Mendapatkan Air Susu Ibu atau ASI adalah proses pemenuhan hak pertama yang harus diterima oleh anak ketika baru lahir dan sebelum mendapatkan hak lain. Namun pada kenyataannya hak dasar anak ini banyak yang belum terpenuhi. Penyeba bnya bermacam-macam, misalnya karena ASI belum atau tidak keluar, kondisi ibu yang belum memungkinkan menyusui pasca melahirkan, ibu yang bekerja di luar rumah, ataupun bayi yang tidak dirawat gabung dengan ibunya atau bayi yang dirawat di ruang khusus bayi dengan resiko tinggi maka bayi diberi susu formula. Alasan tersebut sering digunakan untuk tidak memberikan ASI pada saat bayi baru lahir, sehingga mengakibatkan bayitidak terpenuhi haknya (Afifah, 2007). Tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) disebabkan oleh karena banyak hal yangmana salah satunya adalah dari faktor setatus gizi bayi. Menurut hasil penelitianKhairunniyah (2004), pemberian ASI eksklusif berpengaruh pada kualitas kesehatan bayi.Semakin sedikit jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif, maka kualitas kesehatan bayidan anak balita akan semakin buruk, karena pemberian makanan pendamping ASI yang tidak benar menyebabkan gangguan pencernaan yang selanjutnya menyebabkan gangguan pertumbuhan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan AKB. Bagi sebagian besar ibu, cara paling mudah untuk memberikan ASI pada bayi adalah dengan menetekkan langsung pada payudara. Namun, pada beberapa keadaan tertentu, hal ini sulit dilakukan sehingga ASI akhirnya diberikan dalam bentuk perahan. Contohnya adalah ketika bayi lahir dalam kondisi prematur sehingga kemampuan untuk menetek masih belum sempurna, atau bayi maupun ibu perlu dirawat di rumah sakit sehingga tidak memungkinkan untuk sering bertemu. Kondisi dimana ibu diharuskan untuk kembali bekerja, sekolah atau menjalankan kesibukan lainnya juga mempersulit pemberian ASI secara langsung. Banyak ibu juga seringkali merasa payudaranya “penuh” dan tidak nyaman, sehingga ASI perlu segera diperah.