Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG TB PARU

Disusun Oleh :
Ns. Beata Rivani, S.Kep., M.M.
Ira Maya Sofa
Sisca Putri Utami

STIKES ICHSAN MEDICAL CENTRE BINTARO


TANGERANG SELATAN
2018
KONTRAK PENGABDIAN MASYARAKAT

1. Judul Pengabdian Masyarakat :


Penyuluhan Kesehatan Tentang TB Paru
2. Bidang Pengabdian Masyarakat : Kesehatan
3. Ketua Pelaksana
Nama : Ns. Beata Rivani, S.Kep., M.M.
Jenis Kelamin : Perempuan
NIK/NIDN : 049030415
Disiplin Ilmu : Keperawatan
Jabatan : Dosen
Alamat : Jln. Raya Jombang No.56 Ciputat,
Tanggerang Selatan
No. Tlp : 08129290519
E-mail : beatarivaniimc@gmail.com
4. Anggota Pelaksana : 1. Ira Maya Sopa
2. Sisca Putri Utami

5. Lokasi Pengabdian Masyarakat : Lobby RS IMC Bintaro


6. Biaya Pengabdian Masyarakat : Rp. 940.000,-

Menyetujuai Tanggerang Selatan 8 Oktober 2018


PJS. LPPM Ketua Pelaksana

(Dewi Anggraini, S.ST., M.K.M) (Ns. Beata Rivani, S.Kep., M.M.)


Mengetahui
Wakil Ketua 1

HALAMAN PENGESAHAN
(Ns. Royani, M.Kep.)
USULAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

1 Judul Penyuluhan kesehatan tentang TB Paru


2 Ketua Pelaksana Ns Beata Rivani, S.Kep., M.Kes.
3 NIK 049030415
4 Pangkat/Golongan -
5 Program Studi S-1 Keperawatan
6 Institusi STIKes IMC Bintaro
7 Bidang Ilmu Keperawatan
8 Alamat Jln. Raya Jombang No.56 Ciputat, Tanggerang
Selatan
9 No Telp 08129290519
10 Anggota 1. Ira Maya Sopa
2. Sisca Putri Utami
11 Jangka waktu kegiatan 1 hari
12 Bentuk kegiatan Penyuluhan kesehatan
13 Sifat kegiatan Pengabdian Masyarakat
14 Keterangan lain - Bentuk kerjasama antara LPPM, Bagian
Kemahasiswaan dan dengan RS IMC Bintaro
- Tempat : Lobby RS IMC
- Sumber dana : STIKes IMC

Menyetujuai Tanggerang selatan 8 Oktober 2018


PJS. LPPM Ketua Pelaksana

(Dewi Anggraini, S.ST., M.K.M)


(Ns Beata Rivani, S.Kep., M.Kes.)

Mengetahui
Wakil Ketua 1
RINGKASAN
BAB I PENDAHULUAN

(Ns. Royani,
BABM.Kep.)
I

BAB I
PENDAHULUAN

A. JUDUL
Penyuluhan Kesehatan Tentang TB Paru
B. ANALISIS SITUASI
TB merupakan satu dari 10 penyebab kematian dan penyebab utama agen infeksius.
Di tahun 2017, TB menyebabkan sekitar 1,3 juta kematian (rentang, 1,2-1,4 juta) di
antara orang dengan HIV negatif dan terdapat sekitar 300.000 kematian karena TB
(rentang, 266.000-335.000) di antara orang dengan HIV positif. Diperkirakan terdapat 10
juta kasus TB baru (rentang, 9-11 juta) setara dengan 133 kasus (rentang, 120-148) per
100.000 penduduk.
Secara global, insiden TB per 100.000 penduduk turun sekitar 2% per
tahun.Regional yang paling cepat mengalami penurunan di tahun 2013- 2017 adalah
regional WHO Eropa (5% per tahun) dan regional WHO Afrika (4% per tahun). Di tahun
tersebut, penurunan yang cukup signifikan (4-8% per tahun) terjadi di Afrika Selatan
misalnya Eswatini, Lesotho, Namibia, Afrika Selatan, Zambia, Zimbabwe), dan
perluasan pencegahan dan perawatan TB dan HIV, dan di Rusia (5% per tahun) melalui
upaya intensif untuk mengurangi beban TB. Di tingkat global, di tahun 2017 terdapat
sekitar 558.000 kasus baru (rentang, 483.000-639.000) TB rifampisin resistan di mana
hampir separuhnya ada di tiga negara yaitu India (24%), China (13%), dan Rusia (10%).
Di antara kasus TB RR, diperkirakan 82% kasus tersebut adalah TB MDR. Secara
global, 3.6% kasus TB baru dan 17% kasus TB pengobatan ulang merupakan kasus TB
MDR/RR.
Pada 2017, estimasi terbaik proporsi penderita TB yang meninggal karena penyakit
(case fatality rate/CFR) adalah 16%, turun dari 23% di tahun 2000. CFR harus turun
hingga 10% pada tahun 2020 untuk mencapai tahap pertama End TB Strategy. Ada
cukup banyak variasi capaian CFR, mulai dari kurang dari 5% di beberapa negara hingga
lebih dari 20% di sebagian besar negara di regional WHO Afrika. Hal ini menunjukkan
ketidaksetaraan di antara negara-negara dalam mengakses diagnosis dan pengobatan TB.
WHO memperkirakan insiden tahun 2017 sebesar 842.000 atau 319 per 100.000
penduduk sedangkan TB-HIV sebesar 36.000 kasus per tahun atau 14 per 100.000
penduduk. Kematian karena TB diperkirakan sebesar 107.000 atau 40 per 100.000
penduduk, dan kematian TB-HIV sebesar 9.400 atau 3,6 per 100.000 penduduk.
Dengan insiden sebesar 842.000 kasus per tahun dan notifikasi kasus TB sebesar
569.899 kasus maka masih ada sekitar 32% yang belum ternotifikasi baik yang belum
terjangkau, belum terdeteksi maupun tidak terlaporkan. Dari angka insiden ini dilakukan
perhitungan beban TB di masing-masing provinsi dan kabupaten/kota. Untuk
perhitungan beban TB di tingkat kabupaten/kota, Ditjen P2P telah menerbitkan Buku
Panduan Penentuan Beban dan Target Cakupan Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis
di Indonesia Tahun 2019-2024.
WHO memperkirakan ada 23.000 kasus MDR/RR di Indonesia. Pada tahun 2017
kasus TB yang tercatat di program ada sejumlah 442.000 kasus yang mana dari kasus
tersebut diperkirakan ada 8.600-15.000 MDR/RR TB, (perkiraan 2,4% dari kasus baru
dan 13% dari pasien TB yang diobati sebelumnya), tetapi cakupan yang diobati baru
sekitar 27,36%.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan WHO Global TB Report 2018, diperkirakan insiden TBC di Indonesia
mencapai 842 ribu kasus dengan angka mortalitas 107 ribu kasus. Jumlah ini membuat
Indonesia berada di urutan ketiga tertinggi untuk kasus TBC setelah India dan China.
Kondisi ini tentunya terbilang memprihatinkan karena berdampak besar terhadap sosial
dan keuangan pasien, keluarga, serta masyarakat. Risiko penularan TBC sebenarnya
dapat dikurangi jika semua pasien terdiagnosis dan diobati sampai sembuh. Sayangnya,
dari angka kasus yang dirilis oleh WHO, Balitbang Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
baru menemukan 53% atau 402.572 kasus yang ternotifikasi dan diobati. Sementara
sisanya belum diobati atau sudah diobati namun belum dilaporkan kepada Kemenkes.
Dengan demikian angka TB di indonesia masih belum tercapai target sehingga
peyuluhan mengenai TB Paru masih diperlukan untuk menurunkan angka kejadian serta
menaikkan angka kepatuhan pasien untuk berobat. Sehingga derajat kesehatan dan
kesejahteraan di Indonesia dapat meningkat serta angka penularan juga menurun.

D. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat akan pentingnya melakukan pengobatan TB Paru sampai tuntas.

E. MANFAAT KEGIATAN
Kegiatan ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dengan cara melakukan pengobatan TB sampai tuntas agar
mengurangi jumlah penularan kepada orang lain.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat)


TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan TB adalah penyakit paru-paru
akibat kuman Mycobacterium tuberculosis. TBC akan menimbulkan gejala
berupa batuk yang berlangsung lama (lebih dari 3 minggu), biasanya berdahak, dan
terkadang mengeluarkan darah.
Kuman TBC tidak hanya menyerang paru-paru, tetapi juga bisa menyerang
tulang, usus, atau kelenjar. Penyakit ini ditularkan dari percikan ludah yang keluar
penderita TBC, ketika berbicara, batuk, atau bersin. Penyakit ini lebih rentan terkena
pada seseorang yang kekebalan tubuhnya rendah, misalnya penderita HIV.
B. Gejala Tuberculosis
Gejala-gejala TBC (tuberkulosis) yang muncul dapat berupa:
 Batuk yang berlangsung lama (3 minggu atau lebih), biasanya berdahak.
 Batuk mengeluarkan darah.
 Berkeringat pada malam hari.
 Penurunan berat badan.
 Demam dan menggigil.
 Lemas.
 Nyeri dada saat bernapas atau batuk.
 Tidak nafsu makan.
 Lemas.
Tidak semua kuman TBC yang masuk ke paru-paru langsung menimbulkan gejala.
Kuman TBC bisa saja hanya bersembunyi sampai suatu hari berubah menjadi aktif
dan menimbulkan gejala. Kondisi ini dikenal sebagai TBC laten. Selain tidak
menimbulkan gejala, TBC laten juga tidak menular.
Selain menyerang paru-paru, kuman TBC juga dapat menyerang organ lainnya,
seperti ginjal, usus, otak, atau TBC kelenjar. Penyakit TBC pada organ selain paru-
paru sering terjadi pada orang dengan kekebalan tubuh rendah, misalnya penderita
AIDS.
Berikut ini adalah contoh gejala yang muncul akibat penyakit TBC di luar paru-paru,
menurut organ yang terkena:
 Pembengkakan kelenjar getah bening bila terkena TBC kelenjar.
 Kencing berdarah pada TBC ginjal.
 Nyeri punggung pada TBC tulang belakang.
 Sakit perut jika mengalami TBC usus.
 Sakit kepala dan kejang bila terkena TBC di otak.
C. Penyebab
TBC (tuberkulosis) disebabkan oleh infeksi kuman dengan nama yang sama,
yaitu Mycobacterium tuberculosis. Kuman atau bakteri ini menyebar di udara melalui
percikan ludah penderita, misalnya saat berbicara, batuk, atau bersin. Meski
demikian, penularan TBC membutuhkan kontak yang cukup dekat dan cukup lama
dengan penderita, tidak semudah penyebaran flu.
Makin lama seseorang berinteraksi dengan penderita TBC, semakin tinggi risiko
untuk tertular. Misalnya, anggota keluarga yang tinggal serumah dengan penderita
TBC. Pada penderita TBC yang tidak menimbulkan gejala (TBC laten), kuman TBC
tetap tinggal di dalam tubuhnya. Kuman TBC dapat berkembang menjadi aktif jika
daya tahan tubuh orang tersebut melemah, seperti pada penderita AIDS. Namun,
TBC laten ini tidak menular.
Seperti telah dikatakan sebelumnya, penularan TBC tidak semudah flu, sehingga
Anda tidak akan tertular TBC jika hanya sekadar berjabat tangan dengan penderita
TBC. Namun, ada beberapa kelompok orang yang lebih mudah tertular penyakit ini,
yaitu:
 Orang yang tinggal di pemukiman padat dan kumuh.
 Petugas medis yang sering berhubungan dengan penderita TBC.
 Lansia dan anak-anak.
 Pengguna NAPZA.
 Orang yang kecanduan alkohol.
 Perokok.
 Penderita penyakit ginjal stadium lanjut.
 Orang dengan kekebalan tubuh yang lemah, misalnya penderita AIDS, diabetes,
kanker, serta orang yang kekurangan gizi.
Selain penyakit, terdapat beberapa jenis obat-obatan yang dapat melemahkan
kekebalan tubuh (obat imunosupresif). Obat-obatan tersebut umumnya digunakan
untuk mengobati :
 Lupus
 Psoriasis
 Rheumatoid arthritis
 Penyakit Crohn
D. Diagnosis
Untuk mendeteksi TBC (tuberkulosis), pertama-tama dokter akan menanyakan
keluhan dan penyakit yang pernah diderita. Kemudian dokter akan melakukan
pemeriksaan fisik, terutama dengan mendengarkan suara napas di paru-paru
menggunakan stetoskop. Dokter juga akan memeriksa ada tidaknya pembesaran
kelenjar, bila dicurigai adanya TBC kelenjar.
Jika pasien diduga mengalami TBC, dokter akan meminta pasien melakukan
pemeriksaan dahak yang disebut pemeriksaan BTA. Pemeriksaan BTA juga dapat
dilakukan menggunakan sampel selain dahak, untuk kasus TBC yang terjadi bukan di
paru-paru.
Jika dokter membutuhkan hasil yang lebih spesifik, dokter akan menganjurkan
pemeriksaan kultur BTA, yang juga menggunakan sampel dahak penderita. Tes
kultur BTA dapat mengetahui efektif atau tidaknya obat TBC yang akan digunakan
dalam membunuh kuman. Namun, tes ini memakan waktu yang lebih lama.
Selain pemeriksaan BTA, dokter dapat melakukan serangkaian pemeriksaan lain
sebagai pendukung diagnosis, meliputi:
 Foto Rontgen
 CT scan
 Tes kulit Mantoux atau Tuberculin skin test
 Tes Darah IGRA (interferon gamma release assay).
E. Pencegahan
Salah satu langkah untuk mencegah TBC (tuberkulosis) adalah dengan
menerima vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Di Indonesia, vaksin ini termasuk
dalam daftar imunisasi wajib dan diberikan sebelum bayi berusia 2 bulan. Bagi yang
belum pernah menerima vaksin BCG, dianjurkan untuk melakukan vaksin bila
terdapat salah satu anggota keluarga yang menderita TBC.
TBC juga dapat dicegah dengan cara yang sederhana, yaitu mengenakan masker saat
berada di tempat ramai dan jika berinteraksi dengan penderita TBC, serta sering
mencuci tangan.
Walaupun sudah menerima pengobatan, pada bulan-bulan awal pengobatan (biasanya
2 bulan), penderita TBC juga masih dapat menularkan penyakit. Jika Anda menderita
TBC, langkah-langkah di bawah ini sangat berguna untuk mencegah penularan,
terutama pada orang yang tinggal serumah dengan Anda:
 Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa, atau kenakan Apabila
menggunakan tisu untuk menutup mulut, buanglah segera setelah digunakan.
 Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.
 Pastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang baik, misalnya dengan sering
membuka pintu dan jendela agar udara segar serta sinar matahari dapat masuk.
 Jangan tidur sekamar dengan orang lain, sampai dokter menyatakan TBC yang
Anda derita tidak lagi menular.
F. Pengobatan
Penyakit ini dapat disembuhkan dan jarang berakibat fatal jika penderita mengikuti
saran dari dokter. Prinsip utama pengobatan TBC (tuberkulosis) adalah patuh untuk
minum obat selama jangka waktu yang dianjurkan oleh dokter (minimal 6 bulan).
Apabila berhenti meminum obat sebelum waktu yang dianjurkan, penyakit TBC yang
Anda derita berpotensi menjadi kebal terhadap obat-obat yang biasa diberikan. Jika
hal ini terjadi, TBC menjadi lebih berbahaya dan sulit diobati. Obat yang diminum
merupakan kombinasi dari isoniazid, rifampicin, pyrazinamide dan ethambutol. Sama
seperti semua obat, obat TBC juga memiliki efek samping, antara lain:
 Warna urine menjadi kemerahan
 Menurunnya efektivitas pil KB, KB suntik, atau susuk
 Gangguan penglihatan
 Gangguan saraf
 Gangguan fungsi hati
Karena efek samping yang mungkin terjadi, kombinasi obat dan dosisnya bisa
berbeda pada beberapa kasus spesial, misalnya tuberkulosis pada anak dan ibu hamil.
Untuk penderita yang sudah kebal dengan kombinasi obat tersebut, akan menjalani
pengobatan dengan kombinasi obat yang lebih banyak dan lebih lama. Lama
pengobatan dapat mencapai 18-24 bulan.
Selama pengobatan, penderita TBC harus rutin menjalani pemeriksaan dahak untuk
memantau keberhasilannya.
BAB III
MATERI DAN METODE PELAKSANAAN

A. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH


Dalam melakukan kegiatan kami menggunakan pendekatan promotive dan preventif
yaitu dengan cara meningkatkan pengetahuan peserta melalui penyuluhan dan
melakukan pencegahan penularan.

B. REALISASI PEMECAHAN MASALAH


Dalam rangka mendukung kegiatan “Penyuluhan Kesehatan tentang TB Paru“,
kami STIKes IMC Bintaro turut serta mendukung kegiatan tersebut, dengan
perincian jadwal sebagai berikut :
Tanggal Waktu Tempat Pelaksana
Sabtu, 8 Oktober 2018 09.00 – 12.00 WIB Lobby RS IMC TIM
Bintaro

C. SASARAN
Sasaran dalam kegiatan ini adalah pengunjung RS IMC Poli Paru dan Penyakit Dalam.

D. METODE KEGIATAN
Teknik yang digunakan dalam Penyuluhan Kesehatan tentang TB yaitu menggunakan
metode ceramah interaktif.
SUSUNAN ACARA
Sabtu, 20 Oktober 2018
No Waktu Kegiatan Pembicara/Pendamping
1 09.00 – 12.00  Pembukaan TIM dari STIKes IMC
WIB  Perkenalan diri
 Pemeriksaan Tekanan darah
 Penyampaian materi tentang
TB Paru
 Tanya jawab
 Penutupan

E. ORGANISASI PELAKSANA
1. Ketua Pelaksana
a. Nama : Ns. Beata Rivani, S.Kep., M.M.
b. NIK : 049030415
c. Jabatan : Dosen
d. Institusi : STIKes IMC Bintaro
2. Anggota Pelaksana
a. Ira Maya Sopa
b. Sisca Putri Utami
F. Rencana Anggaran
No Nama Kegiatan Biaya Jumlah Satuan Total Biaya
1 Honor Pembicara Rp. 250.000 1 Orang Rp. 250.000
2 Konsumsi Rp. 20.000 30 Orang Rp. 600.000
3 Air mineral gelas Rp. 20.000 2 Dus Rp. 40.000
4 Doorprise Rp. 10.000 5 Orang Rp. 50.000
Total Biaya Rp. 940.000

PENILAIAN PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


TAHUN ANGGARAN 2017/2018
STIKES IMC BINTARO

Proposal pengabdian pada masyarakat diseleksi berdasarkan pada kriteria berikut:

NILAI
No. KRITERIA
(0 – 100)
1. Materi Masalah yang ditangani 80
Tujuan dan Manfaat
Metode pendekatan
Fisibilitas kegiatan yang diusulkan
2. Dampak positif pada pengembangan institusi 75
3. Relevansi ruang lingkup kegiatan dan inovasi yang diusulkan 80
dengan bidang/unsur kesehatan
4 Keunggulan inovasi Iptek yang diusulkan 75
5 Keterkaitan dengan Pemberdayaan Masyarakat di Lokasi PBL / 80
unggulan Jurusan

Nilai rata-rata (tanpa pembobotan) 78


*) Passing Grade ≥ 70
Catatan / Saran:
Pelaksanaan kegiatan bisa dilanjutkan dengan dana yang disetujui sebesar 80% dari
anggaran yang diajukan. Untuk kedepannya bisa diajukan kembali proposal yang lebih
menarik dan mengandung Inovasi Iptek.

Tanggerang Selatan, 10 Oktober 2018


Penilai,

(Dewi Anggraini, SST., M.K.M)

EVALUASI HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


TAHUN ANGGARAN 2017/2018
Program Studi : S.1 Keperawatan

Nama Ketua Pelaksana : Ns. Beata Rivani., S.Kep., M.M.

I. LAPORAN
NILAI
NO. KRITERIA
(0 – 100)
1. Kesesuaian format laporan 85
2. Kesesuaian isi laporan dengan pelaksanaan pengabdian kepada 80
masyarakat, masalah yang ditangani, tujuan dan manfaat, serta
metode pendekatan)
3. Bukti Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat: 80
a. Berita acara dari tempat kegiatan
b. Foto-foto kegiatan
c. Daftar hadir peserta kegiatan
d. Contoh modul pelatihan/teknologi/kuisioner
4. Pemahaman tim pelaksana 80
5. Dampak positif pada pengembangan institusi 80
6. Keterkaitan dengan kesehatan 85
7. Dampak pengabdian pada penerapan Iptek 80
8. Keterkaitan dengan Pemberdayaan Masyarakat di Lokasi PBL / 80
unggulan Jurusan
Nilai rata- rata (tanpa pembobotan) 81,25
PRESENTASI
NILAI
NO KRITERIA
(0 – 100)
1. Daya tarik presentasi 80
2. Sistematika presentasi dan Bahasa Indonesia 85
Nilai rata- rata (tanpa pembobotan) 82,5

Tanggerang selatan, 22 Oktober 2018


Penilai,

(Dewi Anggraini, SST., M.K.M)

Anda mungkin juga menyukai