Anda di halaman 1dari 19

RANCANG BANGUN ALAT BANTU MESIN GREINDA UNTUK INDUSTRI

PAGAR

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Mata


Kuliah Analisis & Desain Produksi (MS581)

Oleh:

Zulfan Syahdan Nugraha

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri merupakan suatu usaha dalam memproses bahan mentah menjadi


barang jadi yang bernilai ekonomis. Industri di Indonesia telah banyak
berkembang. Mulai dari industri besar, menengah, sampai industri kecil.

Industri yang menjadi perhatian pada saat ini salah satunya adalah industri
dalam pembuatan pagar. Pagar merupakan suatu komponen yang dibutuhkan
dalam setiap pembangunan gedung, perumahan, dll. Banyaknya permintaan
mengenai pembuatan pagar membuat industri pembuatan pagar semakin
banyak dari yang skalanya besar sampai yang skalanya kecil seperti home
industri.

Untuk industri pembuat pagar kebutuhan adalah tempat usaha, peralatan,


material, dll. Kebutuhan akan peralatan dapat membantu meringankan
pekerjaan manusia dan membuat waktu produksi lebih efektif. Untuk industri
– industri besar sudah pasti memiliki alat – alat yang dioperasikan secara
otomatis karena ditopang oleh biaya yang mencukupi dan tempat yang
memadai. Sedangkan industri – industri kelas kecil dan menengah akan
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan akan alat alat tersebut. Hal ini
dikarenakan industri – industri kelas kecil dan menengah harus
meminimalkan biaya produksi dan perawatan mesin.

Salah satu peralatan yang digunakan pada industri pembuatan pagar


adalah alat potong. Jenis alat potong yang biasa digunakan adalah mesin
gerinda.

Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya masyarakat Indonesia yang
mampu membuka lapangan kerja sendiri, diantaranya dengan mendirikan
usaha kecil yang disebut Usaha Kecil Menengah (UKM).

Perencanaan teknologi tepat guna disesuaikan dengan kondisi masing- masing


usaha. Untuk usaha menengah ke atas yang bermodal besar biasanya
menggunakan teknologi yang canggih hasil riset dari dalam maupun luar negeri.
Tetapi bagi usaha menengah ke bawah yang bermodal kecil cukup dengan
menggunakan teknologi tepat guna. Karena dengan cara seperti itulah mereka
mampu bersaing dengan para pengusaha besar dengan nilai produk yang bersaing.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat dikemukakan
rumusan masalah pada perancangan mesin bending ini adalah bagaimana gambar
mesin yang akan dibuat sesuai spesifikasi yang telah ditentukan?

C. Batasan Masalah
Dalam penulisan tugas akhir ini, tentu saja harus dibatasi sesuai dengan
kemampuan, situasi, kondisi, biaya, dan waktu yang ada atau tersedia agar masalah itu
dapat tepat pada sasarannya, maka penulis membatasi ruang lingkupnya, yang nantinya
diharapkan hasilnya sesuai dengan apa yang diinginkan. Dalam hal ini penulis
membatasi masalah yang akan dibahas sebagai berikut :
1. Baja yang dapat dibending dengan alat ini adalah baja karbon jenis nako dengan
dimensi baja 8 𝑚𝑚2
2. Diameter perkakas bending sebesar 8 mm dan 10 mm

D. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari ”Perancangan Mesin Bending
Baja Karbon Untuk Ornamen Tralis” adalah menghasilkan gambar desain “Mesin
Bending Baja Karbon Untuk Ornamen Tralis” dengan spesifikasi yang telah
ditentukan.
E. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh ialah :
1. Bagi Mahasiswa
a. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengimplementasikan ilmu
yang telah didapat selama perkuliahan.
b. Sebagai pengalaman dalam perancangan karya teknologi.
c. Mahasiswa dapat mengetahui dengan jelas bagaimana cara merancang dan
membangun suatu alat atau mesin secara terstruktur.
2. Bagi Lembaga Pendidikan
a. Merupakan pengembangan ilmu dan pengetahuan (IPTEK) yang tepat guna
dalam hal menciptakan ide untuk menghasilkan suatu alat atau mesin yang
baru.
b. Merupakan inovasi yang dapat dikembangkan untuk proses pembelajaran
yang lebih nyata, efektif, dan terstruktur.
3. Bagi Dunia Industri dan Masyarakat
a. Bentuk kreativitas mahasiswa yang dapat membantu perindustrian dalam
mengefisiensikan waktu dan meningkatkan jumlah produksi.
b. Meningkatkan kualitas masyarakat dalam berfikir tentang menciptakan dan
mengembangkan teknologi yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.

F. Metode Penelitian
Untuk penulisan tugas akhir dan pembuatan mesin yang direncanakan ini penulis
membutuhkan data-data sebagai acuan untuk memperoleh hasil yang maksimal pada
penulisan tugas akhir ini, untuk itu penulis menggunakan beberapa metode
pengumpulan data sebagai berikut :
1. Metode literature
Yaitu studi atau mencari informasi atau mengambil materi dari buku literature
yang berhubungan dengan perencanaan alat baikmdari perpustakaan, internet,
maupun buku.
2. Observasi
Yaitu mengumpulkan data mengenai material, bentuk, ukuran benda yang akan
digunakan sebagai media observasi.
3. Metode Referensi
Yaitu mencari berbagai informasi tentang data yang dibutuhkan melalui
literature-literature yang ada hubungan dalam masalah yang akan dibahas
dalam penulisan tugas akhir ini.
4. Metode Konsultasi
Yaitu penulis mendapat bimbingan dari pembimbing berdasarkan penerapan
teori yan diperoleh di perkuliahan, juga masukan dari teman-teman sehingga
penulis akan lebih sempurna dan terarah untuk menyelesaikan penulisan tugas
akhir ini.

G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis membuat suatu sistematika penulisan yang
terdiri dari beberapa bab dimana masing-masing bab tersebut terdapat uraian-uraian
yang mencakup tentang penulisan tugas akhir ini. Maka penulis membuat sistematika
penulisan sebagai berikut :
1. BAB I PENDAHULUAN, bab ini meliputi bagian pendahuluan di uraikan
beberapa masalah yang berhubungan dengan proses penyusunan laporan akhir
yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah. Batasan masalah, tujuan,
manfaat, metode penelitian serta sistematika penulisan.
2. BAB II KAJIAN TEORI, bab ini menjelaskan teori-teori tentang perencanaan
mesin.
3. BAB III PEMBAHASAN PERANCANGAN, bab ini menjelaskan metode
penelitian, gambar aliran perencanaan, desain mesin, dan perhitungan-
perhitungan konstruksi.
1. BAB V PENUTUP, bab ini menjelaskan tentang kesimpulan yang diperoleh,
serta saran-saran yang berhubungan dengan perencanaan Mesin Bending Untuk
Ornamen Tralis.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Bending (Pembengkokan)
Pembengkokan merupakan suatu pengerjaan, dimana bahannya diubah bentuknya
dengan tetap. Hanya pelat-pelat, batang-batang, pipa-pipa, profil-profil dan kawat dari
bahan-bahan yang kenyal, dapat dibengkokan. Pada waktu pembengkokannya, sisi
luarnya meregang dan sisi dalamnya melantak (Gambar 2.1). Hal ini hanya dapat
terjadi kalau bahannya cukup plastis (kenyal). Bahan-bahan dengan regangan yang
rendah tidak dapat dibengkokan atau hanya dapat sedikit saja dibengkokan dalam
keadaan dingin. Dengan memanaskan bahan-bahan ini, kita mencegah supaya tidak
patah atau retak. Maka regangannya jauh lebih besar dan bahannya dapat diubah
bentuknya lebih kuat dengan gaya yang lebih kecil.

Gambar 2. 1 Gambar Peregangan dan Pelantakan Pada Pembengkokan


(Sumber: C.van Terheijden Harun, 1993, hlm.17)

Bahan-bahan tuangan biasanya sukar dibengkokan. Pada batas antara meregang


dan melantak, bahan itu dibengkokan stanpa terjadinya tegangan-tegangan dalam. Pada
batas ini disebut lapisan netral. Disini tidak terjadi tegangan tarik atau tegangan tekan.
Akan tetapi, oleh karena bahan yang akan dibengkokan itu selalu mempunyai
ketebalan tertentu, pada sisi tarik dan sisi tekan akan terjadi tegangan-tegangan,
sehingga profil yang aslinya diubah bentuknya (Gambar 2.2). Bahannya menjadi
kurang lebar pada sisi luarnya dan bertambah lebar pada sisi dalamnya.
Gambar 2. 2 Tegangan Pada Sisi Tarik dan Sisi Tekan
(Sumber: C.van Terheijden Harun, 1993, hlm.17)

B. Jenis-Jenis Bending
A. Draw Bending
Benda kerja dijepit ke rotating from dan ditarik oleh pressure die (Gambar 2.3).
Pressure die tidak statis atau dapat bergerak di sepanjang sumbu longitudinal.
Pressure die harus mampu menahan abrasi yang disebabkan oleh pergeseran logam
kerja di atas permukaannya. Pressure die dirancang tidak statis karena agar dapat
bergerak maju dengan benda kerja saat ditekuk, sehingga kurang mengalami abrasi
semacam itu. Pada mesin bending listrik, draw bending lebih digunakan dari
metode bending lainnya.

Gambar 2. 3 Komponen Dan Mekanisme Penting Dari Draw Bending dan Compression
Bending dan Bagian Batang.
(Sumber: ASM Handbook, Vol. 14)
B. Compression Bending
Benda kerja dijepit ke fixed form, dan Wiper Shoe berputar di sekitar form untuk
menekuk benda kerja (Gambar 2.3). Compression Bending paling berguna dalam
bentuk bengkok yang digulung dan diekstrusi. Sebuah tikungan dapat dibuat dekat
dengan tikungan lain di benda kerja tanpa perlu kompon mati diperlukan dalam
menggambar lentur. Meskipun bending kompresi tidak mengontrol aliran logam
dan juga menggambar bending, ini banyak digunakan dalam mesin bending dan
mesin bending rotari.

C. Roll Bending
Tiga atau lebih gulungan paralel digunakan. Dalam satu pengaturan
menggunakan tiga gulungan, sumbu dari dua gulungan bawah ditetapkan dalam
bidang horizontal. Gulungan atas (Bending Roll) diturunkan ke arah bidang
gulungan bawah untuk membuat tikungan (Gambar. 2.4). Tiga gulungan tersebut
digerakkan oleh tenaga penggerak; gulungan atas digerakkan ke atas atau ke bawah
oleh silinder hidrolik.

Gambar 2. 4 Pengoperasian Penting Dalam Metode Bending Tiga Roll.


(Sumber: ASM Handbook, Vol. 14)

D. Stretch Bending
Kurva besar yang tidak beraturan diperoleh dengan menggunakan Stretch
Bending. Benda kerja dicengkeram di ujung, diregangkan, dan ditekuk saat
direntangkan di sekeliling form. Biasanya, springback lebih sedikit terjadi ketika
pekerjaan ditekuk saat sedang diregangkan. Ujung yang dicekam biasanya
dipangkas. Metode ini dapat dicapai dalam satu operasi yang sama dengan waktu
yang berbarengan. Hasilnya adalah penghematan waktu dan tenaga yang mungkin,
meskipun stretch bending merupakan proses yang lambat. Alat, bentuk balok, atau
cetakan untuk stretch bending lebih sederhana dalam desain dan lebih murah
daripada perkakas press konvensional.

C. Mesin Bending

Mesin yang digunakan untuk membengkokkan batangan meliputi: perangkat dan


perlengkapan untuk pembengkokan manual, rem tekan, pengepres mekanis dan
hidrolik konvensional, mesin penekuk horizontal, penekuk putar, dan penekuk lentur.
Pembentuk juga telah digunakan untuk melakukan operasi lentur tertentu.
A. Bending Manual
Mesin atau perlengkapan bertenaga tangan digunakan di banyak toko untuk
membuat tikungan yang tidak membutuhkan banyak energi untuk terbentuk.
Peralatan ini dilengkapi dengan ratchet, tuas, atau roda gigi untuk memberikan
keuntungan mekanis bagi operator. Berbagai jenis perlengkapan digunakan untuk
draw bending manual, sretch bending atau compression. Roll bending jarang
dilakukan dengan tangan. Alat yang digunakan dalam bending manual sama
dengan yang digunakan pada beberapa mesin power bending. Ukuran maksimum
batang baja karbon rendah yang bisa dibengkokkan secara manual diberikan pada
Tabel 2.1.

Tabel 2. 1 Ukuran Maksimal Batang Baja Karbon Untuk Bending Manual


Shape Size mm (in.)
Rounds 25 (1) (diam)
Square 3
19 mm ( 4 ) (per side)

Flats bend on 9.5 x 102 (3 x 4)


8
flat
Flat bend on 6.4 x 25 (1 x 1)
4
edge
Angle 3
4.8 x 25 x 25 (16 x 1 x 1)

Chennels 3 1
4.8 x 13 x 25 (16 x 2 x 1)

(Sumber: ASM Handbook, Vol. 14)

B. Press Brake
Press Brake digunakan untuk semua jenis pembengkokan, terutama dalam
produksi lot kecil (25 hingga 500 buah), ketika perkakas standar atau perkakas
khusus berbiaya rendah dapat digunakan. Seringkali, punch tidak bersandar pada
die, tetapi pukulannya terkontrol, dan bilahnya bengkok "di udara" (Gambar. 2.5).

Gambar 2. 5 Pembekokan Udara Sebuah Bar Pada Press Brake


(Sumber: ASM Handbook, Vol. 14)

C. Mechanical Presses
Mesin press umumnya hanya digunakan untuk produksi massal, karena hanya
produksi besar yang dapat memberikan biaya perkakas yang besar, termasuk juga
alat bending standar. Gambar 2.6 menunjukkan bilah bundar yang ditekuk menjadi
U-bolt di press. Bilah pertama kali dipotong memanjang dan diarahkan ke kedua
ujungnya (pendahuluan untuk operasi threading berikutnya). Bilah kemudian
dimuat ke dalam press dan ditahan dalam cetakan berlekuk yang membengkokkan
bilah menjadi huruf U dalam satu pukulan. Dalam pengaturan yang ditunjukkan
pada Gambar. 2.6, lebih dari satu benda kerja dapat ditekuk sekaligus.
Gambar 2. 6 Penggunaan Grooved Die Dalam Penekanan Mekanis Untuk Menekuk Batang
Bundar Menjadi Baut U Dalam Satu Langkah
(Sumber: ASM Handbook, Vol. 14)

D. Hidraulic Press
Hidraulic Press sering digunakan untuk membengkokkan bar dengan cara yang
sama seperti Mechanical Presses. Meskipun biasanya Hidraulic Press lebih lambat
dari Mechanical Presses, pengepresan ini memiliki keuntungan dengan
mengerahkan kekuatan penuh pada pukulan panjang. Oleh karena itu, tekukan yang
dalam sering kali dapat dilakukan pada Hidraulic Press yang jauh lebih kecil
daripada Mechanical Press yang diperlukan.

E. Horizontal Bending Machines


Mesin bending horizontal untuk batang lentur terdiri dari horizontal bed dengan
pegas bertenaga yang digerakkan di sepanjang bed melalui batang penghubung,
poros engkol, kopling, dan gear train. Dies dipasang di bed, dan mengikuti gerakan
pegas mendorong bar melalui die. Pukulan panjang dan ruang die yang besar
membuat mesin ini berguna untuk berbagai operasi pembengkokan dingin dan
panas, meskipun kecepatannya lebih rendah dari pada Mechanical Press dengan
kapasitas yang sama.Horizontal benders tersedia dalam kapasitas dari 89 hingga
2700 kN (10 hingga lebih dari 300 ton).

F. Rotary Benders
Rotary bender, baik vertikal maupun horizontal, digunakan untuk draw,
compression, atau stretch bending pada bar. Mesin tersebut terdiri dari meja putar
dalam posisi horizontal atau vertikal di mana balok form atau dudukan dipasang
(Gambar 2.3). Perangkat hidraulic atau mekanik seperti clamping, tensioning , atau
pengompres yang sesuai disediakan untuk memegang benda kerja saat die berputar
ke posisi yang diperlukan, atau saat benda kerja ditekuk mengenai die pembentuk
pusat. Beberapa mesin dapat membuat tikungan dengan dua, atau ketiganya,
metode.

G. Bending Presses
Bending press paling banyak digunakan untuk menekuk tubing, Namun,
pengepres terkadang digunakan untuk membengkok bar.

Gambar 2. 7 Double Crank Menggunakan Bending Press


(Sumber: ASM Handbook, Vol. 14)
H. Shapers
Shapers dapat digunakan untuk operasi pembengkokan. Salah satu metode
adalah membuat fixdie, atau landasan, dipegang di knee pembentuk dan punch
dipasang pada ram (Gambar 2.8). Pembentuk harus melakukan satu pukulan saja.
Pukulan dapat disesuaikan untuk memungkinkan springback pada benda kerja,
oleh karena itu, benda kerja dapat ditekuk hingga batas yang cukup dekat.

Gambar 2. 8 Penggunaan Shapers Untuk Perbaikan Springback Pada Baut U, Baut J, atau
Ring
(Sumber: ASM Handbook, Vol. 14)

Pengaturan yang ditunjukkan pada Gambar. 2.8 digunakan untuk memperbaiki


springback di bagian-bagian yang terbentuk seperti baut-J, baut-U, dan cincin. V-
punch dan die yang dipasang di pembentuk dapat membuat tikungan dari berbagai
jenis. Shapers juga dapat dilengkapi dengan rak dan pinion untuk menghasilkan
gerakan putar untuk menekuk (Gambar 2.9). Radius pembentukan dapat bervariasi
dengan menggunakan center pin dengan diameter berbeda.

Gambar 2. 9 Pembentukan Dengan Gerakan Memutar Dalam Shaper


(Sumber: ASM Handbook, Vol. 14)
I. Alat Bending
Alat untuk draw dan compression bending ditunjukkan pada Gambar. 2.3. Bentuk
yang digunakan dalam kedua proses dibentuk dengan kontur tikungan. Biasanya
beralur agar sesuai dengan pekerjaan. Seringkali, form adalah bagian dari silinder
kanan straight potions (sering kali berupa sisipan) memberikan permukaan tempat
pekerjaan dijepit. Tekanan hidrolik atau mekanis menahan klem pada benda kerja. Alur
berbentuk lingkaran atau permukaan yang kasar menggenggam batang atau bagian
batang.
Untuk memungkinkan springback, radius dibuat lebih kecil pada form daripada
yang diperlukan untuk benda kerja. Bentuknya juga dirancang untuk sudut tikungan
yang lebih besar dari yang dibutuhkan. Dua penyesuaian ini memungkinkan
overbending karya untuk memungkinkan springback. Penyesuaian semacam itu
dilakukan dengan coba-coba. Form diuji dan koreksi dilakukan sebelum dipanaskan.
Hasil akhir pada form (dinamis atau statis) harus cukup baik untuk menghindari
kerusakan pada benda kerja. Untuk sebagian besar pembengkokan batang, hasil akhir
mesin cukup. Untuk stainless steel dekoratif dan aluminium yang dipoles, penggilingan
atau pemolesan permukaan bentuk mungkin diperlukan. Namun, area penjepitan tidak
boleh digiling atau dipoles kecuali diperlukan. Semakin halus hasil akhir di area
penjepitan, semakin besar bahaya benda kerja akan lepas dari penjepit. Tekanan die
dan wiper shoe membutuhkan penyelesaian yang baik (biasanya ditumbuk) karena
logam kerja harus mendorong sepanjang form.
A. Bahan Dies.
Dies biasanya terbuat dari baja yang diperkeras untuk produksi besar sampai
ribuan keping per bulan. Baja perkakas digunakan untuk dies one-piece kecil. Dies
yang lebih besar terbuat dari baja karbon rendah dan kemudian dikarburasi dan
dikeraskan. Clamping disisipkan namun dibuat terpisah.
Untuk produksi sedang sampai beberapa ratus keping per bulan, baja karbon
tanpa pengerasan sering digunakan. Jika hanya beberapa bagian yang dibutuhkan,
kayu atau paduan aluminium mungkin cukup kuat untuk dies.
Untuk bottoming dies pada alat press, baja melalui proses hardening selalu
digunakan. Untuk cold bending, baja perkakas A2 yang dihardening hingga 58-62
HRC paling sering dipilih. Baja perkakas hot-work, seperti H11, yang dikeraskan
hingga 45- 50 HRC biasanya merupakan pilihan untuk hot bending.

Gambar 2. 10 Persiapan dies pada press brake untuk menekuk ujung sebuah bar (kiri) dan
untuk menekuk dua sudut struktural (kanan

(Sumber: ASM Handbook, Vol. 14)

J. Sistem Transmisi Daya


Motor listrik dalam perencanaan ini berfungsi sebagai sumber tenaga penggerak
yang akan menyuplai putaran dan daya sesuai dengan besar power yang dibutuhkan
untuk usaha penekukan pelat. Motor listrik ini sejatinya dapat di sediakan dari jenis
motor listrik AC maupun DC sesuai dengan kebutuhan daya dan ketersediaan sumber
listriknya. Dalam merencanakan atau memilih kapasitas motor listrik perlu dilakukan
perhitungan daya yang dibutuhkan untuk melakukan usaha pengerolan pelat tersebut.
Secara umum daya motor yang dipilih berdasarkan persamaan sebagai berikut (Sularso,
1991): 𝑃𝑑 = 𝑓𝑐 𝑃 (𝑘𝑊)…….......................................................……….( Pers. 1)

Dimana:

Pd =daya desain yang dibutuhkan (HP atau kW)

Fc =Faktor koreksi beban (lihat tabel)

P = Daya nominal perhitungan (HP atau kW


BAB III

METODOLOGI

Gambar 3. 1 Gambar Flowchart Penelitian


A. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan untuk mencari masalah yang ada pada masyarakat.
Hal ini dilakukan dengan mengkaji masalah yang dapat diukur secara empiris yang
dapat diperoleh dari pengumpulan data dan pengolahan data yang ada melalui
observasi, analisis pasar, dan studi literasi. Dari studi pendahuluan yang ada, penulis
menemukan masalah pada masyarakat khususnya pada industri kelas kecil pembuatan
ornamen tralis, dimana industri kecil tersebut kesulitan untuk memenuhi permintaan
konsumen dalam pembuatan ornamen tralis bentuk melingkar yang disebabkan karena
keterbatasan alat yang dimiliki. Alat yang dimiliki oleh para industri kecil tersebut
masih menggunakan alat manual dimana alat tersebut tidak dapat bekerja secara
optimal baik dalam intensitas hasil produksi maupun efisiensi waktu pembuatan
produk.

B. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan dilakukan untuk mencari solusi pada masalah yang ditemukan
di masyarakat. Hal ini dilakukan agar solusi yang diberikan tepat guna dan tepat
sasaran. Maka dari itu, berdasarkan fenomena yang ada, maka penulis akan
merencanakan Mesin Bending Baja Karbon Untuk Ornamen Tralis sebagai solusi dari
masalah yang ditemukan. Diharapkan dengan adanya alat tersebut dapat membantu
industri-industri kelas kecil dalam mengefisiensikan waktu produksi serta membantu
meningkatkan jumlah produksi sehingga dapat memenuhi permintaan komsumen. Dan
diharapkan juga Mesin Bending Baja Karbon Untuk Ornamen Tralis ini dapat
memperkecil biaya pengeluaran industri karena harganya yang lebih terjangkau dari
harga Mesin Bending di pasaran.
C. Free Desain
Pada Tahap ini dilakukan Free Desain yaitu tahapan pembuatan desain kasar tanpa
ukuran sebagai dasar perancangan.
D. Konsultasi
Setelah adanya free desain, maka dilakukan tahap konsultasi untuk mengkoreksi
kemungkinan-kemungkinan terjadinya kegagalan.
E. Pembuatan Final Desain
Jika setelah tahap kosultasi desain mesin disetujui maka akan berlanjut untuk
membuat final desain dengan dimensi sesuai dengan perhitungan. Jika free desain tidak
disetujui, maka yang dilakukan adalah pembuatan desain kembali. Yang dihasilkan
dari final desain adalah gambar teknik
F. Pembuatan Laporan
Pembuatan laporan dilakukan sebagai laporan pertanggung jawaban dan laporan
kemaju
DAFTAR PUSTAKA

C.van Terheijden dan Harun. 1983. Alat Alat Perkakas 2. Binacipta. Indonesia

Sularso dan Kiyokatsu Suga. 2004. Dasar-dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen
Mesin. Pradnya Paramita. Jakarta.

ASM Handbook Vol 14. Pdf. 1992. Forming and Forging. ASM Handbook.
Committee. United State.

Mardalil. 2016. Analisa Alat Pengerol Pelat Pada Laboratorium Teknologi Mekanik
Jurusan Teknik Mesin Uho. Universitas Halu Oleo. Sulawesi Tenggara.

Anda mungkin juga menyukai