Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

Keracunan makanan adalah suatu keadaan sakit yang disebabkan


memakan makanan yang terkontaminasi oleh bakteri, jamur, virus atau toksin
yang dihasilkan oleh bakteri atau jamur. Ada empat kategori umum keracunan
makanan berdasarkan patogenesisnya menurut mikrobiologi yaitu: 1) keracunan
makanan akibat menelan toksin yang diproduksi bakteri selama di dalam
makanan, 2) keracunan makanan karena menelan bakteri non- invasive yang
mensekresikan toksin dalam usus, 3) keracunan makanan mengikuti invasi bakteri
intraseluler dari sel epitel usus, 4) penyakit disebabkan oleh bakteri yang masuk
aliran darah melalui usus (Volk and Brown, 1997).

Kasus keracunan makanan dan penyakit infeksi karena makanan


cenderung meningkat. Hasil laporan tahunan BPOM Kota Samarinda dari 268
kasus keracunan yang disebabkan karena keracunan makanan dan minuman
sebanyak 107 kasus (39,92%) (BPOM, 2011). Anak-anak sering menjadi korban
penyakit tersebut. Salah satu penyebabnya adalah karena tidak memperhatikan
kebersihan perorangan dan lingkungannya dalam proses pengelolaan makanan.
Sekitar 80% penyakit yang tertular melalui makanan disebabkan oleh bakteri
pathogen. Beberapa jenis bakteri yang sering menimbulkan penyakit antara lain :
Salmonella, Staphylocokkus, E. coli, Vibrio, clostridium, Shigella dan
Pseudomonas Cocovenenous. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
keracunan makanan, antara lain adalah hygiene perorangan yang buruk, cara
penanganan makanan yang tidak sehat dan perlengkapan pengolahan makanan
yang tidak bersih. Salah satunya penyebabnya adalah karena kurangnya
pengetahuan dalam memperhatikan kesehatan diri dan lingkungannya dalam
proses pengolahan makanan yang baik dan sehat (Zulaikah, 2012; Musfirah,
2014).

1
Angka kematian yang tinggi pada penyakit ini, menyebabkan perlunya
kewaspadaan konsumen dalam memilih dan mengkonsumsi makanan-makanan
kaleng komersial seperti ikan tuna kalengan. Penyimpanan bahan makanan yang
telah diolah di dalam kemasan kedap udara seperti kaleng dan botol tertutup, tidak
menjamin makanan tersebut layak untuk dikonsumsi. Suasana anaerob dan
beberapa kondisi lain di dalam makanan mungkin merugikan untuk bakteri lain
tetapi menguntungkan untuk germinasi dan pertumbuhan Clostridium botulinum
serta produksi toksinnya. Dengan pengolahan makanan kaleng komersial atau non
komersial yang baik diharapkanfoodborne botulism dapat dicegah.

Oleh karena itu dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien


dengan intoksikasi makanan maka tenaga kesehatan khususnya perawat sangat
berperan penting di dalamnya dalam memberikan penanganan emergency , yaitu
dengan cara memperhatikan primary survey atau yang biasa kita kenal dengan
ABCDE diantaranya airway, breathing, circulation, disability, dan
Exposure/Environment sedangkan secondary survey mulai dari anamnesa sampai
ke pemeriksaan fisik dikarenakan perawat sangat dekat dengan pasien dan harus
memenuhi kebutuhan pasien selama 24 jam. Sehingga tingkat komplikasi pada
pasien dengan keracunan makanan dapat segera tertangani dan pasien pun dapat
tertolong.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Bagaimanakah asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada orang dengan


keracunan makanan (intoksikasi makanan)?

1.3 TUJUAN

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan intoksikasi


makanan

2
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan tentang definisi dari keracunan makanan


2. Menjelaskan tentang penyebab keracunan makanan
3. Menjelaskan tentang manifestasi keracunan makanan
4. Menjelaskan tentang mekanisme terjadinya racun
5. Menjelaskan tentang klasifikasi keracunan makanan
6. Menjelaskan tentang patofisiologi keracunan makanan
7. Menjelaskan tentang pencegahan keracunan makanan
8. Menjelaskan tentang penanganan keracunan makanan
9. Menjelaskan tentang peran perawat kegawatdaruratan
10. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan keracunan makanan
11. Menganalisa kasus dari keracunan makanan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI

a. Definisi Makanan
Makanan adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh manusia.
Makanan tidak hanya dituntut cukup dari segi zat gizi dan memenuhi

3
kebutuhan manusia, tetapi juga harus aman ketika dikonsumsi (Handayani
& Werdiningsih, 2010).

b. Definisi Racun
Racun adalah suatu zat yang memiliki kemampuan untuk merusak sel dan
sebagian fungsi tubuh secara tidak normal (Arisman, 2009). Junaidi
(2011) menyatakan racun adalah suatu zat atau makanan yang
menyebabkan efek bahaya bagi tubuh.

c. Definisi Keracunan Makanan


Keracunan makanan adalah suatu penyakit yang terjadi setelah
menyantap makanan yang mengandung racun, berasal dari bahan beracun
yang terbentuk akibat pembusukan makanan dan bakteri (Arisman, 2009).
Junaidi (2011) menyatakan keadaan darurat yang diakibatkan masuknya
suatu zat atau makanan ke dalam tubuh melalui mulut yang
mengakibatkan bahaya bagi tubuh disebut sebagai keracunan makanan.
Perez dan Luke’s (2014) menyatakan keracunan makanan adalah
keracunan yang terjadi akibat menelan makanan atau air yang
mengandung bakteri, parasit, virus, jamur atau yang telah terkontaminasi
racun.
Intoksikasi makanan adalah ilmu yang mempelajari sifat, sumber
dan pembentukan zat beracun didalam makanan, mencakup mekanisme,
manifestasi daya rusak, dan batas aman dari zat toksik (racun) tersebut.

2.2 PENYEBAB KERACUNAN MAKANAN

Penyebab keracunan makanan adalah kuman Clostridium botulinum yang


hidup dengan kedap udara (anaerobik), yaitu di tempat-tempat yang tidak ada
udaranya (Junaidi, 2011). Keracunan makanan dapat disebabkan oleh
pencemaran bahan-bahan kimia beracun, kontaminasi zat-zat kimia, mikroba,
bakteri, virus dan jamur yang masuk kedalam tubuh manusia (Suarjana,
2013).

Penyebab keracunan makanan berupa:

1. Mikroorganisme

4
a. Bakteri, merupakan mikroorganisme yang paling sering menimbulkan
keracunan makanan.
- Bacterial infection, bakteri patogen terkonsumsi dan kemudian menetap dan
bermultiplikasi di dalam tubuh.
- Bacterial intoxications, mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi oleh
toksin bakteri.
b. Parasit
c. Virus
d. Bahan kimia seperti insektisida, cairan pembersih.
Keracunan makanan oleh bakteri dapat terjadi melalui berbagai proses, sebagai
berikut:

a. Terdapat bakteri atau toksin di dalam makanan.


b. Makanan tersebut cocok untuk perkembangan bakteri.
c. Lingkungan yang baik untuk bakteri seperti suhu hangat 5-60C dan
kelembaban yang memadai.
d. Masa inkubasi bakteri untuk tumbuh berkembang.
e. Terdapat sejumlah bakteri dan toksin yang cukup untuk dapat
menimbulkan penyakit.

f. Makanan tersebut dikonsumsi.


Berikut ini merupakan rantai keracunan makanan

Bakteri membutuhkan berbagai keadaan untuk dapt tumbuh dan berkembang,


seperti:

1. Suhu
Bakteri dapat tumbuh dengan baik pada suhu 4-60C. Suhu dibawah 4C
dan antara 60-74C tidak dapat membunuh bakeri tersebut dan juga tidak
mendukung bakteri untuk berkembang. Namun suhu diatas 74C akan dapat
membunuh bakteri.

5
2. Protein
Bakteri akan berkembang lebih cepat pada makanan yang tinggi akan
protein, karena protein itu sendiri merupakan sumber utama untuk bakteri.
Sehingga pada daging dan seafood yang tinggi protein akan lebih mudah
bakteri berkembang.
3. Air
Bakteri juga memerlukan air untuk kelangsungan hidup, sehingga
kandungan air dalam makanan sebaiknya dikurangi dengan pemanggangan,
penambahan garam pektin ataupun gula. Namun kandungan air yang rendah
dalam makanan tidak aka membunuh bakteri, tapi hanya menghambat
perkembangannya saja.
4. pH
Bakteri memerlukan pH netral untuk bertahan hidup, namun demikian
tinggi ataupun rendah pH makanan tersebut tidak akan membunuh bakteri dan
hanya menghambat perkembangannya.
5. Oksigen
Beberapa bakteri dapat hidup dan berkembang pada lingkungan yang kaya
oksigen, dan sebagiannya lagi dapat hidup dan berkembang pada lingkungan
yang rendah oksigen.
6. Waktu
Meninggalkan makanan dalam suhu kamar selama lebih dari 2 jam sudah
dapat memberikan kesempatan bakteri untuk berkembangbiak dan berpotensi
menyebabkkan keracunan makanan.

2.3 MANIFESTASI KERACUNAN MAKANAN

Akibat keracunan makanan bisa menimbulkan gejala pada sistem saraf dan
saluran cerna. Tanda gejala yang biasa terjadi pada sistem saraf adalah adanya
rasa lemah, kesemutan (parastesi), dan kelumpuhan (paralisis) otot pernapasan
(Arisman, 2009). Suarjana (2013) menyatakan tanda gejala yang biasa terjadi
pada saluran cerna adalah sakit perut, mual, muntah, bahkan dapat menyebabkan
diare.

Gejala yang paling menonjol meliputi :


a. Kelainan Visus
b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
c. Gangguan Saluran pencernaan

6
d. Kesukaran bernafas
Tanda dan Gejala berdasarkan klasifikasi :

1. Keracunan ringan
a. Anoreksia
b. Nyeri kepala
c. Rasa lemah
d. Rasa takut
e. Tremor pada lidah dan kelopak mata
f. Pupil miosis

2. Keracunan sedang
a. Nausea
b. Muntah – muntah
c. Kejang dan kram perut
d. Hipersalifa
e. Hiperhidrosis
f. Fasikulasi otot
g. Bradikardi

3. Keracunan berat
a. Diare
b. Reaksi cahaya negatif
c. Sesak nafas
d. Sianosis
e. Edema paru
f. Inkontinensia urine dan feses
g. Kovulsi
h. Koma
i. Blokade jantung akhirnya meninggal

7
2.4 MEKANISME TERJADINYA RACUN

Absorpsi racun ditandai oleh masuknya racun dari tempat paparan


menuju sirkulasi sistemik tubuh atau pembuluh limfe. Absorpsi didefinisikan
sebagai jumlah racun yang mencapai system sirkulasi sistemik dalam bentuk
tidak berubah. Racun dapat terabsorpsi umumnya apabila berada dalam bentuk
terlarut atau terdispensi molecular. Jalur utama absorpsi racun adalah saluran
cerna, paru-paru dan kulit. Setelah racun mencapai sistemik, ia bersama darah
akan diedarkan ke seluruh tubuh. Dari system sirkulasi sistemik ia akan
terdistribusi lebih jauh melewati membrane sel menuju system organ atau ke
jaringan-jaringan tubuh. Selanjutnya racun akan mengalami reaksi
biotransformasi (metabolisme) dan ekskresi racun melalui ginjal, empedu,
saluran pencernaan, dan jalur ekskresi lainnya (kelenjar keringat, kelenjar
mammae, kelenjar ludah, dan paru-paru). Jalur eliminasi yang paling penting
adalah eliminasi melalui hati (reaksi metabolisme) dan ekskresi melalui ginjal
(Wirasuta dan Niruri, 2006).

2.5 PATOFISIOLOGI

Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor


bahan kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi
vaskuler sistemik shingga terjadi penurunan fungsi organ – organ dalam tubuh.
Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual, muntah, diare, perut
kembung,gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati
( sebagai akibat keracunan obat da bahan kimia ). Terjadi mual, muntah di
karenakan iritasi pada lambung sehingga HCL dalam lambung meningkat .
Makanan yang mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat menghambat
( inktivasi ) enzim asrtikolinesterase tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim
KhE bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh –
KhE yang bersifat inakttif. Bila konsentrasi racun lebih tingggi dengan ikatan
IFO-KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di tempat

8
– tempat tertentu, sehingga timbul gejala – gejala rangsangan Akh yang
berlebihan, yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan ssp
( menimbulakan stimulasi kemudian depresi SSP )

2.6 PATHWAY

Bakteri, virus, jamur, mikroba yang ada di makanan

Dimakan manusia

Masuk kedalam tubuh

Berkembang biak dalam saluran cerna Menghasilkan racun

Menimbulkan gejala

Sistem saraf Saluran cerna

Rasa kesemutan Kelumpuhan mual muntah Sakit diare


lemah otot perut
Memberi 1
pernafasan
gelas air
Mengeluarkan putih yang
racun dari 9 Memberikan air dicampur
dalam tubuh Pertolongan pertama keracunan makanan
Memberikan Memberikan putih lebih dengan 1
dengan cara minuman susu minuman teh banyak dari sendpk teh
memuntahkan pekat biasanya garam
Pertolongan kegawat daruratan = primary survey dan secondary survey

2.7 KLASIFIKASI KERACUNAN MAKANAN

Jenis-jenis keracunan makanan berdasarkan organismenya diantaranya :

Organisme dan masa inkubasi Sumber utama infeksi Gejala


(kontaminasi
makanan)
Salmonellosis Daging mentah atau Diare, kram perut,
Salmonella species kurang matang, demam ringan, mual,
6-72 jam (umumnya 18-36 unggas, telur, sangat berat pada usia
jam) makanan jadi, daging muda dan tua. Semakin
yang terkontaminasi berat bila berasal dari
kotoran, higiene makanan berlemak (keju,
makanan buruk, harmburger, hot dog,
kontaminasi silang cokelat)
dari peralatan masak.
Stahylococcal food poisoning Ditemukan di hidung, Muntah, mual, kram
Staphylococcus aureus tenggorokan, kulit, perut, diare, menggigil.
1-8 jam (umumnya 2-6 jam) dan tangan sekitar Dapat membaik dalam
30-50% pada orang 24-48 jam.
sehat. Terkontaminasi

10
lewat orang yang
terinfeksi, batuk,
bersin, kulit kotor,
jerawat. Tumbuh
dengan cepat pada
makanan kaya
proteoin seperti
daging, unggas, ikan,
susu, keju.
Campylobacteriosis Ditemukan dalam Demam, diare, kram
Campylobacter jejuni saluran pencernaan perut, BAB berdarah.
2-7 hari (umumnya 3-5 hari) hewan liar dan
peliharaan. Banyak
ditemukan pada
daging dan unggas
yang berkontak
dengan feses. Suber
lain berupa susu
mentah, kerang,
daging sapi, ayam.
Clostridium perfringens Tumbuh cepat pada Nyeri perut, diare,
8-27 jam (umumnya 10 jm) makanan yang terkadang mual dan
pendinginan tidak muntah. Gejala biasanya
optimal dan disimpan ringan namun dapat
dalam suhu kamar, berat.
terutama daging dan
unggas. Terdapat di
tanah dan usus hewan
dan menyebar ke
daging.
Botulism Terdapat di tanah, air Menyerang ke sistem
Clostridium botulinum laut. Sayura dan saraf dan menimbulkan
2 jam-8 hari (umumnya 18-36 seafood sering mual, muntah, fatigue,

11
jam) terkontaminasi. sakit kepala, mulut dan
Ditransmisikan lewat kulit kering, konstipasi,
makanan kaleng. paralisis, diplopia, sulit
bernafas.
Listeriosis Tumbuh pada suhu Demam, sakit kepala
Listeria monocytogenes pendingin. Air, berat, mual, muntah,
4-21 hari produk susu mentah, meningoencephalitis,
sosis. delirium, koma.
Foodborne infections BAB cair atau darah,
1. Enterohemorrhagic Air dan makanan kram perut, mual,
Escherichia coli
yang terkontaminasi muntah. Beberapa orang
0157:H7
oelh feses, daging dengan infeksi 0157:H7
3-7 hari (umumnya 3-
tidak matang, ham, berkembang menjadi
4 hari)
2. Infeksi E. Coli lainnya sayuran mentah, susu sindrom uremik
Spesies yang berbeda
mentah, dan kerang hemolitik dengan
24-72 jam
yang terkontaminasi kerusakan ginjal
oleh limbah. permanen.
Shigellosis Sangat menular Diare, demam, mual,
Shigella melalui makanan, air muntah, kram perut,
1-3 hari atau susu yang telah BAB berisi darah, mukus
terkontaminasi oleh dan pus. Pada anak-anak
orang yang terinfeksi. dapat timbul kejang.
Bacillus cereus Makanan dengan Gejala biasanya ringan
1. Diare: dari sup, daging higiene yang buruk, 1. Mual, kram
dan unggas. 8-16 jam sup, sereal, daging perut, diare
2. Muntah: dari nasi. 30 2. Mual, muntah,
atau unggas, dan nasi.
menit-5 jam diare
Yersiniosis Daging babi dan Diare terkadang disertai
Yersinia enterocolitica produk olahan babi, darah, kram perut, nyeri
3-7 hari cokelat, dan susu. sendi.
Hepatitis Makanan Gejala ringan
Virus hepatitis A terkontaminasi oleh Fatigue, jaundice,
10-50 hari (umumnya 25 hari) orang yang terinfeksi. demam, mual, anoreksia,
Salad, kerang yang urin berwarna gelap,

12
terkontaminasi oleh BAB pucat.
kotoran, air minum
yang tercemar.
Amebiasis Air dan makanan Demam, menggigil,
Entamoeba histolytica yang terkontaminasi kram perut, diare
2-4 minggu oleh feses. Makanan berdarah dan mukus.
yang diolah oleh
orang yang telah
terinfeksi.
Giardiiasis Air yang telah Kram perut, penurunan
Giardia lamblia terkontaminasi oleh berat badan, fatigue,
5-25 hari (umumnya 7-10 feses, air sungai. diare.
hari) Makanan yang diolah
oleh orang yang telah
terinfeksi.
Cryptosporidiosis Air minum yang Diare, kram perut, mual,
Cryptosporidiosis parvum tercemar dan air muntah dan demam
2-10 hari kolam renang. ringan.
Makanan yang diolah
oleh orang yang telah
terinfeksi.

2.8 FAKTOR YANG BERPERAN DALAM MENINGKATKAN INSIDENS


KERACUNAN MAKANAN
Faktor yang berperan dalam meningkatkan insidens keracunan makanan,
diantaranya :
a. Industrialisasi, urbanisasi, dan perubahan gaya hidup
Industrialisasi dan urbanisasi berpengaruh terhadap terjadinya kontaminasi
makanan serta perubahan gaya hidup kearah peningkatan selera untuk
mengonsumsi daging hewan juga ikut menambah risiko terpapar dengan
bakteri patogen lewat daging, unggas dan susu olahan lainnya. Hal ini terjadi
karena sebagian hewan ini kerap terinfeksi ole bakteri patogen seperti
Salmonella. Selain itu, perubahan gaya hidup dengan meningkatnya konsumsi

13
makan siap saji dan kebiasaan untuk makan diluar dapat berpengaruh juga
dalam kejadian keracunan makanan.

b. Populasi yang padat


Jumlah masyarakat yang peka terhadap keracunan makanan juga semakin
meningkat yakni kelompok lansia, penderita infeksi HIV, keganasan dan
ereka yang tengah menjalami kemoterapi. Selain itu, kondisi perang, bencana
alam dan bencana sosial dapat menyebabkan malnutrisi yang ikut
mempermudah kejadian keracunan makanan lebih luas.
c. Perdagangan bebas
Pasar bebas baik tingkat regional maupn internasional berisiko
menyebabkan keracunan lintas wilayah. Sebagai ilustrasi di tahun 1995, KLB
shigellosis pernah melanda beberapa negara Eropa Utara akibat lobak impor
dari Spanyol.
d. Higiene lingkungan buruk, kemiskinan dan ketiadaan fasilitas menyiapkan
makanan, Ketiadaan air, sanitasi pendingin makanan dan bahan bakar untuk
memasak dapat menyulitkan penyiapan makanan secara tepat sehingga
mendukung pertumbuhan mikroorganisme.

2.9 PENCEGAHAN

1. Mencuci buah dan sayuran sebelum disajikan


2. Memisahkan makanan yang telah masak dari makanan mentah di setiap
tahap pemprosesan , dari tempat penyiapan, penyimpanan, gerai hingga
meja makan
3. Mengambil makanan tidak dengan tangan, tetapi menggunakan alat
(penjepit atau sendok)
4. Menutup makanan yang belum dikonsumsi
5. Mencegah serangga, burung memasuki ruangan tempat makanan di proses
6. Menjaga kebersihan pribadi
7. Tidak bersin dan batuk di dekat (apalagi diatas) makanan
8. Mengenakan pakaian pelindung
9. Membersihkan seluruh peralatan dengan cara yang benar
10. Segera membuang bahan makanan yang tidak segar dan telah busuk
11. Menyimpan makanan yang beresiko tinggi pada temperature yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri (dibawah 40 derajat celcius dalam
lemari es atau diatas 70 derjat celcius dalam wajan pemanas)

14
12. Meyiapkan makanan secepat mungkin agar tidak terlalu lama berada
dalam wilayah beresiko (bahan makanan yang beresiko tinggi jangan
pernah diletakkan pada suhu ruangan)
13. Menggunakan bahan pengawet yang cocok dan tidak membahayakan
14. Tidak membahayakan makanan kering menjadi lembab

2.9 Asuhan Keperawatan pada keracunan makanan


- PENGKAJIAN
Informasi yang harus diperoleh meliputi masa inkubasi dan durasi
penyakit, jens makanan yang disantap, tempat makan, karakteristik dan
frekuensi muntah dan diare, serta keterkaitan dengan gejala sistemik lain.
1. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Kesadaran menurun
b) Pernafasan
Nafas tidak teratur
c) Kardiovaskuler
Hipertensi, nadi aritmia.
d) Persarafan
Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran, kelemahan, paralise
e) Gastrointestinal
Muntah, diare
f) Integumen
Berkeringat
g) Muskuloskeletal
Kelelahan, kelemahan
h) Integritas Ego
Gelisah, pucat
i) Eliminasi
Diare
j) Selaput lendir
Hipersaliva
k) Sensori
Mata mengecil/membesar, pupil miosis

15
A. INTERVENSI

1. Tindakan Emergensi
Primary Survey :
Airway : Jika dicurigai adanya sumbatan karena edema(inflamasi) maka
bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi
Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan atau
pernafasan tidak adekuat
Circulasi : Mengecek system sirkulasi disertai kontrol pendarahan pada
lambung karena keracunan zat korosif atau zat racun lain yang teringesti, mual-
muntah dan tanda dehidrasi, diare/GE.. Pasang infus bila keaadaan penderita
gawat darurat dan perbaiki perfusi jaringan.
Disability : Mengecek status neurologis jika terjadi penurunan kesadaran akibat
racun, lihat reaksi pupil terhadap cahaya, dan dilatasi pupil.
Exposure : Environmental control, buka baju penderita tapi cegah hipotermia
Folley cateter : Observasi output urin jika terdapat dehidrasi atau tanda-tanda
syok(Urin-Output : 1-2 cc/kg/BB/jam)
Gastric Tube : Lakukan bilas lambung segera untuk mengeliminasi racun
Heart Monitor : Monitoring kerja jantung jika keracunan asetaminopen
2. Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan dan nadi.
Infus dextrose 5% kec.15 – 20, nafas buatan, O2, hisap lendir dalam saluran
pernafasan, hindari obat – obatan depresan saluran nafas, kalau perlu respirator
pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut ke mulut, sebab
racun orga fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong. Pernafasan buatan hanya
di lakukan dengan meniup face masuk atau menggunakan alat bag – valve – mask.

3. Identifikasi penyebab
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha
mencari penyebab keracunan tidak sampai menunda usaha – usaha penyelamatan
penderita yang harus segera di lakukan.
4. Mengurangi absorbsi

16
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan dengan
merangsang muntah, menguras lambung, mengabsorbsi racun dengan karbon aktif
dan membersihkan usus
5. Meningkatkan eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis basa atau asam,
dosis multipel karbon aktif, dialisis dan hemoperfus.

Secondary survey :
a. Pemeriksaan fisik
Menentukan derajat kehilangan cairan. Mulut kering, tak ada keringat,
uriasi berkurang menandakan dehidrasi ringan. Hipotensi ortosttik, turgor
kulit lambat, mata cekung menandakan dehidrasi sedang. Sementara itu,
dehidrasi berat timbul sebagai hipotensi yang dikompensasi oleh
takikardia, delirium dan syok.

b. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah, urin, feses. Kultur feses diindikasikan terutama bila
pasien mengalami diare erdarah, nyeri perut hebat. Spesimen yang harus
dikumpulkan meliputi tinja, urin, darah, muntahan penderita, serta apusa
peralatan masak.

Pemeriksaan penunjang
1. BGA
2. Laboratorium
Penurunan kadar Khe dengan sel darah merah dalam plasma, penting untuk
memastikan diagnosis keracuna IFO akut / kronik . Keracunan Akut :
- Ringan 40 – 70 %
- Sedang 20 – 40 %
- Berat <>
- Keracunan kronik : Apabila kadar KhE menurun sampai 25–50%.

Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium rutin (darah, urin, feses, lengkap)tidak banyak membantu.
Pemeriksaan darah lengkap, kreatinin serum ( N: 0,5-1,5 mg/dl),
elektrolit serum (termasuk kalsium (N: 9-11 mg/dl)).

17
3. Pathologi Anatomi
Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan pathologi biasanya tidak
khas. Sering hanya di temukan edema paru, dilatasi kapiler, hiperemi paru,
otak dan organ – organ lainnya.

c. Pemeriksaan penunjang
Foto polos abdomen dilakukan bila pasien mengeluh perut kembung, sakit
perut hebat, karena dicurigai adanya obstruksi atau perforasi. Jika feses
bercampur darah, sigmoidoskopi dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan diagnosis lain yang bersamaan.

- Foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.


- Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena
sering diikuti terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus
takikardi, sinus bradikardi, takikardi supraventrikuler, takikardi
ventrikuler, fibrilasi ventrikuler, asistol, disosiasi elektromekanik.
Beberapa faktor predosposisi timbulnya aritmia pada keracunan adalah
keracunan obat kardiotoksik, hipoksia, nyeri dan ansietas, hiperkarbia,
gangguan elektrolit darah, hipovolemia, dan penyakit dasar jantung
iskemik.

PENANGANAN
Secara umum, penanganan keracunan makanan dibagi menjadi 2 tahap, yaitu
upaya penyelamatan jiwa dan perbaikan gejala. Pengambilan cairan rehidrasi
bukan sekedar mengganti cairan yang telah atau sedang hilang, tetapi juga
mengompensasi deficit elektrolit (natrium, kalium, klorida, magnesium) yang
terbawa bersama mubtahan dan diare.

1. Terapi medikamentosa
Obat-obat yang lazim digunakan adalah antidiare (adsorben, antisekretori,
dan antiperistaltik), antibiotic, antitoksin (menetralkan toksin botulism),
antihistamin, kortikosteroid, B-adrenergic agonist, simpatomimetik, dan

18
atropine. Selain itu, untuk menghilangkan (sumber) toksin yang masih berada
dalam lambung, sirup ipekak atau apomorfin digunakan. Penanganan keracuna
akibat bahan kimia atau jamur bergantung pada jenis bahan kimia atau toksin
yang bersangkutan.
2. Nutrisi
Selama keracunan belum selesai, pasien dianjurkan untuk mengonsumsi
air beras untuk membantu menenagkan peradangan, selain memperbanyak
minum.

B. DIAGNOSA
1. Pola nafas infektif b.d obstruksi trakheobronkeal
2. Gangguan perfusi jaringan b.d kekurangan O2
3. Defisit volume cairan b.d muntah, diare
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

C. INTERVENSI
1. Defisit volume cairan b.d muntah, diare
Tujuan : menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman
dalam rentang normal dan paru bersih
Kriteria hasil : suara nafas normal
Intervensi Rasional
 Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan untuk mengetahui pola nafas, dan
ekspansi dada keadaan dada saat bernafas
 Tinggikan kepala dan bantu mengubah untuk memberikan kenyamanan dan
posisi memberikan posisi yang baik untuk
melancarkan respirasi
untuk membantu melancarkan

19
 Dorong atau bantu klien dalam mengambil pernafasan klien
nafas dalam

2. Gangguan perfusi jaringan b.d kekuranagn O2


Tujuan : terjadi peningkatan perfusi jaringan
Intervensi Rasional
 Observasi warna & suhu kulit atau untuk mengetahui apakah klien
membran mukosa mempunyai alergi kulit
 Evaluasi ekstremitas ada atau tidaknya untuk mengetahui apakah klien
kualitas nadi mengalami takikardi/bradikardi dan
kekuatan pada ekstremitas
 Kolaborasi pemberian cairan untuk menetralkan intake kedalam tubuh
(IV/peroral) sesuai indikasi

3. Defisit volume cairan b.d muntah, diare


Tujuan : mempertahankan volume cairan adekuat
Intervensi Rasional
 Awasi intake dan output, karakter serta untuk mengetahui pemasukan dan
jumlah feses pengeluaran kebutuhan cairan klien
untuk mengetahui apakah klien
 Observasi kulit kering berlebihan dan kekurangan cairan dengan mengamati
membran mukosa, penurunan turgor kulit sistem integuman.
 Kolaborasi pemberian cairan paranteral untuk membantu menormalkan kembali
sesuai indikasi cairan tubuh klien

4. . Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia


Tujuan : nutrisi adekuat

20
Intervensi Rasional
 Catat adanya muntah untuk mengetahui frekuensi cairan yang
keluar pada saat klien muntah

 Berikan makanan dengan porsi sedikit Untuk membantu klien agar tidak ke
tapi sering kekurangan nutrisi
Berikan makanan halus, hindari untuk membantu klien agar dapat
makanan kasar sesuai indikasi mencerna makanan dengan lancar serta
tidak lagi mengalami mual, muntah

 Kolaborasi pemberian antisida sesuai untuk mengurangi nyeri pada abdomen


indikasi

2.11 PERAN PERAWAT KEGAWATDARURATAN

1. Peran sebagai pemberi asuhan

Memenuhi kebutuhan dasar klien dengan pendekatan proses keperawatan,


pemberian asuhan keperawatan dilakukan dari yang sederhana sampai yang
kompleks.

2. Peran sebagai advokat

Membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari


pemberi pelayanan atau informasi lain yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan (persetujuan) dan melindungi hak-hak pasien (mendapatkan pelayanan
kesehatan).

3. Peran sebagai edukator

Peran dalam membantu pasien untuk meningkatkan pengetahuan tentang


kesehatan melalui pendidikan kesehatan.

21
4. Peran sebagai koordinator/manager kasus

Peran dalam mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan


kesehatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah sesuai kebutuhan
pasien.

5. Peran sebagai kolaborator

Peran dalam bekerjasama dengan tim kesehatan lain untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan pasien.

6. Peran sebagai konsultan


Peran sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan
yang tepat bagi pasien. Peran konsultasi ini bagi keluarga/pasien dan bagi perawat
lain.

7. Peran sebagai pembaharu/perubah

Melakukan perubahan secara sistematis dan terarah dengan mengadakan


perencanaan, kerjasama dan mempengaruhi klien maupun pihak lain. Untuk
menjadi pembaharu harus memiliki ketrampilan khusus, komunikasi yang baik
dan penampilan bagus.

8. Peran sebagai penemu kasus


Biasanya perawat komunitas, perawat berperan dalam mendeteksi dan
menemukan kasus serta melakukan penelusuran terjadinya penyakit.

9. Peran sebagai panutan/Role model


Perawat menunjukkan perilakunya sehari-hari dan dicontoh oleh orang lain.

22
BAB III

STUDI KASUS

Pada tanggal 9 mei 2011 Bagian Surveilans DINKES Kab Bandung


menerima laporan dari puskesmas Abiansemal I bahwa telah terjadi kasus
tersangka KLB keracunan makanan dengan gejala mual, muntah, sakit perut dan
pusing, serta diare yang dialami oleh beberapa siswa SD 3 Sangeh. Peristiwa
tersebut terjadi setelah beberapa siswa mengkonsumsi makanan yang dibeli dari
kantin sekolah. Keluhan mulai dirasakan dua jam setelah siswa mengkonsumsi
makanan tersebut.

Pengkajian yang dilakukan secara deskriptif menurut orang, tempat dan


waktu. Populasi dalam penyelidikan ini adalah siswa SD 3 Sangeh yang membeli
makanan dari kantin sekolah. Sampel kasus adalah siswa yang mengalami gejala
mual, muntah, sakit kepala, sakit perut, atau diare setelah mengkonsumsi makanan
yang dibeli dikantin tersebut, untuk sampel kontrolnya adalah siswa ikut
mengkonsumsi makanan dari kantin tetapi tidak mengalami gejala. Lama paparan
menggambarkan perjalanan alamiah suatu penyakit, mulai dari sesorang yang
rentan terhadap penyakit dan diserang oleh agen patogenik sampai menimbulkan

23
gejala penyakit (riwayat alamiah penyakit). Setiap penyakit memiliki riwayat
alamiah yang berbeda beda.

Masa inkubasi keracunan makanan yang terjadi di SD3 Sangeh


berlangsung sangat singkat. Siswa mulai mengkonsumsi makanan dari kantin
sekolah pukul 07.00 Wita. Gejala keracunan mulai dirasakan pada pukul 09.00
Wita, dengan jumlah kasus yang paling banyak terjadi pada pukul 13.00 Wita.
Berdasarkan masa inkubasi 2 s.d 6 jam bakteri yang paling memungkinkan
sebagai penyebab keracunan adalah Bacillus cereus atau Staphylococcus aureus.
Sedangkan berdasarkan gejala klinis kemungkinan disebabkan oleh
Staphylococcus aureus.

Penanganan yang dilakukan oleh guru saat mengetahui muridnya terkena


keracunan yaitu langsung dibawa ke Puskesmas terdekat untuk diobati dan dikasih
minum air putih.

BAB IV

PEMBAHASAN

Brunner & Suddart di salah satu bukunya mengemukakan bahwa tanda


dan gejala dari keracunan makanan adalah adanya mual muntah, diare, lemas, dan
lesu dan pusing. Untuk kasus diatas tanda dan gejalanya yaitu mengalami mual
muntah dan diare setelah mengkonsumsi makanan jadi untuk diagnosa sementara
adalah keracunan. Keracunan tadi disebabkan karena adanya benda asing yang
masuk kedalam tubuh karena sudah banyak bakteri ataupun jamur jamur yang ada
pada makanan tersebut. Adapun teori yang mengatakan bahwa bakteri Bacillus
cereus dapat menyebabkan keracunan akibat hygiene yang buruk pada
penyimpanan makanan. Berdasarkan masa inkubasi 2 s.d 6 jam pada kasus diatas
bakteri yang paling memungkinkan sebagai penyebab keracunan adalah Bacillus
cereus atau Staphylococcus aureus.

Diskusi menurut kelompok kami, berdasarkan klasifikasi bakteri tersebut,


Bacillus cereus atau Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang berkembang

24
biak karena higiene makanan yang buruk, mungkin karena etalase di kantin
tersebut kotor, tempat sampah yang jarang di bersihkan, pemakaian alat dapur
dengan pencucian yang kurang bersih, dan banyak faktor lainnya yang
memungkinkan bakteri tersebut berkembang. Sehingga ketika seseorang
mengkonsumsinya akan menyebabkan gejala ringan seperti mual, muntah berkisar
30 menit – 5 jam, dan diare. Dan dari penatalaksanaan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan yaitu sebaiknya saat siswa dilarikan di rumah sakit harus dicek terlebih
dahulu nadinya, jika memang dari pasien sendiri datang dengan kondisi tidak
sadarkan diri harus dilakukan pemeriksaan primary survey mulai dari Airway/
jalan nafas jika ditemukan adanya sumbatan kita harus terlebih dahulu
membebaskan sumbatan tersebut dengan cara memposisikan pasien dengan posisi
miring agar cairan / benda asing berupa racun tersebut dapat keluar. Setelah itu
lihat pernafasan jika memang belum teratur berikan kadar O2 yang telah
dianjurkan oleh dokter. Dilanjutkan dengan memeriksa CRT pasien jika lebih dari
2 det maka pasien bisa dikatakan dehidrasi. Setelah primary survey selesai,
dilanjutkan dengan pemeriksaan secondary survey yang bertujuan sebagai
pelengkap untuk melihat bagaimana kondisi pasien dengan beberapa pemeriksaan
lebih lanjutuntuk meminimalisir terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan.

25
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Keracunan makanan adalah penyakit yang timbul setelah mengkonsumsi
makanan dan minuman yang yang mengandung racun. Racun pada makanan dapat
berrasal dr pencemaran oleh bakteri, virus, parasit atau bahan kimia. Sebanyak
63% kasus keracunan makanan terjadi akibat pendinginan yang tidak adekuat,
disusul dengan makanan yang tidak dimasak sempurna dan kebersihan yang buruk
saat membuat atau mengkonsumsi makanan.

Gejala keracunan makanan yang tersering berupa muntah dan diare,


namun gejala yang dialami dapat berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya
bergantung kepada ketahanan fisik, jenis racun, jumlah racun yang termakan, dan
umur.

26
Dampak keracunan makanan dapat berakibat fatal karena itu perlu di
diagnosis dan ditangani secara tepat. Dari anamnesis perlu diperoleh informasi
mengenai masa inkubasi dan durasi penyakit, jens makanan yang disantap, tempat
makan, karakteristik dan frekuensi muntah dan diare, serta keterkaitan dengan
gejala sistemik lain. Pemeriksaan fisik dilakukan terutama untuk melihat gejala
dehidrasi. Pemeriksaan penunjang dan laboratorium dapat dilakukan terutama
pada kasus diare berdarah dan bila ada keluhan nyeri perut hebat.

5.2 Saran
Dengan terselesaikannya tugas makalah ini kami berharap tenaga kesehatan
khususnya perawat dapat memahami dengan jelas tentang Asuhan Keperawatan
pada Klien dengan kondisi kegawatdaruratan pada kasus dengan
Keracunan makanan. Sehingga dapat meminimalisir dampak dari keracunan
makanan ini sendiri dan cepat tanggap dalam memberikan penanganan lebih
lanjut sehingga kondisi pasien dapat tertolong.

DAFTAR PUSTAKA

1. Asuhan Keperawatan keracunan makanan, 16 Desember 2014 (Nurse


Unija Sumenep, 2014)
2. (Askep Keracunan Makanan dan contoh kasus, 2014)
3. http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/6416/BAB
%20ll.pdf?sequence=6&isAllowed=y. Diakses pada tanggal 03 Oktober
4. http://agustinathepooh.blogspot.com/2013/12/askep-keracunan-
makanan.html Diakses pada tanggal 02 Oktober
5. https://dokumen.tips/documents/askep-keracunan-gadar.html Diakses pada
tanggal 03 Oktober
6. http://dataperawat.blogspot.com/2014/03/askep-keracunan-makanan-dan-
contoh.html?m=1 Diakses pada tanggal 03 Oktober
7. Suarjana, I. M. (2013, September 2). Kejadian Luar Biasa Keracunan
Makanan. Skala Husada, 2(10), 144-148.

27
28

Anda mungkin juga menyukai