Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH TEKNIK EKSPLORASI TAMBANG

MACAM – MACAM SAMPLING DALAM EKSPLORASI


Dosen Pengampu: Ir. Yulian Taruna, M.Si

DISUSUN
OLEH:

NUR ROHMAN
DBD 117 038

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana atas
berkat, dan rahmat-Nyalah saya dapat menyelesaikan makalah mata kuliah teknik
eksplorasi tambang yang berjudul “Macam – Macam Sampling Dalam Eksplorasi”.
Makalah ini berisi uraian mengenai metode pengeboran, alat bor, aspek karakteristik
endapan serta, metode Pengeboran dan Alat yang Digunakan

Saya menyadari karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya


dalam menyusun makalah ini, saya mengharapkan kritik serta saran yang membangun
guna kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 15 oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i


DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1


1.2 Rumusan masalah............................................................................................. 1
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 1
1.4 Manfaat ............................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 2

2.1 Konsep Sampling ............................................................................................. 3


2.2 Aspek Karakteristik Endapan ........................................................................... 5
2.3 Macam – Macam metode sampling ................................................................ 8
2.4 Metode Pengeboran dan Alat yang Digunakan . ............................................13

BAB III PENUTUP ..................................................................................................18

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................18


3.2 Saran ..............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jumlah populasi yang terbatas memungkinkan peneliti dapat menggunakan


sensus, akan tetapi pada populasi yang sangat banyak, maka dapat dilakukan
sampling untuk efisiensi tenaga, waktu dan biaya. Metode sampling dapat
dibedakan menjadi probability sampling dan non probability sampling.
Probability sampling memberikan kesempatan pada setiap unsur untuk dipilih,
sedangkan non probability sampling tidak memberikan kesempatan yang sama
untuk dipilih.

Probability sampling salah satunya metodenya yaitu Cluster Sampling


Merupakan cara pengambilan sampel dengan cara diklasterkan menjadi grup
untuk diambil secara acak. Contoh, meneliti perguruan tinggi sepulau jawa.
Perguruan tinggi dijadikan klaster primer (pengambilan acak) dan jumlah
mahasiswa dari masing-masing perguruan tinggi sebagai klaster sekunder
(pengambilan acak).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa itu konsep sampling ?

2. Apa – apa saja aspek karakteristik endapan ?

3. Apa – apa saja Metode Sampling

4. Apa saja Metode Pengeboran dan Alat yang Digunakan ?

1.3 Tujuan

1.Untuk mengetahui apa itu konsep sampling

2.Untuk mengetahui aspek karakteristik endapan

1
3.Untuk mengetahui metode sampling

4.Untuk mengetahui Metode Pengeboran dan Alat yang Digunakan

1.4 Manfaat

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam proses perkuliahan baik bagi
penyusun khususnya dan para pembaca pada umumnya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep sampling

Sampel (contoh) merupakan satu bagian yang representatif atau satu bagian
dari keseluruhan yang bisa menggambarkan berbagai karakteristik untuk tujuan
inspeksi atau menunjukkan bukti-bukti kualitas, dan merupakan sebagian dari
populasi stastistik dimana sifat-sifatnya telah dipelajari untuk mendapatkan
informasi keseluruhan.

Secara spesifik, contoh dapat dikatakan sebagai sekumpulan material yang


dapat mewakili jenis batuan, formasi, atau badan bijih (endapan) dalam arti
kualitatif dan kuantitatif dengan pemerian (deskripsi) termasuk lokasi dan
komposisi dari batuan, formasi, atau badan bijih (endapan) tersebut. Proses
pengambilan contoh tersebut disebut sampling (pemercontoan).

Sampling dapat dilakukan karena beberapa alasan (tujuan) maupun tahapan


pekerjaan (tahapan eksplorasi, evaluasi, maupun eksploitasi).

1. Selama fase eksplorasi sampling dilakukan pada badan bijih (mineable


thickness) dan tidak hanya terbatas pada zona mineralisasi saja, tetapi juga
pada zona-zona low grade maupun material barren, dengan tujuan untuk
mendapatkan batas yang jelas antara masing-masing zona tersebut.

2. Selama fase evaluasi, sampling dilakukan tidak hanya pada zona endapan,
tapi juga pada daerah-daerah di sekitar endapan dengan tujuan memperoleh
informasi lain yang berhubungan dengan kestabilan lereng dan pemilihan
metode penambangan.

3
3. Sedangkan selama fase eksploitasi, sampling tetap dilakukan dengan tujuan
kontrol kadar (quality control) dan monitoring front kerja (kadar pada front
kerja yang aktif, kadar pada bench open pit, atau kadar pada umpan material).

Pemilihan metode sampling dan jumlah contoh yang akan diambil tergantung pada
beberapa faktor, antara lain :

1. Tipe endapan, pola penyebaran, serta ukuran endapan.

2. Tahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi,

3. Lokasi pengambilan contoh (pada zona mineralisasi, alterasi, atau barren),

4. Kedalaman pengambilan contoh, yang berhubungan dengan letak dan kondisi


batuan induk.

5. Anggaran untuk sampling dan nilai dari bijih.

Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi dalam sampling, antara lain :

1. Salting, yaitu peningkatan kadar pada contoh yang diambil sebagai akibat
masuknya material lain dengan kadar tinggi ke dalam conto.

2. Dilution, yaitu pengurangan kadar akibatnya masuknya waste ke dalam


contoh.

3. Erratic high assay, yaitu kesalahan akibat kekeliruan dalam penentuan posisi
(lokasi) sampling karena tidak memperhatikan kondisi geologi.

4. Kesalahan dalam analisis kimia, akibat contoh yang diambil kurang


representatif.

4
2.2 Aspek Karakteristik Endapan

Secara umum, dalam pemilihan metode sampling perlu diperhatikan karakteristik


endapan yang akan diambil contonya. Bentuk keterdapatan dan morfologi endapan
akan berpengaruh pada tipe dan kuantitas sampling. Aspek karakteristik endapan
untuk tujuan sampling ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pada endapan berbentuk urat

1. Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan urat.

2. Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar sehingga diperlukan


sample dengan volume yang besar agar representatif.

3. Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit (jika dibandingkan dengan


bukaan stope) sehingga rentan dengan dilution.

4. Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan zona geser
(regangan), sehingga pada kondisi ini memungkinkan terjadinya efek dilution
pada batuan samping, sehingga batuan samping perlu dilakukan sampling.

5. Perbedaan assay (kadar) antara urat dan batuan samping pada umumnya
tajam, berhubungan dengan kontak dengan batuan samping, impregnasi pada
batuan samping, serta pola urat yang menjari (bercabang), sehingga dalam
sampling perlu dicari dan ditentukan batas vein yang jelas.

6. Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang yang


terbatas, serta mempunyai kadar yang sangat erratic (acak/tidak beraturan)
dan sulit diprediksi, sehingga diperlukan sampling dengan interval yang rapat.

5
7. Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle, sehingga cukup sulit untuk
mencegah terjadinya bias akibat variabel kuantitas per unit panjang sulit
dikontrol.

8. Sampling lanjutan kadang-kadang terbatas terhadap jarak (interval), karena


pada umumnya harus dilanjutkan melalui pemboran inti.

b. Pada endapan stratiform


Endapan stratiform disini termasuk endapan-endapan logam dasar yang
terendapkan selaras/sejajar dengan bidang perlapisan satuan litologi (litofasies),
dimana mineral bijih secara lateral dikontrol oleh bidang perlapisan atau bentuk-
bentuk sedimen yang lain (sedimentary hosted). Karakteristik umum tipe endapan
ini yang berhubungan dengan metode sampling antara lain :

1. Mempuyai ketebalan yang cukup besar.

2. Mempunyai penyebaran lateral yang cukup luas.

3. Kadang-kadang diganggu oleh struktur geologi atau tektonik yang kuat,


sehingga dapat menimbulkan masalah dalam sampling.

4. Arah kecenderungan kadar relatif seragam dan dapat diprediksi, namun


kadang-kadang dapat terganggu oleh adanya remobilisasi, metamorfisme, atau
berbentuk urat.

5. Perubahan-perubahan gradual atau sistematis dalam kadar harus diikuti oleh


perubahan dalam interval sampling.

6. Dalam beberapa kondisi mungkin terdapat mineralisasi yang berbutir halus


dan kemudian berpengaruh pada besar volume material yang dilakukan
sampling.

6
7. Pada tipe hosted by meta-sediment, perlu diperhatikan variabel ukuran conto
akibat perubahan ukuran, kekerasan batuan, atau nugget effect.

8. Setempat dapat terjadi perubahan kadar yang moderat dan dapat menyebabkan
kesalahan pada sampling yang signifikan.

9. Cut off kadar dapat gradasional (tidak konstan).

c. Pada endapan sedimen


Pada tipe endapan ini, termasuk endapan batubara, ironstones, potash, gipsum, dan
garam, yang mempunyai karakteristik :

1. Mempuyai kontak yang jelas dengan batuan samping.

2. Mempunyai fluktuasi perubahan indikator kualitas yang bersifat gradual.

3. Sampling sering dikontrol oleh keberadaan sisipan atau parting dalam


batubara, sehingga interval sampling lebih bersifat ply per ply.

4. Perubahan (variasi) ketebalan lapisan yang cenderung gradual, sehingga


anomali-anomali yang ditemukan dapat diprediksi lebih awal (washout, sesar,
perlipatan, dll.), sehingga pola dan kerapatan sampling disesuaikan dengan
variasi yang ada.

5. Rekomendasi pola sampling (strategi sampling) adalah dengan interval teratur


secara vertikal, bed by bed (atau ply by ply), atau jika relatif homogen dapat
dilakukan secara komposit.

d. Pada endapan porfiri


Karakteristik umum dari tipe endapan ini yang perlu diperhatikan adalah :

1. Mempuyai dimensi yang besar, sehingga sampling lebih diprioritaskan


dengan pemboran inti (diamond atau percussion).

7
2. Umumnya berbentuk non-tabular, umumnya mempunyai kadar yang rendah
dan bersifat erratic, sehingga kadang-kadang dibutuhkan conto dalam jumlah
(volume) yang besar, sehingga kadang-kadang dilakukan sampling melalui
winze percobaan, adit eksplorasi, dan paritan.

3. Zona-zona mineralisasi mempunyai pola dan variabilitas yang beragam,


seperti tipe disseminated, stockwork, vein, atau fissure, sehingga perlu
mendapat perhatian khusus dalam pemilihan metode sampling.

4. Keberadaan zona-zona pelindian atau oksidasi, zona pengkayaan supergen,


dan zona hipogen, juga perlu mendapat perhatian khusus.

5. Mineralisasi dengan kadar hipogen yang relatif tinggi sering terkonsentrasi


sepanjang sistem kekar sehingga penentuan orientasi sampling dan pemboran
perlu diperhatikan dengan seksama.

6. Zonasi-zonasi internal (alterasi batuan samping) harus selalu diperhatikan dan


direkam sepanjang proses sampling.

7. Variasi dari kerapatan pola kekar akan mempengaruhi kekuatan batuan,


sehingga interval (kerapatan) sampling akan sangat membantu dalam
informasi fragmentasi batuan nantinya.

2.3 Macam – Macam Metode Sampling

a) Grab sampling

Secara umum, metode grab sampling ini merupakan teknik sampling


dengan cara mengambil bagian (fragmen) yang berukuran besar dari suatu
material (baik di alam maupun dari suatu tumpukan) yang mengandung
mineralisasi secara acak (tanpa seleksi yang khusus). Tingkat ketelitian
sampling pada metode ini relatif mempunyai bias yang cukup besar.

8
Beberapa kondisi pengambilan conto dengan teknik grab sampling ini antara
lain :

1. Pada tumpukan material hasil pembongkaran untuk mendapatkan


gambaran umum kadar.

2. Pada material di atas dump truck atau belt conveyor pada transportasi
material, dengan tujuan pengecekan kualitas.

3. Pada fragmen material hasil peledakan pada suatu muka kerja untuk
memperoleh kualitas umum dari material yang diledakkan, dll.

b) Bulk Sampling

Bulk sampling (conto ruah) ini merupakan metode sampling dengan


cara mengambil material dalam jumlah (volume) yang besar, dan umum
dilakukan pada semua fase kegiatan (eksplorasi sampai dengan pengolahan).
Pada fase sebelum operasi penambangan, bulk sampling ini dilakukan untuk
mengetahui kadar pada suatu blok atau bidang kerja. Metode bulk sampling
ini juga umum dilakukan untuk uji metalurgi dengan tujuan mengetahui
recovery (perolehan) suatu proses pengolahan. Sedangkan pada kegiatan
eksplorasi, salah satu penerapan metode bulk sampling ini adalah dalam
pengambilan conto dengan sumur uji (lihat Gambar).

c) Chip sampling

Chip sampling (conto tatahan) adalah salah satu metode sampling


dengan cara mengumpulkan pecahan batuan (rock chip) yang dipecahkan
melalui suatu jalur (dengan lebar 15 cm) yang memotong zona mineralisasi
dengan menggunakan palu atau pahat. Jalur sampling tersebut biasanya
bidang horizontal dan pecahan-pecahan batuan tersebut dikumpulkan dalam
suatu kantong conto. Kadang-kadang pengambilan ukuran conto yang

9
seragam (baik ukuran butir, jumlah, maupun interval) cukup sulit, terutama
pada urat-urat yang keras dan brittle (seperti urat kuarsa), sehingga dapat
menimbulkan kesalahan seperti oversampling (salting) jika ukuran fragmen
dengan kadar tinggi relatif lebih banyak daripada fragmen yang low grade.

d) Channel sampling

Channel sampling adalah suatu metode (cara) pengambilan conto dengan


membuat alur (channel) sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak
bijih (mineralisasi). Alur tersebut dibuat secara teratur dan seragam (lebar 3-
10 cm, kedalaman 3-5 cm) secara horizontal, vertikal, atau tegak lurus
kemiringan lapisan (Gambar).

Gambar Sketsa pembuatan channel sampling pada urat (Chaussier et al.,


1987)

10
Gambar Sketsa pembuatan channel sampling pada endapan yang
berlapis (Chaussier et al., 1987)

Ada beberapa cara atau pendekatan yang dapat dilakukan dalam


mengumpulkan fragmen-fragmen batuan dalam satu conto atau melakukan
pengelompokan conto (sub-channel) yang tergantung pada tipe (pola)
mineralisasi, antara lain :

1. Membagi panjang channel dalam interval-interval yang seragam, yang


diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona bijih relatif lebar. Contohnya pada
pembuatan channel dalam sumur uji pada endapan laterit atau residual.

2. Membagi panjang channel dalam interval-interval tertentu yang diakibatkan


oleh variasi (distribusi) zona mineralisasi.

3. Untuk kemudahan, dimungkinkan penggabungan sub-channel dalam satu


analisis kadar atau dibuat komposit.

4. Pada batubara atau endapan berlapis, dapat diambil channel sampling per
tebal seam (lapisan) atau ply per ply (jika terdapat sisipan pengotor).

Gambar Sketsa pembuatan sub-channel pada mineralisasi berupa urat (Dimodifikasi


dari Annels, 1991)

11
Informasi-informasi yang harus direkam dalam pengambilan conto dari setiap alur
adalah sebagai berikut :

1. Letak lokasi pengambilan conto dari titik ikat terdekat.

2. Posisi alur (memotong vein, vertikal memotong bidang perlapisan, dll.).

3. Lebar atau tebal zona bijih/endapan (lebar horizontal, tebal semu, atau tebal
sebenarnya).

4. Penamaan (pemberian kode) kantong conto, sebaiknya mewakili interval atau


lokasi sub-channel.

5. Tanggal pengambilan dan identitas conto.

12
Sedangkan informasi-informasi yang sebaiknya juga dicatat (dideskripsikan)
dalam pengambilan conto adalah :

1. Mineralogi bijih atau deskripsi endapan yang diambil contonya.

2. Penaksiran visual zona mineralisasi (bijih, waste, pengotor, dll.).

3. Kemiringan semu atau kemiringan sebenarnya dari badan bijih.

4. Deskripsi litologi atau batuan samping.

5. Dan lain-lain yang dianggap perlu dalam penjelasan kondisi endapan.

2.4 Metode Pengeboran dan Alat yang Digunakan

A. Pemboran Tangan

Metoda ini dipakai untuk eksplorasi dangkal seperti placer


deposit dan residual deposit. Metoda ini digunakan pada umumnya pada
tahapan eksplorasi rinci, namun adakalanya secara acak dan setempat
dilakukan pada tahap eksplorasi tinjau, terutama pada subtahap prospeksi
umum.

Ada 2 jenis alat ini, yaitu Bor tangan spiral (Auger drilling) dan Bor bangka
(BBB).

 Pemboran Spiral/Bor Spiral Auger Drilling

Seperti penarik tutup notol, diputar dengan tangan. Contoh melekat pada
spiral, dicabut pada interval tertentu (tiap 30 – 50 cm).

Hanya sampai kedalaman beberapa meter saja, baik untuk residual


deposit (bauxite, lateritic nickel) dan sebagainya.

13
Bor Spiral

 Pemboran Bangka/Bor Bangka (BBB)

Suatu alat bor tangan dikembangkan di Indonesia. Suatu alat selubung


(casing) diberi platform, di atas mana beberapa orang bekerja. Pada prinsipnya
sama dengan bor spiral dan tumbuk. Batang bor terdiri dari pipa masif yang
disambung-sambung, dengan berbagai bit :

1. Spiral

2. Senduk

3. Pahat/bentuk pahat (dihubungkan)

B. Pemboran Mesin Putar

Ada berbagai macam jenis mesin bor putar, dari yang portable sampai
pemboran raksasa seperti pada pemboran minyak yang dapat mencapai
kedalaman beberapa kilometer. Ada berbagai jenis, dari
mulai packsack (dapat diangkat di atas punggung) sampai bor besar harus
dipreteli atau diangkat di truck.

Alat pemboran (yang disebut drilling-rig) dinilai dari kemampuannya


untuk mencapai kedalaman, kemampuan pengambilan conto batuan dan

14
kemampuan menentukan arah. Selain itu juga kemampuan bergerak di medan
merupakan salah satu hal diperhatikan. Mesin-mesin pemboran putar ini
mempunyai prinsip yang sama, namun berdasarkan kemampuannya dapat
dibagi sebagai berikut :

 Bor mesin ringan (portable drilling rig)

Ciri khas dari pemboran ini selain mudah diangkut secara manual
adalah pada umumnya menggunakan topdrive dengan motor bakar kecil (2
tak) yang ikut turun naik dengan turun/naiknya batang bor yang dipandu oleh
rel atau rack. Tekanan pada matabor dapat ditingkatkan dengan menyuruh
orang mendudukinya (awak mesin bor 20-26).

Alat bor ini dapat dipreteli dalam bahagian-bahagian kecil dan dapat
diangkut oleh orang secara manual. Kapasitas alat bor ini hanya maksimum 50
meter, banyak digunakan untuk pemboran seismik (shot holes) dan sering
merupakan rakitan sendiri dengan menggunakan mesin pompa. Laju tembus
adalah 30-40 m/hari, relatif sangat murah. Pengambilan inti tidak
dimungkinkan. Biaya $5.90/hari

Termasuk alat bor kecil dengan topdrive ini adalah yang dipasang pada
truck, dengan memasangi rak (rel) yang memandu batang bor, dimana morot
penggeraknya dipasang pada ujung atas batang bor, dan mesin bergeser ikut
dengan turunnya dengan batang bor. Dengan topdrive ini pemboran miring
dimungkinkan secara terbatas dengan memiringkan raknya.

 Bor mesin inti (diamond drilling rig)

Alat pemboran ini adalah alat standart dan yang paling populer untuk
eksplorasi cebakan mineral. Nama Diamond Drilling Rig digunakan karena

15
alat ada yang paling banyak dipakai untuk pengintian (coring) yang
menggunakan matabor dari intan. Mesin ini berukuran relatif kecil dan
dipasang pakai roda atau batang luncur (skids), ditarik dengan bulldozer,
kendaraan 4-wheel drive atau ditarik dengan winch pada tempat yang sulit
dijangkau, atau digantung dengan slung di bawah helicopter, atau juga dapat
dipreteli menjadi bahagian-bahagian/komponen kecil dan dapat dipikul secara
manual.

Gerakan putar dari mesin ditransmisikan pada pipa bor dengan chuck, dan
oleh karenanya dapat membor ke semua arah, termasuk ke atas (dari
terowongan). Untuk pengoperasiannya sering dipasang kaki tiga dari pipa besi
untuk mengendalikan pemasangan/pencabutan batang bor dengan
menggantungkannya pada sistem katrol dengan swivel yang disambungkan
pada pipa selang untuk menyalurkan cairan pembilas dari pompa lumpur.

 Bor mesin rotari (rotary drilling rigs)

Jenis alat bor ini dinamakan demikian karena gerak putar dari sumber
penggerak/mesin ditransmisikan pada batang bor dengan meja putar (rotary
table), sehingga hanya dapat membor ke vertikal ke bawah.

Alat pemboran yang digolongkan jenis ini pada umumnya lebih besar dan
berkekuatan lebih besar, harus dipasang pada truk dan tidak cocok untuk
lokasi-lokasi yang sulit dicapai. Alat pemboran jenis ini juga termasuk
pemboran untuk minyak dan gasbumi.

Pada umumnya digunakan untuk operasi tanpa pengambilan inti


(noncoring operation). Kecepatan pemboran tinggi, terutama jika tidak
dilakukan pengambilan inti, namun jika diperlukan bumbung inti (core barrel)
dapat dipasang.

16
Bor Putar

 Bor mesin alir-balik (counterflush drilling rig)

Air pembilas masuk dari casing, keluar melalui pipa bor, membawa
conto, yang tidak tercampur dengan rontokan dari dinding lubang bor, namun
untuk mendapatkan ke dalam conto ini harus memperhitungkan kecepatan
tidak seteliti bor inti.

 Pemboran Putar Hidraulik (Hidraulic Rotary or Rotary-Percussive Drilling)


Rotary-percussive drilling adalah metode pemboran yang menggunakan
aksi tumbukan yang dikombinasikan dengan aksi putaran, sehingga terjadi
proses peremukan dan penggerusan batuan. Metode ini terbagi menjadi dua,
yaitu:

 Top hammer

Pada metode ini, aksi putaran dan tumbukan dihasilkan di luar lubang
bor yang kemudian ditransmisikan melalui batang bor yang menuju mata bor.

 Down the hole hammer

Pada metode ini, aksi tumbukan dihasilkan di dalam lubang bor yang
dialirkan langsung ke mata bor, sedangkan aksi putarannya dihasilkan di luar
mata bor yang kemudian ditransmisikan melalui batang bor menuju mata bor.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Sampel (contoh) merupakan satu bagian yang representatif atau satu bagian
dari keseluruhan yang bisa menggambarkan berbagai karakteristik untuk
tujuan inspeksi atau menunjukkan bukti-bukti kualitas,
2. Aspek karakteristik endapan terdiri dari endapan berbentuk urat, endapan
stratiform, endapan sedimen dengan endapan porfiri
3. Macam – macam metode sampling yaitu grab sampling, bulk sampling, chip
sampling dengan channel sampling.

3.2 Saran

Untuk mendapatkan sampel ( contoh ) yang bagus itu harus menggunakan


metode sampling dengan alat – alat bor yang digunakan serta dengan
menggolongkan jenis endapannya terlebih dahulu

18
DAFTAR PUSTAKA

https://densowestliferz.wordpress.com/2011/11/28/metode-sampling-pada-jenis-jenis-
endapan/

http://sidfirman82.blogspot.com/2015/06/makalah-teknik-sampling.html

https://nanangadress.blogspot.com/2017/12/makalah-eksplorasi-eksploitasi-
barang.html

https://lelilef.wordpress.com/2011/01/02/metode-eksplorasi-pengeboran/

https://lelilef.wordpress.com/2011/01/02/metode-eksplorasi-pengeboran/

Anda mungkin juga menyukai