Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN KEGIATAN

“YUK NINGSI”
(AYUK SKRINING HIPERTENSI)
RW 8 RT 11, 12, 13, 14 & 15 KELURAHAN BARENG
KECAMATAN KLOJEN KOTA MALANG

Pembimbing:
Ns.Niko Dima, M.Kep.,Sp.Kep.Kom. dan Ns. Susilowati, S.Kep.

Oleh:
Kelompok 3-B

Agus Triono, S.Kep. NIM. 180070300011043


Siti Raikhanah, S.Kep. NIM. 180070300011053
Yenny Auli Diana H , S.Kep. NIM. 180070300011051
Yeni Rahmawati, S.Kep. NIM. 180070300011048
Robertus Karmanto, S.Kep. NIM. 180070300011076
Litwinayanti Perwita, S.Kep. NIM. 180070300011042
Wahyu Dwi Ari, S.Kep. NIM. 180070300011059
Yadi Fatriaullah, S.Kep. NIM. 180070300011003

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2019
PROPOSAL KEGIATAN

“YUK NINGSI”
(AYUK SKRINING HIPERTENSI)
RW 8 RT 11, 12, 13, 14 & 15 KELURAHAN BARENG
KECAMATAN KLOJEN KOTA MALANG

Pembimbing:
Ns.Niko Dima, M.Kep.,Sp.Kep.Kom. dan Ns. Susilowati, S.Kep.

Oleh:
Kelompok 3-B

Agus Triono, S.Kep. NIM. 180070300011043


Siti Raikhanah, S.Kep. NIM. 180070300011053
Yenny Auli Diana H , S.Kep. NIM. 180070300011051
Yeni Rahmawati, S.Kep. NIM. 180070300011048
Robertus Karmanto, S.Kep. NIM. 180070300011076
Litwinayanti Perwita, S.Kep. NIM. 180070300011042
Wahyu Dwi Ari, S.Kep. NIM. 180070300011059
Yadi Fatriaullah, S.Kep. NIM. 180070300011003

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2019

1
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama
sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh dunia,
di mana sekitar 29 juta (80%) justru terjadi di negara yang sedang berkembang
(WHO, 2010). Peningkatan kematian akibat PTM di masa mendatang
diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15% ( 44 juta kematian) dengan rentang
waktu antara tahun 2010 dan Kondisi ini timbul akibat perubahan perilaku manusia
dan lingkungan yang cenderung tidak sehat terutama pada negara-negara
berkembang. Pada awal perjalanan PTM seringkali tidak bergejala dan tidak
menunjukkan tanda klinis secara khusus sehingga datang sudah terlambat atau
pada stadium lanjut akibat tidak mengetahui dan menyadari kondisi kelainan yang
terjadi pada dirinya.

Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 menunjukan bahwa 69,6% dari
kasus diabetes melitus dan 63,2% dari kasus hipertensi masih belum terdiagnosis.
Keadaan ini mengakibatkan penanganan menjadi sulit, terjadi komplikasi bahkan
berakibat kematian lebih dini. Dalam kurun waktu tahun , kematian akibat PTM
mengalami peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Puskesmas Bareng Hipertensi dan Diabetes Mellitus menempati
urutan pertama dan kedua dari 10 masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerja
Puskesmas Bareng dengan jumlah kejadian hipertensi 298 kasus per April
2019(sumber: PKM Bareng). Khususnya RW 8, RT 11, 12, 13, 14, dan 15
merupakan daerah dengan kejadian Hipertensi cukup tinggi yaitu sebesar 63
kasus dari 310 sample jiwa. dan kejadian diabetes mellitus yaitu sebesar 11 kasus
dari 310 sample jiwa.

PTM dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risikonya, yaitu


merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan konsumsi minuman
beralkohol. Mencegah dan mengendalikan faktor risiko relatif lebih murah bila
dibandingkan dengan biaya pengobatan PTM. Pengendalian faktor risiko PTM
merupakan upaya untuk mencegah agar tidak terjadi faktor risiko bagi yang belum

2
memiliki faktor risiko, mengembalikan kondisi faktor risiko PTM menjadi normal
kembali dan atau mencegah terjadinya PTM bagi yang mempunyai faktor risiko,
selanjutnya bagi yang sudah menyandang PTM, pengendalian bertujuan untuk
mencegah komplikasi, kecacatan dan kematian dini serta meningkatkan kualitas
hidup. salah satu strategi pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah
pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat. Masyarakat diberikan
fasilitas dan bimbingan untuk ikut berpartisipasi dalam pengendalian faktor risiko
PTM dengan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan deteksi
dini, monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya.

Skrining Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan wujud peran serta


masyarakat dalam kegiatan deteksi dini, monitoring dan tindak lanjut dini faktor
risiko penyakit tidak menular secara mandiri dan berkesinambungan. Kegiatan ini
dikembangkan sebagai bentuk kewaspadaan dini terhadap penyakit tidak menular
mengingat hampir semua faktor risiko penyakit tidak menular tidak memberikan
gejala pada yang mengalaminya. Faktor resiko penyakit tidak menular meliputi
merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas
fisik, obesitas, stress, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol, dapat ditindalkanjuti
sejak dini. Faktor resiko dapat ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera
merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar (Azwar, 2010). SkriningPenyakit
Tidak Menular (PTM) merupakan salah satu upaya kesehatan masyarakat (UKM)
yang berorientasi kepada upaya promotif dan preventif dalam pengendalian
penyakit tidak menular dengan melibatkan masyarakat mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan monitoring-evaluasi. Masyarakat diperankan sebagai sasaran
kegiatan, target perubahan, agen pengubah sekaligus sebagai sumber daya.
(Kemenkes, 2012).

Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut maka dirasa perlu
mengadakan skrining kesehatan sebagai sebuah langkah konkrit dari pencegahan
primer yang dilakukan agar bisa mengetahui data kesehatan yang didapat dari
masyarakat. Sehingga dapat mencegah bertambahnya angka kejadian PTM
terutama hipertensi yang sangat tinggi.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum

3
Terlaksananya pencegahan dan pengendalian faktor resiko PTM terutama
hipertensi berbasis peran serta masyarakat secara terpadu, rutin dan
periodik .

2. Tujuan Khusus
 Terlaksananya deteksi dini faktor resiko PTM : Hipertensi.
 Terlaksananya monitoring faktor resiko PTM : Hipertensi.
 Terlaksananya tindak lanjut dini
C. KEGIATAN POKOK
 Skrining : Pemeriksaan Tekanan darah, dan pemeriksaan gula darah
 Senam taichi
 Penyuluhan Kesehatan tentang : Hipertensi, bahaya merokok dan
Limbah sehat

4
BAB 2
RINCIAN KEGIATAN

NAMA KEGIATAN : “YUK NINGSI” (Ayuk Skrining Hipertensi)


SASARAN : Seluruh Warga RT 11-15 Rw 8 Kelurahan Bareng Raya

A. STRUKTUR KEPANITIAAN
Ketua : Yenny Auli Diana H.
Sekertaris : Agus Triono
Bendahara : Litwinayanti P
Sie Acara : Yadi Fatriaullah
Wahyu Dwi A.
Sie Konsumsi : Yeni Rahmawati
Sie Humas : Siti Raikhanah
Sie Perlengkapan : Robertus Karmanto

D. ANGGARAN DANA
 PEMASUKAN
Iuran Anggota 8 x Rp 100.000,00 =Rp. 800.000,00

 PENGELUARAN
 Kue untuk undangan 100 kotak = Rp. 200.000,00
 Air mineral 1 dos = Rp. 144.000,00
 Alat stick GDA dan Lancet = Rp. 185.000,00
 Pembuatan Banner = Rp 140.000,00 +
Total Rp. 669.000,00

E. SUSUNAN KEGIATAN
Tanggal : Minggu, 8 September 2019
Pukul : 06.00 WIB s/d Selesai
Tempat : Lapangan Halilintar RT 15 RW 08 Kelurahan Bareng
Raya

5
Susunan Acara : Terlampir
E. EVALUASI KEGIATAN
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta “Yuk Ningsi” dapat mengikuti proses kegiatan baik dari awal
sampai akhir tanpa meninggalkan tempat dan acara berjalan sesuai
rencana.
b. Sarana dan Prasarana kegiatan tersedia dengan baik dan digunakan secara
maksimal untuk mendukung acara “Yuk Ningsi”
2. Evaluasi Proses
a. Peserta “yuk Ningsi” bersedia mengikuti seluruh kegiatan dengan baik
sesuai dengan kontrak waktu yang telah dibuat.
b. Peserta ‘yuk Ningsi’ dapat sepakat dan siap mendukung program kegiatan
keperawatan komunitas yang telah disepakatai dan mengikuti rangkaian
kegiatan dengan baik.
c. Diharapkan peserta “Yuk Ningsi” yang hadir sesuai dengan estimasi
Jumlah peserta yaitu 100 orang untuk mengikuti kegiatan “Yuk Ningsi”
3. Evaluasi Hasil
a. Bertambahnya pengetahuan peserta kegiatan tentang penyakit hipertensi,
Diabetes mellitus dan Limbah sehat juga terapi komplementer senam
taichi yang dapat dilakukan sendiri di rumah.
b. Dengan bertambahnya pengetahuan ini, dapat membawa perubahan pada
gaya hidup sehat peserta “Yuk Ningsi”

6
BAB 3
PENUTUP

Demikianlah proposal kegiatan “Yuk Ningsi” (Ayuk Skrining


Hipertensi) Mahasiswa Profesi Ners Universitas Brawijaya Di RT 11-15 RW
08 Kelurahan Bareng Kecamatan klojen disusun dengan mengharapkan
kerido’an Allah SWT, kami memohon bantuan dan partisipasi serta kerja sama
dari semua pihak merealisasikannya. Semoga Allah SWT memberikan
kekuatan lahir dan batin serta melindungi kita semua. Amin

Malang, 2 September 2019


Ketua Kelompok 3

Siti Raikhanah
NIM. 180070300011053

Mengetahui,

Pembimbing Akademik, Perseptor Klinik,

Ns.Niko Dima, M.Kep.,Sp.Kep.Kom. Ns. Susilowati, S.Kep.


NIP. 19750731 200903 2002

7
Lampiran

“SUSUNAN ACARA YUK NINGSI”

NO Jam Acara Kegiatan PJ Mahasiswa

06.00-06.10 Pembukaan

06.10-07.00 Senam tera yang Bu Lilik


dilanjutkan dengan senam Wahyu Dwi A.
taichi
07.00-08.00 Penyuluhan kesehatan HT, Yeni
DM, Bahaya merokok dan Rahmawati
Limbah sehat dilanjutkan Robertus K
dengan Diskusi dan Tanya Yadi
jawab Fatriaullah
08.00-09.30 Skrining TD dan Yenny Auli
pemeriksaan GD D.H, Agus
dilanjutkan dengan Triono,
konseling apabila Litwinayanti
ditemukan kasus HT P., Siti
ataupun DM Raikhanah
09.30-09.45 Penutup

8
Lampiran SAP 1
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Hipertensi


Sub Pokok Bahasan : Pengenalan dan Pencehgahan Hipertensi
Sasaran : Masyarakat RT 11-15
Hari/Tanggal : Senin, 02 September 2019

I. Latar Belakang
Sekarang ini penderita hipertensi yang umumnya dikenal dengan darah tinggi
tidak hanya dialami oleh lansia saja, tetapi banyak juga penderita berumur < 60
tahun. Gaya hidup yang tidak sehat dan riwayat hipertensi dapat menjadi pencetus
penyebab hipertensi.
Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, suatu
peningkatan tekanan darah didalam arteri yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkan. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,
dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya
resiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal
yang merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.
Hipertensi merupakan masalah kesehatan public utama di seluruh dunia dan
merupakan faktor risiko penyakit kardiovskular tersering, serta belum terkontrol
optimal diseluruh dunia.Namun, hipertensi dapat dicegah dan penanganan
dengan efektif dapat menurunkan risiko stroke dan serangan jantung. Hipertensi
berdasarkan criteria JNC 2, didefinisikan sebagai kondisi dimana tekanan darah
sistolik lebih dari atau sama 140 mmHg atau tekanan darah diastolic lebih daari
atau sama dengan 90 mmHg .hipertensi mengakbatkan pada ½ penyakit janrung
koroner dan sekitar 2/3 penyakit sarebrovaskular. Banyak masalah penyakit
kardiovaskular sekarang terjadi di negara berpendapatan rendah sampai
menangah.Negara-negara ini berjuang menghadapi penyakit kardiovaskular
terkait kemiskinan dan infeksi seperti penyakit jantung rematik, fibrosis
endomiokardial, infeksi human imundeficiency virus (HIV), perikarditis
tuberkolosis, dan penyakit chagas.Kombinasis dan keterbatasan ekonomi, sumber

9
daya, dan tumpang tindih beberapa penyakit membebani kemampuan untuk
menangani faktor risiko tidak menular dan penyakit terkait.Delapan puluh persen
kematian kardiovaskuler seluruh dunia terjadi di negara penghasilan rendah
sampai menengah dan dalam perbandingan dengan negara penghasilan tinggi,
kematian ini (stroke dan infark miokard akut) terjadi diusia lebih muda, berdampak
pada keluarga dan tenaga kerja. Diperkirakan bentuk tidak menular dari penyakit
kardiovaskular akan menjadi penyebab utama kematian dan disabilitas seluruh
dunia pada tahun 2020. Secara signifikan, hipertensi sebagai keadaan yang
mendahului penyakit kardiovaskular yang bisa dimodifikasi menyebab kematian
lebih banyak dibandingkan yang lain, termasuk merokok, obesitas, dan gangguan
lipid. (Pikir dkk, 2015, p. 1)
Gangguan kesehatan ini ditandai terjadinya kenaikan tekanan darah sistolik
(atas) 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik (bawah) 90 mmHg atau lebih.
Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan sistolik 90 mmHg (Smelter,2001).
Berdasarkan data hasil survey yang dilakukan kelompok dari tanggal 22-28
Agustus 2019, menunjukkan bahwa hipertensi merupakan penyakit tidak menular
tertinggi yang ada di RT 11 sampai dengan RT 15 RW 8 Desa bareng kemudian
diikuti penyakit Diabetes mellitus.
Untuk itulah kami mengadakan penyuluhan tentang hipertensi ini agar dapat
mengubah pola hidup masyarakata agar lebih sehat sehingga dapat mencegah
semakin tingginya angka kejadian hipertensi dikemusian hari dan menurunkan
kejadian akibat komplikasi dari hipertensi.
II. Tujuan

Tujuan Umum : Setelah diberikan penyuluhan, sasaran mampu


memahami penyakit hipertensi dan pencegahanya
Tujuan Khusus : Setelah diberikan penjelasan selama 30 menit diharapkan
sasaran dapat :
1. Menyebutkan pengertian hipertensi
2. Menyebutkan penyebab hipertensi
3. Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
4. Menyebutkan dampak dan komplikasi dari hipertensi
5. Menyebutkan penatalaksanaan hipertensi
6. Menyebutkan pencegahan dan perawatan hipertensi
III. Materi

10
a. Pengertian Hipertensi
b. Penyebab Hipertensi
c. Gejala Hipertensi
d. Dampak & Komplikasi yang terjadi
e. Penatalaksanaan
f. Pencegahan dan Penanganan
IV. Media
a. Materi SAP (LCD)
b. Leaflet
V. Metode
a. Penyuluhan
b. Tanya jawab
VI. Pengorganisasian
a. Moderator : Mengatur jalannya penyuluhan, membuka dan menutup
acara
b. Penyuluh : Memberikan penyuluhan
c. Fasilitator : Memfasilitasi jalannya penyuluhan
d. Observer : Mengawasi jalannya acara penyuluhan

11
VII. Kegiatan Penyuluh

WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA

1. 3 Pembukaan :
menit  Membuka kegiatan dengan
- Menjawab salam,
mengucapkan salam. mendengarkan, dan
 Memperkenalkan diri memperhatikan
 Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan -
 Menyebutkan materi yang
akan diberikan
2. 15 Pelaksanaan :
menit Menjelaskan materi penyuluhan Memperhatikan, Bertanya dan
secara berurutan dan teratur. menjawab pertanyaan yang
Materi : diajukan
a. Pengertian Hipertensi
b. Penyebab Hipertensi
c. Gejala Hipertensi
d. Dampak & Komplikasi yang
terjadi
e. Penatalaksanaan
f. Pencegahan dan Penanganan
3. 10 Evaluasi :
menit a. Menyimpulkan inti penyuluhan Mendemgarkan dan
b. Menyampaikan secara menjawab pertanyaan
singkat materi penyuluhan
c. Memberi kesempatan kepada
ibu-ibu untuk bertanya
d. Memberi kesempatan kepada
ibu-ibu untuk menjawab
pertanyaan yang dilontarkan
4. 2 Terminasi :
menit  Mengucapkan terimakasih Mendengarkan dan
atas peran serta peserta. menjawab salam

12
 Mengucapkan salam penutup
VIII. Kegiatan Evaluasi
a. Evaluasi struktur
Semua anggota keluarga pasien hadir / ikut dalam kegiatan penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Balai RT 13
2. Evaluasi proses
Keluarga pasien antusias terhadap materi penyuluhan
Keluarga pasien tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai
Keluarga pasien terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
3. Evaluasi hasil
Keluarga pasien mengerti tentang penyakit hipertensi, dapat menyebutkan
pengertian, penyebab, tanda dan gejala, hal – hal yang memperberat
penyakit hipertensi. Menjelaskan akibat tekanan darah tinggi.
Menyebutkan upaya untuk mencegah terjadinya komplikasi. Menyebutkan
sumber makanan/minuman yang dapat meningkatkan Tekanan Darah
serta sumber makanan/minuman yang dapat menurunkan Tekanan
Darah..
4.Antisipasi masalah
1) Jika ada peserta yang tidak bisa menjawab pertanyaan yang kita
ajukan, kita menjelaskan kembali secara lebih singkat, padat, dan jelas
materi yang belum dipahami peserta dan menanyakan pada yang lain
apakah sudah jelas dengan penjelasan yang di berikan.
2) Jika peserta tidak memperhatikan kita memberikan stimulasi dengan
cara mengajaknya berinteraksi dengan kita yaitu dengan memberi
pertanyaan-pertanyaan sederhana yang sekiranya dapat diketahui
oleh peserta.

13
Lampiran Materi
HIPERTENSI

1. Pengertian
Hipertensi adalah suatu penekanan darah sistolik – diastolik yang tidak
normal. Batas sistolik 140 – 190 mmHg dan diastolik 90 – 95 mmHg yang
merupakan garis batas hipertensi. ( Silvia A. price. 2000 )
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan
darah di dalam Arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan
tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri
menyebabkan peningkatannya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakann ginjal. Sedangkan menurut
(Triyanto,2014) Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian / mortalitas.
Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut
jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukan fase darah yang sedang dipompa
oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukan fase darah yang kembali ke
jantung (Anies, 2006)
2. Klasifikasi
menurut WHO :
Sistolik Diastolik
Normal < 140 mmHg < 90 mmHg
Tahap I 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Tahap II 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg
Tahap III 180 – 209 mmHg 110 – 120 mmHg
Tahap IV >210 mmHg > 120 mmHg

3. Penyebab hipertensi :
Penyebab hipertensi dapat dikelompokkan menjadi :
a.Hipertensi primer atau esensial Hipertensi primer
artinya hipertensi yang belum diketahui penyebab dengan jelas. Berbagai
faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti
bertambahnya usia, sters psikologis, pola konsumsi yang tidak sehat, dan
hereditas (keturunan). Sekitar 90% pasien hipertensi diperkirakan termasuk
dalam kategori ini.
b.Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder
yang penyebabnya sudah di ketahui, umumnya berupa penyakit atau
kerusakan organ yang berhubungan dengan cairan tubuh, misalnya ginjal
yang tidak berfungsi, pemakaiyan kontrasepsi oral, dan terganggunya
keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah.
Dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin dan penyakit
jantung.
Sedangkan Faktor Resiko hipertensi dapat dikelompokkan menjadi :
a. Faktor Resiko yang dapat dikontrol
-Kegemukan
-Kurang Olah raga
-Konsumsi garam berlebih
-Merokok dan konsumsi alcohol
-Stress
b. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol
-Keturunan
-Jenis Kelamin
-Umur
4. Tanda dan gejala hipertensi
 Nggliyer (Bhs. Jawa), terasa melayang.
 Rasa berat ditengkuk atau leher.
 Kelelahan
 Mual dan Muntah
 Ansietas
 Keringat berlebihan
 Muscle tremor
 Chest pain
 Pandangan kabur
 Telinga berdengin ( trinitus )
 Sukar tidur.
5. Komplikasi / Bahaya yang dapat ditimbulkan pada penyakit hipertensi

1
 Pada mata : penyempitan pembuluh darah pada mata karena
penumpukan kolesterol dapat mengakibatkan retinopati, dan
efek yang ditimbulkan pandangan mata kabur.
 Pada jantung : jika terjadi vasokonstriksi vaskuler pada jantung yang lama
dapat menyebabkan sakit lemah pada jantung, sehingga timbul
rasa sakit dan bahkan menyebabkan kematian yang
mendadak.
 Pada ginjal : suplai darah vaskuler pada ginjal turun menyebabkan terjadi
penumpukan produk sampah yang berlebihan dan bisa
menyebabkan sakit pada ginjal.
 Pada otak : jika aliran darah pada otak berkurang dan suplai O2 berkurang
bisa menyebabkan pusing. Jika penyempitan pembuluh darah
sudah parah mengakibatkan pecahnya pembuluh darah pada
otak ( Stroke ).
6. Penatalaksanaan
Menurut (junaedi,Sufrida,&Gusti,2013) dalam penatalaksanaan hipertensi
berdasarkan sifat terapi terbagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut:
a.Terapi non-farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi merupakan pengobatan tanpa obat-obatan
yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini, perubahan tekanan darah
diupayakan melalui pencegahan dengan menjalani perilaku hidup sehat
seperti :
1.Pembatasan asupan garam dan natrium
2.Menurunkan berat badan sampai batas ideal
3.Olahraga secara teratur
4.Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol
5.Mengurangi/ tidak merokok
6.menghindari stres
7.menghindari obesitas
b.Terapi farmakologi (terapi dengan obat) selain cara terapi non-farmakologi,
terapi dalam obat menjadi hal yang utama. Obat-obatan anti hipertensi yang
sering digunakan dalam pegobatan, antara lain obat-obatan golongan diuretik,
beta bloker, antagonis kalsium, dan penghambat konfersi enzim angiotensi.

2
c.Terapi herbal banyak tanaman obat atau herbal yang berpotensi
dimanfaatkan sebagai obat hipertensi sebai berikut : Contohnya adalah Daun
Seledri
7. Pencegahan pada penyakit hipertensi
 pola hidup tenang atau santai, dan berfikir sehat ( positif ). Hindari stress
serta sedih berkepanjangan
 olahraga sesuai kemampuan dan teratur
 istirahat yang cukup
 hindari merokok
 mengurangi makanan yang mengandung banyak lemak dan garam.
 Banyak makan buah dan sayuran
 Berobatlah atau kontrol yang teratur bila sudah lama terjangkit darah tinggi
 Periksalah sedini mungkin darah tinggi
8. Makanan apakah yang diperbolehkan
Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam seperti ;
 Beras, ketan, ubi, mie tawar, maizena, terigu, gula pasir.
 Kacang – kacangan dan hasil olahannya seperti : kacang hijau, kacang
merah, kacang tanah, kacang tolo, tempe, tahu, oncom.
 Minyak goreng, margarin tanpa garam.
 Semua sayuran dan buah – buahan tanpa garam
 Semua bumbu – bumbu segar dan kering yang tidak mengandung garam
dapur.
9. Makanan yang tidak diperbolehkan
Semua makanan yang diberi garam natrium pada pengolahan seperti ;
 Roti, biskuit, kraker, cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur
dan atau soda.
 Jerohan, dendeng, abon, corned beaf, daging asap, ikan asin, telur
pindang, sarden, ebi, udang kering, telur asin, telur pindang.
 Keju, keju kacang tanah.
 Semua sayuran dan buah yang diawetkan dengan garam dapur.
 Garam dapur, vetsin soda kue, kecap, maggi, terasi, saos tomat, petis,
taoco.
 Minuman berkafein, kopi, teh, coklat dan bercarbon atau mengandung
soda

3
Leaflet Hipertensi

4
DAFTAR PUSTAKA

5
Budi. (2015). Hipertensi Manajemen Komperhensif. Surabaya: AUP Airlangga
University Press.
FKUI/ 1996. Buku Ajar Kardiologi. Gaya Baru. Jakarta.
Haryanto, A., & Rini, S. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Ignatisius. Donna. 1995. Medical Surgical Nursing Philadephia. Sender Company.
Manurung, N. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler.
Jakarta: KDT.
Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sylvia A. Price. 2000. Patofisiologi. EGC. Jakarta.
Wajan, J. (2013). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika

Lampiran SAP 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN

6
Pokok Bahasan : Diabetes Mellitus
Sub Pokok Bahasan : Pengenalan, Pencegahan dan Pengobatan DM
Sasaran : Warga di RT 11-15 RW. 08 Kel. Bareng
Hari/Tanggal : Minggu, 8 September 2019
Tempat : Lapangan Halilintar RT. 15 RW. 08 Kel. Bareng
Pukul : 07.30 WIB- selesai

I. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi

masalah utama dalam kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia. DM adalah

suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Lebih dari 90

persen dari semua populasi diabetes adalah diabetes melitus tipe 2 yang ditandai

dengan penurunan sekresi insulin karena berkurangnya fungsi sel beta pankreas

secara progresif yang disebabkan oleh resistensi insulin (American Diabetes

Association, 2012).

Laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian

Kesehatan berupa Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan

terjadi peningkatan prevalensi klien diabetes melitus pada tahun 2007 yaitu 1,1%

meningkat pada tahun 2013 menjadi 2,4%. Sementara itu prevalensi DM

berdasarkan diagnosis dokter atau gejala pada tahun 2013 sebesar 2,1% prevalensi

yang tertinggi adalah pada daerah Sulawesi Tengah (3,7%) dan paling rendah pada

daerah Jawa Barat (0,5%). Prevalensi DM cenderung lebih tinggi bagi klien yang

tinggal di perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan. Ditinjau dari segi pendidikan

menurut Riskesdas bahwa prevalensi DM cenderung lebih tinggi pada masyarakat

dengan tingkat pendidikan tinggi (Balitbang Depkes RI, 2013).

Penyakit DM merupakan suatu penyakit kronis yang mempunyai dampak

negatif terhadap fisik maupun psikologis klien, gangguan fisik yang terjadi seperti

poliuria, polidipsia, polifagia, mengeluh lelah dan mengantuk (Price & Wilson, 2005).

7
Disamping itu klien juga dapat mengalami penglihatan kabur, kelemahan dan sakit

kepala. Dampak psikologis yang terjadi pada klien dengan DM seperti kecemasan,

kemarahan, berduka, malu, rasa bersalah, hilang harapan, depresi, kesepian, tidak

berdaya (Potter & Perry 2010), ditambah lagi klien dapat menjadi pasif, tergantung,

merasa tidak nyaman, bingung dan merasa menderita (Purwaningsih & Karlina,

2012).

II. Tujuan

Tujuan Umum : Setelah diberikan penyuluhan, sasaran mampu


memahami penyakit Diabetes mellitus dan pencegahanya
Tujuan Khusus : Setelah diberikan penjelasan selama 30 menit diharapkan
sasaran dapat :
 Menyebutkan pengertian DM
 Menyebutkan penyebab DM
 Menyebutkan tanda dan gejala DM
 Menyebutkan dampak dan komplikasi dari DM
 Menyebutkan penatalaksanaan penyakit DM
 Menyebutkan pencegahan dan perawatan penyakit DM

III. Materi
 Pengertian diabetes mellitus
 Penyebab diabetes mellitus
 Gejala Dampak & Komplikasi yang terjadi
 Penatalaksanaan diabetes mellitus
 Pencegahan dan Penanganan diabetes mellitus
IV. Media
Materi SAP (LCD)
Leaflet
V. Metode
Ceramah
Tanya jawab

VI. Pengorganisasian

8
 Moderator : Mengatur jalannya penyuluhan, membuka dan menutup
acara
 Penyuluh : Memberikan penyuluhan
 Fasilitator : Memfasilitasi jalannya penyuluhan
 Observer : Mengawasi jalannya acara penyuluhan

9
VII. Kegiatan Penyuluh

WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA


1. 3 Pembukaan :
menit  Membuka kegiatan dengan
- Menjawab salam,
mengucapkan salam. mendengarkan, dan
 Memperkenalkan diri memperhatikan
 Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan -
 Menyebutkan materi yang
akan diberikan
2. 15 Pelaksanaan :
menit Menjelaskan materi penyuluhan Memperhatikan, Bertanya dan
secara berurutan dan teratur. menjawab pertanyaan yang
Materi : diajukan
 Pengertian Diabetes mellitus
 Penyebab Diabetes mellitus
 Gejala Diabetes mellitus
 Dampak & Komplikasi yang
terjadi
 Penatalaksanaan
 Pencegahan dan Penanganan
3. 10 Evaluasi :
menit  Menyimpulkan inti penyuluhan Mendemgarkan dan
 Menyampaikan secara menjawab pertanyaan
singkat materi penyuluhan
 Memberi kesempatan kepada
ibu-ibu untuk bertanya
 Memberi kesempatan kepada
ibu-ibu untuk menjawab
pertanyaan yang dilontarkan
4. 2 Terminasi :
menit  Mengucapkan terimakasih Mendengarkan dan
atas peran serta peserta. menjawab salam
 Mengucapkan salam penutup

10
Lampiran Materi
Diabetes Mellitus

A. Pengertian Diabetes Mellitus


Diabetes Mellitus adalah sekumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula darah (glukosa) akibat
kekurangan hormon insulin.
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit kronik metabolik yang
komplek melibatkan gangguan metabolik karbohidrat, protein dan lemak dan
perkembangan komplikasi secara microvaskuler, macrovaskuler serta
neuropati . Diabetes Melitus merupakan kelainan heterogen , ditandai dengan
sirkulasi glukosa , lipid dan asam amino berkadar tinggi, karena tidak
memadainya insulin dalam memenuhi tuntutan metabolisme tubuh(Keith,
1996).

B. Klasifikasi
Klasifikasi yang dianjurkan oleh PERKENI adalah yang sesuai dengan anjuran
lklasifikasi DM American Diabetes Association ( ADA ) 1997.
Klasifikasi Etiologi Diabetes Melitus (ADA 1997 ) :
1. Diabetes Tipe 1 ( destruksi sel beta , umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut)
2. Diabetes Tipe 2 ( berpariasi mulai yang terutama dominant resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin
disertai resistensi insulin).
3. Diabets Tipe Lain
a. Karena obat dan zat kimia
b. Infeksi
c. Sebab imunologi yang jarang
d. Sindrom Generik lain yang berkaitan dengan DM
e. Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) yaitu penyakit diabetes yang
dialami saat hamil

C. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus


1. Penglihatan kabur
2. Gatal-gatal terutama didaerah kemaluan
3. Cepat lelah dan mengantuk
4. Luka sulit sembuh
5. Banyak kencing
6. Sering merasa haus
7. Penurunan berat badan
8. Banyak makan
D. Komplikasi Diabetes Mellitus
Adapun komplikasi pada diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Akut
a. Hiperglikmia ( kadar gula darah yang mningkat )
b. Penurunan kesadaran
2. Kronis
a. Kerusakan pembuluh darah kecil, contoh kerusakan pembuluh darah
pada mata, jantung dll.
b. Rentan infeksi TBC
c. Kebutaan
E. Pengelolaan Diabetes Mellitus :
1. Perencanaan diet
a. Tujuan Pengaturan Diet
1) Mempertahankan kadar gula darah mendekati normal dengan
menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin, obat, dan
olahraga
2) Mencapai dan mempertahnakan kadar lipida serum normal.
3) Memberi energi cukup dan mempertahankan berat badan normal.
4) Menghindari komplikasi akut
b. Pengaturan Diet Diabetes Melitus
Jadwal = 25% – 10% – 25% – 10% – 20% -10%
Jumlah = sesuai porsi (ingat makanan penukar)!
Jenis = sesuai kebutuhan
c. Pola Makan Diabetes
1) 07.00-08.00 : Makan Pagi
2) 10.00 : Makan Selingan
3) 12.00-13.00 : Makan Siang
4) 15.00-15.30 : Makan Selingan
5) 18.00-18.30 : Makan Malam

1
6) 19.00 : Makan Selingan
d. Pedoman Makan Yang Sehat
1) Pilih makanan sehat
2) Hati-hati memilih makanan pengganti bila lapar
3) Variasikan makanan
4) Gunakan piring kecil
5) Kunyah perlahan
6) Pilih makanan rendah lemak
7) Tingkatkan konsumsi makanan berserat (IG rendah)
8) Kurangi garam dan batasi gula
2. Melakukan olahraga
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu ) selama
kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE ( continous, rhythmical,
interval, progressive, ndurance)
Adapun manfaat dari latihan jasmani (olahraga) adalah :
a. Menurunkan kosentrasi gula darah, selama dan sesudah latihan
b. Menurunkan kosentrasi indulin basal dan post prandial
c. Memperbaiki sensitifitas insulin
d. Memperbaiki hiprtensi ringan sampai sedang
e. Memperbaiki pengeluaran tenaga
f. Memelihara kardiovaskular
g. Mningkatkan kekuatan fleksibelitas otot
h. Meningkatkan sense of well-being dan kwalitas hidup
3. Minum obat secara teratur
Jika pasien lebih menerapkan pngaturan makan dan kegiatan jasmani
yang teratur namun pngendalian kadar glukosa darahnya blum tercapai,
dipertimbangkan pemakaian obat-obatan berkhasiat hipoglikemik (oral –
insulin)
a. Obat hipoglikmia oral (OHO)
1) Sulfoniurea
Golongan obat ini mempunyai efek utama :
 mengurangi produksi glukosa hati
 memperbaiki ambilan glukosa perifer
2) Insulin
Indikasi penggunaan pada DM tipe 2:

2
 Koma hiperosomolar
 Asidosis laktat
 Ketoasidosis
 Stress berat (infeksi sistemik, operasi berat)
 Kehamilan/DM gestasional yang tidak terkendali dengan
perencanaan
 Tidak berhasil dikelola dngan dosis maksimal atau ada kontraindikasi
OHO.
4. Pemeriksaan gula darah
5. Berkonsultasi Dengan Dokter

3
Leaflet DM

4
5
REFERENSI

Adib, M., 2011. Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit Mematikan yang Paling
Sering Menyerang Kita. Jogjakarta: BukuBiru
American Diabetes Association (ADA), 2012. Diagnosis and Classification of
Diabetes Mellitus. Diabetes Care volume 35 Supplement 1 pp.
64-71.
Arisman, 2011. Diabetes Mellitus : Dalam Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas
dan Diabetes Mellitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC.
Depkes.(2005).Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Diambil
tanggal 29 September 2012
Jackson, Marilynn.(2011).Seri Panduan Praktis Edukasi Pasien.Jakarta: Erlangga
Mansjoer, Arif,dkk.(2007).Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:FK UI
Suddarth,Brunner.(2004).Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.
Jakarta:EGC

Lampiran SAP 3

6
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
BAHAYA ROKOK
Topik : Rokok
Sub pokok bahasan : Bahaya rokok terhadap tubuh
Sasaran : Remaja RT 11-15 RW 08 Bareng
Hari/tanggal : (menyesuaikan)

1. Latar belakang
Merokok merupakan salah satu faktor risiko PTM penyebab penyakit
Kardiovaskular, Kanker, Paru Kronis, dan Diabetes. Hal tersebut sekaligus
merupakan faktor risiko penyakit menular seperti TBC dan Infeksi Saluran
Pernapasan, masalah kesehatan yang menimpa banyak umat manusia.
Undang-Undang Kesehatan No. 36/2009 dan Peraturan Pemerintah No.
109/2012 menyatakan bahwa tembakau dan segala produknya adalah zat
adiktif dan harus diatur guna melindungi kesehatan individu, keluarga,
masyarakat dan lingkungan. Untuk memandu kegiatan pengendalian
tembakau, terdapat Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 40/2013 tentang Jalur
Pengendalian Tembakau (2009-2024) yang dapat mengurangi prevalensi
merokok sebesar 10% pada tahun 2024. Hasil Riskesdas juga menyebutkan
bahwa perilaku merokok pada remaja meningkat yakni dari 7,2 persen
(Riskesdas 2013), 8,8%(Sirkesnas 2016), dan kini 9,1%(Riskesdas 2018).
Kebiasaan merokok di Indonesia sangat memprihatinkan. Setiap saat
kita dapat menjumpai masyarakat dari berbagai usia, termasuk pelajar.
Padahal, berbagai penelitian dan kajian yang telah di lakukan menunjukan
bahwa rokok sangat membahayakan kesehatan. Bukan hanya membahayakan
para perokok, asap rokok juga sangat berbahaya apabila di hirup oleh orang-
orang yang berada di sekitarnya ( perokok pasif ). Banyak zat kimia yang sangat
berbahaya yang terkandung dalam sebatang rokok. Lebih dari 1000 jenis bahan
kimia yang berbahaya terkandung di dalamnya. Meskipun masyarakat
mengetahuinya, tak sedikit dari mereka yang mengabaikan bahaya tersebut.
Umumnya rokok pertama dimulai saat usia remaja. Sejumlah studi
menemukan penghisapan rokok pertama dimulai pada usia 11-13 tahun (Smet,
1994). Studi Mirnet (Tuakli dkk, 1990) menemukan bahwa perilaku merokok
diawali oleh rasa ingin tahu dan pengaruh teman sebaya. Smet (1994) bahwa

7
mulai merokok terjadi akibat pengaruh lingkungan sosial. Smoking and Health
memperkirakan sekitar enam ribu remaja mencoba rokok pertamanya setiap
hari dan tiga ribu di antaranya menjadi perokok rutin (“Stop,” 2000). Perilaku
merokok pada remaja umumnya semakin lama akan semakin meningkat sesuai
dengan tahap perkembangannya yang ditandai dengan meningkatnya
frekuensi dan intensitas merokok, dan sering mengakibatkan mereka
mengalami ketergantungan nikotin (Laventhal dan Cleary dalam Mc Gee,
2005). Efek dari merokok hanya meredakan kecemasan selama efek dari
nikotin masih ada, malah ketergantungan nikotin dapat membuat seseorang
menjadi tambah stres (Parrot, 2004).
Dari uraian kelompok bermaksut mengadakan penyuluhan kesehatan
tentang bahaya Merokok pada remaja dengan maksut meningkatkan
pemahaman serta kesadaran pada remaja tentang bahaya yang akan dihadapi
saat mereka memilih untuk merokok.

2. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 35 menit tentang bahaya rokok
terhadap tubuh, peserta penyuluhan mengerti dampak menggunakan atau
mengkonsumsi rokok.
Tujuan Intuksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan satu kali diharapkan peserta penyuluhan
mampu:
 Memahami bahaya rokok bagi tubuh
 Mengerti kandungan atau racun yang terdapat dalam rokok
 Mengurangi dalam mengkonsumsi rokok
 Berhenti mengkonsumsi rokok

3. Metode
Ceramah dan tanya jawab
4. Media
Leaflet
PPT
5. Materi
 Pengertian rokok

8
 Kandungan rokok
 Jenis-jenis rokok
 Tipe rokok
 Bahaya rokok
 Upaya pencegahan
6. Pengorganisasian
 Moderator : Mengatur jalannya penyuluhan, membuka dan menutup
acara
 Penyuluh : Memberikan penyuluhan
 Fasilitator : Memfasilitasi jalannya penyuluhan
 Observer : Mengawasi jalannya acara penyuluhan

7. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan penyuluhan Metode
1 3 menit Pembukaan :
 Membuka kegiatan dengan Ceramah
mengucapkan salam.
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan tujuan penyuluhan
 Menyebutkn materi yang akan
diberikan
2 15 Pelaksanaan :
menit  Menggali pengetahua peserta tentang Ceramah
bahaya merokok
 Menjelaskan pengertian tentang rokok
 Menjelaskan macam-macam rokok
 Menjelaskan Jenis-Jenis Rokok& Tipe
Perokok
 Menjelaskan bahaya Rokok
 Menjelaskan alasan Seseorang harus
berhenti/ tidak perlu merokok
 Cara/ langkah berhenti Merokok
 Upaya Pencegahan

9
3 10 Evaluasi
menit  Memberi kesempatan peserta untuk Diskusi & Tanya jawab
bertanya
 Menyimpulkan hasil penyuluhan
4 2 menit Terminasi : Ceramah
 Mengucapkan terima kasih atas peran
serta masyarakat
 Mengucapkan salam penutup

8. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi struktur:
 Peserta hadir ditempat penyuluhan
 Penyelenggaraan dilaksanakan di Balai Desa
 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya.
b. Evaluasi proses
 Masyarakat antusiasi terhadap materi penyuluhan
 Masyarakat tidak meninggalkan tempat penyuluhan.
 Masyarakat mengajukan dan menjawab pertanyaan secara benar.
c. Evaluasi hasil
 Masyarakat sudah mengerti,memahami,dan melaksanakan tentang
bahaya rokok bagi kesehatan
 Masyarakat hadir saat pertemuan

10
Lampiran materi
Bahaya Rokok Bagi Kesehatan

1. Pengertian
Merokok merupakan aktifitas membakar tembakau kemudian menghisap
asapnya menggunakan rokok maupun pipa (Sitepoe, 2000). Definisi yang
hampir sama dikemukakan oleh Sari, Ari, Ramdhani, dkk (2003) yang
mengatakan bahwa merokok merupakan aktifitas menghirup atau
menghisap asap rokok menggunakan pipa atau rokok. Sumarno (dalam
Mulyadi, 2007) menjelaskan 2 cara merokok yang umum dilakukan, yaitu:
(1) menghisap lalu menelan asap rokok ke dalam paru-paru dan
dihembuskan; (2) cara ini dilakukan dengan lebih moderat yaitu hanya
menghisap sampai mulut lalu dihembuskan melalui mulut atau hidung.
Pendapat lainnya mengenai definisi merokok juga dikemukakan oleh
Armstrong (2007) yaitu menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam
tubuh lalu menghembuskannya keluar. Sedangkan Levy (2004) mengatakan
bahwa perilaku merokok adalah kegiatan membakar gulungan
tembakau lalu menghisapnya sehingga menimbulkan asap yang dapat
terhirup oleh orang-orang disekitarnya. Berdasarkan definisi merokok yang
telah dikemukakan di atas, disimpulkan bahwa merokok merupakan suatu
aktifitas membakar gulungan tembakau yang berbentuk rokok ataupun pipa
lalu menghisap asapnya kemudian menelan atau menghembuskannya
keluar melalui mulut atau hidung sehingga dapat juga terhisap oleh orang-
orang disekitarnya

2. Kandungan Rokok
Setiap batang rokok yang dinyalakan akan mengeluarkan lebih 4.000 bahan
kimia beracun yang membahayakan dan boleh membawa maut. Dengan ini
setiap sedutan itu menyerupai satu sedutan maut. Di antara kandungan asap
rokok termasuklah bahan radioaktif (polonium-201) dan bahan-bahan yang
digunakan di dalam cat (acetone), pencuci lantai (ammonia), naphthalene,
racun serangga (DDT), arsenic, gas beracun (hydrogen cyanide).
Bagaimanapun, racun paling penting adalah Tar, Nikotin dan karbon
monoksida. Tar mengandung sekurang-kurangnya 43 bahan kimia yang
diketahui menjadi penyebab kanker (karsinogen). Nikotin turut menjadi puncak

11
utama risiko serangan penyakit jantung dan strok.. Karbon Monoksida pula
adalah gas beracun yang biasanya dikeluarkan oleh kenderaan. Apabila racun
rokok itu memasuki tubuh manusia ataupun hewan, yang akan membawa
kerusakkan pada setiap organ, yaitu bermula dari hidung, mulut, tekak, saluran
pernafasan, paru-paru, saluran penghazaman, saluran darah, jantung, organ
pembiakan, sehinggalah ke saluran kencing dan pundi kencing, yaitu apabila
sebahagian dari racun-racun itu dikeluarkan dari badan.
3. Kategori Perokok
Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang yang tidak
merokok (pasive smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia
dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok
pasif dari pada perokok aktif. Asap rokok sigaret kemungkinan besar
berbahaya terhadap mereka yang bukan perokok, terutama di tempat
tertutup. Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok aktif dan terhirup oleh
perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon
monoksida, empat kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin (Wardoyo,
1996). Sedangkan menurut Mu‟tadin (2002) perilaku merokok berdasarkan
intensitas merokok membagi jumlah rokok yang dihisapnya setiap hari,
yaitu:
 Perokok sangat berat adalah perokok yang mengkomsumsi rokok
sangat sering yaitu merokok lebih 31 batang tiap harinya dengan
selangmerokoklima menitsetelah bangun tidur pagi hari.
 Perokok berat adalah perokok yang menghabiskan 21-30 batang rokok
setiap hari dengan selang waktu merokok berkisar 6-30 menit setelah
bangun tidur pagi hari.
 Perokok sedang adalah perokok yang mengkomsumsi rokok cukup
yaitu 11-21 batang per hari dengan selang waktu 31-60 menit mulai bangun
tidur pagi hari.
 Perokok ringan adalah perokok yang mengkomsumsi rokok jarang yaitu
sekitar 10 batang per hari dengan selang waktu 60 menit dari bangun
tidur pagi.
Perokok yang mengkonsumsi rokok dalam jumlah yang lebih kecil memiliki
kecenderungan yang lebih besar untuk berhenti merokok (Kwon Myung &
Gwan Seo, 2011). Taylor (2009) menyebut istilah chippers untuk
menjelaskan perokok yang mengkonsumsi rokok kurang dari 5 batang/

12
hari dan biasanya chippers tidak menjadi perokok berat sehingga sangat
kecil kemungkinan mengalami ketergantungan nikotin. Istilah lainnya pada
perokok adalah social smoker yaitu individu yang merokok hanya pada
situasi sosial atau situasi tertentu misalnya saat bertemu dengan teman lama
di suatu acara atau pesta. Situasi sosial tersebut bertindak sebagai isyarat atau
pemicu untuk merokok (Hahn & Payne, 2003).

4. Tahapan menjadi perokok


Merokok tidak terjadi dalam sekali waktu karena ada proses yang dilalui,
antara lain: periode eksperimen awal (mencoba-coba), tekanan teman sebaya
dan akhirnya mengembangkan sikap mengenai seperti apa seorang
perokok (Taylor, 2009).
Ada 4 tahapan yang merupakan proses menjadi perokok (Ogden, 2000)
antara lain:
a. Tahap I dan II : Initiation dan Maintenance
Tahap initiation dan maintenance cukup sulit dibedakan. Initiation
merupakan tahap awal atau pertama kali individu merokok sedangkan
maintenance merupakan tahap dimana individu kembali merokok.
Charlton (Ogden, 2000) mengatakan bahwa merokok biasanya dimulai
sebelum usia 19 tahun dan individu yang mulai merokok pada usia dewasa
jumlahnya sangat kecil. Faktor kognitif berperan besar ketika individu
mulai merokok, antara lain: menghubungkan perilaku merokok dengan
kesenangan, kebahagiaan, keberanian, kesetia-kawanan dan percaya
diri. Faktor lainnya adalah memiliki orang-tua perokok, tekanan teman
sebaya untuk merokok, menjadi pemimpin dalam kegiatan sosial dan tidak
adanya kebijakan sekolah terhadap perilaku merokok.
b. Tahap III: Cessation
Cessation merupakan suatu proses dimana perokok pada akhirnya
berhenti merokok. Tahap cessation terbagi 4, yaitu: precontemplation
(belum ada keinginan berhenti merokok), contemplation (ada pemikiran
berhenti merokok), action (ada usaha untuk berubah), maintenance (tidak
merokok selama beberapa waktu). Tahapan tersebut bersifat dinamis
karena seseorang yang berada di tahap contemplation dapat kembali
ke tahap precontemplation.

13
c. Tahap IV : Relapse Individu yang berhasil berhenti merokok tidak
menjadi jaminan bahwa ia tidak akan kembali menjadi perokok. Marlatt
dan Gordon (dalam Ogden, 2000) membedakan antara lapse dengan
relapse. Lapse adalah kembali merokok dalam jumlah kecil sedangkan
relapse adalah kembali merokok dalam jumlah besar. Ada beberapa
situasi yang mempengaruhi pre-lapseyaitu high risk situation, coping
behavior dan positive-negative outcome expectancies

5. Tipe Perokok
MenurutJuniarti (1991) dalam Mu‟tadin (2002) dalam Poltekkes Depkes
Jakarta I (2012), faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok adalah
sebagai berikut:
a. Pengaruh orang tua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak
muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, di mana
orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan
memberikan hukuman fisik yang keras, lebih mudah untuk menjadi
perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkunganrumah
tangga yang bahagia (Baer dan Corado dalam Atkinson, 1999: 294).
Remaja yang berasal dari keluarga konservatif yang menekankan nilai-
nilai sosial dan agama dengan baik dengan tujuan jangka panjang lebih
sulit untuk terlibat dengan rokok/tembakau/obat-obatan dibandingkan
dengan keluarga yang permisif dengan penekanan pada falsafah
“kerjakan urusanmu sendiri-sendiri”. Yang paling kuat pengaruhnya adalah
bila orang tua sendiri menjadi figur contoh, yaitu perokok berat, maka
anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. Perilaku
merokok lebih banyak ditemui pada mereka yang tinggal dengan satu
orang tua (singgle parent). Daripada ayah yang perokok, remaja akan lebih
cepat berperilaku sebagai perokok justru bila ibu mereka yang
merokok, hal ini lebih terlihat pada remaja putri (Al Bachri, 1991).
b. Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa bila semakin banyak remaja
yang merokok, maka semakin besar kemungkinan teman-temannya
adalah perokok dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebuut ada
duakemungkinan yang terjadi. Pertama, remaja tadi terpengaruh

14
olehteman-temannyaatau bahkan teman-teman remaja tersebut
dipengaruhi oleh remaja tersebut, hingga akhirnya mereka semua
menjadi perokok. Diantara remaja perokok, 87% mempunyai
sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok, begitu pula
dengan remaja bukan perokok (Al Buchori, 1991 dalam Poltekkes
Depkes Jakarta I, 2012).
c. Faktor kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, dan membebaskan diri dari
kebosanan.
d. Pengaruh iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan
gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour,
membuat remaja sering kali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang
ada di dalam iklan tersebut (Juniarti, 1991 dalam Poltekkes Depkes
Jakarta I, 2011)

6. Bahaya Rokok
Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh kebiasaan menghisap
rokokyang mungkinsajatidakterjadidalamwaktusingkatnamunmemberikan
perokok potensi yang lebih besar. Beberapa diantaranya antara lain:
a. Impotensi
Merokok dapat menyebabkan penurunan seksual karena aliran darah ke
penis berkurang sehingga tidak terjadi ereksi.
b. Osteoporosis
Karbon monoksida dalam asap rokok dapat mengurangi daya angkut
oksigen darah perokok sebesar 15 persen, mengakibatkan kerapuhan
tulang sehingga lebih mudah patah dan membutuhkan waktu 80 persen
lebih lama untuk penyembuhan.
c. Pada Kehamilan
Merokok selama kehamilan menyebabkan pertumbuhan janin lambat dan
dapat meningkatkan resiko Berat Badan Lahir Rendah(BBLR). Resiko
keguguran pada wanita perokok 2-3kali lebih sering karena
karbonmonoksida dalam asap rokok dapat menurunkan kadar oksigen.

15
d. Jantung koroner
Penyakit jantung adalah salah satu penyebab kematian utama di
indonesia. Sekitar 40 persen kematian disebabkan oleh gangguan
sirkulasi darah, dimana 2,5 juta adalah penyakit jantung koroner. Perlu
diketahui bahwa resiko kematian akibat penyakit jantung koroner
berkurang hingga 50% pada tahun pertama sesudah rokok dihentikan.
Akibat penggumpalan (trombosit) dan pengapuran dinding pembuluh
darah (aterosklerosis), merokok jelas akan merusak pembuluh darah
perifer. Penyakit pembuluh Darah Perifer (PPDP) yang melibatkan
pembuluh darah arteri dan vena di tungkai bawah atau tangan sering
ditemukan pada dewasa muda perokok berat, biasanya akan berakhir
dengan amputasi (Poltekkes Depkes Jakarta I, 2012).
e. Sistem Pernapasan
Kerugian jangka pendeksistempernapasanakibatrokok adalah
kemampuan rokok untuk membunuh sel rambut getar(silia) disaluran
pernapasan.Ini adalah awal dari bronkitis, iritasi, batuk. Sedangkan untuk
jangka panjang berupa kanker paru,emphycema atau hilangnya elasitas
paru-paru, dan bronkitis kronis

7. Cara/ langkah berhenti Merokok


a. Tancapkan niat dalam hati untuk keinginan berhenti merokok
b. Jika terbiasa menikmati rokok sewaktu merasa bosan, susah
berkonsentarasi, untuk istirahat sejenak, bercakap- cakap/ ngobrol dengan
teman- teman atau sehabis makan, sekarang dengan sengaja lakukan
sesuatu pada situasi tersebut untuk merubah kebiasaan dari merokok
kegiatan/ kebiasaan lain seperti
 Bila merasa bosan, lakukan tugas- tugas yang tertunda selama ini
 Sulit berkonsentrasi, gigitlah tusuk gigi, kayu manis, wortel, ketimun atau
buah lainnya/ makan permen.
 Istirahat sejenak dan minum segelas air jeruk
 Sehabis makan, segera lakukan aktifitas yang tidak membuat keinginan
merokok, misalnya membaca majalah, olahraga dipagi hari, berkebun
dll.
c. Cari hobi/ kesibukan atau kegiatan yang disukai dan lakukan segera
setelah berhenti merokok seperti berenang, berkebun, membaca buku dll

16
d. Beritahu kepada keluarga dan teman- teman bahwa seseorang telah
berniat untuk berhenti merokok. Minta mereka untuk mengingatkan apabila
menyalakan rokok dan minta mereka membantu untuk mengalihkan
perhatian dari rokok dan mengajak untuk melakukan kegiatan yang lebih
bermanfaat.
e. Setiap kali ingin merokok, cobalah untuk menarik nafas panjang beberapa
kali. Kepalkan tangan lepaskan perlahan, perasaan keinginan untuk
merokok akan berkurang
f. Jauhkan diri dari tempat- tempat, teman- teman, pergaulan dan situasi
dimana anda mungkin tergoda untuk ingin merokok
g. Hilangkan dari sekitar lingkungan rumah dan ditempat kerja jika
memungkinkan seperti korek api, rokok, mencis, asbak dan semua hal
yang menggoda untuk merokok, seperti poster, gambar atau benda lain
yang mengingatkan atau menggoda anda untuk merokok kembali.
h. Jangan sekali- kali menyerah untuk kembali merokok tidak juga untuk
mengatakan “ hanya sebatang rokok saja.

.
DAFTAR PUSTAKA
Bahan Kuliah II Kesehatan Reproduksi: Reproductive Health Program Faculty Of
Public Health University Indonesia
WWW. Http// Bahaya Rokok. Com

Lampiran SAP 4 (Tambahan)

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Pokok Bahasan : Pembuangan Limbah
Sub Pokok Bahasan : Konsep Pembuangan Air Limbah
Sasaran : Masyarakat RT 11, 12,13,14,15

17
Hari/Tanggal : Minggu, 8 Agustus 2019
Tempat : Lapangan Halilintar
Pukul : 06.00-selesai

I. Latar Belakang
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait pembangunan
kesehatan, khususnya bidang higiene dan sanitasi masih sangat besar. Untuk
itu perlu dilakukan intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total.
Pemerintah merubah pendekatan pembangunan sanitasi nasional dari
pendekatan sektoral dengan penyediaan subsidi perangkat keras yang selama
ini tidak memberi daya ungkit terjadinya perubahan perilaku higienis dan
peningkatan akses sanitasi, menjadi pendekatan sanitasi total berbasis
masyarakat yang menekankan pada 5 (lima) perubahan perilaku higienis.
Lima pilar perilaku yang dimaksud meliputi :
1. Stop Buang Air Besar Sembarangan;
2. Cuci Tangan Pakai Sabun;
3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga;
4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga; dan
5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga.
Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan
lima pilar akan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat
yang lebih baik serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya
hidup bersih dan sehat.
Berdasarkan data hasil survey yang dilakukan kelompok dari tanggal
22-28 Agustus 2019, 88% warga RT 11 hingga RT 15 memanfaatkan sungai
untuk membuang limbah rumah tangga dan BAB.
Dari data ini dapat disimpulkan bahwa warga RT 11 hingga RT 15
masih memiliki masalah di pilar “Stop Buang Air Besar Sembarangan” dan
pilar “Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga” yang belum dilaksanakan
secara optimal
Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan upaya Perubahan
perilaku dalam STBM dengan melalui metode Pemicuan yang mendorong
perubahan perilaku masyarakat Rt 11 hingga 15 secara kolektif dan mampu
membangun sarana sanitasi secara mandiri sesuai kemampuan.

18
Pelaksanaan STBM ini dalam jangka panjang diharapkan dapat
menurunkan angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh sanitasi
yang kurang baik, dan dapat mendorong tewujudnya masyarakat sehat yang
mandiri dan berkeadilan.
II. Tujuan

Tujuan Umum : Setelah diberikan penyuluhan, sasaran mampu


memahami konsep pembuangan air limbah
Tujuan Khusus : Setelah diberikan penjelasan selama 30 menit diharapkan
sasaran dapat :
 Menyebutkan pengertian air limbah
 Menyebutkan jenis air limbah
 Menyebutkan dampak pembuangan air limbah
 Menyebutkan jenis pengolahan air limbah
III. Materi
1. Pengertian air limbah
2. Jenis air limbah
3. Dampak pembuangan air limbah
4. Jenis pengolahan air limbah
IV. Media
Materi SAP (LCD)
Leaflet PKM Bareng
V. Metode
Ceramah
Tanya jawab

VI. Pengorganisasian
i. Moderator : Mengatur jalannya penyuluhan, membuka dan menutup
acara
ii. Penyuluh : Memberikan penyuluhan
iii. Fasilitator : Memfasilitasi jalannya penyuluhan
iv. Observer : Mengawasi jalannya acara penyuluhan

19
VII. Kegiatan Penyuluh

WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA

1. 3 Pembukaan : - Menjawab salam,


menit  Membuka kegiatan dengan mendengarkan, dan
mengucapkan salam. memperhatikan
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan tujuan -
dari
penyuluhan
 Menyebutkan materi yang
akan diberikan
2. 15 Pelaksanaan : Memperhatikan, Bertanya dan
menit Menjelaskan materi penyuluhan menjawab pertanyaan yang
secara berurutan dan teratur. diajukan
Materi :
1. Pengertian air limbah
2. Jenis air limbah
3. Dampak pembuangan air
limbah
4. Jenis pengolahan air limbah
3. 10 Evaluasi : Mendemgarkan dan
menit e. Menyimpulkan inti penyuluhan menjawab pertanyaan
f. Menyampaikan secara
singkat materi penyuluhan
g. Memberi kesempatan kepada
ibu-ibu untuk bertanya
h. Memberi kesempatan kepada
ibu-ibu untuk menjawab
pertanyaan yang dilontarkan
4. 2 Terminasi : Mendengarkan dan
menit  Mengucapkan terimakasih menjawab salam
atas peran serta peserta.
 Mengucapkan salam penutup

20
VIII. Kegiatan Evaluasi
a. Evaluasi struktur
Semua anggota keluarga pasien hadir / ikut dalam kegiatan penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Balai RT 13
a. Evaluasi proses
Keluarga pasien antusias terhadap materi penyuluhan
Keluarga pasien tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai
Keluarga pasien terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
c. Evaluasi hasil
Keluarga pasien mengerti tentang konsep tentang pembuangan air limbah.

21
Konsep Pembuangan Limbah

Limbah adalah sisa atau sampah suatu proses programsi yang dapat menjadi bahan
pencemaran atau polutan disuatu lingkungan. Banyak kegiatan manusia yang
menghasilkan limbah antara lain kegiatan industri, transportasi, rumah tangga dan
kegiatan lainnya.(Karmana, 2007)
a. Jenis-jenis limbah
1. Jenis Limbah Berdasarkan Wujudnya

 Limbah padat, yaitu limbah yang wujudnya padat, sifatnya kering, dan
tidak dapat berpindah sendiri. Contohnya; sampah, potongan kayu, sisa
makanan, logam, dan plastik.
 Limbah cair, yaitu limbah yang wujudnya cair, dapat larut dalam air, dan
dapat berpindah sendiri. Contohnya; air cucian piring, air bekas pencucian
kendaraan, dan lainnya.
 Limbah gas, yaitu limbah zat yang wujudnya gas yang yang mengandung
racun (CO2, HCL, SO2, dan lainnya) dan dapat berpindah-pindah.
Contohnya asap kendaraan bermotor, asap pabrik, dan lainnya.

2. Jenis Limbah Berdasarkan Sumbernya

 Limbah industri, yaitu limbah yang berasal dari pembuangan atau sisa
kegiatan industri.
 Limbah pertanian, yaitu limbah yang timbul sebagai akibat dari kegiatan
pertanian.
 Limbah pertambangan, yaitu limbah yang timbul karena kegiatan
pertambangan.
 Limbah domestik, yaitu limbah yang disebabkan oleh kegiatan rumah
tangga, restoran, pasar, dan lainnya.
3. Jenis Limbah Berdasarkan Senyawanya
 Limbah organik, yaitu jenis limbah yang dapat diuraikan (mudah
membusuk) dan berbaur dengan alam. Misalnya kotoran hewan dan
kotoran manusia.
 Limbah anorganik, yaitu jenis limbah yang sangat sulit atau bahkan tidak
dapat diuraikan. Misalnya sampah plastik, potongan baja, dan lain-lain.

b. Dampak pembuangan limbah


1. Dampak Limbah Terhadap Lingkungan

22
Secara umum, limbah memiliki dampak negatif terhadap lingkungan
sekitarnya. Selain merusak lingkungan dan menyebabkan nilai estetika
lingkungan menjadi buruk, limbah juga dapat menyebabkan kematian terhadap
organisme yang terdapat di lingkungan tersebut.
Misalnya, limbah cair yang mengkontaminasi sungai. Racun yang terdapat
pada limbah tersebut akan menyebabkan banyak organisme di dalam sungai
tersebut mati keracunan, misalnya ikan.
Kerusakan pada sungai tersebut pada akhirnya akan mengganggu
keseimbangan ekosistem mahluk hidup secara keseluruhan.

2. Dampak Limbah Terhadap Manusia


Meskipun sebagian besar limbah dihasilkan oleh manusia, namun sebenarnya
yang paling merasakan dampak negatif pencemaran limbah adalah manusia
itu sendiri. Ada banyak sekali gangguan kesehatan yang terjadi jika limbah
beracun sudah mencemari lingkungan manusia.
Beberapa contoh penyakit yang dapat timbul karena limbah diantaranya;
 Diare
 Keracunan
 Sesak napas
 Penyakit tifus
 Jamur pada kulit
 Gangguan saraf

c. Jenis-jenis unit pengolahan air limbah


Septictank
Sistem septic tank sebenarnya adalah sumur rembesan atau sumur kotoran.
Septic tank merupakan sitem sanitasi yang terdiri dari pipa saluran dari kloset,
bak penampungan kotoran cair dan padat, bak resapan, serta pipa pelepasan air
bersih dan udara. Hal-hal yang yang harus diperhatikan saat pembangunan septic
tank agar tidak mencemari air dan tanah sekitarnya adalah :
 jarak minimal dari sumur air bersih sekurangnya 10 m.
 untuk membuang air keluaran dari septic tank perlu dibuat daerah resapan
dengan lantai septic tank dibuat miring kearah ruang lumpur.
 septic tank direncanakan untuk pembuangan kotoran rumah tangga dengan
jumlah air limbah antara 70-90 % dari volume penggunaan air bersih.
 waktu tinggal air limbah didalam tangki diperkirakan minimal 24 jam.

23
 besarnya ruang lumpur diperkirakan untuk dapat menampung lumpur yang
dihasilkan setiap orang rata-rata 30-40 liter/orang/tahun dan waktu
pengambilan lumpur diperhitungkan 2-4 tahun.
 pipa air masuk kedalam tangki hendaknya selalu lebih tinggi kurang lebh 2.5
cm dari pipa air keluar.
 septic tank harus dilengkapi dengan lubang pemeriksaan dan lubang
penghawaan untuk membuang gas hasil penguraian.
Agar septic tank tidak mudah penuh dan mampat, awet dan tahan lama perlu
diperhatikan hal berikut :
1. Kemiringan Pipa
Kemiringan pipa menentukan kelancaran proses pembuangan limbah.
Selisih ketinggian kloset dan permukaan air bak penampung kotoran
minimal 2 %, artinya setiap 100cm terdapat perbedaan ketinggian 2cm.
2. Pemilihan Pipa yang tepat
Pipa saluran sebaiknya berupa PVC. Ukuran minimal adalah 4 inchi.
Rumah yang memiliki jumlah toilet yang banyak sebaiknya menggunakan
pipa yang lebih besar. Perancangan saluran diusahakan dibuat lurus
tanpa belokan, karena belokan atau sudut dapat membuat mampat.
3. Sesuaikan Kapasitas Septic tank
Untuk rumah tinggal dengan jumlah penghuni empat orang, cukup dibuat
septic tank dengan ukuran (1.5×1.5×2)m. bak endapan dan sumur resapan
bias dibuat dengan ukuran (1x1x2)m. semakin banyak penghuni rumah
maka semakin besar ukuran yang dibutuhkan.
4. Bak Harus Kuat dan Kedap Air
Septic tank harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap korosi, rapat air
dan tahan lama. Konstruksi septic tank harus kuat menahan gaya-gaya
yang timbul akibat tekanan air, tanah maupun beban lainnya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat

25
Lampiran SOP Senam Taichi

SOP SENAM TAICHI UNTUK PENURUNAN TEKANAN DARAH

Kode Nomor : No. Revisi : Halaman :


/ 1/1

Ditetapkan :
Tanggal Terbit :
SPO
Profesi Ners 30 Agustus 2019
PSIK B UB Pembimbing Akademik Departemen
Komunitas

PENGERTIAN Latihan Taichi merupakan fewlow-felocity dan low impact exercise


programs, yang mempunyai manfaat tinggi bagi lansia dan dapat dilakukan
di mana saja. Latihan Taichi merupakan latihan tradisional dari cina yang
menggabungkan latihan pernafasan, rileksasi, dan struktur gerakan yang
pelan dan lembut (Srisurini,2003).

TUJUAN Gerakan Taichi yang meliputi body-mind-soul-breath secara teratur


terbukti dapat meningkatkan pelepasan non adrenalin melalui urin,
menurunkan kadar cortisol, serta menurunkan aktivitas saraf simpatis yang
membawa dampak positif pada jantung (berupa denyut jantung yang stabil
dan tekanan darah turun menuju normal). Ini karena aktivitas saraf
simpatis dan parasimpatis menjadi seimbang dan harmonis. Latihan
tersebut dapat pula meningkatkan antioksidan untuk menghilangkan
radikal bebas dalam tubuh dan menstabilkan tekanan darah (Sutanto,
2013).

KEBIJAKAN 1. SK Kajur PSIK UB Departemen Komunitas tentang SOP Senam Taichi


untuk menurunkan tekanan darah
2. SK Kepala Puskesmas Bareng selaku Kepala Puskesmas tempat
praktek mahasiswa kelompok 3B Komunitas di Puskesmas Bareng.

26
PROSEDUR 1. Tangan di rentangkan, mengangkat kedua tangan keatas sampai
tersatukan, sambil menarik nafas secara perlahan, selanjutnya di
dorong kebawah. Sambil meniupkan nafas secara perlahan. Lakukan
3x

2. Kedua tangan diangkat secara bersama ke atas sambil menarik nafas


secara perlahan, selanjutnya kedua tangan di turunkan secara
bersama sambil meniupkan nafas secara perlahan . Lakukan 3x

3. Kedua tangan di retangkan, satukan kedua tangan kedepan sambil


menarik nafas secara perlahan, selanjutnya di rentangkan kembali
sambil meniupkan nafas secara perlahan. Lakukan 3x

4. Tarik kedua tangan keatas sampai kearah bahu, lalu gerakan bahu
kearah belakang, sambil menarik nafas secara perlahan, selanjutnya
mendorong tangan kebawah sambil meniupkan nafas secara perlahan.
Lakukan 3x

27
5. Tarik kedua tangan keatas sampai kearah bahu, lalu gerakan bahu
kearah depan, sambil menarik nafas secara perlahan, selanjutnya
mendorong tangan kebawah sambil meniupkan nafas secara perlahan.
Lakukan 3x

6. Lakukan gerakan memukul kearah kanan, selanjutnya kearah kiri


dilanjutkan kearah atas begitu juga sebaliknya, dimana setiap tarikan
sambil menarik nafas dan pada saat memukul dilanjutkan dengan
tiupan nafas. Lakukan 3x

7. Posisikan tangan membentuk huruf O dan kaki di tekuk menghadap


atas kearah kanan, sambil menarik dan menghembuskan nafas secara
perlahan, dilakukkan juga selanjutnya ke bagian kiri. Lakukan masing-
masing 3x

28
8. Posisi miring kearah kanan dilanjutkan dengan gerakan seperti
membuang tangan kanan kesamping sambil meniupkan nafas secara
perlahan dan kebelakang sambil menarik nafas secara perlahan .
Lakukan 3x

9. Posisi miring kearah kiri dilanjutkan dengan gerakan seperti


membuang tangan kiri kesamping sambil meniupkan nafas secara
perlahan dan kebelakang sambil menarik nafas secara perlahan.
Lakukan 3x

10. Posisi tubuh miring ke kanan, mendorong tangan kanan kedepan


sambil meniupkan nafas secara perlahan, lalau tarik nafas secara
perlahan sambil menarik tangan tangan kesamping dada, lakukan juga
sebaliknya pada tangan kiri.Lakukan masing-masing 3x.

29
UNIT TERKAIT 1. Departemen Komunitas PSIK Universitas Brawijaya
2. Puskesmas Bareng Kota Malang Jawa Timur

http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20130626/488116/prinsip-
pencegahan-penyakit-tidak-menular-ptm-dan-regulasinya/

30
31
BERITA ACARA KEGIATAN

DAN EVALUASI KEGIATAN

32
33
34
DAFTAR HADIR

DAN

HASIL SKRINING

(Terlampir)

35
Dokumentasi Kegiatan

Kegiatan Senam Taichi

36
Dokumentasi Penyuluhan

37
Dokumentasi Kegiatan Skrining

38
Segenap Panitia

39
40

Anda mungkin juga menyukai