PENETASAN TELUR
Oleh :
Kelompok 5
Kelas F
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum “Penetasan
Commented [r2]: Ga usah di italic kecuali kata asing
Telur”. Laporan ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Teknologi Pakan.
Commented [r3]: Excuse me?
Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
dosen dan Asisten dosen Manajemen Ternak Unggas yang telah memberikan
bimbingan dalam pelaksanaan praktikum ini serta semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan laporan akhir ini.
Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan agar ke
Commented [r4]: 1.“Laporan ini” diganti dengan
depannya laporan akhir ini dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga laporan akhir ini laporan “ agar dapat membuat laporan lebih baik lagi di
masa yang akan datang” yah sesuatu kalimat seperti itu
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. lah
2.“ bagi pembaca dan penulis” diganti dengan “terkhusus
bagi pembaca yang tertarik dengan topik terkait” or
something like that karena ga selamanya laporan ini
diterapkan dalam kehidupan sehari2 semua orang
3.Halaman “ii” format TNR 12 jarak 3 cm dari bawah
Commented [r5]: 1.Kata pengantar laprak terdiri dari
paragraf ucapan terima kasih (puji syukur dan terima
Sumedang, Oktober 2019 kasih dosen boleh sambung atau beda paragraf), paragraf
intisari / inti dari laporan praktikum membahas apa, dan
paragraf penutup
2.Sebutan terima kasih ditunjukkan kepada : dosen,
teknisi, asisten ( PJ kelas) berikut nama lengkap dan
gelarnya
ii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR LAMPIRAN................................................................ vi
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah................................................................. 2
1.3 Maksud dan Tujuan ................................................................. 2
1.4 Manfaat Praktikum .................................................................. 3
1.5 Waktu dan Tempat................................................................... 3
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telur Tetas Ayam .................................................................... 4
2.2 Seleksi Telur Tetas .................................................................. 4
2.3 Fumigasi Mesin Tetas .............................................................. 5
2.4 Penetasan ................................................................................. 6
2.5 Daya Tetas Telur...................................................................... 7
iii
4.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegagalan dan kebersihan
penetasan ................................................................................ 26
iv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
v
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
3 Distribusi Pembagian Tugas ............................................................ Commented [r9]: Benarkan seperti daftar tabel
vi
1
PENDAHULUAN
dan/atau telurnya serta jenis burung yang tubuhnya ditutupi oleh bulu. Umumnya
unggas merupakan bagian dari ordo Galliformes (seperti ayam dan kalkun), dan
Anseriformes (seperti bebek). Unggas adalah tipe hewan yang berkembang biak
dengan cara bertelur. Telur yang dihasilkan dapat berupa fertil atau infertil, telur
yang dapat ditetaskan adalah harus fertil atau yang lazim disebut dengan telur tetas.
Telur tetas merupakan telur yang sudah dibuahi oleh sel jantan. Jika tidak dibuahi
oleh sel jantan, telur tersebut disebut telur infertil atau lazim disebut telur konsumsi,
artinya telur tersebut tidak dapat menetas jika ditetaskan, melainkan hanya untuk
dikonsumsi saja.
Telur adalah suatu bentuk tempat penimbunan zat gizi seperti air, protein,
kandungan oksigen, kandungan karbon dioksida, aliran udara serta pemutaran telur.
burung puyuh dibutuhkan cara penetasan telur yang tepat, yaitu pengeraman telur
tetas yang akan diperbanyak. Pengeraman ini dapat terjadi jika sifat mengerami
telur pada unggas itu telah muncul, misalnya pada ayam buras, sifat mengerami
telur tampak jelas sekali dan sangat sulit untuk menghilangkan sifat mengeram
2
ayam buras ini. Berbeda dengan ayam ras yang sifat mengeramnya dapat diatur atau
sangat tergantung dari jenis hewannya. Bila bentuk telur dan ukurannya seragam,
waktu penetasan akan selalu hampir sama. Berbeda dengan ayam, jenis unggas lain
seperti itik dan puyuh tidak mempunyai sifat mengeram. Zaman dulu, untuk
maupun oleh lingkungan. Namun saat ini, dengan adanya alat penetas buatan akan
buatan telah ada sebelum zaman kemerdekaan dengan prinsip dan cara
pengoperasian mirip dengan mesin tetas sekarang. Pada akhir tahun 1959-an hingga
(5) Apa saja faktor yang mempengaruhi kegagalan dan keberhasilan pada
penetasan telur
Manfaat dari praktikum kali ini untuk mengetahui cara kerja persiapan
penetasan telur mulai dari fumigasi hingga mekanisme penetsan telur, dan juga
untuk mengetahui fertilitas dan daya tetas telur yang baik juga mengetahui factor
Universitas Padjadjaran
4
II
TINJAUAN PUSTAKA
Telur tetas merupakan telur yang dapat ditetaskan untuk digunakan sebagai
bibit yang baik dalam bidang perunggasan. Oleh karena itu, telur tetas memiliki
peran yang penting dalam alur peternakan unggas juga sebagai awal yang
menentukan kualitas DOC. Telur tetas adalah telur yang dihasilkan oleh induk
ayam yang telah dikawini oleh pejantannya, hal ini memiliki daya tetas yang cukup
Telur yang baik berbentuk oval, bentuk telur dipengaruhi oleh faktor
genetis, setiap induk telur berturutan dengan bentuk yang sama, memiliki bentuk
yaitu bulat, panjang, dan lonjong. Namun beberapa induk secara kontinu bertelur
dengan bentuk tidak sempurna, yaitu berbentuk benjol-benjol, ceper, bulat pada
pada setiap telur yang dihasilkan induk, beberapa diantaranya bersifat genetis dan
tetas, karena jika telur tetas yang tidak sesuai dengan kriteria telur yang dapat
ditetaskan/memiliki daya tetas yang tinggi tetap ditetaskan akan merugikan dan
lebih bahayanya akan berdampak ke telur lain yang sesuai kriteria. Telur tetas yang
5
sesuai kriteria dapat ditetaskan/memiliki daya tetas tinggi yaitu, bentuknya oval,
tekstur halus, berukuran sedang, dan cangkang tebal. Bentuk dari telur juga perlu
diperhatikan karena dapat mempengaruhi bobot tetas serta penyerapan suhu pada
telur (bentuk lancip lebih baik bila dibandingkan dengan telur berbentuk tumpul
didalamnya dapat berjalan dengan baik sehingga bobot tetasnya lebih tinggi (North,
1990). Bentuk dari telur juga akan mempengaruhi bobot tubuh DOC, ukuran besar
telur berpengaruh pada ukuran besar anak ayam yang baru menetas (Gillespie,
1992).
Telur tetas harus berasal dari induk (pembibit) yang sehat dan
produktivitasnya tinggi dengan sex ratio yang baik sesuai dengan rekomendasi
untuk strain atau jenis ayam, umur telur tidak boleh lebih dari satu minggu, bentuk
telur harus normal, sempurna lonjong dan simetris, seragam, berat 35–50 gram
(Suprijatna, 2005).
Fumigasi mesin tetas merupakan suatu langkah awal yang penting pada
penetasan. Fumigasi juga salah satu faktor yang sangat mempengaruhi daya tetas
telur, oleh karena itu agar proses penetasan berjalan dengan baik perlu perlakuan
fumigasi yang tepat. Daya tetas telur yang mendapat perlakuan fumigasi lebih
tinggi dari pada yang tidak (Siregar, 1975). Namun jika jenis desinfektan atau
6
dosisnya terlalu tinggi akan menyebabkan kematian pada embrio, maka dari itu
perlu dilakukan pencampuran desinfektan yang sesuai kebutuhan. Bahan yang tepat
2.4 Penetasan
menghasilkan DOC yang berkualitas tinggi. Penetasan dapat dilakukan baik secara
alami maupun buatan. Tingkat keberhasilan antara penetasan alami dan penetasan
buatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, jika faktor yang berpengaruh pada daya
tetas telur penetasan buatan kurang diperhatikan tidak memungkinkan daya tetas
pada penetasan buatan yang diharapkan dapat lebih baik. Keberhasilan penetasan
buatan tergantung banyak faktor antara lain telur tetas, mesin tetas dan tata laksana
Proses penetasan telur secara alami yaitu telur dierami oleh induknya untuk
dibutuhkan oleh telur itu sendiri. Persiapan dan perhatian yang diperlukan untuk
Daya tetas adalah persentase jumlah telur yang menetas dari sejumlah telur
yang fertil yang ditetaskan (Setiadi, 2000). Daya tetas sangat berpengaruh terhadap
kualitas telur tetas, faktor yang mempengaruhi daya tetas adalah dari breeding farm
sendiri dan unit penetasan. Telur yang baik untuk ditetaskan yaitu masa
penyimpanan tidak lebih dari 4 hari. Penyimpanan pada hari ke – 4 tidak begitu
mengurangi daya tetas telur, akan tetapi waktu penyimpanan lebih dari 4 hari maka
Pemutaran telur juga termasuk hal yang mempengaruhi daya tetas telur.
Pemutaran sebaiknya dilaksanakan 1 kali setiap jam sehingga dalam sehari terdapat
24 putaran dengan kemiringan 45o. Dengan pemutaran yang lebih sering maka telur
akan lebih cepat menetas (daya tetas) sehingga kandungan air didalamnya tidak
akan banyak hilang yang dapat membuat bobot badan DOC meningkat, dan
sebaliknya pemutaran yang tidak sering akan membuat telur tidak cepat menetas
(daya tetas) dengan baik, sehingga terjadi penguapan yang berlebihan dan kadar air
didalam telur akan berkurang yang dapat membuat bobot badan DOC akan
III
3.1.1 Alat
(1) Mesin Tetas, sebagai mesin yang akan difumigasi, digunakan untuk
penetasan telur
(2) Cawan Petridish, sebagai wadah fumigan yang digunakan saat fumigasi
(3) Gelas Ukur, sebagai wadah untuk mengukur volume formalin yang
dibutuhkan
(4) Labu Erlenmeyer, sebagai wadah larutan formalin yang telah diukur
(5) Timbangan O’Haus, sebagai alat ukur untuk menimbang KMnO4 yang
diperlukan
(6) Alat Ukur (meteran), untuk mengukur panjang, lebar, dan tinggi mesin tetas
3.1.2 Bahan
diatur yang disesuaikan dengan suhu pada thermometer yang terdapat dalam
mesin tetas.
suhu. Sekrup ini berfungsi untuk menahan kawat (besi) dalam pipa besi
(c) Pemutaran sekrup dilakukan hati-hati karena bila rotasi putaran sekrup
terlalu banyak baik searah ataupun berlawanan dengan jarum jam akan
tinggi.
(d) Mula-mula panas yang disalurkan ke dalam mesin tetas yang berasal dari
kawat nikelin terputus pula. Bila suhu mesin tetas turun, maka kapsul
mengempis yang mengakibatkan aliran listrik tersambung dan panas
(e) Begitu juga dengan lampu tempel, udara panas yang dialirkan melalui pipa
seng masuk ke dalam ruang mesin tetas, sehingga kapsul mengembang serta
demikian sebagian panas dari lampu tempel dibuang keluar. Bila suhu mesin
(1) Volume mesin tetas diukur dengan alat ukur (meteran), yaitu panjang, lebar,
dan tinggi dari mesin tetas bagian dalam. Selanjutnya nilai volume yang
(2) Semua ventilasi atau lubang pada mesin tetas ditutup dengan menggunakan
(3) Dihitung kebutuhan KMnO4 dan formalin 40% sesuai dengan volume mesin
petridish.
(5) Diukur volume formalin 40% dengan menggunakan gelas ukur sesuai
(6) Cawan petridish yang berisi KMnO4 ditempatkan pada tempat penyimpanan
telur tetas dalam mesin tetas, lalu dituangkan larutan formalin 40% yang
(7) Pintu mesin tetas ditutup dengan segera agar gas yang timbul tidak sampai
3.2.1 Alat
(1) Mesin Tetas, sebagai mesin yang akan difumigasi, digunakan untuk
penetasan telur.
(2) Cawan Petridish, sebagai wadah fumigan yang digunakan saat fumigasi
11
(3) Gelas Ukur, sebagai wadah untuk mengukur volume formalin yang
dibutuhkan
(4) Labu Erlenmeyer, sebagai wadah larutan formalin yang telah diukur
(5) Timbangan O’Haus, sebagai alat ukur untuk menimbang KMnO4 yang
diperlukan
(6) Alat Ukur (meteran), untuk mengukur panjang, lebar, dan tinggi mesin tetas
3.2.2 Bahan
(b) Setelah kering, telur dicandling untuk melihat keadaan kerabang, apakah
terdapat retak halus (hair check). Bila terdapat yang retak maupun yang
retak halus pada kerabang telur, telur dipisahkan dan jangan ditetaskan.
(c) Diberi tanda huruf A pada kulit telur bagian atas dan huruf B pada kulit telur
bagian bawah (rotasi 180o), serta diberi penomoran angka secara berurut
(d) Ditimbang bobot telur tetas tersebut, dicatat beratnya sesuai dengan nomor
urut telur.
(e) Diukur panjang dan lebar atau diameter telur dengan menggunakan jangka
sorong untuk menentukan bentuk telur (shape index). Rumus shape index:
Lebar telur
SI = x 100
Panjang telur
12
Bila shape index kurang dari 69 bentuk telur lonjong, shape index antara 69
– 77 bentuk telur normal (ovoid) dan di atas 77 bentuk telur bulat. Setelah
dihitung, bentuk telur dicatat bentuk telur tersebut lonjong, normal, bulat.
Commented [r13]: Alat bahan prosedur fumigasi telur
(2) Fumigasi Telur Tetas ditiadakan karena tidak dilakukan
(b) Diukur volume mesin tetas dengan alat ukur (meteran), yaitu panjang, lebar,
(c) Ditutup semua ventilasi atau lubang pada mesin tetas dengan menggunakan
(d) Dihitung kebutuhan KMnO4 dan formalin 40% sesuai dengan volume mesin
petridish.
(f) Diukur volume formalin 40% dengan menggunakan gelas ukur sesuai
(g) Cawan petridish yang berisi KMnO4 ditempatkan pada tempat penyimpanan
telur tetas dengan mesin tetas, lalu dituangkan larutan formalin 40% yang
(h) Pintu mesin tetas ditutup dengan segera, agar gas yang timbul tidak sampai
(i) Cara perhitungan maupun tabel kebutuhan untuk KMnO4 dan formalin
3.3.1 Alat
(1) Egg tray, sebagai wadah telur yang akan ditetaskan di dalam mesin tetas.
(4) Candler, digunakan untuk candling guna mengetahui telur fertil atau tidak
3.3.2 Bahan
(1) Telur tetas unggas darat (ayam), sebagai telur yang akan ditetaskan.
(1) Setelah telur diseleksi dan difumigasi, telur disusun secara horizontal pada
diatur dalam mesin tetas antara 98 – 102oF, dengan cara sekrup diputar pada
bagian thermoregulator.
(3) Hari pertama sampai dengan hari ketiga telur tidak perlu diputar dan baru
diputar pada hari keempat. Pemutaran dilakukan pada hari keempat sampai
dengan berakhirnya periode setter, tepatnya hingga hari ke-18. Pemutaran
telur setiap harinya dilakukan dua kali, yaitu pukul 07.00 – 09.00 dan pukul
14.00 – 16.00.
(4) Dicatat setiap harinya pada lembaran yang telah disediakan, yaitu nama dan
NPM yang bertugas, tanda tangan, kelompok, suhu, dan kejadian yang
diluar dugaan (misal: mati listrik, telur ada yang pecah, dsb.).
(5) Bak air diperhatikan untuk kelembaban, jangan sampai kering. Bak air diisi
antara 1/2 sampai 3/4 bagian wadah (sebaiknya pertahankan air dalam wadah
3
/4 bagian).
14
(6) Apabila terjadi mati listrik, disiapkan penyalaan lampu tempel dan ditunggu
sampai suhu penetasan tercapai. Dicatat juga lamanya mati listrik tersebut.
(8) Dihitung persentase fertilitas pada hari ketujuh dan persentase daya tetas.
(a) Diberi ulasan pada laporan akhir faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
IV
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
4.2.1 Cara Kerja dan Fumigasi Mesin Tetas
penetasan telur tanpa kehadiran induk ayam. Cara kerja pada mesin tetas pada
umumnya meniru induk unggas pada waktu menggerami telur, mesin tetas yang
baik akan menciptakan kondisi sebagaimana kondisi alami pada induk unggas, hal
ini sesuai dengan pernyataan Sarwono (2004) yang menyatakan bahwa untuk
menciptakan kondisi ideal seperti pada penetasan alami, maka mesin tetas harus
memenuhi beberapa syarat antara lain suhu temperature ruang mesin tetas berkisar
antara 100 – 105oC atau 30,3 – 40,6oC, dan sirkulasi udara pada mesin tetas baik.
menggunakan mesin tetas dal ini disebabkan fumigasi mesin tetas merupakan
17
langkah pertama dan paling penting pada proses penetasan telur, untuk mencegah
kontaminasi bakteri pada mesin tetas yang tidak difumigasi dan sangat berpengaruh
terhadap kualitas telur, hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (2005) yang
menyatakan bahwa, fumigasi mesin tetas merupakan salah satu persiapan yang
dosis yang diberikan sesuai dengan besarnya volume pada mesin tetas, hal ini sesuai
dengan pendapat Frandson (2008) yang menyatakan bahwa fumgasi merupakan dua
bagian formalin dalam mililiter dicampur dengan Kristal KMNO4 dala gram. Pada
penetasan secara modern dosis fumigasi disesuaikan dengan besar kecilnya ruangan
atau tujuan. Menurut hasil pratikum kebutuhan KMNO4 dan formalin 40 % untuk
volume mesin tetas 0,100719 m3 adalah masing – masing , 2,13 g dan 4,27 ml
bahwa metode fumigasi dilakukan dengan campuran formalin dan KMNO4, setelah
tetas yang tinggi, da nada beberapa hal yang diperhatikan dalam seleksi telur tetas
yaitu diantaranya bobot telur, bentuk telur, kebersihan kualitas telur, kualitas
interior dan warna kerabang, hal ini sesuai dengan pernyataan Yaman (2010) bahwa
hal yang paling utama yang harus diperhatikan untuk memilih telur yang baik untuk
18
ditetaskan diatanranya kualitas telur yang meliputi berat telur, tebal kerabang, serta
Hasil pratikum menunjukan bahwa telur yang digunakan pada saat pratikum
sebanyak 10 butir dengan rata rata berat 75 gram untuk ukuran yang cukup besar
ini tidak akan sedikit menghambat pada penetasan, namun besar nya bobot telur
juga tidak selalu berpengaryh pada bobot tetas, hal yang paling terpenting pada
bobot telur terhadap penetsan adalah keseragaman. Hal ini sesuai dengan
keseragaman bobot telur agar diperoleh daya tets yang tinggi dengan kualitas anak
ayam yang baik. Bobot badan yan terlalu besar atau kecil harus lebih diperhatikan
karena bobot telur yang tidak sesuai akan menghambat penetasan, seperti yang
disampaikan Kartasudjana dan Suprijatna (2008) bahwa bobot telur yang terlalu
besar dan terlalu kecil dalam kelompoknya daya tetasnya kurang baik.
Hasil pratikum menunjukan bhawa bentuk telur pada 10 butir telur yang
amati hampir semua bebrbentuk normal , hanya pada no telur no 2 berbentuk sedikit
lonjong, penyebab yang umun untuk bentuk telur yang berbeda-beda adalah faktor
genetis, hal ini sesua dengan pernyataan Suprijatna (2005) bahwa bentuk telur ini
secara umum adalah faktor genetis atau keturunan, setiap induk bertelur berurutan
yaitu bulat panjang dan lonjong. Bentuk telur mencerminkan perbandingan antara
putih telur dan kuning telur, dan juga berpengaruh terhadap daya tetas. Telur yang
memiliki bentuk yang terlalu bulat atau lonjong memiliki daya tetas yang rendah
rata telur masih terdapat kotoran meskipun dalam jumlah yang sangat kecil seperti
bintik- bintik dan juga kerabang terdapat keriput, faktor – faktor ini salah satunya
19
dikarenakan penanganan telur saat di kandang atau setelah pasca panen yang kyrang
baik. Hal ini sangat mempengaruhi terdahadap daya tetas tetas pada telur jika
jumlah kotoran yang terdapat pada telur banyak maka telus yang akan menetas
bersih adalah telur yang terbebas dari bahan asing dan noda atau peruhan warna
yang terlihat dari permukaan kulit telur, telur dengan bintik kecil atau noda kadang
yang kurang dari 10 % masih dikatakan telur yang bersih. Kebersihan telur akan
mikroorganisme yag dapat mengkontaminasi telur tetas dan embrio yang terdapat
didalamnya, maka dari itu itu mendapatkan hasil yang meksimal di sarankan untuk
pratikum kali ini penetesan dilakukan dengan menggunakan mesin tetas dimana
penggunaan mesin tetas ini suhu yang di atur hampir meyerupai suhu pada induk
ayam, penggunaan mesin tetas juga di maksudkan untuk lebih efisien dan praktis
dalam penetasan dibanding melakukan penetasan alami, hal ini sesuai dengan
buatan lebih praktis dan efisien dibandingkan penetasan alami, penggunaan alat
tetas telur memiliki kelebihan yaitu dengan kapasitas yang lebih banyak sehingga
membantu peternak dalam menjaga kontiniuitas usahanya. Prinsip kerja alat tetas
yaitu mengkondisikan panas yang ditimbulkan oleh hasil eraman induk ayam
Hasil Pengamatan menunjukan baha telur yang fertile dan siap untuk
ditetaskan 10 butir dari 10 butir yang di seleksi. Telur yang pertile pada umumnya
20
telur yang siap dibuahi secara alami ataupun tidak untuk dapat menetas dan
menghasilkan DOC, hal ini sesai dengan pernyataan Suprijatna dkk (2005) yang
mengatakan, elur tetas merupakan telur fertil atau telur yang telah dibuahi baik
secara alami maupun buatan, dihasilkan dari peternakan ayam pembibit bukan
peternakan komersial.
Pada pratikum kali ini proses penetasan diawali dengan telur dimasukannya
pada mesin tetas sampai pada telur menetas dan menghasilkan DOC, peran mesin
tetas menggantikan induk untuk membantu proses penetasan telur, selama proses
peneteasan banyak hal yang harus diperhatikan diantaranya suhu, kelembaban dan
sirkulasi udara hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna dkk (2005), yang
dikeluarkan dari mesin tetas. Mesin tetas berperan mengganti induk unggas dalam
penetasan telur. Proses penetasan pada telur, penting menciptakan kondisi yang
ideal seperti penetasan alami, sehingga pada mesin tetas temperatur, kelembaban,
proses, yaitu dalam proses inkubasi/pengeramam (setting egg) dalam mesin setter
dan proses penetasan (hatching egg) pada mesin hatcher.Telur tetas yang
hatcher merupakan mesin penetas. Telur tetas berada dalam ruang hatcher pada hari
menunjukan suhu pada mesin tetas masih dalam kisaran suhu normal yaitu pada
suhu 37,5 – 40 0C suhu pada mesin tetas harus selalu dalam pengawasan
dikeranakan jika temperature mesin tetas terlalu panas atau dingin akan
21
menyebabkan dampak buruk bagi calon DOC nya sendiri seperti kekerdilan dan
mortalitas yang tinggi, hal ini sesuai dengan pernyataan, Hartono dan Isman (2010)
proses penetasan telur. Panas dalam ruangan mesin tetas harus selalu dipertahankan
sesuai dengan yang dibutuhkan. Temperatur yang terlalu tinggi pada mesin tetas
akan memberi dampak buruk bagi anak ayam yang dihasilkan, embrio di dalam
telur mengalami dehidrasi sehingga day old chick akan lemah yang dapat
Pada pratikum, temperatur pada mesin tetas pada hari 1 – 19 adalah 37,5 0C
dan pada hari ke 20 sampai 21 suhu di turunkan menjadi 360C , hal ini sesuai dengan
pendapat Murtidjo (2005) bahwa, Temperatur akan terus meningkat dan menurun
ketika telur akan menetas, temperatur yang ideal didalam mesin tetas pada hari ke
- 1 sampai hari ke - 19 adalah 37,5oC sampai 37,7oC dan pada hari ke -20 sampai
embrio yang terdapat didalam telur tidak dapat memecahkan kerabang yang terlalu
keras, hal ini sesuai dengan pernyataan Hartono dan Isman (2010) bahwa,
kelembaban yang terlalu tinggi dapat menyebabkan embrio tidak dapat bernafas
kelembaban yang sangat diperlukan pada penetasan telur, supaya embrio bisa
berkembang dengan baik. Kelembaban yang ideal pada mesin tetas pada hari ke -
Pada pratikum ini juga yang dilakukan untuk mendapatkan telur yang
menetas adalah pemutaran telur dimana telur diputar 3 kali sehari selama 21 hari
agar menyeragaman suhu permukaan agar tidak terjadi kelainan pada DOC yang
akan ditetaskan, hal ini sesuai dengan pendapat Winarto (2008) Pemutaran telur
penting dilakukan agar setiap bagian telur dapat menerima panas secara merata.
Pemutaran telur memiliki arah yang berlawanan dengan posisi telur semula.
menempelnya embrio pada kerabang telur yang akan ditetaskan. Pada hari ketiga
telur dalam mesin tetas pada saat akan diputar telur dengan no 4 telah pecah hal ini
bisa akibat kelalaian pratikan saat penanganan telur tetas pada mesin tetas.
menetasnya telur disebabkan beberapa faktor temperature yang yang tidak optimal
dan konsisten dikarenakan pada saat pratikan membuka mesin tetas untuk memutar
telur membutuhkan waktu yang lama untuk membuka ointu mesin tetas ini dapat
mepengaruhi suhu, suhu didalam akan semakin naik atau turun sesuai dengan suhu
yang ada diluar, dan juga bisa terjadi karena pada kealahan pratikan pada saat
perlakuan telur pada mesin tetas. akibatnya ketiga telur yangtidak menetas gagal
melakukan pipping ini disebabkan mortalitas middle yaitu kematian embrio pada
hari ke 11-18.
Pada praktikum kali ini jumlah telur yang fertil sebanyak sepuluh buah / 100
%. Hanya saja ada satu telur yang pecah dikarenakan kurangnya kehati-hatian
jumlah telur yang fertil dibagi dengan jumlah telur yang ditetaskan lalu dikalikan
23
dengan 100 %. Persentase fertilitas sesuai dengan pernyataan menurut Tri Yuwanta
(2007), fertilitas adalah perbandingan antara telur yang fertil dengan telur yang
telur yang menetas adalah sebanyak enam telur. Sedangkan daya tetas adalah
jumlah telur yang menetas dari sekelompok telur fertil yang dinyatakan dalam
(1) Berat telur: berat telur yang terlalu besar maupun terlalu kecil dapat
seragam dengan bangsa dan tipenya. Sebaiknya telur tidak teralu besar
hatcher. Ketika periode setter temperatur lebih meningkat sedangkan hal ini
Kelembaban pada fase hatcher jauh lebih tinggi daripada fase setter. Hal ini
proses penetasan.
(6) Posisi dan pemutaran telur: berfungsi untuk meratakan panas serta menjaga
(7) Nutrisi induk: defisiensi pada induk dapat menyebabkan gangguan pada
(9) Infeksi bakteri / virus: infeksi bakteri / virus pada telur dapat menyebabkan
Commented [r16]: (1)Berat telur
kematian embrio. Berat telur yang…. Hal ini dikarenakan…
(2)Penyimpanan telur
4.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan dan keberhasilan Lama penyimpanan…. Karena……..jika lebih dari itu
dapat menyebabkan….dsb
Penetasan
Pada saat praktikum hanya ada enam telur saja yang menetas hal ini
dikarenakan ada telur yang pecah satu buah dan tiga buah lainnya tidak menetas
karena faktor suhu yang tidak stabil, kelembaban yang kurang, posisi pemutaran
yang salah maupun kesalahan praktikan. Beberapa faktor yang sangat berpengaruh
dan harus menjadi fokus selama proses penetasan berlangung menurut pernyataan
(1) Sumber panas, karena mesin tetas ini sumber panasnya dari energi listrik
ruangan mesin tetas, oleh karena itu air di dalam mesin selama proses
berkembang cepat bila berkembang pada suhu 90oF dan akan berhenti
berkembang pada suhu di bawah 80oF. Sejak telur tetas diletakkan di mesin
akan terus terjadi perkembangan embrio dan terus terjadi pembelahan sel.
Mulai hari pertama hingga hari ke sembilan belas diperlukan suhu 99-100oF,
sedangkan pada hari ke sembilan belas sampai menetas suhu yang umum
adalah 101-105oF.
karena itu penting untuk menjaga kebersihan kerabang dari kotoran agar
Commented [r17]: Daripada point kek gini mending kek :
pertukaran gas oksigen dan karbondioksida dapat berjalan dengan baik.
(1) sumber panas
Sumber panas merupakan faktor …..
karenaa….mengakibatkan..dsb
(2) Air
Air berfungsi…. Kelebaban ideal menurut… sehingga jika
kurang….
dsb
26
5.1 Kesimpulan
(1) Cara kerja pada mesin tetas pada umumnya meniru induk unggas pada
(2) Seleksi telur tetas dilakukan dengan memperhatikan bobot telur, bentuk
Temperatur yang ideal didalam mesin tetas pada hari ke - 1 sampai hari ke
- 19 adalah 37,5oC sampai 37,7oC dan pada hari ke -20 sampai ke - 21 adalah
36,1oC– 37, 2oC. Kelembaban yang ideal pada mesin tetas pada hari ke - 1
(4) Fertilitas telur mencapai 100%, sedangkan daya tetas telur adalah sebesar
60%.
(5) Faktor yang mempengaruhi kegagalan diantaranya suhu yang tidak stabil,
5.2 Saran
sebagai berikut :
(1) Mesin tetas yang mau digunakan diharapkan yang masih bagus
(3) Dalam seleksi telur tetas diharapkan bisa lebih jeli dan teliti
Commented [r18]: Saran TIDAK dipoint
(4) Dalam penetasan diharapkan selalu diputar setiap hari agar ada yang
Gillespie, R.J. 1992. Modern Livestock and Poultry Production 4th Ed. By Delmar
Publisher Inc.
Hartono, dan T. Isman. 2010. Kiat Sukses Menetaskan Telur Ayam. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Haqiqi, S.H. Winarto, Syah ,B., Harmen, 2008. Rancang Bangun Kendali Suhu dan
Kelembaban Udara dan Penetas Ayam Berbasis PLC, Jurnal , Jurusan
Teknologi Pertanian, Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung
Murtidjo, B.A. 2005. Penetasan Telur Itik dengan Sekam. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
North, M.D, dan D.D. Bell, 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th
Edition. The Avi Publishing Co. Inc. Wesport, Conecticut.
Samosir, D.J. 1983. Ilmu Ternak Unggas. Cetakan ke-1. Gramedia, Jakarta.
Setiadi, Priyo. 2000. Pengaruh Indeks Bentuk Telur Terhadap Persentase Kematian
Embrio, Gagal Tetas Dan DOD Cacat Pada Telur Itik Tegal Yang
Diseleksi. Balai Penelitian Ternak Ciawi. Bogor.
Siregar, A .P., M.H. Togatorop dan Sumarni. 1975. Pengaruh Beberapa Tingkat
Konsentrasi Kalium Permanganat dan Formalin 40% untuk Penghapus
Hamakan Telur Tetas. Bulletin LPP.
Suprijatna, E., S. Kismiati, & N. R. Furi. 2005. Penampilan produksi dan kualitas
telur pada puyuh (coturnix-coturnix japonica) yang memperoleh ransum
protein rendah disuplementasi enzim komersial. J . Indonesia
Zakaria, M.A.S. 2010. Pengaruh Lama Penyimpanan Telur Ayam Buras Terhadap
Fertilitas, Daya Tetas Telur dan Berat Tetas. Jurnal Agrisistem.
30
LAMPIRAN
Dokumentasi Praktikum
Lampiran Perhitungan
4,1
(i) Telur 9 = x 100 = 69,40
5,9
4,2
(j) Telur 10 = 6,0 x 100 = 70
kesalahan penulisan saya garis bahawi, jadi hal2 seperti typo, cetak miring
halaman,spasi, dsb. silahkan benarkan sendiri. Untuk dapus jangan lupa urutan
penulisan dan cetak miringnya.
: 72 (belum dipadukan dengan daya tetas dan itu masih dibawah 65 ) perbaiki semua