LAPORAN PRAKTIKUM
oleh,
Nama : Dea Salsabila
NIM : 20120040
Kelas : TLM 2A
Pembahasan Tes fragilitas osmotik atau osmotic fragility test (OFT) bertujuan
mengetahui kemampuan dinding eritrosit untuk bertahan terhadap
lisis pada saat eritrosit dimasukkan ke dalam larutan hipotonis.
Berdasarkan osmolalitas (konsentrasi) cairan, air secara normal
akan mengalami pertukaran antara cairan ekstraseluler dan sel. Tes
fragilitas osmotic juga merupakan pengukuran kemampuan eritrosit
untuk menyerap cairan tanpa mengalami lisis. Pemeriksaan ini
dilaksanakan untuk membantu diagnosis banding ebberapa jenis
anemia yang mana sifat fisik eritrosit berubah. Faktor primer yang
mempengaruhi tes fragilitas osmotic adalah sel yang tergantung
pada volume, luas permukaan membrane dan kondisi fungsional
membrane sel eritrosit. Cairan eritrosit dan plasma memiliki
konsentrasi ionik yang sama, yaitu isotonik. Osmotik terjadi ketika
ada ketidakseimbangan salah satu cairan tersebut. Cairan mengalir
dari konsentrasi yang lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi.
Bila eritrosit berada dalam larutan hipotonis maka cairan yang kadar
konsentrasinya lebih rendah dari konsentrasi plasma / serum
normal akan mengalir ke dalam eritrosit. Hal ini dapat
menyebabkan pembengkakan dan akhirnya eritrosit tersebut
mengalami ruptur. Pada pemeriksaan ini eritrosit dimasukkan dalam
larutan salin dengan konsentrasi yang berbeda.
Pada peningkatan fragilitas osmotik, eritrosit umumnya berbentuk
sferikal, sedangkan pada penurunan fragilitas, eritrosit berbentuk
tipis dan rata. Nilai fragilitas osmotik meningkat pada sferositosis
herediter, anemia hemotlitik autoimun (AIHA), inkompatibiltas ABO
dan Rhesus, penyakit hemoglobin C, leukemia limfositik kronis,
toksisitas obat zat kimia dan luka bakar. Sedangkan fragilitas akan
menurun pada talasemia mayor, talasemia minor, anemia,
polisitemia vera, pasca splenektomi dan nekrosis hati.
Kesimpulan Tes fragilitas osmotik atau osmotic fragility test (OFT) bertujuan
mengetahui kemampuan dinding eritrosit untuk bertahan terhadap
lisis pada saat eritrosit dimasukkan ke dalam larutan hipotonis.
Berdasarkan osmolalitas (konsentrasi) cairan, air secara normal
akan mengalami pertukaran antara cairan ekstraseluler dan sel.
Fragilitas osmotik merupakan salah satu metode untuk meneliti
keadaan membran eritrosit. Pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit
digunakan untuk mengukur resistensi eritrosit yang mengalami
hemolisis saat dipaparkan pada berbagai tingkat konsentrasi larutan
salin hipotonis.
Daftar Pustaka 1. Virgiati, V., & Susanti, A. L. (2017). Perbedaan Fragilitas
Osmotik Eritrosit Setelah Penyimpanan 2 Jam, 4 Jam, Dan 6
Jam.
2. Aliviameita, A. (2017). Modul Praktikum Hematologi
1. Umsida Press, 1-32.
3. Gugun, A. M., & Sukorini, U. (2004). Profil Pemeriksaan
Fragilitas Osmotik Eritrosit di RS. Dr. Sardjito. Mutiara
Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 4(2), 86-96.
No Praktikum 05
Hari/Tanggal Jum’at / 27 Mei 2022
Judul Pemeriksaan Pemeriksaan Fibrinogen
Tujuan Untuk mengukur jumlah fibrinogen dalam darah pasien.
Prinsip Fibrinogen bila dipanaskan sampai 56oC akan mengendap
sedangkan factor – factor lain dalam plasma tidak.
Dasar Teori Fibrinogen merupakan glikoprotein tertentu yang terlarut dan dapat
ditemukan di dalam plasma, dengan berat molekul 340 kDa.sebagai
factor pemebekuan, fibrinogen merupakan komponen utama dalam
system koagulasi dan merupakan precursor fibrin. Fibrinogen
merupakan salah satu factor pembekuan yang dapat meningkat ke
pembekuan dan dapat juga sebagai petanda inflamasi. Peningkatan
tingkat plasma fibrinogen merupakan salah satu kebahayaan untuk
tejadi strok iskemik. Fibrinogen merupakan protein fase akut
dimana kadarnya akan meningkat sebagai respon terhadap
terjadinya infeksi, peradangan, stress, tindakan bedah, trauma dan
nekrosis jaringan, akibat peningkatan kadar fibrinogen ini akan
menyebabkan peningkatan viskositas plasma dan peningkatan
aggregasi trombosit serta aggregasi eritrosit. Kadar fibrinogen yang
tinggi berhubungan dengan proses aterosklerosis dan juga
dilaporkan pada pasien dengan coronary heart disease, peripheral
vascular disease dan carotid stenosis. Fibrinogen telah dikenal
secara luas sebagai faktor resiko independen untuk penyakit
jantung koroner, bersama- sama dengan faktor resiko
kardiovaskular yang lain serta memiliki hubungan dengan penyakit
vaskular dan merokok.
Fibrinogen adalah protein globulin berukuran besar yang stabil
(berat molekul 341,000) fibrinogen adalah prekursor fibrin yang
menghasilkan bekuan ketika fibrinogen beriaksi dengan trombin,
dua peptida memisakan diri dari molekul fibrinogen, menghasilkan
fibrin monomer . Fibrinogen trombin – fibrin monomer – bekuan
fibrin.
Alat dan Bahan Alat : - Mikrotube
- Microsentrifuge
- Waterbath
- Hematocrit calculator
Bahan : - Darah vena
- Anti koagulan
- Creatoseal
Prosedur Kerja Heath Method (Semikuantitatif)
1. Ambil darah sekitar 2 cc dan tambahkan antikoagulan sitrat
2. Ambil plasma dengan microtube sampai ¾ nya.
3. Tutup dengan creatoseal
4. Panaskan sampai 56oC pada waterbath selama 15 menit
5. Sentrifuge dengan kecepatan 1000 rpm selama 5 menit.
6. Endapan yang terjadi dihitung dengan kalkulator hematokrit.
7. Dihitung persen dari endapan terhadap volume plasma.
Perhitungan : Misalnya didapat 2,5% jumlah fibrinogen, maka
hasilnya 2,5 X 100 mg% = 250 mg%
Hasil Pengamatan
4 x 100 mg % = 400 mg %
2 X 100% = 40%
5
Pembahasan Darah dalam tabung akan memadat bila berada di dalam tabung
yang mulai membeku, dan bekuan akan mengecil. Serum akan
diperas keluar dari bekuan, sehingga akhirnya hanya eritrosoit saja
yang terperangkap didalam massa fibrin. Hal ini disebut dengan
retraksi bekuan, dan trombosit berperan dalam proses ini. Sehingga,
kecepatan proses bekuan secara kasar dapat menunjukkan apakah
trombosit adekuat atau tidak.
Bekuan yang normal secara perlahan – lahan akan dilepaskan dari
dinding tabung reaksi, dan kemudian diinkubasi pada suhu 37° C.
Retraksi bekuan terjadi hingga tinggal separuh dari ukuran semula
yang berlangsung dalam waktu 2 jam. Hasilnya berupa suatu
bekuan fibrin yang kenyal, berbentuk silinder yang mengandung
eritrosit, dan terpisah dari serum.
Dari hasil pengamatan diatas pada sempel pasien X dengan usia 20
tahun didapatkan hasil 40%, dikatakan normal karena nilai
normalnya adalah 40 – 60%, sehingga pasien tidak ada gangguan
pada fungsi trombositnya.
Suhu inkubasi berhubungan dengan waktu yang diperlukan dalam
pemeriksaan retraksi bekuan, semakin tinggi suhu maka waktu yang
diperlukan lebih singkat. Suhu 37° C merupakan suhu stabil dalam
tubuh, sedangkan untuk suhu inkubasi dengan menggunakan suhu
ruang merupakan alternatif lain dalam pemeriksaan retraksi bekuan
tanpa penggunaan alat. Seluruh fibrinogen dan sebagian faktor –
faktor pembekuan yang lain dikelurkan setelah cairan serum
teperas dari bekuan. Sehingga bekuan akan menciut setelah proses
tersebut.
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi retraksi bekuan yaitu
kadar fibrinogen, faktor – faktor pembekuan dalam serum darah,
dan jenis permukaan yang bersentuhan dengan darah beku.
Kesimpulan Pemeriksaan retraksi bekuan adalah pemeriksaan untuk
mengetahui fungsi trombosit. Prinsip pemeriksaan retraksi bekuan
adalah darah dibiarkan membeku di dalam tabung berskala dan
volume serum diukur yang dinyatakan dalam persen.
Dari hasil pemeriksaan retraksi bekuan dapat disimpulkan bahwa
pada sampel pasien X dengan usia 20 tahun didapatkan hasil yang
normal karena hasilnya 40% sedangkan nilai normalnya yaitu 40 –
60%.
Daftar Pustaka 1. Manik, S. E. (2020). Modul Praktek Patologi Klinik III.
2. Sunarto, S. Aspek-AspekPenyakit Perdarahan Dalam Praktek
Pada Anak. Journal of the Medical Sciences (Berkala Ilmu
Kedokteran), 13(02).
3. Safitri, R. (2021). KOMPARASI URUTAN PENGISIAN TABUNG
NATRIUM SITRAT 3, 2% PADA PENGAMBILAN DARAH
SISTEM VACUTAINER TERHADAP NILAI PPT (PLASMA
PROTHROMBIN TIME) (Doctoral dissertation, Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta).
No Praktikum 07
Hari/Tanggal Jum’at / 3 Juni 2022
Judul Pemeriksaan Prothombin Time / PT
Tujuan Menentukan aktifitas faktor – faktor pembekuan jalur ekstrinsik dan
jalur Bersama (prothrombin, F V, F VII DAN F X)
Prinsip Tromboplastin jaringan (faktor ekstrinsik dan ion Ca2+) ditambahkan
kedalam plasma sitrat kemudian diukur lamanya waktu yang
diperlukan terbentuknya fibrin.
Dasar Teori Prothrombin time (PT) adalah uji lama waktu pembekuan darah di
alur keluaran (extrinsic pathway) dan alur bersama (common
pathway). Uji ini dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan
perdarahan dan untuk menilai pengobatan yang dilakukan untuk
mencegah perdarahan. Pemeriksaan PT dan aPTT merupakan
pemeriksaan penghentian perdarahan/hemostasis yang rutin
terutama bagi pasien prabedah. Trombin adalah suatu enzim
proteolitik yang memiliki potensi dasar dengan diskriminasi yang
relatif kecil. Jumlah trombin yang terbentuk dari satu militer plasma,
apabila dibebaskan secara bersama-sama diseluh sirkulasi, dapat
menggumpalkan keseluruhan aliran darah. Di bawah kondisi
hemostatik normal, hanya sejumlah kecil trombin yang terbentuk
setiap saat. Selain mengubah fibrinogen menjadi fibrin, trombin
juga meningkatkan reaksi pembebasan trombosit seperti dijelaskan
di atas, dan memperkuat pengaktifan faktor V dan faktor VIII serta
faktor IX.
Pemeriksaan PT (Prothrombin Time) juga sering dipakai untuk
memantau efek pemberian antikoagulan oral. Pemberian kepekaan
reagen tromboplastin yang dipakai dan perbedaan cara pelaporan
menimbulkan kesulitan bila pemantauan dikerjakan di laboratorium
yang berbeda-beda. Untuk mengatasi masalah tersebut ICTH
(International Comittee on Thrombosis and Haemostasis) dan ICSH
(International Comitte for Standardization in Haematology)
menganjurkan agar tromboplastin jaringan yang akan digunakan
harus dikalibrasi terlebih dahulu terhadap tromboplastin rujukan
untuk mendapatkan ISI (International Sensitivity Index). Juga
dianjurkan agar hasil pemeriksaan PT dilaporkan secara seragam
dengan menggunakan INR (International Normalized Ratio), yaitu
rasio yang dipangkatkan dengan ISI dari reagens tromboplastin.
Menstandarkan nilai PT (Prothrombin Time) antar laboratorium.
Digunakan untuk memantau penggunaan warfarin.
Alat dan Bahan Alat : 1. Tabung reaksi
2. Stopwatch
3. Mikro pipet
4. Ose
Bahan : 1. Plasma sitrat
2. Reagen OBT
Prosedur Kerja 1. Masukan reagen OBT (Ortho Brain Tromboplastin) kedalam
tabung, inkubasi pada suhu 37oC selama 5 menit.
2. Masukkan 100 µl plasma sitrat kedalam tabung reaksi,
inkubasi pada suhu 37oC dalam waterbath selama 2 menit,
tambahkan 200 µl reagen OBT, jalankan stopwatch
3. Aduk dengan ose, hentikan stopwatch jika sudah terbentuk
fibrin.
4. Lakukan hal yang sama untuk control (Ortho Plasma
Coagulation Control).
Hasil Pengamatan Hasilnya memanjang lebih dari nilai normal.
Pembahasan Tahap pra analitik yang harus diperhatikan pada pemeriksaan ini
yaitu pembuatan plasma rendah trombosit yang dilakukan dengan
cara darah vena ditambahkan dengan antikoagulan Na sitrat 3,2%
menggunakan perbandingan 1:9, kemudian disentrifuge dengan
kecepatan 3000 rpm selama 20 menit, maka trombosit yang
terdapat dalam darah akan mengendap pada lapisan buffy coat.
Perubahan trombosit akibat kecepatan sentrifuge yang berbeda
menghasilkan pengumpulan trombosit yang menetap dan
pelepasan secara selektif komponen – komponen tertentu seperti
posfolipid (platelet faktor III). Kecepatan sentrifuge yang berbeda
akan memperpendek atau memperpanjang masa rekalsifikasi yang
akan beakibat pada hasil pemeriksaan koagulasi lengkap dengan
anamnesis Riwayat penyakit hemofilia.
Dari hasil pemeriksaan waktu rekalsifikasi didapatkan hasil yang
memanjang karena tidak menghasilkan benang fibrin dari waktu
nilai normal yaitu 90 – 250 detik, hal ini bisa disebabkan karena
reagen yang digunakan sudah expired terlalu lama. Waktu
rekalsifikasi juga bisa dipengaruhi oleh jumlah trombosit, semakin
banyak trombosit semakin singkat masa rekalsifikasinya. Pengaruh
trombosit dapat dihindari dengan memakai plasma rendah
trombosit yaitu 3000 rpm sehingga plasma hanya mengandung
sedikit trombosit.
Waktu rekalsifikasi digunakan untuk mencari adanya kekurangan
faktor – faktor dari jalur intrinsik yaitu faktor pembekuan V, VIII, IX,
X, XI, XII, protombin dan fibrinogen. Aktivasi faktor pembekuan
tersebut dapat di cegah dengan menggunakan tabung plastik yang
dilapisi silikon. Penggunaan tabung kaca apabila sering digunakan
atau di cuci dapat menyebabkan permukaan kaca tergores.
Sehingga menyebabkan faktor pembekuan teraktivasi khususnya
faktor XII atau faktor kontak.
Waktu rekalsifikasi bisa juga dipengaruhi oleh jumlah trombosit.
Makin banyak trombosit, makin singkat masa rekalsifikasi. Untuk itu
dalam pemeriksaan ini dianjurkan memakai plasma rendah
trombosit. Faktor yang dapat mempengaruhi pemeriksaan yaitu
pembekuan sampel darah, sampel darah hemolisis atau beruah
akibat dikocok, dan pengambilan sampel darah pada intravena lines.
Kesimpulan Pemeriksaan masa rekalsifikasi digunakan untuk mencari
adanya kekurangan faktor pembekuan darah pada jalur intrinsik
yaitu pada faktorpembekuan V, VIII, IX, XI, XII, protrombin dan
fibrinogen.
Dari hasil pemeriksaan waktu rekalsifikasi dapat disimpulkan bahwa
hasil yang didapatkan memanjang karena tidak menghasilkan
benang fibrin dari waktu nilai normal yaitu 90 – 250 detik, hal ini
bisa disebabkan karena reagen yang digunakan sudah expired
terlalu lama.
Daftar Pustaka 1. WIARSIH, S. (2018). PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN MASA
REKALSIFIKASI PADA VARIASI KECEPATAN PEMUSINGAN.
2. Prihandini, E. (2017). PERBEDAAN HASIL MASA
REKALSIFIKASI MENGGUNAKAN TABUNG KACA DAN
TABUNG PLASTIK (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Semarang).
3. Alfiah, S. (2011). Dikloro Difenil Trikoloetan (Ddt). Vektora:
Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit, 3(2), 143-149.