Anda di halaman 1dari 8

PRAKTIKUM ILMU FAAL

KONTRAKSI OTOT POLOS (SMOOTH MUSCLE)


LAMBUNG KATAK

Kelompok 2 :

1. Fakhma Ainuliza 051711133014 / B


2. Jovangga Dwika P 051711133029 / B
3. Salsabila 051711133033 / B
4. Aufa Hamidah 051711133046 / B
5. Ade Ayu Sukma P P 051711133095 / B
6. Nursanti Arya Pratiwi 051711133109 / B
7. Humaira Izka A 051711133128 / B
8. Steffi Ordelia V 051711133140 / B
9. Ni Putu Cintya D 051711133173 / B
10. Metha Beriana 051711133189 / B
11. Mazhar Ardhina Silmi 051711133203 / B
12. Wahyu Mega Tri Susanty 051711133217 / B

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018
I. PENDAHULUAN
Sel otot polos berbentuk spindle dan berukuran lebih kecil dibandingkan otot bergaris
dan otot jantung. Otot polos terbagi atas 2 jenis, yaitu : Multi unit smooth muscle dan
Single unit smooth muscle (Viscreal smooth muscle)
1. Multi Unit Smooth Muscle
Sesuai dengan namanya, otot polos jenis ini terdiri atas banyak unit otot polos
yang masing-masing dipersarafi oleh single nerve ending, sehingga dapat
berkontraksi secara independen. Otot jenis ini memiliki karakteristik neurogenic,
dimana kontraksi hanya dihasilkan apabila terdapat stimulus dari saraf.
Contoh : otot siliaris, iris dan otot piloereksi
2. Single Unit Smooth Muscle
Merupakan jenis terbanyak karena otot jenis ini menyusun dinding sel organ
berongga (hollow organ), misalnya saluran pencernaan, saluran reproduksi,
saluran urinaria dan pembuluh darah. Sesuai dengan namanya, sel otot ini
tersusun berhimpitin dan memiliki struktur gap junction, yang memungkinkannya
untuk berkontraksi bersama-sama sebagai suatu kesatuan. Jenis otot polos ini
bersifat self-excitable, sehingga tidak selalu memerlukan stimulasi saraf untuk
berkontraksi.
Potensial aksi pada visceral smooth muscle ada 2 jenis, yaitu spike dan plateu.
Kontraksi otot polos visceral dapat dirangsang oleh beberapa jenis rangsangan,
antara lain saraf, kimiawi, hormone, dan regangan. Rangsangan saraf berasal dari
system saraf otonom, simpatis, dan parasimpatis, dimana respons akibat
rangsangan bisa berbeda, tergantung pada reseptor yang terdapat pada organ
tersebut.

Mekanisme kontraksi otot polos sedikit berbeda dengan otot bergaris. Perbedaan
itu tampak pada struktur aktin, aktivasi jembatan silang, jenis dan kecepatan
kontraksi, serta jenis rangsangan.
Aktin pada otot polos tidak memiliki troponin. Saat terjadi potensial aksi, kalsium
akan terikat pada kalmodulin. Komplekas kalsium-kalmodulin ini kemudian akan
menyebabkan fosforilasi myosin light chain. Miosin light chain yang terfosforilasi
ini kemudian akan melekat pada katin (cross-bridge) dan menggerakkannya
kearah sentral.
Relaksasi terjadi apabila kandungan ion kalsium sitosol turun dan terjadi proses
defosforilasi jembatan silang oleh enzim fosfatase. Retikulum sarkoplasma oto
polos tidak berkembang seperti hal nya otot bergaris, sehingga kenaikan ion
kalsium sitosol juga berasal dari ekstraseluler.

II. TUJUAN
Mempelajari pengaruh perlakuan substansi adrenergic dan kolinergik, antara lain
asetilkolin, adrenalin, pilokarpin, dan sulfas atropine, terhadap kontraksi otot polos
pencernaan secara in vitro. Variabel yang diamati adalah amplitude, frekuensi, dan
tonus.
III. SARANA
Software praktikum otot polos pencernaan : Organ Bath Simulation © J. Dempster,
University of Stratchlyde 2009-16 V2. 8
IV. METODE
1. Buka software Organ Bath Simulation
2. Tissue type pilih : Rabbit Jejunum
3. Klik : record
4. Berikan perlakuan obat secara bergantian
agonis : asetilkolin, pilokarpin, adrenalin
antagonis : atropine
V. HASIL PERCOBAAN
 Agonis - Asetilkolin

 Agonis - Pilokarpin
 Agonis - Adrenalin

 Antagonis - Atropin

VI. PEMBAHASAN
o Penambahan Asetilkolin
Asetilkolin merupakan parasympatolitic agent yang menaikkan potensial membran
dengan threshold agar tetap, asetilkolin termasuk dalam kolinergik. Seharusnya pada
penambahan asetilkolin pada larutan thyrode akan mengakibatkan terjadinya
kenaikan tonus. Akan tetapi pada percobaan kami grafik yang terbentuk berupa garis
lurus, yang berarti bahwa frekuensi dan amplitudo tidak dapat diketahui. Hal ini
terjadi dikarenakan pada lambung katak mengalami spasme atau kram. Sehin gga
mengakibatkan tidak terjadinya kontraksi

o Penambahan Adrenalin
Pada penambahan adrenalin terjadi penurunan potensial sehingga frekuensi dan
kontraksi ritmis turun. Adrenalin merupakan suatu sympatic agent yang menurunkan
potensial membran dengan threshold tetap, sehingga depolarisasi sukar terjadi,
akibatnya potensial yang terjadi kecil. Adrenalin juga menghambat permeabilitas Na
sekaligus menghambat pemasukan Na ke dalam sel. Pada percobaan didapatkan tonus
turun yang kemungkinan disebabkan karena adanya stres lambung yang
mempengaruhi kontraksi. Pada variabel frekuensi didapatkan 1x/2 menit, mengalami
penurunan dibandingkan dengan kontrol, pada amplitudo didapatkan 9mm,
mengalami kenaikan dibandingkan dengan kontrol sedangkan tonus mengalami
penurunan

o Penambahan Pilokarpin
Penambahan pilokarpin menyebabkan potensial membran meningkat sehingga
amplitudo meningkat. Bahan ini juga menyebabkan peningkatan permeabilitas
membran terhadap Na, sehingga terjadi peningkatan tonus otot. Dalam grafik hasil
percobaan terjadi peningkatan kontraksi sehingga menyebabkan amplitudo naik
dibandingkan dengan grafik kontrolnya.Pada variabel frekuensi didapatkan 3x/2
menit, mengalami peningkatan dibandingkan dengan kontrol, pada amplitudo
didapatkan 8mm, mengalami kenaikan dibandingkan dengan kontrol sedangkan tonus
mengalami kenaikan
o Penambahan Atropin Sulfat
Atropin sulfat mempunyai fungsi yang sama dengan adrenalin yaitu menurunkan
potensial membran sehingga permeabilitas membran menurun. Atropin sulfat
merupakan parasympatolitic agent yang menghambat asetilkolin karena sebagai
inhibitor kompetitif agar tidak dapat bekerja pada membran. Dari hasil percobaan
kami frekuensi sama dengan kontrol, amplitudo mengalami peningkatan hanya
0,5mm dibandingkan dengan kontrol, sedankan tonus tetap. Hal ini mungkin
disebabkan karena pengaruh efek obat sebelumnya yang masih ada pada lambung
katak, akibatnya pencucian lambung kata dengan larutan thyrode kurang.
Seharusnya tonus mengalami kenaikan.

VII. PERTANYAAN
1. Sebutkan jenis reseptor untuk saraf simpatis dan parasimpatis!
2. Jelaskan mekanisme kontraksi otot polos!
Selama kontraksi-eksitasi, Ca2+ dilepaskan oleh tubule retikulum sarkoplasma
dan berpindah dari sel ke ruang ekstraseluler. Dengan berikatan dengan troponin,
ion Ca2+ memicu aktivasi miosin. Akan tetapi, pada otot polos, kompleks
troponin-Ca2+ dengan berikatan dengan calmodulin (molekul regulator berupa
protein sitoplasmik yang berikatan dengan ion kalsium). Calmodulin berinteraksi
dengan enzim kinase yang disebut miosin kinase atau myosin light chain kinase
(MLCK). Miosin kinase akan memfosforilasi kepala miosin. Filamen tipis otot
polos tidak memiliki troponin, sehingga selalu berada dalam kondisi siap untuk
berkontraksi.
Rangkaian peristiwa ini terjadi secara berurutan seperti berikut:
1) Konsentrasi ion Ca2+ meningkat saat ion Ca2+ memasuki sel dan
dilepaskan oleh retikulum sarkoplasma
2) Ion Ca2+ berikatan dengan calmodulin (CaM)
3) Kompleks ion Ca2+-calmodulin mengaktifkan miosin kinase atau MLCK
4) MLCK memfosforilasi kepala miosin dan meningkatkan aktivitas ATP-ase
miosin
5) Miosin aktif dan menempel dengan aktin, sehingga membentuk tegangan
otot.

3. Jelaskan mekanisme perngaruh adrenalin, asetilkolin, pilokarpin dan sulfas


atropine terhadap kontraksi otot polos pencernaan!

DAFTAR PUSTAKA
Sherwood, 2010. Fundamentals of Human Physiology.

Anda mungkin juga menyukai