Usulan Penelitian
Diajukan guna menyusun skripsi untuk memenuhi
sebagian syarat memperoleh derajat Sarjana Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
Diajukan Oleh
Nor Hidayah
I1A115012
2
Maret, 2018 DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN DEPAN.............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 6
C. Tujuan..................................................................................... 6
D. Manfaat................................................................................... 7
E. Keaslian Penelitian................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pernikahan Dini...................................................................... 12
1...................................................................................Definisi
Pernikahan Dini.......................................................... 12
2...................................................................................Batasan
Pernikahan Dini.......................................................... 13
3...................................................................................Penyebab
Pernikahan Dini.......................................................... 14
4...................................................................................Dampak
Pernikahan Dini.......................................................... 15
B...........................................................................................Faktor
Risiko yang Berhubungan dengan Pernikahan Dini.............18
1.....................................................................................Faktor
Penguat (predisposing factor)....................................... 18
2.....................................................................................Faktor
Pendukung (enabling factor)......................................... 24
3.....................................................................................Faktor
Pendorong (reinforcing factor)...................................... 29
BAB III LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
1
A. Landasan Teori................................................................... 34
B. Kerangka Teori................................................................... 36
C. Kerangka Konsep............................................................... 37
D. Hipotesis ............................................................................ 37
2
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
..........................................................................................................
..........................................................................................................
42
..........................................................................................................
..........................................................................................................
48
..........................................................................................................
..........................................................................................................
49
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
39
4
DAFTAR LAMPIRAN
5. Kuesioner Penelitian
5
6
BAB I
PENDAHULUAN
masih muda. Pernikahan dini merupakan pernikahan pada remaja puteri di bawah
usia 16 tahun yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan (1).
Hal ini bertentangan dengan UU No. 1 tahun 1974, pasal 7 ayat (1) yang
menyebutkan bahwa “Perkawinan hanya diizinkan bila pihak pria telah mencapai
umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 (enam
ketika usia dari salah satu dan atau kedua mempelai berada dibawah usia yang
di dunia (ranking 37). Posisi ini merupakan yang tertinggi kedua di ASEAN
muda di Indonesia dengan interval usia 10-14 tahun yang telah menikah terdapat
sebanyak 0,2% atau lebih dari 22.000. Wanita muda berusia 10-14 tahun di
Indonesia sudah menikah sebelum usia 15 tahun. Pada interval usia yang lebih
tinggi, perempuan muda berusia 15-19 tahun yang telah menikah memiliki angka
11,7% jauh lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki muda berusia 15-19
1
2
perkawinan usia sangat muda (10-14 tahun) yang paling tinggi adalah Kalimantan
Selatan (9%), Jawa Barat (7,5%), Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah
(46,3%) (4,5).
menduduki peringkat ke-2 setelah Jawa Barat dalam kasus pernikahan dini pada
usia paling muda antara 10-14 tahun. Berdasarkan data BKKBN, jumlah keluarga
remaja di Kalimantan Selatan adalah 2483 orang dengan jumlah perkawinan dini
mencapai 18% dari total jumlah remaja usia 14-16 tahun (6).
pada tahun 2017 berturut-turut adalah Kabupaten Hulu Sungai Tengah sebanyak
101 kasus, Kabupaten Banjar sebanyak 74 kasus dan Tanah Laut sebanyak 32
kasus. Angka pernikahan dini untuk Kabupaten Banjar dari tahun 2016 sebanyak
15 kasus dan mengalami kenaikan pada tahun 2017 sebanyak 74 kasus. Angka
3
pernikahan dini di kabupaten Banjar pada tahun 2017 adalah 74 kasus, terdiri dari
prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), kelainan bawaan, mudah terjadi
Kehamilan di usia yang sangat muda berkorelasi dengan angka kematian dan
kesakitan ibu. Anak perempuan berusia 10-14 tahun berisiko 5 kali lipat
meninggal saat hamil maupun bersalin dibandingkan kelompok usia 20-24 tahun.
Risiko ini meningkat 2 kali lipat pada kelompok usia 15-19 tahun (12).
baik dari segi sosial ekonomi, mental/psikologis, fisik, terutama bagi kesehatan
rahim dan berbagai masalah lainnya, sehingga bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
menikah dini berisiko mengalami kematian (14). Hal ini berkaitan dengan dengan
angka kematian ibu (AKI) yang masih tinggi di Kabupaten Banjar. Pada tahun
Selatan dengan jumlah kasus sebanyak 25 kasus dengan angka kematian bayi
4
tahun 2015 Kabuaten Banjar menduduki urutan ke-2 AKI tertinggi di Provinsi
Kalimantan Selatan dengan jumlah kasus sebanyak 12 kasus, namun AKB pada
tahun ini menduduki urutan pertama dengn jumlah kasus sebanyak 112 kasus dan
AKI pada di tahun 2016 menjadi 11 kasus (15). Konsekuensi yang luas dalam
dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu faktor penguat (predisposing factor) terdiri dari
Pendorong (reinforcing factor) terdiri dari peran orang tua yang meliputi
pengetahuan, sikap, pendidikan, dan pendapatan dari orang tua remaja (17).
faktor tingginya kasus pernikahan dini. Hal ini pada akhirnya akan mempengaruhi
sikap remaja terhadap pernikahan dini (12). Menurut Yulianti (2010), menyatakan
pada akhirnya akan mempengaruhi sikap remaja terhadap pernikahan dini (13).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pohan (2017), menyatakan
bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan pernikahan usia dini pada remaja
puteri dengan nilai p value sebesar 0,0005 serta nilai Odd Ratio (OR) sebesar
5,78 dengan pendidikan dasar mempunyai resiko 5,78 kali menikah dini
Orang tua beranggapan bahwa remaja puteri merupakan beban ekonomi dan
beban hidup dan masalah ekonomi mereka teratasi (18). Hal ini sejalan dengan
penelitian Pohan (2017), menyatakan ada hubungan antara status ekonomi dengan
pernikahan usia dini pada remaja puteri dengan nilai p value sebesar 0,003 serta
nilai Odd Ratio (OR) sebesar 3,28 yang berarti bahwa remaja puteri yang status
ekonomi rendah mempunyai risiko 3,28 kali menikah dini dibanding remaja puteri
Kultur atau budaya nikah muda bisa berasal dari dalam lingkungan
keluarga maupun dari lingkungan masyarakat sekitar. Pernikahan dini bisa terjadi
luas pernikahan anak berkaitan dengan tradisi dan budaya, sehingga sulit untuk
bahwa remaja puteri yang percaya dengan budaya mempunyai resiko 3,939 kali
menikah dini dibanding remaja puteri yang tidak percaya dengan budaya.
Faktor lain yang juga mempengaruhi kejadian pernikahan dini yaitu akses
yang mudah terhadap pornografi oleh remaja yang akan meningkatkan akses
yang tidak diinginkan yang berujung pada pernikahan dini. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Raharjo (2013) bahwa secara statistik, remaja yang
pernikahan dini sebesar 5,53 kali (5, 22). Berdasarkan uraian diatas, maka
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum dari penelitian ini adalah menjelaskan Hubungan antara
Dini.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
a. Menganalisis hubungan antara pendidikan remaja puteri dengan kejadian
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi BKKBN Kabupaten Banjar
Penelitian ini menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah terutama
pernikahan dini kepada remaja maupun orang tua, sehingga dapat menurunkan
dini.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi untuk menambah pemahaman
dalam mengambil keputusan untuk tidak melakukan pernikahan dini serta dapat
membantu orang tua untuk mencegah kondisi yang dapat mencetuskan terjadinya
pernikahan dini.
4. Bagi calon peneliti
8
pengetahuan dan teori yang sudah didapat serta digunakan sebagai referensi bagi
penelitian selanjutnya untuk meneliti tentang pernikahan dini dan faktor risiko
dasar dalam melakukan upaya promosi kesehatan mengenai pernikahan dini dan
dampaknya.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian
Pernikahan Dini pada remaja puteri di Kecamatan Aluh-aluh ini belum pernah
Dini Terhadap Remaja puteri. Persamaan kedua penelitian ini terletak pada
berupa pernikahan dini serta menggunakan analisis data Uji Chi Square.
bebas yang tidak ada pada penelitian ini, yaitu pengetahuan, peran orang tua,
pekerjaan, pergaulan bebas dan media massa, serta terdapat perbedaan dari
sampling (18).
9
kedua penelitian ini terletak pada analisis data menggunakan Uji Chi Square
dengan rancangan penelitian case control. Variabel bebas yang terdapat pada
Persamaan kedua penelitian ini terletak pada jenis penelitian analitik dengan
bebas yang tidak ada pada penelitian ini, yaitu sikap, dan keterpaparan
pornografi (15).
4. Rahardjo S, Riyanti I (2013). Determinan pernikahan dini di Kecamatan
dini serta menggunakan analisis data Uji Chi Square. Persamaan variabel
10
dari variabel bebas penelitian sebelumnya yaitu perilaku, pekerjaan dan sosial
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pernikahan Dini
1. Definisi Pernikahan Dini
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami
isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (18). Pernikahan dini adalah pernikahan
pada remaja di bawah usia 16 tahun yang seharusnya belum siap untuk
mengikat dua insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (24).
Dalam pasal 7 ayat (1) menyatakan bahwa perkawinan hanya diijinkan jika
pihak pria sudah mencapai umur 19 dan pihak wanita sudah mencapai umur 16
tahun, usulan perubahan pada pasal 7 tahun 1974 ayat (1) perkawinan dapat dan
dilakukan jika pihak laki-laki dan perempuan berusia minimal 19 tahun, ayat (2)
mencapai umur 21 tahun, harus mendapat izin kedua orangtua, sesuai dengan
bahwa Usia Perkawinan Pertama diijinkan apabila pihak pria mencapai umur 25
1
2
oleh seseorang yang pada hakekatnya belum memiliki persiapan atau kematangan,
hanya diizinkan bila pihak pria telah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun
dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas) tahun”. Sebuah
perkawinan dikatakan kasus pernikahan dibawah umur ketika usia dari salah satu
dan atau kedua mempelai berada dibawah usia yang telah ditetapkan tersebut (2).
Batas usia dalam melangsungkan perkawinan adalah hal yang penting, karena
menikah pada perempuan yaitu 21-25 tahun dan pada laki-laki 25-28 tahun karena
secara baik dan kuat serta siap melahirkan begitu pula pada laki-laki pada umur
25-28 akan siap untuk menopang kehidupan keluarganya. Pernikahan pada usia
pada perkawinan pertama, sehingga mencapai usia minimal pada saat pernikahan
yaitu 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki. PUP bukan sekedar
menunda sampai usia tertentu saja tetapi mengusahakan agar kehamilan pertama
terjadi pada usia yang cukup dewasa. Hal ini diharapkan akan menurunkan total
remaja dapat disebabkan oleh adanya beberapa faktor seperti faktor agama,
faktor tersebut, pada umumnya menjadi faktor penyebab bagi para remaja dalam
faktor yang timbul dalam diri sendiri dan juga dari luar dirinya. Pernikahan yang
dilakukan pada usia remaja memiliki dampak atau resiko negatif dalam kehidupan
seseorang termasuk juga terhadap status kesehatannya, baik itu kesehatan secara
melakukan pernikahan usia dini. Ada beberapa faktor penyebab pernikahan usia
dini yaitu: pemaksaan dari orang tua, pergaulan bebas, rasa keingintahuan tentang
Menurut Kumalasi dan Andhantoro (2012), faktor penyebab pernikahan usia dini
1
adalah faktor sosial budaya, desakan ekonomi, tingkat pendidikan, sulit mendapat
penyakit pada wanita serta resiko tinggi berbahaya saat melahirkan, baik pada ibu
dampak bagi kesehatan reproduksi, dampak kematian ibu dan bayi, serta dampak
perceraian (27).
Dampak pernikahan pada usia muda lebih tampak nyata pada remaja puteri
dibandingkan remaja laki-laki. Dampak nyata dari pernikahan usia dini adalah
pasangan usia muda dikarenakan pada umumnya pasangan usia muda keadaan
yang timbul dalam pernikahan. Ditinjau dari masalah sosial ekonomi pernikahan
masih berusia remaja akan dipaksa untuk mempercepat aktivitas seksual mereka,
hal ini secara tidak langsung akan berdampak pada kehamilan remaja. Kehamilan
mereka akan memaksa rahim untuk menerima janin dalam keadaan yang tidak
siap. UNICEF (2007), dalam sebuah paper “Early Marriage in South Asia”
menambahkan bahwa kehamilan lebih awal pada remaja akan lebih rentan
terhadap keguguran, kematian bayi, gizi buruk, kanker serviks, kemandulan, dan
kematian ibu (30). Dampak dari pernikahan usia dini bila wanita tersebut
spontan dan 4 kali risiko mengalami kematian janin dan kematian bayi.
ilegal dan tidak aman secara medis yang berakibat komplikasi aborsi. Angka
komplikasi kehamilan dan persalinan antara lain pada kehamilan dapat terjadi
preeklampsia, risiko persalinan macet karena besar kepala anak tidak dapat
bayi dapat terjadi berat badan lahir rendah atau berat badan lahir besar. Risiko
remaja belum siap untuk menikah dan memiliki bayi akan mengakibatkan
timbulnya kecemasan dan stres bahkan depresi saat menjalani rumah tangga dan
merawat bayinya. Kesiapan peran baru sebagai ibu pada remaja puteri yang baru
ditinjau dari segi ketidaksiapan secara psikis dalam menghadapi persoalan sosial
maupun ekonomi rumah tangga, risiko tidak siap mental untuk membina
c. Sosial
Pernikahan dini merupakan pernikahan yang masih rawan dan belum stabil,
pada usia remaja emosi masih sangat labil, remaja masih kurang mampu untuk
bersosialisasi dan beradaptasi, sifat ego remaja yang masih tinggi serta belum
dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu faktor penguat (predisposing factor) terdiri dari
dari peran orang tua yang meliputi pengetahuan dari orang tua remaja, sikap dari
orang tua remaja, pendidikan dari orang tua remaja, dan pendapatan dari orang tua
remaja (17).
1. Faktor Penguat
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(34).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan selain informasi menurut
akan luas, sedangkan semakin tua usia seseorang maka pengalaman akan semakin
sikap dan perilaku yang dimiliki seseorang. Semakin banyak sumber informasi
usia muda. Kebanyakan dari mereka kurang menyadari bahaya yang timbul akibat
pernikahan dini (24). Pengetahuan remaja puteri yang semakin tinggi tentang
yang baik cenderung tidak menikah pada usia dini, karena mereka memperoleh
pengetahuan tentang pernikahan usia dini dari lingkungan sekitar mereka, yaitu
dalam bidang ekonomi. Hal ini sesuai dengan penelitian Pohan (2017) bahwa,
pernikahan dini dengan nilai p=0,001; OR= 5,082 (95% CI;1.881-13.732) yang
menikah dini 5,082 kali dibanding mereka yang memiliki pengetahuan yang baik
(18).
b. Sikap
Mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai
manusia lainnya atau sesuatu yang sedang dihadapi oleh individu, bahkan
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan
dipandang perbuatan tersebut positif dan bila percaya bahwa orang lain ingin agar
hubungan sikap dan perilaku. Selain itu sikap seseorang juga dipengaruhi oleh
pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa,
prodisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap belum
suatu perilaku. Sikap terdiri dari beberapa tingkatan, antara lain (35):
a) Menerima
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
Teori tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2014)
tentang hubungan antara pengetahuan remaja puteri dengan sikap remaja puteri
Pekalongan dengan didapatkan hasil ρ value 0,014 (value > 0.05). Hal tersebut
disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan remaja puteri dengan sikap
remaja puteri terhadap pernikahan usia dini. Hasil penelitian tersebut juga
usia dini, maka akan semakin baik pula sikap remaja puteri terhadap pernikahan
pernikahan usia dini, maka semakin kurang juga sikap remaja puteri terhadap
c. Budaya
Kepercayaan dan adat istiadat yang berlaku dalam keluarga juga menentukan
anak mereka dalam usia yang sangat muda karena keinginan untuk meningkatkan
status sosial keluarga, mempererat hubungan antar keluarga, dan atau untuk
menjaga garis keturunan keluarga. Hal ini didukung oleh teori Surbakti (2008)
yang menjelaskan bahwa faktor budaya bisa jadi merupakan salah satu penyebab
pernikahan dini, usia layak menikah menurut budaya dikaitkan dengan datangnya
haid pertama bagi wanita, dengan demikian banyak remaja yang belum layak
maupun dari lingkungan masyarakat sekitar. Kultur nikah muda yang berasal dari
dalam lingkungan keluarga terjadi karena adanya kebiasaan turun temurun pada
8
keluarga itu untuk melakukan pernikahan usia dini, hal ini terjadi dikarenakan
keluarga tersebut menganut prinsip yang kuat terhadap suatu pernikahan. Kultur
tahun seseorang tersebut dianggap tidak laku hingga diberi julukan sebagai
perawan tua, hal ini membuat orang tua yang memiliki anak perempuan ingin
segera menikahkan anaknya agar anaknya tidak dicap sebagai perawan tua di
oleh kebudayaan yang mereka anut yaitu hasil olah pikir masyarakat setempat,
yang sifatnya dapat mengakar kuat pada kepercayaan pada masyarakat. Menurut
hadi supeno, ada tiga faktor pernikahan usia dini yaitu tradisi yang turun temurun
yang menganggap bahwa pernikahan usia dini merupakan suatu hal yang wajar.
Dalam masyrakat indonesia, bila ada anak gadisnya yang tidak segera menikah,
orang tua merasa malu karena anak gadisnya belum menikah dan takut menjadi
perorangan.
3) Kebudayaan diteruskan lewat proses belajar, artinya kebudayaan itu
diwariskan dari generasi yang satu kegenerasi yang lainnya melalui suatu.
Menurut Penelitian Ulfah N (2015), adanya hubungan antara budaya remaja
puteri dengan kejadian pernikahan dini bahwa nilai p value 0,011. Dari nilai p
9
dalam hasil uji statistik didapat keputusan Ho ditolak (p<0,05) yang artinya ada
hubungan antara sikap remaja puteri dengan kejadian pernikahan dini. Hasil OR
sebesar 4,56 yang artinya remaja puteri dengan budaya mendukung pernikahan
dini berpeluang 4,56 kali lebih besar untuk melakukan pernikahan dini. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zuraidah (2016) dengan hasil p-
value diperoleh nilai p=0,050 yang menunjukan hubungan antara budaya dengan
pernikahan dini. Pengaruh budaya memiliki risiko 29,83 kali lebih besar untuk
2. Faktor Pendukung
a. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau
menetap, karena didasari oleh kesadaran. Orang dengan pendidikan formal yang
lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibanding orang
dengan tingkat pendidikan formal yang lebih rendah, karena lebih mampu dan
10
kesehatan (35).
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang harus dimiliki dalam
nafkah dalam upaya memenuhi segala kebutuhan dalam rumah tangga. Orang tua
Dengan demikian semakin muda usia menikah, maka semakin rendah tingkat
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nandang, dkk (2009), yang
(ods ratio) 4,259 kali untuk menikah dini daripada remaja muda yang
tinggi memiliki resiko lebih kecil untuk menikah dini dibandingkan dengan
salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menyikapi masalah dan
pernikahan yang baik dan dampak apabila melakukan pernikahan usia muda.
11
terputusnya informasi yang diperoleh pada jenjang pendidikan yang lebih selain
usia yang pantas untuk menikah terutama pada remaja puteri (19).
Berdasarkan hasil penelitian Salmah (2016), menyatakan bahwa ada
usia dini dengan nilai p value = 0,001 (<0,05) ; OR= 8,63 menunjukan bahwa
sampel yang Pendidikan dasar 8,632 kali lebih besar untuk melakukan
pernikahan usia dini daripada responden dengan pendidikan lanjut. Hal ini sesuai
dini dengan nilai (p value 0.001) ; OR 4,59, dengan demikian dapat disimpulkan
responden yang pendidikan rendah berisiko 4,59 kali lebih besar berisiko
pendidikan dalam hal ini sangat penting dalam mengambil keputusan individu
(35).
b. Pendapatan
Menurut Soetjiningsih (1995), Pendapatan keluarga yang memadai akan
menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat memenuhi kebutuhan
12
anak, baik kebutuhan primer, kebutuhan sekunder dan kebutuhan tersier. Keadaan
dengan status ekonominya tinggi, hal ini disebabkan karena masyarakat rendah
tidak memiliki biaya untuk berobat, sehingga tidak ada suatu penanganan yang
kemiskinan untuk mengurangi beban orang tua maka anak di kawinkan dengan
orang yang dianggap mampu, karena banyak orang tua yang beralasan
adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak,
animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui
dikatakan sebagai pornografi. Aktivitas seksual atau orang tanpa busana yang
berada di khalayak umum tidak termasuk dalam pornografi, tetapi jika direkam,
pornografi. Perempuan atau laki-laki yang tidak berbusana tampil di depan umum
tidak dikatakan sebagai pornografi, tetapi porno aksi. Pornografi juga dapat
13
berupa rekaman suara yang membangkitkan nafsu seksual, atau sms yang
media terdiri dari dua, yaitu media cetak dan media elektronik. Media cetak dapat
diartikan segala barang cetak, seperti surat kabar, majalah, brosur, pamflet,
buliten. adapun, media elekronik adalah media yang menggunakan elektronik atau
pegangan tangan, pelukan, ciuman bibir dan juga adegan yang mengesankan
(simulated sex).
b. Pornografi Berat
Pornografi berat yaitu materi orang dewasa dan materi seks eksplisit seperti
menampilkan gambar-gambar alat kelamin, perabaan dada atau alat kelamin, oral
adanya hubungan kelamin diluar hukum atas dasar suka sama suka dan dapat
hasil analisis bivariat ada pengaruh paparan media massa dengan pernikahan usia
muda pada remaja (p=0,0001). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Raharjo
14
antara media dengan pernikahan dini, P value = 0,000 dan OR = 5,53 (95% CI:
melakukan pernikahan dini 5,53 kali lebih besar dibandingkan dengan responden
3. Faktor Pendorong
a. Lingkungan ( Dukungan masyarakat)
Lingkungan remaja puteri dipengaruhi oleh komunikasi keluarga, masyarakat
dan teman sebaya. Menurut Nurhajati (2013) ada 3 komponen penting dalam
penentu keputusan seseorang untuk menikah usia dini ditinjau dari perspektif
komunikasi keluarga, yaitu peran orang tua sebagai pemegang kekuasaan dalam
desa juga menjadi penyebab terjadinya pernikahan dini. Tidak sedikit orang tua
yang mendesak anaknya untuk menikah karena melihat lingkungan sekitar. Alasan
kekeluargaan antara mempelai laki-laki dan mempelai perempuan. Hal ini juga
berhak memilih. Walaupun kedua-duanya juga berhak memilih dalam arti laki-laki
berhak memilih dan perempuan berhak menolak. Namun, pihak laki-laki sebagai
15
jarang menolak lamaran, walaupun anak perempuannya tergolong masih kecil dan
berusia dini. Apalagi ada keyakinan orang di masyarakat, bahwa menolak lamaran
Faktor lingkungan masyarakat yang sudah sejak lama terbiasa dengan perkawinan
dari lingkungan sekitar yaitu media massa, masyarakat dan keluarga (42).
Menurut penelitian Muhammad (2011), yang menjelaskan bahwa kurangnya
usia muda. Kebanyakan dari mereka kurang menyadari bahaya yang timbul akibat
pernikahan dini. Selain itu menurut BKKBN (2011), kondisi responden yang
tinggal di daerah pinggiran kota atau desa pun menjadi salah satu faktor yang
manusia lainnya atau sesuatu yang sedang dihadapi oleh individu, bahkan
Sikap orang tua tentang penerimaan pernikahan dini anaknya sangat erat
kaitannya dengan faktor ekonomi. Orang tua akan sangat merasa beruntung jika
anaknya dapat menikah dengan laki-laki yang kaya, sebab dapat meringankan
terhadap masa depan seorang anak, terutama pada anak remaja. Seorang remaja
harus menikah dengan usia yang masih muda dengan hanya memiliki tingkat
pendidikan yang rendah. Orang tua yang memiliki tingkat ekonomi yang rendah
mengurangi beban ekonomi keluarga. Hal ini sejalan dengan penelitian Cahyani
keluarga terhadap usia kawin anak sebesar 11,6%, maka semakin tingggi kondisi
ekonomi keluarga akan semakin dewasa pula usia kawin anaknya (44).
Berdasarkan hasil penelitan Pohan (2017), diperoleh hasil bahwa remaja
puteri yang status ekonomi rendah mempunyai risiko 3,285 kali menikah dini
dibanding remaja puteri yang status ekonomi tinggi. Hal ini sejalan dengan
penelitian Rafidah, dkk (2015), yang menyatakan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara ekonomi keluarga dengan pernikahan usia dini p value 0,000 dan
bermakna antara pendapatan orang tua dengan pernikahan usia dini dengan nilai
17
p value = 0,001 dengan nilai OR= 6.488 menunjukan bahwa pendapatan orang tua
rendah 6,488 kali lebih besar berisiko menikahkan anaknya di banding pendapatan
orang tua rendah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh BKKBN yang
berjudul kajian faktor sosial ekonomi yang berdampak pada usia perkawinan
penghasilan rill dari seluruh anggota keluarga yang bekerja guna memenuhi
dampak dari segi hukum, segi psikologis, maupun dari segi biologis anak.
orang tua terhadap dampak tersebut, sehingga membuat orang tua tidak merasa
A. Landasan Teori
Menurut UU UU No. 1 tahun 1974, pasal 7 ayat (1) perkawinan hanya
diizinkan bila pihak pria telah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan
pihak wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas) tahun (uu perkawinan). Usia
ideal menikah pada perempuan yaitu 21-25 tahun dan pada laki-laki 25-28 tahun
berkembang secara baik dan kuat serta siap melahirkan begitu pula pada laki-laki
pada umur 25-28 akan siap untuk menopang kehidupan keluarganya (14,18).
Pernikahan dini di lingkungan remaja cenderung berdampak pada segi sosial
melahirkan dan kanker leher rahim. Perempuan usia 15-19 tahun memiliki
kemungkinan dua kali lebih besar meninggal saat melahirkan dibandingkan yang
perilaku akibat adanya perubahan struktur sosial khusunya dalam pernikahan dini
remaja di pengaruhi oleh 3 faktor yaitu faktor penguat (predisposing factor) terdiri
factor) terdiri dari peran orang tua yang meliputi pengetahuan dari orang tua
remaja, sikap dari orang tua remaja, pendapatan dari orang tua remaja, dan
pernikahan di usia dini (13). Orang tua beranggapan bahwa anak perempuan
tua berharap beban hidup dan masalah ekonomi mereka teratasi (19).
Hasil penelitian Rahardjo (2013) diketahui bahwa responden yang
pernikahan dini yang sama yaitu 2,23 (P value=0,006) kali lebih besar
dengan responden yang memiliki keluarga mendukung. Sementara itu hasil dari
ekonomi keluarga terhadap usia kawin anak sebesar 11,6% dimana semakin tinggi
kondisi ekonomi keluarga maka usia kawin anak akan semakin dewasa (23,44).
Lingkungan dan budaya memiliki peran pada kejadian pernikahan dini.
usia muda, dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu gadis belum menikah dianggap
3
sebagai aib keluarga, status janda lebih baik daripada perawan tua dan
kepercayaan bahwa orang tua takut anaknya dikatakan sebagai perawan tua (19).
Perilaku
Pendidikan
Pernikahan Dini
Pendapatan
4
Keterpaparan media
B. Hipotesis
1. Ada hubungan antara pendidikan remaja puteri dengan kejadian
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian case control dengan pendekatan
budaya remaja puteri, pendapatan orang tua remaja puteri, pendidikan remaja
puteri, dan lingkungan remaja puteri dengan variabel terikat yaitu pernikahan dini.
Rancangan yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan case control
hubungan dan besarnya risiko, antara tingkat kejadian pernikahan dini dengan
bawah ini. Penelitian dimulai untuk mengetahui apakah ada faktor risiko (45):
2
Faktor Risiko
Menikah Dini
Faktor Risiko (-)
Remaja Puteri
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
keseluruhan dari objek yang akan diteliti. Populasi pada penelitian ini terdiri dari
kasus dan kontrol yaitu remaja puteri berusia <16 tahun yang melakukan
pernikahan dini, dan remaja puteri berusia <16 tahun yang belum menikah di
Kecamatan Aluh-aluh.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian besar dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Sampel merupakan sebagian objek yang diteliti dan dianggap
dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat populasi yang telah
diketahui sebelumnya dan sesuai dengan tujuan penelitian serta memenuhi kriteria
n=
Keterangan:
= {1,96x0,57 + 1,28x0,17}2
0,15
= (1,11+0,21)2
0.15
4
0,21
pada penelitian ini adalah kelompok kasus (remaja puteri yang menikah dini)
sebanyak 35 orang dan pada kelompok kontrol (remaja puteri yang belum
menikah) sebanyak 70 orang, sehingga total sampel adalah 105 remaja puteri
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar cheklist dan
remaja puteri dengan variabel terikat yaitu pernikahan dini. diukur dengan
D. Variabel Penelitian
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendidikan
terikat pada penelitian ini adalah kejadian pernikahan dini di Kecamatan Aluh-
Definisi
No Variabel Kriteria Penelitian Skala
Operasional
5
F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian memiliki beberapa tahap yaitu:
1. Tahap persiapan
Banjar.
Kabupaten Banjar.
diteliti dengan menggunakan kuesioner, setelah itu dilakukan uji validitas dan
realibilitas instrumen.
7
2. Tahap pelaksanaan
sebagai berikut:
consent).
b. Responden melakukan pengisian kuesioner yang telah disediakan dengan
pengamatan, survei dan lain-lain yang di lakukan sendiri oleh peneliti. Data
primer dalam penelitian ini diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh remaja puteri
yang telah menikah dini sebagai kasus dan sebagai kontrol kuesioner diisi oleh
8
remaja puteri yang tidak menikah dini yang ada di Kabupaten Banjar yang masih
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain. Pada
jumlah pernikahan menurut kelompok umur tahun 2015-2017. Serta data jumlah
2. Pengolahan data
Pengolahan data adalah suatu proses untuk mendapatkan data dari setiap
variabel penelitian yang siap di analisis, dan merupakan salah satu bagian
merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian. Oleh karena itu, harus
dilakukan dengan baik dan benar. kegiatan dalam proses pengumpulan data yaitu
(27):
a. Editing
Pengeditan adalah pemeriksaan atau koreksi data yang telah dikumpulkan.
Pengeditan dilakukan karena kemungkinan data yang masuk (raw data) tidak
memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan kebutuhan. Pengeditan data dilakukan
data atau dengan cara penyisipan (interpolasi) data. Kesalahan data dapat
dihilangkan dengan membuang data yang tidak memenuhi syarat untuk dianalisis.
b. Coding
Coding adalah kegiatan mengklasifikasi data dan memberi kode untuk
pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang
sudah di-entry dapat di analisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-
d. Cleaning
Walaupun rambu-rambu sudah kita pasang pada saat entry, kesalahan masih
kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak.
dari masing-masing variabel secara terpisah, baik variabel bebas budaya remaja
puteri, pendidikan remaja puteri, lingkungan remaja puteri, dan pendapatan orang
tua remaja puteri maupun variabel terikat yaitu pernikahan dini. Dalam penyajian
data, data ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi (32).
2. Analisis bivariat
Analisis ini dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua
remaja puteri, lingkungan remaja puteri, dan pendapatan orang tua remaja puteri
dengan variabel terikat yaitu kejadian pernikahan dini (32). Uji statistik yang di
gunakan dalam analisis ini adalah uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%,
karena variabel yang diteliti berskala nominal dan menggunakan lebih dari dua
10
kelompok sampel tidak berpasangan. Namun jika data tersebut tidak terpenuhi
maka akan di gunakan uji alternatif yaitu uji fisher exact test. Uji ini digunakan
jika nilai expected frekuency (nilai harapan) kurang dari 5 dan lebih dari 20%.
Variabel sikap pada analisis data ini tidak memenuhi uji chi-square sehingga
dilanjutkan dengan uji Fisher Exact Test (33). Penelitian ini juga mengitung nilai
Odd Ratio (OR) untuk melihat kekuatan hubungan antara variabel dependen dan
variabel independen.
Waktu Kegiatan
No Jenis kegiatan (Bulan)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Melakukan perizinan
penelitian
2 Melakukan pengambilan data
sekunder dari Kementerian
Agama
3 Mempersiapkan Instrumen
Penelitian
4 Menyusun proposal skripsi,
konsultasi dan perbaikan
5 Sidang Proposal Skripsi
6 Revisi konsultasi perbaikan
Proposal Skripsi
6 Uji Validitas
7 Penelitian
8 Pengumpulan data dari
responden
11
J. Biaya Penelitian
Biaya yang dianggarkan untuk penelitian ini disajikan pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Biaya Penelitian Hubungan antara Pendidikan, Pendapatan dan
Keterpaparan Media dengan Kejadian Pernikahan Dini.
Jumlah Harga
No Keterangan Barang Satuan Biaya
1 Tahap Persiapan
Transportasi perizinan, 2 Rp. 50.000 Rp. 100.000
dan studi pendahuluan
2 Tahap Pelaksanaan
a. Transportasi
wawancara dan 5 Rp. 75.000 Rp. 375.000
observasi
b. Pembuatan dan
penggandaan 105 Rp. 1.000 Rp . 105.000
kuisioner
c. Aksesoris jilbab untuk
105 Rp.5.000 Rp. 525.000
responden
3 Tahap Pelaporan
a. Alat Tulis Kantor 1 Rp.160.000 Rp. 160.000
b. Penjilidan dan
8 Rp. 25.000 Rp. 200.000
Penggandaan
Jumlah Rp. 1.465.000
DAFTAR PUSTAKA
5. Ayu CA, Budi N, Erika AM. Gambaran Sikap Remaja Putri Tentang
Perkawinan Dini di MTS Sunan Gunung Jati Katemas Kecamatan Kudu
Kabupaten Jombang. Jurnal Metabolisme 2013; 2 (4): 1-6.
10. Yana, Musafaah, Fahrini Y. Hubungan Antara Usia Ibu Pada Saat
Hamil Dan Status Anemia Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) Studi Observasional di Wilayah Kerja Puskesmas Martapura. Jurnal
Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2016; 3 (1): 20-25.
14. Fitria DL, Eva, Karunia PH. Faktor Penyebab Perkawinan Usia
Muda Di Desa Mawangi Kecamatan Padang Batung Kabupaten Hulu
Sungai Selatan. Jurnal Pendidikan Geografi 2015; 2 (6): 26-39.
37. Oktaviani DT, Eva A, Karunia PH. Persepsi Pelajar SMA Negeri 1
Banjarmasin dan SMA Negeri 2 Banjarmasin terhadap Pernikahan Usia
Dini.