Anda di halaman 1dari 12

Rumple Leed Test

Pada infeksi virus dengue apalagi pada bentuk klinis DBD selalu disertai dengan tanda
perdarahan. Hanya saja tanda ini tidak selalu di dapat secara spontan oleh penderita, bahkan
pada sebagian besar penderita tanda perdarahan ini muncul setelah dilakukan test tourniquet.
Bentuk-bentuk perdarahan spontan yang dapat terjadi pada penderita demam dengue dapat
berupa perdarahan kecil-kecil di kulit (peteki), perdarahan agak besar (ekimosis), perdarahan
gusi, perdarahan hidung dan bahkan dapat terjadi perdarahan masif yang berakhir dengan
kematian.
Pada hari-hari pertama demam biasanya dapat dilakukan test Rumpel Leed untuk mengetahui
adanya peteki sebagai tes adanya infeksi dengue pada pasien demam.

Rumpel Leede Test


(Uji Rumpel Leede)
Uji Tourniquet (S.tourniquet test)
S. Hess Test
Test Pembendungan
Pemeriksaan Resistensi Kapiler
Prinsip :
- Diberikan pembebanan pada kapiler selama waktu tertentu sehingga terhadap kapiler
diciptakan suasana anoksia dengan adanya bendungan aliran darah vena. Terhadap anoksia
dan penambahan tekanan internal akan terlihat sejauh mana kemampuan kapiler dapat
bertahan . Jika ketahanan kapiler turun akan timbul "' Petechiae "' di kulit.
- Jika ketahanan kapiler luntur (dinding kapiler kurang kuat), pembendungan vena
menyebabkan darah menekan dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu sebab kurang
kuat atau adanya trombositopenia, akan rusak oleh pembendungan tersebut. Darah dari dalam
kapiler akan keluar dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya sehingga tampak sebagai
bercak /titik merah kecil pada permukaan kulit yang dikenal sebagai peteki.
Fungsi bendungan :
- Untuk menimbulkan hambatan terhadap aliran darah balik di lengan dan juga sehingga
vena mengembang di permukaan kulit dan menjadi lebih jelah terlihat.
- Hal yang perlu diperhatikan ialah :
Bahwa bendungan tidak boleh terlalu ketat dan tidak boleh berlangsung lama.
Pembendungan yang ketat dan berlangsung lama dapat menimbulkan hemokonsentrasi.
Alat :
- Tensimeter
- Stetoskop
- Timer/Stop Watch
- Spidol

Cara Kerja : Terangkan pada pasien tentang tujuan tes RL dan prosedurnya.
1. Buatlah lingkaran (pakai spidol), pada lengan volar lengan bawah.
Radius 3 cm
Titik pusat terletak 2 cm di bawah garis lipatan siku
2. Pasang manset tensimeter pada lengan atas.
Carilah Tekanan Sistole (TS) dan Tekanan Diastole (TD) padan lengan volar lengan bawah.
Pompa sfigmomanometer sampai tekanan antara sistolik dan diastolik (100 mmHg) yaitu di
atas tekanan vena tapi kurang dari tekanan arteri sehingga darah dari jantung ke perifer tetap
jalan. Pertahankan selama 10 menit (jika test ini dilakukan sebagai lanjutan dari test IVY, 5
menit sudah mencukupi).Jika tekanan Sistolik < 100 mmHg, buatlah tekanan sebesar ½
(TS+TD) pertahankan tekanan ini selama 5 menit.(3-5-10 menit).
3. Lepaskan ikatan sfigmomanometer dan tunggu sampai tanda stasis darah lenyap. Stasis
darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang dibendung sama dengan warna kulit
lengan yang disebelahnya. Perhatikan timbulnya peteki(bintik-bintik merah) pada lengan
bawah di daerah kulit lipatan siku di bawah bebatan.(pada lengan bawah sepertiga bagian
proksimal medial)
4. Setelah tes, buka-tutup tangan beberapa saat sampai sirkulasi lengan kembali normal.
Peteki: ialah manifestasi perdarahan yang sering ditemukan, biasanya muncul pada hari
pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari.

Nilai Rujuk :
• < 10 peteki dinyatakan negative atau normal
• 20 dinyatakan abnormal
• 10-20 dinyatakan dubia
Atau :
Scale for reporting number of petechiae:
0 to 10 = 1+
10 to 20 = 2+
20 to 50 = 3+
50 or more = 4+

Tes ini cara awal paling sederhana bila suatu demam dicurigai sebagai infeksi dengue.
Dikenal sebagai cara Tes Rumpel Leed.
Meskipun uji tourniquet positif dapat juga ditemukan pada berbagai macam penyakit, namun
uji itu sebagai manifestasi perdarahan teringan dan dapat dinilai sebagai “presumptive
test”(test skrining) karena pada dijumpai pada sebagian besar penderita DBD hari-hari
pertama demam. Dengan melakukan tes RL maka dengan demikian kasus cepat diketahui dan
masyarakat dalam keadaan siap siaga menghadapi ancaman DBD

Uji Tourniquet dapat negative selama masa renjatan, juga kadang-kadang pada DBD tanpa
renjatan.
RL positif a.l :
• Infeksi dengue
• Defisiensi Vitamin C
• ITP
• Schonlein Henoch
Tes RL tidak perlu dilakukan:
1. Jika sudah terdapat purpura
2. Diketahui mempunyai riwayat perdarahan.

Tanpa tensimeter, kita dapat melakukannya sendiri dengan membebat lengan atas dengan
sapu tangan/karet elastis dengan tekanan secukupnya. Setelah 5 menit, perhatikan apakah
keluar bintik-bintik merah pada kulit lengan bawah. Jika ada, langsung ke dokter.

Membedakan Peteki dengan bintik gigitan nyamuk jika mencurigai infeksi dengue.
Jika pasien demam memperlihatkan bintik merah mirip bekas gigitan nyamuk, lakukan
peregangan kulit di area sekitarnya dengan jari. Jika kemudian bintik merah yang dicurigai
bintik perdarahan tampak menjadi lebih pudar merahnya kemungkinan bukan bintik
perdarahan. Sebaliknya , jika pada saat kulit ditekan bintiknya tidak pudar, kemungkinan
benar peteki tanda perdarahan DBD. Namun, tanda perdarahan kulit dapat juga berupa lebam.
Peteki spontan juga dapat ditemui.
BLEEDING TIME (Masa Perdarahan)

BLEEDING TIME
(Masa Perdarahan)

Terjadinya perdarahan berkepanjangan setelah trauma superfisial yang terkontrol,


merupakan petunjuk bahwa ada defisiensi trombosit. Masa perdarahan memanjang pada
kedaan trombositopenia ( <100.000/mm3 ada yang mengatakan < 75.000 mm3), penyakit Von
Willbrand, sebagian besar kelainan fungsi trombosit dan setelah minum obat aspirin.
Pembuluh kapiler yang tertusuk akan mengeluarkan darah sampai luka itu tersumbat
oleh trombosit yang menggumpal. Bila darah keluar dan menutupi luka , terjadilah
pembekuan dan fibrin yang terbentuk akan mencegah perdarahan yang lebih lanjut . Pada tes
ini darah yang keluar harus dihapus secara perlahan-lahan sedemikian rupa sehingga tidak
merusak trombosit. Setelah trombosit menumpuk pada luka , perdarahan berkurang dan
tetesan darah makin lama makin kecil.
Tes masa perdarahan ada 2 cara yaitu metode Duke dan metode Ivy . Kepekaan
metode Ivy lebih baik, dengan nilai rujukan I - 7 menit dan metode Duke dengan nilai
rujukan 1 – 3 menit.

1. METODE DUKE
A .Pra Analitik

1. Persiapan Pasien: tidak memerlukan persiapan khusus


2. Persiapan sample: darah kapiler
3. Prinsip:

Dibuat luka standar pada daun telinga , lamanya perdarahan sampai berhenti
dicatat.

4. Alat dan bahan

 Disposable Lanset steril


 Kertas saring bulat
 Stop Watch
 Kapas alkohol

B. Analitik
Cara kerja :

1. Desinfeksi daun telinga dengan kapas alkohol , biarkan mengering.


2. Buat luka dengan disposable lanset steril panjang 2 mm dalam 3 mm. sebagai
pegangan pakailah kaca objek dibalik daun telinga dan tepat pada saat darah keluar
jalankan stop watch.
3. Setiap 30 detik darah yang keluar diisap dengan kertas saring bulat tetapi jangan
sampai menyentuh luka
4. Bila perdarahan berhenti , hentikan stop watch dan catatlah waktu
perdarahan

Catatan :

1. Bila perdarahan 10 menit, hentikan perdarahan dengan menekan luka dengan kapas
alkohol . Dianjurkan untuk diulang dengan cara yang sama atau dengan metode Ivy.
2. Digunakan untuk bayi dan anak - anak
3. Kepekaannya kurang.

C. Pasca Analitik
Nilai rujukan : 1 – 3 menit
2. METODE IVY
A. Pra Analitik
1. Persiapan pasien: tidak memerlukan persiapan khusus
2. Persiapan sample: darah kapiler
3. Prinsip:
Dibuat perlukaan standar pada permukaan volar lengan bawah , lamanya perdarahan diukur.
4. Alat dan bahan:
 Tensimeter
 Disposable lanset steril dengan ukuran lebar 2 mm dan 3 mm
 Stop watch
 Kertas saring bulat
 Kapas alkohol

B. Analitik
Cara kerja:

1. Pasang manset tensimeter pada lengan atas dan pompakan tensi meter sampai 40 mm
Hg selama pemeriksaan . Desinfeksi permukaan volar lengan bawah dengan kapas
alkohol 70 % . Pilih daerah kulit yang tidak ada vena superfisial , kira - kira 3 jari
dari lipatan siku.
2. Rentangkan kulit dan lukailah dengan lebar 2 mm dalam 3mm.
3. Tepat pada saat terjadi perdarahan stop watch dijalankan
4. Setiap 30 detik hapuslah bintik darah yang keluar dari luka hindari jangan sampai
menutup luka.
5. Bila perdarahan berhenti ( diameter <1 mm ) hentikan stop watch dan lepaskan
manset tensimeter . Catat waktu perdarahan dengan pembulatan 0,5 menit.

Catatan :

1. Bila perdarahan sampai 15 menit belum berhenti tekanlah lukanya . Tes diulangi lagi
terhadap lengan lainnya . Bila hasilnya sama , hasil dilaporkan bahwa masa
perdarahan > 15 menit
2. Kesulitan dalam membuat luka yang standar . Jika hasil < 2 menit tes diulang

C. Pasca Analitik
.Nilai rujuk : 1 – 7 menit
http://www.analis ponya kendari.analisqmateri.bloggspot.com/
Waktu perdarahan (bleeding time, BT) adalah uji laboratorium untuk menentukan lamanya
tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan
ini mengukur hemostasis dan koagulasi. Masa perdarahan tergantung atas : ketepatgunaan
cairan jaringan dalam memacu koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan trombosit.
Pemeriksaan ini terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan untuk adhesi
pada jaringan subendotel dan membentuk agregasi. Bila trombosit

Prinsip pemeriksaan ini adalah menghitung lamanya perdarahan sejak terjadi luka kecil pada
permukaan kulit dan dilakukan dalam kondisi yang standard. Ada 2 teknik yang dapat
digunakan, yaitu teknik Ivy dan Duke. Kepekaan teknik Ivy lebih baik dengan nilai normal 1-
6 menit. Teknik Duke nilai normal 1-8 menit. Teknik Ivy menggunakan lengan bawah untuk
insisi merupakan teknik yang paling terkenal. Aspirin dan antiinflamasi dapat memperlama
waktu perdarahan.

Uji ini tidak boleh dilakukan jika penderita sedang mengkonsumsi antikoagulan atau aspirin;
pengobatan harus ditangguhkan dulu selama 3 – 7 hari.

Prosedur

1. Metode Ivy
o Pasang manset tensimeter pada lengan atas pasien kemudian atur tekanan pada
40 mmHg. Tekanan ini dipertahankan hingga pemeriksaan selesai.
o Pilih lokasi penusukan pada satu tempat kira-kira 3 cm di bawah lipat siku.
Bersihkan lokasi tersebut dengan kapas alkohol 70 %, tunggu hingga kering.
o Tusuk kulit dengan lancet sedalam 3 mm. Hindari menusuk vena.
o Hidupkan stopwatch saat darah mulai keluar kemudian isap darah yang keluar
dengan kertas saring setiap 30 detik.
o Matikan stopwatch pada saat darah berhenti mengalir.
o Kurangi tekanan hingga 0 mmHg lalu lepas manset tensimeter.
o Hitung masa perdarahan dengan menghitung jumlah noktah darah yang ada
pada kertas saring. Jika telah lewat 10 menit perdarahan masih berlangsung,
maka hentikan pemeriksaan ini.
2. Metode Duke
o Bersihkan anak daun telinga dengan kapas alkohol 70 %, tunggu hingga
kering.
o Tusuk pinggir anak daun telinga dengan lancet sedalam 2 mm.
o Hidupkan stopwatch saat darah mulai keluar kemudian isap darah yang keluar
dengan kertas saring setiap 30 detik.
o Matikan stopwatch pada saat darah berhenti mengalir.
o Kurangi tekanan hingga 0 mmHg lalu lepas manset tensimeter.
o Hitung masa perdarahan dengan menghitung jumlah noktah darah yang ada
pada kertas saring.

Masalah Klinis
HASIL MEMENDEK : Penyakit Hodgkin
HASIL MEMANJANG : idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP), abnormalitas trombosit,
abnormalitas vascular, leukemia, penyakit hati serius, disseminated intravascular coagulation
(DIC), anemia aplastik, defisiensi faktor koagulasi (V, VII, XI). Pengaruh obat : salisilat
(aspirin), dekstran, mitramisin, warfarin (Coumadin), streptokinase (streptodornasi, agens
fibrinolitik).

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :

 Metode yang digunakan; teknik yang tidak tepat – bila terjadi luka pungsi yang
mungkin lebih dalam daripada yang seharusnya. Bila tetesan darah ditekan paksa pada
permukaan kertas dan tidak menunggu tetesan darah benar-benar terisap dengan
sendirinya pada kertas penghisap, hal ini dapat merusak partikel fibrin sehingga
memperlama perdarahan.
 Obat aspirin dan antikoagulan dapat memperlama perdarahan.
clotting time (CT)
Clotting Time
Metode: LEE & WHITE
Prinsip: waktu pembekuan diukur sejak darah keluar dari epmbuluh sampai terjadi suatu
bekuan dalm kondisi yg spesifik
Specimen: darah segar 4 ml
Prosedur:
1. melakukan makrosampling dgn cara yg benar
2. pada saat darah masuk kedlm syringe, nyalakan stopwatch dan tourniquet dilonggarkan.
Lanjutkan dgn mengambil darah pelan2 sampai didapat 4ml
3. syringe dicabut kemudian jarum dilepaskan dari syringe, darah dimasukkan pelan2
kedalam 3tabung melewati dinding masing2 1 ml. sisanya untuk px yg lain
4. masukka tabung dlm waterbath 370C, tunggu selama 5 menit
5. tepat 5 menit kemudian, tabung 1 diangkat dan dimiringkan 450 . ulangi tindakan serupa
selang 30 detik sampai tjd bekuan yg sempurna(dimiringkan 900 tdk ada tumpahan). Catat
waktunya
6. 30 detik berikutnya lakukan hal yg serupa pda tabung 2 sampai tjd bekuan sempurna. Catat
waktunya
7. selang 30 detik berikutnya lakukan hal yg serupa pda tabung 2 sampai tjd bekuan
sempurna. Matikan stopwatch Catat waktunya
8. waktu pembekuan pada tab3 dlaporkan sbghasil px
Nilai Normal; 5-15 menit
NB :
- volume darah pda @ tab harus tepat 1 ml. jml lebih besar, waktu lebih panjang
- gelembung udara, vena punctie yg tdk lancer shg hemilisis / ikut masuknya cairan jaringan
dpt memperpendek waktu bekuan
- dgn cara yg sam tapi pake tab tg berlapis silicon&memiringkan tiap 5menit, Angka normal:
20-60menit
Pemeriksaan Masa Pembekuan Darah (
CLOTTING TIME )

3. CLOTTING TIME
(Masa pembekuan)

Tes masa masa pembekuan menurut Lee - White merupakan tes yang paling tua dan
kurang ketelitiannya . Tes ini mengukur waktu yang diperlukan oleh darah lengkap untuk
membeku di dalam tabung.
Metode Lee - White menggunakan 4 tabung masing - masing terisi 1 ml darah lengkap,
diinkubasi dalam suhu 370C. Tabung perlahan - lahan dimiringkan setiap 30 detik supaya
darah bersentuhan dengan dinding tabung sekaligus melihat sudah terjadinya pembekuan.
Darah normal membeku 4 - 10 menit dalam suhu 370C.
Uji ini menentukan lamanya waktu yang dibutuhkan darah untuk membeku. Hasilnya
menjadi ukuran aktivitas faktor-faktor koagulasi, terutama faktor-faktor yang membentuk
tromboplastin dan faktor-faktor yang berasal dari trombosit, juga kadar fibrinogen
Defisiensi faktor pembekuan dari ringan sampai sedang belum dapat dideteksi
dengan metode ini, baru dapat mendeteksi defisiensi faktor pembekuan yang berat.
.
A. Pra Analitik
1. Persiapan pasien: tidak memerlukan persiapan khusus
2. Persiapan sample: darah vena
3. Prinsip:
Diambil darah vena dan dimasukkan kedalam tabung kemudian dibiarkan membeku . Selang
waktu dari saat pengambilan darah sampai saat darah membeku dicatat sebagai masa
pembekuan
4. Alat dan bahan
 Tabung reaksi 10 X 100 mm = 4 buah
 Stop watch
 Water bath

B. Analitik
I.Metode Tabung
Cara kerja :
1. Tempatkan ke 4 tabung reaksi ke dalam water bath (370C)
2. Ambil darah vena 4 ml, segera jalankan stop watch pada saat darah tampak di dalam jarum .
Tuangkan 1 ml kedalam setiap tabung.
3. Setelah 3 menit mulailah mengamati tabung 1 . Angkat tabung keluar dari water bath dalam
posisi tegak lurus, lalu miringkan perhatikan apakah darah masih bergerak atau
tida(membeku ). Lakukan hal ini pada semua tabung setiap selang waktu 30 detik sampai
terlihat darah dalam tabung sudah tidak bergerak (darah sudah membeku ).
4. Catat selang waktu dari saat pengambilan darah sampai darah membeku sebagal masa
pembekuan.

Rumus : Rata - rata dari tabung 2,3,dan 4, hasil dibulatkan 0,5 menit.
Catatan : Nlilai rujukan 4-10 menit (370C). Tes dapat dilakukan tanpa menggunakan water
bath , masa pembekuan pada suhu kamar lebih panjang. Disarankan tiap laboratorium untuk
membuat nilai rujukan masing - masing.

II. Metode kapiler


Alat
 Kapas
 Alkohol 70%
 Lanset
 Objek glass
 Stopwatch
Cara kerja:

1. Basahi kapas dengan alcohol 70%


2. Desinfeksi ujung jari dengan dengan kapas alkohol dan biarkan kering
3. Ujung jari ditusuk dengan lanset sedalam 3 mm hingga keluar darah
4. Darah diteteskan sebanyak 2 tetes pada objek glass dan stopwatch dijalankan
5. Darah tadi diangkat dengan jarum tiap 30 detik sampai terlihat adanya benang
fibrin
6. Waktunya dicatat

C. Pasca Analitik
Nilai rujukan :
I. 4 – 10 menit (37oC)
II. 2 – 6 menit

Anda mungkin juga menyukai