Anda di halaman 1dari 12

BAHAN AJAR DONGENG DALAM BUKU AJAR BAHASA SUNDA

An An Andriany
SMK Negeri 1 Sukaluyu
Pos-el: ananandriany@gmail.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana bahan ajar dongeng dalam Buku
Pamekar Diajar Basa Sunda (PDBS) yang ada di setiap jenjang pendidikan berdasarkan
relevansi dengan KD yang ada dalam Kurikulum 2013. Dan juga untuk mengetahui tingkat
keterbacaan bahan ajar dongeng di dalam Buku Pamekar Diajar Basa Sunda (PDBS). Bahan
ajar dongeng ada di setiap jenjang pendidikan, seperti di SD di kelas 3, 4, 5, dan 6, di SMP di
kelas 7, dan di SMA di kelas 10. Penelitian ini menggunakan metode deskripfif kualitatif.
Untuk mengukur relevansi bahan ajarnya, disesuaikan dengan KD di setiap jenjang yang ada di
Kurikulum 2013. Untuk mengukur tingkat keterbacaan bahan ajar dongeng digunakan uji grafik
fry dan uji klose tes. Data yang digunakan adalah semua wacana dongeng yang ada dalam Buku
PDBS, jumlah wacana diseluruh jenjang ada 15 wacana: PDBS SD kelas 3 (3 wacana), PDBS
SD kelas 4 (2 wacana), PDBS SD kelas 5 (3 wacana), PDBS SD kelas 6 (1 wacana), PBDS SMP
(3 wacana), dan PDBS SMA (3 wacana). Setelah dianalisis, hasil relevansi bahan ajar dongeng
dan KD dalam Kurikulum 2013, dari 6 tingkatan yang dianalisis, 5 tingkat sesuai dengan KD,
tetapi ada 1 tingkat yang tidak sesuai yaitu di tingkat SD kelas 6. Hasil analisis grafik fry yang
diujikan pada 15 wacana dongéng rata-rata wacananya sesuai dan bisa diajarkan pada
tingkatannya. Sedangkan untuk hasil klose tes, dari 10 wacana yang dianalisis, 5 wacana
hasilnya lebih dari 50% siswa ada pada tataran gagal (>40%). Jadi wacana tersebut dianggap
sulit dipahami oleh siswa.
Kata kunci: Bahan ajar, Dongéng, Relevansi, Gradasi

FAIRY-TALE LEARNING MATERIAL IN SUNDANESE TEXTBOOK


Abstract
The purpose of this study was to describe fairy-tale learning materials in the book Pamekar
Diajar Basa Sunda (PDBS) that exist in every education level based on the Basic Competence in
Curriculum 2013. It is also to determine the reading level of the material in the book. Fairy-tales
learning material exists in every level of education, covering grades 3, 4, 5, and 6 of primary
school; grade 7 of junior high school; and grade 10 of high school. This study used a
descriptive-qualitative method. The measurement of the relevance of the material is based on
Basic Competence at every level required by the Curriculum 2013. The measurement of the
readability level of the material is based on Fry graphic test and Klose test. The data cover all
fairytale texts in the book PDBS, amounting to 15 texts: PDBS grade 3 (3 texts), PDBS grade 4
(2 texts), PDBS grade 5 (3 texts), PDBS grade 6 (1 texts), PBDS for junior-high level (3 texts),
and PDBS for senior-high level (3 texts). The results of analysis show that of 6 levels, 5 of them
are in accordance with the Basic Competence. The only one level that does not fulfill the Basic
Competence is the grade 6 of primary level. The results of the Fry graphic analysis on 15 texts
show that most of them are appropriate and can be taught at their respective levels. For the
results of the Klose test, 5 of 10 texts resulted failure at 50% of students (> 40%). Therefore, the
texts are considered difficult to be understood by students.
Keywords: Learning material, Fairytale, Relevance, Gradation

1
2 | LOKABASA Vol.7, No.1, April 2016

PENDAHULUAN sebagai pendamping atau pelengkap. Selain


Usaha peningkatan kualitas pendidikan itu Bacon (Haerudin, 2013: 2) juga
adalah melalui kegiatan belajar-mengajar. menyebutkan bahwa buku ajar yaitu buku
Salah satu caranya adalah dengan merubah yang dirancang, untuk diajarkan di kelas,
paradigma kita sebagai guru, yang biasanya disusun oleh para ahli dalam bidangnya,
guru menjadi pusat perhatian dalam proses serta dilengkapi oleh sarana-sarana
belajar-mengajar, tapi yang seharusnya pembelajaran yang sesuai dengan
adalah siswa yang jadi pusat perhatian. peruntukannya.
Pendekatan pembelajaran yang menjadi Berdasarkan pada beberapa pendapat
dasar perubahan paradigma itu, yang asalnya para ahli di atas, kita bisa membuat
guru mengajar dan terpusat hanya pada kesimpulan bahwa buku ajar adalah buku
guru. Sekarang harus sudah dirubah menjadi pelajaran bidang studi, merupakan buku
terpusat pada siswa. Ketika dalam proses standar yang disusun oleh para ahli dalam
belajar-mengajar siswa yang menjadi pusat bidangnya, untuk mencapai tujuan
perhatian, maka akan tercipta suasana pembelajaran serta dilengkapi oleh berbagai
kemandirian dalam peningkatan kemampuan sarana pembelajaran, mudah dipahami oleh
berpikir dan interaksi selama dalam proses penggunanya (para siswa) baik di sekolah-
belajar-mengajar. sekolah ataupun di perguruan tinggi demi
Dalam proses belajar-mengajar, selain tercapainya satu program pembelajaran
guru yang berperan dalam mengembangkan (Haerudin, 2013:2)
pengetahuan siswa, ada juga hal yang sangat Definisi di atas didukung juga oleh
berperan penting dalam meningkatkat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
kualitas belajar-mengajar yaitu melalui Nomor 11 Tahun 2005 yang menyebutkan
sarana-prasarana yang efektif. Salah satunya bahwa:
adalah buku ajar, sebagai sarana pendukung
dalam proses pembelajaran. Buku ajar yang Buku (teks) pelajaran adalah buku
baik adalah yang sesuai dengan kurikulum acuan wajib untuk digunakan di sekolah
yang berlaku. Buku ajar atau buku teks yang memuat materi pembelajaran
adalah buku yang diperuntukan bagi siswa dalam rangka peningkatan keimanan
yang disesuakan dengan jenjang dan ketakwaan, budi pekerti dan
pendidikannya, dimulai dari tingkat TK, kepribadian, kemampuan penguasaan
SD/MI, SMP/MTs, SMA/K/MA, SLB ilmu pengetahuan dan teknologi,
sampai dengan Perguruan Tinggi. kepekaan dan kemampuan estetis,
Istilah buku teks atau buku ajar menurut potensi fisik dan kesehatan yang
Haerudin (2013:1) adalah terjemahan dari disusun berdasarkan standar nasional
textbook yang artinya adalah buku pelajaran pendidikan.
atau buku ajar. Buku ajar sekarang ini
merupakan salah satu sumber belajar yang Jadi, buku teks adalah salah satu
sianggap penting dan dominan untuk sarana pendukung yang penting dalam mewujudkan
penunjang pengembangan pengetahuan dan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan
keterampilan bagi siswa. kompetensi siswa. Isi dari buku ajar
Sedangkan Tarigan dalan Haerudin biasanya merupakan bahan ajar yang akan
(2013:2) menyebutkan istilah buku ajar mendukung dalam proses pembelajaran.
untuk buku ajar, yaitu rekaman pikiran yang Sedangkan dalam memilih bahan ajat tentu
disusun (ditata) untuk maksud atau tujuan- saja tidak gampang, ada beberapa hal yang
tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut menjadi kesulitan dalam memilih bahan ajar,
Lange (Haerudin, 2013:2), bahwa buku ajar hususnya dalam buku ajar yang sesuai
yaitu buku standar yang harus dimiliki oleh dengan kurikulumnya.
setiap bidang studi, biasanya merupa buku Kesulitan guru dalam menghadapi
utama, atawa buku suplemen, bisa juga proses pembelajaran yaitu dalam memilih
An An Andriany: Bahan Ajar Dongéng... | 3

dan menentukan bahan ajar yang sesuai mengembangkan keterampilannya, dan


untuk peningkatan kompetensi siswa. keempat adalah buku rujukan, buku ini
Biasanya kurikulum hanya menyediakan merupakan referensi bagi satu bahan ajar.
materi pokok, sedangkan untuk Selain dari buku teks ada juga buku-
menjabarkannya adalah tugas guru. Untuk buku lain yang bisa digunakan dalam proses
itu timbulah masalah, tidak banyak guru belajar-mengajar. Tapi khusus untuk siswa,
yang bisa memanfaatkan dan menjabarkan buku teks adalah buku yang penting sebagai
materi yang ada dalam kurikulum untuk jadi penunjang dalam proses pembelajaran.
sumber belajar yang efektif, baik untuk Untuk itu ada kriteria yang harus ada dalam
siswa ataupun untuk gurunya sendiri. buku teks yaitu , (1) punya dasar keilmuan
Berdasarkan hal itu, bisa jadi yang yang jelas dan menyesuaikan dengan
menjadi permasalahan guru adalah dalam kemajuan jaman; (2) isinya merupakan
menentukan jenis materi yang akan materi bahan yang sesuai, variatif, gampang
diajarkan, cakupan materi, urutan materi, dipahami, dan sesuai dengan kebutuhan
dsb. Selain daripada itu juga guru kesulitan siswa; (3) susunan isinya sistematis, logis,
dalam memilih bahan ajar yang ada dalam dan tertib; (4) bisa meningkatkan minat
buku ajar. Apalagi sekarang telah bergulir siswa untuk belajar; (5) isi materinya bisa
Kurikulum 2013 yang mana bukan hanya membantu siswa dalam menyelesaikan
guru yang dituntut untuk aktif dan kreatif, masalah sehar-hari; (6) isi materinya ada
tapi siswa juga harus kreatif dan aktif dalam refleksi dan evaluasi untuk mengukur
proses pembelajaran. Terkadang yang kompetensi siswa (Pusat Perbukuan, 2004:
menjadi kesulitan seorang guru dalam 4).
memilih bahan ajar adalah cakupannya yang Dari segi isi materi, buku teks pelajaran
bisa saja terlalu sedikit ataupun terlalu luas, harus dapat dipertanggungjawabkan dari
ada juga dalam kedalaman materi, juga bisa segi keilmuan yang akan diajarkan juga
terlalu dangkal atau terlalu dalam tidak bertentangan dan norma atau aturan
pembahasannya. Atau bisa juga urutan yang berlaku di masyarakat. Bahan ajar
materi dan bahan ajar yang tudak sesuai harus spesifik, jelas, dan sesuai dengan
dengan kompetensi siswa yang ingin kurikulum yang berlaku, dan sifatnya harus
dicapai. Apalagi jika setiap tahun buku teks disesuaikan dengan perkembangan zaman.
yang tersedia terbatas atau selalu berganti Jika ada ilistrasi gambar di dalamnya harus
akibat perubahan kurikulum. Sedangkan sesuai dengan teks, harus menarik dan
bagi guru dan siswa, buku teks pelajaran bersifat edukatif bukan hanya dekoratif.
merupakan sumber belajar wajib dalam Dalam buku teks juga harus ada tujuan
proses pembelajaran. pembelajaran, ada gradasi dan memilih
Oleh karena fungsi dari buku teks bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum,
sangatlah penting, Pusat Perbukuan (2004: menyusun tugas untuk siswa, memeriksa
4) memberi definisi ada 4 jenis buku dalam kesesuaian antar bahan ajar, dan juga harus
pendidikan yaitu, (1) buku teks pelajaran; ada hubungan anatara teks dan soal latihan.
(2) buku pelajaran; (3) buku pengayaan; dan Seharusnya dalam materi bahan ajar harus
(4) buku rujukan. Yang dimaksud dengan bisa meningkatkan motivasi siswa untuk
buku teks pelajaran yaitu buku sumber untuk belajar, fokus pada kompetensi yang ingin
belajar siswa, buku ini bergantung pada dicapai, antar bahan ajar haruslah
kurikulum yang berlaku dan digunakan saat berkesinambungan, tidak bertolak belakang,
itu, yang kedua adalah buku pelajaran bahkan harus saling melengkapi (recalling
biasanya sebagai buku pedoman bagi guru prerequisite), bisa menjadi umpan balik
dalam mengajarkan satu bahan ajar, ketiga (feedback) dan bisa dijadikan refleksi diri
yang disebut buku pengayaan berfungsi (self-reflection).
sebagai pelengkap untuk pengetahuan dan Dari segi kebahasaan bahan dalam buku
keterampilan bagi siswa dalam ajar harus menggunakan bahasa yang sesuai
4 | LOKABASA Vol.7, No.1, April 2016

dengan kaidah-kaidah ketatabahasaan. khususnya dalam pelajaran basa Sunda.


Bahasanya sederhana tapi menarik, dan Beberapa hal tersebut diatas bisa dijadikan
sesuai dengn perkembangan siswa. Dalam bahan permasalahan yang akan diteliti
penelitian Haytami mengenai “Telaah Buku termasuk bagaimana kualitas buku ajarnya
Siswa dan Guru” dijelaskan bahwa buku itu sendiri. Belum ada yang melakukan
teks juga harus menpunyai aspek penelitian mengenai kualitas buku ajar basa
keterbacaan, hal itu berhubungan dengan Sunda “Pamekar Diajar Basa Sunda” yang
gampang-susahna buku ajar dibaca dari segi diterbitkan oleh Badan Pengembangan
kebahasaannya (kata, kalimat, paragraf, dan Bahasa Daerah Dan Kesenian (BPBDK)
wacana) oleh siswa, dan juga disesuaikan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
dengan tingkat pedidikannya. Untuk itu melalui penelitian ini, penulis
Untuk menentukan keterbacaan bahan ingin mengetahui, apakah buku tersebut
ajar, kusus dianalisis melalui tiga hal, sudah memenuhi standar kualitas buku ajar;
pertama yaitu melalui teks atau bahn ajarnya Bagaimana tingkat keterbacaan bahan ajar
itu sendiri, kedua melalui latarbelakang yang ada di dalamnya; Apakah buku ajar
pembaca atau pengguna buku teks tersebut, tersebut sudah relevan dengan Kurikulum
ketiga yaitu melalui interaksi antara 2013.
pembaca dan teksna itu sendiri. Aspek Dalam penelitian ini, akan lebih fokus
keterbacaan selalu berhubungan dengan pada satu bahan ajar yang akan diteliti, yaitu
kegiatan memebaca seseorang, untuk itu mengenai bahan ajar dongeng yang ada pada
hubungannya adalah sebagai berikut, (1) Buku “Pamekar Diajar Basa Sunda” terbitan
pembaca; (2) bacaan;dan (3) BPBDK Provinsi Jawa Barat. Karena bahan
latarbelakangnya. ajar dongeng dalam Kurikulum 2013
Begitu pula dalam pelajaran bahasa diajarkan di setiap jenjang pendidikan yaitu
Sunda, setelah Kurikulum 2013 digulirkan di SD kelas 3,4, 5 dan 6; di SMP kelas 7;
secara nasional di setiap jenjang pendidikan, dan di SMA kelas 10. Untuk itu penting
pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah selaku sekali apabila diteliti di setiap jenjang
muatan lokal di Jawa Barat pun perlu pendidikannya. Dipilih dongeng karena
mengadopsi karakteristik Kurikulum 2013. dongeng merupakan salah satu bahan ajar
Seperti yang tertuang dalam Pergub Nomor yang penting diajarkan di sekolah. Dalam
69 Tahun 2013. Setelah Kurikulum 2013 dongeng terdapat nilai-nilai etika, moral dan
tersusun, tim Pengembangan Bahasa Daerah nilai-nilai kebikan lainnya. Untuk itu
dan Kesenian Dinas Pendidikan Provinsi penting sekali diajarkan di sekolah.
Jawa Barat menyusun buku ajar Kurikulum Salama ini belum ada penelitian yang
2013 bagi setia jenjang pendidikan dari khusus meneliti mengenai relevansi dan
SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/K/MA. gradasi bahan ajar, hususnya bahan ajar
Buku tersebut masih terdapat beberapa dongeng dalam buku ajar. Dan juga
kekurangan. Contohnya dalam bagaimana kesesuaian buku tersebut
pendistribusiannya belum merata, meskipun terhadap Kurikulum 2013.
dibuatkan juga versi e-book, tapi sayangnya Pembelajaran di sekolah seharusnya
akses teknologi di setiap sekolah tidak sejalan dengan kebijakan nasional yang
memungkinkan bisa menggunakan e-book disusun dalam bentuk kurikulum. Begitu
tersebut. Meskipun sudah dicetak dan pula dalam penyusunan buku ajar dan bahan
diperbanyak, tapi penyebarannya belum ajar yang terdapat di dalamnya harus sesuai
merata dan menjangkau ke seluruh daerah di dengan kurikulum yang berlaku saat itu.
Jawa Barat. Artinya, kurikulum haris dijadikan dasar
Oleh karena itu, baik guru ataupun dalam penyusunan buku ajar dan bahan ajar
siswa belum bisa memanfaatkan dengan di dalamnya sesuai dengan bidang studinya
baik buku tersebut, terlebih lagi belum masing-masing.
pahamnya guru akan Kurikulum 2013
An An Andriany: Bahan Ajar Dongéng... | 5

Menurut Nasution (2009:9) yang Kurikulum Tingkat Nasional (KTN),


dimaksud dengan kurikulum yaitu, sesuatu Kurikulum Tingkat Daerah (KTD), dan
yang direncanakan sebagai pegangan guna Kurikulum Tingkat Sekolah (KTS). KTN
mencapai tujuan pendidikan. Apa yang disusun dan berlaku secara nasional. KTD
direncanakan biasanya bersifat idea, suatu disusun dan berlaku di daerah berdasarkan
cita-cita tentang manusia atau warga negara KTN dan sesuai dengan kebijakan daerah
yang akan dibentuk”. masing-masing. Sedangkan KTS disusun
Sedangkan Smith dalam Nasution dan belaku di setiap tingkat pendidikan atau
(2009:8) menerangkan bahwa kurikulum itu di sekolah-sekolah (Disdik Provinsi Jawa
adalah rangkaian pengalaman yang secara Barat, 2013: 14)
potensial dapat diberikan kepada anak-anak, Dalam rangka memenuhi permohonan
jadi dapat disebut potential curriculum. KTD, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
Namun apa yang benar-benar dapat menyusun kompetensi inti dan kompetensi
diwujudkan pada anak secara individual dasar (KIKD) Mata Pelajaran Bahasa dan
disebut actual curriculum. Sastra Sunda yang disesuaikan dengan
Menurut Nasution (2009:11) dalam struktur KTN 2013, KIKD Mata Pelajaran
merancang kurikulum tidak bisa Bahasa dan Sastra Daerah berdasarkan surat
sembarangan, tetapi harus edaran Kepala Dinas Provinsi Jawa Barat
mempertimbangkan beberapa aspek yaitu: Nomor 423/2372/Set-disdik tanggal 26
1) Asas filosofis yaitu berhubungan dengan Maret 2013 mengenai Pembelajaran Muatan
tujuan pendidikan yang harus sesuai Lokal Bahasa Daerah pada jenjang SD/MI,
dengan filsafat negara. SMP/MTs, SMA/SMK/MA (Disdik Prov.
2) Asas psikologis yaitu yang berhubungan Jabar, 2013:14).
dengan, psikologi siswa dan Karena itu pembelajaran bahasa Sunda
perkembangan kepribadiannya, dan juga harus disesuaikan dengan Kurikulum
psikologi belajar berhubungan dengan 2013. Penjabarannya harus berbentuk buku
bagaimana proses pembelajaran teks dan bahan ajar. Khusus bahan ajar
berlangsung. dongeng tewujud dalam Standar Kompetensi
3) Asas sosiologis yaitu berhubungan (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Bahasa
dengan keadaan masyarakat, bagaimana Sunda Kurikulum 2013, yang tertuang
perkembangan dan perubahan dalam buku pelajaran “Pamekar Diajar Basa
lingkungannya, dan juga berhubungan Sunda”
dengan kebudayaan manusianya. Adapun kriteria buku ajar yang
4) Asas organisatoris yaitu berdasarkan pada berkualitas menurut Green dan Patty dalam
pertimbangan bentuk dan jenis bahan ajar Tarigan (2008) sebagai berikut.
yang akan dirancang dalam proses 1) Buku ajar harus mempunyai daya pikat,
pembelajaran. jadi menarik bagi siswa yang akan
Kurikulum dan pembelajaran mempergunakannya.
merupakan dua hal yang tidak bisa 2) Buku ajar harus mampuh membangun
dipisahkan, meskipun keduanya memiliki minat siswa yang yang akan
posisi yang berbeda, Kurikulum sendiri mempergunakannya.
berfungsi sebagai pedoman yag memberikan 3) Buku ajar harus memuat ilutrasi yang
arahan dan tujuan pembelajaran, dan juga bagus.
konten yang harus dipahami (Haerudin, 4) Buku ajar harus menimbang-nimbang
2013:56). aspek-aspek linguistik yang sesuai
Begitu pula dalam pembelajaran Basa dengan kemampuan siswa.
dan Sastra Sunda yang seharusnya 5) Isi buku ajar harus berkesinambungan
disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. dengan materi-materi yang lain, akan
Sejalan dengan dikeluarkannya kurikulum lebih bagus kalau didukung oleh rencana
2013 ada tiga jenis kurikulum, yaitu pembelajaran yang bagus.
6 | LOKABASA Vol.7, No.1, April 2016

6) Buku ajar harus menghindari konsep "keterbacaan" ini mempersoalkan tingkat


yang samar atau yang tidak jelas, dan kesulitan atau tingkat kemudahan suatu
yang tidak seharusnya, agar tidak bahan bacaan tertentu bagi peringkat
membingungkan siswa. pembaca tertentu. Keterbacaan (readability)
7) Buku ajar harus mempuyai sudut pandang merupakan ukuran tentang sesuai tidaknya
yang jelas dan tegas yang mewakili suatu bacaan bagi pembaca tertentu dilihat
pandangan, pengetahuan, keterampilan dari segi tingkat kesukaran/kemudahan
dan keahlian penyusunnya. wacananya. Tingkat keterbacaan biasanya
8) Buku ajar harus bisa memanfaatkan nilai- dinyatakan dalam bentuk peringkat kelas.
nilai dalam kehidupan siswa, keluarga, Oleh karena itu, setelah melakukan
para guru, dan juga masyarakat pengukuran keterbacaan sebuah wacana,
disekitarnya. orang akan dapat mengetahui kecocokan
9) Buku ajar harus bisa memberi penilaian matéri bacaan tersebut untuk peringkat kelas
terhadap multitafsir yang berbeda dari tertentu.
setiap individu yang menggunakannya. Berdasarkan definisi di atas bahwa
Bahan pembelajaran merupakan untuk menguji tingkat keterbacaan satu
komponen yang bisa mendukung dalam bahan ajar harus diukur melalui uji
tercapainya tujuan pembelajaran. Meskipun keterbacaan. Maksudnya untuk mengetahui
bahannya sendiri sudah tercantum dalam sesuai atau tidaknya bahan ajar tersebut
kurikulum, tapi guru masih harus bisa didampaikan pada siswa di tingkat tertentu.
memilih dan menentukan bahan ajar Untuk menguji keterbacaan bahan ajar
tersebut. Hal ini berhubungan dengan dibutuhkan formula husus, hal itu sesuai
hakekat dan metode pembelajaran. dengan apa yang disampaikan Harjasujana
Sedangkan metode pembelajaran pada (1996) bahwa ada beberapa bentuk formula
hakekatnya merupakan bagaimana (1) cara yang bisa dipakai untuk mengukur tingkat
memilih bahan ajar, (2) cara menentukan keterbacaan bahan ajar, biasanya yang
cakupan dan susunan bahan ajar, (3) cara diukur adalah keterbacaan sebuah wacana
menyampaikan bahan ajar, dan (4) dalam buku ajar. Berdasarkan penelitian
mengevaluasi bahan (Burhan, 1971; dalam terbaru ada formula yang tepat untuk bisa
Haerudin 2013: 77). mengukur tingkat keterbacaan, ada dua
Dalam buku Pengantar Talaah Buku faktor yang dijadikan acuan dalam
Ajar (Haerudin, 2013: 79-81) menyebutkan mengukurnya yaitu, (a) panjang-pendek
bahwa menyusun bahan ajar bahasa Sunda kalimat dalam sebuah wacana, jeung (b)
harus berdasarkan kepada empat prinsip, tingkat kesukaran kosakata dalam wacana.
yaitu, (1) prinsip spiral, (2) prinsip tematis, Umumnya, semakin banyak kata dalam
(3) prinsip komunikatif, (4) prinsip sebuah kalimat, maka akan mempengaruhi
integratif. tingkat pemahaman terhadap sebuah
Menurut Harjasujana, dkk (1996: 106) wacana, sebaliknya jika sebuah kalimah
memberi definisi mengenai keterbacaan dibangun hanya dengan beberapa kata, maka
yaitu, keterbacaan merupakan alih bahasa akan mudah untuk dipahami.
dari readability. Bentukan Readability Di antara rumusan formula yang
merupakan kata turunan yang dibentuk oleh diciptakan oleh para ahli, ada satu formula
bentuk dasar readable, artinya dapat dibaca yang sederhana yang bisa digunakan untuk
atau terbaca. Konfiks ke-an pada bentuk mengukur tingkat keterbacaan, yaitu
keterbacaan mengandung arti hal yang formula yang dikembangkan oleh Fry yang
berkenaan dengan apa yang disebut dalam disebut Grafik Fry. Formula ini pertama kali
bentuk dasarnya. Oleh karena itu, kita dapat dipublikasikan pada tahun 1977 dalam
mendefinisikan "keterbacaan" sebagai hal majalah “Journal of Reading”. Formula ini
atau ihwal terbaca tidaknya suatu bahan aslinya dibuat pada tahun 1968
bacaan tertentu oleh pembacanya. Jadi, (Harjasujana, dkk, 1996: 113). Menurut Earl
An An Andriany: Bahan Ajar Dongéng... | 7

F. Rankin dan Joseph W. C Culhane dalam 11. Si Kabayan Marak


Harjasujana (1996: 149) acuan untuk 12. Sunan Gunung Jati
menilai hasil uji rumpang adalah sebagai 13. Paménta Tilu Rupa
berikut, 14. Putri Uyah
1. Pembaca ada pada tingkat 15. Dalem Boncél
independet/bebas jika jumlah
persentasenya lebih dari 60%. Ke 15 wacana di atas akan dianalisis
2. Pembaca ada pada tingkat intruksional, menggunakan instrumen Grafik fry dan
jika hasil uji rumpang ada pada 41%-60% Klose tes, untuk mengukur gradasi
3. Pembaca ada pada tingkat prustasi/gagal, wacananya. Sedangkan untuk mengukur
jika hasilnya kurang dari 40%. relevansinya akan dibandingkan dengan
KIKD yang ada pada Kurikulum Bahasa
METODE Sunda 2013.
Penelitian ini adalah penelitian
kualitatif, sesuai yang dikemukakan HASIL DAN PEMBAHASAN
Moleong (2014:6) bahwa penelitaian Hasil analisis dari 15 wacana diatas
kualitatif adalah, akan dijabarkan seperti di bawah ini.

“Penelitian yang bermaksud untuk a. Gambaran bahan ajar dongeng


memahami fenomena tentang apa yang dalam Buku “Pamekar Diajar Basa
dialami oleh subjek penelitian misalnya Sunda” (PDBS) pada seiap tingkatan
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, Pada buku PDBS SD Kelas 3 dongeng
dll., secara holistik, dan dengan cara terdapat pada pelajaran 8 dengan tema
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan “Hormat ka Kolot jeung Ngajen Sasama”.
bahasa, pada suatu konteks khusus yang Pada bab ini ada 3 wacana dongeng yang
alamiah dan dengan memanfaatkan ditampilkan yaitu, (1) Emas Warisan
berbagai metode alamiah.” Bapa;(2) Gajah éléh ku Sireum;(3) Mang
Juhéb dagang Kopéah. Setelah dianalisis
Metode yang digunakan dalm penelitian mengenai kekesuaian antara cerita dengan
ini adalah metode deskriptif yaitu metode tema pelajaran, ketiga wacana ini temanya
untuk mendeskripsikan bagaimana gradasi sesuai dengan tema pelajaran yang
dan relevansi bahan ajar dongeng yang ada disampaikan dalam bab 8.
pada buku Pamekar Diajar Basa Sunda di Pada PDBS SD kelas 4 dongeng ada
setiap jenjang pendidikan yang memuat pada bab 3 dengan tema Silihpikanyaah
bahan ajar dongeng yaitu kelas 3,4,5,6,7, Papada Mahluk. Wacana yang ditampilkan
dan 10. pada bab ini ada 2 yaitu, (1) Tikukur jeung
Sumber data yang digunakan adalah 15 Engang, dan(2) Ki Dipa dipegat Bégal. Pada
wacana dongeng yang ada pada buku PDBS bab ini pun tema yang disampaikan pada
yaitu, wacana merujuk pada tema bab jadi ada
1. Emas Warisan Bapa kesesuaian anatar tema cerita dengan tema
2. Gajah Éléh ku Sireum bab.
3. Mang Juheb Dagang Kopéah Begitu juga pada PDBS SD Kelas 5,
4. Tikukur jeung Engang dongeng disajikan pada bab 8 dengan tema
5. Ki Dipa Dipegat Bégal “Kajadian Tempat”. Wacana yang
6. Sasakala Situ Bagendit ditampilkan ada 3 yaitu, (1) Sasakala Situ
7. Sasakala Situ Paténggang Bagendit;(2) Sasakala Situ Paténggang;(3)
8. Sasakala Gunung Krakatau jeung Selat Sasakala Gunung Krakatau jeung Selat
Sunda Sunda. Ketiga wacana tersebut tema
9. Sakadang Kuya Mamawa Imah ceritanya sesuai dengan tema yang disajikan
10. Ajag Nangtang Jelema pada bab 8 yaitu mengenai kejadian tempat.
8 | LOKABASA Vol.7, No.1, April 2016

Sedangkan pada PDBS SD Kelas 6, tersebut. Kegiatan belajarnya pun meliputi


tema yang disajikan bab 1 adalah kegiatan, membaca, menulis, berbicara dan
“Nyalametkeun mahluk papada ciptaan mendengarkan. Sesuai dengan komponen
Alloh”. Wacana dongeng yang ditampilkan yang harus disajikan pada tataran
hanya 1 yaitu “Sakadang Kuya Mamawa pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Imah”. Isi cerita dari dongeng itu pun sesuai
dengan tema bab 1. Tapi pada bab ini tidak b. Gradasi bahan ajar dongeng dalam
khusus membahas mengenai dongeng Buku “Pamekar Diajar Basa
seperti pada kelas 3,4, dan 5. Pada bab ini Sunda”(PDBS) pada setiap tingkatan
bahan ajar yang disajikan tidak hanya Gradasi bahan ajar dongeng diukur
dongeng, tapi ada kawih, wacana narasi, dan mengunakan Grafik Fry dan Klose Tes hasil
paribasa. Jadi satu tema pelajaran ada dari uji pada 15 wacana diatas adalah
berbagai jenis bahan ajar yang disajikan sebagai berikut.
pada satu tema. Meskipun semua bahan ajar 1. Emas Warisan Bapa
tersebut merujuk pada tema pelajaran. Jumlah kalimat: 9
Pada PDBS SMP Kelas 7 dongeng Jumlah suku kata: 211
disajikan pada bab 5 dengan tema dongeng. Hasil: 8.5 x 126,6 = 4
Karena pada tingkat SMP dan SMA bahan Dari perhitungan diatas terlihat bahwa
ajar yang disajikan tidak disajikan wacana ini terdapat pada area 4 artiinya,
berdasarkan tema khusus seperti pada PDBS cocok digunakan untuk kelas 4.
SD. Di SMP dan SMA tema yang disajikan 2. Gajah éléh ku Sireum
langsung merujuk pada bahan ajar tersebut, Jumlah kalimat: 13
yaitu kalau yang ditampilkan bahan ajar Jumlah suku kata: 224
dongeng, jadi bab tersebut pun menyebutkan Hasil: 13 x 134.4 = 3
bab dongeng. Pada bab 5 di PDBS SMP Dari perhitungan diatas terlihat bahwa
kelas 7, ada 3 wacana yang ditampilkan wacana ini terdapat pada area 3, artinya
yaitu, (1)Ajag nangtang Jelema; (2) Si cocok digunakan untuk kelas 3.
Kabayan Marak;dan (3) Sunan Gunung Jati. 3. Mang Juhéb dagang Kopéah
Pada ketiga wacana ini tidak ada tema Jumlah kalimat: 11
khusus yang ditampilkan. Wacana-wacana Jumlah suku kata: 205
ini disesuaikan dengan kemampuan Hasil 10, 05 x 123 = 2
pengetahuan dan keterampilan siswa pada Dari perhitungan diatas terlihat bahwa
tingkat SMP. wacana ini terdapat pada area 2 artinya
Pada PDBS SMA, dongeng disajikan cocok digunakan untuk kelas 2.
pada Kelas 10. Dongeng ada pada bab 5. 4. Tikukur jeung Engang
Sedangkan wacana yang disajikan ada 3 Jumlah kalimat: 12
yaitu, (1)Paménta tilu rupa;(2) Putri Uyah; Jumlah suku kata: 212
dan (3)Dalem Boncél. Ketiga wacana Hasil 11.2 x 127.2 = 3
tersebut tidak memilik tema khusus seperti Dari perhitungan diatas terlihat bahwa
pada PDBS SD kelas 3,4,5, dan 6. Ketiga wacana ini terdapat pada area 3 artinya
wacana ini disajikan dalam tema yang cocok digunakan untuk kelas 3.
berbeda-beda, disesuaikan dengan 5. Ki Dipa dipegat Bégal
kebutuhan bahan ajar pada bab ini. Jumlah kalimat: 11
Sedangkan mengenai urutan bahan yang Jumlah suku kata: 212
disajikan dari PDBS SD, SMP sampai SMA, Hasil 10.5 x 128.4 = 4
disajikan disesuaikan dengan kebutuhan Dari perhitungan diatas terlihat bahwa
siswa pada tingkatannya. Tidak hanya wacana ini terdapat pada area 4 artinya
wacana yang disajikan, tapi ada pengetahuan cocok digunakan untuk kelas 4.
tentang dongeng, ada kegiatan keterampilan, 6. Sasakala Situ Bagendit
dan sikap yang disajikan pada bab-bab Jumlah kalimat: 11
An An Andriany: Bahan Ajar Dongéng... | 9

Jumlah suku kata: 214 Jumlah suku kata: 229


Hasil 10.5 x 128.4 = 4 Hasil 12.5 x 137.4 = 4
Dari perhitungan diatas terlihat bahwa Dari perhitungan diatas terlihat bahwa
wacana ini terdapat pada area 3 artinya wacana ini terdapat pada area 4 artinya
cocok digunakan untuk kelas 3. cocok digunakan untuk kelas 4.
7. Sasakala Satu Paténggang 14. Putri Uyah
Jumlah kalimat: 13 Jumlah kalimat: 10
Jumlah suku kata: 238 Jumlah suku kata: 235
Hasil 12.8 x 142.8 = 4 Hasil 9.5 x 141 = 6
Dari perhitungan diatas terlihat bahwa Dari perhitungan diatas terlihat bahwa
wacana ini terdapat pada area 4 artinya wacana ini terdapat pada area 6 artinya
cocok digunakan untuk kelas 4. cocok digunakan untuk kelas 6.
8. Sasakala Gunung Krakatau jeung Selat 15. Dalem Bocel
Sunda Jumlah kalimat: 17
Jumlah kalimat: 9 Jumlah suku kata: 237
Jumlah suku kata: 214 Hasil 16.7 x 142.2 = 4
Hasil 8.7 x 128.4 = 4 Dari perhitungan diatas terlihat bahwa
Dari perhitungan diatas terlihat bahwa wacana ini terdapat pada area 4 artinya
wacana ini terdapat pada area 4 artinya cocok digunakan untuk kelas 4.
cocok digunakan untuk kelas 4. Dari data diatas terlihat hasil grafik fry
9. Sakadang Kuya Mamawa Imah dalam Harjasujana (1996:149) menandakan
Jumlah kalimat: 15 ada beberapa wacana yang relevan dan
Jumlah suku kata: 216 kurang relevan. Seperti wacana yang
Hasil 14 x 129.6 = 3 disampaikan di SD kelas 3,4,5, dan 6 rata-
Dari perhitungan diatas terlihat bahwa rata relevan dengan tingkatannya.
wacana ini terdapat pada area 3 artinya Sedangkan untuk wacana yang disampaikan
cocok digunakan untuk kelas 3. di SMP kelas 7 ada satu wacana yang
10. Ajag Nangtang Jelema\ kurang relevan yaitu “Sunan Gunung Jati”,
Jumlah kalimat: 12 untuk wacana di SMA kelas 10 rata-rata
Jumlah suku kata: 212 wacananya relavan diajarkan di kelas
Hasil 11.2 x 127.2 = 3 tersebut.
Dari perhitungan diatas terlihat bahwa Hasil Klose Tes terhadap 10 wacana
wacana ini terdapat pada area 3 artinya hasilnya sebagai berikut,
cocok digunakan untuk kelas 3. 1. Mang Juhéb Dagang Kopéah
11. Si Kabayan Marak Setelah diujikan pada siswa kelas 3 SD,
Jumlah kalimat: 9 hasilnya 74% siswa independan, artinya
Jumlah suku kata: 220 wacana ini dianggap mudah untuk
Hasil 8.9 x 131 = 4 dipahami oleh siswa.
Dari perhitungan diatas terlihat bahwa 2. Tikukur Jeung Éngang
wacana ini terdapat pada area 4 artinya Setelah diujikan pada siswa kelas 4 SD,
cocok digunakan untuk kelas 4. hasilnya 100% siswa gagal, artinya
12. Sunan Gunung Jati wacana ini dianggap sukar/sulit untuk
Jumlah kalimat: 8 dipahami oleh siswa.
Jumlah suku kata: 242 3. Sasakala Situ Bagendit
Hasil 8 x 145.2 = 7 Setelah diujikan pada siswa kelas 5 SD,
Dari perhitungan diatas terlihat bahwa hasilnya 54% siswa gagal, artinya
wacana ini terdapat pada area 7 artinya wacana ini dianggap sulit untuk
cocok digunakan untuk kelas 7. dipahami oleh siswa.
13. Paménta Tilu Rupa 4. Sakadang Kuya Mamawa Imah
Jumlah kalimat: 13
10 | LOKABASA Vol.7, No.1, April 2016

Setelah diujikan pada siswa kelas 6 SD, dalam Buku Pamekar Diajar Basa Sunda
hasilnya 89 % siswa terstruktur, artinya SD Kelas 3 pada pelajaran 8, ada beberapa
wacana ini dianggap sedang untuk kegiatan yang berhubungan dengan KD
dipahami oleh siswa. tersebut seperti, membaca dalam hati,
5. Ajag Nangtang Jelema membaca nyaring, dan mengamati isi teks
Setelah diujikan pada siswa kelas 7 dongeng.
SMP, hasilnya 50% siswa gagal, artinya Tiga kegiatan tersebut, bisa mewakili
wacana ini dianggap sulit untuk kegiatan mengamati teks dongeng. Karena
dipahami oleh siswa. dalam kegiatan membaca dalam hati siswa
6. Si Kabayan Marak secara tidak langsung mengamati dongeng
Setelah diujikan pada siswa kelas 7 tersebut. Begitupun dalam kegiatan
SMP, hasilnya 50% siswa terstrtuktur, membaca nyaring juga siswa akan
artinya wacana ini dianggap tidak melakukan kegiatan mengamati.
terlalu sulit untuk dipahami oleh siswa. Kegiatan yang menggambarjan KD
7. Sunan Gunung Jati 3.4.8 (menceritakan isi dongeng) dalam
Setelah diujikan pada siswa kelas 7 PDBS SD kelas 3 ada dalam pelajaran 8.
SMP, hasilnya 100% siswa gagal, Kegiatan yang mewakili KD tersebut adalah
artinya wacana ini dianggap sulit untuk siswa diberi tugas untuk mencari contoh
dipahami oleh siswa. dongeng pada sumber yang lain. Setelah itu
8. Pamenta Tilu Rupa siswa akan menceritakan kembali isi
Setelah diujikan pada siswa kelas 10 dongeng tersebut.
SMA, hasilnya 51% siswa terstruktur, Sedangkan dalam PDBS SD kelas 4
artinya wacana ini dianggap tidak kegiatan yang relevan dengan KD 4.3.3
terlalu mudah untuk dipahami oleh (menggali isi teks dongeng) yaitu kegiatan
siswa. mendengarkan isi cerita dari dongeng
9. Putri Uyah “Tikukur jeung Engang”. Melalui kegiatan
Setelah diujikan pada siswa kelas 10 tersebut, siswa diharapkan bisa memahami
SMA, hasilnya 94% siswa gagal, isi ceritanya dengan cara menjawab
artinya wacana ini dianggap susah beberapa pertanyaan yang berhubungan
untuk dipahami oleh siswa. dengan wacana dongeng tersebut.
10. Dalem Boncél Selanjutnya ada kegiatan membaca nyaring
Setelah diujikan pada siswa kelas 10 wacana dongeng yang berjudul “Ki Dipa
SMA, hasilnya 43% siswa terstruktur, dipegat Bégal”. Lalu ada kegiatan
artinya wacana ini dianggap tidak mendiskusikan isi cerita tersebut melalui
terlalu sulit untuk dipahami oleh siswa. beberapa pertanyaan. Sedangkan kegiatan
Dari hasil di atas menunjukan bahwa yang relevan dengan KD 4.4.3 (meceritakan
hasil Kose Tes dan Grafik Fry bisa berbeda, isi dongeng) yaitu kegiatan meragakan
karena cara pengujiannya yang berbeda. Jika percakapan yang ada pada dongeng “Ki
menurut Grafik Fry wacana tersebut Dipa dipegat Bégal”. Selanjutnya ada
dianggap relevan, lain halnya menurut Klose kegiatan menceritakan kembali di depan
Tes, ada wacana yang diangap sulit kelas isi dari dongeng tersebut.
dipahami di tingkatan tersebut. Pada PDBS SD kelas 5 ada kegiatan
yang relevan dengan KD 5.3.8 (mengamati
c. Relevansi bahan ajar dongeng dalam isi teks dongeng) yaitu membaca dalam hati
Buku “Pamekar Diajar Basa wacana “Sasakala Situ Bagendit”, ada juga
Sunda”(PDBS) pada setiap tingkatan kegiatan mendiskusikan isi dongeng tersebut
terhadap Kurikulum 2013 melalui beberapa pertanyaan. Sedangakan
Berdasarkan hasil analisis bahan ajar, kegiatan yang relevan dengan KD 5.4.8
terlihat bahwa kegiatan yang digambarkan (menceritakan isi teks dongeng) yaitu
pada KD 3.3.8 (mengamati teks dongeng) kegiatan mendongeng dan menambah
An An Andriany: Bahan Ajar Dongéng... | 11

pengetahuan tentang dongeng “sasakala”. kaidah-kaidahnya) yaitu kegiatan


Melalui kegiatan tersebut siswa dapat menganalisis teks dongeng yang berjudul
menggali isi dari teks dongeng tersebut. “Putri Uyah”, dan kegiatan mendongeng di
Sedangakan pada PDBS SD kelas 6, depan kelas wacana yang telah dibaca oleh
kegiatan yang menggambarkan KD 6.3.1 siswa. Tapi semua kegiatan tersebut tidak
(memahami teks narasi tentang ada yang mengambarkan carita wayang.
penyelamatan mahluk) tidak relevan. Pada Karena bahan ajar carita wayang ada pada
Tema 1 yang menyajikan wacana dongeng, bab berikutnya jadi ada yang tidak relevan
tapi tidak sepenuhnya merujuk pada KD antara KD dan kegiatan pembelajarannya.
6.3.1. Pada bab ini, kegiatan
pembelajarannya membahas wacana narasi. SIMPULAN
Sedangakan isi dari bahan ajarnya tidak Setelah dianalisis maka didapat
hanya dongeng tapi ada sisindiran, kawih, kesimpulan bahwa bahan ajar dongeng ada
dan wacana narasi. Tidak seperti pada PDBS pada PDBS SD kelas 3,4,5, dan 6. Dalam
SD di kelas 3,4, dan 5 yang hanya PDBS SMP wacana dongeng ada pada
membahas dongeng. Pada PDBS SD kelas 6 pelajaran kelas 7, dan pada tingkat SMA,
wacana dongeng hanya bagian dari tema dongeng diajarkan pada kelas 10. Gambaran
keseluruhan. Jadi kegiatannya pun tidak bahan ajar dongeng yang ada pada PDBS
relevan berkaitan dengan KD 6.3.1. SD, SMP, dan SMA, di beberapa tingkatan
begitupun kegiatan yang mewakili KD 6.4.1. antara daftar isi dan isi di dalamnya ada
Pada PDBS SMP kelas 7 ada kegiatan ketidaksesuaian. Wacana dongeng yang
yang menggambarkan KD 7.3.5 dianalisis tingkat gradasinya ada 15 wacana
(mengidentifikasi, memahami dan yang tersebar di setiap tingkatan. Hasilnya
menganalisis teks dongeng sesuai kaidah- menurut Grafik Fry semua wacan cocok
kaidahnya) yaitu kegiatan membaca diajarkan pada tingakatannya, tapi menurut
dongeng yang berjudul “Ajag nagtang hasil Klose Tes ada beberapa wacana ada
Jelema”. Setelah membaca dongeng siswa pada tingat kesukaran yang tinggi untuk
diharapkan akan memahami isi ceritanya, dipahami oleh siswa. Sebagian besar wacana
setalah itu siswa diberi tugas untuk tersebut bisa dipahami oleh siswa pada
mencarai nilai moral yang terkandung dalam tingkatannya. Sedangkan relevansi bahan
teks dongeng tersebut. Sedangkan kegiatan ajar yang ada pada PDBS dengan Kurikulum
yang mewakili KD 7.4.5 (menafisrkan, 2013 yaitu, beberapa kegiatan pada PDBS
menanggapi, dan menyajikan isi serta nilai- sudah relevan dengan Kurikulum 2013.
nilai yang terkandung dalam dongeng sesuai Hanya saja ada ketidakrelevanan bahan ajar
dengan kaidah-kaidahnya) yaitu meceritakan dan Kurikulum yaitu pada tingkat SD kelas
kembali isi dongeng “ Si Kabayan Marak”. 6 dan SMA kelas 10.
Pada PDBS SMA kelas 10 kegiatan
yang menggambarkan KD 10.3.5 PUSTAKA RUJUKAN
(mengidentifikasi, menganalisis, dan Disdik Provinsi Jawa Barat. (2013).
membandingkan dongeng dan carita wayang Kurikulum Tingkat Daerah Mata
sesuai kaidah-kaidahnya) yaitu kegiatan Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda
membaca dongeng “ Pamenta tilu rupa”, Berbasis Kurikulum 2013. Bandung:
dimana siswa diharapkan akan memahami Disdik Provinsi Jawa Barat.
isi dongeng melalui kegiatan membaca. Haerudin, Dingding. (2013). Panganteur
Selanjutnya ada kegiatan mengenal jenis- Talaah Buku Ajar. Bandung: JPBD
jenis dongeng. Setalah membaca, siswa FPBS UPI
diberi pengetahuan mengenai dongeng.
Sedangkan kegiatan yang mewakili KD Harjasujana, dkk. (1996). Membaca 2.
10.4.5 (menanggapi dan mengekspresikan Jakarta: Departemen Pendidikan dan
dongeng dan carita wayang sesuai dengan Kebudayaan.
12 | LOKABASA Vol.7, No.1, April 2016

Moleong, Lexy J. (2014) Metodologi Pusat Perbukuan. (2005). Peraturan Menteri


Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun
Remaja Rosdakarya 2005 tentang Buku Teks Pelajaran.
Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasution, S.(2009). Asas-Asas Kurikulum
Nasional.
ed.2 . Jakarta: Bumi Aksara
Tarigan. 2008. Menulis. Bandung: Angkasa.
Peraturan Gubernur No. 69 Tahun 2013.
Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa
dan Sastra Daerah pada Jenjang UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih
Satuan Pendidikan Dasar dan
kepada semua pihak yang telah membantu
Menengah. Bandung: Pemerintah
selama pelaksanaan penelitian ini. Terima
Provinsi Jawa Barat.
kasih pula kepada pihak pengelola jurnal
Pusat Perbukuan (2004). Kajian yang telah menerbitkan artikel hasil
Keterbacaan Buku Teks Pelajaran penelitian ini. Semoga hasil penelitian ini
Jakarta: Departemen Pendidikan bermanfaat bagi pendidikan.
Nasional.

Anda mungkin juga menyukai