Anda di halaman 1dari 18

Konsep Demografi

Konsep Demografi

1. Sejarah Perkembangan Demografi


Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 245 juta jiwa, menjadikan negara ini negara
dengan penduduk terbanyak ke-4 di dunia. Pulau Jawa merupakan salah satu daerah terpadat
di dunia, dengan lebih dari 107 juta jiwa tinggal di daerah dengan luas sebesar New York.
Indonesia memiliki budaya dan bahasa yang berhubungan namun berbeda. Sejak
kemerdekaannya Bahasa Indonesia (sejenis dengan Bahasa Melayu) menyebar ke seluruh
penjuru Indonesia dan menjadi bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi,
pendidikan, pemerintahan, dan bisnis. Namun bahasa daerah juga masih tetap banyak
dipergunakan.

2. Definisi Demografi
Demografi adalah studi tentang penduduk khususnya mengenai kelahiran, perkawinan,
kematian dan perpindahan. Studi ini menyangkut jumlah, persebaran geografis, komposisi
penduduk dan perubahannya dari waktu ke waktu.
Demografi terus berkembang, Methorst dan Sirks membedakan masalah penduduk menjadi 2
yaitu secara kuantitatif dan kualitatif, namun pendapat ini kurang mendapat dukungan.
Adolphe Laundry pada tahun 1937 menyarankan istilah PURE DEMOGRAPHY dan idenya
mendapat sambutan positif. Pure demography atau demografi murni/formal adalah cabang
ilmu demografi yang bersifat analisis matematik yang menghasilkan teknik-teknik untuk
menghitung data kependudukan. Setelah itu muncul ilmu-ilmu lain yang berkaitan
seperti Social Demography, Demographic Sociology, Population Studies dll.

3. pengertian fertilitas, Mortalitas, dan demografi

Fertilitas adalah kesuburan, kesuburan disini yang dimaksud adalah dapat bekerjanya secara
optimal dari organ-organ reproduksi baik dari pihak pria maupun wanita sehingga dapat
melakukan fungsi fertilisasi dengan baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi fertilitas
adalah asupan zat gizi.
Fertilitas sebagai istiah semografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang
wanita atau sekelompok wanita, dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi
yang lahir hidup, fekunditas, sebaliknya merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak. jadi
merupakan lawan arti kata sterilitas.

Natalis mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya, fertilatas
mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalis mencakup peranan
kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia

Mortalitas atau kematian dapat menimpa siapa saja, tua, muda, kapan dan dimana saja. Kasus
kematian terutama dalam jumlah banyak berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, adat
istiadat maupun masalah kesehatan lingkungan. Indikator kematian berguna untuk memonitor
kinerja pemerintah pusat maupun lokal dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga komponen demografi selain fertilitas
dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah dan komposisi umur penduduk.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kematian sebagai suatu peristiwa
menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat
setelah kelahiran hidup.

Migrasi merupakan bagian dari mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk adalah perpindahan
penduduk dari suatu daerah ke daerah lain. Mobilitas penduduk ada yang bersifat
nonpermanen (sementara) misalnya turisme baik nasional maupun internasional, dan ada pula
mobilitas penduduk permanen (menetap). Mobilitas penduduk permanen disebut migrasi.
Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan melewati
batas negara atau batas administrasi dengan tujuan untuk menetap.

Pengertian Migrasi
Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari tempat
yang satu ke tempat yang lain. Dalam mobilitas penduduk terdapat
migrasi internasional yang merupakan perpindahan penduduk yang
melewati batas suatu negara ke negara lain dan juga migrasi internal
yang merupakan perpindahan penduduk yang berkutat pada sekitar
wilayah satu negara saja.

4 Sumber data Demografi


Sumber data Demografi yang paling pokok adalah:
•Sensus Penduduk
•Registrasi Penduduk
•Survai Sampel
•Sumber lain, seperti catatan-catatan atau dokumen-dokumen pada instansi-instansi
pemerintah

Sensus Penduduk

•Pengertian:
Merupakan keseluruhan dari proses pengumpulan (collecting), pengolahan, penilaian,
penganalisaan, penyajian, dan penerbitan data kependudukan yang antara lain meliputi ciri-
ciri demografi, sosial, ekonomi, kesehatan, dan lingkungan hidup.

Kriteria:
•Semua orang:
Mencakup semua orang atau penduduk yang tinggal dalam wilayah pencacahan.

•Waktu tertentu:
Dilaksanakan pada waktu tertentu sesuai dengan yang telah ditentukan dan dilakukan secara
serentak di seluruh wilayah .pencacahan.

•Wilayah tertentu:
Ruang lingkup sensus meliputi seluruh wilayah geografis dengan batas-batas yang jelas,
misalnya batas negara.

•Unit cacah sensus adalah individu secara perorangan, bukan rumahtangga atau keluarga.

Cara Pelaksanaan Sensus:


•Dilakukan dengan dua cara:

De jure:
pendataan penduduk menurut tempat tinggal penduduk yang bersangkutan.
De facto:
pendataan penduduk menurut tempat penduduk yang bersangkutan ditemui oleh petugas
pada saat sensus dilaksanakan

Registrasi Penduduk
•Pengertian:
Merupakan sistem pencatatan data kependudukan yang dilaksanakan oleh petugas
pemerintahan setempat yang meliputi pencatatan peristiwa kelahiran, kematian, perkawinan,
perceraian, pengangkatan anak (adaopsi), perubahan tempat tinggal (migrasi), perubahan
pekerjaan, serta segala kejadian penting yang merubah status sipil seseorang sejak dia lahir
sampai mati.

Perbedaan Sensus Penduduk VS Registrasi Penduduk

1.Dalam pelaksanaan sensus penduduk, para petugas mendatangi penduduk yang akan
dicacah, sedangkan pada registrasi, penduduk atau anggota keluarga yang melaporkan adanya
kejadian peristiwa vital kepada para petugas.
2. Sensus penduduk dilaksanakan pada suatu periode waktu tertentu, sedangkan registrasi
dilaksanakan secara terus menerus.

Survai Penduduk

•Adalah proses pencatatan data kependudukan berdasarkan kekhususan bidang kajian, serta
ditujukan untuk mengumpulkan informasi secara lebih terperinci dan mendalam tentang
aspek-aspek tertentu berkaitan dengan perilaku penduduk.
Survai penduduk dilakukan karena Sensus dan Registrasi Penduduk memiliki kelemahan dan
keterbatasan.

Survai-survai besar di Indonesia:


•Survai Penduduk Antar Sensus (SUPAS).
•Survai Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI).
•Survai Sosial Ekonomi Indonesia (SUSENAS).
•Survai Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS)

5. Ukuran-ukuran Dasar Demografi


1. Rate

Angka yang menunjukkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian/penyakit tertentu dalam


populasi dan waktu tertentu atau perbandingan antara kejadian dengan jumlah penduduk yang
memiliki resiko kejadian tersebut. Digunakan untuk menyatakan dinamika dan kecepatan
kejadian tertentu dalam masyarakat.
Besarnya Rate = X x Konstanta (K)
Y
Contoh : Morbidity rate, Mortality rate, Natality rate)

2. Rasio / Ratio

Perbandingan antara nomerator dan denominator pada suatu waktu, atau perbandingan 2
bilangan yang tidak saling tergantung dan digunakan untuk menyatakan besarnya kejadian.
Besarnya rasio = X
Y

3. Proporsi

Perbandingan antara pembilang (Numerator) dengan penyebut (denominator) dimana


Numerator termasuk/bagian dari denominator, dengan satuan %.
Proporsi = X x 100
( X+Y)

4. Rata-rata

Yaitu ukuran nilai tengah yang diperoleh dengan cara menjumlahkan semua nilai pengamatan
yang didapat kemudian dibagi banyaknya pengamatan yang ada.

5. Frekuensi
Yaitu ukuran yang menyatakan berapa kali aktivitas/suatu kegiatan dilaksanakan pada
periode waktu tertentu.

6. Cakupan

Ukuran untuk menilai pencapaian hasil pelaksanaan dari suatu terget kegiatan yang
ditentukan pada periode tertentu.

6. Masalah Kependudukan Yang Berdampak Terhadap Kesehatan


#Kemiskinan
Kemiskinan merupakan ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan materiil
dasar berdasarkan standar tertentu. Adapun standar ini lebih dikenal dengan garis
kemiskinan, yaitu tingkat pengeluaran atas kebutuhan pokok yang meliputi sandang, pangan,
papan secara layak. Untuk menanggulangi kemiskinan tersebut, pemerintah Indonesia
mencanangkan Inpres Desa Tertinggal. Program ini dilakukan dengan melalui dua tahap.
Pertama pemerintah menentukan desa-desa yang memiliki pemusatan penduduk miskin yang
tinggi, yang disebut desa tertinggal. Jumlah desa tertinggal mencapai sepertiga dari jumlah
seluruh desa di Indonesia. Kedua, pemerintah menghimpun penduduk-penduduk di desa
tertinggal ke dalam suatu wadah di bawah naungan lembaga kesejahteraan desa, misalnya
KUD, kelompok tani, dan sebagainya. Kemudian pemerintah memberikan anggaran bagi tiap
desa tertinggal yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok di sana untuk memulai
usaha yang dapat berjalan, berkelanjutan, ramah lingkungan, dan tepat.
Upaya yang berbeda juga dapat diterapkan untuk menanggulangi kemiskinan, di antaranya:

1. Meningkatkan sumber daya ekonomi yang dimiliki penduduk miskin Misalnya dengan
mengoptimalkan pemanfaatan lahan pertanian yang sempit dengan intensifikasi pertanian,
memberikan bekal keterampilan untuk mengolah barang-barang bekas di sekitarnya,
misalnya kaleng bekas, besi bekas, plastik bekas, membimbing penduduk untuk jeli
memerhatikan dan memanfaatkan peluang usaha di sekitarnya, seperti penduduk yang tinggal
di daerah rawa memanfaatkan enceng gondok untuk bahan kerajinan, penduduk di daerah
gunung memanfaatkan bunga pinus sebagai kerajinan, dan lain-lain.
2. Memberikan program penyuluhan dan pembekalanketerampilan Pemerintah hendaknya
intensif terjun ke masyarakat untuk memberikan pengajaran dan pelatihan keterampilan bagi
penduduk miskin agar dapat menghasilkan sesuatu guna menunjang pendapatannya.
Pemerintah mencarikan bapak asuh terutama para pengusaha-pengusaha untuk menggandeng
masyarakat dalam mengembangkan usaha.
3. Menyediakan pasar-pasar bagi penjualan produksi penduduk Pasar merupakan fasilitas
penting dalam menunjang pendapatan penduduk. Selain sebagai tempat memasarkan hasil
produksi masyarakat, keberadaan pasar juga bisa memotivasi masyarakat untuk lebih
produktif lagi. Karena masyarakat tidak perlu kawatir lagi akan mengalami kesulitan
memasarkan hasil produksinya.

#Kesehatan
Kualitas penduduk yang diuraikan sebelumnya yang berpengaruh terhadap kemiskinan,
ternyata juga berpengaruh pada kesehatan penduduk. Kemiskinan akan berdampak pada
kesehatan.
Penduduk miskin cenderung memiliki pola hidup kurang bersih dan tidak sehat. Kondisi
kehidupan yang memprihatinkan mengharuskan penduduk miskin bekerja keras melebihi
standar kerja penduduk yang lebih mampu, sehingga mengesampingkan aspek kesehatannya.
Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar secara layak berdampak pada kesehatan
mereka. Ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan pangan secara sehat dan bergizi
berdampak pada rendahnya gizi. Ketidakmampuan dalam emenuhi kebutuhan perumahan
mengharuskan mereka tinggal di kolong jembatan, bantaran sungai, atau rumah seadanya,
sehingga kebutuhan akan sanitasi air bersih juga tidak terpenuhi. Ketidakmampuan dalam
memenuhi kebutuhan pakaian secara layak berdampak pada kesehatan kulit dan organ-organ
tubuh lainnya.
Dampak dari tingkat kesehatan penduduk yang rendah tersebut adalah tingginya angka
kematian (terutama bayi dan ibu).
Untuk menanggulangi masalah kesehatan tersebut dapat dilakukan dengan:

1. Peningkatan gizi masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi makanan tambahan
yang bergizi terutama bagi anak-anak. Program ini dapat dioptimalkan melalui pemberdayaan
posyandu dan kegiatan PKK.
2. Pelaksanaan imunisasi. Berdasarkan prinsip pencegahan lebih baik dari pengobatan,
program imunisasi bertujuan melindungi tiap anak dari penyakit umum. Hal tersebut dapat
dilaksanakan melalui PIN (Pekan Imunisasi Nasional).
3. Penambahan fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan harus mampu menampung dan
menjangkau masyarakat di daerah-daerah tertinggal. Penambahan fasilitas kesehatan ini
meliputi rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, polindes (pondok bersalin desa),
posyandu. Penambahan fasilitas ini dimaksudkan untuk memberikan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat, seperti imunisasi, KB, pengobatan, dan lain-lain. Dengan demikian dapat
mengurangi tingginya angka kematian bayi, dan meningkatkan angka harapan hidup
masyarakat.
4. Penyediaan pelayanan kesehatan gratis. Pemerintah menyediakan pelayanan gratis bagi
penduduk miskin dalam bentuk Askeskin (asuransi kesehatan masyarakat miskin) dan kartu
sehat yang dapat digunakan untuk memperoleh layanan kesehatan secara murah, atau bahkan
gratis di rumah sakit pemerintah atau puskesmas.
5. Pengadaan obat generik. Pemerintah harus mengembangkan pengadaan obat murah yang
dapat dijangkau oleh masyarakat bawah. Penyediaan obat murah ini dapat berupa obat
generik.
6. Penambahan jumlah tenaga medis. Agar pelayanan kesehatan dapat mencakup seluruh
lapisan masyarakat dan mencakup seluruh wilayah Indonesia diperlukan penambahan jumlah
tenaga medis, seperti dokter, bidan, perawat. Tenaga medis tersebut juga harus memiliki
dedikasi tinggi untuk ditempatkan di daerah-daerah terpencil serta berdedikasi tinggi
melayani masyarakat miskin.
7. Melakukan penyuluhan tentang arti pentingnya kebersihan dan pola hidup sehat
Penyuluhan semacam ini juga bisa melibatkan lembagalembaga lain di luar lembaga
kesehatan, seperti sekolah, organisasi kemasyarakatan, tokoh-tokoh masyarakat. Jika
kesadaran akan arti pentingnya pola hidup sehat sudah tertanam dengan baik, maka
masyarakat akan dengan sendirinyaterhindar dari berbagai penyakit.

#Pengangguran
Rendahnya tingkat kesehatan penduduk dan tingginya angka kekurangan gizi masyarakat,
secara umum dapat berdampak pada rendahnya daya pikir dan kemampuan kerja penduduk.
Oleh sebab itulah pada sebagian besar negara-negara berkembang dan negaranegara miskin,
kualitas SDM-nya masih rendah, baik dalam pengetahuan maupun keterampilan. Hal itulah
yang menjadi salah satu penyebab tingginya angka pengangguran. Karena pada umumnya
penduduk-penduduk tersebut sulit tertampung di dunia kerja.
Di samping itu, penyebab tingginya angka pengangguran adalah rendahnya kualitas
pendidikan penduduk dan tingginya kuantitas penduduk. Pertumbuhan penduduk yang tinggi
tidak diimbangi dengan pertumbuhan lapangan kerja, menyebabkan tingkat persaingan tinggi
dan tingkat kesempatan kerja cenderung menurun.
Untuk menanggulangi masalah pengangguran diperlukan dua usaha penanggulangan, yakni
usaha perbaikan kualitas SDM dan penciptaan lapangan kerja. Adapun usaha-usaha tersebut,
antara lain:

1. Peningkatan keterampilan kerja masyarakat. Program ini dapat dilakukan melalui


pendidikan keterampilan singkat maupun berjangka di Balai Latihan Kerja (BLK).
2. Pembentukan Tenaga Kerja Muda Mandiri Profesional (TKMMP). Program ini bertujuan
mencari anak-anak muda berpotensi di masing-masing daerah untuk kemudian dibimbing,
dibina, dan dibentuk menjadi seorang yang mandiri dan profesional. Dari program ini
diharapkan akan muncul tenaga-tenaga kerja muda yang mampu membuka usaha-usaha
sendiri sehingga dapat menyerap tenaga kerja.
3. Pelaksanaan padat karya. Padat karya adalah usaha yang lebih mengedepankan
penggunaan dan penyerapan tenaga kerja dalam jumlah banyak dibandingkan dengan
modalnya.
4. Penciptaan iklim usaha dan investasi yang kondusif. Hal ini terkait dengan stabilitas sosial,
ekonomi, dan politik. Jika stabilitas di masing-masing aspek tersebut kondusif, maka akan
banyak orang termotivasi untuk membuka usaha. Bahkan akan memancing investor asing
untuk berinvestasi dan membuka usaha di Indonesia. Dengan demikian akan dapat
menambah lapangan pekerjaan baru.

7. Faktor-faktor demografi yang mempengaruhi Penambahan/pertambahan penduduk:


a. Kematian (Mortalitas)
b. Kelahiran (Fertilitas)
c. Migrasi

8. Angka Harapan Hidup


Angka Harapan Hidup pada suatu umur x adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan
dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu,
dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya.
Angka harapan hidup saat lahir adalah rata – rata hidup yang akan dijalani oleh bayi yang
baru lahir pada tahun tertentu.
Kegunaan
Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan
pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan
program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan
lingkungan, kecukupan gisi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan.
Cara Menghitung
Idealnya Angka Harapan Hidup dihitung berdasarkan Angka Kematian Menurut Umur (Age
Specific Death Rate/ASDR) yang datanya diperoleh dari catatan registrasi kematian secara
bertahun-tahun sehingga dimungkinkan dibuat Tabel Kematian. Tetapi karena sistem
registrasi penduduk di Indonesia belum berjalan dengan baik maka untuk menghitung Angka
Harapan Hidup digunakan cara tidak langsung dengan program Mortpak Lite.
Contoh
Angka Harapan Hidup yang terhitung untuk Indonesia dari Sensus Penduduk Tahun 1971
adalah 47,7 tahun. Artinya bayi-bayi yang dilahirkan menjelang tahun 1971 (periode 1967-
1969) akan dapat hidup sampai 47 atau 48 tahun. Tetapi bayi-bayi yang dilahirkan menjelang
tahun 1980 mempunyai usia harapan hidup lebih panjang yakni 52,2 tahun, meningkat lagi
menjadi 59,8 tahun untuk bayi yang dilahirkan menjelang tahun 1990, dan bagi bayi yang
dilahirkan tahun 2000 usia harapan hidupnya mencapai 65,5 tahun. Peningkatan Angka
Harapan Hidup ini menunjukkan adanya peningkatan kehidupan dan kesejahteraan bangsa
Indonesia selama tiga puluh tahun terkahir dari tahun 1970-an sampai tahun 2000.
Tabel 6. Angka Harapan Hidup Saat Lahir Menurut Beberapa Propinsi dan Kabupaten/Kota,
yang dihitung dari data Susenas 2004 memakai program Mortpak4.
Propinsi/Kabupaten Angka Harapan Hidup Laki-laki Angka Harapan Hidup Perempuan
Sumatera Selatan 65,5 69,5
Kab. OKI 64,4 68,5
Kota Palembang 69,9 73,5
Jawa Barat 63,8 68,0
Kab. Kuningan 63,4 67,7
Kota Bandung 70,0 73,6
NTT 62,9 67,2
Kab. Flores Timur 63,5 67,8
Kab. Timor Tengah Utara 62,6 67,0
2

AMRIN YAHYA
Selasa, 02 April 2013
KONSEP TEORI KEPENDUDUKAN

KONSEP TEORI KEPENDUDUKAN

Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika


kependudukan manusia. Demografi meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta
bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta
penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok
tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas
tertentu.

Teori Malthus (Thomas Robert Malthus)

Orang yang pertama-tama mengemukakan teori mengenai penduduk adalah Thomas Robert
Malthus yang hidup pada tahun 1776 – 1824. Kemudian timbul bermacam-macam pandangan
sebagai perbaikan teori Malthus. Dalam edisi pertamanya Essay on Population tahun 1798 Malthus
mengemukakan dua pokok pendapatnya yaitu :

o Bahan makanan adalah penting untuk kehidupan manusia

o Nafsu manusia tak dapat ditahan.

Malthus juga mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari bahan makanan.
Akibatnya pada suatu saat akan terjadi perbedaan yang besar antara penduduk dan kebutuhan
hidup.

Dalil yang dikemukakan Malthus yaitu bahwa jumlah penduduk cenderung untuk meningkat secara
geometris (deret ukur), sedangkan kebutuhan hidup riil dapat meningkat secara arismatik (deret
hitung). Menurut pendapat Malthus ada faktor-faktor pencegah yang dapat mengurangi
kegoncangan dan kepincangan terhadap perbandingan antara penduduk dan manusia yaitu dengan
jalan :

Preventive checks

Yaitu faktor-faktor yang dapat menghambat jumlah kelahiran yang lazimnya dinamakan moral
restraint. Termasuk didalamnya antara lain :

1. Penundaan masa perkawinan

2. Mengendalikan hawa nafsu

3. Pantangan kawin

4. Positive checks

Yaitu faktor-faktor yang menyebabkan bertambahnya kematian, termasuk di dalamnya antara lain :

1. Bencana Alam

2. Wabah penyakit

3. Kejahatan

4. Peperangan

Positive checks biasanya dapat menurunkan kelahiran pada negara-negara yang belum maju.

Teori yang dikemukakan Malthus terdapat beberapa kelemahan antara lain:

o Malthus tidak yakin akan hasil preventive cheks.

o Ia tak yakin bahwa ilmu pengetahan dapat mempertinggi produksi bahan makanan dengan cepat.

o Ia tak menyukai adanya orang-orang miskin menjadi beban orang-orang kaya

o Ia tak membenarkan bahwa perkembangan kota-kota merugikan bagi kesehatan dan moral dari

orang-orang dan mengurangi kekuatan dari negara

Akan tetapi bagaimanapun juga teorinya menarik perhatian dunia, karena dialah yang mula-mula
membahas persoalan penduduk secara ilmiah. Disamping itu essaynya merupakan metode untuk
menyelesaikan atau perbaikan persoalan penduduk dan merupakan dasar bagi ilmu-ilmu
kependudukan sekarang ini.

Beberapa Pandangan Terhadap Teori Malthus


Bermacam-macam reaksi timbul terhadap teori Malthus, baik dari golongan ahli ekonomi, sosial dan
agama. Hingga saat ini teori Malthus masih dipersoalkan. Pada dasarnya pendapat-pendapat
terhadap teori Malthus dapat dikelompokan sebagai berikut :

Teori Malthus salah sama sekali

Golongan ini menganggap Malthus mengabaikan peningkatan teknologi, penanaman modal,


perencanaan produksi. Terhadap golongan yang tidak setuju, Malthus menjawab bahwa :

1. Tingkat pengembangan teknologi tidak sama diseluruh negara

2. Kemampuan yang berbeda-beda untuk mengadakan penanaman modal.

3. Faktor kesehatan rakyat dan pengaruhnya terhadap penghidupan sosio ekonomi kultural.

4. Masalah urbanisasi yang terdapat dimana-mana

5. Taraf pendidikan rakyat tidak sama

6. Proses-proses sosial yang menghambat kemajuan

7. Faktor komunikasi dan infrastruktur yang belum sama peningkatannya

8. Faktor-faktor sosial ekonomi serta pelaksanaan distribusinya

9. Kemampuan sumber alam tidak akan mampu terus menerus ditingkatkan menurut kemampuan

manusia tanpa batas, melainkan akhirnya akan sampai pada suatu titik, dimana tidak dapat

ditingkatkan lagi.

10. Masih banyak faktor lagi yang selalu tidak menguntungkan bagi keseimbangan peningkatan

penduduk dengan produksi bahan-bahan sandang pangan

Teori Malthus tidak berlaku lagi bagi negara-negara barat, tetapi masih berlaku bagi negara-negara
Asia.

Teori Malthus memang benar dan berlaku sepanjang masa.

Penganut golongan ini setuju dengan Teori Malthus, meskipun ada beberapa tambahan /revisi.
Pengikut Malthus ini disebut Neo Malthusionism. Mereka beranggapan bahwa untuk mencapai
tujuan hanya dengan moral restraint (berpuasa, menunda – perkawinan) adalah tidak mungkin.
Mereka berpendapat bahwa untuk mencegah laju cepatnya peningkatan cacah jiwa penduduk harus
dengan methode birth control dengan menggunakan alat kontrasepsi.

Aliran Marxist (Karl Marx dan Fried Engels)


Aliran ini tidak sependapat dengan Malthus (bila tidak dibatasi penduduk akan kekurangan
makanan). Karl Marx dan Friedrich Engels (1834) adalah generasi sesudah Maltus. Paham Marxist
umumnya tidak setuju dengan pandangan Maltus, karena menurutnya paham Maltus bertentangan
dengan nurani manusia.

Dasar Pegangan Marxist adalah beranjak dari pengalaman bahwa manusia sepanjang sejarah akan
dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Beda pandangan Marxist dan Maltus adalah
pada “Natural Resource” tidak bisa dikembangkan atau mengimbangi kecepatan pertumbuhan
penduduk. Menurut Marxist tekanan penduduk di suatu negara bukanlah tekanan penduduk
terhadap bahan makanan, tetapi tekanan terhadap kesempatan kerja (misalnya di negara kapitalis).
Marxist juga berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produk yang
dihasilkan, jadi dengan demikian tidak perlu diadakan pembatasan penduduk.

Pendapat Aliran Marxist

o Populasi manusia tidak menekan makanan, tapi mempengaruhi kesempatan kerja.

o Kemeralatan bukan terjadi karena cepatnya pertumbuhan penduduk, tapi karena kaum kapitalis

mengambil sebagian hak para buruh

o Semakin tinggi tingkat populasi manusia, semakin tinggi produktifitasnya, jika teknologi tidak

menggantikan tenaga manusia sehingga tidak perlu menekan jumlah kelahirannya, ini berarti ia

menolak teori Malthus tentang moral restraint untuk menekan angka kelahiran.

Aliran Neo-Malthusian (Garreth Hardin & Paul Ehrlich)

Pada abad 20 teori Malthus mulai diperdebatkan kembali. kelompok ini menyokong aliran Malthus,
akan tetapi lebih radikal lagi dan aliran ini sangat menganjurkan untuk mengurangi jumlah penduduk
dengan menggunakan cara-cara “Preventif Check” yaitu menggunakan alat kontrasepsi.

Tahun 1960an dan 1970an foto-foto telah diambil dari ruang angkasa dengan menunjukkan bumi
terlihat seperti sebuah kapal yang berlaya dengan persediaan bahan bakar dan bahan makanan yang
terbatas. Pada suatu saat kapal ini akan kehabisan bahan bakar dan bahan makanan tersebut
sehingga akhirnya malapetaka menimpa kapal tersebut.

Tahun 1871 Ehrlich menulis buku “The Population Bomb” dan kemudian direvisi menjadi “The
Population Explotion” yg berisi:

o Sudah terlalu banyak manusia di bumi ini.

o Keadaan bahan makanan sangat terbatas.

o Lingkungan rusak sebab populasi manusia meningkat.

Analisis ini dilengkapi oleh Meadow (1972), melalui buku “The Limit to Growth” ia menarik
hubungan antara variabel lingkungan (penduduk, produksi pertanian, produksi industri, sumber daya
alam) dan polusi. Tapi walaupun begitu, melapetaka tidak dapat dihindari, hanya manusia cuma
menunggunya, dan membatasi pertumbuhannya sambil mengelola alam dengan baik.

Kritikan terhadap Meadow umumnya dilakukan oleh sosiolog yang menyindir Meadow karena tidak
mencantumkan variabel sosial-budaya dalam penelitiannya. Karena itu Mesarovic dan Pestel (1974)
merevisi gagasan Meadow & mencantumkan hubungan lingkungan antar kawasan.

Teori Kependudukan Kontemporer

Teori Fisiologi dan sosial ekonomi

a. John Stuart Mill

John Stuart Mill, seorang ahli filsafat dan ahli ekonomi berkebangsaan Inggris dapat menerima
pendapat Malthus mengenai laju pertumbuhan penduduk melampaui laju pertumbuhan bahan
makanan sebagai suatu aksioma. Namun demikian dia berpendapat bahwa pada situasi tertentu
manusia dapat mempengaruhi perilaku demografinya. Selanjutnya ia mengatakan apabila
produktivitas seorang tinggi ia cenderung ingin memiliki keluarga kecil. Dalam situasi seperti ini
fertilitas akan rendah. Jadi taraf hidup (standard of living) merupakan determinan fertilitas. Tidaklah
benar bahwa kemiskinan tidak dapat dihindarkan (seperti dikatakn Malthus) atau kemiskinan itu
disebabkan karena sistem kapitalis (seperti pendapat Marx) dengan mengatakan “The niggardline of
nature, not the injustice of society is the cause of the penalty attached to everpopulation (Week,
1992).

Kalau suatu waktu di suatu wilayah terjadi kekurangan bahan makanan, maka keadaan ini hanyalah
bersifat sementara saja. Pemecahannya ada dua kemungkinan yaitu : mengimpor bahan makanan,
atau memindahkan sebagian penduduk wilayah tersebut ke wilayah lain.

Memperhatikan bahwa tinggi rendahnya tingkat kelahirann ditentukan oleh manusia itu sendiri,
maka Mill menyarankan untuk meningkatkan tingkat golongan yang tidak mampu. Dengan
meningkatnya pendidikan penduduk maka secara rasional maka mereka mempertimbangkan perlu
tidaknya menambah jumlah anak sesuai dengan karier dan usaha yang ada. Di sampan itu Mill
berpendapat bahwa umumnya perempuan tidak menghendaki anak yang banya, dan apabila
kehendak mereka diperhatikan maka tingkat kelahiran akan rendah.

b. Arsene Dumont

Arsene Dumont seorang ahli demografi bangsa Perancis yang hidup pada akhir abad ke-19. Pada
tahun 1980 dia menulis sebuah artikel berjudul Depopulation et Civilization. Ia melancarkan teori
penduduk baru yang disebut dengan teori kapilaritas sosial (theory of social capilarity). Kapilaritas
sosial mengacu kepada keinginan seseorang untuk mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat,
misalnya: seorang ayah selalu mengharapkan dan berusaha agar anaknya memperoleh kedudukan
sosial ekonomi yang tinggi melebihi apa yang dia sendiri telah mencapainya. Untuk dapat mencapai
kedudukan yang tinggi dalam masyarakat, keluarga yang besar merupakan beban yang berat dan
perintang. Konsep ini dibuat berdasarkan atas analogi bahwa cairan akan naik pada sebuah pipa
kapiler.

Teori kapilaritas sosial dapat berkembang dengan baik pada negara demokrasi, dimana tiap-tiap
individu mempunyai kebebasan untuk mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat. Di negara
Perancis pada abad ke-19 misalnya, dimana system demokrasi sangat baik, tiap-tiap orang berlomba
mencapai kedudukan yang tinggi dan sebagai akibatnya angka kelahiran turun dengan cepat. Di
negara sosialis dimana tidak ada kebebasanuntuk mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat,
system kapilaritas sosial tidak dapat berjalan dengan baik.
c. Emili Durkheim

Emile Durkheim adalah seorang ahli sosiologis Perancis yang hidup pada akhir abad ke-19. Apabila
Dumont menekankan perhatiannya pada faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
penduduk, maka Durkheim menekankan perhatiannya pada keadaan akibat dari adanya
pertumbuhan penduduk yang tinggi (Weeks, 1992). Ia mengatakan, akibat dari tingginya
pertumbuhan penduduk, akan timbul persaingan diantara penduduk untuk dapat mempertahankan
hidup. Dalam memenangkan persaingan tiap-tiap orang berusaha untuk meningkatkan pendidikan
dan keterampilan, dan mengambil spesialisasi tertentu, keadaan seperti ini jelas terlihat pada
kehidupan masyarakat perkotaan dengan kehidupan yang kompleks.

Apabila dibandingkan antara kehidupan masyarakat tradisional dan masyarakat perkotaan, akan
terlihat bahwa pada masyarakat tradisional tidak terjadi persaingan dalam memperoleh pekerjaan,
tetapi pada masyarakat industri akan terjadi sebaliknya. Hal ini disebabkan ada masyarakat industri
tingkat pertumbuhan dan kepadatan penduduknya tinggi. Tesis dari Durkheim ini didasarkan atas
teori evolusi dari Darwin dan juga pemikiran dari Ibn Khaldun.

d. Michael Thomas Sadler dan Doubleday

Kedua ahli ini adalah penganut teori fisiologis. Sadler mengemukakan, bahwa daya reproduksi
manusia dibatasi oleh jumlah penduduk yang ada di suatu wilyah atau negara. Jika kepadatan
penduduk tinggi, daya reproduksi manusia akan menurun, sebaliknya jika kepadatan penduduk
rendah, daya reproduksi manusia akan menungkat.

Thomson (1953) meragukan kebenaran teori ini setelah melihat keadaan di Jawa, India dan Cina
dimana penduduknya sangat padat, tetapi pertumbuhan penduduknya juga tinggi. Dalam hal ini
Malthus lebih konkret argumentasinya dari pada Sadler. Malthus mengatakan bahwa penduduk
disuatu daerah dapat mempunyai tingkat fertilitas yang tinggi, tetapi dalam pertumbuhan alaminya
rendah karena tingginya tingkat kematian. Namun demikian, penduduk tidak dapat mempunyai
fertilitas tinggi, apabila tidak mempunyai kesuburan (fecunditas) yang tinggi, tetapi penduduk
dengan tingkat kesuburan tinggi dapat juga tingkat fertilitasnya rendah.

Teori Doubleday hamper sama dengan teori Sadler, hanya titik tolaknya berbeda. Kalau Sadler
mengatakan bahwa daya reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan tingkat kepadatan
penduduk, maka Doubleday berpendapat bahwa daya reproduksi penduduk berbanding terbalik
dengan bahan makanan yang tersedia. Jadi kenaikan kemakmuran menyebabkan turunnya daya
reproduksi manusia. Jika suatu jenis makhluk diancam bahaya, mereka akan mempertahankan diri
dengan segala daya yang mereka miliki. Mereka akan mengimbanginya dengan daya reproduksi yang
lebih besar (Iskandar, 1980).

Menurut Doubleday, kekurangan bahan makanan akan merupakan perangsang bagiu daya
reproduksi manusia, sedang kelebihan pangan justru merupakan faktor penegkang perkembangan
penduduk. Dalam golongan masyarakat yang berpendapatan rendah, seringkali terdiri dari
penduduk dengan keluarga besar, sebaliknya orang yang mempunyai kedudukan yang lebih baik
biasanya jumlah keluarganya kecil.

Rupa-rupanya teori fisiologis ini banyak diilhami dari teori aksi an reaksi dalam meninjau
perkembangan penduduk suatu negara atau wilayah. Teori ini dapat menjelaskan bahwa semakin
tinggi tingkat mortalitas penduduk semakin tinggi pula tingkat produksi manusia.

e. Herman Khan

Pandangan yang suram dan pesimis dari Mlthus beserta penganut-penganutnya ditentang keras oleh
kelompok teknologi. Mereka beranggapan manusia dengan ilmu pengetahuannya mampu
melipatgandakan produksi pertanian. Mereka mampu mengubah kembali (recycling) barang-barang
yang sudah habis dipakai, sampai akhirnya dunia ketiga mengakhiri masa transisi demografinya.

Ahli futurology Herman Kahn (1976) mengatakan bahwa negara-negara kaya akan membantu
negara-negara miskin, dan akhirnya kekayaan itu akan jatuh kepada orang-orang miskin. Dalam
beberapa decade tidak akan terjadi lagi perbedaan yang mencolok antara umat manusia di dunia ini.

Dengan tingkat teknologi yang ada sekarang ini mereka memperkirakan bahwa dunia ini mampu
menampung 15 milliun orang dengan pendapatan melebihi Amerika Serikat dewasa ini. Dunia tidak
akan kehabisan sumber daya alam, karen seluruh bumi ini terdiri dari mineral-mineral. Proses
pengertian dan recycling akan terus terjadi dan era ini disebut dengan era substitusi. Mereka
mengkritik bahwa The Limit to Growth bukan memcahkan masalah tetapi memperbesar
permasalahan tersebut.

Kelompok Malthus dan kelompok teknologi mendapat kritik dari kelompok ekonomi, karena kedua-
duanya tidak memperhatikan masalah-masalah organisasi sosial dimana distribusi pendapatan tidak
merata. Orang-orang miskin yang kelaparan, karena tidak meratanya distribusi pendapatan di
negara-negara tersebut. Kejadian seperti ini di Brasilia, dimana Pendapatan Nasional (GNP) tidak
dinikmati oleh rakyat banyak adalahsalah satu contoh dari ketimpangan organisasi sosial tersebut.

Teori Teknologi

Kelompok ini muncul untuk menolak pandangan Malthus yang pesimis dalam melihat
perkembangan dunia.Teori ini dimotori oleh Herman Khan, ia berpendapat bahwa kemiskinan yang
terjadi di negara berkembang akan dapat diatasi jika negara maju dapat membantu daerah miskin,
sehingga kekayaan dan kemampuan daerah hidup itu akan didapatkan oleh orang-orang miskin.Ia
beranggapan bahwa teknologi maju akan mampu melakukan pemutaran ulang terhadap nasib
manusia pada suatu masa yang disebut ‘Era Substitusi’.

Teori Transisi Kependudukan

Tahap Peralihan keadaan demografis:

1. Tingkat kelahiran dan kematian tinggi. Penduduk tetap/naik sedikit. anggaran kesehatan meningkat.

Penemuan obat obatan semakin maju. Angka kelahiran tetap tinggi.

2. Angka kematian menurun,tingkat kelahiran masih tinggi—pertumbuhan penduduk meningkat.

Adanya Urbanisasi., usia kawin meningkat. ,Pelayanan KB > Luas., pendidikan meningkat.

3. Angka kematian terus menurun, angka kelahiran menurun – laju pertumbuhan penduduk menurun.

4. Kelahiran dan kematian pada tingkat rendah pertumbuhan penduduk kembali seperti kategori I –

mendekati nol. Keempat kategori ini akan didialami oleh negara yang sedang melaksanakan

pembangunan ekonomi.

Struktur & persebaran penduduk Membahas :


o Komposisi penduduk

o Persebaran penduduk.

Kegunaan pengelompokan penduduk:

1. Mengetahui human resources yg ada menurut umur & jenis.

2. Mengambil suatu kebijakan yg berhub dengan penduduk.

3. Membandingkan kead satu penduduk dengan penduduk lain

4. Melalui gambaran piramid pddk dapat diket proses demografi yg telah terjadi pada penduduk

Penerapan Transisi kependudukan Yang mencerminkan kenaikan taraf hidup rakyat di suatu negara
adalah besarnya tabungan dan akumulasi kapital dan laju pertumbuhan penduduknya. Laju
pertumbuhan yang sangat cepat di banyak negara sedang berkembang nampaknya disebabkan oleh
fase atau tahap transisi demografi yang dialaminya. Negara-negara sedang berkembang mengalami
fase transisi demografi di mana angka kelahiran masih tinggi sementara angka kematian telah
menurun. Kedua hal ini disebabkan karena kemajuan pelayanan kesehatan yang menurun angka
kematian balita dan angka tahun harapan hidup. Ini terjadi pada fase kedua dan ketiga dalam proses
kependudukan. Umumnya ada empat tahap dalam proses transisi, yaitu:

Tahap 1: Masyarakat pra-industri, di mana angka kelahiran tinggi dan angka kematian tinggi
menghasilkan laju pertambahan penduduk rendah;

Tahap 2: Tahap pembangunan awal, di mana kemajuan dan pelayanan kesehatan yang lebih baik
menghasilkan penurunan angka kelahiran tak terpengaruh karena jumlah penduduk naik.

Tahap 3: Tahap pembangunan lanjut, di mana terjadi penurunan angka kematian balita, urbanisasi,
dan kemajuan pendidikan mendorong banyak pasangan muda berumah tangga menginginkan
jumlah anak lebih sedikit hingga menurunkan angka kelahiran. Pada tahap ini laju pertambahan
penduduk mungkin masih tinggi tetapi sudah mulai menurun;

Tahap 4: Kemantapan dan stabil, di mana pasangan-pasangan berumah tangga melaksanakan


pembatasan kelahiran dan mereka cenderung bekerja di luar rumah. Banyaknya anak cenderung
hanya 2 atau 3 saja hingga angka pertambahan neto penduduk sangat rendah atau bahkan
mendekati nol.

Sumber: - http://christdhawie.blogspot.com

- http://capil.muaraenimkab.go.id/teori-teori-kependudukan/
Diposkan oleh Amrin di 23.21

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Anda mungkin juga menyukai