KELOMPOK 7
UNIVERSITAS INDONESIA
OKTOBER 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
“Manajemen Risiko Reputasi Perbankan”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu nilai mata kuliah Manajemen Risiko
dan Tata Kelola. Dalam menyusun makalah ini penulis telah mengarahkan segala
kemampuan yang dimiliki. Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan
saran serta masukan dari banyak pihak. Maka dari itu, perkenankan penulis untuk
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Tuhan YME yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis
selama proses belajar
2. Pak Said Arismunandar selaku dosen mata kuliah Manajemen Risiko dan Tata
Kelola yang telah memberikan pelajaran kepada penulis.
3. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Manajemen Risiko dan Tata Kelola.
Kami menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dalam mencapai kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna memperbaiki
segala kekurangan yang ada, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
semua pihak yang membutuhkan pada umumnya dalam meningkatkan pengetahuan.
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Kesalahan manajemen
Melanggar peraturan
Melanggar ketentuan regulasi
Skandal keuangan
Kurang kompeten dalam pengelolaan dan pelayanan
Integritas yang diragukan
Performa keuangan yang kurang baik
Reputasi dibentuk dari berbagai atribut seperti yang ditunjukkan pada Bagan 1.1.
Social
responsibilty
Workplace Emotional
Environment appeal
Corporate
reputation
Selain atribut diatas, menurut Firsan Nova (2011) beberapa hal yang juga dapat
menjadi dasar reputasi, yaitu komunikasi, sikap profesional, kepercayaan publik,
inovasi produk, tanggung jawab sosial, kualitas layanan konsumen, responsif terhadap
umpan balik publik sebagai dasar reputasi.
5
Risiko Reputasi dapat bersumber dari berbagai aktivitas bisnis Bank sebagai berikut:
Bank Century menjadi bangkrut karna terjadi kesalahan didalam memanajemen resiko
institusi perbankan mereka, salah satu manajemen risiko nya adalah risiko reputasi
yang tidak dikendalikan dengan memitigasi nya. Pada tahun 2008 bank century
mengalami krisis kepercayaan dari akibat yang muncul karena bank century tidak dapat
menjalankan kegiatan operasionalnya dengan sesuai ketentuan yang berlaku, hal ini
menimbulkan risiko reputasi kepada para stakeholders yang menyebabkan
pengambilan dana pihak ketiga oleh nasabah bank century, belum lagi ada bantuan dari
dalam bank century sendiri untuk menggembosi bank century sendiri setelah terjadi
fasilitas pinjaman jangka pendek (FPJP) ataupun bail out / dana pinjaman.
Secara global bank century adalah contoh nyata terjadinya ketidak patuhan terhadap
hukum perbankan yang berlaku, khususnya hukum manajemen resiko dan manajemen
perbankan pada umumnya, sehingga mudah sekali terjadi kehancuran sedikit demi
sedikit, secara jujur manajemen bank century adalah salah satu contoh dimana ketidak
patuhan terhadap hukum perbankan dari manajemen resiko dan manajemen perbankan
akan berujung pada kebangkrutan dan kehancuran yang nyata.
Dulunya Bank Century bernama PT Bank CIC Internasional Tbk (Bank CIC) yang
pertama kali didirikan pada Mei 1989. Mulai beroperasi sebagai Bank Umum pada
tahun 1990 dan kemudian meningkatkan statusnya sebagai Bank Devisa pada tahun
1993. Bank secara resmi menjadi Bank Publik pada 25 Juni 1997 pada saat melakukan
Penawaran Offering (IPO) dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa
Efek Surabaya. Dalam rangka memperkuat struktur permodalan, selanjutnya Bank
6
telah melakukan penawaran Umum Terbatas atau Rights Issue I, II, III, IV dan V pada
Maret 1999, Juli 2000, Maret 2003, Juni 2003 dan Juni 2007.
Melalui Rapat Umum pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada tanggal 22
Oktober 2004, Bank memperoleh persetujuan dari pemegang saham untuk melakukan
penggabungan usaha (merger), melalui peleburan PT Bank Danpac Tbk (Bank
Danpac), PT Bank Pikko Tbk (Bank Pikko) untuk bergabung ke dalam Bank CIC, serta
berubah nama menjadi PT Bank Century Tbk. Penggabungan usaha ini telah mendapat
persetujuan Bank Indonesia melalui Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.
6/87/KEP.GBI/2004 tanggal 6 Desember 2004.
Selanjutnya Bank Indonesia juga telah memberikan persetujuan perubahan
penggunaan izin usaha dari PT Bank CIC Internasional Tbk (Bank CIC) menjadi PT
bank Century Tbk (Century Bank) melalui Keputusan Gubernur Bank Indonesia
Nomor 6/92/KEP.GBI/2004 tanggal 28 Desember 2004.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah
memahami pengertian manajemen risiko reputasi dan mengetahui alur kasus dan
memahami penyelesaian kasus manajemen risiko reputasi pada bank century.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang
berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat
diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang
disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain
pelaksanaan manajemen risiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia,
khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia, staff, dan organisasi).
Beberapa ahli di bidang ilmu manajemen menjelaskan apa itu manajemen risiko,
diantaranya adalah:
8
2.1.1 Jenis-Jenis Manajemen Risiko
Risiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa tertentu. Manajemen
Risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko yang timbul dari
seluruh kegiatan usaha Bank. Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18
/POJK.03/2016 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, jenis-jenis
manajemen risiko diuraikan sebagai berikut:
a. Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan pihak lain dalam memenuhi
kewajiban kepada Bank, termasuk Risiko Kredit akibat kegagalan debitur,
Risiko konsentrasi kredit, counterparty credit risk, dan settlement risk.
b. Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif,
termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi
pasar, termasuk Risiko perubahan harga option.
e. Risiko Kepatuhan adalah Risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan.
9
h. Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan
dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
Risiko Reputasi ialah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi
negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank.
Kata “reputasi” mengantar kita semua pada salah satu risiko yang harus dihadapi
perbankan dan memang telah direkomendasikan oleh Peraturan Bank Indonesia
Nomor 5/8/2003 sebagai salah satu risiko yang harus dikelola oleh bank umum yang
memiliki kompleksitas usaha yang tinggi. Apabila risiko kredit, risiko pasar, dan
risiko operasional sudah sangat biasa di telinga kita semua, maka risiko reputasi
cenderung lebih “awam” bagi kita.
10
Jika mengacu pada PBI No. 5/8/2003, risiko reputasi adalah risiko yang antara lain
disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank
atau persepsi negatif terhadap bank. Risiko reputasi timbul dari pendapat negatif
yang dibentuk masyarakat yang biasanya akan memaksa bank untuk berhadapan
dengan masalah litigasi, turunnya jumlah nasabah, yang pada akhirnya akan
berujung pada kerugian bank secara finansial.
Risiko reputasi dapat muncul mendadak dan tidak dapat diprediksi sebelumnya.
Lebih jauh lagi, risiko reputasi memiliki korelasi positif dengan isu- isu negatif yang
beredar di masyarakat. Risiko reputasi dapat diartikan sebagai suatu bangunan sosial
yang mengayomi suatu hubungan kepercayaan yang akhirnya akan menciptakan
suatu brand image bagi bank. Reputasi yang baik dan terpercaya tentu merupakan
sumber keunggulan bersaing bagi suatu bank. Tentu perlu waktu yang tidak sedikit
untuk membangun reputasi, dan bank juga tidak dapat membeli reputasi.
Selama ini kebanyakan solusi-solusi yang dilakukan bank dalam mengelola risiko
reputasi lebih bersifat reaktif, padahal risiko ini harus dapat dikelola secara proaktif
jika tidak ingin mengubahnya menjadi risk trap, yang berarti semakin lama bank
mengabaikan risiko ini maka semakin besar pula potensi risiko ini dapat tumbuh
subur.
Pengaruh masyarakat dan nasabah terhadap bank tentu akan sangat mempengaruhi
eksistensi risiko ini. Namun jangan salah artikan karena manajemen risiko reputasi
bukanlah hanya sekedar melakukan public relation management yang baik.
Manajemen risiko reputasi lebih ditekankan pada pengertian mengenai feeling
nasabah yang merupakan tanggungjawab bank untuk mengelolanya. Hal itu dapat
dilakukan misalnya dengan memberikan pelayanan dengan kualitas yang terus
ditingkatkan dan senantiasa memberikan nilai tambah bagi nasabah; maka secara
tidak langsung bank terus membangun reputasi dan keunggulan bersaing dalam
menjalankan usahanya. Selain dalam hubungannya dengan nasabah, bank juga harus
11
mengelola risiko reputasi ini dalam hubungannya dengan stakeholder lain, seperti
misalnya regulator dan pemegang saham.
2.2.1 Manajemen Risiko Reputasi Pada Basel II & III
A. Manajemen Risiko Reputasi Pada Basel II
Basel II diterakan oleh perbankan nasional dalam praktik-praktik manajemen
risiko, Basel II Capital Accrod adalah hasil evolusi regulasi perbankan di dunia.
The Basel Committee on Banking Supervision didirikan pada tahun 1974 oleh
para gubernur bank sentral dari Group of Ten (G10) untuk berfokus pada
regulasi perbankan dari praktik-praktik pengawasan. BCBC pada mulanya
bernama The Committee on Bankinf Regulation And Supervisor Practise.
The Basel Committee terdiri atas perwakilan bank sentral dan pengawas bank
dari G 10. Filosofi pendirian BCBS adalah untuk menutup kesenjangan regulasi
perbankan dunia yang mengacu pada dua prinsip, Oada intinya, tidak
dibenarkan mendirikan bank di luar negeri yang tidak terjangkau oleh regulasi,
dan regulasi yang ditetapkan pun dimaksudkan untuk menjadi pemegang
otoritas legal perbankan dunia, tidak memegang otoritas pengawasan
supranatural formal, dan mengharapkan para pengawas bank secara individual
akan menerapkan standar-standar pedoman-pedoman dengan cara-cara yang
sesuai.
12
Bagan berikut ini meringkaskan ketiga pilar Basel 2.
Risiko
Risiko Lainnya Disclosure
Tingkat Bunga
Buku Bank
Risiko
Risiko Kredit Risiko Pasar
Operasional
Pada tahun 1999, the basel committee memulai kerjasama dengan bank-bank utama
dari negara anggota untuk mengembangkan capital accord yang baru, dengan
memublikasikan first consultativr package. Sejak inilah perbankan dunia memasuki era
Basel II Accord.
Namun, rencana penerapan Basel II pada tahun 2004 mengalami penundaan dengan
semakin banyaknya saran dan kritik bagi BCBS yang kemudian kembali
13
memublikasikan Third Consultative Package pada April 2003. Kemudian disusul
dengan dipublikasikannya International Convergence of Capital Measurement and
Capital Standards untuk melengkapi dokumen Juli 2004 berdasarkan hasil dari tiga
Quantitative Impac Study yang dilakukan sejak tahun 2003. Selanjutnya, diharapkan
penerapan Basel II akan dimulai pada akhir tahun 2007.
14
internal, kesalahan manusia, proses, orang, sistem atau
kegagalan sistem, atau adanya dari kerjadian eksternal
problem eksternal yang
memengaruhi operasional
bank.
Risiko Likuiditas Risiko yang disebabkan Risiko yang disebabkan
(Liquidity Risk) karena bank tidak mampu ketidakmampuan untuk
memenuhi kewajiban yang memenuhi kewajiban-
telah jatuh waktu. kewajiban ketika jatuh
waktu termasuk
kewajiban-kewajiban
berjalan yang digunakan
untuk membiayai aset-aset
yang dipegang.
Risiko Hukum (Legal Risiko yang disebabkan oleh Risiko dari ketidakpastian
Risk) adanya kelemahan aspek terhadap tindakan-
yuridis. Kelemahan aspek tindakan hukum atau
yuridis antara lain disebabkan ketidakpastian dalam
adanya tuntutan hukum, aplikasi atau interpretasi
ketiadaan peraturan dari suatu kontrak atau
perundang-undangan yang peraturan-peraturan.
mendukung atau kelemahan
perikatan seperti tidak
dipenuhinya syarat sahnya
kontrak dan pengikatan
agunan yang tidak sempurna
Risiko Reputasi Risiko yang disebabkan Risiko yang berpotensi
(Reputation Risk) adanya publikasi negatif yang membahayakan suatu
terkait dengan kegiatan usaha perusahaan sebagai akibat
15
bank atau persepsi negatif dari opini publik yang
terhadap bank. negatif.
16
Dari tabel tersebut terdapat delapan risiko yang didefinisikan dalam PBI 5/8/2003
namun tidak termasuk risiko bisnis yang dianggap sebagai other risk didalam Basel II.
Berikut adalah tipe-tipe risiko dalam Basel II secara detail.
17
berlaku pada banyak
instrumen.
Risiko Suku bunga adalah
potensi kerugian akibat
perubahan suku bunga yang
tidak menguntungkan.
Risiko posisi ekuitas (equity
position risk) adalah potensi
kerugian akibat perubahan
harga saham yang tidak
menguntungkan. Risiko ini
berlaku untuk semua instrumen
yang menggunakan harga
saham sebagai bagian dari
valuasinya.
Risiko nilai tukar (foreign
exchange risk) adalah potensi
kerugian akibat perubahan
yang tidak menguntungkan
dari tingkat nilai tukar.
Risiko posisi komoditas
(Commodity position risk)
adalah potensi kerugian yang
ditimbulkan dari perubahan
yang tidak menguntungkan
dari harga komoditas.
Risiko Pasar pada banking Adalah risiko dimana bank
Book terekspos oleh perubahan
tingkat pasar karena struktur
18
dasar dari bisnisnya, seperti
aktivitas lending dan deposit.
Risiko Basis (Basis Risk) Risiko akibat suatu perubahan
dalam hubungan antara harga
dari suatu posisi berisiko dan
instrumen yang digunakan
untuk melindungi posisi
berisiko.
Risiko Treasury Risiko kerugian pada aktivitas
treasury suatu bank dan jadi
bergantung pada fungsi
manajemen risiko pada
treasury itu sendiri.
Risiko Operasional Risiko Proses Internal Risiko yang berhubungan
(Internal Process Risk) dengan kegagalan dari proses-
proses atau prosedur-prosedur
bank
Risiko orang (People Risk) Risiko yang berhubungan
dengan seorang karyawan
suatu bank
Risiko Sistem (System Risiko yang berhubungan
Risk) dengan penggunaan teknologi
dan sistem.
Risiko Eksternal (Eksternal Risiko yang berhubungan
Risk) dengan terjadinya peristiwa
yang ada diluar kontrol
langsung dari bank.
Legal Risk Risiko dari ketidakpastian
terhada tindakan-tindakan
19
hukum atau ketidakpastian
dalam aplikasi atau interpretasi
dari suatu kontrak atau
peraturan-peraturan.
Other Risks Risiko Bisnis Risiko yang berhubungan
(Business Risk) dengan posisi kompetitif suatu
bank dan prospek bank tersebut
sukses dalam pasar yang terus
berubah.
Risiko Reputasi Risiko yang berpotensi
(Reputational Risk) membahayakan suatu
perusahaan sebagai akibat dari
opini publik yang negatif.
Risiko Strategik Risiko yang berhubungan
(Strategic Risk) dengan keputusan-keputusan
bisnis jangka panjang yang
dibuat oleh senior manajemen
suatu bank.
20
Basel III adalah revisi dari Basel II yang memuat langkah-langkah preventif
untuk menghindari krisis perbankan. Sama seperti Basel II, Basel III terditi atas
tiga pilar yaitu:
1. Meningkatkan kemampuan bank dalam meredam kejutan yang
bersumber dari tekanan keuangan dan ekonomi darimana pun
sumbernya;
2. Meningkatkan manajemen risiko dan tata kelola perbankan; dan
3. Memperkuat transparansi dan pengungkapan bank.
Pilar pertama berkaitan dengan persyaratan modal minimum (capital adequacy
ratio/CAR) yang lebih mencerminkan dan bisa mengantisipasi berbagai risiko yang
dihadapi bank. Berbagai jenis risiko bisa menggurus kecukupan modal, yaitu risiko
kredit, risiko operasional, dan risiko pasar. Pengelolaan risiko ini merupakan hal
penting yang harus menjadi budaya di lingkungan perbankan.
Pilar kedua berhubungan dengan proses review dalam rangka pengawasan yang
efektif. Bank sentral di seluruh dunia, termasuk Bank Indonesia, mempunyai fungsi
dan peran yang sama dalam hal pengaturan dan pengawasan bank. Kemampuan
mendeteksi kondisi bank secara dini menjadi sangat penting, terutama dalam
mengarungi dan mengantipasi system keuangan global yang semakin kompleks.
Pilar ketiga atau terakhir adalah disiplin pasar yang dititikberatkan pada kejelasan
perturan mengenai pengungkapan kondisi bank yang sesungguhnya. Ini berkaitan
dengan transparansi, yaitu seberapa besar keterbukaan bank dalam mengungkapkan
informasi tentang kondisi yang dihadapinya.
Instrumen hukum ini setidaknya terfokus pada pengaturan tiga aspek penting, yakni:
(1) Mengatur semua transaksi pemindahan dana dari pihak-pihak/individu-
individu dalam lembaga keuangan;
(2) Mengatur perilaku individu-individu/pihak-pihak dalam lembaga keuangan;
serta
(3) Menyelesaikan pihak dalam lembaga keuangan secara efisien dan cepat.
21
2.2.2 Penerapan Manajemen Risiko Reputasi
Penerapan Manajemen Risiko untuk Risiko Reputasi diterapkan baik bagi Bank secara
individu maupun bagi Bank secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak, yang
disesuaikan dengan ukuran dan kompleksitas usaha Bank. Secara umum dalam prinsip
penerapan Manajemen Risiko untuk Risiko Reputasi, paling sedikit mencakup:
A. Pengawasan Aktif Direksi dan Dewan Komisaris
Dalam melakukan penerapan Manajemen Risiko melalui pengawasan aktif
Direksi dan Dewan Komisaris untuk Risiko Reputasi, selain melaksanakan
pengawasan aktif sebagaimana pada butir I.A., pada setiap aspek Bank harus
menambahkan penerapan:
1) Kewenangan dan Tanggung Jawab Direksi dan Dewan Komisaris
22
a) Seluruh pegawai termasuk manajemen unit bisnis dan aktivitas
pendukung Bank harus menjadi bagian dari struktur pelaksana
Manajemen Risiko untuk Risiko Reputasi, mengingat reputasi
merupakan hasil dari seluruh aktivitas bisnis Bank. Peran manajemen
unit bisnis adalah mengidentifikasi Risiko Reputasi yang terjadi pada
bisnis atau aktivitas unit tersebut dan sebagai front liner dalam
membangun dan mencegah Risiko Reputasi, khususnya terkait
hubungan dengan nasabah.
23
Penetapan tingkat Risiko yang akan diambil dan toleransi Risiko untuk Risiko
Reputasi mengacu pada cakupan penerapan secara umum sebagaimana pada
butir I.B.2.
3) Kebijakan dan Prosedur
a) Bank harus mempunyai kebijakan dan prosedur tertulis yang
memenuhi prinsip-prinsip transparansi dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan kepada nasabah dan pemangku kepentingan lainnya
untuk mengendalikan Risiko Reputasi. Kebijakan tersebut harus sejalan
dengan ketentuan dan/atau peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai perlindungan konsumen.
24
C. Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, dan Pengendalian
Risiko, serta Sistem Informasi Manajemen Risiko Reputasi
Dalam melakukan penerapan Manajemen Risiko melalui proses identifikasi,
pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Risiko, serta sistem informasi
Manajemen Risiko untuk Risiko Reputasi, selain melaksanakan proses
sebagaimana pada butir I.C., pada setiap proses Bank harus menambahkan
penerapan:
1) Identifikasi dan Pengukuran Risiko Reputasi
25
umum, pengendalian Risiko Reputasi dapat dilakukan melalui 2 (dua)
hal:
26
dalam bentuk tertulis maupun dalam bentuk sistem elektronik termasuk
pembahasan dalam board atau management meeting.
Publikasi negatif
Publikasi negatif didasari oleh kejadian-kejadian tidak baik yang dilakukan
atau dialami oleh Bank di masa sebelumnya dan disebarluaskan melalui media
massa. Kejadian tersebut antara lain pelanggaran etika bisnis, kasus hukum
yang sedang/sudah diputuskan oleh pengadilan, keluhan nasabah, dan lain
sebagainya.
Kegiatan bisnis perbankan
Kegiatan bisnis perbankan lebih didasari dari faktor internal perusahaan. Hal
ini terkait kepada prinsip tata kelola perusahaan (good corporate governance),
prinsip kehati-hatian, dan pedoman standard operasi yang dijalankan oleh unit
bisnis dalam berhubungan dengan nasabah atau pihak lainnya.
27
bersifat negatif serta adanya strategi komunikasi bank yang kurang efektif. Penyebab
munculnya risiko reputasi bisa dari mana saja, namun yang terparah jika perusahaan
mengalami kasus hukum dan penyimpangan. Reputasi merupakan intangible assets,
yang berasal dari akumulasi tindakan, nilai-nilai dan kinerja perusahaan secara
bertahap dan dalam jangka waktu yang lama. Risiko ini mengalami ujian, dari waktu
ke waktu, dan dapat disebabkan oleh risiko lain, yaitu: risiko hukum, risiko kredit,
risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko stratejik, risiko kepatuhan.
Dengan demikian, untuk mengendalikan dan menjaga risiko reputasi, harus
menerapkan dan menjaga risiko lainnya agar tidak mengenai perusahaan. Berbagai
dampak dari risiko reputasi bagi perbankan antara lain:
28
sementara 1 (satu) tahun dikarenakan kasus pemukulan nasabah dan menjadi
pemberitaan negatif.
Produk yang telah dihasilkan oleh COSO antara lain Internal Control – Integrated
Framework (1992) dan Enterprise Risk Management – Integrated Framework (1994).
Indonesia mengadopsi Internal Control – Integrated Framework (1992) dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 mengenai Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah. Dalam perkembangannya COSO telah mengeluarkan kerangka IC terbaru
yaitu Internal Control – Integrated Framework (2013) untuk menggantikan kerangka
IC yang lama.
29
2.2.6 Mitigasi Risiko Reputasi
a. Lingkungan Internal
Lingkungan internal perusahaan menunjukkan bagaimana suatu organisasi
dikelola berdasarkan budaya perusahaan, termasuk didalamnya filosofi
perusahaan mengenai risiko, budaya risiko yang telah berkembang dan arah
kedepan, tata nilai yang berlaku di organisasi dan hal-hal lainnya.
b. Penetapan Tujuan
Penetap tujuan wajib disiapkan di awal sebelum manajemen
mengidentifikasikan kemungkinan timbulnya potensi-potensi yang dapat
mempengaruhi kinerjanya.
30
c. Identifikasi Kejadian
Kejadian yang berlangsung di internal mapun eksternal perusahaan wajib
diidentifikasi, serta dipilah antara risiko dengan peluang bisnis. Peluang bisnis
dikaitkan kembali dengan strategi perusahaan disertai dengan proses kerjanya.
d. Asesmen Risiko
Risiko dinilai berdasarkan kemungkinan untuk hal tersebut terjadi, dampak dari
kemungkinan tersebut, sehingga menjadi suatu pedoman bagaimana mengelola
risiko. Risiko dinilai berdasarkan faktor sensitivitas dan efek jangka waktunya.
e. Respon Risiko
Tanggapan atau aksi manajemen dalam menghadapi risiko yang dihadapi.
Beragam pilihan dapat ditempuh antara lain: Menghindari; atau Menerima; atau
Mengurangi; atau Membagi dampak risiko. Berdasarkan pilihan tersebut,
manajemen wajib membuatkan satu perangkat kerja yang menyelarasikan
toleransi risiko dan kemungkinan terjadinya risiko.
f. Kontrol Risiko
Kebijakan dan prosedur ditetapkan dan diimplementasikan untuk memastikan
kontrol risiko dijalankan secara efektif.
g. Informasi dan Komunikasi
Manajemen memilah informasi yang dibutuhkan, dan mengkomunikasikan
dalam suatu dokumentasi yang terstruktur yang menjelaskan kewajiban bisnis-
binis unit terkait dalam pengelolaan risiko.
h. Pengawasan
Kebijakan manajemen risiko diawasi dan diperbaharui jika diperlukan.
Pengawasan dicapai melalui kegiatan manajemen, evaluasi secara terpisah, atau
dilakukan secara serentak.
31
a. Dewan Direksi dan Komisaris
Dewan Direksi dan Komisaris adalah penanggung jawab utama dari kegiatan
perbankan. Berdasarkan hal tersebut, maka penetapan kebijakan manajemen risiko
ditetapkan oleh Dewan Direksi dan Komisaris.
b. Direktur Kepatuhan
Fungsi kerja direktur kepatuhan adalah untuk memastikan bahwa segala kegiatan
perbankan telah sesuai dengan peraturan maupun regulasi yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.
32
2.3 Studi Kasus Bank Century
2.3.1 Sejarah Bank Century
Kisah Bank Century didirikan pada tahun 1989 hingga 20 November 2008 saat
Bank Indonesia menetapkan sebagai bank gagal yang memiliki dampak sistemik.
PT Bank Century didirikan berdasarkan Akta No 135 tanggal 31 Mei 1989 oleh
Lina Laksmiwardhani, SH, Notaris pengganti Lukman Kirana, SH, notaris di
Jakarta. Disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat
Keputusan No C.2-6169.HT.01.01.TH 89 tertangga 12 Juli 1989. Didaftarkan ke
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 2 Mei 1991 dengan No 284/Not/1991.
Anggaran Dasar Bank telah disesuaikan dengan Undang-Undang Perseroan
Terbatas No 1 Tahun 1995 dalam Akta No 167 tanggal 29 Juni 1998 dari Rachmat
Santoso, S.H, notaris di Jakarta.
Pada tanggal 6 April 1990, Bank Century memperoleh izin usaha sebagai Bank
Umum dari Menteri Keuangan Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No
462/KMK.013/1990. Bank Century memperoleh peningkatan status menjadi bank
devisa dari Bank Indonesia melalui Surat Keputusan No 26/5/KEP/DIR pada
tanggal 22 April 1993.
33
dimana Bank Century sebagai “Bank yang menerima penggabungan” dan PT
Bank Dnpac Tbk dan PT Bank Pikko Tbk sebagai “Bank yang akan
bergabung”.
34
2.3.2 Kronologi Kasus
Kronologi Skema Status Bank Century
Merger Bank Century Bank Pikko
Bank CIC Bank Danpac
6 Desember 2004
Bank Century
Status Masalah
Bank dalam
13 November 2008 kalah kiring
pengawasan gagal
Tanggal14 dan 18 November diberikan pengucuran
berdampak sistemik FPJP sebesar Rp 502,07 dan Rp 187,32 miliar, total
20 November 2008 sebsar 689,39 miliar
Tanggal 20 November 2008 kondisi likuiditas terus
memburuk, CAR turun dan koreksi per-31 Oktober dari
positif 2,35%
35
2.3.3 Faktor Penyebab Timbulya Risiko Reputasi
(1) Pada CIC terdapat Surat-Surat Berharga 9SSB) fiktif senilai USD
25 juta yang melibatkan Chinkara.
36
(4) Dalam Bank Pikko terdapat kredit kepada Texmaco yang macet,
yang selanjutnya ditukarkan dengan Medium Term Notes (MTN)
Dresdner Bank yang tidak memiliki notes rating sehingga bank wajib
membentuk PPAP yang berakibat CAR menjadi negatif.
(1) Surat Surat Berharga (SSB) Bank CIC yang macet dianggap
lancar, yang menjadikan Capital Adequacy Ratio (CAR)-nya
seolah-olah memenuhi persyaratan merger.
(2) Fit & Proper Test atas RAR yang tidak lulus ditunda
penilaiannya dan tidak diproses lebih lanjut.
37
adalah Anggota Dewan Direksi yaitu Robert Tantular, Dewi Tantular,
Hermanus Hasan Muslim, dan Laurance Kusuma serta Pemegang
Saham yaitu Hesham Al Warraq Tahalat dan Rafat Ali Rijyi.
Pengelapannya dilakukan dengan beberapa cara. Pertama,
memanfaatkan produk reksa dana fiktif yang diterbitkan PT Antaboga
Delta Sekuritas Indonesia yang dijual terselubung di Bank Century.
Kedua, menyalurkan sejumlah kredit fiktif. Ketiga menerbitkan Letter
of Credit (L/C) fiktif. Modusnya yaitu pemilik bank century membuat
perusahaan atas nama orang lain untuk kelompok mereka. Lalu mereka
mengajukan permohonan kredit, tanpa prosedur semestinya serta
jaminan yang memadai mereka dengan mudah mendapatkan kredit.
Bahkan ada kredit Rp 98 Miliar yangcair hanya dalam 2 (dua) jam.
Jaminan mereka tambahannya hanya surat berharga yang ternyata
bodong.
2. Publikasi Negatif
Perbankan nasional kembali diguncang kasus setelah pada tahun 1998 terjadi
bank rush akibat krisis kepercayaan nasabah terhadap perbankan di Indonesia
dan terjadinya penutupan bank secara besar-besaran. Kasus ini terjadi pada
bank century pada November 2008 diselamatkan oleh pemerintah, karena
dianggap berpotensi memicu krisis sistemik yang dikhawatirkan akan terjadi
kembali bank rush seperti pada tahun 1998 hal tersebut didukung oleh
38
kesaksian oleh LPS apabila bank century tidak diselamatkan maka akan ada 13
bank sejenis lainnya yang akan ditutup. Penutupan Bank Century diperkirakan
akan mengakibatkan kepanikan pada nasabahnya. Kepanikan ini mendorong
nasabah-nasabah lain akan berbondong-bondong menarik uangnya pada
banyak bank terutama Bank-bank kecil sekelas Century dan memindahkan ke
bank-bank yang lebih besar. Penarikan besar-besaran ini mengakibatkan bank-
bank yang pada awalnya sehat menjadi ikut bermasalah dan mengalami
masalah likuiditas, disini terjadi risiko likuiditas. Sebagai akibatnya bank-bank
ini akan berusaha mencari pendanaan dengan meminjam dana dari Bank-bank
besar melalui pinjaman antar bank.
Penyelamatan bank century ini disebabkan oleh kalah kliring bank century pada
13 November 2008, hal tersebut ditegaskan oleh Boediono selaku Gubernur BI
hal tersebut disebabkan oleh faktor teknis berupa keterlambatan penyetoran
prefund. Hal ini menyebabkan bank century tidak dapat ikut serta/suspend oleh
Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring.
Kasus kelah kliring bank century pun terdengar oleh nasabah bank century yang
mengakibatkan seluruh nasabah bank century mengambil seluruh dananya yang
mengakibatkan bank century kesulitan likuiditas, hal tersebut memicu bank
century diambil alih oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) atas persetujuan
dari Bank Indonesia, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan KSSK.
39
berbagai kebutuhan Jasa Perbankan bagi para nasabah.
Pengambilalihan Bank tersebut oleh Lembaga Pemerintah ini dimaksudkan
untuk lebih meningkatan keamanan dan kualitas pelayanan bagi para nasabah.
Tim manajemen baru yang terdiri dari para professional telah ditunjuk hari itu
juga untuk mengelola dan meningkatkan Kinerja Bank.
40
yang telah dilakukan Bank Century merupakan bentuk pelanggaran terhadap
PBI No.7/37/PBI/2005 tentang Posisi Devisa Netto Bank Umum.
Hal yang dilakukan oleh Bank Century/Bank Mutiara dalam menekan risiko
reputasinya adalah:
1. Pansus. Sepak terjang Pansus sangat memengaruhi laju risiko reputasi. Adalah
sangat berisiko ketika niat untuk mengupas kasus Bank Century kian tinggi
tanpa memedulikan kehati-hatian sama sekali. Dengan bahasa lebih bening, hal
ini sekaligus menegaskan bahwa hukum adalah panglima dalam setiap langkah.
Selain itu, kasus ini pun menjadi pelajaran yag sangat mahal dan berharga bagi
perbankan nasional untuk tidak ditiru.
2. Risiko finansial. Ingar-bingar tuntutan agar wakil presiden dan menteri
keuangan untuk
menonaktifkan diri sungguh bisa memicu risiko finansial. Selama ini, figur
mereka dianggap sebagai matahari kembar yang bersinar dalam dunia finansial
nasional. Dalam bahasa finansial, mereka dipercaya pasar.
3. Rancangan Undang-Undang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (RUU JPSK).
Sudah sepatutnya, pemerintah segera mengajukan kembali RUU JPSK kepada
DPR untuk dibahas. UU IPSK bakal menjadi payung hukum untuk
membendung banjir risiko dalam sistem keuangan mengingat jalan di depan
kian terjal.
41
2.3.6 Pengendalian Risiko Reputasi
Ada beberapa cara yang dapat ditempuh perbankan dalam mengatasi resiko ataupun
mencegah terjadinya resiko yang sama ke depannya. Beberapa cara tersebut telah
diterapkan Bank Century/BankMutiara dalam manajemen resiko perusahaannya.
Sejak awal bulan Desember 2008 CenturyBank telah bekerjasama dengan lembaga
konsultan public relation dan mengembangkan marketing communication untuk
memulihkan citra yang negatif di masyarakat akibat kasus investasi discretionary fund
Antaboga.
42
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen risiko merupakan suatu aktivitas manusia dalam mengatasi
ketidakpastian yang dapat menyebabkan kerugian baik organisasi/perusahaan,
keluarga maupun masyarakat. Aktivitas tersebut meliputi penilaian risiko,
pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan
pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Manajemen risiko terdiri dari berbagai jenis.
Salah satunya adalah risiko reputasi. Reputasi merupakan cerminan persepsi publik
terkait tindakan-tindakan suatu organisasi/ perusahaan. Reputasi suatu bank (banking
reputation) adalah kumpulan citra bank di benak khalayak atau stakeholders. Risiko
reputasi disebabkan adanya publikasi negatif yang berhubungan dengan kegiatan bank
atau persepsi negatif terhadap suatu bank. Dalam bisnis perbankan reputasi merupakan
hal yang sangat penting karena pada umumnya, bank termasuk industri yang memiliki
sensitivitas tinggi terhadap kepercayaan publik atau masyarakat umum. Selain dalam
hubungannya dengan nasabah, bank juga harus mengelola risiko reputasi ini dalam
hubungannya dengan stakeholder lain, seperti misalnya regulator dan pemegang
saham.
Bank Century merupakan merger dari 3 bank yaitu Bank CIC, Bank Pikko dan
Bank Danpac. Dari proses Akuisisi hingga merger pun bank Century telah bermasalah.
Pelanggaran yang dilakukan antara lain tidak terpenuhinya persyaratan administratif
hingga manipulasi oleh Direktur BI bidang Pengawasan Bank BI. Anton Tarihoran.
Meskipun terjadi banyak pelanggaran BI tetap memberikan izin akuisisi dan merger.
Penyebab lain ambruknya Bank Century adalah penipuan oleh pemilik dan manajemen
dengan menggelapkan uang nasabah. Kedua, menyalurkan sejumlah kredit fiktif.
Ketiga menerbitkan Letter of Credit (L/C) fiktif. Selain itu Robert Tantular juga
menyalahgunakan kewenangan memindahbukukan dan mencairkan dana deposito
valas sebesar Rp 18 Juta Dollar AS tanpa izin sang pemilik dana, Budi Sampoerna.
43
Robert Tantular juga melanggar Letter of Commitment dengan tidak mengembalikan
surat-surat berharga bank century di luar negeri dan menambah modal bank.akibat hal
tersebut Bank Century mendapatkan sanksi dari Bank Indonesia sebagai regulator dan
pengawas pada saat itu. Selain itu reputasi Bank Century juga menjadi buruk yaitu
menurunnya tingkat kepercayaan publik/nasabah hal ini terbukti dengan nasabah Bank
Century berbondong-bondong mengantre untuk menarik uangnya kembali
3.2 Saran
Berdasarkan kasus diatas, Bank Century sebenarnya telah bermasalah sejak awal
berdiri. Banyak pelanggaran yang telah dilakukan dimulai dari proses merger hingga
berdirinya Bank Century. Seharusnya Bank Century lebih mengutamakan kepatuhan
terhadap ketentuan, menjalankan manajemen risiko dengan ketentuan yang berlaku
agar terhindar dari risiko reputasi
44
DAFTAR PUSTAKA
Daruri, A. D. (2013, Juli 12). Basel III dan Regulasi Responsif. Retrieved from
Investor.id: https://investor.id/archive/basel-iii-dan-regulasi-responsif
45
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). (2016). Surat Edaran OJK Nomor
34/SEOJK.03/2016. Lampiran Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank
Umum. Jakarta: OJK.
46