Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengolahan Mineral


Bijih atau ore adalah bahan galian yang mengandung mineral-mineral
berharga yang terdapat di alam, dapat diolah oleh manusia berdasarkan
keperluannya dengan berdasarkan teknologi yang ada pada saat itu, contohnya
bijih logam yang dapat diekstrak mineral berharganya (mineral bijih / ore
mineral), dan hasilnya dapat dimanfaatkan secara ekonomis. Mineral merupakan
suatu padatan an-organik yang secara alamiah terbentuk melalui proses geologi,
berupa unsur atau persenyawaan dengan suatu komposisi kimia tertentu yang
mempunyai struktur kristal tertentu[1].
Mineral adalah padatan homogen anorganik yang terbentuk di alam
mempunyai komposisi kimia tertentu dan sifat fisik yang tetap. Mineral bijih
bersal dari mineral yang metalnya diekstrak sehingga menghasilkan mineral
berharga. Gangue mineral yaitu mineral yang logamnya tidak diambil (pengotor)
atau mineral-mineral pengganggu yang tidak berharga dan terdapat bersama-sama
mineral berharga atau bagian dari endapan bijih. Faktor-faktor yang menentukan
suatu endapan mineral disebut bijih yaitu[1]:
1. Pencapaian endapan (lokasi) : power, air, bahan baker, dan lain-lain
2. Bentuk dan konsentrasi metal dalam endapan
3. Permintaan dan harga metal
4. Sifat dan bentuk gangue mineral
5. Agregasi dan dessiminasi mineral berharga
6. Sifat impurities
Pengolahan mineral adalah proses peningkatan kadar mineral, dengan cara
pemisahan mineral berharga (konsentrat) dari pengotornya (tailing) secara
mekanis dengan memanfaatkan perbedaan sifat fisik mineral seperti ukuran
partikel, densitas. Konsentrat dan tailing tersebut merupakan produk dari
pengolahan mineral itu sendiri. Konsentrat dalam pengolahan mineral dapat
4

ditemukan ketika suatu pengolahan mineral telah dilakukan, dimana konsentrat


adalah hasil pengolahan yang banyak mengandung mineral berharga.
Sedangkan tailing atau gangue yaitu produk buangan, hasil pengolahan mineral
yang mengandung mineral tak berharga atau yang kandungan mineral
berharganya sangat sedikit[2].
Tujuan dari pengolahan mineral ada dua, yaitu tujuan teknis dan tujuan
ekonomis. Tujuan teknis pengolahan mineral adalah mendapatkan konsentrat
yang sesuai dengan permintaan. Adapun persyaratan yang dibutuhkan untuk
konsentrat yang ideal adalah[3]:
1. Memiliki kandungan konsentrat lebih besar dari kandungan konsentrat
minimum yang diinginkan.
2. Memiliki kandungan tailing yang lebih kecil dari kandungan tailing
maksimum yang diinginkan.
3. Memiliki ukran partikel yang lebih besar dari ukuran minimum yang
diinginkan.
4. Memiliki kandungan air kurang dari kandungan air maksimumnya
Sedangkan tujuan ekonomis dari pengolahan mineral yaitu untuk
memperoleh keuntungan yang sebanyak-banyaknya dengan cara:
1. Semua jenis mineral berharga diambil
2. Meminimalisir kehilangan mineral berharga pada tailing
3. Memaksimalkan recovery
4. Biaya proses pengolahan semurah mungkin
5. Produksi sebanyak-banyaknya dengan biaya yang murah
Proses pemisahan mineral berharga dari mineral pengotornya (gangue
mineral) yang kurang berharga merupakan inti dari proses pengolahan bahan
galian. Proses ini terdiri dari beberapa langkah,proses ini di namakan proses
pengolahan mineral,secara umum terbagi menjadi 4 bagiam proses dalam
prosenya[4]:
1. Comminution (pengecilan ukuran dengan alat crushing dan grinding)
2. Sizing (Penyeragaman ukuran dengan screening dan classifier).
3. Concentration (Pemisahan mineral berharga dari pengotornya).
5

4. Dewatering (Pengeringan)
5. Material Handling

2.2 Pasir Besi

Pasir besi merupakan pecahan batuan yang berukuran antara 1/16 2 mm.
Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan
butiran-butiran dari mineral non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar,
ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin. Mineral tersebut terdiri dari magnetit,
titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan hematite. Titaniferous magnetit
adalah bagian yang cukup penting, merupakan bahan dari magnetit dan ilmenit.
Kegunaan pasir besi ini selain untuk industri logam besi juga telah banyak
dimanfaatkan pada industri semen. Adapun manfaat dan kegunaan pasir besi
adalah sebagai bahan dasar untuk tinta kering (toner) pada mesin fotokopi dan
tinta laser, bahan utama untuk pita kaset, pewarna serta campuran (filter) untuk
cat, bahan dasar untuk industri magnet permanen.

Proses penambangan pasir besi sendiri, dimulai dengan pasir yang


ditambang menggunakan beko, yang selanjutnya dari lokasi tambang, pasir
tersebut diangkut oleh truk ke lokasi pencucian pasir. Disinilah raw material
pasir besi dipisahkan dengan material lainnya. Setelah dicuci, material pasir
besi siap dikirim, sedangkan limbahnya dibuat untuk reklamasi/menutup
lubang-lubang bekas penambangan.

2.3 Metode Sampling


Sampel (conto) merupakan satu bagian yang representatif atau satu bagian
dari keseluruhan yang bisa menggambarkan berbagai karakteristik untuk tujuan
inspeksi atau menunjukkan bukti-bukti kualitas, dan merupakan sebagian dari
populasi stastistik dimana sifat-sifatnya telah dipelajari untuk mendapatkan
informasi keseluruhan.
6

Secara spesifik, conto dapat dikatakan sebagai sekumpulan material yang


dapat mewakili jenis batuan, formasi, atau badan bijih (endapan) dalam arti
kualitatif dan kuantitatif dengan pemerian (deskripsi) termasuk lokasi dan
komposisi dari batuan, formasi, atau badan bijih (endapan) tersebut. Proses
pengambilan conto tersebut disebut sampling (pemercontoan)[5].
Sampling dapat dilakukan karena beberapa alasan (tujuan) maupun
tahapan pekerjaan (tahapan eksplorasi, evaluasi, maupun eksploitasi). Alasan nya
ialah :
1. Selama fase eksplorasi sampling dilakukan pada badan bijih (mineable
thickness) dan tidak hanya terbatas pada zona mineralisasi saja, tetapi juga
pada zona-zona low grade maupun material barren, dengan tujuan untuk
mendapatkan batas yang jelas antara masing-masing zona tersebut.
2. Selama fase evaluasi, sampling dilakukan tidak hanya pada zona endapan,
tapi juga pada daerah-daerah di sekitar endapan dengan tujuan memperoleh
informasi lain yang berhubungan dengan kestabilan lereng dan pemilihan
metode penambangan.
3. Sedangkan selama fase eksploitasi, sampling tetap dilakukan dengan tujuan
kontrol kadar (quality control) dan monitoring front kerja (kadar pada front
kerja yang aktif, kadar pada bench open pit, atau kadar pada umpan material).
Teknik sampling dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik sampling yang dapat memberikan
peluang yang relatif sama bagi setiap bagian kecil materi. Teknik ini antara lain
sebagai berikut:
1. Simple random sampling
Pengambilan sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatiakan strata
yang ada pada materi,
2. Proportionate stratified random sampling
Digunakan bila materi yang dijadikan sampel tidak homogen.
3. Disproportionate stratified random sampling
7

Digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila materi berstrata namun


kurang proporsional.
4. Cluster sampling (area sampling)
Teknik ini digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan
diteliti atau sumber data sangat luas.
b. Nonprobability Sampling
Nonprobability sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang
tidak memberi peluang yang sama bagi setiap anggota materi untuk dipilih
menjadi sampel. Tekniknya antara lain sebagi berikut:
1. Sampling sistematis
Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan urutan anggota materi yang
telah diurutkan.
2. Sampling kuota
Sampling kuota dilakukan untuk menentukan sampel dari keseluruhan
materi yang memiliki ciri-ciri tertentu.
3. Sampling insidental
Sampling Insidental dilakukan berdasarkan kebetulan, yaitu berupa
kejadian incidental antara peneliti dengan sampelnya[4].
Pemilihan metode sampling dan jumlah conto yang akan diambil
tergantung pada beberapa faktor, antara lain :
1. Tipe endapan, pola penyebaran, serta ukuran endapan.
2. Tahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi,
3. Lokasi pengambilan conto (pada zona mineralisasi, alterasi,
atau barren),
4. Kedalaman pengambilan conto, yang berhubungan dengan letak dan
kondisi batuan induk.
5. Anggaran untuk sampling dan nilai dari bijih.
Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi dalam sampling, antara lain :
1. Salting, yaitu peningkatan kadar pada conto yang diambil sebagai
akibat masuknya material lain dengan kadar tinggi ke dalam conto.
8

2. Dilution, yaitu pengurangan kadar akibatnya masuknya waste ke


dalam conto.
3. Erratic high assay, yaitu kesalahan akibat kekeliruan dalam penentuan
posisi (lokasi) sampling karena tidak memperhatikan kondisi geologi.
4. Kesalahan dalam analisis kimia, akibat conto yang diambil kurang
representatif.
Secara umum, dalam pemilihan metode sampling perlu diperhatikan
karakteristik endapan yang akan diambil contonya. Bentuk keterdapatan dan
morfologi endapan akan berpengaruh pada tipe dan kuantitas sampling. Beberapa
metode mineral sampling adalah :
1. Grab sampling
Secara umum, metode grab sampling ini merupakan teknik sampling dengan
cara mengambil bagian (fragmen) yang berukuran besar dari suatu material
(baik di alam maupun dari suatu tumpukan) yang mengandung mineralisasi
secara acak (tanpa seleksi yang khusus). Tingkat ketelitian sampling pada
metode ini relatif mempunyai bias yang cukup besar. Beberapa kondisi
pengambilan sempel dengan teknik grab sampling ini antara lain :
a. Pada tumpukan material hasil pembongkaran untuk mendapatkan
gambaran umum kadar.
b. Pada material di atas dump truck atau belt conveyor pada transportasi
material, dengan tujuan pengecekan kualitas.
c. Pada fragmen material hasil peledakan pada suatu muka kerja untuk
memperoleh kualitas umum dari material yang diledakkan, dll.
2. Bulk Sampling
Bulk sampling (conto ruah) ini merupakan metode sampling dengan cara
mengambil material dalam jumlah (volume) yang besar, dan umum dilakukan
pada semua fase kegiatan (eksplorasi sampai dengan pengolahan). Pada fase
sebelum operasi penambangan, bulk sampling ini dilakukan untuk
mengetahui kadar pada suatu blok atau bidang kerja. Metode bulk
sampling ini juga umum dilakukan untuk uji metalurgi dengan tujuan
mengetahui recovery (perolehan) suatu proses pengolahan. Sedangkan pada
9

kegiatan eksplorasi, salah satu penerapan metode bulk sampling ini adalah
dalam pengambilan conto dengan sumur uji.
3. Chip sampling
Chip sampling (conto tatahan) adalah salah satu metode sampling dengan
cara mengumpulkan pecahan batuan (rock chip) yang dipecahkan melalui
suatu jalur (dengan lebar 15 cm) yang memotong zona mineralisasi dengan
menggunakan palu atau pahat. Jalur sampling tersebut biasanya bidang
horizontal dan pecahan-pecahan batuan tersebut dikumpulkan dalam suatu
kantong conto. Kadang-kadang pengambilan ukuran conto yang seragam
(baik ukuran butir, jumlah, maupun interval) cukup sulit, terutama pada urat-
urat yang keras dan brittle (seperti urat kuarsa), sehingga dapat menimbulkan
kesalahan seperti oversampling (salting) jika ukuran fragmen dengan kadar
tinggi relatif lebih banyak daripada fragmen yang low grade.
4. Channel sampling
Channel sampling adalah suatu metode (cara) pengambilan conto dengan
membuat alur (channel) sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak
bijih (mineralisasi). Alur tersebut dibuat secara teratur dan seragam (lebar 3-
10 cm, kedalaman 3-5 cm) secara horizontal, vertikal, atau tegak lurus
kemiringan lapisan
5. Cone and Quartering (perempatan),
yaitu membagi sampel menjadi empat bagian dengan mengambil dua bagian
yang berseberangan.
6. Quoning,
sama halnya dengan cone quatering, hanya pada quoning, sampel tidak dibagi
empat, tetapi diambil secara melingkar sampai didapatkan jumlah sampel
yang diinginkan.
7. Splitting,
yaitu membagi sampel menjadi dua bagian apabila sampel dalam jumlah
banyak dengan mengambil satu bagian dengan menggunakan alat splitter[6].
Ada beberapa cara atau pendekatan yang dapat dilakukan dalam
mengumpulkan fragmen-fragmen batuan dalam satu conto atau melakukan
10

pengelompokan conto (sub-channel) yang tergantung pada tipe (pola)


mineralisasi, antara lain :
1. Membagi panjang channel dalam interval-interval yang seragam, yang
diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona bijih relatif lebar. Contohnya
pada pembuatan channel dalam sumur uji pada endapan laterit atau
residual
2. Lalu membagi panjang channel dalam interval-interval tertentu yang
diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona mineralisasi.
3. Untuk kemudahan, dimungkinkan penggabungan sub-channel dalam
satu analisis kadar atau dibuat komposit.
4. Pada batubara atau endapan berlapis, dapat diambil channel
sampling per tebal seam(lapisan) atau ply per ply (jika terdapat sisipan
pengotor).

Anda mungkin juga menyukai