GADAR KERACUNAN MAKANANNNN Insyaallah Fix
GADAR KERACUNAN MAKANANNNN Insyaallah Fix
PENDAHULUAN
1
Angka kematian yang tinggi pada penyakit ini, menyebabkan perlunya
kewaspadaan konsumen dalam memilih dan mengkonsumsi makanan-makanan
kaleng komersial seperti ikan tuna kalengan. Penyimpanan bahan makanan yang
telah diolah di dalam kemasan kedap udara seperti kaleng dan botol tertutup, tidak
menjamin makanan tersebut layak untuk dikonsumsi. Suasana anaerob dan
beberapa kondisi lain di dalam makanan mungkin merugikan untuk bakteri lain
tetapi menguntungkan untuk germinasi dan pertumbuhan Clostridium botulinum
serta produksi toksinnya. Dengan pengolahan makanan kaleng komersial atau non
komersial yang baik diharapkanfoodborne botulism dapat dicegah.
1.3 TUJUAN
2
1.3.2 Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi Makanan
Makanan adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh manusia.
Makanan tidak hanya dituntut cukup dari segi zat gizi dan memenuhi
3
kebutuhan manusia, tetapi juga harus aman ketika dikonsumsi (Handayani
& Werdiningsih, 2010).
b. Definisi Racun
Racun adalah suatu zat yang memiliki kemampuan untuk merusak sel dan
sebagian fungsi tubuh secara tidak normal (Arisman, 2009). Junaidi
(2011) menyatakan racun adalah suatu zat atau makanan yang
menyebabkan efek bahaya bagi tubuh.
1. Mikroorganisme
4
a. Bakteri, merupakan mikroorganisme yang paling sering menimbulkan
keracunan makanan.
- Bacterial infection, bakteri patogen terkonsumsi dan kemudian menetap dan
bermultiplikasi di dalam tubuh.
- Bacterial intoxications, mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi oleh
toksin bakteri.
b. Parasit
c. Virus
d. Bahan kimia seperti insektisida, cairan pembersih.
Keracunan makanan oleh bakteri dapat terjadi melalui berbagai proses, sebagai
berikut:
1. Suhu
Bakteri dapat tumbuh dengan baik pada suhu 4-60C. Suhu dibawah 4C
dan antara 60-74C tidak dapat membunuh bakeri tersebut dan juga tidak
mendukung bakteri untuk berkembang. Namun suhu diatas 74C akan dapat
membunuh bakteri.
5
2. Protein
Bakteri akan berkembang lebih cepat pada makanan yang tinggi akan
protein, karena protein itu sendiri merupakan sumber utama untuk bakteri.
Sehingga pada daging dan seafood yang tinggi protein akan lebih mudah
bakteri berkembang.
3. Air
Bakteri juga memerlukan air untuk kelangsungan hidup, sehingga
kandungan air dalam makanan sebaiknya dikurangi dengan pemanggangan,
penambahan garam pektin ataupun gula. Namun kandungan air yang rendah
dalam makanan tidak aka membunuh bakteri, tapi hanya menghambat
perkembangannya saja.
4. pH
Bakteri memerlukan pH netral untuk bertahan hidup, namun demikian
tinggi ataupun rendah pH makanan tersebut tidak akan membunuh bakteri dan
hanya menghambat perkembangannya.
5. Oksigen
Beberapa bakteri dapat hidup dan berkembang pada lingkungan yang kaya
oksigen, dan sebagiannya lagi dapat hidup dan berkembang pada lingkungan
yang rendah oksigen.
6. Waktu
Meninggalkan makanan dalam suhu kamar selama lebih dari 2 jam sudah
dapat memberikan kesempatan bakteri untuk berkembangbiak dan berpotensi
menyebabkkan keracunan makanan.
Akibat keracunan makanan bisa menimbulkan gejala pada sistem saraf dan
saluran cerna. Tanda gejala yang biasa terjadi pada sistem saraf adalah adanya
rasa lemah, kesemutan (parastesi), dan kelumpuhan (paralisis) otot pernapasan
(Arisman, 2009). Suarjana (2013) menyatakan tanda gejala yang biasa terjadi
pada saluran cerna adalah sakit perut, mual, muntah, bahkan dapat menyebabkan
diare.
6
d. Kesukaran bernafas
Tanda dan Gejala berdasarkan klasifikasi :
1. Keracunan ringan
a. Anoreksia
b. Nyeri kepala
c. Rasa lemah
d. Rasa takut
e. Tremor pada lidah dan kelopak mata
f. Pupil miosis
2. Keracunan sedang
a. Nausea
b. Muntah – muntah
c. Kejang dan kram perut
d. Hipersalifa
e. Hiperhidrosis
f. Fasikulasi otot
g. Bradikardi
3. Keracunan berat
a. Diare
b. Reaksi cahaya negatif
c. Sesak nafas
d. Sianosis
e. Edema paru
f. Inkontinensia urine dan feses
g. Kovulsi
h. Koma
i. Blokade jantung akhirnya meninggal
7
2.4 MEKANISME TERJADINYA RACUN
2.5 PATOFISIOLOGI
8
– tempat tertentu, sehingga timbul gejala – gejala rangsangan Akh yang
berlebihan, yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan ssp
( menimbulakan stimulasi kemudian depresi SSP )
2.6 PATHWAY
Dimakan manusia
Menimbulkan gejala
10
lewat orang yang
terinfeksi, batuk,
bersin, kulit kotor,
jerawat. Tumbuh
dengan cepat pada
makanan kaya
proteoin seperti
daging, unggas, ikan,
susu, keju.
Campylobacteriosis Ditemukan dalam Demam, diare, kram
Campylobacter jejuni saluran pencernaan perut, BAB berdarah.
2-7 hari (umumnya 3-5 hari) hewan liar dan
peliharaan. Banyak
ditemukan pada
daging dan unggas
yang berkontak
dengan feses. Suber
lain berupa susu
mentah, kerang,
daging sapi, ayam.
Clostridium perfringens Tumbuh cepat pada Nyeri perut, diare,
8-27 jam (umumnya 10 jm) makanan yang terkadang mual dan
pendinginan tidak muntah. Gejala biasanya
optimal dan disimpan ringan namun dapat
dalam suhu kamar, berat.
terutama daging dan
unggas. Terdapat di
tanah dan usus hewan
dan menyebar ke
daging.
Botulism Terdapat di tanah, air Menyerang ke sistem
Clostridium botulinum laut. Sayura dan saraf dan menimbulkan
2 jam-8 hari (umumnya 18-36 seafood sering mual, muntah, fatigue,
11
jam) terkontaminasi. sakit kepala, mulut dan
Ditransmisikan lewat kulit kering, konstipasi,
makanan kaleng. paralisis, diplopia, sulit
bernafas.
Listeriosis Tumbuh pada suhu Demam, sakit kepala
Listeria monocytogenes pendingin. Air, berat, mual, muntah,
4-21 hari produk susu mentah, meningoencephalitis,
sosis. delirium, koma.
Foodborne infections BAB cair atau darah,
1. Enterohemorrhagic Air dan makanan kram perut, mual,
Escherichia coli
yang terkontaminasi muntah. Beberapa orang
0157:H7
oelh feses, daging dengan infeksi 0157:H7
3-7 hari (umumnya 3-
tidak matang, ham, berkembang menjadi
4 hari)
2. Infeksi E. Coli lainnya sayuran mentah, susu sindrom uremik
Spesies yang berbeda
mentah, dan kerang hemolitik dengan
24-72 jam
yang terkontaminasi kerusakan ginjal
oleh limbah. permanen.
Shigellosis Sangat menular Diare, demam, mual,
Shigella melalui makanan, air muntah, kram perut,
1-3 hari atau susu yang telah BAB berisi darah, mukus
terkontaminasi oleh dan pus. Pada anak-anak
orang yang terinfeksi. dapat timbul kejang.
Bacillus cereus Makanan dengan Gejala biasanya ringan
1. Diare: dari sup, daging higiene yang buruk, 1. Mual, kram
dan unggas. 8-16 jam sup, sereal, daging perut, diare
2. Muntah: dari nasi. 30 2. Mual, muntah,
atau unggas, dan nasi.
menit-5 jam diare
Yersiniosis Daging babi dan Diare terkadang disertai
Yersinia enterocolitica produk olahan babi, darah, kram perut, nyeri
3-7 hari cokelat, dan susu. sendi.
Hepatitis Makanan Gejala ringan
Virus hepatitis A terkontaminasi oleh Fatigue, jaundice,
10-50 hari (umumnya 25 hari) orang yang terinfeksi. demam, mual, anoreksia,
Salad, kerang yang urin berwarna gelap,
12
terkontaminasi oleh BAB pucat.
kotoran, air minum
yang tercemar.
Amebiasis Air dan makanan Demam, menggigil,
Entamoeba histolytica yang terkontaminasi kram perut, diare
2-4 minggu oleh feses. Makanan berdarah dan mukus.
yang diolah oleh
orang yang telah
terinfeksi.
Giardiiasis Air yang telah Kram perut, penurunan
Giardia lamblia terkontaminasi oleh berat badan, fatigue,
5-25 hari (umumnya 7-10 feses, air sungai. diare.
hari) Makanan yang diolah
oleh orang yang telah
terinfeksi.
Cryptosporidiosis Air minum yang Diare, kram perut, mual,
Cryptosporidiosis parvum tercemar dan air muntah dan demam
2-10 hari kolam renang. ringan.
Makanan yang diolah
oleh orang yang telah
terinfeksi.
13
makan siap saji dan kebiasaan untuk makan diluar dapat berpengaruh juga
dalam kejadian keracunan makanan.
2.9 PENCEGAHAN
14
12. Meyiapkan makanan secepat mungkin agar tidak terlalu lama berada
dalam wilayah beresiko (bahan makanan yang beresiko tinggi jangan
pernah diletakkan pada suhu ruangan)
13. Menggunakan bahan pengawet yang cocok dan tidak membahayakan
14. Tidak membahayakan makanan kering menjadi lembab
15
A. INTERVENSI
1. Tindakan Emergensi
Primary Survey :
Airway : Jika dicurigai adanya sumbatan karena edema(inflamasi) maka
bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi
Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan atau
pernafasan tidak adekuat
Circulasi : Mengecek system sirkulasi disertai kontrol pendarahan pada
lambung karena keracunan zat korosif atau zat racun lain yang teringesti, mual-
muntah dan tanda dehidrasi, diare/GE.. Pasang infus bila keaadaan penderita
gawat darurat dan perbaiki perfusi jaringan.
Disability : Mengecek status neurologis jika terjadi penurunan kesadaran akibat
racun, lihat reaksi pupil terhadap cahaya, dan dilatasi pupil.
Exposure : Environmental control, buka baju penderita tapi cegah hipotermia
Folley cateter : Observasi output urin jika terdapat dehidrasi atau tanda-tanda
syok(Urin-Output : 1-2 cc/kg/BB/jam)
Gastric Tube : Lakukan bilas lambung segera untuk mengeliminasi racun
Heart Monitor : Monitoring kerja jantung jika keracunan asetaminopen
2. Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan dan nadi.
Infus dextrose 5% kec.15 – 20, nafas buatan, O2, hisap lendir dalam saluran
pernafasan, hindari obat – obatan depresan saluran nafas, kalau perlu respirator
pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut ke mulut, sebab
racun orga fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong. Pernafasan buatan hanya
di lakukan dengan meniup face masuk atau menggunakan alat bag – valve – mask.
3. Identifikasi penyebab
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha
mencari penyebab keracunan tidak sampai menunda usaha – usaha penyelamatan
penderita yang harus segera di lakukan.
4. Mengurangi absorbsi
16
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan dengan
merangsang muntah, menguras lambung, mengabsorbsi racun dengan karbon aktif
dan membersihkan usus
5. Meningkatkan eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis basa atau asam,
dosis multipel karbon aktif, dialisis dan hemoperfus.
Secondary survey :
a. Pemeriksaan fisik
Menentukan derajat kehilangan cairan. Mulut kering, tak ada keringat,
uriasi berkurang menandakan dehidrasi ringan. Hipotensi ortosttik, turgor
kulit lambat, mata cekung menandakan dehidrasi sedang. Sementara itu,
dehidrasi berat timbul sebagai hipotensi yang dikompensasi oleh
takikardia, delirium dan syok.
b. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah, urin, feses. Kultur feses diindikasikan terutama bila
pasien mengalami diare erdarah, nyeri perut hebat. Spesimen yang harus
dikumpulkan meliputi tinja, urin, darah, muntahan penderita, serta apusa
peralatan masak.
Pemeriksaan penunjang
1. BGA
2. Laboratorium
Penurunan kadar Khe dengan sel darah merah dalam plasma, penting untuk
memastikan diagnosis keracuna IFO akut / kronik . Keracunan Akut :
- Ringan 40 – 70 %
- Sedang 20 – 40 %
- Berat <>
- Keracunan kronik : Apabila kadar KhE menurun sampai 25–50%.
Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium rutin (darah, urin, feses, lengkap)tidak banyak membantu.
Pemeriksaan darah lengkap, kreatinin serum ( N: 0,5-1,5 mg/dl),
elektrolit serum (termasuk kalsium (N: 9-11 mg/dl)).
17
3. Pathologi Anatomi
Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan pathologi biasanya tidak
khas. Sering hanya di temukan edema paru, dilatasi kapiler, hiperemi paru,
otak dan organ – organ lainnya.
c. Pemeriksaan penunjang
Foto polos abdomen dilakukan bila pasien mengeluh perut kembung, sakit
perut hebat, karena dicurigai adanya obstruksi atau perforasi. Jika feses
bercampur darah, sigmoidoskopi dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan diagnosis lain yang bersamaan.
PENANGANAN
Secara umum, penanganan keracunan makanan dibagi menjadi 2 tahap, yaitu
upaya penyelamatan jiwa dan perbaikan gejala. Pengambilan cairan rehidrasi
bukan sekedar mengganti cairan yang telah atau sedang hilang, tetapi juga
mengompensasi deficit elektrolit (natrium, kalium, klorida, magnesium) yang
terbawa bersama mubtahan dan diare.
1. Terapi medikamentosa
Obat-obat yang lazim digunakan adalah antidiare (adsorben, antisekretori,
dan antiperistaltik), antibiotic, antitoksin (menetralkan toksin botulism),
antihistamin, kortikosteroid, B-adrenergic agonist, simpatomimetik, dan
18
atropine. Selain itu, untuk menghilangkan (sumber) toksin yang masih berada
dalam lambung, sirup ipekak atau apomorfin digunakan. Penanganan keracuna
akibat bahan kimia atau jamur bergantung pada jenis bahan kimia atau toksin
yang bersangkutan.
2. Nutrisi
Selama keracunan belum selesai, pasien dianjurkan untuk mengonsumsi
air beras untuk membantu menenagkan peradangan, selain memperbanyak
minum.
B. DIAGNOSA
1. Pola nafas infektif b.d obstruksi trakheobronkeal
2. Gangguan perfusi jaringan b.d kekurangan O2
3. Defisit volume cairan b.d muntah, diare
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
C. INTERVENSI
1. Defisit volume cairan b.d muntah, diare
Tujuan : menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman
dalam rentang normal dan paru bersih
Kriteria hasil : suara nafas normal
Intervensi Rasional
Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan untuk mengetahui pola nafas, dan
ekspansi dada keadaan dada saat bernafas
Tinggikan kepala dan bantu mengubah untuk memberikan kenyamanan dan
posisi memberikan posisi yang baik untuk
melancarkan respirasi
untuk membantu melancarkan
19
Dorong atau bantu klien dalam mengambil pernafasan klien
nafas dalam
20
Intervensi Rasional
Catat adanya muntah untuk mengetahui frekuensi cairan yang
keluar pada saat klien muntah
Berikan makanan dengan porsi sedikit Untuk membantu klien agar tidak ke
tapi sering kekurangan nutrisi
Berikan makanan halus, hindari untuk membantu klien agar dapat
makanan kasar sesuai indikasi mencerna makanan dengan lancar serta
tidak lagi mengalami mual, muntah
21
4. Peran sebagai koordinator/manager kasus
Peran dalam bekerjasama dengan tim kesehatan lain untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan pasien.
22
BAB III
STUDI KASUS
23
gejala penyakit (riwayat alamiah penyakit). Setiap penyakit memiliki riwayat
alamiah yang berbeda beda.
BAB IV
PEMBAHASAN
24
biak karena higiene makanan yang buruk, mungkin karena etalase di kantin
tersebut kotor, tempat sampah yang jarang di bersihkan, pemakaian alat dapur
dengan pencucian yang kurang bersih, dan banyak faktor lainnya yang
memungkinkan bakteri tersebut berkembang. Sehingga ketika seseorang
mengkonsumsinya akan menyebabkan gejala ringan seperti mual, muntah berkisar
30 menit – 5 jam, dan diare. Dan dari penatalaksanaan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan yaitu sebaiknya saat siswa dilarikan di rumah sakit harus dicek terlebih
dahulu nadinya, jika memang dari pasien sendiri datang dengan kondisi tidak
sadarkan diri harus dilakukan pemeriksaan primary survey mulai dari Airway/
jalan nafas jika ditemukan adanya sumbatan kita harus terlebih dahulu
membebaskan sumbatan tersebut dengan cara memposisikan pasien dengan posisi
miring agar cairan / benda asing berupa racun tersebut dapat keluar. Setelah itu
lihat pernafasan jika memang belum teratur berikan kadar O2 yang telah
dianjurkan oleh dokter. Dilanjutkan dengan memeriksa CRT pasien jika lebih dari
2 det maka pasien bisa dikatakan dehidrasi. Setelah primary survey selesai,
dilanjutkan dengan pemeriksaan secondary survey yang bertujuan sebagai
pelengkap untuk melihat bagaimana kondisi pasien dengan beberapa pemeriksaan
lebih lanjutuntuk meminimalisir terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan.
25
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Keracunan makanan adalah penyakit yang timbul setelah mengkonsumsi
makanan dan minuman yang yang mengandung racun. Racun pada makanan dapat
berrasal dr pencemaran oleh bakteri, virus, parasit atau bahan kimia. Sebanyak
63% kasus keracunan makanan terjadi akibat pendinginan yang tidak adekuat,
disusul dengan makanan yang tidak dimasak sempurna dan kebersihan yang buruk
saat membuat atau mengkonsumsi makanan.
26
Dampak keracunan makanan dapat berakibat fatal karena itu perlu di
diagnosis dan ditangani secara tepat. Dari anamnesis perlu diperoleh informasi
mengenai masa inkubasi dan durasi penyakit, jens makanan yang disantap, tempat
makan, karakteristik dan frekuensi muntah dan diare, serta keterkaitan dengan
gejala sistemik lain. Pemeriksaan fisik dilakukan terutama untuk melihat gejala
dehidrasi. Pemeriksaan penunjang dan laboratorium dapat dilakukan terutama
pada kasus diare berdarah dan bila ada keluhan nyeri perut hebat.
5.2 Saran
Dengan terselesaikannya tugas makalah ini kami berharap tenaga kesehatan
khususnya perawat dapat memahami dengan jelas tentang Asuhan Keperawatan
pada Klien dengan kondisi kegawatdaruratan pada kasus dengan
Keracunan makanan. Sehingga dapat meminimalisir dampak dari keracunan
makanan ini sendiri dan cepat tanggap dalam memberikan penanganan lebih
lanjut sehingga kondisi pasien dapat tertolong.
DAFTAR PUSTAKA
27
28