Anda di halaman 1dari 46

UNIVERSITAS INDONESIA

MANAJEMEN RISIKO REPUTASI PADA PERBANKAN

KELOMPOK 7

ALFI ENDAH PRATIWI ( 1706011321 )

DEVANA DIMMY ( 1706011706 )

DICKY ALFAJANI ( 1706011076 )

MAYA RUSWATI ( 1706014185 )

SAHHARA INDRIENNY ( 1706012412 )

PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI

ADMINISTRASI KEUANGAN DAN PERBANKAN

UNIVERSITAS INDONESIA

OKTOBER 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
“Manajemen Risiko Reputasi Perbankan”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu nilai mata kuliah Manajemen Risiko
dan Tata Kelola. Dalam menyusun makalah ini penulis telah mengarahkan segala
kemampuan yang dimiliki. Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan
saran serta masukan dari banyak pihak. Maka dari itu, perkenankan penulis untuk
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Tuhan YME yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis
selama proses belajar
2. Pak Said Arismunandar selaku dosen mata kuliah Manajemen Risiko dan Tata
Kelola yang telah memberikan pelajaran kepada penulis.
3. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Manajemen Risiko dan Tata Kelola.

Kami menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dalam mencapai kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna memperbaiki
segala kekurangan yang ada, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
semua pihak yang membutuhkan pada umumnya dalam meningkatkan pengetahuan.

Depok, 02 Oktober 2019

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2


DAFTAR ISI............................................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 7
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................................. 8
2.1 Manajemen Resiko........................................................................................................ 8
2.1.1 Jenis-Jenis Manajemen Risiko .............................................................................. 9
2.2 Risiko Reputasi............................................................................................................ 10
2.2.1 Manajemen Risiko Reputasi Pada Basel II & III ............................................. 12
2.2.2 Penerapan Manajemen Risiko Reputasi ............................................................ 22
2.2.3 Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Risiko Reputasi ..................................... 27
2.2.4 Dampak Dari Resiko Reputasi............................................................................ 27
2.2.5 Mitigasi Risiko Reputasi ...................................................................................... 30
2.2.6 Gugus Tugas Mitigator Risiko Reputasi ............................................................ 31
2.3 Studi Kasus Bank Century ......................................................................................... 33
2.3.1 Sejarah Bank Century ......................................................................................... 33
2.3.2 Kronologi Kasus ................................................................................................... 35
2.3.3 Faktor Penyebab Timbulya Risiko Reputasi ..................................................... 36
2.3.4 Dampak Risiko Reputasi ..................................................................................... 40
2.3.5 Memitigasi Risiko Reputasi................................................................................. 41
2.3.6 Pengendalian Risiko Reputasi............................................................................. 42
BAB 3 PENUTUP ................................................................................................................. 43
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 43
3.2 Saran ............................................................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 45

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu asset perusahaan yang paling bernilai adalah reputasi. Reputasi yang baik
bisa mendongkrak perusahaan, namun sebaliknya, reputasi yang buruk akan
mengurangi nilai perbankan. Berdasarkan POJK Nomor 18/POJK.03/2016 pengertian
risiko reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan pemangku
kepentingan (stakeholder) yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank. Risiko
ini timbul karena adanya pemberitaan media dan/atau rumor mengenai bank yang
bersifat negatif, serta adanya strategi komunikasi bank yang kurang efektif. Penyebab
munculnya risiko reputasi bisa dari mana saja, namun yang terparah jika bank
mengalami kasus hukum dan penyimpangan. Reputasi merupakan intangible assets,
yang berasal dari akumulasi tindakan, nilai-nilai dan kinerja bank secara bertahap dan
dalam jangka waktu yang lama. Risiko ini mengalami ujian, dari waktu ke waktu, dan
dapat disebabkan oleh risiko lain, yaitu: risiko hukum, risiko kredit, risiko pasar, risiko
likuiditas, risiko operasional, risiko stratejik, risiko kepatuhan. Dengan demikian,
untuk mengendalikan dan menjaga risiko reputasi, harus menerapkan dan menjaga
risiko lainnya agar tidak mengenai bank itu sendiri.

Adiwarman Karim (2004) menyatakan hal-hal yang berpengaruh terhadap reputasi


yaitu adalah manajemen, pemegang saham, pelayanan yang disediakan, dan publikasi.
Apabila manajemen dalam pandangan para pemangku kepentingan dinilai baik, risiko
menjadi rendah. Begitupun perusahaan dimiliki oleh pemegang saham yang kuat, maka
risiko reputasi juga rendah. Risiko reputasi menjadi tinggi ketika pelayanannya kurang
baik Penerapan manajemen bank yang dilakukan secara konsekuen agar tidak timbul
penilaian negatif terhadap penerapan sistem syariah yang dapat mengakibatkan
timbulnya publikasi negatif sehingga akan menaikkan tingkat risiko reputasi. Oleh
karena itu, seluruh bank harus mewaspadai hal-hal yang bisa menyebabkan turunnya
reputasi antara lain:

4
 Kesalahan manajemen
 Melanggar peraturan
 Melanggar ketentuan regulasi
 Skandal keuangan
 Kurang kompeten dalam pengelolaan dan pelayanan
 Integritas yang diragukan
 Performa keuangan yang kurang baik

Reputasi dibentuk dari berbagai atribut seperti yang ditunjukkan pada Bagan 1.1.

Social
responsibilty

Workplace Emotional
Environment appeal

Corporate
reputation

Vision and Financial


Leadership performance

Bagan 1.1 Dasar Reputasi

Selain atribut diatas, menurut Firsan Nova (2011) beberapa hal yang juga dapat
menjadi dasar reputasi, yaitu komunikasi, sikap profesional, kepercayaan publik,
inovasi produk, tanggung jawab sosial, kualitas layanan konsumen, responsif terhadap
umpan balik publik sebagai dasar reputasi.

Kegagalan manajemen risiko reputasi dapat menimbulkan penarikan besar-besaran


dana pihak ketiga, menimbulkan masalah likuiditas, ditutupnya bank oleh otoritasm
dan bahkan bisa mengalami kebangkrutan. Oleh karena itu, tujuan utama Manajemen
Risiko Reputasi adalah untuk mengantisipasi dan meminimalkan dampak kerugian dari
risiko reputasi bank.

5
Risiko Reputasi dapat bersumber dari berbagai aktivitas bisnis Bank sebagai berikut:

1) kejadian-kejadian yang telah merugikan reputasi Bank, misalnya


pemberitaan negatif di media massa, pelanggaran etika bisnis, dan keluhan
nasabah; atau

2) hal-hal lain yang dapat menyebabkan Risiko Reputasi, misalnya kelemahan


pada tata kelola, budaya perusahaan, dan praktik bisnis Bank.

Bank Century menjadi bangkrut karna terjadi kesalahan didalam memanajemen resiko
institusi perbankan mereka, salah satu manajemen risiko nya adalah risiko reputasi
yang tidak dikendalikan dengan memitigasi nya. Pada tahun 2008 bank century
mengalami krisis kepercayaan dari akibat yang muncul karena bank century tidak dapat
menjalankan kegiatan operasionalnya dengan sesuai ketentuan yang berlaku, hal ini
menimbulkan risiko reputasi kepada para stakeholders yang menyebabkan
pengambilan dana pihak ketiga oleh nasabah bank century, belum lagi ada bantuan dari
dalam bank century sendiri untuk menggembosi bank century sendiri setelah terjadi
fasilitas pinjaman jangka pendek (FPJP) ataupun bail out / dana pinjaman.

Secara global bank century adalah contoh nyata terjadinya ketidak patuhan terhadap
hukum perbankan yang berlaku, khususnya hukum manajemen resiko dan manajemen
perbankan pada umumnya, sehingga mudah sekali terjadi kehancuran sedikit demi
sedikit, secara jujur manajemen bank century adalah salah satu contoh dimana ketidak
patuhan terhadap hukum perbankan dari manajemen resiko dan manajemen perbankan
akan berujung pada kebangkrutan dan kehancuran yang nyata.

Dulunya Bank Century bernama PT Bank CIC Internasional Tbk (Bank CIC) yang
pertama kali didirikan pada Mei 1989. Mulai beroperasi sebagai Bank Umum pada
tahun 1990 dan kemudian meningkatkan statusnya sebagai Bank Devisa pada tahun
1993. Bank secara resmi menjadi Bank Publik pada 25 Juni 1997 pada saat melakukan
Penawaran Offering (IPO) dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa
Efek Surabaya. Dalam rangka memperkuat struktur permodalan, selanjutnya Bank

6
telah melakukan penawaran Umum Terbatas atau Rights Issue I, II, III, IV dan V pada
Maret 1999, Juli 2000, Maret 2003, Juni 2003 dan Juni 2007.

Melalui Rapat Umum pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada tanggal 22
Oktober 2004, Bank memperoleh persetujuan dari pemegang saham untuk melakukan
penggabungan usaha (merger), melalui peleburan PT Bank Danpac Tbk (Bank
Danpac), PT Bank Pikko Tbk (Bank Pikko) untuk bergabung ke dalam Bank CIC, serta
berubah nama menjadi PT Bank Century Tbk. Penggabungan usaha ini telah mendapat
persetujuan Bank Indonesia melalui Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.
6/87/KEP.GBI/2004 tanggal 6 Desember 2004.
Selanjutnya Bank Indonesia juga telah memberikan persetujuan perubahan
penggunaan izin usaha dari PT Bank CIC Internasional Tbk (Bank CIC) menjadi PT
bank Century Tbk (Century Bank) melalui Keputusan Gubernur Bank Indonesia
Nomor 6/92/KEP.GBI/2004 tanggal 28 Desember 2004.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang
akan dibahas dalam makalah ini adalah
1. Apa yang dimaksud dengan risiko reputasi ?
2. Bagaimana kronologi dan penyelesaian manajemen risiko reputasi pada bank
century ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah
memahami pengertian manajemen risiko reputasi dan mengetahui alur kasus dan
memahami penyelesaian kasus manajemen risiko reputasi pada bank century.

7
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen Resiko


Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia
termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi
risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang
dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain (transfer risk),
menghindari risiko (avoid risk), mengurangi efek negatif risiko (mitigate risk), dan
menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu (accept risk).

Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang
berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat
diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang
disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain
pelaksanaan manajemen risiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia,
khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia, staff, dan organisasi).

Beberapa ahli di bidang ilmu manajemen menjelaskan apa itu manajemen risiko,
diantaranya adalah:

1. Menurut Djojosoedarso, manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi-fungsi


manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh
organisasi/perusahaan, keluarga dan masyarakat.
2. Menurut Dorfman, arti manajemen risiko adalah suatu proses logis dalam usaha
untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian.
3. Menurut Smith, manajemen risiko adalah proses identifikasi, pengukuran, dan
kontrol keuangan dari sebuah risiko yang mengancam aset dan penghasilan dari
sebuah perusahaan atau proyek yang bisa mengakibatkan kerugian perusahaan

8
2.1.1 Jenis-Jenis Manajemen Risiko

Risiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa tertentu. Manajemen
Risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko yang timbul dari
seluruh kegiatan usaha Bank. Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18
/POJK.03/2016 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, jenis-jenis
manajemen risiko diuraikan sebagai berikut:
a. Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan pihak lain dalam memenuhi
kewajiban kepada Bank, termasuk Risiko Kredit akibat kegagalan debitur,
Risiko konsentrasi kredit, counterparty credit risk, dan settlement risk.

b. Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif,
termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi
pasar, termasuk Risiko perubahan harga option.

c. Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk


memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas
dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa
mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank.
d. Risiko Operasional adalah Risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak
berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau
adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank.

e. Risiko Kepatuhan adalah Risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan.

f. Risiko Hukum adalah Risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan


aspek yuridis.

g. Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan


pemangku kepentingan (stakeholder) yang bersumber dari persepsi negatif
terhadap Bank.

9
h. Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan
dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

2.2 Risiko Reputasi


Reputasi suatu bank (banking reputation) adalah kumpulan citra bank di benak
khalayak atau stakeholders. Reputasi mencerminkan persepsi publik terkait mengenai
tindakan-tindakan suatu bank. Risiko reputasi disebabkan adanya publikasi negatif
yang berhubungan dengan kegiatan bank atau persepsi negatif terhadap suatu bank.
Risiko reputasi suatu bank biasanya terjadi ketika nasabah merasa kecewa kepada bank
lalu melakukan protes, baik secara langsung (kepada bank tersebut) maupun tidak
langsung (lewatword-to-mouthdan media massa). Dalam jangka pendek, risiko
reputasi memang tidak menimbulkan dampak langsung secara finansial. Tapi dalam
jangka panjang akan sangat terasa. Pelan-pelan menghanyutkan. Derajat yang sangat
dihindari adalah ketika risiko reputasi mengikis tingkat kepercayaan nasabah. Karena
pada umumnya, bank termasuk industri yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap
kepercayaan publik atau masyarakat umum.Saking pentingnya, risiko reputasi juga
dimasukkan dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.5 tahun 2003 tentang
Penerapan manajemen risiko bagi bank umum. Bahkan sebuah penelitian menyatakan
84% responden setingkat presiden direktur industri keuangan dalam lima tahun terakhir
fokus pada pengelolaan risiko reputasinya.

Risiko Reputasi ialah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi
negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank.
Kata “reputasi” mengantar kita semua pada salah satu risiko yang harus dihadapi
perbankan dan memang telah direkomendasikan oleh Peraturan Bank Indonesia
Nomor 5/8/2003 sebagai salah satu risiko yang harus dikelola oleh bank umum yang
memiliki kompleksitas usaha yang tinggi. Apabila risiko kredit, risiko pasar, dan
risiko operasional sudah sangat biasa di telinga kita semua, maka risiko reputasi
cenderung lebih “awam” bagi kita.

10
Jika mengacu pada PBI No. 5/8/2003, risiko reputasi adalah risiko yang antara lain
disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank
atau persepsi negatif terhadap bank. Risiko reputasi timbul dari pendapat negatif
yang dibentuk masyarakat yang biasanya akan memaksa bank untuk berhadapan
dengan masalah litigasi, turunnya jumlah nasabah, yang pada akhirnya akan
berujung pada kerugian bank secara finansial.

Risiko reputasi dapat muncul mendadak dan tidak dapat diprediksi sebelumnya.
Lebih jauh lagi, risiko reputasi memiliki korelasi positif dengan isu- isu negatif yang
beredar di masyarakat. Risiko reputasi dapat diartikan sebagai suatu bangunan sosial
yang mengayomi suatu hubungan kepercayaan yang akhirnya akan menciptakan
suatu brand image bagi bank. Reputasi yang baik dan terpercaya tentu merupakan
sumber keunggulan bersaing bagi suatu bank. Tentu perlu waktu yang tidak sedikit
untuk membangun reputasi, dan bank juga tidak dapat membeli reputasi.

Selama ini kebanyakan solusi-solusi yang dilakukan bank dalam mengelola risiko
reputasi lebih bersifat reaktif, padahal risiko ini harus dapat dikelola secara proaktif
jika tidak ingin mengubahnya menjadi risk trap, yang berarti semakin lama bank
mengabaikan risiko ini maka semakin besar pula potensi risiko ini dapat tumbuh
subur.

Pengaruh masyarakat dan nasabah terhadap bank tentu akan sangat mempengaruhi
eksistensi risiko ini. Namun jangan salah artikan karena manajemen risiko reputasi
bukanlah hanya sekedar melakukan public relation management yang baik.
Manajemen risiko reputasi lebih ditekankan pada pengertian mengenai feeling
nasabah yang merupakan tanggungjawab bank untuk mengelolanya. Hal itu dapat
dilakukan misalnya dengan memberikan pelayanan dengan kualitas yang terus
ditingkatkan dan senantiasa memberikan nilai tambah bagi nasabah; maka secara
tidak langsung bank terus membangun reputasi dan keunggulan bersaing dalam
menjalankan usahanya. Selain dalam hubungannya dengan nasabah, bank juga harus

11
mengelola risiko reputasi ini dalam hubungannya dengan stakeholder lain, seperti
misalnya regulator dan pemegang saham.
2.2.1 Manajemen Risiko Reputasi Pada Basel II & III
A. Manajemen Risiko Reputasi Pada Basel II
Basel II diterakan oleh perbankan nasional dalam praktik-praktik manajemen
risiko, Basel II Capital Accrod adalah hasil evolusi regulasi perbankan di dunia.

The Basel Committee on Banking Supervision (BCBS)

The Basel Committee on Banking Supervision didirikan pada tahun 1974 oleh
para gubernur bank sentral dari Group of Ten (G10) untuk berfokus pada
regulasi perbankan dari praktik-praktik pengawasan. BCBC pada mulanya
bernama The Committee on Bankinf Regulation And Supervisor Practise.

The Basel Committee terdiri atas perwakilan bank sentral dan pengawas bank
dari G 10. Filosofi pendirian BCBS adalah untuk menutup kesenjangan regulasi
perbankan dunia yang mengacu pada dua prinsip, Oada intinya, tidak
dibenarkan mendirikan bank di luar negeri yang tidak terjangkau oleh regulasi,
dan regulasi yang ditetapkan pun dimaksudkan untuk menjadi pemegang
otoritas legal perbankan dunia, tidak memegang otoritas pengawasan
supranatural formal, dan mengharapkan para pengawas bank secara individual
akan menerapkan standar-standar pedoman-pedoman dengan cara-cara yang
sesuai.

The Basel Committee on BankingSupervision melakukan usaha pertama untuk


menghasilkan suatu metodologi standar guna menghitung jumlah modal
berbasis risiko yang harus dipegang suatu bank ketika Committee
memublikasikan International Convergence of Capital Measurement and
Capital Standards pada bulan Juli tahun 1988. Aturan inilah yang dikenal
dengan nama Basel I.

12
Bagan berikut ini meringkaskan ketiga pilar Basel 2.

PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3


Modal Review Pengawasan Disiplin Pasar
minimal

Risiko
Risiko Lainnya Disclosure
Tingkat Bunga
Buku Bank

Risiko
Risiko Kredit Risiko Pasar
Operasional

Bagan 2.2 Struktur Pengawasan Perbankan berdasarkan Basel 2

B. Basel II Capital Accord

Pada tahun 1999, the basel committee memulai kerjasama dengan bank-bank utama
dari negara anggota untuk mengembangkan capital accord yang baru, dengan
memublikasikan first consultativr package. Sejak inilah perbankan dunia memasuki era
Basel II Accord.

Berdasarkan masukan dari bank-bank dan otoritas pengawas-pengawas bank di dunia


dan hasil dialog dengan para praktisi perbankan, pada Januari 2001 BCBS
memublikasikan second consultative package yang diharapkan untuk
diimplementasikan pada tahun 2004.

Namun, rencana penerapan Basel II pada tahun 2004 mengalami penundaan dengan
semakin banyaknya saran dan kritik bagi BCBS yang kemudian kembali

13
memublikasikan Third Consultative Package pada April 2003. Kemudian disusul
dengan dipublikasikannya International Convergence of Capital Measurement and
Capital Standards untuk melengkapi dokumen Juli 2004 berdasarkan hasil dari tiga
Quantitative Impac Study yang dilakukan sejak tahun 2003. Selanjutnya, diharapkan
penerapan Basel II akan dimulai pada akhir tahun 2007.

Risiko-Risiko Perbankan dalam PBI 5/12/2003 dan Basel II

Jenis Risiko Definisi PBI Definisi Basel II


Risiko Kredit Risiko yang timbul akibat Risiko kerugian yang
kegagalan counterparty berhubungan dengan
memenuhi kewajibannya. kemungkinan bahwa suatu
pihak lawan transaksi
(counterparty) akan gagal
untuk memenuhi
kewajiban-kewajibannya
ketika jatuh tempo.
Risiko Pasar (Market Risiko yang timbul karena Risiko kerugian pada
Risk) adanya pergerakan variabel posisi neraca (on-balance
pasar (adverse movement) sheet) dan pos komitmen
dari portofolio yang dimiliki dan kontijensi (off-balance
oleh bank, yang dapat sheet) bank yang
merugikan bank. Variabel ditimbulkan dari
pasar dalam hal ini adalah pergerakan harga-harga
suku bunga dan nilai tukar. pasar.
Risiko Operasional Risiko yang disebabkan Risiko yang ditimbulkan
(Operational Risk) adanya ketidakcukupan atau dari tidak memadainya
tidak berfungsinya proses atau kegagalan internal

14
internal, kesalahan manusia, proses, orang, sistem atau
kegagalan sistem, atau adanya dari kerjadian eksternal
problem eksternal yang
memengaruhi operasional
bank.
Risiko Likuiditas Risiko yang disebabkan Risiko yang disebabkan
(Liquidity Risk) karena bank tidak mampu ketidakmampuan untuk
memenuhi kewajiban yang memenuhi kewajiban-
telah jatuh waktu. kewajiban ketika jatuh
waktu termasuk
kewajiban-kewajiban
berjalan yang digunakan
untuk membiayai aset-aset
yang dipegang.
Risiko Hukum (Legal Risiko yang disebabkan oleh Risiko dari ketidakpastian
Risk) adanya kelemahan aspek terhadap tindakan-
yuridis. Kelemahan aspek tindakan hukum atau
yuridis antara lain disebabkan ketidakpastian dalam
adanya tuntutan hukum, aplikasi atau interpretasi
ketiadaan peraturan dari suatu kontrak atau
perundang-undangan yang peraturan-peraturan.
mendukung atau kelemahan
perikatan seperti tidak
dipenuhinya syarat sahnya
kontrak dan pengikatan
agunan yang tidak sempurna
Risiko Reputasi Risiko yang disebabkan Risiko yang berpotensi
(Reputation Risk) adanya publikasi negatif yang membahayakan suatu
terkait dengan kegiatan usaha perusahaan sebagai akibat

15
bank atau persepsi negatif dari opini publik yang
terhadap bank. negatif.

Risiko Strategik Risiko yang disebabkan Risiko yang berhubungan


(Strategic Risk) adanya penetapan dan dengan keputusan-
pelaksanaan stategic yang keputusan bisnis jangka
tidak tepat, pengambilan panjang yang dibuat oleh
keputusan bisnis yang tidak senior manajemen suatu
tepat atau kurang bank.
responsifnya bank terhadap
perubahan eksternal.
Risiko Kepatuhan Risiko yang disebabkan N.A
(Compliance Risk) karena bank tidak mematuhi
atau tidak melaksanakan
peraturan perundang-
undangan dan ketentuan lain
yang berlaku. Pengelolaan
risiko kepatuhan dilakukan
melalui penerapan sistem
pengendalian intern secara
konsisten.
Risiko Bisnis N.A Risiko yang berhubungan
(Business Risk) dengan posisi kompetitif
suatu bank dan prospek
bank tersebut sukses dalam
pasar yang terus berubah.
Tabel 2.1 Risiko-Risiko Perbankan dalam PBI 5/12/2003 dan Basel II

16
Dari tabel tersebut terdapat delapan risiko yang didefinisikan dalam PBI 5/8/2003
namun tidak termasuk risiko bisnis yang dianggap sebagai other risk didalam Basel II.
Berikut adalah tipe-tipe risiko dalam Basel II secara detail.

Risiko-Risiko Perbankan dalam Basel II

Jenis Risiko Sub-Risiko Definisi Sub Risiko


Risiko Kredit Risiko Konsentrasi Kredit Risiko kerugian akibat
(Credit Concentration Risk) pinjaman yang terpusat pada
satu area baik secara geografis,
industrim atau peringkat.
Resiko Kredit Sovereign Risiko kerugian yang
(Sovereign Credit Risk) berhubungan dengan
kemungkinan bahwa suatu
negara gagal untuk membayar
baik bunga dan pokok
utangnya
Traded Markets Risiko yang timbul ketika
Counterparty Credit risk pihak lawan transaksi tidak
dengan segera membayar
jumlah utangnya pada suatu
transaksi.
Risiko Pasar Risiko Spesifik Risiko akibat suatu pergerakan
(Specific Risk) yang merugikan dari harga
sekuritas individual yang
disebabkan oleh faktor-faktor
yang hanya berlaku bagi
sekuritas tersebut atau pihak
yang menerbitkannya.
Risiko Pasar Umum Risiko akibat suatu pergerakan
(General Market Risk) harga-harga dipasar yang

17
berlaku pada banyak
instrumen.
Risiko Suku bunga adalah
potensi kerugian akibat
perubahan suku bunga yang
tidak menguntungkan.
Risiko posisi ekuitas (equity
position risk) adalah potensi
kerugian akibat perubahan
harga saham yang tidak
menguntungkan. Risiko ini
berlaku untuk semua instrumen
yang menggunakan harga
saham sebagai bagian dari
valuasinya.
Risiko nilai tukar (foreign
exchange risk) adalah potensi
kerugian akibat perubahan
yang tidak menguntungkan
dari tingkat nilai tukar.
Risiko posisi komoditas
(Commodity position risk)
adalah potensi kerugian yang
ditimbulkan dari perubahan
yang tidak menguntungkan
dari harga komoditas.
Risiko Pasar pada banking Adalah risiko dimana bank
Book terekspos oleh perubahan
tingkat pasar karena struktur

18
dasar dari bisnisnya, seperti
aktivitas lending dan deposit.
Risiko Basis (Basis Risk) Risiko akibat suatu perubahan
dalam hubungan antara harga
dari suatu posisi berisiko dan
instrumen yang digunakan
untuk melindungi posisi
berisiko.
Risiko Treasury Risiko kerugian pada aktivitas
treasury suatu bank dan jadi
bergantung pada fungsi
manajemen risiko pada
treasury itu sendiri.
Risiko Operasional Risiko Proses Internal Risiko yang berhubungan
(Internal Process Risk) dengan kegagalan dari proses-
proses atau prosedur-prosedur
bank
Risiko orang (People Risk) Risiko yang berhubungan
dengan seorang karyawan
suatu bank
Risiko Sistem (System Risiko yang berhubungan
Risk) dengan penggunaan teknologi
dan sistem.
Risiko Eksternal (Eksternal Risiko yang berhubungan
Risk) dengan terjadinya peristiwa
yang ada diluar kontrol
langsung dari bank.
Legal Risk Risiko dari ketidakpastian
terhada tindakan-tindakan

19
hukum atau ketidakpastian
dalam aplikasi atau interpretasi
dari suatu kontrak atau
peraturan-peraturan.
Other Risks Risiko Bisnis Risiko yang berhubungan
(Business Risk) dengan posisi kompetitif suatu
bank dan prospek bank tersebut
sukses dalam pasar yang terus
berubah.
Risiko Reputasi Risiko yang berpotensi
(Reputational Risk) membahayakan suatu
perusahaan sebagai akibat dari
opini publik yang negatif.
Risiko Strategik Risiko yang berhubungan
(Strategic Risk) dengan keputusan-keputusan
bisnis jangka panjang yang
dibuat oleh senior manajemen
suatu bank.

Tabel 2.2 Ringkasan Risiko-Risiko Perbankan dalam Basel II

Manajemen Risiko Reputasi Pada Basel III


Krisis finansial global membrikan pelajran sangat berharga bagi industri
perbankan di seluruh dunia. Maka dari itu persatuan bank-bank sentral dan
otoritas keuangan sedunia yang berbasis di Swiss, Bank for International
Settlement (BIS), mulai gencar mempublikasikan ketentuan-ketentuan yang
tertuang dalam Basel III. Tak terkecuali Bank Indonesia.

20
Basel III adalah revisi dari Basel II yang memuat langkah-langkah preventif
untuk menghindari krisis perbankan. Sama seperti Basel II, Basel III terditi atas
tiga pilar yaitu:
1. Meningkatkan kemampuan bank dalam meredam kejutan yang
bersumber dari tekanan keuangan dan ekonomi darimana pun
sumbernya;
2. Meningkatkan manajemen risiko dan tata kelola perbankan; dan
3. Memperkuat transparansi dan pengungkapan bank.
Pilar pertama berkaitan dengan persyaratan modal minimum (capital adequacy
ratio/CAR) yang lebih mencerminkan dan bisa mengantisipasi berbagai risiko yang
dihadapi bank. Berbagai jenis risiko bisa menggurus kecukupan modal, yaitu risiko
kredit, risiko operasional, dan risiko pasar. Pengelolaan risiko ini merupakan hal
penting yang harus menjadi budaya di lingkungan perbankan.

Pilar kedua berhubungan dengan proses review dalam rangka pengawasan yang
efektif. Bank sentral di seluruh dunia, termasuk Bank Indonesia, mempunyai fungsi
dan peran yang sama dalam hal pengaturan dan pengawasan bank. Kemampuan
mendeteksi kondisi bank secara dini menjadi sangat penting, terutama dalam
mengarungi dan mengantipasi system keuangan global yang semakin kompleks.

Pilar ketiga atau terakhir adalah disiplin pasar yang dititikberatkan pada kejelasan
perturan mengenai pengungkapan kondisi bank yang sesungguhnya. Ini berkaitan
dengan transparansi, yaitu seberapa besar keterbukaan bank dalam mengungkapkan
informasi tentang kondisi yang dihadapinya.
Instrumen hukum ini setidaknya terfokus pada pengaturan tiga aspek penting, yakni:
(1) Mengatur semua transaksi pemindahan dana dari pihak-pihak/individu-
individu dalam lembaga keuangan;
(2) Mengatur perilaku individu-individu/pihak-pihak dalam lembaga keuangan;
serta
(3) Menyelesaikan pihak dalam lembaga keuangan secara efisien dan cepat.

21
2.2.2 Penerapan Manajemen Risiko Reputasi

Penerapan Manajemen Risiko untuk Risiko Reputasi diterapkan baik bagi Bank secara
individu maupun bagi Bank secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak, yang
disesuaikan dengan ukuran dan kompleksitas usaha Bank. Secara umum dalam prinsip
penerapan Manajemen Risiko untuk Risiko Reputasi, paling sedikit mencakup:
A. Pengawasan Aktif Direksi dan Dewan Komisaris
Dalam melakukan penerapan Manajemen Risiko melalui pengawasan aktif
Direksi dan Dewan Komisaris untuk Risiko Reputasi, selain melaksanakan
pengawasan aktif sebagaimana pada butir I.A., pada setiap aspek Bank harus
menambahkan penerapan:
1) Kewenangan dan Tanggung Jawab Direksi dan Dewan Komisaris

a) Direksi dan Dewan Komisaris harus memberikan perhatian terhadap


pelaksanaan Manajemen Risiko untuk Risiko Reputasi oleh unit-unit
terkait antara lain corporate secretary, hubungan masyarakat (humas),
dan unit bisnis terkait.

b) Direksi dan Dewan Komisaris harus berperilaku secara profesional


dan menjaga etika bisnis sehingga dapat menjadi contoh bagi seluruh
elemen organisasi Bank dalam upaya membangun dan menjaga
reputasi.

c) Direksi harus menetapkan satuan kerja atau fungsi yang memiliki


kewenangan dan tanggung jawab untuk memberikan informasi kepada
nasabah dan pemangku kepentingan Bank terkait dengan aktivitas
bisnis Bank dalam rangka mengendalikan Risiko Reputasi.

2) Sumber Daya Manusia (SDM)

Kecukupan SDM untuk Risiko Reputasi mengacu pada cakupan penerapan


secara umum sebagaimana pada butir I.A.2.

3) Organisasi Manajemen Risiko Reputasi

22
a) Seluruh pegawai termasuk manajemen unit bisnis dan aktivitas
pendukung Bank harus menjadi bagian dari struktur pelaksana
Manajemen Risiko untuk Risiko Reputasi, mengingat reputasi
merupakan hasil dari seluruh aktivitas bisnis Bank. Peran manajemen
unit bisnis adalah mengidentifikasi Risiko Reputasi yang terjadi pada
bisnis atau aktivitas unit tersebut dan sebagai front liner dalam
membangun dan mencegah Risiko Reputasi, khususnya terkait
hubungan dengan nasabah.

b) Satuan kerja yang melaksanakan Manajemen Risiko untuk Risiko


Reputasi antara lain corporate secretary, humas, investor relation,
antara lain bertanggung jawab:
i. menjalankan fungsi kehumasan dan menindaklanjuti pemberitaan
negatif atau kejadian lainnya yang mempengaruhi reputasi Bank dan
dapat menyebabkan kerugian Bank; dan
ii. mengkomunikasikan informasi yang dibutuhkan pemangku
kepentingan antara lain investor, nasabah, kreditur, asosiasi, dan
masyarakat.

B. Kebijakan dan Prosedur Manajemen Risiko serta Penetapan Limit


Risiko
Dalam melaksanakan kebijakan dan prosedur Manajemen Risiko serta
penetapan limit Risiko untuk Risiko Reputasi, selain melaksanakan kebijakan
dan prosedur Manajemen Risiko serta penetapan limit Risiko sebagaimana pada
butir I.B., pada setiap aspek Bank harus menambahkan penerapan:
1) Strategi Manajemen Risiko
Penyusunan strategi Manajemen Risiko untuk Risiko Reputasi mengacu pada
cakupan penerapan secara umum sebagaimana pada butir I.B.1.
2) Tingkat Risiko yang akan diambil (Risk Appetite) dan Toleransi Risiko (Risk
Tolerance)

23
Penetapan tingkat Risiko yang akan diambil dan toleransi Risiko untuk Risiko
Reputasi mengacu pada cakupan penerapan secara umum sebagaimana pada
butir I.B.2.
3) Kebijakan dan Prosedur
a) Bank harus mempunyai kebijakan dan prosedur tertulis yang
memenuhi prinsip-prinsip transparansi dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan kepada nasabah dan pemangku kepentingan lainnya
untuk mengendalikan Risiko Reputasi. Kebijakan tersebut harus sejalan
dengan ketentuan dan/atau peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai perlindungan konsumen.

b) Bank harus memiliki dan melaksanakan kebijakan komunikasi yang


tepat dalam rangka menghadapi berita atau publikasi yang bersifat
negatif atau mencegah informasi yang cenderung kontraproduktif,
antara lain dengan cara menerapkan strategi penggunaan media yang
efektif untuk menghadapi berita negatif.

c) Bank harus mempunyai protokol khusus untuk pengelolaan reputasi


pada saat krisis sehingga dapat dengan cepat mengantisipasi
peningkatan Risiko Reputasi pada saat krisis. Penilaian atas faktor ini
mencakup struktur manajemen krisis dan prosedur manual manajemen
krisis.
4) Limit
Limit Risiko Reputasi secara umum bukan merupakan limit yang dapat
dikuantifikasi secara finansial. Sebagai contoh: limit waktu menindaklanjuti
keluhan nasabah dan batasan waktu menunggu dalam antrian untuk mendapat
pelayanan.

24
C. Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, dan Pengendalian
Risiko, serta Sistem Informasi Manajemen Risiko Reputasi
Dalam melakukan penerapan Manajemen Risiko melalui proses identifikasi,
pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Risiko, serta sistem informasi
Manajemen Risiko untuk Risiko Reputasi, selain melaksanakan proses
sebagaimana pada butir I.C., pada setiap proses Bank harus menambahkan
penerapan:
1) Identifikasi dan Pengukuran Risiko Reputasi

a) Bank harus mencatat dan menatausahakan setiap kejadian yang


terkait dengan Risiko Reputasi termasuk jumlah potensi kerugian dalam
suatu administrasi data. Pencatatan dan penatausahaan data tersebut
disusun dalam suatu data stastistik yang dapat digunakan untuk
memproyeksikan potensi kerugian pada suatu periode dan aktivitas
tertentu Bank.

b) Bank dapat menggunakan beberapa sumber informasi untuk


mengidentifikasi dan mengukur dampak dari Risiko Reputasi antara
lain pemberitaan media massa, situs web Bank dan hasil analisis jejaring
sosial, pengaduan nasabah melalui layanan nasabah, serta kuesioner
kepuasan nasabah.
2) Pemantauan Risiko Reputasi
Pelaksanaan pemantauan untuk Risiko Reputasi mengacu pada cakupan
penerapan secara umum sebagaimana pada butir I.C.3.
3) Pengendalian Risiko Reputasi

a) Bank harus segera menindaklanjuti dan mengatasi adanya keluhan


nasabah dan gugatan hukum yang dapat meningkatkan eksposur Risiko
Reputasi.

b) Bank harus mengembangkan mekanisme yang andal dalam


melakukan tindakan pengendalian Risiko Reputasi yang efektif. Secara

25
umum, pengendalian Risiko Reputasi dapat dilakukan melalui 2 (dua)
hal:

i. Pencegahan terjadinya kejadian yang menimbulkan Risiko Reputasi,


yang secara umum dilakukan melalui serangkaian aktivitas sebagai
berikut:
(a) Tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social
responsibility), merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan
Bank untuk pemberdayaan masyarakat dalam bentuk kegiatan
ekonomi atau sosial yang diharapkan dapat membangun reputasi
positif dari pemangku kepentingan terhadap Bank.

(b) Komunikasi atau edukasi secara rutin kepada pemangku


kepentingan dalam rangka membentuk reputasi positif dari
pemangku kepentingan.
ii. Pemulihan reputasi Bank setelah terjadi kejadian yang menimbulkan
Risiko Reputasi, yaitu seluruh tindak lanjut Bank untuk memulihkan
reputasi dan mencegah terjadinya pemburukan reputasi Bank.

c) Mitigasi Risiko Reputasi maupun kejadian yang menimbulkan Risiko


Reputasi dilakukan dengan mempertimbangkan materialitas
permasalahan dan biaya. Meskipun demikian, Risiko Reputasi dapat
diterima sepanjang masih sesuai dengan tingkat Risiko yang akan
diambil.
d) Dalam rangka pengendalian Risiko Reputasi yang lebih besar pada
masa depan, tindakan pencegahan dan pemulihan Risiko Reputasi yang
telah dilakukan perlu diikuti dengan perbaikan pada kelemahan
pengendalian dan prosedur yang memicu terjadinya Risiko Reputasi.

4) Sistem Informasi Manajemen Risiko Reputasi

a) Bank harus memiliki prosedur reguler dan mekanisme pelaporan


Risiko Reputasi atau kejadian yang menimbulkan Risiko Reputasi, baik

26
dalam bentuk tertulis maupun dalam bentuk sistem elektronik termasuk
pembahasan dalam board atau management meeting.

b) Bank harus memiliki mekanisme sistem peringatan dini untuk


memberikan sinyal kepada manajemen sehingga dapat melakukan
tindak lanjut dan mitigasi yang dibutuhkan.

2.2.3 Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Risiko Reputasi

Berdasarkan Surat Edaran 5/21/DPNP/2003 perihal “Pedoman Standar Penerapan


Manajemen Risiko bagi Bank Umum” yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, secara
garis besar faktor-faktor penyebab timbulnya risiko reputasi disebabkan oleh dua hal
yaitu:

 Publikasi negatif
Publikasi negatif didasari oleh kejadian-kejadian tidak baik yang dilakukan
atau dialami oleh Bank di masa sebelumnya dan disebarluaskan melalui media
massa. Kejadian tersebut antara lain pelanggaran etika bisnis, kasus hukum
yang sedang/sudah diputuskan oleh pengadilan, keluhan nasabah, dan lain
sebagainya.
 Kegiatan bisnis perbankan
Kegiatan bisnis perbankan lebih didasari dari faktor internal perusahaan. Hal
ini terkait kepada prinsip tata kelola perusahaan (good corporate governance),
prinsip kehati-hatian, dan pedoman standard operasi yang dijalankan oleh unit
bisnis dalam berhubungan dengan nasabah atau pihak lainnya.

2.2.4 Dampak Dari Resiko Reputasi

Risiko reputasi terjadi akibat menurunnya tingkat kepercayaan pemangku kepentingan


yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank. Pemangku kepentingan bank
meliputi nasabah, debitur, investor, regulator, dan masyarakat umum, meskipun belum
menjadi nasabah bank. Hal-hal yang berpengaruh pada reputasi bank adalah
manajemen, pelayanan, ketaatan pada aturan, kompetensi, dan sebagainya. Risiko ini
timbul, antara lain, karena adanya pemberitaan media dan rumor mengenai bank yang

27
bersifat negatif serta adanya strategi komunikasi bank yang kurang efektif. Penyebab
munculnya risiko reputasi bisa dari mana saja, namun yang terparah jika perusahaan
mengalami kasus hukum dan penyimpangan. Reputasi merupakan intangible assets,
yang berasal dari akumulasi tindakan, nilai-nilai dan kinerja perusahaan secara
bertahap dan dalam jangka waktu yang lama. Risiko ini mengalami ujian, dari waktu
ke waktu, dan dapat disebabkan oleh risiko lain, yaitu: risiko hukum, risiko kredit,
risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko stratejik, risiko kepatuhan.
Dengan demikian, untuk mengendalikan dan menjaga risiko reputasi, harus
menerapkan dan menjaga risiko lainnya agar tidak mengenai perusahaan. Berbagai
dampak dari risiko reputasi bagi perbankan antara lain:

a. Penurunan tingkat kepercayaan publik/nasabah


Penurunan tingkat kepercayaan menyebabkan Bank mengalami kesulitan
dalam mengeluarkan kredit kepada publik dan hal yang sama juga dialami oleh
Bank dalam mendapatkan dana dari publik sebagai modal usaha mereka.
b. Teguran / Denda dari regulator
Bank adalah suatu industri yang memiliki regulasi yang sangat ketat sehinga
pengawasan oleh regulator bersifat aktif. Teguran atau denda merupakan salah
satu alat mekanisme yang digunakan oleh regulator untuk memastikan Bank
menerapkan kebijakan yang telah disusun oleh regulator.
c. Penurunan peringkat bank
Penurunan peringkat bank merupakan mekanisme lainnya yang ditempuh oleh
regulator dalam memastikan bank mengikuti kebijakan regulator.
d. Pemberhentian ijin perbankan
Pemberhentian ijin perbankan merupakan salah satu bentuk hukuman bersifat
final ataupun sementara yang dikeluarkan oleh regulator. Dalam khazanah
industri perbankan Indoensia, contoh kasus dimana pemberhentian ijin
perbankan diberikan kepada Citibank dimana unit usaha kartu kredit dihentikan

28
sementara 1 (satu) tahun dikarenakan kasus pemukulan nasabah dan menjadi
pemberitaan negatif.

2.2.5 The Commite of the Sponsoring Organizationof The Tradeway


Commission (COSO)
Sebelum masuk ke dalam topik mengenai Internal Control (IC), terlebih dahulu kita
harus mengenal apa itu COSO. The Committee of Sponsoring Organization of
Treadway Commission adalah joint initiative dari lima organisasi sukarela dari sektor
privat yang bertujuan untuk mengembangkan kerangka dan panduan mengenai
Manajemen Risiko, Pengendalian Internal, dan Pencegahan Fraud. Kelima organisasi
tersebut terdiri dari American Accounting Associaton (AAA), American Institute of
Certified Public Accountant (AICPA), Financial Executive International (FEI), The
Association of Accountant and Financial Professionals in Business (IMA), dan The
Institute of Internal Auditor (IIA).

Produk yang telah dihasilkan oleh COSO antara lain Internal Control – Integrated
Framework (1992) dan Enterprise Risk Management – Integrated Framework (1994).
Indonesia mengadopsi Internal Control – Integrated Framework (1992) dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 mengenai Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah. Dalam perkembangannya COSO telah mengeluarkan kerangka IC terbaru
yaitu Internal Control – Integrated Framework (2013) untuk menggantikan kerangka
IC yang lama.

COSO mendefinisikan IC adalah process, effected by an entity’s board of directors,


management, and other personnel, designed to provide reasonable assurance
regarding the achievement of objectives relating to operations, reporting, and
compliance. Definisi ini sengaja dibuat secara luas agar dapat menangkap konsep yang
penting mengenai bagaimana suatu organisasi merancang, mengimplementasikan,
melaksanakan IC, dan menilai efektivitas dari sistem pengendalian internal, serta
memberikan dasar dalam pengaplikasiannya di berbagai tipe organisasi. Selain itu
definisi ini juga mengakomodasi bagian-bagian dari IC.

29
2.2.6 Mitigasi Risiko Reputasi

Skema 1 : Diagram COSO

The Committee of the Sponsoring Organization of The Tradeway Commission


(COSO), menetapkan tahapan mitigasi risiko sebagai berikut:

a. Lingkungan Internal
Lingkungan internal perusahaan menunjukkan bagaimana suatu organisasi
dikelola berdasarkan budaya perusahaan, termasuk didalamnya filosofi
perusahaan mengenai risiko, budaya risiko yang telah berkembang dan arah
kedepan, tata nilai yang berlaku di organisasi dan hal-hal lainnya.
b. Penetapan Tujuan
Penetap tujuan wajib disiapkan di awal sebelum manajemen
mengidentifikasikan kemungkinan timbulnya potensi-potensi yang dapat
mempengaruhi kinerjanya.

30
c. Identifikasi Kejadian
Kejadian yang berlangsung di internal mapun eksternal perusahaan wajib
diidentifikasi, serta dipilah antara risiko dengan peluang bisnis. Peluang bisnis
dikaitkan kembali dengan strategi perusahaan disertai dengan proses kerjanya.
d. Asesmen Risiko
Risiko dinilai berdasarkan kemungkinan untuk hal tersebut terjadi, dampak dari
kemungkinan tersebut, sehingga menjadi suatu pedoman bagaimana mengelola
risiko. Risiko dinilai berdasarkan faktor sensitivitas dan efek jangka waktunya.
e. Respon Risiko
Tanggapan atau aksi manajemen dalam menghadapi risiko yang dihadapi.
Beragam pilihan dapat ditempuh antara lain: Menghindari; atau Menerima; atau
Mengurangi; atau Membagi dampak risiko. Berdasarkan pilihan tersebut,
manajemen wajib membuatkan satu perangkat kerja yang menyelarasikan
toleransi risiko dan kemungkinan terjadinya risiko.
f. Kontrol Risiko
Kebijakan dan prosedur ditetapkan dan diimplementasikan untuk memastikan
kontrol risiko dijalankan secara efektif.
g. Informasi dan Komunikasi
Manajemen memilah informasi yang dibutuhkan, dan mengkomunikasikan
dalam suatu dokumentasi yang terstruktur yang menjelaskan kewajiban bisnis-
binis unit terkait dalam pengelolaan risiko.
h. Pengawasan
Kebijakan manajemen risiko diawasi dan diperbaharui jika diperlukan.
Pengawasan dicapai melalui kegiatan manajemen, evaluasi secara terpisah, atau
dilakukan secara serentak.

2.2.7 Gugus Tugas Mitigator Risiko Reputasi

Merujuk pada Peraturan Bank Indonesia No 11/25/PBI/2009, fungsi kerja di perbankan


yang memiliki kewajiban untuk mengawasi risiko reputasi adalah:

31
a. Dewan Direksi dan Komisaris
Dewan Direksi dan Komisaris adalah penanggung jawab utama dari kegiatan
perbankan. Berdasarkan hal tersebut, maka penetapan kebijakan manajemen risiko
ditetapkan oleh Dewan Direksi dan Komisaris.

b. Direktur Kepatuhan
Fungsi kerja direktur kepatuhan adalah untuk memastikan bahwa segala kegiatan
perbankan telah sesuai dengan peraturan maupun regulasi yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.

c. Unit kerja hubungan publikasi masyarakat (Public Relation / Corporate


Communications)
Public Relation / Corporate Communication bertugas untuk menjelaskan
permasalahan yang terjadi oleh Bank kepada publik. Unit kerja ini juga
berkewajiban untuk secara aktif mengubah persepsi negatif masyarakat melalui
berbagai kegiatan Corporate Social Responsibility atau kegiatan humas lainnya.

d. Unit kerja hukum

Unit kerja hukum memberikan opini/pendapat penyelesaian pemberitaan negatif


berdasarkan sudut pandang hukum, contoh nyata antara lain berupa somasi kepada
media massa untuk melakukan penghentian pemberitaan negatif hingga adanya
suatu keputusan tetap.

e. Unit kerja pelayanan nasabah


Unit kerja pelayanan nasabah dimanifestasikan melalui Call Center serta Customer
Service.

f. Unit kerja audit


Unit kerja audit mengawasi implementasi dari manajemen risiko, serta
mengindentifikasi hal-hal yang perlu diperbaharui berdasarkan temuan yang terjadi
di lapangan atau mengacu pada kejadian/contoh kasus yang dialami oleh institusi
perbankan lainnya.

32
2.3 Studi Kasus Bank Century
2.3.1 Sejarah Bank Century

Kisah Bank Century didirikan pada tahun 1989 hingga 20 November 2008 saat
Bank Indonesia menetapkan sebagai bank gagal yang memiliki dampak sistemik.
PT Bank Century didirikan berdasarkan Akta No 135 tanggal 31 Mei 1989 oleh
Lina Laksmiwardhani, SH, Notaris pengganti Lukman Kirana, SH, notaris di
Jakarta. Disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat
Keputusan No C.2-6169.HT.01.01.TH 89 tertangga 12 Juli 1989. Didaftarkan ke
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 2 Mei 1991 dengan No 284/Not/1991.
Anggaran Dasar Bank telah disesuaikan dengan Undang-Undang Perseroan
Terbatas No 1 Tahun 1995 dalam Akta No 167 tanggal 29 Juni 1998 dari Rachmat
Santoso, S.H, notaris di Jakarta.

Pada tanggal 6 April 1990, Bank Century memperoleh izin usaha sebagai Bank
Umum dari Menteri Keuangan Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No
462/KMK.013/1990. Bank Century memperoleh peningkatan status menjadi bank
devisa dari Bank Indonesia melalui Surat Keputusan No 26/5/KEP/DIR pada
tanggal 22 April 1993.

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No 6/92/KEP.GBI/2004


tanggal 28 Desember 2004, menyetujui perubahan nama PT Bank CIC
Internasional Tbk menjadi Bank Century dan izin untuk melakukan usaha sebagai
bank umum berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No
462/KMK.013/1990 tanggal 16 April 1990 tentang Pemberian Izin Usaha, nama
PT Bank CIC Internasional Tbk dinyatakan tetap berlaku bagi PT Bank Century
Tbk.

Merger Tiga Bank


Pada tanggal 21 Mei 2004, Bank Century, PT Bank Danpac Tbk, dan PT Bank
Pikko Tbk, telah menandatangani kesepakatan untuk melakukan tindakan
hukum penyatuan kegiatan usaha dengan cara penggabungan atau merger

33
dimana Bank Century sebagai “Bank yang menerima penggabungan” dan PT
Bank Dnpac Tbk dan PT Bank Pikko Tbk sebagai “Bank yang akan
bergabung”.

Pada tanggal 7 September 2004, Bank mengajukan Pernyataan Penggabungan


kepada BAPEPAM dalam rangka penggabungan usaha dengan bank-bank yang
menggabungkan diri dan telah mendapat pemberitahuan efektifnya
penggabungan tersebut sesuai dengan surat ketua BAPEPAM No
S.3232/PM/2004 tanggal 20 Oktober 2004.

Berdasarkan Akta No 158 tanggal 22 Oktober 2004 dari Buntario Tigris


Darmawa NG, S.H, S.E, notaris di Jakarta, Bank Century dan bank-bank yang
menggabungkan diri yang terdiri dari PT Bank Pikko Tbk dan PT Bank Danpac
Tbk dengan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa telah
sepakat melakukan peleburan usaha. Peleburan usaha dilaksanakan dengan
syarat dan ketentuan antara lain sebagai berikut:

a. Semua kekayaan dan kewajiban serta operasi, usaha, kegiatan setiap


bank yang menggabungkan diri beralih hukum kepada Bank Century
b. Semua pemegang saham bank-bank yamg bergabung karena hukum
menjadi pemegang saham Bank Century
c. Bank sebagai perusahaan hasil penggabungan tetap mempertahankan
eksistensinya sebagai perusahaan terbatan dan sebagai bank umum
dengan memakai nama PT Bank Century Tbk.
d. Semua perusahaan yang menggabungkan diri karena hukum akan bubar
tanpa melakukan likuidasi.

34
2.3.2 Kronologi Kasus
Kronologi Skema Status Bank Century
Merger Bank Century Bank Pikko
Bank CIC Bank Danpac
6 Desember 2004

Bank Century

Status Masalah

Bank dalam Praktek merugikan, menukar SSB senilai 75juta dan


pengawasan Intensif cash USD 60 juta dengan (total USD135 juta) dengan
29 Desember 2005 SSB lain seharga 57,48 juta
CAR negatif (-132,58%)
Pelanggaran BMPK, pelanggaran PDN
Kredit macet senilai Rp365 miliar
Pengumpulan investasi dana tetap oleh PT Antaboga
2 th 10 bln Delta Sekuritaas (PT ADIDS)

Bank dalam Sejak Oktober 2008 Century berkali-kali melanggar


pengawasan Khusus ketentuan Giro Wajib Minmum (GWM)
6 November 2008 Likuiditas Bank terus memburuk sejak BI meminta
pemiliki melunasi SSB Valas yang jatuh tempo dan
pemilik tidak mampu memenuhi komitmen.
Perhitungan CAR per 30 September melorot dari
14,76% menjadi 2,35%
14 hari

Bank dalam
13 November 2008 kalah kiring
pengawasan gagal
Tanggal14 dan 18 November diberikan pengucuran
berdampak sistemik FPJP sebesar Rp 502,07 dan Rp 187,32 miliar, total
20 November 2008 sebsar 689,39 miliar
Tanggal 20 November 2008 kondisi likuiditas terus
memburuk, CAR turun dan koreksi per-31 Oktober dari
positif 2,35%

Bagan 3.2. Kronologi Skema Kasus Bank Century

35
2.3.3 Faktor Penyebab Timbulya Risiko Reputasi

1. Kegiatan Bisnis Perbankan (Pelanggaran Yang Dilakukan Bank Century)


Kelahiran Bank Century sudah bermasalah. Bank Century adalah
hasil merger dari Bank CIC, Bank Pikko dan Bank Danpac. Merger didahului
dengan akuisisi Danpac dan Pikko serta kepemilikan saham CIC oleh Chinkara
perusahaan berdomisili di Bahama dengan pemegang saham mayoritas dan
pengendali: Rafat Ali Rizvi (RAR). Selain itu, akuisisi dilakukan dengan
banyak pelanggaran pada tanggal 21 November 2001 BI memberikan
persetujuan prinsip untuk melakukan akuisisi, walaupun Chinkara tidak
memenuhi persyaratan administratif berupa:

o Tidak melakukan publikasi akuisisi oleh Chinkara


o Tidak adanya laporan keuangan Chinkara 3 tahun terakhir
o Tidak ada rekomendasi oleh pihak berwewenang di negara asal
Chinkara

Pada tanggal 5 Juli 2002 BI memberikan izin akuisisi walaupun terjadi


pelanggaran-pelanggaran sebagai berikut:

(1) Pada CIC terdapat Surat-Surat Berharga 9SSB) fiktif senilai USD
25 juta yang melibatkan Chinkara.

(2) SSB berisiko tinggi, tetapi Penyisihan Penghapusan Aset Produktif


(PAPAP) tidak dilakukan; seandainya dilakukan sebagaimana
mestinya, CAR menjadi negatif.

(3) Karena pembayaran kewajiban General Sales Management 102


(GSM 102) dan terjadinya penarikan dana pihak ketiga (DPK) dalam
jumlah besar, BC kesulitan likuiditas dan melanggar Posisi Devisa Neto
(PDN).

36
(4) Dalam Bank Pikko terdapat kredit kepada Texmaco yang macet,
yang selanjutnya ditukarkan dengan Medium Term Notes (MTN)
Dresdner Bank yang tidak memiliki notes rating sehingga bank wajib
membentuk PPAP yang berakibat CAR menjadi negatif.

Merger juga dilakukan dengan banyak pelanggaran. Pada tanggal 6


Desember 2004 BI memberikan izin merger 3 bank menjadi Bank
Century dengan melakukan berbagai pelanggaran.
Walaupun merger tidak memenuhi persyaratan yang berlaku,
izin merger diberikan pada tanggal 6 Desember 2004. Dasarnya adalah
rekomendasi/catatan yang diberikan oleh Direktur Pengawasan BI, S.
Anton Tarihoran kepada Deputi Gubernur BI Aulia Pohan dan Deputi
Senior Gubernur BI Anwar Nasution tertanggal 22 Juli 2004.

Bentuk pelanggaran-pelanggaran dalam memberikan izin merger


adalah sebagai berikut:

(1) Surat Surat Berharga (SSB) Bank CIC yang macet dianggap
lancar, yang menjadikan Capital Adequacy Ratio (CAR)-nya
seolah-olah memenuhi persyaratan merger.

(2) Fit & Proper Test atas RAR yang tidak lulus ditunda
penilaiannya dan tidak diproses lebih lanjut.

(3) Tidak pernah ada Rapat Dewan Gubernur BI sebelum


memberi izin merger.

(4) Terjadi manipulasi oleh Direktur BI bidang Pengawasan


Bank BI S. Anton Tarihoran yang mengatakan bahwa Gubernur
BI Burhanudin Abdullah telah setuju, yang kemudian sudah
dibantah oleh Burhannudin Abdullah.

Penyebab lainnya ambruknya Bank Century adalah penipuan oleh


pemilik dan manajemen dengan menggelapkan uang nasabah. Mereka

37
adalah Anggota Dewan Direksi yaitu Robert Tantular, Dewi Tantular,
Hermanus Hasan Muslim, dan Laurance Kusuma serta Pemegang
Saham yaitu Hesham Al Warraq Tahalat dan Rafat Ali Rijyi.
Pengelapannya dilakukan dengan beberapa cara. Pertama,
memanfaatkan produk reksa dana fiktif yang diterbitkan PT Antaboga
Delta Sekuritas Indonesia yang dijual terselubung di Bank Century.
Kedua, menyalurkan sejumlah kredit fiktif. Ketiga menerbitkan Letter
of Credit (L/C) fiktif. Modusnya yaitu pemilik bank century membuat
perusahaan atas nama orang lain untuk kelompok mereka. Lalu mereka
mengajukan permohonan kredit, tanpa prosedur semestinya serta
jaminan yang memadai mereka dengan mudah mendapatkan kredit.
Bahkan ada kredit Rp 98 Miliar yangcair hanya dalam 2 (dua) jam.
Jaminan mereka tambahannya hanya surat berharga yang ternyata
bodong.

Selain itu Robert Tantular juga menyalahgunakan kewenangan


memindah bukukan dan mencairkan dana deposito valas sebesar Rp 18
Juta Dollar AS tanpa izin sang pemilik dana, Budi Sampoerna. Robert
juga mengucurkan kredit kepada PT Wibowo wadah Rezeki Rp 121
Miliar dan PT Accent Investindo Rp 60 Miliar. Pengucuran dana ini
diduga tidak sesuai prosedur. Robert Tantular juga melanggar Letter of
Commitment dengan tidak mengembalikan surat-surat berharga bank
century di luar negeri dan menambah modal bank.

2. Publikasi Negatif

Perbankan nasional kembali diguncang kasus setelah pada tahun 1998 terjadi
bank rush akibat krisis kepercayaan nasabah terhadap perbankan di Indonesia
dan terjadinya penutupan bank secara besar-besaran. Kasus ini terjadi pada
bank century pada November 2008 diselamatkan oleh pemerintah, karena
dianggap berpotensi memicu krisis sistemik yang dikhawatirkan akan terjadi
kembali bank rush seperti pada tahun 1998 hal tersebut didukung oleh

38
kesaksian oleh LPS apabila bank century tidak diselamatkan maka akan ada 13
bank sejenis lainnya yang akan ditutup. Penutupan Bank Century diperkirakan
akan mengakibatkan kepanikan pada nasabahnya. Kepanikan ini mendorong
nasabah-nasabah lain akan berbondong-bondong menarik uangnya pada
banyak bank terutama Bank-bank kecil sekelas Century dan memindahkan ke
bank-bank yang lebih besar. Penarikan besar-besaran ini mengakibatkan bank-
bank yang pada awalnya sehat menjadi ikut bermasalah dan mengalami
masalah likuiditas, disini terjadi risiko likuiditas. Sebagai akibatnya bank-bank
ini akan berusaha mencari pendanaan dengan meminjam dana dari Bank-bank
besar melalui pinjaman antar bank.

Penyelamatan bank century ini disebabkan oleh kalah kliring bank century pada
13 November 2008, hal tersebut ditegaskan oleh Boediono selaku Gubernur BI
hal tersebut disebabkan oleh faktor teknis berupa keterlambatan penyetoran
prefund. Hal ini menyebabkan bank century tidak dapat ikut serta/suspend oleh
Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring.

Kasus kelah kliring bank century pun terdengar oleh nasabah bank century yang
mengakibatkan seluruh nasabah bank century mengambil seluruh dananya yang
mengakibatkan bank century kesulitan likuiditas, hal tersebut memicu bank
century diambil alih oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) atas persetujuan
dari Bank Indonesia, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan KSSK.

Menurut Menteri keuangan Sri mulyani Indrawati, keputusan menyelamatkan


Bank Century pada tanggal 21 November 2008 adalah untuk menghindari
terjadinya krisis secara berantai pada perbankan yang dampaknya jauh lebih
mahal dan lebih dashyat dari 1998. Dengan meminimalkan ongkosnya dan
dikelola oleh manajemen yang baik maka Bank Century punya potensi untuk
bisa dijual dengan harga yang baik. Maka, mulai hari jumat 21 November 2008
PT. Bank Century telah diambil alih oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS),
untuk selanjutnya tetap beroperasi sebagai Bank Devisa penuh yang melayani

39
berbagai kebutuhan Jasa Perbankan bagi para nasabah.
Pengambilalihan Bank tersebut oleh Lembaga Pemerintah ini dimaksudkan
untuk lebih meningkatan keamanan dan kualitas pelayanan bagi para nasabah.
Tim manajemen baru yang terdiri dari para professional telah ditunjuk hari itu
juga untuk mengelola dan meningkatkan Kinerja Bank.

2.3.4 Dampak Risiko Reputasi

a. Penurunan tingkat kepercayaan publik/nasabah


Penurunan tingkat kepercayaan menyebabkan Bank Century mengalami krisis
kepercayaan yang mengakibatkan nasabah Bank Century mengambil seluruh
dana yang disimpan, selain itu dalam mengeluarkan kredit kepada publik dan
hal yang sama juga dialami oleh Bank Century mengalami kesulitan likuiditas
karena Bank Century sulit mendapatkan dana dari publik sebagai modal usaha
mereka. Hal tersebut terbukti bahwa seluruh nasabah Bank Century
berbondong-bondong mengunjungi kantor-kantor Bank Century dan mengantre
untuk menarik uangnya kembali, namun Bank Century hanya dapat
menggantikan uang nasabah maksimal satu juta rupiah per-nasabah setiap
harinya, hingga salah satu dari nasabah besar Bank Century menginap dikantor
cabang Bank Century untuk menunggu kepastian uang mereka untuk kembali.

b. Teguran / Denda dari regulator


Bank Century mendapatkan sanksi dari Bank Indonesia sebagai regulator dan
pengawas pada saat itu. Bank Century harus membayar denda sebesar 11 miliar
rupiah untuk pelanggaran yang dilakukan Bank Century atas pelanggaran posisi
devisa netto telah melanggar ketentuan maksismum 20% yaitu 546,49% untuk
PDN neraca dan 432,64% untuk PDN keseluruhan. Pelanggaran ini terjadi
karena dana valas dan sebagian besar dana rupiah Bank Century ditanamkan
dalam SSB valas, diantaranya berupa Certificate Deposit (CD) dan Credit Link
Notes (CLN) yang beresiko tinggi. Pelanggaran posisi devisa netto bank umum

40
yang telah dilakukan Bank Century merupakan bentuk pelanggaran terhadap
PBI No.7/37/PBI/2005 tentang Posisi Devisa Netto Bank Umum.

2.3.5 Memitigasi Risiko Reputasi

Hal yang dilakukan oleh Bank Century/Bank Mutiara dalam menekan risiko
reputasinya adalah:
1. Pansus. Sepak terjang Pansus sangat memengaruhi laju risiko reputasi. Adalah
sangat berisiko ketika niat untuk mengupas kasus Bank Century kian tinggi
tanpa memedulikan kehati-hatian sama sekali. Dengan bahasa lebih bening, hal
ini sekaligus menegaskan bahwa hukum adalah panglima dalam setiap langkah.
Selain itu, kasus ini pun menjadi pelajaran yag sangat mahal dan berharga bagi
perbankan nasional untuk tidak ditiru.
2. Risiko finansial. Ingar-bingar tuntutan agar wakil presiden dan menteri
keuangan untuk
menonaktifkan diri sungguh bisa memicu risiko finansial. Selama ini, figur
mereka dianggap sebagai matahari kembar yang bersinar dalam dunia finansial
nasional. Dalam bahasa finansial, mereka dipercaya pasar.
3. Rancangan Undang-Undang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (RUU JPSK).
Sudah sepatutnya, pemerintah segera mengajukan kembali RUU JPSK kepada
DPR untuk dibahas. UU IPSK bakal menjadi payung hukum untuk
membendung banjir risiko dalam sistem keuangan mengingat jalan di depan
kian terjal.

41
2.3.6 Pengendalian Risiko Reputasi

Ada beberapa cara yang dapat ditempuh perbankan dalam mengatasi resiko ataupun
mencegah terjadinya resiko yang sama ke depannya. Beberapa cara tersebut telah
diterapkan Bank Century/BankMutiara dalam manajemen resiko perusahaannya.

Sejak awal bulan Desember 2008 CenturyBank telah bekerjasama dengan lembaga
konsultan public relation dan mengembangkan marketing communication untuk
memulihkan citra yang negatif di masyarakat akibat kasus investasi discretionary fund
Antaboga.

CenturyBank menyakini bahwa setiap aspek efektifitas pelaksanaan manajemen yang


baik (termasuk manajemen risiko & sistem pengendalian internal) dalam kaitannya
dengan Good Corporate Governance (GCG) akan membuahkan hasil reputasi yang
baik di mata stakeholders.

Statement dukungan dari Pemerintah sebagai pemegang saham pengendali


CenturyBank terhadap upaya positif yang telah dilakukan oleh manajemen baru yang
lebih profesional, sangat dibutuhkan oleh perusahaan, karena setiap langkah
keberhasilan dalam upaya penyelesaian kasus di CenturyBank akan berimbas secara
tidak langsung kepada perbankan nasional secara keseluruhan.

Optimalisasi fungsi corporate secretary sebagai public relations dalam rangka


penyampaian informasi terkait dengan bank, baik pada media maupun publik, serta
penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan nasabah, dan berpartisipasi
dalam kegiatan Corporate Social Responsibility merupakan usaha yang dilakukan oleh
Mutiara Bank untuk meningkatkan pengelolaan risiko reputasi.

42
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen risiko merupakan suatu aktivitas manusia dalam mengatasi
ketidakpastian yang dapat menyebabkan kerugian baik organisasi/perusahaan,
keluarga maupun masyarakat. Aktivitas tersebut meliputi penilaian risiko,
pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan
pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Manajemen risiko terdiri dari berbagai jenis.
Salah satunya adalah risiko reputasi. Reputasi merupakan cerminan persepsi publik
terkait tindakan-tindakan suatu organisasi/ perusahaan. Reputasi suatu bank (banking
reputation) adalah kumpulan citra bank di benak khalayak atau stakeholders. Risiko
reputasi disebabkan adanya publikasi negatif yang berhubungan dengan kegiatan bank
atau persepsi negatif terhadap suatu bank. Dalam bisnis perbankan reputasi merupakan
hal yang sangat penting karena pada umumnya, bank termasuk industri yang memiliki
sensitivitas tinggi terhadap kepercayaan publik atau masyarakat umum. Selain dalam
hubungannya dengan nasabah, bank juga harus mengelola risiko reputasi ini dalam
hubungannya dengan stakeholder lain, seperti misalnya regulator dan pemegang
saham.

Bank Century merupakan merger dari 3 bank yaitu Bank CIC, Bank Pikko dan
Bank Danpac. Dari proses Akuisisi hingga merger pun bank Century telah bermasalah.
Pelanggaran yang dilakukan antara lain tidak terpenuhinya persyaratan administratif
hingga manipulasi oleh Direktur BI bidang Pengawasan Bank BI. Anton Tarihoran.
Meskipun terjadi banyak pelanggaran BI tetap memberikan izin akuisisi dan merger.
Penyebab lain ambruknya Bank Century adalah penipuan oleh pemilik dan manajemen
dengan menggelapkan uang nasabah. Kedua, menyalurkan sejumlah kredit fiktif.
Ketiga menerbitkan Letter of Credit (L/C) fiktif. Selain itu Robert Tantular juga
menyalahgunakan kewenangan memindahbukukan dan mencairkan dana deposito
valas sebesar Rp 18 Juta Dollar AS tanpa izin sang pemilik dana, Budi Sampoerna.

43
Robert Tantular juga melanggar Letter of Commitment dengan tidak mengembalikan
surat-surat berharga bank century di luar negeri dan menambah modal bank.akibat hal
tersebut Bank Century mendapatkan sanksi dari Bank Indonesia sebagai regulator dan
pengawas pada saat itu. Selain itu reputasi Bank Century juga menjadi buruk yaitu
menurunnya tingkat kepercayaan publik/nasabah hal ini terbukti dengan nasabah Bank
Century berbondong-bondong mengantre untuk menarik uangnya kembali

Untuk menekan risiko reputasinya Bank Century melakukan kerjasama dengan


lembaga konsultan public relation dan mengembangkan marketing communication
untuk memulihkan citra yang negatif di masyarakat akibat kasus investasi discretionary
fund Antaboga. selain itu Bank Century Statement dukungan dari Pemerintah sebagai
pemegang saham pengendali Bank terhadap upaya positif yang telah dilakukan oleh
manajemen baru yang lebih profesional, sangat dibutuhkan oleh Bank, karena setiap
langkah keberhasilan dalam upaya penyelesaian kasus di Bank akan berimbas secara
tidak langsung kepada perbankan nasional secara keseluruhan.

3.2 Saran
Berdasarkan kasus diatas, Bank Century sebenarnya telah bermasalah sejak awal
berdiri. Banyak pelanggaran yang telah dilakukan dimulai dari proses merger hingga
berdirinya Bank Century. Seharusnya Bank Century lebih mengutamakan kepatuhan
terhadap ketentuan, menjalankan manajemen risiko dengan ketentuan yang berlaku
agar terhindar dari risiko reputasi

44
DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia (BI). (2003). Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003.


Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum. Jakarta: Bank Indonesia.

Daruri, A. D. (2013, Juli 12). Basel III dan Regulasi Responsif. Retrieved from
Investor.id: https://investor.id/archive/basel-iii-dan-regulasi-responsif

Dr. Mamduh M. Hanafi, M. (2012, Desember). Manajemen Risiko. Yogyakarta: UPP


STIM YKPN.

Elizabeth, L. (2009). Risiko dan Manajemen Risiko Dalam Transaksi Pembiayaan


Mudharabah. Depok: Universitas Indonesia.

Fardiansyah, T. (2006). Refleksi dan Strategi Penerapan Manajemen Risiko


Perbankan Indonesia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Gie, K. K. (2011). Skandal Bank Century - Mengapa Menimbulkan Banyak


Keresahan dan Kemarahan? Retrieved from kwikkiangie.com:
http://kwikkiangie.com/v1/2011/03/skandal-bank-century-mengapa-
menimbulkan-banyak-keresahan-dan-kemarahan/

Juanda Evan, M. S. (2014). Manajemen Risiko Reputasi PT Bank UOB Indonesia.


Retrieved from Academia.edu:
https://www.academia.edu/9377901/MANAJEMEN_RISIKO_REPUTASI_P
T_BANK_UOB_INDONESIA

Karim, A. (2004). Bank Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

KM, M. T. (2015, April 15). Mengenal Internal Control - Integrated Framework


COSO. Retrieved from tatakelola.co: https://tatakelola.co/sektor-
privat/mengenal-internal-control-integrated-framework-coso/

Nova, F. (2011). Crisis Public Relation. Jakarta: Penerbit Rajawali Pers.

45
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). (2016). Surat Edaran OJK Nomor
34/SEOJK.03/2016. Lampiran Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank
Umum. Jakarta: OJK.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK). (n.d.). Peraturan OJK Nomor 18/POJK.03/2016.


Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum. Jakarta: OJK.

Rahmawati, I. M. (2011). Manajemen Risiko Pada Bank Century, Tbk. Riau:


Universitas Riau. Retrieved from dokumen.tips.

Rustam, B. R. (2013). Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia. Jakarta:


Salemba Empat.

46

Anda mungkin juga menyukai