Anda di halaman 1dari 12

MII - 1

M – II
GRAIN COUNTING

2.1 Tujuan Praktikum


1. Dapat mengetahui peralatan yang digunakan pada saat proses Grain
counting.
2. Dapat mengetahui cara penentuan kadar untuk mineral kasiterit.
3. Dapat mengimplementasikan proses grain counting dalam dunia
pertambangan.

2.2 Teori Dasar


Sampling atau pemercontohan merupakan cara untuk pengambilan
contoh atau sampel dari suatu kegiatan eksplorasi. Umumnya fungsi dari grain
counting ialah untuk mendeteksi atau mengidentifikasi mineral-mineral yang
mengandung unsur logamnya dengan kemampuan densitasnya pada mineral
yang diindentifikasi, yang mana pada mineral tersebut akan memiliki densitas
lebih besar dibandingkan dengan mineral pengotornya. Pada prosesnya tersebut
perlu melakukan hal untuk mendapatkan mineral yang telah dikonsentrasi
dengan menggunakan pengkonsentrasian seperti cara:
1. Jig, merupakan proses pemisahan konsentrasi dengan berdasarkan atau
dengan berat jenis pada suatu mineral.
2. Flotasi, ialah proses dimana suatu mineral dipisahkan dengan mineral
pengotornya dengan cara pengapungan yang menggunakan bantuan dari
gelembung udara yang bertujuan untuk mencapai permukaan air.

Sumber : Erick.blogspo.com.2013
Gambar 2.1
Flotasi

MII - 1
MII - 2

3. Pendulangan ini, merupakan suatu proses pengkonsentrasian mineral


bijih dari mineral pengotornya dengan metode yang menggunakan atau
memanfaatkan gaya gravitasi.

Sumber :tekniktmb.blogspo.com.2011
Gambar 2.2
Pendulangan
2.2.1 Pengertian Grain Counting
Grain counting ialah suatu proses percobaan yang dilakukan melaluo
metode yang tidak terlalu rumit, dimana percobaannya tersebut dilakukan untuk
mengetahui atau menentukan kadar suatu mineral. Alat yang digunakan untuk
melakukan proses grain counting ini dapat menggunakan kertas milimeter block.
Grain counting dapat diartikan juga sebagai suatu proses yang digunakan untuk
pengujian kadar yang nantinya akan didapat kadar suatu sampel. Kadar yang
didapat seperti:
- Konsetrat mineral logam
- Sayatan poles
- Sayatan tipis
Dengan cara membandingkan antara volume suatu mineral dengan
jumlah mineral secara keseluruhan. Yang tujuannya dari proses ini yaitu untuk
memisahkan material berbeda secara sifat fisik dan nantinya akan didapatkan
kadar suatu mineral yang dicari.
Proses grain counting ini secara umum dilakukan dengan bantuan alat
yang disebut mikroskop binokuler, proses ini dapat dilakukan dengan cara
melakukan coning dan quartering yang nantinya diharapkan dengan
melakukannya proses ini akan mendapatkan produkta yang mempunyai
komposisi dari mineral kasiterit yang telah dilakukan pencampuran.
Metode coning dan quartering merupakan proses yang terdapat pada
proses hand sampling yang merupakan metode pemilihan mineral yang paling

MII - 2
MII - 3

tua. Metode ini sering digunakan karena pada prosesnya tersebut sangat
sederhana dan juga tidak mengeluarkan ongkos yang banyak.
Metode coning dan quartering ini dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut yang dikemukakan oleh Soekamto, tahun 2001 yaitu:
1. Mencampurkan material yang akan diambil sebagai contoh atau sampel.
2. Diambil dan kemudian sampel dibuat kerucut, lalu ditekan hingga pipih.
3. Potong sampel tersebut sampai 4 bagian.
4. Sampel yang sudah di potong seperempat bagian tersebut dijadikan
sebagai sampel yang nantinya akan dianalisa

Sumber : Civil.blog.2009
Gambar 2.3
Coning dan Quartering
Pada proses penganalisaan grain counting ini yaitu dengan menghitung
jumlah dari butiran pada batuan yang akan dilakukan penebaran pada suatu area
yang berbentuk bujur sangkar dengan luas 5 ataupun 3 kotak dengan secara
diagonal metode yang sering digunakan ialah:
1. Metode 5 kotak yang nantinya digunakan untuk butiran yang memiliki
karakteristik yang relatif kasar.
2. Metode 3 kotak yang digunakan untuk butiran yang memiliki karater
relatif lebih halus.
Pada saat dilakukannya percobaan dengan metode grain counting tahap
pertama yaitu sizing yang akan menentukan ukuran pada sampel pada proses ini
diharuskan memiliki ukuran yang seragam atau sama. Serta harus memiliki fraksi
tertentu yang bertujuan untuk mendapatkan butiran yang asalnya dari satu fraksi
yang sama dan akan memiliki volume yang sama juga, sehingga dapat
mengetahui jumlah dari butiran mineral dengan menggunakan analisis grain
counting.

MII - 3
MII - 4

Hasil dari perhitungan material-material yang ditentukan nantinya akan


menghasilkan output dari hasil proses grain counting tersebut. Pada dasarnya
metode ini hanya dilakukan untuk pemisahan pada material-material atau
mineral-mineral yang berbeda, dengan kata lain bahwa metode ini lebih
mementingkan sifat fisik yang dimiliki mineral atau material dari bahan galian.
Penentuan pada proses grain counting ini mengguanakan alat yaitu milimeter
block yang mana untuk memperoleh jumlah material yang berbeda dengan
material yang sama pada sampel.

Sumber :Sciencedirect.com.2009
Gambar 2.4
Flotasi
Terdapat acuan ukuran yang digunakan yaitu berupa data yang
representatif pada partikel yang diambil dari sampel yang sudah di teliti atau
yang sudah dilakukan percobaan. Acuan tersebut yaitu:

Sumber: jsgeoportfolio.wordpress.com.2010
Gambar 2.5
Particle Size Representation

MII - 4
MII - 5

2.2 Alat dan Bahan


Peralatan dan bahan yang digunakan pada praktikum merupakan media
untuk penunjang saat praktikum berlangsung agar lebih efisien pada saat
melakukan percobaan.
2.3.1 Alat
Alat yang digunakan pada saat percobaan yaitu sebagai berikut:
1. Timbangan

Sumber: Dokumentasi Praktikum PBG. 2018


Foto 2.1
Timbangan
2. Splitter

Sumber: Dokumentasi Praktikum PBG. 2018


Foto 2.2
Splitter
3. Papan grain counting

Sumber: Dokumentasi Praktikum PBG. 2018


Foto 2.3
Papan Grain Counting

MII - 5
MII - 6

4. Mokroskop atau Loop

Sumber: Dokumentasi Praktikum PBG. 2018


Foto 2.4
Loop
2.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu sebagai berikut:
1. Mineral kasiterit (SnO2) yang berukuran – 40 + 70#
2. Mineral kasiterit yang telah dicampur dengan kuarsa seberat 500 gram

Sumber: Dokumentasi Praktikum PBG. 2018


Foto 2.5
Mineral Kasiterit dan Mineral Kuarsa Seberat 500 gr
3. Mineral kuarsa (SiO2) yang berukuran – 40 + 70#

2.4 Prosedur Percobaan


1. Pertama lakukanlah mixing/blending sebanyak 20 kali.
2. Kemudian, lakukanlah coning dan quartering.
3. Setelah itu, hitung atau reduksi jumlah yang telah didapat dengan splitter,
dengan mendapat sampel sebanyak 3 gram.
4. Lalu taburkanlah sampe secara merata pada papan grain counting
dengan ukurannya yaitu 10 x 10 cm2.
5. Kemudian, hitunglah jumlah butiran kuarsa dan juga butir kasiterit
disetiap kotak yang berukuran 1 x 1 cm2 dengan menggunakan loope

MII - 6
MII - 7

atau dengan menggunakan mikroskop pada kotak yang berukuran


0,5x0,5 cm2.
6. Hitunglah kadar kasiterit yang ada pada kotak
7. Hitunglah kadar kasiterit kemudian rata-ratakan kasiterit total.
8. Terakhir buatlah tabel perhitungannya.
Diagram alir merupakan gambaran dari prosedur percobaan yang dapat
dilihat pada halaman MII – 8

2.5 Rumus yang Digunakan


Rumus yang dapat digunakan pada grain counting ini yaitu dengan
rumus sebagai berikut:
1. Perhitungan kadar kasiterit
n SnO2 x ρ SnO2
K SnO2= x 100% .....(Rumus2.1)
V(n SnO2 x ρ SnO2) + (n SiO2 x ρ SiO2)
Keterangan:
K SnO2 = kadar kasiterit yang terdapat pada setiap kotak (%)
n SnO2 = banyaknya butir kasiterit pada tiap kotak
ρ SnO2 = densitas kasiterit (7 ton/m3)
n SiO2 = banyaknya butir kuarsa pada tiap kotak
ρ SiO2 = Densitas kuarsa (2,5 ton/m3)
2. Perhitungan kadar rata-rata kasiterit
Σ n SnO2 x ρ SnO2
K SnO2K= x 100% ...(Rumus
((Σ n SnO2) x ρ SnO2) + ((Σn SiO2) x ρ SiO2)
2.2)
Keterangan:
KK SnO2 = kadar rata-rata kasiterit
n SnO2 = banyaknya butir kasiterit pada tiap kotak
ρ SnO2 = densitas kasiterit (7 ton/m3)
n SiO2 = banyaknya butir kuarsa pada tiap kotak
ρ SiO2 = Densitas kuarsa (2,5 ton/m3)

MII - 7
MII - 8

Gambar 2.6
Diagram Alir

Sumber:
Dokumentasi

MII - 8
MII - 9

2.6 Data Hasil Percobaan


Data hasil percobaan merupakan data yang dihasilkan langsung saat
percobaan dilakukan. data yang diperoleh dari hasil pengamatan yaitu sebagai
berikut:
Tabel 2.1
Tabel Data Hasil Percobaan
Jumlah Butir Jumlah Butir
No. Kuarsa Kasiterit No. Kuarsa Kasiterit
(SiO2) (SnO2) (SiO2) (SnO2)
1. 26 4 26. 15 5
2. 29 10 27. 35 7
3. 31 5 28. 19 9
4. 18 5 29. 17 5
5. 19 3 30. 32 4
6. 36 7 31. 41 15
7. 41 4 32. 21 3
8. 45 13 33. 47 13
9. 22 7 34. 12 4
10. 36 10 35. 29 4
11. 27 3 36. 34 10
12. 25 4 37. 31 10
13. 21 6 38. 29 7
14. 21 6 39. 16 5
15. 49 17 40. 29 6
16. 16 3 41. 30 10
17. 22 9 42. 23 7
18. 15 12 43. 48 12
19. 22 6 44. 16 8
20. 78 22 45. 25 8
21. 15 2 46. 19 6
22. 16 4 47. 89 13
23. 22 10 48. 17 4
24. 32 5 49. 12 1
25. 61 14 50. 38 7
Jumlah 1469 374
Sumber: Data Hasil Pengamatan Praktikum PBG. 2018

2.7 Pengolahan Data


Dari data yang telah didapatkan melalui pengujian grain counting ini,
kemudian data tersebut diolah untuk mendapatkan kadar dari mineral kasiterit
(SnO2).
p SnO2 = 7 ton/m3 // 7 gr/cm3
p SiO2 = 2,65 ton/m3 // 2,65 gr/cm3

MII - 9
MII - 10

Berat kasiterit = 205 gr


Berat kuarsa = 304 gr
1. Perhitungan Kadar SnO2
nSnO 2 x pSnO 2
K SnO2 = x 100%
( n SnO 2 x p SnO 2 ) +(nSiO2 x pSiO 2 )
374 butir x 7 gr/cm 3
K SnO2 = x 100%
( 374 x 7 ) + ( 1469 x 2, 65 )
K SnO2 = 40,21%
Kadar:
Berat Kasiterit + berat kuarsa
= 205 gr + 304 gr
= 509 gr
205 gr
2. Kadar Kasiterit = x 100%
509 gr
= 40,27%
304 gr
3. Kadar Kasiterit = x 100%
509 gr
= 59,72%
Tabel 2.2
Tabel Pengolahan Data
Feed (F)
Mineral
Berat (gr) Kadar (%)
SnO2 205 gr 40,27 %
SiO2 304 gr 59,72%
Sumber: Data Hasil Pengolahan Praktikum PBG. 2018

2.8 Analisa
Penentuan kadar saat proses grain counting pada dilapangan dapat
dilakukan sehingga mengetahui kadar asli dari suatu bahan galian. Tetapi proses
ini memiliki kelemahan yaitu pada saat perhitungan butir mineral pada papan
grain counting sehingga jumlah butir yang tersebar tidak mewakili penjumlahan
untuk penentuan kadar tersebut.
Untuk penentuan kadar yang mewakili penjumlahan maka dengan
menyebarkan butir mineral pada papan grain counting lebih baik sediki tetapi
dengan penyebaran yang merata sehingga untuk menghitung butirnya pun lebih
mudah dan efisien terhadap waktu.
2.9 Kesimpulan
Pada praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Peralatan yang digunakan pada grain counting ini yaitu loop, papan grain
counting, timbangan serta alat yang digunakan untuk pencampuran

MII - 10
MII - 11

kasiterit dan kuarsa. Setiap pemakaian alat dianjurkan untuk lebih teiti
karena akan mempengaruhi hasil percobaan.
2. Untuk mengetahui kadar kasiterit pada percobaan kali ini yaitu
menggunakan rumus pada bagian 2.5, yang bertujuan untuk
mendapatkan kadar bagi kasiterit dari data yang telah didapat pada saat
pengamatan berlangsung. Kadar kasiterit yang didapat yaitu 40,27%.
3. Dalam dunia pertambangan sendiri proses Grain Counting ini dapat
berguna untuk menentukan kadar suatu bahan galian diamana dengan
proses-proses yang telah dilakukan. Seperti untuk menentukan kadar
emas atau kasiterit dapat dilakukan proses grain counting ini untuk
penentuan kadar dari bahan galian tersebut.

MII - 11
MII - 12

DAFTAR PUSTAKA

1. David.J. Spottiswood, Errot. G. Kelly. 1982. Introduction to Mineral


Processing. John Willey and Sons, inc: Canada

2. Anonim. 2017. “Grain Counting”. Id.scribd.com. (diakses tanggal 25


Februari 2018).

3. Syardilla, Pabwi. 2014. “Grain Counting”. Mekanikatanahitm.blogspot.com.


(diakses tanggal 25 Februari 2018).

MII - 12

Anda mungkin juga menyukai