Roadmap Sekolah Madrasah Aman - Kemendikbud 2015 Fix2 PDF
Roadmap Sekolah Madrasah Aman - Kemendikbud 2015 Fix2 PDF
Ir. Suharti, MA, Ph.D
Dr. Didik Suhardi
1
Preliminary Electronic Draft “Landslides” bagian dari “Koenig and Schultz’s Disaster Medicine:
Comprehensive Principles and Practices”, Iain TR Kennedy, David N Petley, and Virginia Murray, Center
for Disaster Medical Sciences, Departments of Emergency Medicine and Public Health, University of
California at Irvine, USA – 2015, www.cdms.uci.edu
Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman – Kemendikbud 2015 7
menimpa sekolah mereka, dan juga bekal pengetahuan seperti apa yang perlu diberikan,
serta bagaimana menangani aset sekolah baik gedung maupun peralatannya agar investasi
yang ada ini bisa terselamatkan.
Selain itu, berdasarkan Rencana Nasional Penanggulangan Bencana (RENAS PB) Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2010 sampai 2014, sedikitnya ada 23
provinsi yang masuk dalam kategori risiko tinggi terhadap gempa bumi di Indonesia 2 .
Sedangkan berdasarkan Rencana Nasional Penanggulangan Bencana tahun 2015 sampai
2019, terdapat 30 provinsi di Indonesia yang masuk dalam kategori risiko tinggi terhadap
bencana3.
Sebagian besar bangunan sekolah di Indonesia belum didesain aman terhadap gempa,
tsunami, longsor dan gunung meletus, walaupun standar bangunan (peraturan konstruksi/
building code) untuk membangun sekolah sudah tersedia, sehingga peningkatan kesadaran
dan melakukan tindakan kesiapsiagaan perlu dilakukan dengan segera.
Data Bank Dunia4 menyebutkan Indonesia masuk dalam empat besar negara dengan jumlah
sekolah terbanyak di dunia. Ribuan sekolah di Indonesia berada di wilayah dengan risiko
gempa tinggi. Untuk Sekolah Dasar (SD) dari total 144.507, sebanyak 109.401 SD berada di
provinsi dengan risiko gempa tinggi; untuk Sekolah Luar Biasa (SLB), sebanyak 1.147 sekolah
dari total 1.455 sekolah berada di lokasi dengan risiko gempa tinggi; untuk Sekolah
Menengah Pertama (SMP), sebanyak 18.855 sekolah dari total 26.277 juga berada dalam
risiko gempa tinggi; sedangkan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA), sebanyak 7.237
sekolah dari total 10.239 SMA di Indonesia, juga berada di kawasan dengan risiko gempa
yang cukup tinggi5.
Dari catatan, bencana yang terjadi dalam kurun waktu dasawarsa terakhir telah memakan
korban jiwa dan kerusakan aset sekolah sangat besar. Kualitas proses belajar mengajar di
area yang tertimpa bencana juga sangat terganggu dan bila kondisi gangguan terhadap
proses belajar ini berlangsung lama, maka akan berdampak jangka panjang terhadap peserta
didik. Gempa bumi dan tsunami di Aceh pada 2004 telah memakan korban jiwa 120.000
meninggal, 93.088 hilang dan 4.632 luka-luka, dan lebih dari 2.000 gedung sekolah hancur
dan rusak. Sedangkan gempa bumi di Yogyakarta tahun 2006 telah menghilangkan 5.558
jiwa, dan 26.013 luka-luka, serta sekitar 2.900 sekolah runtuh. Secara keseluruhan dalam
dasawarsa terakhir lebih dari 300.000 jiwa meninggal dan lebih dari 10.000 sekolah terkena
dampak bencana, baik itu rusak berat atau runtuh. Dari hasil inventarisasi sekolah rusak
yang dilaksanakan tahun 2010-2011, untuk bangunan sekolah menengah terdapat lebih dari
40 ribu ruang kelas rusak berat dan lebih dari 80 ribu rusak sedang/ringan; dan untuk
sekolah dasar sekitar 110.598 ruang kelas rusak berat dan 182.500 ruang kelas rusak
sedang/ringan. Menurut data BNPB, dalam 30 tahun terakhir rata-rata sebanyak 289
bencana alam terjadi setiap tahun dengan rata-rata angka kematian diperkirakan 8.000
orang per tahun.
Beberapa kejadian bencana dengan data korban dan kerusakan pada gedung sekolah
terlihat dalam Gambar 2.1 berikut.
2
Renas PB 2010-2014, BNPB, hal. 169, dalam lampiran 4
3
Renas PB 2015-2019, BNPB, hal. 34-36
4
Data Bank Dunia, melalui dokumen Draft Blue Print Sekretariat Sekolah Aman - Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (2014), hal 2
5
Draft Blue Print Sekretariat Sekolah Aman/Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2014)
Gempa & Tsunami di Aceh Gempa di Sumatera Barat lebih Sekolah tk. menengah:
> 2,000 gedung sekolah rusak dari 2,800 sekolah terdampak, Rusak ringan: 82.892
berat atau hancur dengan lebih dari 40% rusak kelas
berat Rusak berat: 42.428
kelas
6
walaupun bukan dengan menggunakan konsep sister city melainkan konsep kerjasama antar sekolah
yang berada di kecamatan yang berbeda.
7
http://www.disasterwatch.net/TsunamiFacts_archive.html
8
Preliminary Damage and Loss Assessment, Yogyakarta and Central Java Natural Disaster, A joint
report BAPPENAS, the Provincial and Local Governments of D.I. Yogyakarta, the Provincial and Local
Governments of Central Java, and international partners, June 2006
9
Earthquake devastates Indonesia’s West Java province - World Socialist Web Site, 5 September 2009
10
http://www.unisdr.org/archive/14779
11
Pada tahun 2011, pemerintah telah menggelontorkan dana senilai Rp 1,597 triliun untuk
merehabilitasi 21.500 ruang kelas/belajar rusak berat. Tahun 2012 ini, telah disiapkan dana sebesar
Rp 15,822 triliun untuk merehabilitasi 173.344 ruang kelas/belajar rusak berat. Diambil dari
http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-rehabilitasi-sekolah
12
Direktori Penerapan Sekolah Aman dari Bencana sampai 2013, BNPB, 2013
13
GFDRR – Global Facility for Disaster Reduction and Recovery
6 Penyusunan Juknis BOS dan Juknis BOS dan DAK ini akan menjadi acuan bagi
DAK yang mendukung Sekolah/ penyelenggaraan kegiatan Sekolah/ Madrasah
Madrasah Aman Aman.
DEWAN PENASIHAT
Mendikbud
(Pengarah)
SesJen
(Penanggung Jawab)
Dirjen Dikdasmen
(Ketua)
Kabagrengar Dikdasmen
(Sekretaris)
UNIT UTAMA
(Ditjen PAUD dan Dikmas, Ditjen Dikdasmen, Ditjen GTK, Ditjen Kebudayaan, Puskurbuk)
Catatan:
Kabagrengar : Kepala Bagian Rencana Program dan Anggaran.
Puskurbuk : Pusat Kurikulum dan perbukuan
Roadmap Sekolah/ Madrasah Aman – Kemendikbud 2015 34
5.2. Kerangka Kerja Sekretariat Nasional Sekolah/ Madrasah Aman
1. Konsep dan Prinsip
Konsep pembentukan Sekretariat Nasional Sekolah/ Madrasah Aman dilandaskan pada prinsip-
prinsip pedoman penerapan sekolah/ madrasah aman dari bencana. Secara khusus, Sekretariat
Nasional Sekolah/ Madrasah Aman lebih mempertimbangkan pada tiga prinsip utama, sebagai
berikut:
a. Berbasis Hak. Penerapan sekolah/ madrasah aman dari bencana harus didasari sebagai
pemenuhan hak pendidikan anak;
b. Interdisiplin dan Menyeluruh. Penerapan sekolah/ madrasah aman dari bencana terintegrasi
dalam standar pelayanan minimum pendidikan dan dilaksanakan secara terpadu untuk
mencapai standar nasional pendidikan;
c. Komunikasi Antar-Budaya (Intercultural Approach). Pendekatan penerapan sekolah/
madrasah aman dari bencana harus mengutamakan komunikasi antar-pribadi yang memiliki
latar belakang budaya yang berbeda (ras, etnik, atau sosioekonomi) sesuai dengan jati diri
bangsa dan nilai–nilai luhur kemanusiaan.
2. Bentuk dan Sifat Lembaga
Sekretariat Nasional ini bersifat ad-hoc, kerja tim, dinamis, fleksibel, serta sebagai pemegang
mandat fasilitasi operasionalisasi kebijakan penerapan sekolah/ madrasah aman bencana.
Sekretariat Nasional Sekolah/ Madrasah Aman terdiri dari lintas sektoral (Kementerian/ Lembaga/
Instansi) dengan melibatkan secara langsung maupun tidak langsung dan secara fungsional dari
jabatan yang melekat dalam rangka menyukseskan program dan target penerapan sekolah/
madrasah aman dari bencana.
3. Strategi Sekretariat Nasional Sekolah/ Madrasah Aman
Dalam meningkatkan penerapan sekolah/ madrasah aman bencana, melalui:
a. Terciptanya koordinasi, kerjasama dan kolaborasi antar pemangku kepentingan (pemerintah,
masyarakat dan sektor swasta);
b. Tersedianya akses informasi yang berkualitas;
c. Tersedianya dan terintegrasinya data, informasi sekolah/ madrasah aman bencana;
d. Terwujudnya penguatan dan pemberdayaan masyarakat sekolah/ madrasah dalam penerapan
sekolah/ madrasah aman bencana yang berkelanjutan.
4. Komponen Sekretariat Nasional Sekolah/ Madrasah Aman
Untuk mendukung penerapan sekolah/ madrasah aman bencana, Sekretariat Nasional
melaksanakan peran dan fungsinya, dengan menetapkan 3 komponen kegiatan, meliputi:
a. Perencanaan, pemantauan/ monitoring dan evaluasi, serta kerjasama;
b. Pusat Data dan Informasi;
c. Percepatan penerapan sekolah/ madrasah aman bencana
5. Tugas dan Fungsi
a. Dewan Penasehat
1) Memberikan petunjuk, arahan dan masukan kepada sekretariat secara berkala;
2) Melakukan pertemuan secara berkala;
3) Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan sekolah/ madrasah aman di Indonesia.
b. Penanggung Jawab
Mengkoordinasi kementerian, lembaga, dan instansi terkait serta mengkoordinasi pertemuan
berkala bulanan, kegiatan monitoring dan evaluasi antar instansi.
Menteri
Dikbud
Dirjen
Dikdasmen
Sesjen
Kementerian/ Lembaga
Sekretariat terkait, Kluster
Unit Utama Nasional Pendidikan (LSM,
Kemendikbud Sekolah/ lembaga PBB, sektor
Madrasah Aman swasta)
Pemerintah
Daerah (Provinsi, Kab
dan Kota)
ü Setiap sekolah melakukan penilaian mandiri terhadap penerapan Sekolah/
Madrasah Aman sesuai dengan format penilaian yang telah ditentukan.
ü Hasil penilaian mandiri tesebut diserahkan ke Sekretariat Sekolah/
Madrasah Aman tingkat kabupaten/ kota untuk selanjutnya dilakukan
kompilasi, verifikasi dan pengecekan sebelum disampaikan ke tingkat
provinsi dan tingkat pusat.
ü Sekretariat Sekolah/ Madrasah Aman tingkat provinsi melakukan
pemantauan terhadap pelaksanaan penerapan Sekolah/ Madrasah Aman di
kabupaten/ kota yang berada di wilayah provinsi serta melakukan verifikasi
terhadap laporan yang diberikan oleh Sekretariat Sekolah/ Madrasah Aman
tingkat kabupaten/ kota.
ü Sekretariat Sekolah/ Madrasah Aman tingkat pusat melakukan pemantauan
terhadap pelaksanaan penerapan Sekolah/ Madrasah Aman yang ada di
Indonesia dengan mengambil beberapa sample sekolah di beberapa
Kabupaten/Kota untuk melakukan verifikasi dan melihat sejauh mana
penerapan Sekolah/ Madrasah Aman serta untuk memberikan advokasi
dalam penerapan Sekolah/Madrasah Aman.
8.2. Mekanisme Pelaporan
Pelaporan penerapan Sekolah/ Madrasah Aman merupakan proses penyampaian data dan/
atau informasi mengenai perkembangan atau kemajuan setiap pelaksanaan, kendala atau
permasalahan yang terjadi, penerapan dan pencapaian dari sasaran Sekolah/
Madrasah Aman.
Semua pelaku pelaksanaan kegiatan penerapan Sekolah/ Madrasah Aman, mulai dari tingkat
kabupaten/ kota sampai dengan tingkat pusat bertanggungjawab untuk menyusun laporan
atas pelaksanaan penerapan Sekolah/ Madrasah Aman sesuai tingkatannya. Hal ini untuk
membantu dalam evaluasi kinerja pelaku program Sekolah/Madrasah Aman.