Anda di halaman 1dari 32

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skabies adalah penyakit kulit yag disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes Scabiei varietas hominis dan produknya (Djuanda, 2008).
Penyakit Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi
dan sensitisasi terhadap Sarcoptes sabiei varian hominis dan produknya. Penyakit
ini sering juga disebut dengan nama lain kudis, The itch, Seven year itch,
Gudikan, Gatal Agogo, Budukan atau Penyakit Ampera (Handoko, 2008).
Skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh ektoparasit, yang umumnya
terabaikan sehingga menjadi masalah kesehatan yang umum di seluruh dunia
(Heukelbach et al. 2006),World Health Organization (WHO) menyatakan angka
kejadian skabies pada tahun 2014 sebanyak 130 juta orang didunia . Tahun 2014
menurut Internasional Alliance for the Control Of Scabies (IACS) kejadian
skabies bervariasi mulai dari 0,3% menjadi 46%. Skabies adalah penyakit kulit
yang disebabkan oleh Sercoptes scabiei Varietas hominis. Skabies ditemukan
disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Beberapa negara yang sedang
berkembang prevalensi skabies sekitar 6% - 27% populasi umum, menyerang
semua ras dan kelompok umur serta cenderung tinggi pada anak-anak serta
remaja.
Penyakit skabies banyak dijumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena
Indonesia merupakan Negara beriklim tropis. Prevalensi skabies di Indonesia
menurut data Depkes RI prevalensi skabies di Indonesia sudah terjadi cukup
penurunan dari tahun ke tahun terlihat dari data prevalensi tahun 2008 sebesar
5,60% - 12,96%, prevalensi tahun 2009 sebesar 4,9-12, 95 % dan data terakhir
yang didapat tercatat prevalensi skabies di Indonesia tahun 2013 yakni 3,9 – 6 %.
Walaupun terjadi penurunan prevalensi namun dapat dikatakan bahwa Indonesia
belum terbebas dari penyakit skabies dan masih menjadi salah satu masalah
penyakit menular di Indonesia.
Pada dasarnya pengetahuan tentang faktor penyebab scabies masih kurang,
sehingga penyakit ini dianggap sebagai penyakit yang biasa saja karena tidak
membahayakan jiwa. Masyarakat tidak mengetahui bahwa luka akibat garukan
dari penderita scabies menyebabkan infeksi sekunder dari bakteri Stapilococos sp
ataupun jamur kulit yang berakibat kerusakan jaringan kulit yang akut
(Heukelbach 2005)
2

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo


Acarina, super famili Sarcoptes (Djuanda, 2010). Pada penelitian yang telah
dilakukan Tigauw (2015), ekstrak bawang putih dapat dimanfaatkan sebagai
bioinsektisida dengan ditandai adanya pengaruh yang nyata terhadap mortalitas
kutu daun. Dimana kutu daun (myzus persicae Sulz) memiliki klasifikasi yang
sama dengan kutu penyebab scabies (Sarcoptes scabiei) yaitu memiliki kingdom
animalia, dan phylum arthropoda.
Penggunaan tumbuhan tradisional dan produk dari alam sering digunakan
dalam mengobati berbagai penyakit termasuk penyakit yang disebabkan oleh
parasit. Salah satu tanaman tradisional yang dapat dimanfaatkan untuk
pengobatan terhadap infeksi parasite adalah bawang putih (Allium sativum) .
Kandungan senyawa kimia yang terdapat pada bawang putih yaitu allixin,
adenosin, ajoene, flavonoid, saponin, tuberholosida, scordinin. Dimana aliixin,
saponin, dan flavonoid merupakan bahan kimia yang dapat difungsikan sebagai
insektisida yang aman bagi kesehatan dan lingkungan (Sukma, 2016).
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk menilai
pengaruh dari pemberian ekstrak bawang putih (Allium sativum) terhadap
serangga Sarcoptes scabiei pada model tikus scabies yang diduga mempunyai
potensi dalam membasmi serangga Sarcoptes scabiei sebagai penyebab scabies
pada manusia.

1.2 RumusanMasalah
a. Bagaimanakah pengaruh pemberian serbuk bawang putih (Allium sativum)
terhadap lesi pada penderita scabies?
b. Bagaimanakah pengaruh pemberian ekstrak bawang putih(Allium sativum)
terhadap lesi pada penderita scabies?

1.3 Tujuan Program


a. Mengetahui pengaruh serbuk bawang putih (Allium sativum) untuk
membasmi Sarcoptes scabiei penyebab penyakit scabies
b. Mengetahui pengaruh ekstrak bawang putih (Allium sativum) untuk
membasmi Sarcoptes scabiei penyebab penyakit scabies
c. Mengetahui perbandingan pemberian ekstrak dan serbuk bawang putih
(Allium cepa L.) untuk membasmi Sarcoptes scabiei penyebab penyakit
scabies
1.4 Luaran Program
Luaran utama adalah terbentuknya sediaan bawang putih pembasmi
Sarcoptes scabiei penyebab penyakit scabies . Luaran lain yang diharapkan
dari penelitian ini terbentuknya publikasi artikel ilmiah pada jurnal NCBI dan
Acta Medica Indonesiana.
3

1.5 Manfaat Program


a. Bagi pemerintah dan industry
Sarana evaluasi dan rekomendasi kelayakan bawang putih (Allium
sativum) sebagai bahan pembasmi Sarcoptes scabiei penyebab penyakit
scabies.

b. Bagi Masyarakat
Memberikan pengetahuan tentang pemanfaatan bawang putih
(Allium sativum) sebagai agen pembasmi Sarcoptes scabiei penyebab
penyakit scabies.

c. Bagi Ilmu Pengetahuan


Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai metode yang lebih
efisien untuk memanfaatkan bawang putih (Allium sativum) sebagai bahan
pembasmi Sarcoptes scabiei penyebab penyakit scabies.
4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Scabies
Skabies adalah penyakit kulit yag disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes Scabiei varietas hominis dan produknya
(Djuanda, 2008). Penyakit Skabies adalah penyakit kulit menular yang
disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes sabies varian
hominis dan produknya. Penyakit ini sering juga disebut dengan nama lain
kudis, The itch, Seven year itch, Gudikan, Gatal Agogo, Budukan atau
Penyakit Ampera (Handoko, 2008).

Kejadian skabies pada manusia banyak dijumpai pada daerah tropis


terutama di kalangan anak-anak dari lingkungan masyarakat yang hidup
berkelompok dalam kondisi berdesak-desakan dengan tingkat higiene,
sanitasi dan sosial ekonomi yang relatif rendah . Gejala klinis akibat infestasi
tungau S. scabiei akan menimbulkan ruam-ruam dan rasa gatal yang parah A.
Skabies menyerang lengan dan punggung. Bentukan papula dan eritrema
pada kulit terutama pada malam hari atau setelah mandi (Irwin, 2006).

Rasa gatal diduga akibat sensitisasi kulit terhadap ekskret dan sekret
tungau. S. scabiei mampu memproduksi substansi proteolitik (sekresi saliva)
yang berperan dalam pembuatan terowongan, aktivitas makan dan
melekatkan telurnya pada terowongan tersebut . Lesi kulit berawal pada
terjadinya eritrema yang terus berkembang menjadi vesikula atau pustula .
Adanya terowongan di bawah lapisan kulit merupakan ciri khas dari infestasi
tungau ini (Fimiani et al.1997). Sarcoptes scabiei memerlukan waktu kurang
dari tiga puluh menit untuk masuk ke dalam lapisan kulit (MC CARTHY et al
., 2004).

Umumnya tempat predileksi tungau adalah lapisan kulit yang tipis,


seperti di sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipatan
ketiak depan, pinggang, punggung, pusar, dada termasuk daerah sekitar alat
kelamin pada pria dan daerah periareolar pada wanita . Telapak tangan,
telapak kaki, wajah, leher dan kulit kepala adalah daerah yang sering
terserang tungau pada bayi dan anak-anak (Mc CARTHY et al ., 2004).
5

2.2 Sarcoptes Scabiei


Sarcoptes scabiei adalah penyebab penyakit scabies. Sarcoptes
scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina, super
famili Sarcoptes (Djuanda, 2010).Secara morfologi tungau ini berbentuk oval
dan gepeng, berwarna putih kotor, transulen dengan bagian punggung lebih
lonjong dibandingkan perut, tidak berwarna, yang betina berukuran 300-350
mikron, sedangkan yang jantan berukuran 150-200 mikron. Stadium dewasa
mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang merupakan kaki depan dan 2 pasang
lainnya kaki belakang. Siklus hidup dari telur sampai menjadi dewasa
berlangsung satu bulan. Sarcoptes scabiei betina terdapat cambuk pada
pasangan kaki ke-3 dan ke-4. Sedangkan pada yang jantan bulu cambuk
tersebut hanya dijumpai pada pasangan kaki ke-3 saja. (Aisyah, 2005).

Siklus hidup S. scabiei dimulai saat tungau dewasa masuk ke dalam


kulit host (manusia) dan tungau betina bertelur. Larva menetas dari telur dan
akhirnya berkembang menjadi tungau dewasa, dan siklus berulang. Lesi kulit
pada skabies disebabkan oleh liang atau terowongan tungau dan respons
inflamasi yang lebih luas di kulit, yang disebabkan oleh reaksi hipersensitif
terhadap tungau dan produknya (Hengge, 2006).

2.3 Bawang Putih (Allium sativum)


Bawang putih (Allium sativum) merupakan tanaman semusim berumpun
yang mempunyai tinggi sekitar 60 cm. Memiliki batang semu berwarna hijau
dan bagian bawahnya bersiung-siung bergabung menjadi umbi besar
berwarna putih (Khairani, 2014). Tanaman ini banyak ditanam di ladang
daerah pegunungan yang cukup mendapatkan sinar matahari. Di Indonesia,
tanaman bawang putih ini tersebar di berbagai daerah, misalnya di Sumatera,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Peranannya sebagai bumbu
penyedap masakan modern sampai sekarang tidak tergoyahkan oleh
penyedap masakan buatan yang banyak kita temui di pasaran yang dikemas
sedemikian menariknya (Syamsiah dan Tajudin, 2003).

Bawang putih memiliki kandungan berbagai zat yang menguntungkan


bagi manusia, beberapa zat yang terkandung dalam bawang putih terbukti
ampuh mengobati berbagai penyakit dan menjaga kesehatan tubuh (Trishadi,
2016). Kandungan senyawa kimia yang terdapat pada bawang putih yaitu
allixin, adenosin, ajoene, flavonoid, saponin, tuberholosida, scordinin.
Dimana aliixin, saponin, dan flavonoid merupakan bahan kimia yang dapat
difungsikan sebagai insektisida yang aman bagi kesehatan dan lingkungan
(Sukma, 2016).
6

Beberapa sifat aliixin, flavonoid, dan saponin yang berfungsi sebagai


insektisida alami pembasmi yaitu:
1. Allixin
Merupakan senyawa yang berperan memberi aroma yang khas
pada bawang putih. Allixin mengandung sulfur dengan struktur tidak
jenuh yang mudah terurai serta allixin bekerja dengan cara merusak
membran sel parasit sehingga parasit tidak dapat berkembang lebih lanjut.
Allixin merupakan zat aktif yang mempunyai daya antibiotik cukup
ampuh (Hanani, 2013).
2. Flavonoid
Merupakan senyawa yang berperan sebagai antioksidan yang juga
memiliki sifat sebagai racun perut (stomach poisoning), yang bekerja
apabila senyawa tersebut masuk dalam tubuh serangga maka akan
mengganggu organ pencernaan. (Nisma, 2011).
3. Saponin
Merupakan racun yang dapat menghancurkan butir darah atau
hemalosis pada darah , bersifat racun pada hewan berdarah dingin dan
saponin bersifat racun yang biasa disebut sapotoksin (Rachman, 2015).
Saponin masuk kedalam tubuh vektor penyakit melalui dua cara yaitu
melalui sistem pernafasan dan melalui kontak fisik serta bekerja dengan
cara menghambat enzim pencernaan sehingga metabolisme vektor
penyakit akan terganggu dan mengakibatkan kematian pada vektor
penyakit (Muta’ali, 2015).

Untuk mendapatkan senyawa allixin, saponin, dan flavonoid dapat


dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut etanol dan untuk umur
bawang putih yang baik saat dipanen yaitu bekisar 3,5-4 bulan dengan proses
pengeringan bersusut sampai sekitar 15% dari berat awal atau selama 7-10
hari proses penjemuran (Khairani, 2014).

Uji fitokimia dilakukan terhadap senyawa alkaloid, flavonoid,


saponin, tannin karena senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai insektisida
Aminah el al (2001). Allicin (diallyl thiosulfinate) merupakan salah satu
komponen biologis yang paling aktif yang terkandung dalam bawang putih.
Komponen ini, bersamaan dengan komponen sulfur lain yang terkandung
dalam bawang putih berperan pula memberikan bau yang khas pada bawang
putih (Londhe, 2011). Allicin tidak ada pada bawang putih yang belum
dipotong atau dihancurkan (Majewski, 2014). Adanya kerusakan pada umbi
bawang yang ditimbulkan dari dipotongnya atau dihancurkannya bawang
putih akan mengaktifkan enzim Allinase yang akan memetabolisme alliin
menjadi allicin, yang kemudian akan dimetabolisme menjadi vinyldithiines
dan Ajoene. Allicin tidak hanya memiliki efek antibakteri, tapi juga efek
antiparasit, antivirus, dan parasit (Londhe, 2011).
7

Harbon (1987), tannin merupakan senyawa yang berasa sepat dana


banyak terdapat pada tanaman hijau. Tannin tahan terhadap peromabakan
atau fermentasi selain itu menurunkan kemampuan binatang untuk
mengonsumsi tanaman atau memcegah pembususkan daun pada pohon.
Tannin bekerja sebagai zat astringent, menysutkan jaringan dan menutup
struktur protein pada kulitdan mukosa (Healtlink, 2000). Menurut Aminah
dkk (2001), saponin bekerja menurunkan tegangan permukaan selaput
mukosa straktus digestivus larva sehingga dinsing traktus digestivus menjadi
korosif dan akhirnya rusak.
Pada penelitian Agnetha (2005), menunjukkan bahwa Allicin (Sulfur)
akan merusak membrane sel larva sehingga terjadi lisis yang berakibat larva
maenjadi mati. Kandungan dari bahan alam yang diduga berperan dalam
kematian larva adalah flavonoid. Zat ini bekerja sebagai inhibitor pernapasan.
Flavonoid diduga mengganggu metabolism energididalam mitikondria
dengan menghambat system pengangkutan electron.
8

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Hewan Fakultas


Kedokteran Universitas Diponegoro, Laboratorium Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang,
Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,
Laboratorium Sentral Rumah Sakit Nasional Diponegoro. Penelitian ini akan
dilakukan selama 5 bulan.

3.2 Alat dan Bahan


Alat

Peralatan yang digunakan untuk proses ektraksi bawang putih (Allium


sativum L.) dengan cara dingin (maserasi) dan cara panas (refluks) adalah
blender, kaca arloji, spatula, gelas kimia, gelas ukur, erlenmeyer
berpenghisap, corong Buchner, set alat refluks, hotplate, batu didih, penangas
air, neraca analitik, gelas kimia 1 L, gelas kimia 250 mL, gelas ukur 50 mL,
gelas ukur 10 mL, botol vial, kertas saring, dan batang pengaduk. Untuk
proses evaporasi pelarut hasil ektraksi menggunakan set alat evaporator
(Buchi oilbath B-485) sedangkan untuk pembentukan serbuk dari hasil
ektraksi menggunakan alat Freeze Drier yang terdapat di Laboratorium
Kimia Organik Bahan Alam Program Studi Kimia FMIPA UNDIP.

Peralatan yang digunakan untuk karakterisasi senyawa hasil ekstraksi


dengan uji KLT adalah chamber, plat KLT berupa lempeng silika dan pipa
kapiler sedangkan untuk uji skrining fitokimia menggunakan tabung reaksi
dan pipet tetes. Untuk karakterisasi gugus fungsi menggunakan set alat
spektrofotometer FTIR (SHIMADZU, FTIR-8400) yang terdapat di
Laboratorium Kimia Fisik dan Analitik FPMIPA UPI. Sedangkan untuk
pengukuran laju korosi peralatan yang digunakan adalah potensiostat
produksi Radiometer® (Tacussel-Radiometer, Voltalab PGZ 301) yang
terdapat di Laboratorium Korosi Program Studi Kimia UNDIP.
9

Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bawang
putih (Allium sativum L.), etanol teknis 96% produksi Bratachem,
kloroform, aquades, pH indikator universal, CH3COOH teknis produksi
Bratachem, Natrium asetat p.a produksi Merck dan NaCl p.a produksi
Merck, pereaksi Mayer, CH3COOH glacial, H2SO4 pekat, HCl encer, FeCl3
5%, dan serbuk Mg.

3.3 Variabel Penelitian

3.4 Perhitungan Jumlah Sampel

Jumlah sampel untuk 3 kelompok adalah 3 x 8 = 24 ekor mencit.


Jumlah24 ekor mencit adalah jumlah minimal sampel yang diperlukan untuk uji

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Ekstraksi Senyawa yang Terkandung dalam Bawang Putih
Ektraksi senyawa organik dari bawang putih dilakukan dengan dua
cara, yaitu cara dingin (maserasi) dan cara panas (refluks). Tahap preparasi
kedua cara tersebut pada dasarnya sama yaitu dengan melakukan
pengeringan bawang putih dengan cara dijemur selama 6-7 hari, kemudian
dihaluskan menggunakan blender lalu ditimbang sesuai dengan kebutuhan.
Kedua cara ini dilakukan untuk membandingkan hasil ekstraksi yang lebih
baik secara kualitatif maupun kuantitatif, serta untuk mengetahui efisensi
yang lebih baik dilihat dari proses dan penggunaan biaya.

1. Ekatraksi Cara Dingin (Maserasi)

Ekstraksi dengan cara dingin atau maserasi didasarkan pada lama


waktu perendaman dalam pelarutya. Pada penelitian ini dilakukan
selama 24 jam pada suhu kamar. Pelarut yang digunakan adalah
etanol. Hasil ekstraksi kemudian disaring menggunakan corong
buchner untuk memisahkan ampas (residu) dengan filtrat yang
mengandung senyawa yang larut dalam pelarut. Pelarut kemudian
dipisahkan dengan cara evaporasi lalu didapat hasil ekstraksi
berupa ekstrak pekat. Selanjutnya, dilakukan pemisahan
10

kandungan air untuk mendapatkan hasil ekstraksi berupa padatan


dengan menggunakan Freeze drier. Serbuk hasil Freeze drier
kemudian ditimbang.

2. Ekatraksi Cara Panas (Refluks)

Ekstraksi cara panas ini dilakukan sebagai pembanding dari cara


dingin. Serbuk bawang putih yang telah ditimbang kemudian
direfluks pada temperature 70oC dengan pelarut etanol. Proses
refluks dilakukan selama 6 jam. Hasil refluks didinginkan sampai
suhu kamar, kemudian dilakukan pemisahan pelarut menggunakan
corong buchner. Filtrat hasil pemisahan selanjutnya dievaporasi
untuk menghilangkan pelarutnya sehingga didapat ekstrak pekat.
Selanjutnya ekstrak pekat tersebut dibuat menjadi bentuk padatan
menggunakan Freeze drier kemudian ditimbang.

3.6 Analisa Data


Seluruh data hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk rata-rata dan
standar deviasinya. Data yang diperoleh kemudian diproses menggunakan SPSS
(IBM SPSS Statistic 23). Perbandingan data dibuat dengan menggunakan uji t
berpasangan.

3.7 Rancangan Penelitian


11

BAB 4

BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya

No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)


1 Peralatan penunjang (Alat ekstraksi, alat uji Rp 6.000.000,-
fotokimia, alat pemanasan)
2 Bahan habis pakai (Bawang Putih, Aquadest, Rp 1.425.000,-
CH3COOH glacial, H2SO4 pekat, HCl encer, FeCl3
5%, dan serbuk Mg )
3 Perjalanan Rp 550.000,-
12

4 Lain-lain (administrasi, publikasi, laporan) Rp 1.500.000,-


Jumlah Rp 9.475.000,-

4.2 Jadwal Kegiatan

Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan


No Kegiatan Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Study Literatur
2 Penyiapan
bahan dan
peralatan
penelitian

3 Ekstraksi,
Pembuatan
serbuk dan uji
fitokimia
4 Analisa Hasil
laboratorium
dan analisa
data
5 Laporan akhir
6 Publikasi
13

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, I., Hasnah, (2007) Efektivitas ekstrak umbi bawang putih (Allium
sativum L.)n untuk mengendalikan hama Crocidolomia pavonana F. pada
tanaman sawi. Universitas Syiah Banda Aceh.
Ekstrak bawang putih dapat berfungsi sebagai penolak kehadiran serangga
(Novizan 2002).
Greenwald and King, 1981. di dalam Wiliana Rahayu. 1988. Pengaruh
Penambahan Bahan Pengisi dalam Pembuatan Bubuk Bawang Putih (Alium
sativum L.) dengan Spray Drying. Fateta, IPB. Bogor.
Gupta, N. and T.D. Porter. 2001. Garlic and garlic-derived compounds inhibit
human squalene monooxygenase. Journal of Nutrition 131: 1662–1667.
Jesse, J. Mohseni, and N. Shah. 1997. Medical Attributes of Allium sativum –
Garlic. http://wilkes1.wilkes.edu/ ~kklemow/Allium.html.
Khairani, A. 2014. Bawang Putih Raja Tanaman Kedokteran. Surabaya: Alfasyam
Publishing.
Lapeere H, Naeyaer JM, Weert JD, Maeseneer JD, Brochez L. Incidence of
scabies in Belgium. Epidemio Infect. 2007;136:395-8.
Nordin, E, dkk 2009, Physical Properties Of Powdered Roselle-Pineapple Juice
Effects Of Maltodextrin, Universiti Malaysia Pahang, Malaysia.
Rimijuna, I., Yenie, E., Elystia, S., (2017) Pembuatan Pestisida Nabati
Menggunakan Metode Ekstraksi Dari Kulit Jengkol Dan Umbi Bawang
Putih. Fakultas Teknik Universitas Riau.
Steer AC, Jenney AWJ, Kado J, Batzloff MR, Vincent SL, Waqatakirewa L, et al.
High burden of impetigo and scabies in a tropical country. PLoS Negl Trop
Dis. 2009;3:e467.
Syamsiah, I.S dan Tajudin 2003. Khasiat & Manfaat Bawang Putih. Agro Media
Pustaka, Jakarta.
Tsao, S. M. and M. C. Yin. 2001a. In vitro activity of garlic oil and four diallyl
sulfi des against antibiotic-resistant Pseudomonas aeruginosaand Klebsiella
pneumoniae. J. Antimicrob Chemother 47: 665-670.
U. R. Hengge, B. J. Currie, G. Jäger, O. Lupi, and R. A. Schwartz, “Scabies: a
ubiquitous neglected skin disease,” Lancet Infect. Dis., vol. 6, no. 12, pp.
769–779, 2006.
Wijaya, H.C, dkk 1994. Pengaruh Jenis Pengemas dan Penambahan Anti-Cacking
Terhadap Mutu Bubuk Bawang Putih (Allium sativum L) Selama
Penyimpanan, Vol 5 no 3, Teknologi dan Industri Pangan.
14
15

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1.

Biodata Ketua Pelaksana

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Inna Fitriana Zain
2 Jenis Kelamin P
3 Program Studi Kedokteran Umum 2017
4 NIM 22010117130130
5 Tempat dan Tanggal Demak, 14 Juli 1999
Lahir
6 E-mail innafitrianazain@gmail.com
7 Nomor Telepon/ HP 087832163004

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi MI NU Nahdlotut MTs. NU Banat MA NU Banat
Tholibin Demak Kudus Kudus
Jurusan - - IPA Unggulan
Tahun Masuk- 2005 - 2011 2011 - 2014 2014 - 2017
Lulus

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


No Nama Pertemuan Ilmiah/ Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Seminar Tempat
1
2
3

D. Penghargaan (10 tahun terakhir)


No Jenis Penghargaan Instritusi Pemberi Tahun
Penghargaan
1
2
3

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketdaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
16

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM – Penelitian Eksakta.

Semarang, 13 November 2018


Pengusul,

(Inna Fitriana Zain)


17

Biodata Anggota 1

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Salsabila Geby Ayu Tresika
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Kedokteran
4 NIM 22010118140239
5 Tempat dan Tanggal Jepara, 29 September 2000
Lahir
6 E-mail Salsabilageby36@gmail.com
7 Nomor Telepon/ HP 081327173499

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SD N SMP N 1 SMA Kesatuan
Manyargading Pecangaan Bangsa
Yogyakarta
Jurusan IPA
Tahun Masuk- 2006-2012 2012-2015 2015-2018
Lulus

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


No Nama Pertemuan Ilmiah/ Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Seminar Tempat
1
2
3

D. Penghargaan (10 tahun terakhir)


No Jenis Penghargaan Instritusi Pemberi Tahun
Penghargaan
1 Juara 2 Taekwondo 2017
2 Juara 2 Taekwondo Kabupaten 2017
3

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketdaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
18

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM – Penelitian Eksakta.

Semarang, 13 November 2018


Pengusul,

(Salsabila Geby Ayu Tresika)


19

Biodata Anggota 2

E. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Muhammad Kemal Thariq Ibrahim
2 Jenis Kelamin L
3 Program Studi Kedokteran
4 NIM 22010118140235
5 Tempat dan Tanggal Demak, 26 September 1999
Lahir
6 E-mail kemalibrahimlasy@gmail.com
7 Nomor Telepon/ HP 081225170089

F. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SDN SMP N 2 SMA N 5
Plamongansari 01 Semarang Semarang
Jurusan IPA
Tahun Masuk- 2006-2012 2012-2015 2015-2018
Lulus

G. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


No Nama Pertemuan Ilmiah/ Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Seminar Tempat
1
2
3

H. Penghargaan (10 tahun terakhir)


No Jenis Penghargaan Instritusi Pemberi Tahun
Penghargaan
1
2
3
20

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketdaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM – Penelitian Eksakta.

Semarang, 13 November 2018


Pengusul,

(M. Kemal Thariq Ibrahim)


21
22

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap *diisi sesuai dengan biodata anggota PKM
2 Jenis Kelamin L/P
3 Program Studi
4 NIM
5 Tempat dan Tanggal
Lahir
6 E-mail
7 Nomor Telepon/ HP

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi
Jurusan
Tahun Masuk-
Lulus

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


No Nama Pertemuan Ilmiah/ Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Seminar Tempat
1
2
3

D. Penghargaan (10 tahun terakhir)


No Jenis Penghargaan Instritusi Pemberi Tahun
Penghargaan
1
2
3

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketdaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM - Penelitian Eksakta

Semarang, tanggal-bulan-2017
Pengusul,

ttd
23

(Nama Lengkap Anggota 1)


24

Biodata Anggota 2

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap *diisi sesuai dengan biodata anggota PKM
2 Jenis Kelamin L/P
3 Program Studi
4 NIM
5 Tempat dan Tanggal
Lahir
6 E-mail
7 Nomor Telepon/ HP

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi
Jurusan
Tahun Masuk-
Lulus

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


No Nama Pertemuan Ilmiah/ Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Seminar Tempat
1
2
3

D. Penghargaan (10 tahun terakhir)


No Jenis Penghargaan Instritusi Pemberi Tahun
Penghargaan
1
2
3

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketdaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM – Penelitian Eksakta

Semarang, Tanggal Bulan 2017


Pengusul,

ttd
25

(Nama Lengkap Anggota 2)


26

Biodata Dosen Pembimbing

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap *diisi sesuai dengan biodata Dosen
Pembimbing
2 Jenis Kelamin L/P
3 Program Studi
4 NIM
5 Tempat dan Tanggal
Lahir
6 E-mail
7 Nomor Telepon/ HP

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi
Jurusan
Tahun Masuk-
Lulus

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


No Nama Pertemuan Ilmiah/ Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Seminar Tempat
1
2
3

D. Penghargaan (10 tahun terakhir)


No Jenis Penghargaan Instritusi Pemberi Tahun
Penghargaan
1
2
3

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketdaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Hibah PKM – Penelitian Eksakta

Semarang, Tanggal Bulan 2017


Pengusul,
27

Ttd asli bukan crop

(Nama Lengkap Dosen Pembimbing)

Lampiran 2.Justifikasi Anggaran Kegiatan


1. Peralatan Penunjang
28

Justifikasi HargaSatuan Jumlah


Material Kuantitas
Pemakaian (Rp) (Rp)
Peralatan
Penunjang 1
Peralatan
Penunjang 2
Peralatan
Penunjang 3

SUB TOTAL (RP)

2. Bahan Habis Pakai


Justifikasi HargaSatuan Jumlah
Material Kuantitas
Pemakaian (Rp) (Rp)
Material 1
SUB TOTAL (RP)

3. Biaya Akomodasi
Harga
Justifikasi Jumlah
Material Kuantitas Satuan
Pemakaian (Rp)
(Rp)

SUB TOTAL (RP)


29

4. Lain lain
Harga
Justifikasi Jumlah
Material Kuantitas Satuan
Pemakaian (Rp)
(Rp)

SUB TOTAL (RP)


TOTAL KESELURUHAN
30

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas

Alokasi
Nama / Program Uraian
No. Bidang Ilmu Waktu
NIM Studi Tugas
(jam/minggu)

1.

2.

3.

4.

5.
31

Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS DIPONEGORO

Jalan Prof. H. Soedarto, SH. Tembalang, Semarang Kotak Pos 1269, Kode Pos 50275
Telepon (024) 76928010, Faksimile (024) 76928011, Email : dean_fmdu@undip.ac.id

SURAT PERNYATAAN KETUA PELAKSANA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :
NIM :
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran

Dengan ini menyatakan bahwa proposal PKM-Penelitian Eksakta saya dengan


judul:

.............................................................. (bold)

yang diusulkan untuk tahun anggaran 2018 bersifat original dan belum pernah
dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain.

Bilamana dikemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,


maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-


benarnya.
Semarang, tgl bln thn

Mengetahui, Yang menyatakan,


Wakil Dekan Akademik dan Kemahasiswaan
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,

Ttd asli dan stempel asli Ttd dan materai 6000

(Dr. dr. Dwi Pudjonarko, M.Kes., Sp.S (K)) (.........................)


NIP 196607201995121001 NIM. 220
32

Anda mungkin juga menyukai