicara, kenalkan janin dengan cahaya : menyenter / mengarahkan
lampu ke perut ibu, makan makanan yang bervariasi rasanya, melakukan
setiap kegiatan dengan hati yang tenang, senang dan ikhlas, lebih sering
melakukan latihan relaksasi, hindari rokok dan alkohol.

Edukasi Pasien dan Keluarga :


a. Jelaskan kepada keluarga tentang perkembangan ibu hamil yang normal.
b. Jelaskan kepada keluarga tentang perkembangan ibu hamil yang menyimpang.
c. Diskusikan dengan keluarga tentang cara memfasilitasi perkembangan
psikososial ibu hamil.
d. Diskusikan dengan keluarga tentang pemerikasaan kesehatan selama
kehamilan
e. Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat
digunakan untuk melakukan pemerikasaan kesehatan selama kehamilan dan proses
persalinan.

Tindakan Kolaborasi
a. Memantau perkembangan kehamilan yang normal
b. Memantau penyimpangan perkembangan kehamilan
c. Melakukan pemeriksaan kehamilan
d. Merujuk kasus kehamilan bila ada indikasi tindakan medis
e. Libatkan dalam kegiatan kelompok

SEHAT JIWA PADA BAYI


Diagnosis keperawatan : Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Bayi
Pengertian :
Kesiapan peningkatan perkembangan usia bayi adalah tahap perkembangan bayi usia 0-
18 bulan dimana pada usia ini bayi belajar mengembangkan rasa percaya atau tidak
percaya terhadap orang lain. Perkembangan psikososial bayi yang normal adalah proses
perkembangan yang ditandai dengan pemupukan rasa percaya terhadap orang lain, diawali
dengan rasa percaya terhadap orang tua terutama ibu.

Tanda dan Gejala :


Usia 0 – 6 bulan
a. Mengangkat kepala.
b. Membalikkan badan dari telentang ke telungkup sampai anak dapat
membalikkan badannya sendiri.
c. Menggenggam benda.
d. Mengoceh dan memberi reaksi terhadap suara.
e. Menengok ke arah sumber suara.
f. Menangis saat merasa tidak nyaman (basah, lapar, haus, sakit dan gerah
(kepanasan cuaca)

Usia 6 – 12 bulan
a. Merangkak, berdiri, berjalan dengan berpegangan dan latihan berjalan sendiri.
b. Membungkukkan badan tanpa berpegangan.
c. Tertawa/berteriak gembira bila melihat benda yang menarik.
d. Mengucapkan perkataan yang terdiri dari 2 suku kata yang sama.
e. Memperhatikan/memandang wajah ibu/orang yang mengajak bicara.
f. Senang diajak bicara dan bermain, berbahagia dipeluk dan dicium.
g. Menangis saat merasa tidak nyaman (basah, lapar, haus, sakit dan gerah
(kepanasan cuaca).
h. Menangis saat digendong orang yang tidak dikenalnya, menolak saat akan
digendong orang yang tidak dikenal

Usia 12 – 18 bulan
a. Berjalan mundur, menangkap bola, menendang bola, berjalan naik turun tangga.
b. Anak dapat menumpuk balok.
c. Menyebutkan nama bagian tubuh.
d. Mengucapkan perkataan yang terdiri dari 2 suku kata
e. Memperhatikan/memandang wajah ibu/orang yang mengajak bicara.
f. Senang diajak bicara dan bermain, berbahagia dipeluk dan dicium.
g. Menangis saat merasa tidak nyaman (basah, lapar, haus, sakit dan gerah
(kepanasan cuaca)
h. Menangis saat digendong orang yang tidak dikenalnya, menolak saat akan
digendong orang yang tidak dikenal.

Tujuan Tindakan Keperawatan :


Kognitif :
a. Bayi mampu mengembangkan kemampuan berbicara/berbahasa.
b. Bayi mampu berespon terhadap bunyi atau suara.
c. Bayi mampu mengenal dan membedakan orang-orang disekitarnya
Psikomotor :
a. Bayi mampu mengembangkan kemampuan motoriknya
Afektif :
a. Bayi mampu mengekspresikan perasaan sebagai respon terhadap stimulus.

Tindakan Keperawatan :
Tindakan Keperawatan Individu
Usia 0 – 6 bulan
1. Latih bayi untuk mengangkat kepala
2. Latih bayi untuk membalikkan badan dari telentang ke telungkup sampai bayi dapat
membalikkan badannya sendiri
3. Latih bayi untuk menggenggam benda/mainan
4. Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi menangis
5. Penuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit)
6. Beri selimut saat bayi kedingingan
7. Ajak bayi untuk berbicara
8. Panggil bayi sesuai dengan namanya
9. Ajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan benda, memperlihatkan benda
berwarna menarik, benda berbunyi).

Usia 6 – 12 bulan
1. Latih bayi untuk merangkak, berdiri, berjalan dengan berpegangan dan berjalan
sendiri.
2. Latih bayi untuk membungkukkan badan tanpa berpegangan
3. Latih bayi untuk mengucapkan perkataan yang terdiri dari 2 suku kata yang sama
4. Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi menangis.
5. Penuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit).
6. Beri selimut saat bayi kedingingan.
7. Ajak bayi untuk berbicara.
8. Panggil bayi sesuai dengan namanya.
9. Ajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan benda, memperlihatkan benda
berwarna menarik, benda berbunyi).

Usia12 – 18 bulan
1. Latih bayi berjalan mundur, menangkap bola, menendang bola, dan berjalan
naik turun tangga
2. Latih bayi untuk menumpuk balok
3. Latih bayi untuk menyebutkan nama-nama bagian tubuhnya
4. Latih bayi untuk mengucapkan perkataan yang terdiri dari 2 suku kata
5. Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi menangis
6. Penuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit)
7. Beri selimut saat bayi kedingingan
8. Ajak bayi untuk berbicara
9. Panggil bayi sesuai dengan namanya.
10. Ajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan benda, memperlihatkan benda
berwarna menarik, benda berbunyi)

Tindakan Keperawatan Keluarga :


a. Informasikan tentang tahap perkembangan yang harus dicapai anak usia infant.
b. Informasikan pada keluarga mengenai cara yang dapat dilakukan untuk
memfasilitasi rasa percaya diri bayi.
c. Diskusikan dengan keluarga mengenai cara yang akan digunakan keluarga untuk
menstimulasi rasa percaya diri bayi.
d. Latih keluarga mengenai metode tersebut dan dampingi saat keluarga
melakukannya pada anak.
e. Bersama keluarga susun tindakan yang akan dilakukan dalam melatih rasa percaya
diri bayi.

Tindakan Kolaborasi :
a. Lakukan penilaian kemampuan bayi bersama kader.
b. Bekerja sama dengan perawat komunitas terkait tumbuh kembang bayi.

SEHAT JIWA PADA ANAK TODDLER

Diagnosis Keperawatan : Kesiapan Peningkatan Perkembangan Anak Usia Toddler


Pengertian :
Tahap perkembangan anak usia 18-36 bulan dimana pada usia ini anak belajar melatih
kemandiriannya untuk melakukan tindakan biasanya dicirikan anak mengeksplor
lingkungan sekitar. Jika anak tidak mampu mencapai tugas perkembangan pada masa ini
anak akan cenderung kurang percaya diri.

Tanda dan Gejala :


Mayor
a. Subjektif
1. Anak mengenal dan menyebutkan namanya sendiri.
2. Anak sering menggunakan kata “jangan/tidak/nggak”
b. Objektif
1. Anak banyak bertanya tentang hal baru/benda asing
2. Anak melakukan kegiatan sendiri
3. Anak mulai bermain dan berkomunikasi dengan orang diluar keluarga
4. Anak hanya sebentar mau berpisah dengan orang tua

Minor
a. Subjektif
1. Anak banyak bertanya tentang hal baru/benda asing.
2. Anak melakukan kegiatan sendiri.
3. Anak mulai bermain dan berkomunikasi dengan orang diluar keluarga.

b. Objektif
1. Anak hanya sebentar mau berpisah dengan orang tua.
2. Anak menunjukkan rasa suka dan tidak suka.
3. Anak mulai mengikuti kegiatan keagamaan yang dilakukan keluarga.

Tujuan Asuhan Keperawatan :


Kognitif :
a. Anak mampu mengenal dan menyebutkan nama.
b. Anak mampu mengembangkan kemampuan komunikasi
Psikomotor :
a. Anak mampu mengembangkan kemampuan motorik kasar dan halus.
b. Anak mampu melakukan kegiatan sendiri
Afektif :
a. Anak mampu menunjukkan rasa suka dan tidak suka.
b. Anak mampu melakukan kegiatan keagamaan bersama keluarga

Tindakan Keperawatan :
Tindakan Individu
a. Latih anak untuk melakukan kegiatan rumah secara mandiri.
b. Puji keberhasilan anak.
c. Hindari gunakan kata perintah dan suasana yang membuat anak bersikap negatif.
d. Berikan mainan sesuai perkembangan.
e. Latih anak mengenal tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan f. Libatkan anak
dalam kegiatan keagamaan

Tindakan Keluarga :
a. Mengkaji pemahaman keluarga tentang perkembangan anak dan
menjelaskan perkembangan psikososial anak toddler yang harus dicapai dan yang
menyimpang serta menjelaskan cara yang dapat dilakukan keluarga untuk
meningkatkan perkembangan anak.
b. Diskusikan tindakan yang dapat dilakukan keluarga untuk meningkatkan
perkembangan psikosisal anak
c. Diskusikan tindakan yang dapat dilakukan keluarga pada anak jika ditemukan
tanda dan gejela yang menyimpang.

Tindakan Kelompok :
Memberikan pendidikan kesehatan mengenai perkembangan dan cara melatih anak
mengembangkan kemampuan psikososial anak usia toddler.

Tindakan Kolaborasi :
a. Melakukan penilaian kemampuan bersama kader.
b. Bekerjasama dengan perawat komunitas di puskesmas mengenai perkembangan anak
toddler.

SEHAT JIWA PADA ANAK PRA SEKOLAH

Diagnosa Keperawatan : Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Anak pra sekolah


Pengertian :
Anak Usia Pra Sekolah adalah anak usia 3-6 tahun dimana anak akan belajar berinteraksi
dengan orang lain, berfantasi, dan berinisiatif. Anak juga akan mengenal identitas diri
(jenis kelamin) dan meniru orang disekitarnya.

Protektor :
a. Mengkhayal dan kreatif
b. Memiliki Inisiatif bermain dengan alat-alat rumah tangga
c. Memahami hal yang benar dan salah
d. Mengenal berbagai warna
e. Mengenal jenis kelamin
f. Membantu melakukan pekerjaan rumah sederhana
g. Belajar ketrampilan baru melalui permainan
h. Belajar merangkai kata dan kalimat
i. Mudah berpisah dengan orang tua
j. Suka bermain dengan teman sebaya.

Tanda dan gejala :


Mayor
a. Subjektif :
Sering bertanya, membaca, mengungkapkan keinginan, menyebutkan nama dan jenis
kelaminnya, menyebutkan nama benda dan fungsinya, mengetahui warna, senang,
gembira, cemas ringan, marah wajar, percaya diri, berani
b. Objektif :
Berjalan di papan titian, berlari, bermain lompat tali, lompat karung, mengerjakan
pekerjaan rumah, mengikuti kegiatan agama
Minor
a. Subjektif : -
b. Objektif : Menggambar, menulis tegak bersambung, menggambar dan menggunting
pola.

Tujuan Asuhan Keperawatan :


Kognitif :
a. Pasien memiliki inisiatif bermain pada alat-alat rumah tangga.
b. Pasien mampu menciptakan kreativitas dan senang berkhayal.
c. Pasien mampu memahami perbedaan benar dan salah
d. Pasien mampu mengenal jenis kelamin
e. Pasien mampu mengenal beberapa warna
f. Pasien mampu merangkai kata dan kalimat
Psikomotor :
a. Pasien mampu mempertahankan kesehatan fisik.
b. Pasien mampu melakukan kegiatan fisik sesuai usianya.
c. Pasien mampu membantu pekerjaan rumah tangga yang sederhana.
d. Pasien mampu melakukan permainan yang diajarkan.
Afektif :
a. Pasien senang bermain dengan teman sebaya.
b. Pasien mengekspresikan rasa senang, sedih, marah secara wajar

Tindakan Keperawatan :
Tindakan mandiri
a. Kaji perkembangan psikososial anak pada masa anak bayi dan toddler.
b. Kaji pemenuhan kebutuhan fisik: ajarkan kebersihan diri
c. Bantu anak mengembangkan ketrampilan motorik: bermain dengan melibatkan
aktivitas fisik, ciptakan lingkungan yang aman bagi anak
d. Latih anak mengembangkan ketrampilan bahasa: ajak anak berkomunikasi, ajari
anak membaca
e. Latih anak mengembangkan ketrampilan psikososial: motivasi anak untuk bermain
dengan teman sebaya dan mengikuti perlombaan.
f. Latih anak memahami identitas dan peran sesuai jenis kelamin: Ajari anak
mengenal bagian tubuh dan fungsinya, ajari anak mengenal perbedaan jenis kelamin.
g. Bantu anak mengembangkan kecerdasan: bantu anak menggali kreatifitasnya,
bombing anak mengembangkan ketrampilan baru, latih anak mengenal huruf, angka,
warna dan benda, serta latih anak membaca, menggambar dan berhitung.
h. Bantu anak mengenal dan memahami nilai moral: terapkan nilai agama dan budaya
positif pada anak, latih kedisiplinan pada anak.
i. Beri pujian pada pencapaian anak terhadap tugas rumah/tugas sekolah

Edukasi pasien dan keluarga :


a. Jelaskan kepada keluarga tentang perkembangan anak pra sekolah yang normal dan
menyimpang.
b. Diskusikan dengan keluarga mengenai cara memfasilitasi perkembangan
psikososial anak pra sekolah yang normal.
c. Latih keluarga untuk memfasilitasi perkembangan psikososial anak pra sekolah yang
normal.

Tindakan kolaborasi :
a. Kader mampu memahami perilaku yang menggambarkan perkembangan anak pra
sekolah yang normal dan menyimpang.
b. Kader mampu memahami cara menstimulasi perkembangan anak pra sekolah.
c. Kader mampu mendemonstrasikan tindakan untuk menstimulasi perkembangan anak
pra sekolah.
d. Kader mampu merencanakan cara menstimulasi perkembangan anak pra sekolah.
SEHAT JIWA PADA ANAK USIA SEKOLAH

Diagnosa Keperawatan : Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Anak sekolah.


Pengertian :
Anak Usia Sekolah adalah anak dalam rentang usia 6 – 12 tahun. Pekembangan
kemampuan psikososial anak usia sekolah adalah kemampuan menghasilkan karya,
berinteraksi dan berprestasi dalam belajar berdasarkan kemampuan diri sendiri.

Protektor
a. Mengenal mata uang
b. Mengetahui nama benda dan fungsinya
c. Mengetahui sebab akibat
d. Menulis tulisan sambung
e. Menyelesaikan kegiatan sederhana
f. Memiliki hobi yang melibatkan fisik (naik sepeda, menggambar dll)
g. Menggunting kertas mengikuti pola
h. Menyebutkan nama dan hal lain mengenai dirinya
i. Menceritakan kembali cerita pendek
j. Berkomunikasi dengan orang lain
k. Mempunyai rasa bersaing (kompetisi),
l. Ikut berperan dalam kegiatan kelompok di lingkungan rumah maupun sekolah
m. Senang berkelompok dengan teman sebaya
n. Memiliki teman karib

Tanda dan gejala :


Mayor
a. Subjektif :
Menyebutkan nama dan jenis kelamin, menjelaskan nama dan fungsi benda, membaca
doa, mengungkapkan perasaan marah, senang, takut dan sedih, menyampaikan
pendapat dan keinginan, puas dengan keberhasilan, menceritakan kebaikan,
mengungkapkan kesalahan.
b. Objektif :
Lompat tali, bermain engklek, menangkap dan melempar bola.
Minor
a. Subjektif :
Mengekspresikan kemarahan, menunjukkan perasaan marah, senang, takut dan sedih.
b. Objektif :
Menggambar, menulis tegak bersambung, menggambar dan menggunting pola.

Tujuan Asuhan Keperawatan :


Kognitif :
a. Pasien mampu mengembangkan kecerdasan.
b. Pasien mampu memahami nilai-nilai moral.
c. Pasien mampu mempelajari hal-hal baru.
d. Pasien mampu beradaptasi secara psikososial.
e. Pasien memiliki rasa bersaing.
f. Pasien mampu menyelesaikan tugas sekolah.
g. Pasien memahami nilai mata uang.
h. Pasien memiliki peran dalam kegiatan kelompok
Psikomotor :
a. Pasien mempertahankan kesehatan fisik.
b. Pasien mampu melakukan kegiatan fisik sesuai usianya.
c. Pasien mampu melakukan hobi.
d. Pasien mampu menyelesaikan kegiatan rumah tangga yang sederhana.
Afektif :
a. Pasien mampu mengekspresikan perasaan.
b. Pasien mampu mengungkapkan kesalahan.
c. Pasien merasa bahagia terhadap kebaikan yang pernah dilakukan.
d. Pasien merasa puas terhadap keberhasilan yang dicapai.

Tindakan Keperawatan :
Tindakan mandiri
a. Kaji perkembangan psikososial anak pada masa anak bayi, toddler dan Pra sekolah.
b. Kaji pemenuhan kebutuhan fisik: ajarkan kebersihan diri.
c. Bantu anak mengembangkan ketrampilan motorik: bermain dengan melibatkan
aktivitas fisik, ciptakan lingkungan yang aman bagi anak.
d. Latih anak mengembangkan ketrampilan bahasa: ajak anak berkomunikasi, ajari
anak membaca.
e. Latih anak mengembangkan ketrampilan psikososial: Beri waktu anak unuk bermain
di luar rumah bersama teman dan kelompoknya, motivasi anak untuk bermain dengan
teman sebaya dan mengikuti perlombaan, latih anak berinteraksi dengan orang lain
yang lebih dewasa.
f. Bantu anak mengembangkan kecerdasan: Mendiskusikan kelebihan dan
kemampuan anak, menjelaskan dan melatih ketrampilan, memberi bacaan dan
permainan yang meningkatkan kemampuan, melibatkan anak dalam pekerjaan rumah
tangga sederhana, latih anak membaca, menggambar, berhitung dan lakukan serta
kembangkan hobi yang dimiliki anak.
g. Bantu anak mengenal dan memahami nilai moral: terapkan nilai agama dan budaya
positif pada anak, latih kedisiplinan pada anak, bombing anak saat nonton tv dan
membaca buku cerita.
h. Beri pujian pada pencapaian anak terhadap tugas rumah/tugas sekolah.

Edukasi Pasien dan Keluarga :


a. Jelaskan kepada keluarga tentang perkembangan anak sekolah yang normal dan
menyimpang.
b. Diskusikan dengan keluarga mengenai cara memfasilitasi perkembangan psikososial
anak sekolah yang normal.
c. Latih keluarga untuk memfasilitasi perkembangan psikososial anak sekolah yang
normal.
Tindakan Kolaborasi :
a. Kader mampu memahami perilaku yang menggambarkan perkembangan anak sekolah
yang normal dan menyimpang.
b. Kader mampu memahami cara menstimulasi perkembangan anak sekolah.
c. Kader mampu mendemonstrasikan tindakan untuk menstimulasi perkembangan anak
sekolah.
d. Kader mampu merencanakan cara menstimulasi perkembangan anak sekolah

SEHAT JIWA PADA ANAK REMAJA

Diagnosa Keperawatan : Kesiapan Peningkatan Perkembangan Anak Remaja


Pengertian :
Tahap perkembangan remaja usia 12-18 tahun dimana pada saat ini remaja harus mampu
mencapai identitas diri meliputi peran, tujuan pribadi, keunikan dan ciri khas diri. Bila
hal ini tidak tercapai maka remaja akan mengalami kebingungan peran yang berdampak
pada rapuhnya kepribadian sehingga akan terjadi gangguan konsep diri.

Tanda dan Gejala :


Mayor
a. Subjektif
1. Anak menilai objektif dan kelebihan serta kekurangan diri.
2. Memiliki teman curhat.
3. Mengikuti kegiatan rutin (olah raga, seni, pramuka, pengajian dll).
b. Objektif
1. Bertanggung jawab dan mampu mengambil keputusan tanpa bergantung dengan
orang tua.
2. Menemukan identitas diri, memiliki tujuan dan cita-cita masa depan
Minor
a. Subjektif
1. Bersosialisasi dengan baik dan menerapkan norma-norma yang berlaku di tempat
tinggal.
2. Menyampaikan pendapat dan penolakan secara asertif.
b. Objektif
1. Berperilaku santun, menghormati orang tua dan orang sekitar.
2. Memiliki prestasi yang berarti dalam hidup

Tujuan Asuhan Keperawatan :


Kognitif
a. Remaja mampu mengetahui dengan menilai aspek positif dan kekurangan diri.
b. Remaja mampu mengetahui identitas diri, memiliki tujuan dan cita-cita masa depan.
c. Remaja mampu memahami norma dan peraturan yang berlaku.
d. Remaja mampu berprestasi dalam bidang akademik.
Psikomotor
a. Remaja mampu mengembangkan kemampuan diri.
b. Remaja mampu meraih prestasi pada kegiatan positif.
c. Remaja dapat beraktivitas dengan aktif tanpa hambatan.
Afektif
a. Remaja mampu menyampaikan pendapat dengan asertif.
b. Remaja mampu mengendalikan emosi.

Tindakan Keperawatan :
Tindakan Individu
a. Kaji perkembangan psikososial remaja sebelumnya.
b. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif remaja.
c. Mendiskusikan karakteristik perkembangan psikososial remaja yang normal dan
menyimpang.
d. Menjelaskan cara mencapai perkembangan psikososial yang normal.
e. Membantu remaja melakukan kegiatan mencapai perkembangan psikososial yang
normal.
f. Berikan reinformcement pada tiap pencapaian remaja.

Tindakan Keluarga :
a. Diskusikan pada keluarga cara merawat remaja.
b. Jelaskan ciri perkembangan remaja yang harus dicapai dan yang menyimpang.
c. Jelaskan cara menstimulasi kemampuan remaja.
d. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan pada remaja dalam mencapai
perkembangan psikososial.

Tindakan Kelompok :
Memberikan pendidikan kesehatan mengenai perkembangan dan cara melatih
mengembangkan kemampuan psikososial usia remaja.

Tindakan Kolaborasi :
a. Melakukan penilaian kemampuan bersama kader.
b. Bekerjasama dengan perawat komunitas di puskesmas mengenai perkembangan remaja.

SEHAT JIWA PADA USIA DEWASA MUDA


Diagnosa Keperawatan : Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Dewasa Muda
Pengertian :
Perkembangan tahap dewasa muda adalah tahap perkembangan pada usia 19- 30 tahun
dimana tahapan perkembangan individu mampu melakukan interaksi yang akrab dengan
orang lain, terutama lawan jenis, dan mempunyai pekerjaan. Pada tahap ini, individu
mencoba untuk mandiri dan mencukupi kebutuhan dirinya dengan bekerja. Interaksi yang
dilakukan mengarah pada bekerja, perkawinan, dan mempunyai keluarga yang menjadi
bagian dari masyarakat.

Faktor Protektor :
a. Memiliki tujuan hidup.
b. Berinteraksi dengan orang lain.
c. Terdapat perubahan fisik dan psikologis.
d. Memiliki pekerjaan.
e. Memiliki minat dan hobi.

Tanda dan gejala :


Mayor
a. Subjektif
1. Melakukan hal- hal positif.
2. Menolong orang lain.
3. Berinteraksi dengan orang lain terutama lawan jenis.
4. Memiliki motivasi yang tinggi.
b. Objektif
1. Mengembangkan hobi seperti olahraga.
2. Menyampaikan pendapat dengan sopan.
3. Memiliki pekerjaan.
Minor
a. Subjektif
1. Meningkatkan kemampuan.
2. Melakukan aktivitas mandiri.
b. Objektif
1. Berpartisipasi dalam kegiatan di masyarakat.
2. Memiliki ide yang kreatif dan inisiatif objektif.

Tujuan Asuhan Keperawatan :


Kognitif :
a. Mampu memahami ciri perkembangan usia dewasa muda yang normal dan
menyimpang.
b. Individu dewasa muda mampu memahami cara mencapai perkembangan
psikososial yang normal :

1. Berinteraksi dengan banyak orang termasuk lawan jenis.


2. Mempunyai pekerjaan.
c. Individu dewasa muda mampu melakukan tindakan untuk mencapai perkembangan
psikososial yang normal.
Psikomotor :
a. Melakukan interaksi dengan antusias.
b. Mengerjakan pekerjaan dengan inisiatif dan kreatif.
c. Melakukan hobi bersama teman- teman.
Afektif :
a. Bisa mengendalikan emosi.
b. Memiliki rasa kepercayaan diri.
c. Memiliki jiwa penolong

Tindakan Keperawatan :
Tindakan mandiri
a. Diskusikan tentang perkambangan psikososial yang normal dan menyimpang.
b. Diskusikan cara mencapai perkembangan psikososial yang normal:
1. Menetapkan tujuan hidup.
2. Berinteraksi dengan banyak orang termasuk lawan jenis.
3. Berperan serta/ melibatkan diri dalam kegiatan di masyarakat.
4. Memilih calon pasangan hidup.
5. Menetapkan karier/pekerjaan.
6. Mempunyai pekerjaan.
7. Motivasi dan berikan dukungan pada individu untuk melakukan tindakan yang
dapat memenuhi perkembangan psikososialnya.

Edukasi pasien dan keluarga :


a. Jelaskan kepada keluarga tentang perkembanga dewasa m u d a yang normal dan
menyimpang.
b. Diskusikan dengan keluarga mengenai cara memfasilitasi perkembangan
psikososial dewasa muda yang normal.
c. Latih keluarga untuk memfasilitasi perkembangan psikososial dewasa muda yang
normal.

Tindakan Kolaborasi :
a. Kader mampu memahami perilaku yang menggambarkan perkembangan dewasa
yang normal dan menyimpang.
b. Kader mampu memahami cara menstimulasi perkembangan dewasa muda.
c. Kader mampu mendemonstrasikan tindakan untuk menstimulasi perkembangan dewasa
muda.
d. Kader mampu merencanakan cara menstimulasi perkembangan dewasa muda.

SEHAT JIWA PADA USIA DEWASA TUA

Diagnosa Keperawatan : Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Dewasa Tua


Pengertian :
Perkembangan tahap dewasa adalah tahap perkembangan seorang individu mampu
terlibat dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Peningkatan perkembangan dewasa
lebih meningkatkan kemampuan dalam pekerjaan, mencoba untuk mandiri dan mencukupi
kebutuhan dirinya dengan bekerja.

Faktor Protektor :
a. Memiliki tujuan hidup.
b. Memiliki pasangan hidup.
c. Terdapat perubahan fisik dan psikologis.
d. Sudah produktif.
e. Memiliki minat dan hobi.

Tanda dan gejala :


Mayor
a. Subjektif
1. Melakukan hal- hal positif.
2. Menolong orang lain.
3. Rajin beribadah.
4. Memiliki motivasi yang tinggi.
b. Objektif
1. Mengembangkan hobi seperti olahraga.
2. Menyampaikan pendapat dengan sopan.
3. Lebih arif dan bijaksana.
Minor
a. Subjektif
1. Meningkatkan kemampuan.
2. Melakukan aktivitas mandiri.
b. Objektif
1. Berpartisipasi dalam kegiatan di masyarakat.
2. Memiliki ide yang kreatif dan inisiatif objektif.

Tujuan Asuhan Keperawatan :


Kognitif :
a. Mampu memahami ciri perkembangan usia dewasa yang normal dan menyimpang.
b. Mampu memahami kepribadian terbuka dan tertutup.
c. Mengetahui cara untuk meningkatkan kemampuan.
d. Mampu memahami aspek moral yang baik dan salah.

Psikomotor :
a. Melakukan hobi dengan antusias.
b. Mengerjakan pekerjaan dengan inisiatif dan kreatif.
c. Melakukan kegiatan bersama masyarakat.
Afektif :
a. Bisa mengendalikan emosi.
b. Memiliki rasa kepercayaan diri.
c. Memiliki jiwa penolong.

Tindakan keperawatan :
Tindakan mandiri
a. Diskusikan tentang perkambangan psikososial yang normal dan menyimpang.
b. Diskusikan cara mencapai perkembangan psikososial yang normal:
1. Menetapkan tujuan hidup.
2. Berinteraksi dengan banyak orang termasuk lawan jenis.
3. Berperan serta/ melibatkan diri dalam kegiatan di masyarakat.
4. Memilih calon pasangan hidup.
5. Menetapkan karier/pekerjaan.
6. Mempunyai pekerjaan.
7. Motivasi dan berikan dukungan pada individu untuk melakukan tindakan yang
dapat memenuhi perkembangan psikososialnya.

Edukasi Pasien dan Keluarga :


a. Jelaskan kepada keluarga tentang perkembanga dewasa yang normal dan menyimpang.
b. Diskusikan dengan keluarga mengenai cara memfasilitasi perkembangan psikososial
dewasa muda yang normal.
c. Latih keluarga untuk memfasilitasi perkembangan psikososial dewasa muda yang
normal.

Tindakan Kolaborasi :
a. Kader mampu memahami perilaku yang menggambarkan perkembangan dewasa yang
normal dan menyimpang.
b. Kader mampu memahami cara menstimulasi perkembangan dewasa.
c. Kader mampu mendemonstrasikan tindakan untuk menstimulasi perkembangan
dewasa.
d. Kader mampu merencanakan cara menstimulasi perkembangan dewasa.

SEHAT JIWA PADA USIA DEWASA TUA


Diagnosa Keperawatan : Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Lansia
Pengertian :
Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya integritas diri yang utuh.
Pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan membuat lansia berusaha
menuntun generasi berikutnya (anak dan cucunya) bedasarkan sudut pandangnya.
lansia yang tidak mencapai integritas diri akan merasa putus asa dan menyesali masa
lalunya karena tidak merasakan hidupnya bermakna.

Faktor Protektor :
a. Puas dengan pencapaian hidup.
b. Rajin melaksanakan kegiatan ibadah.
c. Tidak memiliki penyakit kronis.
d. Gaya hidup tidak berlebihan.

Tanda dan Gejala :


Mayor
a. Subjektif
1. Mempunyai harga diri tinggi.
2. Menilai kehidupannya berarti.
3. Menerima nilai dan keunikan orang lain.
b. Objektif
1. Berpatisipasi dalam kegiatan sosial dan kelompok masyarakat.
2. Menyiapkan diri ditinggalkan anak yang telah mandiri.
Minor
a. Subjektif
1. Menerima dan menyesuaikan kematian pasangan.
2. Menyiapkan diri menerima datangnya kematian.
b. Objektif
1. Melaksanakan kegiatan agama secara rutin.
2. Merasa dicintai dan berarti dalam keluarga

Tujuan Asuhan Keperawatan :


Kognitif
a. Mampu memahami ciri perkembangan usia lansia yang normal dan
menyimpang.
b. Mampu menilai kehidupan berarti.
c. Mampu memahami nilai dan keunikan orang lain d. Mengetahui cara untuk
meningkatkan ibadah.
Psikomotor
a. Melakukan kegiatan ibadah secara rutin.
b. Melakukan kegiatan bersama masyarakat.

Afektif
a. Menerima datangnya kematian.
b. Merasa berarti dalam hidup.
c. Merasa dicintai dan berarti dalam hidup.
Tindakan Keperawatan :
Tindakan Mandiri :
a. Diskusikan tentang perkembangan psikososial yang normal dan menyimpang.
b. Diskusikan cara mencapai perkembangan psikososial yang normal:
1. Mempunyai harga diri tinggi.
2. Menilai kehidupannya berarti.
3. Menerima nilai dan keunikan orang lain.
4. Menerima dan menyesuaikan kematian pasangan.
5. Menyiapkan diri menerima datangnya kematian.
6. Melaksanakan kegiatan agama secara rutin.
7. Merasa dicintai dan berarti dalam keluarga.
8. Berpatisipasi dalam kegiatan sosial dan kelompok masyarakat.
9. Menyiapkan diri ditinggalkan anak yang telah mandiri.

Tindakan Keluarga :
a. Jelaskan kepada keluarga tentang perkembanga lansia yang normal dan
menyimpang.
b. Diskusikan dengan keluarga mengenai cara memfasilitasi perkembangan
psikososial lansia yang normal.
c. Latih keluarga untuk memfasilitasi perkembangan psikososial lansia yang normal.

Tindakan Kolaborasi :
a. Kader mampu memahami perilaku yang menggambarkan perkembangan lansia
yang normal dan menyimpang.
b. Kader mampu memahami cara menstimulasi perkembangan lansia.
c. Kader mampu mendemonstrasikan tindakan untuk menstimulasi perkembangan lansia.
d. Kader mampu merencanakan cara menstimulasi perkembangan lansia.

ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN ANSIETAS (KECEMASAN)
Pengertian
Ansietas (Kecemasan) adalah perasaan was-was, khawatir, takut yang tidak jelas atau
tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang mengancam.

Penyebab :
Perubahan status kesehatan, penyakit fisik yang dialami (hypertensi, DM, stroke,
kanker), hospitalisasi, ancaman terhadap kematian.

Tanda dan gejala


Mayor
a. Subjektif :
1. Merasa cemas.
2. Merasa takut akan pikiran sendiri.
3. Sulit berkonsentrasi.
b. Objektif :
1. Gelisah.
2. Tampak tegang.
3. Sulit tidur.
Minor
a. Subjektif :
1. Pusing.
2. Tidak nafsu makan.
3. Merasa tidak berdaya.

b. Objektif :
1. Nadi cepat
2. Jantung berdebar – debar / deg - degan
3. Tremor
4. Muka tampak pucat
5. Suara bergetar
6. Kontak mata buruk
7. Sering berkemih.

Diagnosis Medik Terkait :


Penyakit kronis progresif (misal: kanker, penyakit autoimun), penyakit akut, hospitalisasi,
rencana operasi, kondisi diagnosis penyakit belum jelas, penyakit neurologis.

Tujuan Asuhan Keperawatan :


Kognitif :
a. Mengetahui pengertian, penyebab, tanda gejala, akibat, dan proses terjadinya
ansietas.
b. Mengetahui tehnik rilaksasi; tarik nafas dalam, distraksi, hipnotis lima jari dan
spiritual yang dapat mengurangi ansietas.
Psikomotor :
a. Melakukan latihan relaksasi tarik napas dalam.
b. Melakukan latihan distraksi.
c. Melakukan latihan hipnotis lima jari.
d. Melakukan latihan spiritual.
Afektif :
a. Merasakan manfaat dari latihan relaksasi yang dilakukan.
b. Membedakan perasaan sebelum dan sesuadah latihan.

Tindakan Keperawatan :
Tindakan Mandiri :
a. Kaji tanda – tanda ansietas dan kemampuan pasien dalam mengurangi ansietas.
b. Ajarkan pasien tehnik tarik nafas dalam, distraksi, hipnotis lima jari dan spiritual.
c. Bantu pasien untuk menuliskan dalam jadwal kegiatan harian.

Edukasi Pasien dan Keluarga :


a. Kaji masalah yang dihadapi dan kemampuan keluarga dalam merawat pasien yang
mengalami ansietas.
b. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya ansietas.
c. Latih keluarga tehnik rileksasi ; tarik nafas dalam, distraksi, hipnotis lima jari dan
spiritual guna mengatasi ansietas.
d. Latih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung
perawatan ansietas pasien.
e. Anjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.

Tindakan Kolaborasi :
a. Farmakologi : benzodiazepine (menghambat GABA neurotransmitter) meliputi
alprazolam, chlordiazepoxide, clonazepam, clorazepate, diazepam, halazepam,
lorazepam, oxazepam.
b. Gizi : mengurangi/membatasi asupan nutrisi yang meningkatkan respon terhadap
kecemasan/ansietas.

ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN KETIDAKBERDAYAAN
Pengertian :
Ketidakberdayaan adalah persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan mempengaruhi
hasil secara signifikan; persepsi kurang kontrol pada situasi saat ini atau yang akan dating.
Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan
mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.

Penyebab :
a. Ketidakasekuatan koping sebelumnya seperti depresi.
b. Hilangnya privasi, milik pribadi, dan kontrol terhadap terapi kesehatan.
c. Penyakit yang kronis atau penyakit yang melemahkan kondisi.
d. Hubungan interpersonal yang tidak memuaskan.
e. Faktor lingkungan.

Tanda dan Gejala :


Mayor
a. Subjektif
1. Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran.
2. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.
3. Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kemampuan
mengendalikan atau mempengaruhi situasi.
4. Mengungkapkan tidak dapat menghasilkan sesuatu.
5. Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk
melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya.
b. Objektif
1. Menghindari orang lain.
2. Menunjukkan perilaku ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang
perawatan.
3. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan.
4. Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya.
5. Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas,
ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah.
6. Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika
mendapat perlawanan.
7. Apatis dan pasif.
8. Ekspresi muka murung, bicara dan gerakan lambat, tidur berlebihan, nafsu makan
tidak ada atau berlebihan.

Minor
a. Subjektif
1. Menyatakan merasa asing dnegan lingkungan.
2. Menyatakan keraguan tentang kinerja peran.
3. Menyatakan kurang kontrol, menyatakan rasa malu.
b. Objektif
1. Depresi karena gangguan fisik.
2. Tidak berpartisipasi dalam perawatan.

Diagnosis Medik Terkait :


Penyakit-penyakit kronis seperti stroke, gagal ginjal akut, atau fraktur.

Tujuan Asuhan Keperawatan :


Kognitif :
a. Mengungkapkan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energy.
b. Mengungkapkan ketidakpuasan dengan tugas atau aktivitas yang dilakukan
sebelumnya.
c. Mengungkapkan kepuasan dan tidak tergantung pada orang lain.
d. Tidak ambivalen.
e. Tidak mengalami sulit konsentrasi.
f. Tidak mudah lupa.
g. Tidak menyalahkan orang lain.
h. Tidak berfokus pada diri sendiri.
i. Tidak mengalami kebingungan.
j. Tidak terjadi blocking pikiran.
Psikomotor :
a. Aktif.
b. Aktivitas harian mandiri.
c. Memantau kemajuan pengobatan.
d. Berpartisipasi dalam mengambil keputusan.
e. Ada kontak mata,perilaku asertif.
f. Tidak menarik diri.
g. Tidak gelisah dan dapat tenang.
Afektif :
a. Tidak merasa tertekan.
b. Tidak merasa bersalah.
c. Tidak takut terhadap pengasingan.
d. Tidak cemas.
e. Tidak merasa tidak adekuat.
f. Merasakan adanya kepastian.
g. Tidak merasa menyesal.

Tindakan Keperawatan :
Tindakan Mandiri
a. Diskusikan tentang penyebab dan perilaku akibat ketidakberdayaannya.
b. Bantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya dan identifikasi area-area situasi
kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya untuk mengontrol.
c. Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap
ketidak berdayaannya.
d. Diskusikan tentang masalah yang dihadapi pasien tanpa memintanya untuk
menyimpulkan.
e. Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkan melalui interupsi
atau subtitusi.
f. Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif.
g. Evaluasi ketepatan persepsi, logika dan kesimpulan yang dibuat pasien.
h. Identifikasi persepsi pasien yang tidak tepat, penyimpangan dan
pendapatnya yang tidak rasional.
i. Latih mengembangkan harapan positif (afirmasi positif).
j. Latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan melalui peningkatan kemampuan
mengendalikan situasi yang masih bisa dilakukan pasien (Bantu pasien
mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat dikontrolnya.
k. Dukung kekuatan – kekuatan diri yang dapat diidentifikasi oleh pasien) misalnya
pasien masih mampu menjalankan peran sebagai ibu meskipun sedang sakit.

Edukasi Pasien dan Keluarga :


a. Diskusikan masalah keluarga dalam merawat pasien ketidakberdayaan
(Mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam merawat pasien; Menjelaskan
pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya ketidakberdayaan).
b. Diskusikan akibat yang mungkin terjadi pada pasien ketidakberdayaan.
c. Jelaskan dan melatih keluarga pasien ketidakberdayaan cara : afirmasi positif dan
melakukan kegiatan yang masih dapat dilakukan.
d. Jelaskan lingkungan yang terapeutik untuk pasien (Mendiskusikan anggota keluarga
yang dapat berperan dalam merawat pasien; Mendiskusikan setting lingkungan rumah
yang mendukung dalam perawatan pasien; Melibatkan pasien dalam aktivitas
keluarga).
e. Latih, memotivasi, membimbing dan memberikan pujian pada pasien
ketidakberdayaan.
f. Manfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk follow-up dan mencegah
kekambuhan pasien (Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia
dimasyarakat; Follow up; Menjelaskan kemungkinan pasien relaps dan mencegah
kekambuhan; Mengidentifikasi tanda-tanda relaps dan rujukan).

Tindakan Kolaborasi :
Kolaborasi dengan medik (psikofarmaka) atau gizi, dll.

ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN KEPUTUSASAAN
Pengertian :
Keputusasaan merupakan keyakinan seseorang bahwa dirinya maupun orang lain tidak
dapat melakukan sesuatu untuk mengatasi masalahnya, memandang adanya keterbatasan
atau tidak tersedianya alternatif pemecahan masalah dan tidak mampu memobilisasi energi
demi kepentingannya sendiri.

Penyebab :
a. Stres jangka panjang.
b. Penurunan kondisi fisiologis, penyakit kronis.
c. Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual.
d. Kehilangan kepercayaan pada nilai-nilai penting.
e. Pembatasan aktivitas jangka panjang.
f. Isolasi sosial.

Tanda dan Gejala :


Mayor
a. Subjektif
1. Mengungkapkan keputusasaan.
2. Mengungkapkan isi pembicaraan yang pesimis “Saya tidak bisa”.
3. Kurang dapat berkonsentrasi.
4. Mengungkapkan bingung.
b. Objektif
1. Berperilaku pasif.
2. Sedih.
3. Fokus perhatian menyempit
Minor
a. Subjektif
1. Sulit tidur.
2. Selera makan menurun.
3. Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustrasi terhadap kemampuan untuk melakukan
tugas atau aktivitas sebelumnya.
4. Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran.
b. Objektif
1. Afek datar.
2. Kurang inisiatif.
3. Tidak menghabiskan 1 porsi makan.
4. Meninggalkan lawan bicara.
5. Mengangkat bahu sebagai respon pada lawan bicara.
6. Kurang terlibat dalam aktivitas perawatan.
7. Menarik diri.
8. Menghindari kontak mata/kontak mata buruk.
9. Sulit membuat keputusan.
Diagnosis Medik Terkait :
a. Depresi, gangguan perasaan.
b. Penyakit kronis (Diabetes Melitus, Hipertensi, Stroke, TBC).
c. Penyakit terminal (kanker).
d. Penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

Tujuan Asuhan Keperawatan :


Kognitif :
a. Memahami perubahan fisik dan peran atau kondisi kesehatan dan
kehidupannya.
b. Memiliki harapan dan keyakinan melanjutkan kehidupan.
c. Memiliki motivasi hidup.
d. Mengungkapkan kepuasan hidup.
Psikomotor :
a. Berperilaku aktif.
b. Mampu mengatasi stress yang dihadapi.
c. Peningkatan kegiatan spiritual.
d. Mampu berkomunikasi secara efektif.
e. Tingkat depresi menurun.
f. Nafsu makan meningkat.
g. Tidak ada kesulitan tidur.
h. Melibatkan diri dalam proses perawatan.
Afektif :
a. Merasa bahagia dan sejahtera.
b. Merasa mampu beradaptasi dengan keadaan.
c. Merasa lebih optimis.

Tindakan Keperawatan :
Tindakan Mandiri
a. Identifikasi kemampuan membuat keputusan dan mengidentifikasi area harapan
dalam kehidupan.
b. Identifikasi hubungan dan dukungan sosial yang dimiliki pasien c. Latih cara merawat
dirinya.
c. Latih cara melakukan aktivitas positif.
d. Latih cara partisipasi aktif dalam aktivitas kelompok.
e. Latih cara tindakan koping alternatif dengan memperluas spiritual diri.

Edukasi Pasien dan Keluarga :


a. Jelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta akibat keputusasaan.
b. Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan terkait perawatan dan penggunaan
fasilitas kesehatan.
c. Jelaskan cara merawat pasien dengan perubahan fisiologis.
d. Jelaskan cara mengatasi keputusasaan : harapan, dukungan, dan upaya yang dapat
dilakukan keluarga untuk membantu pasien atasi masalah.
e. Jelaskan cara melakukan modifikasi lingkungan.

Tindakan Kolaborasi :
a. Memberikan psikofarmaka sesuai anjuran dokter.
b. Mengobservasi dan melaporkan efek samping obat.

ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN DISTRESS SPIRITUAL
Pengertian :
Distress spiritual adalah suatu gangguan yang berkaitan dengan prinsip-prinsip kehidupan,
keyakinan, kepercayaan atau keagamaan dari pasien yang menyebabkan gangguan pada
aktivitas spiritual, yang merupakan akibat dari masalah-masalah fisik atau psikososial
yang dialami.

Penyebab :
a. Menjelang ajal.
b. Kecemasan.
c. Sakit kronis.
d. Kehilangan orang yang disayangi.
e. Perubahan hidup.
f. Kesepian.
g. Nyeri.
h. Keterasingan diri.
i. Keterasingan sosial.
j. Gangguan sosio-kultural.

Tanda dan Gejala


Mayor
a. Subjektif
1. Memberikan ancaman akan melakukan bunuh diri.
2. Mengungkapkan kata-kata seperti “Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi
jauh!” atau Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
3. Mengungkapkan ingin mati.
4. Mengungkapkan rencana ingin mengakhiri hidup.
5. Mengungkapkan kata-kata “saya mau mati”, “jangan tolong saya”, “biarkan saya”,
“saya tidak mau ditolong”.
6. Mengungkapkan kata-kata segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.
b. Objektif
1. Melakukan percobaan bunuh diri secara aktif dengan berusaha emmotong nadi,
menggantung diri, meminum racun.
2. Membenturan kepala.
3. Menjatuhkan kepala dari tempat yang tinggi.
4. Menyiapkan alat untuk melakukan rencana bunuh diri.
5. Gelisah.
6. Emosi labil.
7. Mondar – mandir.
8. Menangis terus menerus.
9. Terlihat sedih.
10.Banyak melamun.
Minor
a. Subjektif
1. Mengungkapkan isyarat untuk melakukan bunuh diri namun tidak disertai
dengan ancaman melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri.
2. Mengungkapkan perasaan bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak berdaya.
3. Mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarkan.
4. Harga diri rendah.
b. Objektif
1. Kontak mata kurang.
2. Tidur Kurang.

Diagnosis Medik Terkait :


Penyakit – penyakit kronis seperti Gagal ginjal akut, stroke, maupun skizofrenia.

Tujuan Asuhan Keperawatan :


Kognitif :
a. Pasien mengungkapkan penyebab distress spiritual yang dialami.
b. Pasien mengembangkan kemampuan untuk mengatasi masalah dan perubahan
keyakinannya.
c. Pasien mengungkapkan harapan terkait kehidupannya dan menentukan tujuan
hidup.
d. Pasien mengungkapkan makna atau hikmah dari kehidupannya atau
penderitaannya.
e. Beradaptasi dengan disabilitas fisik dan menerima status kesehatannya.
f. Pasien mengungkapkan keinginan kuat untuk hidup.
Afektif :
a. Pasien menahan diri dari kemarahan.
b. Pasien mampu mengontrol kecemasannya.
c. Mampu mengungkapkan perasaan tentang keyakinannya.
d. Mengungkapkan perasaan kesepian dan perasaan bersalah yang berkurang.
e. Mengungkapkan kedamaian dalam hidup
Psikomotor :
a. Mampu melakukan kegiatan keagamaan.
b. Terlibat dalam aktivitas sosial dan keagamaan.
c. Melakukan aktivitas menyenangkan di waktu luang.
d. Berinteraksi dengan orang lain untuk berbagi perasaan dan keyakinan.
e. Berinteraksi dengan tokoh agama.

Tindakan Keperawatan :
Tindakan mandiri :
a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien.
b. Kaji faktor penyebab distress spiritual pada pasien.
c. Bantu dan fasilitasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya (marah, bersalah,
kesepian).
d. Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang keyakinannya.
e. Bantu pasien mengembangkan keterampilan untuk mengatasi perubahan spiritual
dalam kehidupan.
f. Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai agamanya.
g. Fasilitasi pasien jika membutuhkan pemuka agama sesuai dengan agamanya.
h. Fasilitasi pasien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain.
i. Bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
j. Bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan keagamaan.

Edukasi Pasien dan Keluarga :


a. Mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam merawat pasien.
b. Jelaskan proses terjadinya masalah spiritual yang dihadapi pasien.
c. Jelaskan pada keluarga tentang cara merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah spiritual.
d. Bantu keluarga untuk membantu pasien melaksanakan kegiatan spiritual.
e. Beri pujian bila keluarga mampu melakukan kegiatan yang positif.
f. Bersama keluarga berdiskusi dengan pasien tentang harapan masa depan serta
langkah- langkah mencapainya.
g. Bersama keluarga berdiskusi tentang langkah dan kegiatan untuk mencapai
harapan masa depan.
h. Menjelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh, rujukan.

Tindakan Kolaborasi :
a. Memberikan psikofarmaka sesuai resep.
b. Mengobservasi dan melaporkan efek samping obat.

ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
WAHAM
A. Definisi
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau
terus-menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

B. Tanda dan gejala waham berdasarkan jenis waham, meliputi :


a. Waham kebesaran : individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Contoh, “Saya ini pejabat didepartemen kesehatan lho!”
b. Waham curiga : individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan/mencederai dirinya dan diucapkan berulang kali tetapi
tidak sesuai kenyataan. Contoh, “ Saya tahu seluruh saudara saya ingin
menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya”.
c. Waham agama : individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara
berlebihan dan diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh,
“Kalau saya mau masuk surge, saya harus menggunakan pakaian putih setiap
hari”.
d. Waham somatik : individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali tetapi tidak
sesuai kenyataan. Contoh, “Saya sakit kanker (kenyataannya tidak ditemukan
tanda-tanda kanker)”.
e. Waham nihilistic : individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada
didunia/meninggal dan diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh, “Ini kana lam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”.

C. PengkajianKeperawatan
Berikut ini beberapa beberapa contoh pertanyaan yang dapat perawat gunakan
sebagai panduan dalam mengkaji pasien waham :
1. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan
menetap?
2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien
cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh atau
tidak nyata?
4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?
5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
6. Apakah pasien pernah merasa bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh
orang lain atau kekuatan dari luar?
7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan
lainnya atau yakin bahwa orang lain bisa membaca pikirannya?
D. Diagnosis Keperawatan
Gangguan proses pikir : Waham

E. Tindakan Keperawatan
1. Tindakan keperawatan kepada pasien :
SP 1 Pasien
Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraktikkan pemenuhan
kebutuhan yang tidak terpenuhi.
SP 2 Pasien
Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu mempraktikkannya
SP 3 Pasien
Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.
2. Tindakan keperawatan kepada keluarga :
SP 1 Keluarga
Membina hubungan saling percaya dengan keluarga; mengidentifikasi masalah
menjelaskan proses terjadinya masalah; dan membantu pasien untuk patuh
minum obat.
SP 2 Keluarga
Melatih keluarga cara merawat pasien.
SP 3 Keluarga
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

F. Terapi Aktivitas Kelompok


TAK yang dapat dilakukan untuk pasien waham meliputi :
1. TAK orientasi realitas
a. Sesi 1 : pengenalan orang
b. Sesi 2 : pengenalan tempat
c. Sesi 3 : pengenalan waktu
2. TAK sosialisasi
a. Sesi 1 : kemampuan memperkenalkan diri
b. Sesi 2 : kemampuan berkenalan
c. Sesi 3 : kemampuan berbicara
d. Sesi 4 : kemampuan berbicara topic tertentu
e. Sesi 5 : kemampuan berbicara masalah pribadi
f. Sesi 6 : kemampuan bekerjasama
g. Sesi 7 : evaluasi kemampuan sosialisasi
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
HALUSINASI

A. Definisi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan persepsi sensori; merasakan sensasi palsu berupa suara, pengllihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang tidak nyata.

B. Pengkajian Keperawatan
1. Jenis dan isi halusinasi
Jenis halusinasi didapatkan menurut data objektif dan subjektif. Data objektif
dapat dikaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien, sedangkan data subjektif
dapat dikaji dengan melakukan wawancara langsung dengan pasien.
2. Waktu, frekuensi, dan situasi yang menyebabkan halusinasi
Perawat perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang
dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Jika mungkin jam berapa?
Frekuensi terjadinya apakah terus-menerus atau hanya sesekali? Situasi terjadinya,
apakah sedang sendiri atau setelah terjadi kejadian tertentu? Hal ini dilakukan
untuk menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi dan untuk
menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi sehingga pasien
tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya
halusinasi, tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi dapat direncanakan.
3. Respon halusinasi
Unruk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul,
perawat dapat menanyakan kepada pasien tentang perasaan atau tindakan pasien
saat halusinasi terjadi.

C. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi (dengar, penglihatan, penghidu dan peraba)

D. Tindakan Keperawatan
1. Tindakan keperawatan kepada pasien
SP 1 Pasien
Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara mengontrol halusinasi,
mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi
SP 2 Pasien
Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap bersama orang lain.
SP 3 Pasien
Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas terjadwal.
SP 4 Pasien
Melatih pasien minum obat secara teratur
2. Tindakan keperawatan kepada keluarga
SP 1 Keluarga
Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi
yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, dan cara-cara merawat pasien
halusinasi.
SP 2 Keluarga
Melatih keluarga praktik merawat pasien langsung dihadapan pasien. Memberikan
kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan
halusinasi langsung dihadapan pasien.
SP 3 Keluarga
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

E. Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)


TAK yang dapat dilakukan untuk pasien dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
1. TAK orientasi realita
a. Sesi 1 : pengenalan orang
b. Sesi 2 : pengenalan tempat
c. Sesi 3 : pengenalan waktu
2. TAK stimulasi persepsi
a. Sesi 1 : mengenal halusinasi
b. Sesi 2 : mengontrol halusinasi dengan menghardik
c. Sesi 3 : mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
d. Sesi 4 : mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap bersama orang lain
e. Sesi 5 : mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN RISIKO PERILAKU
KEKERASAN
A. Definisi
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stressor yang dihadapi
oleh seseorang. Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan.
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang baik secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan dapat dilakukan
secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku
kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu perilaku kekerasan saat sedang
berlangsung atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan).

B. Pengkajian Keperawatan
Tanda dan gejala pasien yang ditemui pada pasien melalui observasi atau wawancara
tentang perilaku adalah sebagai berikut :
1. Muka merah dan tegang
2. Pandangan tajam
3. Mengatupkan rahang dengan kuat
4. Mengepalkan tangan
5. Jalan mondar-mandir
6. Bicara kasar
7. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
8. Mengancam secara verbal atau fisik
9. Melempar atau memukul benda/orang lain
10. Merusak barang atau benda
11. Tidak memiliki kemampuan mencegah/mengendalikan perilaku kekerasan.

C. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan

D. Tindakan Keperawatan
1. Tindakan keperawatan kepada pasien
SP 1 pasien
Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab marah, tanda
dan gejala yang dirasakan,perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat dan cara
mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama (latihan nafas
dalam).
SP 2 pasien
Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik
kedua (evaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan perilaku kekerasan
dengan cara fisik kedua, menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua)
SP 3 pasien
Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara sosial/verbal
(evaluasi jadwal harian tentang dua cara fisik mengendalikan perilaku
kekerasan, latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal <menolak dengan
baik, mengungkapkan perasaan dengan baik, meminta dengan baik>, susun
jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal)
SP 4 pasien
Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual
(diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik dan
sosial/verbal, latihan beribadah dan berdoa, buat jadwal latihan ibadah/berdoa).
SP 5 pasien
Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan obat (bantu
pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar disertai penjelasan
guna obat dan akibat berhenti minum obat, susun jadwal minum obat secara
teratur).
2. Tindakan keperawatan kepada keluarga
SP 1 keluarga
Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang cara merawat pasien
perilaku kekerasan dirumah (diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam
merawat pasien, diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan,
diskusikan bersama keluarga kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan kepada
perawat seperti melempar atau memukul benda/orang lain).
SP 2 keluarga
Melatih keluarga melakukan cara-cara mengendalikan kemarahan (evaluasi
pengetahuan keluarga tentang marah, anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien
melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat, ajarkan keluarga untuk
memberikan pujian kepada pasien jika pasien dapat melakukan kegiatan tersebut
secara tepat, diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan jika
pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan).
SP 3 keluarga
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

E. Terapi Aktifitas Kelompok


Berikut Terapi kelompok yang dapat diberikan untuk pasien perilaku kekerasan :
1. Sesi 1 : mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
2. Sesi 2 : mencegah perilaku kekerasan fisik
3. Sesi 3 : mencegah perilaku kekerasan sosial
4. Sesi 4 : mencegah perilaku kekerasan spiritual
5. Sesi 5 : mencegah perilaku kekerasan dengan patuh minum obat
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Definisi
Defisit perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan
proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri
menurun. Defisit perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan
diri, makan, berhias diri dan eliminasi (buang air besar dan buang air kecil) secara
mandiri.

B. Pengkajian Keperawatan
Tanda dan gejala yang tampak pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri
adalah sebagai berikut :
1. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki
dan berbau serta kuku panjang dan kotor.
2. Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acak-acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai. Pada pasien laki-laki tidak
bercukur. Pada pasien perempuan tidak berdandan.
3. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran dan makan tidak pada tempatnya.
4. Ketidakmampuan eliminasi secara mandiri, ditandai dengan buang air besar
(BAB) atau buang air kecil (BAK) tidak pada tempatya dan tidak membersihkan
diri dengan baik setelah BAB/BAK.

C. Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri : hiegene diri, berhias, makan dan eliminasi

D. Tindakan Keperawatan
1. Tindakan Keperawatan kepada pasien
SP 1 Pasien
Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri dan melatih
pasien cara-cara perawatan kebersihan diri.
SP 2 pasien
Melatih pasien berhias (laki-laki : berpakaian, menuisir rambut dan bercukur.
Perembuan : berpakaian, menyisir rambut dan berhias).
SP 4 pasien
Melatih pasien makan secara mandiri (menjelaskan cara mempersiapkan makan,
menjelaskan cara makan yang tertib, menjelaskan merapikan peralatan makan
setelah makan, praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik).
SP 5 pasien
Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri (menjelaskan tempat
BAB/BAK yang sesuai, menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan
BAK, menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK).
2. Tindakan keperawatan kepada keluarga
SP 1 keluarga
Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang masalah perawatan diri
dan cara merawat anggota keluarga yang mengalami masalah defisit perawatan
diri.
SP 2 keluarga
Melatih keluarga cara merawat pasien.
SP 3 pasien
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

E. Terapi Aktifitas Kelompok


Terapi kelompok yang dapat diberikan untuk pasien dengan masalah defisit
perawatan diri adalah : TAK stimulasi persepsi : Perawatan diri.
1. Sesi 1 : manfaat perawatan diri
2. Sesi 2 : menjaga kebersihan diri
3. Sesi 3 : tata cara makan dan minuman
4. Sesi 4 : tata cara eliminasi
5. Sesi 5 : tata cara berhias
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN RISIKO BUNUH DIRI

A. Definisi
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya.

B. Pengkajian Keperawatan
Terdapat tiga macam perilaku bunuh diri, sebagai berikut :
1. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin
bunuh diri, misalnya dengan mengatakan , “Tolong jaga anak-anak karena saya
akan pergi jauh!”. Dalam kondisi ini pasien mungkin sudah mempunyai ide
untuk mengakhiri hidupnya, tetapi tidak disertai dengan ancaman dan percobaan
bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah,
sedih, marah, putus asa atau tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal
negative tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.
2. Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk
mati disertai oleh rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. secara aktif pasien telah memikirkan rencana
bunuh diri, tetapi tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
Walaupun dalam kondisi ini pasien belum pernah mencoba bunuh diri,
pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan
pasien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
3. Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri
dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi atau menjatuhkan
diri dari tempat yang tinggi.

C. Diagnosa Keperawatan
Risiko bunuh diri

D. Tindakan Keperawatan
1. Ancaman/percobaan bunuh diri
SP 1 pasien : melindungi pasien dari percobaan bunuh diri (temani pasien terus-
menerus sampai pasien dipindahkan ke tempat yang aman, jauhkan semua benda
yang berbahaya, periksa apakah pasien benar-benar telah minum obat jika pasien
mendapatkan obat, jelaskan pada pasien bahwa anda akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan bunuh diri dengan lembut).
SP 1 keluarga : percakapan dengan keluarga untuk melindungi pasien yang
mencoba bunuh diri.
2. Isyarat bunuh diri dengan diagnosis HDR
SP 1 pasien : melindungi pasien dari isyarat bunuh diri (memberikan kesempatan
pasien mengungkapkan perasaannya, memberikan pujian jika pasien dapat
mengatakan perasaan positif, meyakinkan pasien bahwa dirinya
penting,mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien,
merencanakan aktivitas yang dapat pasien lakukan.
SP 2 pasien :
Meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri
SP 3 pasien : meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pada
pasien isyarat bunuh diri.
SP 1 keluarga : mengajarkan keluarga tentang cara melindungi anggota keluarga
berisiko bunuh diri (isyarat bunuh diri)
SP 2 keluarga :
Melatih keluarga cara merawat pasien risiko bunuh diri/isyarat bunuh diri.
SP 3 keluarga :
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga pasien risiko bunuh diri.

E. Terapi Aktivitas kelompok


Terapi kelompok yang dapat dilakukan untuk pasien dengan bunuh diri adalah
sebagai berikut :
1. TAK stimulasi persepsi untuk harga diri rendah
a. Sesi 1 : identifikasi hal positif pada diri pasien
b. Sesi 2 : melatih positif pada diri pasien
2. TAK sosialisasi
a. Sesi 1 : kemampuan memperkenalkan diri
b. Sesi 2 : kemampuan berkenalan
c. Sesi 3 : kemampuan bercakap-cakap
d. Sesi 4 : kemampuan bercakap-cakap topic tertentu
e. Sesi 5 : kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
f. Sesi 6 : kemampuan bekerjasama
g. Sesi 7 : evaluasi kemampuan sosialisasi
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

A. Definisi
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.

B. Pengkajian Keperawatan
Berikut adalah tanda dan gejala harga diri rendah :
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Penurunan produktifitas
5. Penolakan terhadap kemampuan diri
Selain tanda dan gejala tersebut, observasi penampilan pasien dengan harga diri
rendah yang tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi,
selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak
menunduk, dan bicara lambat dengan suara lemah.

C. Diagnosa Keperawatan
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

D. Tindakan Keperawatan
1. Tindakan keperawatan kepada pasien
SP 1 pasien
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu
pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien
memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang
sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih
dalam rencana harian.
SP 2 pasien
Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan
pasien. Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua
kemampuan dilatih. Setiap kemampuan yang dimiliki akan meningkatkan
harga diri pasien.
2. Tindakan keperawatan kepada keluarga
SP 1 keluarga
Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
dirumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah,
menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah,
mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah dan
memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara merawat.
SP 2 keluarga
Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien harga diri rendah
langsung kepada pasien.
SP 3 pasien
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

E. Terapi Aktivitas Kelompok


TAK untuk pasien dengan harga diri rendah adalah TAK stimulasi persepsi yang
terdiri dari dua hal berikut :
1. Sesi 1 : mengidentifikasi hal positif
2. Sesi 2 : melatih hal positif pada diri pasien
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

A. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.

B. Pengkajian Keperawatan
Untuk mengkaji pasien isolasi sosial, kita dapat menggunakan teknik wawancara dan
observasi pasien dan keluarga.
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara adalah
sebagai berikut :
1. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
4. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
5. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6. Pasien merasa tidak berguna
7. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat anda tanyakan pada saat wawancara untuk
mendapatkan data subyektif :
1. Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang disekitarnya?
2. Apakah pasien memiliki teman dekat? Jika ada, siapa teman dekatnya?
3. Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang terdekat?
4. Apa yang pasien inginkan dari orang-orang disekitarnya?
5. Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami oleh pasien?
6. Apa yang menghambat hubungan yang harmonis antara pasien dan orang
disekitarnya?
7. Apakah pasien merasakan bahwa waktu begitu lama berlalu?
8. Apakah pernah ada perasaan ragu untuk melanjutkan hidup?
Tanda dan gejala isolasi sosial yang didapat melalui observasi :
1. Tidak memiliki teman dekat
2. Menarik diri
3. Tidak komunikatif
4. Tindakan berulang dan tidak bermakna
5. Asyik dengan pikirannya sendiri
6. Tidak ada kontak mata
7. Tampak sedih, afek tumpul

C. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial

D. Tindakan Keperawatan
1. Tindakan keperawatan kepada pasien
SP 1 pasien
Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal penyebab isolasi
sosial, membantu pasien mengenal manfaat berhubungan dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain dan mengajarkan pasien berkenalan.
SP 2 pasien
Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang
pertama)
SP 3 pasien
Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang kedua)
2. Tindakan keperawatan kepada keluarga
SP 1 keluarga
Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga mengenai masalah isolasi
sosial, penyebab isolasi sosial dan cara merawat pasien isolasi sosial.
Sp 2 pasien
Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien isolasi sosial langsung
dihadapan pasien
SP 3 pasien
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

E. Terapi Aktivitas Kelompok


TAK yang dapat dilak ukan untuk pasien isolasi sosial adalah TAK sosialisasi yang
terdiri dari tujuh sesi, meliputi :
1. Sesi 1 : kemampuan memperkenalkan diri
2. Sesi 2 : kemampuan berkenalan
3. Sesi 3 : kemampuan becakap-cakap
4. Sesi 4 : kemampuan bercakap-cakap topik tertentu
5. Sesi 5 : kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
6. Sesi 6 : kemampuan bekerjasama
7. Sesi 7 : evaluasi kemampuan sosialisasi

Anda mungkin juga menyukai