Anda di halaman 1dari 40

TUGAS ANALISIS KURIKULUM

SECARA NORMARIF

DISUSUN OLEH:
(KELOMPOK 7)

AYU ANGGRAINI 06101181722041


FENTY JAYANTI 06101281722023
FRISKA SENJA CAHYANI 06101281722044
LULU MUNISAH 06101281722035
YUNI HARTATI ELIYA ROSA 06101181722029

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Iceng Hidayat, M.Sc.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDDIKAN
UNIVERSITAS SRIWJAYA
2019
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha yang telah
melimpahkan rahmat- Nya sehingga makalah ini dapat selesai sesuai dengan yang
diharapkan. Terima kasih kepada Bapak Dr. Iceng Hidayat, M.Sc. selaku dosen
pengampu mata kuliah Telaah Kurikulum dan Buku Teks Kimia atas bimbingan
dalam pembuatan tugas analisis kurikulum secara normative ini
Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal
itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu,
kami mohon maaf atas segala kekurangannya dan sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi
kita semua. Atas perhatiannya, kami mengucapkan terima kasih.

Indralaya, Oktober 2019

Kelompok 7
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian
dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta
didik.
Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat rencana dan
pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa,
penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemeberdayaan sumber daya
pendidikan( Depdiknas 2002). KBK merupakan sebuah konsep kurikulum yang
menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-
tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh
siswa, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Secara
materi, sebenarnya kurikulum ini tak berbeda dari Kurikulum 1994, perbedaannya
hanya pada cara para murid belajar di kelas.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah
sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan
di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. Pada prinsipnya, KTSP
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun pengembangannya
diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri.
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan
muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan SI dan SKL. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat
kompetensi yang dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi
bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Sedangkan kurikulum terbaru saat ini yang digunakan di Indonesia yaitu
Kurikulum Tahun 2013, di mana kurikulum ini lebih mirip dengan Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Model kurikulum berbasis kompetensi ini ditandai oleh
pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan
keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata
pelajaran. Walaupun hampir mirip dengan model Kurikulum Berbasis
Kompetensi, akan tetapi masih ada juga perbedaan-perbedaannya. Kurikulum
dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi dan kemampuan yang mereka miliki. Di dalam
kurikulum ini memandang bahwa setiap peserta didik itu memiliki potensinya
masing-masing yang perlu digali dan dikembangkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan analisis normatif?
2. Bagaimana tujuan dari analisis normatif?
3. Bagaimana perbedaan antara kurikulum KBK, KTSP, dan Kurikulum
2013?
4. Bagaimana analisis normatif dari kurikulum KBK, KTSP, dan Kurikulum
2013?
5. Bagaimana kekurangan dan kelebihan dari kurikulum KBK, KTSP, dan
Kurikulum 2013?

1.3. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan atau memahami mengenai pengertian
analisis normative.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan atau memahami tujuan dari analisis
normative.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan atau memahami perbedaan antara
kurikulum KBK, KTSP, dan Kurikulum 2013
4. Mahasiswa dapat menjelaskan dan memahami analisis normatif dari
kurikulum KBK, KTSP, dan Kurikulum 2013.
5. Mahasiswa dapat menjelaskan dan memahami kekurangan dan kelebihan
dari kurikulum KBK, KTSP, dan Kurikulum 2013.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analisis Normatif Buku Teks


Buku teks merupakan buku panduan yang digunakan oleh peserta didik
maupun guru dalam pelakasanaan pembelajaran. Buku teks yang digunakan
merupakan buku yang bahasannya mudah dipahami, mengaitkan pengalaman
sehari-hari peserta didik sehingga dapat lebih mudah dimengerti. Menurut Husnita
dan Zulva (dalam jurnal Pelangi, hlm. 150) “Buku Teks atau buku pelajaran
merupakan buku pegangan yang digunakan oleh guru dalam mengajar, selain itu
buku teks juga digunakan oleh siswa sebagai penunjang kegiatan pembelajaran
baik di sekolah maupun di luar sekolah.”
Selain itu menurut Tarigan dan Tarigan (1986, hlm. 13) Buku teks adalah
buku pelajaran dalam bidang tertentu, yang merupakan buku standar, yang
disusun oleh para pakar. Dalam hal itu untuk maksud dan tujuan instruksional,
yang diperlengkapi dengan sarana- sarana pengajaran yang serasi dan mudah
dipahami oleh pemaikainya di sekolah- sekolah maupun perguruan tinggi
sehingga dapat menunjang sesuatu program pengajaran.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa buku teks merupakan buku panduan yang
digunakan baik untuk peserta didik maupun guru dalam proses pembelajaran.
Dengan adanya buku teks mempermudah pengajaran dimana melibatkan semua
peserta didik didalam kelas. Peserta didik juga lebih mudah dalam memahami dan
menangkap materi yang dijelaskan karena materi yang disampaikan tertera dengan
jelas didalam buku teks.
Pengertian normatif adalah berpegang teguh pada norma, aturan dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku, dalam hal ini menyangkut buku teks yang
digunakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Dengan menggunakan
metode analisis ini dapat mencari tahu mengenai materi pelajaran, kesesuaian
pokok bahasan dan kelayakan isi dari sebuah buku teks. Menganalisis dalam
artian menguji, menelaah, dan meneliti buku teks dan membandingkan dengan
buku teks yang lain.
Materi pelajaran merupakan bahan pelajaran yang disajikan dalam buku
pelajaran. Buku pelajaran yang baik memperhatikan relevansi, adekuasi,
keakuratan, dan proporsionalitas dalam penyajian materinya. kesesuaian dengan
KD, kesesuaian dengan perkembangan peserta didik, kesesuian dengan kebutuhan
bahan ajar, kebenaran substansi materi pelajaran, manfaat untuk penambahan
wawasan, kesesuaian dengan nilai moral dan nilai-nilai sosial. Dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Kesesuaian Materi Buku Teks dengan Kurikulum
Kurikulum merupakan suatu usaha untuk menyampaikan asas-asas dan
ciri-ciri yang penting dari suatu rencana pendidikan dalam bentuk yang
sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan oleh guru di sekolh.
Pengertian ini mengharuskan setiap perencanaan dan usaha yang
dilakukan oleh pelaku pendidikan termasuk pembuat bahan ajar baik yang
berupa buku atau yang lainnya harus mengacupada kurikulum yang
berlaku..
b. Keakuratan Materi
Wacana yang disajikan dalam buku teks ini sesuai dengan kenyataan tidak
dibuat-buat. Hal ini terbukti disebutkannya sumber secara jelas di samping
itu bacaan yang ada sesuai dengan tingkat pemahaman siswa kelas SLTP.
Sementara itu keakuratan konsep dan teori tercermin dari kesesuaian teori
dan konsep yang disajikan untuk mencapai Kompetensi Dasar (KD)
dengan definisi yang berlaku dalam bidang ilmu bahasa (linguistik) dan
ilmu sastra. Selain itu keakuratan teori dan konsep itu terlihat juga dalam
penggunaannya yang tepat sesuai dengan fenomena yang dibahas dan
tidak menimbulkan banyak tafsir (ambigu).
c. Keakuratan dalam memilih contoh
Contoh-contoh latihan yang disajikan menunjukkan keruntutan konsep
dari yang mudah ke yang sukar, dari yang konkret ke abstrak, dari yang
sederhana ke yang kompleks dari yang telah dikenal sampai ke
pengembangannya. Tema Pelajaran Pertama di harapkan memberikan
kesan bagus terhadap anak-anak. Sebelum peserta didik diberi tugas
membaca pemahaman dengan menemukan gagasan utama disajikan,
penyusun mengajak peserta didik melihat kebiasaan-kebiasaan mereka
dalam membaca termasuk mendata buku apa saja yang telah dibacanya.
Setelah itu siswa diajak untuk mengenali cara-cara yang sering dilakukan
oleh para pengarang dalam menggambarkan objek kemudian barulah
peserta didik diajak untuk membaca pemahaman untuk mengenali gagasan
utama dan gagasan penjelas dengan model pembimbingan dengan cara
memberikan tips menemukan ide dengan cepat.

2.2 Tujuan Analisis Normatif Buku Teks


Menganalisis buku teks adalah salah satu cara agar dapat mengetahui
sejauh mana kualitas buku teks yang kita pakai pada sistem pembelajaran. Buku
teks memiliki peranan penting bagi guru dan siswa selain sebagai bahan acuan
pembelajaran dan sebagai sarana untuk membantu belajar siswa. Buku teks pula
membantu siswa untuk memahami materi yang akan mereka pelajari dengan
membaca dan memahaminya. Buku teks yang baik haruslah menarik dan mampu
meransang minat siswa untuk termotivasi belajar. Dengan buku yang menarik
siswa akan mau belajar dan tertarik untuk memahami materi pembelajaran. Selain
itu, analisis buku juga bertujuan untuk:
a. Mengetahui kelebihan dan kekurangan buku yang dianalisis sehingga
dapat menjadi pertimbangan untuk melakukan perbaikan lebih lanjut
b. Memberikan gambaran kepada pembaca dan penilaian umum dari sebuah
buku secara ringkas, sebagai pertimbangan ketika akan memilih
menggunakan atau membeli buku
c. Memberikan masukan kepada penulis berupa kritik dan saran terhadap isi,
substansi, cara penulisan buku agar menjadi lebih baik lagi untuk buku
selanjutnya
d. Mengetahui latar belakang dan alasan buku tersebut diterbitkan.
e. Menguji kualitas buku dan membandingkan terhadap karya lainnya.

2.3 Perbedaan Kurikulum 2004 (KBK), KTSP, dan Kurikulum 2013


2.3.1 Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa Yunani.
Pada awalnya istilah ini digunakan untuk dunia olahraga, yaitu berupa jarak
yang harus ditempuh oleh pelari. Pada masa Yunani dahulu kala istilah
“kurikulum” digunakan untuk menunjukkan tahapan-tahapan yang harus
dilalui atau ditempuh oleh seorang pelari dalam perlombaan estafet yang
dikenal dalam dunia atletik, proses lebih lanjut istilah ini ternyata mengalami
perkembangan, sehingga penggunaan istilah ini merambah ke dunia
pendidikan. Sejauh ini belum diketahui secara pasti kapan istilah kurikulum
masuk dalam ranah pendidikan. Persoalan ini memerlukan penelitian sejarah
kurikulum yang lebih mendalam untuk melihat lebih jauh mengenai sejarah
istilah kurikulum yang dari awalnya telah berkembang dari bahasa Yunani.
Secara etimologis, kurikulum merupakan tejemahan dari
kata curriculum dalam bahasa Inggris, yang berarti rencana
pelajaran. Curriculum berasal dari bahasa latin currere yang berarti berlari
cepat, maju dengan cepat, menjalani dan berusaha untuk. Dari sudut
terminologi, pengertian kurikulum menurut S. Nasution ialah sebagai
“sejumlah mata pelajaran yang atau bahan ajar yang harus dikuasai murid dan
diajarkan oleh guru untuk mencapai suatu tingkatan atau ijazah”.
Sedangkan pengertian kurikulum menurut para ahli kurikulum adalah
perangkat pendidikan yang merupakan jawaban terhadap kebutuhan dan
tantangan masyarakat. Ada ahli yang mengungkapkan bahwa kurikulum
adalah pernyataan mengenai tujuan (MacDonald; Popham), ada juga yang
mengemukakan bahwa kurikulum adalah suatu rencana tertulis (Tanner,
1980). Berikut ini beberapa pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh
para ahli:
a. Pengertian Kurikulum Menurut Kerr, J. F (1968): Kurikulum
adalah semua pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara
individu ataupun secara kelompok, baik di sekolah maupun di luar
sekolah.
b. Pengertian Kurikulum Menurut Inlow (1966): Kurikulum adalah
usaha menyeluruh yang dirancang oleh pihak sekolah untuk
membimbing murid memperoleh hasil pembelajaran yang sudah
ditentukan.
c. Pengertian Kurikulum Menurut Neagley dan Evans
(1967): kurikulum adalah semua pengalaman yang dirancang dan
dikemukakan oleh pihak sekolah.
d. Pengertian Kurikulum Menurut Beauchamp (1968): Kurikulum
adalah dokumen tertulis yang mengandung isi mata pelajaran yang
diajar kepada peserta didik melalui berbagai mata pelajaran, pilihan
disiplin ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pengertian Kurikulum Menurut Good V. Carter (1973): Kurikulum
adalah kumpulan kursus ataupun urutan pelajaran yang sistematik.
f. Pengertian Kurikulum Menurut UU No. 20 Tahun
2003: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.
2.3.2 Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Untuk memahami tentang pengertian kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) ini, perlu dikemukakan terlebih dahulu pengertian dari kompetensi itu
sendiri, Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum
Inti Perguruan Tinggi mengemukakan “Kompetensi adalah seperangkat
tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat
untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di
bidang pekerjaan tertentu.” Kay (1977) mengemukakan bahwa kompetensi
selalu dilandasi oleh rasionalitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran
“mengapa” dan “bagaimana” perbuatan tersebut dilakukan.
Berdasarkan pengertian dari kurikulum dan kompetensi di atas,
“Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga
hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap
seperangkat kompetensi tertentu.”
Pusat kurikulum, Balitbang Depdiknas (2002) mendefinisikan bahwa
kurikulum berbasis kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan
tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian,
kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam
pengembangan kurikulum sekolah. Kurikulum ini berorientasi pada: (1) hasil
dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui
serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan (2) keberagaman yang
dapat diwujudkan sesuai dengan kebutuhannya.
Dalam KBK, proses pembelajaran difokuskan pada pemerolehan
kompetensi-kompetensi oleh peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum ini
mencakup sejumlah kompetensi, dan seperangkat tujuan pembelajaran yang
dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam
bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu kriteria
keberhasilan. Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta
didik sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) memiliki sejumlah kompetensi
yang harus dikuasai oleh peserta didik, penilaian dilakukan berdasarkan
standar khusus oleh peserta didik, sebagai hasil demonstrasi kompetensi yang
ditunjukkan oleh peserta didik, pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan
individual personal untuk menguasai kompetensi yang dipersyaratkan.
Depdiknas (2002) mengemukakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi
memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal.
2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagamaan.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lain yang
memenuhi unsur edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Selanjutnya Mulyasa menjelaskan bahwa sedikitnya dapat diidentifikasi
enam karakteristik kurikulum berbasis kompetensi, yaitu:
1. Sistem belajar dengan modul.
2. Menggunakan keseluruhan sumber belajar.
3. Pengalaman lapangan.
4. Strategi belajar individual personal.
5. Kemudahan belajar.
6. Belajar tuntas.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan kerangka pokok yang
memiliki empat komponen yaitu:
1. Kurikulum dan hasil belajar, di dalamnya berisi perencanaan
pengembangan kompetensi peserta didik yang perlu dicapai secara
keseluruhan dari sejak lahir hingga selesai di sekolah tingkat
menengah (kira-kira pada umur 18 tahun).
2. Penilaian berbasis kelas, di dalamnya berisi prinsip, sasaran dan
pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih pasti dan akurat serta
konsisten.
3. Kegiatan belajar dan mengajar, di dalamnya berisi gagasan-gagasan
pokok tentang pembelajaran dan pengajaran untuk mencapai standar
kompetensi yang telah ditetapkan.
4. Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, di dalamnya berisi berbagai
bentuk pola pengembangan dan pemberdayaan tenaga kependidikan
dan sumber daya lain untuk meningkatkan mutu pendidikan, sehingga
berdampak baik bagi nasib bangsa dan Negara kedepannya.
Dalam kurikulum berbasis kompetensi ini terdapat 9 mata pelajaran yang
diajarkan yaitu, pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan dan
pengetahuan sosial, bahasa Indonesia, matematika, IPA, kerajinan tangan dan
kesenian, pendidikan jasmani, dan ditambahi kegiatan yang mendukung
kebiasaan, dan muatan lokal.
2.3.3 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, Ayat 15) dikemukakan
bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan
memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan undang-undang No.20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2)
sebagai berikut:
1. Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan
untuk mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional.
2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, petensi
daerah, dan peserta didik.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. KTSP yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2004 (KBK)
adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-
masing satuan pendidikan/sekolah. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan
tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan
pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Silabus adalah rencana
pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu
yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar
kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi)
kepada lembaga pendidikan. KTSP memberikan kesempatan kepada sekolah
untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan kurikulum. Secara khusus
tujuan diterapkan KTSP adalah.
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola, dan
memberdayakan sumberdaya yang tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputussan bersama.
3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang akan dicapai.
KTSP merupakan bentuk operasional pengembangan kurikulum dalam
konteks desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah, yang akan memberikan
wawasan baru terhadap system yang sedang berjalan selama ini. Hal ini
diharapkan depat membawa dampak terhadap peningkatan efisiensi dan
efektivitas kinerja sekolah, khususnya dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Karekteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah da
satuan pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran,
pengelolaan sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan, serta
system penilaian. Berdasrkan uraian di atas, dapat dikemukakan beberapa
karakteristik KTSP sebagai berikut; pemberian otonomi luas kepada sekolah
dan satuan pendidikan, partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi,
kepemimpinan yang demokratis dan professional, serta tim-kerja yang
kompak dan transparan.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan terdapat 11 mata pelajaran
yang diajarkan, sebagai berikut; pendidikan agama, pendidikan
kewarganegaraan, bahasa Indonesia, matematika, IPA, IPS, kerajinan tangan
dan kesenian, pendidikan jasmani, seni budaya dan keterampilan, mulok, dan
pengembangan diri.

2.3.4 Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang saat ini sedang dalam proses
pelaksanaan oleh pemerintah, karena ini merupakan perubahan dari struktur
kurikulum KTSP. Perubahan ini dilakukan karena banyaknnya masalah dan
salah satu upaya untuk memperbaiki kurikulum yang kurang tepat.
Dalam KTSP, kegiatan pengembangan silabus merupakan kewenangan
satuan pendidikan, namun dalam Kurikulum 2013 kegiatan pengembangan
silabus beralih menjadi kewenangan pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran
tertentu yang secara khusus dikembangkan di satuan pendidikan yang
bersangkutan.
Meskipun silabus sudah di kembangkan oleh pemerintah pusat ,
namun guru tetap dituntut untuk dapat memahami seluruh pesan dan makna
yang terkandung dalam silabus, terutama untuk kepentingan operasionalisasi
pembelajaran. Oleh karena itu, kajian silabus tampak menjadi penting, baik
dilakukan secara mandiri maupun kelompok sehingga diharapkan para guru
dapat memperoleh perspektif yang lebih tajam, utuh dan komprehensif dalam
memahami seluruh isi silabus yang telah disiapkan tersebut.
Adapun penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) masih
merupakan kewenangan guru yang bersangkutan, yaitu dengan berusaha
mengembangkan dari Buku Babon (termasuk silabus) yang telah disiapkan
pemerintah.
2.3.5 Persamaan dan Perbedaan Kurikulum 2004, KTSP, dan Kurikulum
2013
Dalam perkembangan kurikulum di Indonesia terjadi banyak perubahan
dalam sistem pendidikan di Indonesia. Antara kurikulum yang satu dengan
lainnya terdapat perbedaan, tetapi juga masih ada persamaan di antara
kurikulum itu.
a. Persamaan dan Perbedaan Kurikulum KBK dengan Kurikulum KTSP
1. Persamaan.
(1) Sama sama menekankan pada aspek kompetensi yang harus
dimiliki oleh siswa
(2) Sama sama merupakan kurikulum yang bersifat otonomi daerah
dimana setiap daerah diberikan kesempatan yng seluas-luasnya
untuk mengembangkanya.
(3) Adanya persamaan dalam perancangan pembelajaran berupa
adanya standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator
pencapaian.
(4) Sama sama adanya sistem evaluasi dalam penenentuan hasil belajar
siswa.
(5) Adanya kebebasan dalam pengembngan yang dilakukan oleh guru
waluapun di KTSP itu guru diberikan kebebasan yang lebih.
(6) Sama -sama berorientasi pada prinsip pendidikan sepanjang hayat.
(7) Sama- sama memerlukan sarana dan prasarana yang memadai
2. Perbedaan
KBK KTSP
Kurang operasional Lebih operasional
Guru cenderung tidak kreatif Guru lebih kreatif
Guru menjabarkan kurikulum
Guru membuat kurikulum sendiri
yang dibuat Depdiknas
Sekolah kurang diberi
Sekolah diberi keleluasaan untuk
kewenangan untuk
mengembangkan kurikulum
mengembangkan kurikulum
Kurang relevan dengan otonomi
Lebih relevan
daerah
b. Persamaan dan Perbedaan KTSP dengan Kurikulum 2013
1. Persamaan
(1) Kurikulum 2006 (KTSP) dan Kurikulum 2013 sama-sama
menampilkan teks sebagai butir-butir KD.
(2) Untuk struktur kurikulumnya baik pada KTSP atau pada 2013
sama-sama dibuat atau dirancang oleh pemerintah tepatnya oleh
Depdiknas.
(3) Beberapa mata pelajaran masih ada yang sama seperti KTSP.
(4) Terdapat kesamaan esensi kurikulum, misalnya pada pendekatan
ilmiah yang pada hakekatnya berpusat pada siswa. Dimana siswa
yang mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan.
2. Perbedaan
KTSP Kurikulum 2013
Mata pelajaran tertentu Tiap mata pelajaran mendukung
mendukung kompetensi tertentu semua kompetensi (Sikap,
Keteampilan, Pengetahuan)
Mata pelajaran dirancang berdiri Mata pelajaran dirancang terkait
sendiri dan memiliki satu dengan yang lain dan memiliki
kompetensi dasar sendiri kompetensi dasar yang diikat oleh
kompetensi inti tiap kelas
Bahasa Indonesia sejajar dengan Bahasa Indonesia sebagai penghela
mapel lain mapel lain (sikap dan keterampilan
berbahasa)
Tiap mata pelajaran diajarkan Semua mata pelajaran diajarkan
dengan pendekatan berbeda dengan pendekatan yang sama
(saintifik) melalui mengamati,
menanya, mencoba, menalar…
Tiap jenis konten pembelajaran Bermacam jenis konten
diajarkan terpisah pembelajaran diajarkan terkait dan
terpadu satu sama lainKonten ilmu
pengetahuan diintegrasikan dan
dijadikan penggerak konten
pembelajaran lainnya
Tematik untuk kelas I-III (belum Tematik integratif untuk kelas I-III
integratif)
TIK mata pelajaran sendiri TIK merupakan sarana
pembelajaran, dipergunakan sebagai
media pembelajaran mata pelajaran
lain
Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Indonesia sebagai alat
pengetahuan komunikasi dan carrier of
knowledge
Untuk SMA ada penjurusan Tidak ada penjurusan SMA. Ada
sejak kelas XI mata pelajaran wajib, peminatan,
antar minat, dan pendalaman minat
SMA dan SMK tanpa kesamaan SMA dan SMK memiliki mata
kompetensi pelajaran wajib yang sama terkait
dasar-dasar pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
Penjurusan di SMK sangat detil Penjurusan di SMK tidak terlalu
detil sampai bidang studi,
didalamnya terdapat
pengelompokkan peminatan

2.4 Analisis Normatif Pada Kurikulum KBK, KTSP, dan Kurikulum 2013

2.4.1 Analisis Normatif Pada Kurikulum KBK

2.4.1.1 Analisis Kesesuaian Materi Kimia Dengan Silabus

Berdasarkan Analisis secara materi dengan kesesuaian silabusnya pada


KBK hal ini masih krang sesuai hal ini disebakan pada pembelajaran berbasis
kompetensi menekankan pembelajaran ke arah penciptaan dan peningkatan
serangkaian kemampuan dan potensi siswa agar bisa mengantisipasi tantangan
aneka kehidupannya. Ini berarti, apabila selama ini orientasi pembelajaran lebih
ditekankan pada aspek "pengetahuan" dan target "materi" yang cenderung
verbalistis dan kurang memiliki daya terap, saat ini lebih ditekankan pada aspek
"kompetensi" dan target "keterampilan".

Apabila buku yang dipelajari memuat materi yang seharusnya sudah


dipelajari pada jenjang pendidikan sebelumnya, maka dapat mengakibatkan
tingkat kognitif peserta didik tidak berkembang. Sedangkan jika buku teks
memuat materi yang seharusnya dipelajari pada jenjang pendidikan
selanjutnya,dapat mengakibatkan siswa mengalami kesu- litan dalam
mempelajarinya. Kesulitan tersebut diakibatkan karena tingkat kognitif siswa
belum mampu mempe- lajari materi tersebut.

Hal tersebut dapat mengakibatkan peserta didik mengalami tekanan dalam


mempelajari materi. Oleh sebab itu, materi dalam buku teks tidak boleh terlalu
luas atau kurang luas. Jika kurang luas dapat menyebabkan peserta didik
mengalami kesulitan untuk mencapai KI dan KD. Sebaliknya, jika terlalu luas
dapat membuang-buang waktu dan tenaga untuk mempelajarinya.

Puskur, Balitbang, Depdiknas (2002) memberikan rumusan bahwa


kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan
bertindak secara konsisten dan terus-menerus memungkinkan seseorang menjadi
kompeten dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai dasar untuk
melakukan sesuatu. Namun yang jelas, berbagai rumusan tentang kompetensi
tersebut pada dasarnya adalah daya cakap, daya rasa, dan daya tindak seseorang
yang siap diaktualisasikan ketika menghadapi tantangan kehidupannya, baik pada
masa kini maupun masa akan datang.

2.4.1.2 Analisis Kesesuain Materi Kimia Dengan Siswa

Berdasarkan analisis kurikulum KBK, untuk kelas X pada


pembelajaran topik Redoks sedangkan untuk kelas XI pada pembelajaran
topik Koloid. Kedua pembelajaran tersebut dilaksanakan dengan
menggunakan metoda praktikum.

Hasil penelitian tentang keterampilan berpikir kritis siswa pada


pembelajaran menggunakan metoda praktikum disajikan dalam tabel berikut:
Nilai dan Kategori pada tiap KBK KBK
KBK-1 KBK-2 KBK-3 KBK-4 KBK-5 Keseluruhan
Kate- Kate- Kate- Kate- Kate- Kate-
Kelas Topik Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai
gori gori gori gori gori gori
X Redoks 67,34 Baik 73,33 Baik 22,19 Kurang 25,99 Kurang 30,87 Kurang 43,95 cukup

XI Koloid 70,94 Baik 20,50 Kurang 80,49 Sangat 15,12 Sangat 91,58 Sangat 55,73 Cukup
baik Kurang Baik

Keterangan:

KBK-1 = Memberikan penjelasan sederhana

KBK-2 = Menarik kesimpulan berdasarkan fakta

KBK-3 = Menarik kesimpulan dan hasil menyelidiki

KBK-4 = Memberikan penjelasan dari hasil pertimbangan

KBK-5 = Memberikan contoh


Pada pembelajaran Redoks (kelas X) dan pembelajaran Koloid (kelas
XI) dengan menggunakan metoda praktikum dapat dikembangkan 5 (lima)
KBK siswa. Namun tidak semua KBK dikembangkan siswa dengan baik.
Untuk kelas X terdapat 3 (tiga) KBK yang berkategori kurang yaitu menarik
kesimpulan dari hasil menyelidiki (KBK-3), memberikan penjelasan dari hasil
pertimbangan (KBK-4) dan memberikan contoh (KBK-5).

KBK-3 berkategori kurang disebabkan karena siswa tidak dapat


menyimpulkan bahwa praktikum yang dilakukan adalah suatu reaksi redoks.
Untuk KBK-4 yang berkategori kurang disebabkan oleh penguasaan konsep
prasyarat oleh siswa yang tidak baik, sehingga siswa tidak dapat memberikan
penjelasan dengan baik. KBK-5 juga berkategori kurang, hal ini disebabkan
siswa kurang mampu memberi contoh aplikasi reaksi redoks dalam
kehidupan sehari-hari. Secara keseluruhan kategori KBK untuk kelas X pada
pembelajaran redoks adalah cukup. Pada pembelajaran koloid (kelas XI) dari
5 (lima) KBK yang dikembangkan siswa terdapat satu KBK dengan kategori
sangat kurang (KBK-4), satu KBK berkategori kurang (KBK-2), namun
terdapat satu KBK berkategori sangat baik (KBK-5).
KBK-4 sangat tidak dapat dikembangkan siswa. Hal ini terjadi karena
siswa tidak dapat menghubungkan konsep-konsep yang telah dimiliki dan
tidak dapat mengkaitkannya dengan suatu fenomena yang terjadi pada
praktikum yang dilakukan. Penyebab KBK-2 berkategori kurang adalah
siswa tidak dapat menyusun kalimat kesimpulan yang berdasarkan hasil
pengamatan yang diperoleh dari praktikum. Untuk KBK-5 yang berkategori
sangat baik, dapat disebabkan siswa mengetahui sebelumnya karena contoh-
contoh tersebut biasanya tertera dalam buku pegangan siswa.

Secara keseluruhan kategori KBK untuk kelas XI pada pembelajaran


koloid adalah cukup. Keterampilan berpikir kritis baik untuk kelas X maupun
untuk kelas XI secara keseluruhan berkategori cukup.

Hal ini menunjukkan siswa belum optimal mengembangkan


keterampilan berpikir kritisnya, terutama dalam hal memberikan penjelasan
dari hasil pertimbangan dan membuat kesimpulan.

2.4.2 Analisis Normatif Kurikulum KTSP Kimia

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,


isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. KTSP yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2004 (KBK)
adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing
satuan pendidikan/sekolah. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender
pendidikan, dan silabus. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau
kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi ,
kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian.
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi)
kepada lembaga pendidikan. KTSP memberikan kesempatan kepada sekolah
untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan kurikulum.

Secara khusus tujuan diterapkan KTSP adalah.

1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah


dalam mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan
sumberdaya yang tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang


kualitas pendidikan yang akan dicapai.

KTSP merupakan bentuk operasional pengembangan kurikulum dalam


konteks desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah, yang akan memberikan
wawasan baru terhadap system yang sedang berjalan selama ini. Hal ini
diharapkan depat membawa dampak terhadap peningkatan efisiensi dan
efektivitas kinerja sekolah, khususnya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

Karekteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan
satuan pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran,
pengelolaan sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan, serta system
penilaian. Berdasrkan uraian di atas, dapat dikemukakan beberapa karakteristik
KTSP sebagai berikut; pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan
pendidikan, partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi, kepemimpinan yang
demokratis dan professional, serta tim-kerja yang kompak dan transparan.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan terdapat 11 mata pelajaran


yang diajarkan, sebagai berikut; pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan,
bahasa Indonesia, matematika, IPA, IPS, kerajinan tangan dan kesenian,
pendidikan jasmani, seni budaya dan keterampilan, mulok, dan pengembangan
diri.

2.4.2.1 Kesesuaian Materi Kimia Dengan Silabus

Standar
Kompetensi (SK) Materi Ajar Kimia Kelas X SMA Kurikulum KTSP
Kurikulum KTSP

1. Memahami BAB 1 Sistem Periodik, Struktur Atom, Dan Ikatan Kimia


struktur atom, A. Sistem Periodik Dan Struktur Atom
sifat-sifat periodic 1. Sejarah perkembangan sistem periodik unsur
unsur,dan ikatan 2. Golongan dan periode unsure dalam tabel sistem periodic
kimia. unsure modern
3. Struktur atom
4. Isotop, isobar, dan isoton
5. Massa atom relative (Ar) dan Massa molekul relative (Mr)
6. Konfigurasi electron dan electron valensi
7. Sistem periodic unsure
8. Perkembangan teori atom
B. Ikatan Kimia
1. Teori Oktet
2. Ikatan ion
3. Ikatan kovalen
4. Penyimpangan teori octet
5. Kepolaran senyawa kovalen
6. Ikatan logam
9. Memahami BAB 2 Tata Nama Senyawa Kimia, Hukum Dasar Kimia, Dan
hukum-hukum Stoikiometri.
dasar kimia dan A. Tata Nama Senyawa Dan Persamaan Reaksi
penerapannya 1. Tata nama senyawa biner dan poliatom
dalam perhitungan 2. Persamaan reaksi
kimia B. Hukum-hukum Dasar Kimia
(stoikiometri) 1. Hukum kekekalan massa dan materi
2. Hukum perbandingan tetap
3. Hukum kelipatan perbandingan
4. Hukum perbandingan volume
5. Stoikiometri
6. Menerapkan hokum Gay-Lussac dan Hukum Avogadro
7. Pengertian Mol
8. Hubungan mol dengan jumlah partikel, massa, dan volume
zat
9. Penghitungan mol dalam reaksi kimia
10. Pereaksi pembatas
11. Rumus kimia
12. Kadar zat dalam campuran
3. Memahami sifat- BAB 3 Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
sifat larutan non A. Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
elektrolit dan 1. Pengertian larutan
elektrolit, serta 2. Sifat hantar listrik larutan
reaksi oksidasi- 3. Larutan elektrolit dan nonelektrolit
reduksi 4. Elektrolit kuat dan elektrolit lemah
5. Senyawa elektrolit
BAB 4 Reaksi Reduksi
A. Reaksi Oksidasi Reduksi
1. Perkembangan konsep reaksi redoks
2. Bilangan Avogadro
3. Reaksi autoredoks
4. Oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks
5. Tata nama senyawa menurut IUPAC
6. Penerapan konsep larutan elektrolit dan redoks
7. Memahami sifat- BAB 5 Kekhasan Atom Karbon
sifat senyawa A. Kekhasan Atom Karbon
organik atas dasar 1. Menguji keberadaan unsure C, H, dan O dalam senyawa
gugus fungsi dan karbon
senyawa 2. Cirri khas atom karbon
makromolekul 3. Membedakan jenis atom karbon berdasarkan jumlah atom
karbon yang diikat
4. Oksida karbon
B. Senyawa Hidrokarbon
1. Pengelompokan hidrokarbon
2. Hubungan titik didih senyawa hidrokarbon dengan massa
molekul relative dan strukturnya
3. Isomer senyawa hidrokarbon
4. Kegunaan hidrokarbon
5. Reaksi sederhana pada senyawa hidrokarbon
C. Kegunaan Senyawa Karbon
1. Bidang pangan
2. Bidang sandang
3. Bidangpapan
4. Bidang perdagangan
5. Bidang seni dan estetika
BAB 6 Minyak Bumi dan Petrokimia
A. Minyak Bumi dan Petrokimia
1. Proses pembentukan minyak bumi dan gas alam
2. Penyulingan minyak bumi
3. Bensin
4. Penggunaan residu minyak bumi dalam industry
petrokimia
5. Dampak pembakaran bahan bakar terhadap lingkungan

Berdasarkan dengan silabus pada tabel di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kurikulum KTSP sudah sesuai dengan silabus yang sudah ada.

2.4.2.2 Kesesuaian Materi Kimia Dengan Siswa

Berdasarkan jurnal penelitian yang saya kutip diperoleh data sebagai berikut:
Dari hasil tersebut terlihat bahwa T2>T1>T0 sehingga dapat disimpulkan
bahwa Rencana Pelaksaan Pembelajaran KTSP dapat meningkatkan hasil belajar
kimia siswa yang berarti bahwa kurikulum KTSP sudah sesuai dengan siswa.

2.4.3 Analisis Normatif Kurikulum 2013 Kimia

2.4.3.1 Analisis normatif materi kimia pada kurikulum 2013

Berdasarkan jurnal “Analisis Kelayakan Buku Teks Kimia SMA/Ma Kelas


X Materi Reaksi Redoks Berdasarkan Kriteria Tahap Seleksi 4S TMD”. Analisis
ini bertujuan untuk mengetahui tentang kesesuaian dengan tuntutan kurikulum,
hasilnya memperlihatkan bahwa materi redoks pada objek penelitian belum
sepenuhnya sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Ditinjau dari keluasan
materi, terdapat satu konsep yang tidak dituntut oleh kurikulum, tetapi dimuat
pada materi di buku tersebut sehingga materi terlalu luas. Dengan demikian,
secara umum keluasan materi belum sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013.
Ditinjau dari kedalaman konsep, dari 11 konsep tuntutan kurikulum, tiga konsep
dinyatakan kurang dalam dalam menjelaskan konsepnya dan satu konsep
dinyatakan terlalu dalam. Berdasarkan kriteria kedua, yaitu kebenaran konsep,
diketahui bahwa secara keseluruhan semua konsep dinyatakan benar secara
keilmuan menurut teks (konsep) standar kimia. Berdasarkan kriteria ketiga, yaitu
penanaman nilai, diperoleh bahwa nilai-nilai yang ditanamkan pada materi redoks
pada buku tersebut yaitu rasa ingin tahu, religius, kreatif, dan jujur.

Metode 4S TMD yang dilakukan pada penelitian di jurnal tersebut adalah


tahap seleksi yang terdiri atas tiga kriteria sehingga analisis data dilakukan
melalui tiga langkah, yaitu (I) analisis kesesuaian materi dengan kurikulum,

(II) analisis kebenaran konsep, dan (III) analisis penanaman nilai-nilai. Untuk
mengetahui kesesuaian materi dengan tuntutan kurikulum dapat diketahui dengan
menganalisis keluasan materi dan kedalaman konsep pada objek penelitian
menggunakan metode analisis konten. Sebelum melakukan analisis ini, peneliti
menentukan konsep-konsep standar dan konsep-konsep pada objek penelitian.
Konsep standar yang terdiri atas penjelasan konsep dan label konsep, ditentukan
dari indikator pembelajaran yang dikembangkan dari kompetensi dasar
pengetahuan (KD 3).

Indikator-indikator hasil pengembangan tersebut kemudian divalidasi


kesesuaiannya dengan KD 3 oleh ahli di bidang pendidikan kimia. Keluasan
materi pada objek penelitian dapat diketahui dengan cara membandingkan label-
label konsep standar yang merupakan tuntutan kurikulum dengan label-label
konsep objek penelitian. Materi objek penelitian dikatakan kurang luas apabila
objek penelitian tidak memuat label konsep standar, sesuai apabila objek
penelitian memuat semualabel konsep standar, dan terlalu luas apabilaobjek
penelitian memuat label konsep yangbukan label konsep standar.
Sementara itu,kedalaman konsep objek penelitian dianalisis dengan cara
membandingkan bagian-bagian teks penjelasan konsep standar dengan bagian-
bagian teks penjelasan konsep objek penelitian. Konsep dikatakan kurang dalam
apabila terdapat bagian teks pada penjelasan konsep standar yang tidak dimuat
dalam penjelasan konsep objek penelitian, sesuai apabila seluruh bagian
penjelasan konsep standar terdapat pada penjelasan konsep objek penelitian, dan
terlalu dalam apabila penjelasan konsep objek penelitian memuat bagian teks di
luar penjelasan konsep standar. Kebenaran konsep pada objek penelitian dianalisis
dengan cara membandingkan kesesuaian penjelasan konsepnya dengan penjelasan
konsep standar.

Konsep-konsep yang dianalisis kebenarannya ialah konsepkonsep yang


sesuai dengan tuntutan kurikulum. Konsep benar apabila penjelasan konsep objek
penelitian sesuai dengan penjelasan konsep standar dan konsep salah apabila
penjelasan konsep objek penelitian tidak sesuai dengan penjelasan konsep standar.
Sementara itu, untuk analisis penanaman nilai-nilai, hasil identifikasi bagian teks
yang menanamkan nilai kemudian dianalisis relevansinya dengan deskripsi nilai
dan indikator penanaman nilai tersebut menurut Balitbang (2010).

2.4.3.2 Analisis kesesuaian materi kimia dengan silabus

Analisis Kesesuaian Materi Reaksi Redoksdalam Buku Teks Kimia untuk


MA/MA Kelas X oleh Penulis A, Penerbit B dengan Tuntutan Kurikulum 2013.
Berdasarkan hasil analisis keluasan materi, materi tersebut keluasannya
dinyatakan terlalu luas karena memuat satu konsep yang tidak dituntut kurikulum,
yaitu konsep tata nama senyawa berdasarkan bilangan oksidasi.

Konsep tersebut tidak perlu disampaikan karena tidak dituntut oleh


kurikulum dan bukan merupakan prasyarat atau aplikasi dari konsep-konsep
tuntutankurikulum. Konsep tersebut seharusnya masuk kedalam materi pengayaan
yang seharusnya dipisah dari materi dalam objek penelitian. Sementara itu,
ditinjau dari segi kedalaman konsep, dari 11 konsep yang dianalisis, terdapat tiga
konsep dijelaskan dengan kurang dalam, yaitu konsep bilangan oksidasi, aturan
bilangan oksidasi dan aplikasi redoks dalam kehidupan sehari-hari serta satu
konsep dijelaskan dengan terlalu dalam, yaitu konsep bilangan oksidasi.

Secara umum, penjelasan konsep-konsep kurang dalam tersebut tidak


memuat bagian teks penjelasan konsep standar krusial yang dapat menyebabkan
pemahaman siswa terhadap konsep tertentu menjadi tidak utuh. Sedangkan satu
konsep yang dinyatakan terlalu dalam adalah konsep bilangan oksidasi yakni
mengenai penjelasan penentuan bilangan oksidasi dengan memperhatikan struktur
senyawanya.

Lalu analisis Kebenaran Konsep Materi Reaksi Redoks dalam Buku Teks
Kimia untuk SMA/MAKelas X oleh Penulis A, Penerbit B. Berdasarkan hasil
analisis yang telahdilakukan terdapat satu konsep yang tidak dapat dikatakan salah
secara keilmuan tetapi harus dilakukan perbaikan terhadap penjelasan konsep
tersebut, misalnya terhadap kalimat atau bahasa yang digunakan. Berikut adalah
konsep yang tidak dapat dinyatakan salah secara keilmuan tetapi harus dilakukan
perbaikan. Terdapat penjelasan dengan menggunakan kalimat jumlah aljabar
bilangan oksidasi seluruh atom-atom dalam suatu senyawa netral adalah nol (0).
Dalam hal ini objek penelitian tidak dapat dinyatakan salah karena memang benar
bahwa bilangan oksidasi seluruh atom-atom dalam suatu senyawa netral adalah
nol (0).

Akan tetapi penggunaan kata jumlah aljabar ini perlu diperhatikan karena
pengertian aljabar sendiri adalah salah satu bagian dari bidang matematika,
sehingga kurang tepat jika pada konsep ini dinyatakan bahwa jumlah
aljabarbilangan oksidasi seluruh atom-atom dalam senyawa netral adalah nol (0).
Jumlah aljabar dalam objek penelitian seharusnya dihilangkan agar tidak terjadi
miskonsepsi terhadap materi aturan bilangan oksidasi. Selain itu, dengan
dihilangkannya kalimat jumlah aljabar, siswa akan lebih mudah memahami
konsep aturan bilangan oksidasi tersebut.

2.4.3.3 Analisis Kesesuaian Materi Kimia Dengan Siswa

Pada Buku Teks Kimia untuk SMA/MA kelas X oleh Penulis A, Penerbit B
dengan kurikulum 2013, materi kimia tentang reaksi redoks telah dijelaskan
dengan cukup rinci. Sehingga dapat dipahami dengan cukup mudah oleh para
siswa yang akan membaca dan mempelajari buku teks kimia tersebut. Selain itu,
pada buku teks kimia tersebut juga terdapat penanaman nilai-nilai pada materi
reaksi redoks dalam Buku Teks Kimia untuk SMA/MA kelas X oleh Penulis A,
Penerbit B. Berikut adalah temuan analisis penanaman nilai.

Indikator Penanaman Nilai Bagian Teks pada Objek Penelitian Nilai


(paragraf, halaman)

Bertanya atau membaca Mengapa buah apel yang dibelah Rasa ingin
sumber di luar buku teks (berwarna putih) dapat berubah tahu
tentang materi yang menjadi cokelat jika dibiarkan di udara
terbuka?
terkait dengan pelajaran.
www.scienceoffcenter.org/science/377-
apple-oxidation

Animasi konsep reaksi redoks Rasa ingin


berdasarkan transfer elektron. tahu

www.glencoe.com/sites/common_assets/sc
ience/cmcl/cim/animations/ch19_1.swf

dan
www.calgalaryacademy.com/ICT/rr/redox
4.swf

Merasakankekuasaan Tuhan Konsep reaksi reduksi dan oksidasi Religius


yang telah menciptakan selajutnya dijelaskan dengan
berbagai keteraturan di alam menggunakan konsep transfer elektron,
semesta. di mana oksidasi adalah pelepasan
elektron sedangkan reduksi adalah
reaksi pengikatan elektron. Peristiwa
reduksi dan oksidasi berlangsung
bersamaan.

Mengajukan suatu pikiran Reaksi redoks yang sukar dijelaskan Kreatif


baru tentang suatu pokok dengan konsep pelepasan dan
bahasan. pengikatan oksigen serta konsep
transfer elektron dapat dengan mudah
dijelaskan menggunakan konsep
perubahan bilangan oksidasi.

Menyebutkan secara Selain bermanfaat, reaksi Jujur


tegaskeunggulan dan redoks juga dapat merugikan,
kelemahan suatu pokok contohnya adalah perkaratan besi.
bahasan. Reaksi perkaratan besi merupakan
reaksi oksidasi terhadap logam besi
sehingga besi menjadi rusak.

Berikut adalah pembahasan mengenai temuan nilai-nilai yang ditanamkan


pada objek penelitian.

1. Nilai Rasa Ingin Tahu


Pada materi reaksi redoks dalam objek penelitian, nilai rasa ingin
tahu ditanamkan melalui “web kimia”. Web kimia merupakan salah satu
komponen dalam objek penelitian yang berisi sumber informasi di internet
yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Web kimia memenuhi salah
satu indikator nilai rasa ingin tahu, yaitu bertanya atau membaca sumber
diluar buku teks tentang materi yang terkait dengan pelajaran. Pada materi
yang sedang dianalisis, terdapat tiga web kimia yaitu mengenai aplikasi
reaksi redoks dan animasi reaksi redoks berdasarkan transfer elektron.
Melalui web kimia ini, objek penelitian secara tidak langsung mengajak
siswa untuk aktif dalam menambah pengetahuannya sehingga pengetahuan
mereka tidak terbatas pada apa yang disajikan dalam buku yang mereka
gunakan.
Rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang selalu
berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajari, dilihat, dan didengar. Sikap rasa ingin tahu sangat penting untuk
dimiliki siswa. Dengan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, siswa dapat
dengan mudah memecahkan permasalahan yang mereka hadapi karena
timbul rasa penasaran dalam diri mereka untuk memcahkan masalah
tersebut. Selain itu, rasa ingin tahu yang tinggi juga dapat melahirkan
penemuan-penemuan baru. Seorang peneliti biasanya selalu ingin
mengetahui segala hal. Keingintahuan dan minat atas segala sesuatu
merupakan salahsatu dasar ditemukannya konsep, teori, dan hukum dalam
bidang sains.
2. Religius
Pada objek penelitian dikatakan bahwaperistiwa reduksi dan
oksidasi berlangsungbersamaan. Saat reaksi ini berlangsung adaatom yang
melepaskan elektron dan atomyang mengikat elektron. Atom
yangmelepaskan elektron akan bermuatan positifsedangkan atom yang
menerima elektronbermuatan negatif.
Hal ini menunjukan salahsatu keteraturan yang sudah Tuhan
ciptakan dimuka bumi ini. Bagian ini juga menunjukkanbahwa
sesungguhnya memberi itu lebih baikdari pada menerima. Tuhan akan
memberikanganjaran kepada mereka yang mampu berbagiatas semua
nikmat yang Tuhan berikan. Makaberdasarkan hal-hal tersebut,
disimpulkanbahwa hal ini merupakan bagian penanamannilai religius
karena mendukung tercapainyaindikator nilai tersebut.
3. Kreatif
Dalam objek penelitian juga disebutkanbahwa reaksi redoks yang
sulit dijelaskan olehpelepasan dan pengikatan oksigen sertakonsep transfer
elektron dapat dijelaskandengan konsep perubahan bilangan oksidasi.Hal
ini menunjukkan bahwa para ilmuan tidakpernah berhenti berfikir untuk
menemukankonsep-konsep baru yang membantu pesertadidik untuk lebih
mudah memahami konsep-konseptersebut dimasa yang akan
datang.Bagian ini disimpulkan memiliki nilai kreatifkarena bagian ini
mengingatkan siswa untukselalu memiliki pikian-pikiran baru yang
lebihbaik. Dengan begitu bagian ini dikatakanmemenuhi tercapainya
indikator penanamannilai kreatif.
4. Jujur
Pada objek penelitian disampaikanbahwa reaksi redoks memiliki
kelemahanyang artinya pada bagian ini jelas dikatakankekurangan suatu
pokok bahasan danmengajarkan siswa untuk selalu bersikap jujur. Dengan
kata lain bagian ini dikatakanmemenuhi tercapainya indikator
penanamannilai jujur.Jujur merupakan salah satu sikap yangharus dimiliki
seorang siswa sebagai bekaldalam berbagai aspek kehidupan. Siswa
yangmemiliki sikap jujur akan senantiasadijauhkan dari perbuatan kurang
baik sepertimencontek, mengerjakan tugas rumah disekolah, atau keluar
sebelum pelajaranberakhir. Oleh karena itu, sikap jujur ini harusselalu
ditanamkan dalam diri siswa agartercipta manusia yang selalu dapat
dipercayadalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

2.5 Kelebihan dan Kelemahan

2.5.1 Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum KBK

Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) memiliki beberapa


kelebihan adalah :

1. Secara keseluruhan keterampilan berpikir kritis (KBK) siswa berkategori


cukup.

2. Untuk kelas X, KBK dengan nilai paling tinggi adalah KBK menarik
kesimpulan berdasarkan fakta (kategori baik) dan KBK dengan nilai
paling rendah adalah KBK memberikan penjelasan dari hasil
pertimbangan (kategori kurang).
3. Untuk kelas XI, KBK dengan nilai paling tinggi adalah KBK memberi
contoh (kategori sangat baik) dan KBK dengan nilai paling rendah
adalah KBK memberikan penjelasan dari hasil pertimbangan (kategori
sangat kurang).
4. Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada
pemahaman, kemampuan atau kompetensi tertentu di sekolah, yang
berkaitan dengan pekerjaan yang ada di masyarakat.
5. Standar kompetensi yang memperhatika perbedaan individu, baik
kemampuan, kecepatan belajar, maupun konteks sosial budaya sehingga
peserta didik lebih bisa mandiri dan tidak tergantung dengan orang lain.
6. Berbasis kompetensi, sehingga peserta didik berada dalam proses
perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, baik
pemekaran terhadap potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan
belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan.
7. Pengembangan kurikulum dilakuan secara desentralisasi, sehingga
pemerintah dan masyarakat bersama-sama menentukan standar pendidikan
yang dituangkan dalam kurikulum.
8. Sekolah diberi keleluasaan untuk menyusun dan mengembangkan silabus
mata pelajaran sehingga dapat mengakomodasi potensi sekolah, kebutuhan
dan kemampuan peserta didik, serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.
9. Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk
memberikan kemudahan belajar peserta didik.
10. Pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang dikembangkan berdasarkan
pemahaman yang akan membentuk kompetensi individual.
11. Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjalinnya kerjasama antara
sekolah, masyarakat, dan dunia kerja dalam membentuk kompetensi
peserta didik.
12. Evaluasi berbasis kelas, yang memekankan pada proses dan hasil belajar.

Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) memiliki beberapa


kelemahan, antara lain:
1. KBK lebih menekankan pada kemampuan (kompatensi) melakukan
sesuatu, sehingga pendekatan ilmu pengetahuan y`ng lebih menekankan
pada isi atau materi berupa pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sitesis dan evaluasi hasil belajar kurang diperhatikan.
2. Adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok ke arah pembelajaran
individual. Dalam pembelajaran individual setiap peserta didik dapat
belajar sendiri, sesuai dengan cara dan kemampuan masing-masing, serta
tidak bergantung kepada orang lain, sehingga interaksi sosial antar peserta
didik kurang terlihat.
3. Kurangnya guru yang berkualitas dan profesional untuk melakukan
kerjasama dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan
2.5.2 Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum KTSP

 Kelebihan KTSP :

 Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan


pendidikan.

 Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah


untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan
program-program pendidikan.

 KTSP memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan


mengembangkan mata pelajaran tertentu yang aspektabel bagi kebutuhan
siswa..

 KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan
memberatkan kurang lebih 20%.

 KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus


untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.

 Kekurangan KTSP :

 Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada


kebanyakan satuan pendidikan yang ada

 Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendikung sebagai


kelengkapan dari pelaksanaan KTSP

 Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara Komprehensif


baik konsepnya, penyusunanya maupun prakteknya di lapangan

 Penerapan KTSP yang merokomendasikan pengurangan jam pelajaran


akan berdampak berkurangnya pendapatan guru.

2.5.3 KelebihandanKelemahanKurikulum 2013


 Kelebihan Kurikulum 2013
Setiap kurikulum yang diberlakukan di Indonesiamemiliki kelebihan-
kelebihan masing-masing bergantung kepada situasi dan kondisi saat dimana
kurikulum tersebutdiberlakukan. Menurut peneliti Kurikulum 2013 yang baru
dilaksanakan pada sekolah-sekolah tertentu itu juga memiliki beberapa kelebihan
jika dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan.

Kelebihan-kelebihan Kurikulum 2013 ini antara lain:

a. Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan,


keterampilan, dan sikap peserta didik secaraholistik (menyeluruh).Ketiga
kompetensi tersebut ditagih dalam rapor dan merupakan penentu kenaikan
kelas dan kelulusan pesertadidik sehingga guru wajib
mengimplementasikannya dalam pembelajaran dan penilaian. Pada
kurikulumsebelumnya mata pelajaran tertentu mendukungkompetensi
tertentu dan dirancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi dasar
sendiri. Tetapi dalam implementasinya guru-guru pada umumnya
tidakmengembangkan kompetensi ketrampilan dan sikapsecara jelas.
Kompetensi yang dikembangkan lebihdidominasi oleh aspek pengetahuan.
Dengan kehadirankurikulum 2013 ini tiap mata pelajaran mendukung
semuakompetensi (pengetahuan, keterampilan, sikap) dandirancang terkait
satu sama lain dan memiliki kompetensi dasar yang diikat oleh kompetensi
inti setiap kelas.
b. Menjadikan peserta didik lebih aktif dan kreatif.Peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusahamengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaranyang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan. Peserta didik harus aktif dan kreatif tidak sepertikurikulum
sebelumnya, materi dalam kurikulum terbaru inilebih ke pemecahan
masalah. Jadi peserta didik untukaktif mencari informasi agar tidak
ketinggalan mengikutimateri pembelajaran. Pembelajaran yang dulunya
“diberitahu” sekarang bergeser dengan pembelajaran pesertadidik “aktif
mencari tahu”.
c. Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budipekerti yang telah
diintegrasikan kedalam semua programstudi.Melalui pengembangan
kurikulum 2013 yang berbasiskarakter dan kompetensi diharapkan mampu
secaramandiri meningkatkan dan menggunakanpengetahuannya, mengkaji
dan menginternalisasi sertamempersonalisasi nilai-nilai karakter dan
akhlak muliasehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Sehingga,pembentukan karakter tidak hanya dilakukan pada ranahkognitif
saja tetapi, menyentuh pendalaman danpengamalan nyata dalam
kehidupan sehari-hari.Hampir setiap hari kita mendengar, melihat,
danmenyaksikan betapa para pemuda, pelajar, dan mahasiswayang
diharapkan menjadi generasi bangsa telah terlibatdengan VCD porno,
pelecehan seksual, narkoba, gengmotor, perjudian, dan lain sebagainya.
Contoh-contohtersebut menunjukkan betapa rendah dan rapuhnyafondasi
moral dan spiritual kehidupan bangsa.

 Kekurangan Kurikulum 2013

Setiap kurikulum yang diberlakukan di Indonesia disamping memiliki


kelebihan-kelebihan juga memiliki kelemahan-kelemahannya. Menurut peneliti
terdapat beberapa kelemahan-kelemahan dalam Kurikulum 2013,diantaranya
adalah sebagai berikut:

a. Kurikulum 2013 tidak didasarkan pada evaluasi daripelaksanaan


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) 2006 sehingga dalam
pelaksanaannya bisamembingungkan guru dan pemangku pendidikan.
b. Kurangnya pemahaman guru dengan konsep
pendekatanscientific.Pendekatan scientific approach (pendekatan
ilmiah)merupakan pendekatan yang diterapkan pada aplikasipembelajaran
kurikulum 2013. Permendikbud No. 65Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar danMenengah telah mengisyaratkan tentang perlunya
prosespembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidahpendekatan
saintifik atau ilmiah.
Pendekatan ilmiah atau scientific approach mencakup komponen
diantaranyayaitu: mengamati, menanya, mencoba, mengolah,menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta. Komponen-komponentersebut seharusnya
dapat dimunculkan dalamsetiap praktek pembelajaran. Semua itu
dapatdilaksanakan dengan baik apabila guru sebagai pelaksanamemahami
secara penuh tentang pendekatan saintifik.
c. Masih banyak guru yang belum memahami Kurikulum2013 secara
komprehensif baik konsepnya,penyusunannya maupun prakteknya di
lapangan.Hal ini disebabkan karena sosialisasi Kurikulum 2013masih
belum terlaksana secara menyeluruh. Sosialisasiperlu dilakukan secara
matang kepada berbagai pihak agarkurikulum baru yang ditawarkan dapat
dipahami danditerapkan secara optimal. Karena sosialisasi
merupakanlangkah penting yang akan menunjang dan
menentukankeberhasilan kurikulum.
d. Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkanKurikulum 2013
pada satuan pendidikan yang ada danMasih rendahnya kualitas guru dan
sekolah.Guru yang diharapkan maupun memahami dan
menguasaiKurikulum 2013 dapat disebabkan karena
pelaksanaansosialisasi masih belum terlaksana secara menyeluruh,maka
pemberlakuan Kurikulum 2013 secara nasionaltidak memungkinkan untuk
dapat dicapai. Padahal kuncisuksesnya implementasi kurikulum 2013
adalah guru.
Karena guru adalah faktor penting yang besarpengaruhnya, bahkan
sangat menentukan berhasiltidaknyapeserta didik dalam belajar.
Ketidaksiapan guruitu tidak hanya terkait dengan urusan
kompetensinya,tetapi juga berkaitan dengan masalah kreativitasnya,
yangjuga disebabkan oleh rumusan kurikulum yang lambatdisosialisasikan
oleh Pemerintah. Sehingga, guru-guruyang mengajar di daerah dan di
pedalaman akan sulitmengikuti kurikulum baru dalam waktu singkat.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1. Pengertian normatif adalah berpegang teguh pada norma, aturan dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku, dalam hal ini menyangkut buku teks yang
digunakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Dengan menggunakan
metode analisis ini dapat mencari tahu kesesuaian materi buku teks dengan
kurikulum, keakuratan materi, dan keakuratan dalam memilih contoh yang
terdapat dalam buku teks.
2. Menganalisis buku teks bertujuan untuk mengetahui kelayakan isi, kualitas
buku dan membandingkan dengan buku lainnya, kekurangan dan kelebihan,
mengetahui latar belakang penerbitan buku, gambaran dalam pemilihan buku,
dan sebagai kritik dan saran untuk membuat buku menjadi lebih baik.
3. Kurikulum 2004 atau kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah suatu
konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan
melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu,
sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan
terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KTSP yang merupakan
penyempurnaan dari Kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional
yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan/sekolah.
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan
muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan
silabus. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang ssaat ini sedang dalam
proses pelaksanaan oleh pemerintah, karena ini merupakan perubahan dari
struktur kurikulum KTSP. Dalam KTSP, kegiatan pengembangan silabus
merupakan kewenangan satuan pendidikan, namun dalam Kurikulum 2013
kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan pemerintah,
kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus dikembangkan di
satuan pendidikan yang bersangkutan.
4. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai konsep
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga
hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap
seperangkat kompetensi tertentu.
5. Terdapat tiga landasan teoritis yang mendasari kurikulum berbasis
kompetensi, yaitu: adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok ke arah
pembelajaran individual, pengembangan konsep belajar tuntas (mastery
learning) atau belajar sebagi penguasaan (learning for mastery), pendefinisian
kembali terhadap bakat.
6. Pengembangan KBK perlu memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-
prinsip sebagai berikut: Keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur, Penguatan
integritas nasional, Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika,
Kesamaan memperoleh kesempatan, Abad pengetahuan dan teknologi
informasi, pengembangan ketrampilan untuk hidup, belajar sepanjang hayat,
berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif,
pendekatan menyeluruh dan kemitraan.
7. KTSP menekankan guru lebih berperan aktif untuk mengembangkan potensi
siswa dengan bantuan RPP yang dibuat guru sendiri.
8. Hasil dari analisis normatif Buku Teks Kimia untuk SMA/MA kelas X oleh
Penulis A, Penerbit B tentang materi reaksi redoks adalah materi yang
disampaikan sudah cukup sesuai dengan kurikulum 2013. Hanya saja terdapat
beberapa konsep yang dijelaskan terlalu luas dan ada konsep yang tidak
dijelaskan dengan rinci.
9. Materi reaksi redoks yang terdapat pada Buku Teks Kimia untuk SMA/MA
kelas X oleh Penulis A, Penerbit B, cukup sesuai dengan siswa karena telah
menjelaskan konsep-konsep tentang materi redoks dengan baik dan juga
terdapat penanaman nilai-nilai yang baik seperti rasa ingin tahu, kreatifitas,
religius dan jujur.
10. Pada kurikulum 2013, siswa dituntut untuk lebih aktif dan kreatif agar mereka
dapat mengembangkan bakat dan potensi yang mereka miliki melalui proses
pembelajaran. Serta, dengan kehadirankurikulum 2013 ini tiap mata pelajaran
mendukung semuakompetensi (pengetahuan, keterampilan, sikap)
dandirancang terkait satu sama lain dan memiliki kompetensi dasar yang
diikat oleh kompetensi inti setiap kelas.
1.2 Saran
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional. Dari pengertian kurikulum tersebut dapat dipahami bagaimana
pentingnya kurikulum dalam dunia pendidikan. Terkait dengan bergantinya
kurikulum pendidikan, sebaiknya kita harus tetap melaksanakan agar pendidikan
di Indonesia ini bisa lebih baik lagi.
Kurikulum 2013 masih perlu ditinjau ulang dikarenakan sosialisasinya
masih dapat dibilang sangat minim dilakukan pemerintah. Juga bnyak sekali opini
public yang kontra terhadap kurikulum 2013 ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2019. RESENSI: Pengertian, Unsur, Jenis, Tujuan, Manfaat. (Online)


https://www.yuksinau.id/resensi-pengertian-unsur-jenis-tujuan-manfaat/.
(Diakses pada 03 Oktober 2019).
Anwar,S., Nenden,N dan Hendrawan. 2017. Analisis Kelayakan Buku Teks Kimia
SMA/MA Kelas X Materi Reaksi Redoks Berdasarkan Kriteria Tahap Seleksi
4S TMD. Jurnal Penelitian Pendidikan Kimia. 4(2):97-105.
Dwiyanti, G dan Siti,D.2005. Keterampilan Siswa kelas X, XI Pada Pembelajaran
Kimia Menggunakan Metode Praktikum. Jurnal Pendidikan Kimia.
Geby, R.U. 2016. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran KTSP pada Mata Pelajaran Kimia Di Kelas XI Di SMA Srijaya
Negara Palembang. Jurnal Penelitian Pendidikan Kimia. Vol 3(2): 159-167.
Hasibuan, L. 2010. Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada.
Husnita, L. dan Zulfa. 2015. Analisis Kelengkapan Materi Buku Teks Sejarah Kelas
XI yang Dipakai di Sekolah-sekolah SMA di Kota Padang (Buku Erlangga,
Platinum, Bumi Aksara dan Yudistira). Jurnal Pelangi. 7(2): 148- 165.
Kinanti, L. P. dan Sudirman. 2017. Analisis Kelayakan Isi Materi Dari Komponen
Materi Pendukung Pembelajaran Dalam Buku Teks Mata Pelajaran Sosiologi
Kelas XI SMA Negeri di Kota Bandung. Jurnal Sosietas. 7(1): 341-345.
Mulyasa, E. 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Muslich, M. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Setiawan,N.2013. Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum. (Online).

https://id.scribd.com/doc/179304833/ANALISIS-KEKURANGAN-DAN-

KELEBIHAN-KURIKULUM-docx. ( Diakses Pada Tanggal 4 Oktober 2019 ).

Tarigan, H, G. dan Tarigan, D. 2009. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung:
Angkasa.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. 2007. Ilmu & Aplikasi Pendidikan. Bandung:
IMTIMA.
Walidah, Z. 2015. Perbedaan KBK, KTSP, dan Kurikulum 2013. (Online).
https://www.academia.edu/16498803/perbedaan_kbk_ktsp_dan_kurikulum_2013.

(Diakses pada tanggal 3 Oktober 2019).

Anda mungkin juga menyukai