Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kenyamanan visual dalam sebuah bangunan memiliki hubungan yang
kuat dengan pencahayaan. Cahaya merupakan jembatan penghubung antara
manusia dengan objek sekitarnya. Tanpa cahaya, manusia tidak dapat melihat
objek disekitarnya. Sistem pencahayan ruang/bangunan dalam arsitektur dapat
dibedakan menjadi dua bagian berdasarkan sumber energi yang digunakan,
yaitu sistem pencahayaan alami dan sistem pencahayaan buatan.
Pencahayaan alami berasal dari sinar matahari dan merupakan energi
yang tidak terbatas dan tidak dapat habis. Namun, karena bumi berotasi
terhadap matahari, maka satu bagian bumi hanya dapat menikmati sinar
matahari maksimal selama 12 jam. Untuk itu, diperlukan pemanfaatan secara
maksimal terhadap sumber pencahayaan alami, yaitu matahari.
Sebuah review pada reaksi pengguna terhadap lingkungan dalam
bangunan menyatakan bahwa tersedianya pencahayaan alami secara optimal
sangat diinginkan karena memenuhi dua kebutuhan dasar manusia: kebutuhan
visual untuk melihat baik bidang kerja maupun ruangan dan untuk mengalami
stimulasi lingkungan dari efek pencahayaan tersebut (Boyce, 1998 dalam IEA,
2000).
Kenyamanan visual dapat tercapai jika poin-poin kenyamanan visual
teraplikasikan secara optimal antara lain dengan kesesuaian rancangan dengan
standard terang yang direkomendasikan dan penataan layout ruangan yang
sesuai dengan distribusi pencahayaan. Namun, mendasarkan penilaian
kenyamanan hanya pada standard yang direkomendasikan belum cukup, karena
pengguna bangunan sebagai subjek yang merasakan kenyamanan memiliki
perilaku yang berbeda tiap individu yang mempengaruhi persepsi mereka
terhadap kenyamanan pencahayaan alami dalam ruang. Penilaian kenyamanan
visual dari pencahayaan alami akan tepat jika terdapat kesesuaian antara hasil
terukur dari kesesuaian rancangan dengan teori standard dengan persepsi
penggunanya.

Sistem Pencahayaan Alami - 1


Pemanfaatan sistem pencahayaan alami pada sebuah ruang/bangunan
sangat mempengaruhi kenyaman pada civitas yang melakukan kegiatan
ataupun aktivitas pada ruang/bangunan tersebut. Maka dari itu, diperlukan
adanya pengkajian lebih lanjut mengenai pemanfaatan, standardisasi serta
perencanaan sistem pencahayaan alami yang tepat sehingga kenyamanan visual
bagi civitas dapat tercapai dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan cahaya dan pencahayaan?
2. Apa sajakah keuntungan dan kerugian dari pencahayaan alami?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi pencahayaan alami pada
bangunan?
4. Bagaimanakah cara memaksimalkan pencahayaan alami dalam
mendesain bangunan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui arti cahaya dan pencahayaan.
2. Untuk memahami dampak dari pencahayaan alami terhadap bangunan.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pencahayaan alami.
4. Untuk memahami cara memaksimalkan pencahayaan alami dalam
mendesain suatu bangunan.

1.4 Manfaat
1. Untuk memenuhi tugas matakuliah Sains Bangunan dan Utilitas.
2. Untuk menambah wawasan mengenai sistem pencahayaan alami dan
mampu mempraktekkannya pada suatu desain bangunan

Sistem Pencahayaan Alami - 2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Dasar Teori Pencahayaan


Pencahayaan alami dapat diartikan sebagai cahaya yang masuk ke dalam
ruangan pada bangunan yang berasal dari matahri. Sebelum masuk ke dalam
ruangan melalui bukaan, cahaya ini dapat diproses terlebih dahulu dengan
menggunakan “shading”. Shading dimaksudkan sebagai penyaring cahaya yang
masuk ke dalam ruangan sehingga kualitas pencahayaan pada ruang dapat efektif.
2.1.1. Definisi Cahaya
Menurut IESNA (2000), cahaya adalah pancaran energi dari sebuah partikel
yang dapat merangsang retina manusia dan menimbulkan sensasi visual. Menurut
kamus besar bahasa Indonesia, cahaya merupakan sinar atau terang dari suatu benda
yang bersinar seperti bulan, matahari, dan lampu yang menyebabkan mata dapat
menangkap bayangan dari benda-benda di sekitarnya

2.1.2. Definisi Pencahayaan


Pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada sebuah
bidang permukaan. Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan didefinisikan sebagai
tingkat pencahayaan rata – rata pada bidang kerja, dengan bidang kerja yang
dimaksud adalah sebuah bidang horisontal imajiner yang terletak setinggi 0,75
meter di atas lantai pada seluruh ruangan (SNI Tata Cara Perancangan Sistem
Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung, 2000). Pencahayaan memiliki satuan
lux (lm/m²), dimana lm adalah lumens dan m² adalah satuan dari luas permukaan.
Pencahayaan dapat mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar. Pencahayaan yang
baik menyebabkan manusia dapat melihat objek – objek yang dikerjakannya
dengan jelas.

2.2. Sumber Pencahayaan


Menurut sumber cahaya, pencahayaan dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu :

Sistem Pencahayaan Alami - 3


2.2.1. Pencahayaan Alami

Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang memiliki sumber cahaya yang


berasal dari alam, seperti matahari, bintang, dll. Matahari adalah sumber
pencahayaan alami yang paling utama, namun sumber pencahayaan ini tergantung
kepada waktu (siang hari atau malam hari), musim, dan cuaca (cerah, mendung,
berawan, dll). Diantara seluruh sumber cahaya alami, matahari memiliki kuat sinar
yang paling besar sehingga keberadaanya sangat bermanfaat dalam penerangan
dalam ruang. Cahaya matahari yang digunakan untuk penerangan interior disebut
dengan daylight. Daylight memiliki fungsi yang sangat penting dalam karya
arsitektur dan interior. Distribusi cahaya alami yang baik dalam ruang berkaitan
langsung dengan konfigurasi arsitektural bangunan, orientasi bangunan,
kedalaman, dan volume ruang.
Pencahayaan alami memiliki beberapa keuntungan yaitu :
 hemat energi listrik,
 meningkatkan semangat kerja,
 sebagai penanda waktu,
 bermanfaat bagi kesehatan tubuh,
 dapat membunuh kuman penyakit,
 variasi intensitas cahaya matahari dapat membuat suasana ruangan memiliki
efek yang berbeda – beda, seperti pada hari mendung, suasana di dalam
ruangan akan memiliki efek sejuk, dan hari cerah menyebabkan suasana
bersemangat.
Kelemahan dari pencahayaan alami yaitu :
 tidak dapat mengatur intensitas terang cahaya matahari sehingga jika cuaca
terik akan menimbulkan kesilauan,
 sumber pencahayaan alami yaitu matahari dapat menghasilkan panas, dan
 distribusi cahaya yang dihasilkan tidak merata.

Sistem Pencahayaan Alami - 4


2.2.2. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari sumber cahaya
selain cahaya alami, contohnya lampu listrik, lampu minyak tanah dan lampu gas.

2.3 Kreteria Perancangan Sistem Pencahayaan Alami


2.3.1 Pencahayaan Alami Siang Hari yang Baik
Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila:
 pada siang hari antara jam 08.00 sampai 16.00 waktu setempat terdapat
cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan,
 distribusi cahaya dalam ruangan cukup merata dan atau tidak menimbulkan
kontras yang menggangu.
2.3.2 Tingkat Pencahayaan Alami dalam Ruang
Tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan ditentukan oleh tingkat
pencahayaan langit pada bidang datar di lapangan terbuka pada waktu yang sama.
Perbandingan tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan dan pencahayaan alami
pada bidang datar di lapangan terbuka ditentukan oleh :
 hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya.
 ukuran dan posisi lubang cahaya.
 distribusi terang langit.
 bagian langit yang dapat dilihat dari titik ukur

2.3.3 Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari


Faktor pencahayaan alami siang hari adalah perbandingan tingkat
pencahayaan pada suatu titik dari suatu bidang tertentu di dalam suatu ruangan
terhadap tingkat pencahayaan bidang datar di lapangan terbuka yang merupakan
ukuran kinerja lubang cahaya ruangan tersebut.
a. Faktor pencahayaan alami siang hari terdiri dari 3 komponen meliputi:
 Komponen langit (faktor langit-fl) yakni komponen pencahayaan langsung
dari cahaya langit.
 Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar - frl) yakni komponen
pencahayaan yang berasal dari refleksi benda-benda yang berada di sekitar
bangunan yang bersangkutan.

Sistem Pencahayaan Alami - 5


 Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam frd) yakni komponen
pencahayaan yang berasal dari refleksi permukaan-permukaan dalam
ruangan, dari cahaya yang masuk ke dalam ruangan akibat refleksi benda-
benda di luar ruangan maupun dari cahaya langit (lihat gambar 2.1)

Gambar 2.1 Tiga Komponen Cahaya Langit

Sistem Pencahayaan Alami - 6


b. Persamaan-persamaan untuk menentukan faktor pencahayaan alami.
Faktor pencahayaan alami siang hari ditentukan oleh persamaan-persamaan
berikut:

Sistem Pencahayaan Alami - 7


Sistem Pencahayaan Alami - 8
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Sistem Pencahayaan Alami
2.4.1 Desain Bukaan Jendela
a. Orientasi Bukaan Jendela
Pencahayaan alami yang baik tidak terlepas dari distribusi cahaya yang masuk
melalui jendela / bukaan dan orientasi arah bukaan. Semakin luas bukaan maka
akan semakin banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Namun, hal ini juga
perlu diperhatikan secara baik, karena orientasi arah bukaan yang langsung
menghadap arah matahari dapat membawa panas masuk ke dalam ruangan
sehingga meningkatkan suhu ruangan.
b. Luas dan Jumlah Bukaan
Distribusi cahaya matahari ke dalam ruangan tidak terlepas dari dimensi
bukaannya. Prinsipnya semakin besar bukaan atau jendela maka semakin banyak
cahaya dari luar yang masuk ke dalam ruangan. Disamping itu, jenis dan variasi
tipe bukaan juga dapat menentukan banyaknya cahaya yang masuk.

2.4.2 Bentuk dan Kedalaman Ruang


Kedalaman suatu ruangan dapat mempengaruhi tingkat pencahayaan yang
masuk ke dalamnya, dimana suatu ruangan memiliki kriteria ideal antara dimensi
bukaan dengan panjang cahaya yang masuk ke ruangan tersebut. Umumnya luas
lantai kerja yang dapat diterangi oleh cahaya alami yaitu 1,5 – 2 kali dari dimensi
tinggi suatu bukaan.

2.4.3 Kenyamanan Visual


Pencahayaan mengandung aspek kuantitas (intensitas cahaya) dan kualitas (warna
kesilauan). Kesilauan dapat terjadi secara langsung (tersorot cahaya) maupun tidak
langsung (pantulan cahaya). Terlalu banyak cahaya pada suatu ruangan akan
menyebabkan pupil mata mengecil terlalu lama, sehingga mata cepat lelah.

Sistem Pencahayaan Alami - 9


2.5 Komponen Bangunan yang Mempengaruhi Pencahayaan Alami
2.5.1 Kisi Peneduh Matahari
Matahari merupakan sumber utama dari pencahayaan alami dimana selain
menghasilkan cahaya, matahari juga sekaligus menghantarkan panasnya secara
radiasi. Radiasi matahari ini tentu saja berdampak negatif bagi bangunan,
contohnya yaitu menyebabkan kerusakan atau pengurangan kualitas material
bangunan serta memberikan dampak beupa suasana panas di dalam ruang.
Panas yang secara tidak langsung merambat masuk ke dalam ruangan tentu
saja menyebabkan ketidaknyamanan bagi civitas yang melakukan kegiatan serta
diperlukan tambahan komponen berupa kipas angin ataupun pendingin ruang untuk
menstabilkan suhu di dalam ruangan tersebut. Maka dari itu, diperlukan
perencanaan khusus untuk menanggulangi hal tersebut yaitu dengan cara
menambahkan kisi peneduh matahari pada bagian-bagian tertentu pada bangunan.
a. Kisi Peneduh Matahari Buatan
Kisi peneduh matahari buatan adalah kisi peneduh yang ditambahkan langsung
pada sebuah bangunan untuk mengurangi dampak panas matahari merambat
pada bangunan tersebut. Keefektifan kisi peneduh ini ditentukan oleh bentuk
dan arah hadapnya terhadap arah datangnya sinar matahari. Peneduh akan lebih
efektif jika diletakan di luar daripada di dalam ruang karena dapat menghalangi
sinar matahari sebelum mencapai dinding ataupun jendela. Berikut merupakan
pengaplikasian kisi peneduh pada jendela.

Kisi Peneduh Horizontal


Kisi Peneduh model ini merupakan kisi peneduh
yang paling efektif bila diorientasikan pada
bagian bangunan yang menghadap ke arah
selatan.

Sistem Pencahayaan Alami - 10


Kisi-Kisi Horizontal Sejajar
Dinding
Kisi model ini memungkinkan
terjadinya sirkulasi udara di dekat
dinding dan menghurangi
rambatan panas secara konduktif.

Kisi Peneduh Vertikal


Kisi peneduh vertikal lebih
efektif untuk bukaan arah timur
dan barat. Pemisahan kisi
tersebut dari dinding dapat
mengurangi rambatan cahaya
secara konduktif.

Kisi Peneduh Kotak


Kisi peneduh ini mengkombinasikan antara
penerapan kisi horizontal dan vertikal sehingga
menghasilkan rasio bayangan yang tinggi. Dengan
tingginya rasio bayangan ini memungkinkan
berkurangnya panas matahari yang dirambatkan ke
ruangan yang terkena cahaya matahari.

Sistem Pencahayaan Alami - 11


Kerai dan Tirai/Gorden
Kisi peneduh ini dapat mereduksi matahari sampai 50% tergantung pada tingkat
pantulannya.

Kaca
kaca hanya dapat menyerap radiasi sampai 40%,
b. Kisi Peneduh Matahari
Alami

Pohon.
Pohon dan bangunan yang
berdekatan dengan jendela dapat
memberikan bayangan peneduh
tergantung kedekatan pohon dan
orientasi pohon.

Sistem Pencahayaan Alami - 12


2.5.2 Jendela
Jendela merupakan salah satu komponen pada dinding berupa bukaan
yang sangat berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas pencahayaan alami
siang hari pada suatu ruang. Ada beberapa kreteria yang dapat digunakan sebagai
dasar dalam menentukan letak jendela pada suatu tapak dengan pertimbangan
orientasi matahari. Ketentuan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
 Jendela-jendela yang menghadap timur dan barat memerkukan sarana
peneduh untuk menghindari matahari pagi dan sore yang menyilaukan
 Jendela yang menghadap selatan merupakan sumber pencahayaan alami
yang ideal.
 Semakin besar dan tinggi ukuran jendela maka semakin banyak cahaya
matahari yang masuk ke ruangan.
 Langit-langit dan dinding dalam di seberang jendela lebih efektif
memantulkan cahaya daripada dinding samping dan lantai.
 Untuk memperoleh pencahayaan alami yang seimbang, masukan cahaya
alami setidaknya harus berasal dari dua arah.
 Peletakan/penempatan jendela di dekat dinding samping dapat
digunakan sebagai alternatif tambahan untuk menghasilkan cahaya yang
cukup pada ruang karena cahaya mendapat pantulan dari dinding
samping tersebut.

Pengaruh penempatan jendela pada ruang.

Sistem Pencahayaan Alami - 13


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem pencahayaan alami merupakan salah satu pelajaran dalam arsitektur
yang mempelajari secara khusus mengenai cara pemanfaatan sumber daya yang
berasal di alam secara maksimal. Perencanaan tersebut sangat bermanfaat untuk
menciptakan hubungan yang harmonis antara keadaan lingkungan sekitar dengan
bangunan yang akan dibuat.

Sistem Pencahayaan Alami - 14


DAFTAR PUSTAKA
Sihombing, Ferry Anderson. 2008. Studi Pemanfaatan Pencahayaan Alami Pada
Beberapa Rancangan Ruang Kelas Perguruan Tinggi di Medan.
Medan
SNI. No. 03-2396-1991: Tata cara peracangan Penerangan Alami Siang Hari
Untuk Rumah dan Gedung

Sistem Pencahayaan Alami - 15

Anda mungkin juga menyukai