Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ENDOMETRIOSIS

1. Definisi

Endometriosis yaitu suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi
berada di luar kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjar dan stroma, terdapat di dalam
endometriumnataupun di luar uterus. Bila jaringan endometrium terdapat di dalam
miometrium disebut adenomiosis, bila brada di luar uterus disebut endometriosis.
Pembagian ini sudah tidak dianut lagi, karena secara patologik, klinik, ataupun etiologic
adenomiosis berbeda dengan endometriosis. Adenomiosis secara klinis lebih banyak
persamaan dengan mioma uteri. Adenomiosis sering ditemukan pada multipara dalam
masa premenopause, sedangkan endometriosis terdapat pada wanita yang lebih muda dan
yang infertile (Sarwono.2007). Terdapat kurang lebih 15% wanita reproduksi dan pada
30% dari wanita yang mengalami infertilitas. Implantasi endometriosis bisa terdapat pada
ovarium, ligamentum sakrouterina, kavum dauglasi, ligamentum latum dan ligamentum
rotundum, tuba fallopi, dan pada tempat-tempat ekstra peritoneal ( serviks, vagina,
vulva, dan kelenjar-kelenjar limfe).

Penampakan kasarnya bisa dalam bentuk luka berupa sebuah peninggian atau kista yang
berisi darah baru, merah atau biru-hitam. Karena termakan waktu, luka tersebut berubah
menjadi lebih rata dan berwarna coklat tua. Ukuran luka dapat berkisar dari luka kecil
dari 10 cm.

(Rayburn, F. William.2001)

2. Gejala- Gejala
Penderita endometriosis bisa datang dengan keluhan nyeri panggul, terutama bila datang
haid, infertilitas, disparenia, perdarahan uterus abnormal, rasa nyeri atau berdarah ketika
kencing atau pada rectum dalam masa haid. Gejala-gejala endometriosisi datangnya
berkala dan bervariasi sesuai datangnya haid tetapi bias menetap. Banyak penderita
endometriosis yang tidak bergejala, dan terdapat sedikit korelasi antara hebatnya gejala
dengan beratnya penyakit.

Adapun gambaran klinis endometriosis menurut Sarwono yaitu :

a. Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan
selama haid (dismenore)

Dismenorea pada endometriosis biasanya merupakan rasa nyeri waktu haid yang
semakin lama semakin hebat. Sebab dari dismenorea ini tidak diketahui secara pasti
tetapi mungkin ada hubungannya dengan vaskularisasi dan perdarahan dalam
sarang endometriosis pada waktu sebelum dan semasa haid. Jika kista
endometriumnya besar dan terdapat perlengketan ataupun jika lesinya melibatkan
peritoneum usus, keluhan dapat berupa nyeri abdomen bawah atau pelvis yang
konstan dengan intensitas yang berbeda-beda. (Derek Llewellyn-Jones.2002)

b. Dispareunia

Merupakan keadaan yang sering dijumpai disebabkan oleh karena adanya


endometriosis di kavum douglasi.

c. Nyeri pada saat defekasi

Defekasi yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid disebabkan oleh karena
adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid.

d. Gangguan Haid (Polimenorea dan hipermenorea)

Gangguan haid dan siklusnya terjadi apabila kelainan pada ovarium demikian
luasnya sehingga fungsi ovarium terganggu.Menstruasi tidak teratur terdapat pada
60% wanita penderita. Pasien mungkin mengeluhkan bercak merah premenstruasi,
perdarahan menstruasi dalam jumlah banyak (menoragia), atau frekuensi
menstruasi yang lebih sering dan banyak mengeluarkan darah. (Jones. Derek
Llewellyn.2001)

e. Infertilitas

Ada korelasi yang nyata antara endometriosis dan infertilitas. 30%-40% wanita
dengann endometriosis menderita infertilitas. Factor penting yang menyebabkan
infertilitas pada endometriosis adalah apabila mobilitas tuba terganggu karena
fibrosis dan perlekatan jaringan di sekitarnya. Pada pemeriksaaan ginekologik
khususnya pemeriksaan vagina-rekto-abdominal, ditemukan pada endometriosis
ringan benda-benda padat seperti butir beras sampai butir jagung di kavum douglas
dan pada ligamentum sakrouterinum dengan uterus dalam posisi retrofleksi dan
terfiksasi. (Wiknjosastro, hanifa.2007.)

3. Tanda

Tanda-tanda fisik dari endometriosis yaitu rahim yang terfiksasi ke belakang, terdapat
benjolan pada ligamentum sakrouterina dan dalam kavum douglasi, massa adneksa yang
asimetris, dan nyeri pada pemeriksaan bimanual. Luka yang terlihat pada pemeriksaan
speculum adalah sangat menunjukan endometriosis, dan jika ada harus dilakukan
pemeriksaan biopsy. (Rayburn, F. William.2001)

4. Patologi

Dimanapun lokasinya, endometrium ektopik, yang dikelilingi stroma , mengadakan


implantasi dan membentuk kista kecil, yang berespon terhadap sekresi estrogen dan
progesterone secara siklik, sama seperti yang terjadi di dalam endometrium uteri. Selama
menstruasi, terjadi perdarahan di dalam kista. Darah, jaringan endometrium dan cairan
jaringan terperangkap di dalam kista tersebut. Pada siklus berikutnya , cairan jaringan dan
plasma darah diabsorpsi, sehingga meninggalkan darah kental berwarna coklat. Ukuran
maksimal kista tergantung lokasinya. Kista kecil mungkin tetap kecil atau diserang
makrofag dan menjadi luka fibrotic kecil. Kista ovarium cenderung lebih besar
daripadakista lainnya, tetapi biasanya tidak lebih besar daripada jeruk berukuran sedang.
Ketika kista tumbuh, tekanan internal mungkin merusak dinding endometrium yang aktif,
sehingga kista tida berfungsi lagi.

Tidak jarang terjadi rupture dari kista yang kecil. Darah kental yang keluar sangat iritatif
dan mengakibatkan perlengketan multiple disekeliling kista. Jika ada kista ovarium
menyerupai endometrioma tetapi tidak ada perlengketan, diagnosisnya tidak mungkin
endometriosis.

( Jones. Derek Llewellyn.2001)

5. Penyebab

Beberapa ahli mencoba menerangkan kejadian endometriosis yaitu berupa beberapa


teori,antara lain:

a. Teori Implantasi dan Regurgitasi.

Teori ini menerangkan adanya darah haid yang dapat menjalar dari kavum uteri
melalui tuba Falopii, tetapi teori ini tidak dapat menerangkan kasus endometriosis di
luar pelvis.

b. Teori Metaplasia.

Teori ini menerangkan terjadinya metaplasia pada sel-sel coelom yang berubah
menjadi endometrium.

Perubahan ini dikatakan sebagai akibat dari iritasi dan infeksi atau hormonal pada
epitel coelom. Secara endokrinologis hal ini benar karena epitel germinativum dari
ovarium, endometrium dan peritoneum berasal dari epitel coelom yang sama.

c. Teori Hormonal.

Telah lama diketahui bahwa kehamilan dapat menyembuhkan endometriosis.


Rendahnya kadar FSH, LH, dan E2 dapat menghilangkan endometriosis. Pemberian
steroid seks dapat menekan sekresi FSH, LH, dan E2. Pendapat yang sudah lama
dianut mengemukakan bahwa pertumbuhan endometriosis sangat tergantung dari
kadar estrogen di dalam tubuh.

d. Teori Imunologik.

Secara embriologis, sel epitel yang membungkus peritoneum parietal dan permukaan
ovarium sama asalnya, oleh karena itu sel endometriosis sejenis dengan mesotel.
Banyak peneliti berpendapat bahwa endometriosisn adalah suatu penyakit autoimun
karena memiliki criteria cenderung lebih banyak pada wanita, bersifat familiar,
menimbulkan gejala klinik, melibatkan multiorgan, menunjukkan aktivitas sel B-
poliklonal.

( Baziad,Ali dkk.1993)

6. Faktor-faktor resiko

Factor-faktor resiko untuk endometriosis :

a. Nuliparitas

b. Infertilitas

c. Usia 25-40 tahun

(Rayburn, F. William.2001)

7. Diagnosis
Secara klinis endometriosis sering sulit dibedakan dari penyakit radang pelvis atau kista
ovarium lainnya. Visualisasi endometriosis diperlukan untuk memastikan diagnosis. Cara
yang biasa dilakukan untuk menegakan diagnose yaitu dengan melakukan pemeriksan
laparoskopi untuk melihat luka dan mengambil specimen biopsy. Pemeriksaan
ultrasonografi pelvis bias membantu untuk menilai massa dan bisa menduga adanya
endometriosis. Kadar antigen kanker 125 (CA-125) tinggi pada penderita endometriosis.

(Rayburn, F. William.2001)

Adapun Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan yaitu :

a. Laparoskopi

Bila ada kecurigaan endometriosis panggul , maka untuk menegakan diagnosis yang
akurat diperlukan pemeriksaan secara langsung ke rongga abdomen per laparoskopi.
Pada lapang pandang laparoskopi tampak pulau-pulau endometriosis yang berwarna
kebiruan yang biasanya berkapsul. Pemeriksaan laparoskopi sangat diperlukan untuk
mendiagnosis pasti endometriosis, guna menyingkirkan diagnosis banding antara
radang panggul dan keganasan di daerah pelviks. Moeloek mendiagnosis pasien
dengan adneksitis pada pemeriksaam dalam, ternyata dengan laparoskopi kekeliruan
diagnosisnya 54%, sedangkan terhadap pasien yang dicurigai endometriosis,
kesesuaian dengan pemeriksaan laparoskopi adalah 70,8%.

b. Pemeriksaan Ultrasonografi

Secar pemeriksaan, USG tidak dapat membantu menentukan adanya endometriosis,


kecuali ditemukan massa kistik di daerah parametrium, maka pada pemeriksaan USG
didapatkan gambaran sonolusen dengan echo dasar kuat tanpa gambaran yang
spesifik untuk endometriosis.

8. Jenis- jenis endometriosis

Berdasarkan lokasi tempat endometriosis dibagi menjadi :

a. Endometriosis Interna (adenomiosi uteri)

Fokus Endometriosis berada multilokuler di dalam otot uterus. Akan terjadi


penebalan atau pembesaran uterus. Gejala yang timbul hampir tidak ada. Ada dua
gejala yang khas buat adenomiosis uterus, yaitu:

- Nyeri saat haid.

- Perdarahan haid yang banyak atau haid yang memanjang.

b. Endometriosis Tuba.

Yang paling sering terkena adalah bagian proksimal tuba.Akibatnya adalah:

- Saluran tuba tertutup,terjadi infertilitas.

- Resiko terjadinya kehamilan ektopik.

- Hematosalping

c. Edometriosis Ovarium

Akibat adanya endometriosis pada ovarium akan terbentuk kista coklat. Kista coklat
ini sering mengadakan perlekatan dengan organ-organ di sekitarnya dan membentuk
suatu konglomerasi.

d. Endometriosis Retroservikalis.

Pada rectal toucher sering teraba benjolan yang nyeri pada cavum Douglas.
Benjolan-benjolan ini akan melekat dengan uterus dan rectum, akibatnya adalah:
- Nyeri pada saat haid.

- Nyeri pada saat senggama.

Diagnosa banding yang perlu diperhatikan adalah:

- Karsinoma ovarium.

- Metastasis di kavum Douglas.

- Mioma multiple.

- Karsinoma rectum.

e. Endometriosis Ekstragenital.

Setiap nyeri yang timbul pada organ tubuh tertentu pada organ tbuh tertentu
bersamaan dengan datangnya haid harus dipikirkan adanya endometriosis.

( Baziad,Ali dkk.1993)

9. Penanganan

Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, observasi, terapi hormonal,


pembedahan dan radiasi.

a. Pencegahan

Bila disminorea yang berat terjadi pada seorang pasien muda, kemungkinana bermacam-
macam tingkat sumbatan pada aliran haid harus dipertimbangkan.kemungkinan
munculnya suatu tanduk rahim yang tumpul pada rahimbikornuata atau sebuah sumbatan
septum rahim atau vaginal harus diingat.dilatasi serviks untuk memungkinkan
pengeluaran darah haid yang lebih mudah pada pasien dengan tingkat disminorea yang
hebat.

( Moore, Hacker.2001)

Kemudian, adapula pendapat dari Meigs. Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah
pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejala- gejala endometriosis memang
berkurang pada waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-
sarang endometriosis. Maka dari itu perkawinan hendaknya jangan ditunda terlalu lama
dan diusahakan secepatnya memiliki anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak
terlalu lama. Sikap demikian tidak hanya merupaka profilaksis yang baik untuk
endometriosis, melainkan juga mrnghindari terjadinya infertilitas sesudah endometrium
timbul.selain itu juga jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau kerokan saat haid,
karena dapat mengalirkan darah haid dari uterus ke tuba fallopi dan rongga panggul.

(Wiknjosastro, hanifa.2007.)

b.Observasi

pengobatab ini akan berguna bagi wanita dengan gejala dan kelainan fisik yang ringan.
Pada wanita yang agak berumur, pengawasan ini bisa dilanjutkan sampai menopause,
karena sesudah itu gejala-gejala endometriosis hilang sendiri. Dalam masa observasi ini
dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetik untuk mengurangi rasa
nyeri. (Wiknjosastro, hanifa.2007.)

c.Pengobatan Hormonal

Prinsip pertama pengobatan hormonal ini adalah menciptakan ingkungan hormone


rendah estrogen dan asiklik. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan atrofi jaringan
endometriosis. Keadaan yang asiklik mencegah terjadinya haid, yang berarti tidak
terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal ataupun jaringan endometriosis.
Dengan demikian dapat dihindari timbulnya sarang endometriosis yang baru karena
transport retrograde jaringan endometrium yang lepas serta mencegah pelepasan dan
perdarahan jaringan endometriosis yang menimbulkan rasa nyeri karena rangsangan
peritoneum.

Prinsip kedua yaitu menciptakan lingkungan tinggi androgen atau tinggi progesterone
yang secara langsung dapat menyebabkan atrofi jaringan endomeetriosis.

(Wiknjosastro, hanifa.2007.)

d.Pembedahan

adanya jaringan endometrium yang berfungsi merupakan syarat mutlak tumbuhnya


endometriosis. Oleh krarena itu pada waktu pembedahan,harus dapat menentukan apakah
ovarium dipertahankan atau tidak. Pada andometriosis dini , pada wanita yang ingin
mempunyai anak fungsi ovarium harus dipertahankan. Sebaliknya pada endometriosis
yang sudah menyebar luas pada pelvis, khususnya pada wanita usia lanjut. Umumnya
pada terapi pembedahan yang konservatif sarang endometriosis diangkat dengan
meninggalkan uterus dan jaringan ovarium yang sehat, dan perlekatan sedapatnya
dilepaskan. Pada operasi konservatif, perlu pula dilakukan suspensi uterus, dan
pengangkatan kelainan patologik pelvis. Hasil pembedahan untuk infertile sangat
tergantung pada tingkat endometriosis, maka pada penderita dengan penyakit berat,
operasi untuk keperluan infertile tidak dianjurkan. (Wiknjosastro, hanifa.2007)

e.Radiasi

pengobatan ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium, tapi sudah tidak dilakukan lagi,
kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan. (Wiknjosastro, hanifa.2007.)
B. LANDASAN ASUHAN KEBIDANAN

Proses menejemen kebidanan menurut varney terdiri dari 7 langkah yang harus di laksanakan
secara berurutan dan secara periodik serta disesuaikan dengan kasus endometriosis. Penerapan 7 langkah
varney yang memberikan asuhan kebidanan pada klien dengan endometriosis.

1. Pengumpulan data
Mengumpulkan data subyektif dan data obyektif berupa data fokus yang dibutuhkan untuk menilai
keadaan ibu sesuai kondisinya menggunakan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium.

Jenis data yang dikumpulkan :

a. Data subyektif
1) Biodata ibu dan suami
a) Nama ibu
Untuk mengetahui siapa yang akan kita beri asuhan dan lebih mudah untuk
berkomunikasi.

b) Nama suami
Untuk mengetahui siapa penanggung jawab saat pemberiaan asuhan

c) Umur ibu
Untuk mengetahui faktor resiko yang menyebabkan terjadinya endometriosis. Umumnya
endometriosis terdapat kurang lebih 15% pada wanita reproduksi dan pada 30% dari
wanita yang mengalami infertilitas.

(Rayburn, F. William.2001)

d) Agama ibu dan suami


Untuk mengetahui apakah ada kepercayaan dalam agamanya sehubungan dengan
endometriosis.

e) Suku bangsa ibu


Untuk mengetahui dari mana asal ibu berkaitan dengan bahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi dan kebiasaan-kebiasaan yang dianut.

f) Pendidikan ibu dan suami


Untuk mengetahui tingkat pengetahuaan ibu dan suami sehingga memudahkan dalam
pemberiaan informasi dan konseling.

g) Pekerjaan ibu dan suami


Untuk mengetahui tingkat aktifitas yang dilakukan oleh ibu dan suami dan pengaruhnya
terhadap ekonomi keluarga sehingga memudahkan dalam penanganan endometriosis
yang sesuai dengan keadaan ekonomi keluarga ibu.

h) Alamat ibu dan suami


Untuk mengetahui tempat tinggal ibu dan suami serta lingkungan disekitar tempat
tinggal ibu.

i) No tlp/hp ibu dan suami


Untuk memudahkan berkomunikasi sewaktu-waktu bila ada masalah.

j) Golongan darah
Untuk mengantisipasi bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu masalah yang memerlukan
donor.

2) Alasan datang
Untuk mengetahui keluhan utama yang dirasakan, sejak kapan dirasakan,dibagian
mana dirasakan, dan apa upaya ibu untuk mengatasinya. Dimana dari data tersebut
dapat menunjang diangnosa endometriosis.
Penderita endometriosis bisa datang dengan keluhan nyeri panggul, terutama bila
datang haid, infertilitas, disparenia, perdarahan uterus abnormal, rasa nyeri atau
berdarah ketika kencing atau pada rectum dalam masa haid. Gejala-gejala
endometriosisi datangnya berkala dan bervariasi sesuai datangnya haid tetapi bias
menetap. Banyak penderita endometriosis yang tidak bergejala, dan terdapat sedikit
korelasi antara hebatnya gejala dengan beratnya penyakit.
Adapun gambaran klinis endometriosis menurut Sarwono yaitu :

f. Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama
haid (dismenore)

Dismenorea pada endometriosis biasanya merupakan rasa nyeri waktu haid yang
semakin lama semakin hebat. Sebab dari dismenorea ini tidak diketahui secara pasti
tetapi mungkin ada hubungannya denan vaskularisasi dan perdarahan dalam sarang
endometriosis pada waktu sebelum dan semasa haid.

Jika kista endometriumnya besar dan terdapat perlengketan ataupun jika lesinya melibatkan
peritoneum usus, keluhan dapat berupa nyeri abdomen bawah atau pelvis yang konstan
dengan intensitas yang berbeda-beda. (Derek Llewellyn-Jones.2002)

g. Dispareunia

Merupakan keadaan yang sering dijumpai disebabkan oleh karena adanya


endometriosis di kavum douglasi.

h. Nyeri pada saat defekasi

Defekasi yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid disebabkan oleh karena adanya
endometriosis pada dinding rektosigmoid.

i. Gangguan Haid (Polimenorea dan hipermenorea)

Gangguan haid dan siklusnya terjadi apabila kelainan pada ovarium demikian luasnya
sehingga fungsi ovarium terganggu.Menstruasi tidak teratur terdapat pada 60% wanita
penderita. Pasien mungkin mengeluhkan bercak merah premenstruasi, perdarahan
menstruasi dalam jumlah banyak (menoragia), atau frekuensi menstruasi yang lebih sering
dan banyak mengeluarkan darah. (Jones. Derek Llewellyn.2

j. Infertilitas
Ada korelasi yang nyata antara endometriosis dan infertilitas. 30%-40% wanita dengann
endometriosis menderita infertilitas. Factor penting yang menyebabkan infertilitas pada
endometriosis adalah apabila mobilitas tuba terganggu karena fibrosis dan perlekatan
jaringan di sekitarnya. Pada pemeriksaaan ginekologik khususnya pemeriksaan vagina-
rekto-abdominal, ditemukan pada endometriosis ringan benda-benda padat seperti butir
beras sampai butir jagung di kavum douglas dan pada ligamentum sakrouterinum dengan
uterus dalam posisi retrofleksi dan terfiksasi.

( Sarwono.2007)

3) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui kapan pasien menarche, apakah siklus menstruasi ibu teratur atau tidak,
mengetahui lama haid dan banyaknya pengeluaran darah saat haid, serta apakah ibu pernah
mengalami dismenorhea atau tidak.

Haid merupakann peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan wanita. Perlu diketahui
menarche, siklus haid teratur atau tidak, banyaknya darah yang keluar sewaktu haid, lamanya
haid, disertai rasa nyeri atau tidak, dan menopause. Selalu harus ditanyakan tanggal haid
terakhir yang masih normal. Kalau haid terakhirnya tidak jelas normal, maka perlu pula
ditanyakan tanggal haid sebelum itu. Dengan cara demikian akan diketahui apakah haid
penderita terlambat atau mengalami amenore. Pada penderita endometriosis biasanya terjadi
menstruasi yang banyak, serta adanya nyeri saat haid yang dirasakan makinlama makin kuat.

4) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui berapa kali ibu menikah, lama perkawinan, umur ibu saat menikah serta
apakah ibu sudah mempunyai anak atau belum. Karena pada penderita endometriosis
umumnya terjadi pada wanita yang infertil.

5) Riwayat obstetri terdahulu


Untuk mengetahui jumlah anak yang dimiliki, umur kahamilan saat lahir, apakah ada penyulit
saat hamil, tempat bersalin, penolong persalinan, berat badan bayi saat lahir jenis kelamin
anak, jenis persalinan, apakah ada penyulit saat nifas, keadaan anak sekarang serta umur
anak sekarang.
6) Riwayat ginekology
Untuk mengetahui apakah ibu pernah atau sedang mengalami masalah dengan organ
reproduksinya serta sejak kapan masalah dirasakan. Riwayat penyakit / kelainan gynecology
serta pengobatannya dapat memberikan keterangan penting, terutama operasi yang pernah
dialami. Apabila penderita pernah diperiksa oleh dokter lain tanyakan juga hasil-hasil
pemeriksaan dan pendapat dokter itu. Tidak jarang wanita Indonesia pernah memeriksakan
dirinya di luar negeri dan membawa pulang hasilnya. (Wiknjosastro,2005)

7) Riwayat penyakit ibu


Untuk mengetahui penyakit-penyakit yang pernah diderita ibu, apakah ibu mempunyai
riwayat penyakit tertentu terutama yang berhubungan dengan alat reproduksi maupun
penyakit lain yang mungkin dapat memicu terjadinyaendometriosis serta bisa menjadi
pertimbangan untuk keperluan terapi atau pengobatan lebih lanjut seperti gangguan hormone,
kanker, tumor PMS dll.

Dalam hal ini perlu ditanyakan apakah penderita pernah menderita penyakit berat, penyakit
TBC, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit darah, DM, dan penyakkit jiwa. Riwayat
operasi nonginekologik perlu juga diperhatikan, misalnya strumektomi, mammektomi,
apendektomi, dan lain-lain. (Wiknjosastro,2005)

8) Riwayat penyakit keluarga


Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui apakah pernah menderita tumor alat
kandungan/tidak ataupun tumor di luar alat kandungan.

9). Hubungan Seksual

Pada penderita endometriosis perlu dikaji tentang hubungan seksual, karena biasanya
penderita endometriosis mengalami nyeri pada saat berhubungan seksual (disparenia).

10). Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual

a) Biologis
(1) Bernafas
Untuk mengetahui apakah ibu ada keluhan saat bernafas atau tidak.

(2) Pola nutrisi

Untuk mengetahui status gizi ibu dan riwayat nutrisinya, pola nutrisi, jenis dan porsi
makan ibu.

(3) Eliminasi
Untuk mengetahui apakah ada keluhan atau masalah dengan pola BAK maupun
BAB. Pada endometriosis biasanya mengalami defekasi yang sukar dan sakit
terutama pada waktu haid disebabkan oleh karena adanya endometriosis pada
dinding rektosigmoid.

(4) Istirahat dan tidur


Untuk mengetahui adakah gangguan pada pola tidur dan istirahat akibat keluhan yang
dialami..

(5) Aktifitas sehari-hari


Untuk mengetahui aktifitas ibu sehari-hari, apakah ada keluhan saat beraktivitas.
Pada penderita endometriosis umumnya akan mengalami kesulitan untuk beraktifitas
karena rasa nyeri yang dirasakan.

(6) Personal hygiene


Untuk mengetahui bagaimana personal hygiene ibu apakah sudah menerapkan
hygiene yang benar atau belum. Infeksi dan jamur di dalam rahim juga bisa menjadi
perangsang pertumbuhan endometriosis.

b. Psikologi

Untuk mengkaji psikologis klien sehubungan dengan keluhan yang dirasakan.bagaimana


perasaan ibu setelah mengetahui keadaannya setelah diperiksa, dan bagaimana penerimaan
pasien terhadap penyakit yang dideritanya saat ini. Karena psikologis ibu juga akan
berpengaruh terhadap proses pengobatan nantinya, sehingga psikologis ibu perlu dikaji.
c. Sosial

Untuk mengetahui interaksi ibu dengan masyarakat di lingkungan yang dirasakan


pandangan masyarakat terhadap kondisi ibu dan ada tidaknya kebiasaan yang merugikan
kesehatan, serta mengetahui bagaimana pengambilan keputusan dalam keluarga.

d. Spiritual

Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan ibu dalam mendekatkan diri kepada tuhan serta
kepercayaan yang dianut yang berkaitan dengan kesehatan. Dimana dengan rajinnya ibu
sembahyang dan mendekatkan diri kepada Tuhan, maka akan dapat menenangkan
perasaan ibu.

9) Pengetahuan
Untuk mengkaji pengetahuan ibu tentang hal-hal yang berkaitan dengan keluhan yang
dirasakan, penyebab ibu mengalami keluhan yang dirasakan, serta pengetahuan ibu
tentang cara mengatasi keluhanya.

b. Data Obyektif

1) Pemeriksaan umum

a) Keadaan umum

Untuk mengetahui keadaan umum ibu, sejauh mana keluhan yang dirasakan ibu,
mempengaruhi kondisi kesehatan ibu secara umum.

b.TTV

Untuk mengetahui keadaan tekanan darah, suhu, nadi, respirasi sehubungan dengan keluhan
yang dirasakan ibu.

2) Pemeriksaan sistematis dan ginekologi


a) Kepala dan leher

Kepala : Untuk mengetahui bagaimana kebersihan dan struktur rambut

Muka : Untuk mengamati pada muka apakah ada oedema / pucat

Mata : Untuk mengetahui bagaimana warna konjungtiva

Mulut : Untuk mrngetahui bagaimana keadaan muulut apakah lembab/kering,


kemerahan/pucat

Leher : Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe, pembesaran kelenjar
tiroid maupun pembesaran vena jugularis

b) Payudara

Pemeriksaan payudara mempunyai arti penting bagi penderita wanita terutama dalam
hubungan dengan diagnostik kelainan endokrin

c) Abdomen

Untuk mengetahui apakah ada luka bekas oprasi, apakah ada massa dan pembesaran
perut abnormal yang dapat menunjang diagnosa ke diagnosa penyakit organ reproduksi
lainnya.

Pemeriksaan abdomen sangat penting pada penderita gynekologi, tidak boleh diabaikan, dan
harus lengkap apapun keluhan penderita. Penderita harus tidur terlentang. Pada penderita
endometriosis biasanya terdapat massa pada perut dan ada nyeri tekan.

(Sarwono.2007)

d).Anogenital

Untuk mengetahui apakah ada pengeluaran pervaginam, varices, dan oedema, serta
tanda-tanda abnormal/kelainan lainnya, seperti tanda-tanda infeksi. Pada endometriosis perlu
dilakukan VT untuk memastikan asal perdarahan yang dialami oleh ibu, serta dilakukan
inspikulo untuk melihat apakah ada tanda-tanda endometriosis pada vagina.

(Sarwono.2007)
e) Ekstermitas atas bawah

Untuk mengetahui apakah ada oedema, sianosis, pada kaki dan tangan, serta keadaan kuku
apakah kemerahan ataukah pucat.

3) Pemeriksaan penunjang

c. Laparoskopi

Bila ada kecurigaan endometriosis panggul , maka untuk menegakan diagnosis yang
akurat diperlukan pemeriksaan secara langsung ke rongga abdomen per laparoskopi.
Pada lapang pandang laparoskopi tampak pulau-pulau endometriosis yang berwarna
kebiruan yang biasanya berkapsul. Pemeriksaan laparoskopi sangat diperlukan untuk
mendiagnosis pasti endometriosis, guna menyingkirkan diagnosis banding antara
radang panggul dan keganasan di daerah pelviks. Moeloek mendiagnosis pasien
dengan adneksitis pada pemeriksaam dalam, ternyata dengan laparoskopi kekeliruan
diagnosisnya 54%, sedangkan terhadap pasien yang dicurigai endometriosis,
kesesuaian dengan pemeriksaan laparoskopi adalah 70,8%.

d. Pemeriksaan Ultrasonografi

Secar pemeriksaan, USG tidak dapat membantu menentukan adanya endometriosis,


kecuali ditemukan massa kistik di daerah parametrium, maka pada pemeriksaan USG
didapatkan gambaran sonolusen dengan echo dasar kuat tanpa gambaran yang
spesifik untuk endometriosis.

2. Interpretasi data dasar, masalah dan kebutuhan


Untuk merumuskan diagnosa berdasarkan dari pengumpulan data yang diperoleh dari klien langsung
atau dari keluarga, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Selain itu bertujuan untuk
menentukan masalah yang dihadapi klien serta segala sesuatu yang dibutuhkan klien tanpa klien
sadari atau klien butuhkan.

Di sini kita menentukan diagnosa aktual, masalah, dan kebutuhan.

a. Jika dari hasil pemeriksaan, endometriosi belum dapat ditentukan secara pasti :
Diagnosa actual : Wanita umur …..th dengan ……… (gejala: keluhan nyeri panggul, terutama
bila datang haid, infertilitas, disparenia, perdarahan uterus abnormal, rasa
nyeri atau berdarah ketika kencing atau pada rectum dalam masa haid.)
(mungkin endometriosis)

Masalah : cemas, nyeri abdomen, gangguan pola BAB/BAK,gangguan saat


berhubungan seksual dan gangguan menstruasi..

Kebutuhan : istirahat, nutrisi, dukungan psikologis, darah (donor darah), informasi tentang
penyakit yang diderita dan kemungkinan jenis-jenis tindakan yang akan
dilakukan.

b. Jika dari hasil pemeriksaan, endometriosis sudah dapat dipastikan :


Diagnosa actual : wanita umur …..th dengan ……. (gejala: keluhan nyeri panggul, terutama
bila datang haid, infertilitas, disparenia, perdarahan uterus abnormal, rasa
nyeri atau berdarah ketika kencing atau pada rectum dalam masa haid).
( endometriosis)

Masalah : cemas, nyeri abdomen, gangguan pola BAB/BAK,gangguan saat


berhubungan seksual dan gangguan menstruasi.

Kebutuhan : istirahat, nutrisi, dukungan psikologis, donor (calon donor), informasi tentang
penyakit yang diderita dan kemungkinan jenis-jenis tindakan yang akan
dilakukan.

3. Antisipasi masalah potensial


Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi kondisi yang lebih parah dari perumusan diagnosa aktual
apabila tidak dilakukan intervensi yang jelas. Pada endometriosis, diagnosa/masalah potensial yang
dapat ditegakkan adalah: anemia ringan, karena pada endometriosis biasanya terjadi menstruasi yang
banyak.

4. Identifikasi akan tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dan rujukan


Mengidentifikasi berdasarkan diagnosa apakah kondisi klien memerlukan tindakan segera, konsultasi,
kolaborasi maupun rujukan. Tindakan segera yang diperlukan biasanya seperti pemberian tablet besi
untuk mencegah anemia. Selain itu kolaborasi dan rujukan ke rumah sakit diperlukan guna
membantu dalam pengambilan keputusan yang terbaik untuk ibu, dimana dalam rujukan ini bertujuan
agar ibu melakukan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut untuk memastikan penyakit yang diderita
pasien,sehingga dapat dilakukan pengobatan secara dini sesuai dengan penyakit yang diderita.
Apabila kasus ditemukan BPS, Puskesmas, Pustu dan sarana pelayanan kesehatan lain yang tidak
memiliki fasilitas yang memadai harus dilakukan rujukan ke fasilitas yang lebih memadai yaitu
rumah sakit.

5. Perencanaan

Untuk mengetahui apa saja yang harus direncanakan berdasarkan diagnosa masalah dan kebutuhan
klien.

Pada endometriosis perencanaan yang bisa dibuat antara lain :

a. Jelaskan tentang hasil pemeriksaan kepada ibu dan pendamping


Rasionalisasi : ibu dan suami harus tahu hasil dari pemeriksaan yang dilakukan karena hasil
pemeriksaan meliputi keadaan ibu yang akan memberikan ketenangan dan rasa nyaman yang
nantinya akan mempengaruhi psikologis ibu dan merupakan salah satu hak klien yang harus
dipenuhi.

b. Beri KIE tentang penyebab keluhan yang dialami dan kemungkinan tindakan yang akan
dilakukan untuk menangani keluhan.
Rasionalisasi : Dengan KIE ibu dapat mengetahui penyebab keluhan yang dialami dan
kemungkinan tindakan yang akan dilakukan guna menangani keluhan ibu sehingga ibu dan
keluarga dapat mempersiapkan diri dan segala sesuatu yang mungkin diperlukan untuk membantu
menangani keluhan ibu.

c. Beri suplemen zat besi


Rasionalisasi : Suplemen zat besi dapat mencegah terjadi anemia, karena pada kasus
endometrium terjadi menstruasi yang banyak. Sehingga penderita dapat diberi zat besi agar tidak
terjadi anemia.

d. Beri analgetik
Rasionalisasi : obat analgetik dapat membantu meringankan intensitas nyeri yang terjadi pada
kasus endometriosis yang memang disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri yang terlampau kuat
dapat menyebabkan syok neurogenik. Dengan pemberian analgetik diharapkan dapat
meringankan intensitas nyeri sehingga syok dapat dicegah.

e. Berikan dukungan moral/support mental kepada ibu dan libatkan pendamping.


Rasionalisasi : Diperlukan support mental untuk membantu ibu dalam menghadapi penyakit yang
diderita serta diperlukan pula peran pendamping.

f. Lakukan kolaborasi dengan dokter SpOG


Rasionalisasi : Apabila kasus ditemukan bidan di rumah sakit tempat ia bertugas bidan perlu
melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk dapat mengambil keputusan
yang benar-benar tepat bagi klien.

g. Lakukan rujukan ke pelayanan kesehatan yang lebih memadai


Rasionalisasi : Apabila kasus ditemukan di BPS, Puskesmas maupun Puskesmas Pembantu
penanganan lebih lanjut dari endometriosis ini akan didapatkan di fasilitas yang lebih memadai
seperti di rumah sakit. Dimana di RS pasien akan melakukan pemeriksaan diagnostik untuk
memastikan penyakit yang diderita pasien, sehingga pengobatan yang diberikan sesuai dengan
penyakit pasien.

h. Anjurkan dan motivasi ibu untuk beristirahat yang cukup dan memenuhi kebutuhan
nutrisinya.
Rasionalisasi : Ibu dengan endometriosis kemungkinan mengalami anemia, sehingga
memerlukan istirahat dan nutrisi yang cukup untuk membantu penyembuhan dan pemulihan
kesehatan ibu dan mencegah ibu mengalami kondisi yang lebih buruk.

7. Pelaksanaan
Untuk melaksanakan perumusan perencanaan yang telah dibuat mengacu pada diagnosa, masalah dan
kebutuhan yang sesuai dengan kondisi klien saat diberikan asuhan. Pada pelaksanaan, rencana asuhan
dilakukan secara komprehensif, bisa dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi dapat dilakukan oleh
pasien.

8. Evaluasi
Untuk mengetahui hasil dari asuhan yang telah diberikan kepada klien yang mengacu pada
pemecahan masalah dan perbaiki kondisi ibu, evaluasi disesuaikan dengan pelaksanaan yang
dilaksanakan. Dari evaluasi, dapat dilihat apakah asuhan yang diberikan memecahkan masalah secara
keseluruhan, sebagian, atau bahkan masalah belum teratasi sama sekali. Sehingga perlu merumuskan
kembali rencana tindakan asuhan kebidanan yang lainnya agar masalah dapat diatasi.

DAFTAR PUSTAKA

Baziad,Ali dkk.1993. Endokrinologi Ginekologi. Jakarta.Media Aesculapius

Jones. Derek Llewellyn.2001. Dasar-dasar obstetric dan ginekologi.jakarta.hipokrates

Moore, Hacker.2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta.Hipokrates

Rayburn, F. William.2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta. Widya medika

Wiknjosastro, hanifa.2005. Ilmu Kandungan. Jakarta.yayasan bina pustaka

Anda mungkin juga menyukai