Anda di halaman 1dari 2

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (biasa disingkat KPK) adalah

lembaga negara yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap
upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan mana pun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Di penghujung masa
kerjanya, DPR periode 2014-2019 mengusulkan perubahan UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Revisi UU KPK) yang kompak didukung oleh
semua fraksi

Ada enam poin krusial yang disepakati dalam revisi UU KPK. Pertama, kedudukan
KPK sebagai lembaga penegak hukum berada pada cabang kekuasaan eksekutif atau
pemerintahan. Sedangkan pegawai KPK adalah aparatur sipil negara (ASN) yang tunduk pada
peraturan perundang-undangan. Kedua, penyadapan harus melalui izin Dewan Pengawas
KPK. Ketiga, KPK harus bersinergi dengan lembaga penegak hukum lain sesuai hukum acara
pidana. Keempat, setiap instansi, kementerian, lembaga wajib menyelenggarakan laporan
harta kekayaan terhadap penyelenggaraan negara (LHKPN) sebelum dan setelah berakhir masa
jabatan. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja KPK. Kelima, KPK dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya diawasi oleh Dewan Pengawas KPK yang berjumlah
lima orang. Dewan Pengawas KPK dibantu oleh organ pelaksana pengawas. Adapun yang
terakhir, KPK berwenang menghentikan penyidikan dan penuntutan tindak pidana korupsi
apabila penyidikan dan penuntutannya tidak selesai dalam jangka waktu paling lama satu
tahun.

Kini DPR tinggal menanti respons Presiden Joko Widodo. Menurut Presiden Joko
Widodo, meski UU KPK direvisi, namun dirinya ingin lembaga antirasuah itu tetap memegang
peran sentral dalam pemberantasan korupsi. Berikut 4 poin yang ditolak Presiden Joko Widodo
dalam revisi UU KPK. Pertama, tidak setuju jika KPK harus memperoleh izin dari pihak
eksternal untuk melakukan penyadapan. Misalnya harus izin ke pengadilan. KPK cukup
memperoleh izin dari dewan pengawasan untuk menjaga kerahasiaan. Kedua, tidak setuju
penyidik dan penyelidik KPK hanya berasal dari kepolisian dan kejaksaan saja. Penyelidik dan
penyidik KPK bisa berasal dari unsur ASN yang diangkat dari pegawai KPK maupun instansi
pemerintah lain. "Tentu saja harus melalui prosedur rekrutmen yang benar," kata Jokowi.
Ketiga, tidak setuju KPK wajib koordinasi dengan kejaksaan agung dalam penuntutan. Karena
sistem penuntutan yang berjalan saat ini sudah baik, sehingga tidak perlu diubah lagi. Keempat,
tidak setuju perihal pengelolaan LHKPN yang dikeluarkan dari KPK, diberikan kepada
kementerian/lembaga lain.

Di samping itu, Ketua KPK, Agus Rahardjo, sampai dua kali menyampaikan pernyataan
resmi, yakni pada 5 dan 9 September, guna menolak revisi UU KPK. Menurutnya, dengan
adanya usulan tersebut KPK kini ada di ujung tanduk. Di pernyataan terakhinya, ia
mengingatkan kehadiran KPK merupakan amanat dua TAP MPR dan dua UU yang lahir di awal
reformasi.
Menurut Peneliti Pusat Kajian Antikorupsi (Pukat) UGM, Zaenur Rohman, aturan terkait
rekrutmen penyidik dan penyelidik, prosedur penuntutan serta dewan pengawas dalam draf revisi
versi 2019 jelas mengancam independensi KPK sekaligus kerja-kerja Komisi dalam
memberantas korupsi. Dengan adanya usulan ini, DPR dicurigai memang ingin mempersulit dan
melumpuhkan KPK. Usulan revisi UU KPK ini juga mendapat penolakan dari Waketum Partai
Gerindra, Arief Poyuono. Dia bahkan mengajak masyarakat turun ke jalan menolak revisi UU
KPK ini. Poyuono menganggap revisi UU KPK ini sebagai upaya pelemahan KPK. Selain itu,
rencana revisi undang-undang ini pun mendapat penolakan dari sejumlah elemen akademisi dari
berbagai universitas. Di antaranya akademisi Undip Semarang, UGM Yogyakarta, dan puluhan
universitas di Indonesia lainnya. Para akademisi ini menolak revisi UU KPK dengan
membubuhkan tanda tangan pada sebuah petisi yang kemudian akan dibawa ke Presiden Jokowi.
Selain itu, petisi ini juga akan diviralkan di sosial media agar publik mengetahui dan ikut
memberikan penolakannya pada revisi UU KPK ini.

(https://news.detik.com/berita/d-4700265/poyuono-ajak-rakyat-kepung-dpr-istana-tolak-revisi-
uu-kpk)
(https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190909154230-20-428803/revisi-uu-amputasi-kpk-
ramai-ramai-akademisi-tolak-ruu)
(https://tirto.id/isi-revisi-uu-kpk-2019-dua-draf-lain-yang-ditolak-di-era-jokowi-ehMc)
(https://nasional.tempo.co/read/1244078/tok-dpr-sepakati-revisi-uu-kpk-ini-6-poin-
krusialnya/full&view=ok)
(https://www.liputan6.com/news/read/4061750/ini-4-poin-yang-ditolak-jokowi-dalam-revisi-uu-
kpk)

Anda mungkin juga menyukai