Anda di halaman 1dari 18

Bab I: Tinjauan Umum Senyawa Aktif dan Sediaan

I.1 Deskripsi Umum Senyawa Aktif Farmakope Indonesia


Edisi V (Halaman
Struktr Kimia 1282)
(±)-cis-2-[(dimetilamino)metjl]-J-(3-
meto/c,fenil) sikloheksanol
hidroklorida[36282-47-0]
BM 299,84
Rumus Kimia
Tramadol Hidrokiorida mengandung tidak kurang dan 98,0% dan tidak
lebih dan 102,0% C16H25NO2.HC1 dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemerian
Serbuk kristal; putih.
Sifat keasaman-kebasaan
pKa 9,41(Update riview report tramadol,36th, WHO)
Sifat fisika panas 180-181° C
Susut pengeringan
Tidak lebih dari 0,5%, lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu
ruang selama 16 jam.
Kelarutan
Sangat mudah larut dalam air dan dalam metanol; sangat tidak larut dalam
aseton.
Sisa pemijaran Tidak lebih dari 0,1%.
pH 7 (Update riview report tramadol,36th, WHO)
Stabilitas
Injeksi Tramadol harus di simpan di bawah suhu 25° C (Update Riview
Report Tramadol,36th, WHO)
Wadah dan penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat dan simpan pada suhu ruang terkendali.
I.2 Definisi Bentuk Sediaan Terkait

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk
yang dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan/
disuntikan dengan cara merobek jaringan kedalam kulit atau melalui kulit
atau selaput lendir

Injeksi adalah sediaan steril dengan volume kecil yang dikemas dalam
wadah 100 ml atau kurang
1.3 Golongan Obat FI III, hal 14 dan FI
IV hal. 9-10
Tramadol injeksi termasuk kedalam golongan obat keras

Tramadol termasuk kriteria obat-obat tertentu (Peratutan BPOM Nomor 28


Tahun 2018 tentang Pedoman Pengelolaan Obat-Obat Tertentu (OOT))

I.4 Penandaan Pada Wadah, leaflet atau brosur

Penandaannya diatur berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor: 02396/A/SK/lll/86
Kepmenkes
Pasal 2 RI No.
02396/A/SK/VIII/1986
(1) Pada etiket dan bungkus luar obat jadi yang tergolong obat keras harus
dicantumkan secara jelas tanda khusus untuk obat keras.

(2) Ketentuan dimaksud dalam ayat (1) merupakan pelengkap dari


keharusan mencantumkan kalimat "Harus dengan resep dokter" yang di
tetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.197/A/Sl(77 tanggal
15 Maret 1977.

(3) Tanda khusus dapat tidak dicantumkan pada blisters, trip


aluminium/selofavnia, l, ampul, tube atau bentuk wadah lain, apabila
wadah tersebut dikemas dalam bungkus luar

Pasal 3

(1) Tandak husus untuk obat keras adalah lingkaran bulat berwarna merah
dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh garis
tepi.

(2) Tanda khusus untuk obat keras dimaksud dalam ayat (1) harus
diletakkan sedemikian rupa sehingga jelas terlihat dan mudah dikenali.

(3) Ukuran lingkaran tanda khusus dimaksud dalam ayat (1) disesuaikan
dengan ukuran dan desain etiket dan bungkus luar yang bersangkutan
dengan ukuran diameter lingkaran terluar, tebal garis dan tebal huruf K
yang proporsional, berturut-turut minimal satu cm dan satu mm.

I.5 Nomor Registrasi (dengan uraian/penjelasan penomoran) & nomor


bets
Nomor registrasi sediaan TRAMASIQ adalah DKL1914011243A1
Keterangan
D : obat dengan nama dagang
K : golongan obat keras
L : produksi dalam negeri (Lokal)
19 : tahun penandaan obat jadi
140 : nomor urut pabrik di Indonesia
112 : nomor urut obat jadi yang disetujui oleh pabrik
43 : nomor urut sediaan injeksi
A : menunjukkan kekuatan obat yang pertama di setujui
1 : menunjukkan kemasan yang pertama
No Batch : 194311
19 : tahun Produksi
43 : Injeksi
11 : Urutan Pembuatan
II.1 Nama Obat dan Sinonim Farmakope Indonesia
Nama kimia/ umum zat aktif : Tramadol Hidroklorid Edisi V (Halaman
1282)
Golongan Farmakologi : Analgesic golongan Agonis Opiat
Golongan kimia :
II.2 Bentuk Senyawa Aktif :
Bentuk aktif yang digunakan : Tramadol dalam bentuk garam
II.3 Mekanisme Kerja dalam Tubuh
1. Efek Farmakologi : Analgetik (Nyeri sedang sampai berat)
AHFS,2018
2. Mekanisme Kerja : Bertindak sebagai agonis opiat, dengan aktivitas
selektif pada reseptor μ (mu) di sistem saraf pusat dengan memblok
sensasi nyeri. Juga, menghambat pengambilan kembali norepinefrin dan
serotonin
II.4 Nasib Obat dalam Tubuh (ADME)
Onset Aksi : Tablet tramadol konvensional: Serangan analgesia terjadi dalam
1 jam;
Efek puncak : terjadi dalam 2-4 jam
Durasi : Oral : 3-6 Jam
Absorpsi : Oral 75%
Pengikatan Protein : sekitar 20 %
Metabolisme : Di hati
Eliminasi Paruh Waktu : paruh eliminasi plasma terminal rata-rata adalah
sekitar 5-6 jam
Eksresi : Oral ; Diekskresikan dalam urin sebagai obat yang tidak berubah
(sekitar 30%) dan metabolit (60%)
II.5 Indikasi & Dasar Pemilihan
Indikasi : Analgetik, Agonis Opioid
Alasan Pemilihan : Tramadol digunakan untuk nyeri sedang hingga berat,
seperti pasca operasi.
II.6 Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap tramadol, Ketergantungan obat opium
II.7 Dosis
IV : 50 mg/ml
Untuk perawatan : rasa sakit pasca operasi, dosis awal adalah 100 mg diikuti
50 mg setiap 10 hingga 20 menit jika perlu hingga total maksimum (termasuk
dosis awal) dari 250 mg pada jam pertama. Setelah itu, dosisnya adalah 50
hingga 100 mg setiap 4 hingga 6 jam hingga total dosis harian 600 mg.
(Martindale ed36 ,hlm132)
Dosis anak : berusia 3 tahun tahun ke atas adalah 1 hingga 2 mg / kg, yang
dapat diulang 3 atau 4 kali sehari
Populasi Khusus
1. gangguan ginjal berat, metabolit aktif (M1) dapat menurun
tergantung pada derajat kerusakan ginjal.
2. Pada pasien dengan gangguan hati ringan sampai sedang
meningkatnya keparahan gangguan hati.
3. Penggunaan Geriatri
Pilih dosis dengan hati-hati terjadi penurunan fungsi hati, ginjal, dan
jantung serta jika adanya penyakit penyerta dan adanya terapi obat
lain pada pasien geriatri. terutama pada pasien> 75 tahun.
4. Kehamilan
Sebaiknya tidak digunakan sebelum atau selama persalinan
5. Laktasi
Didistribusikan ke dalam susu; tidak disarankan.
6. Penggunaan Pediatrik
Keamanan dan kemanjuran tablet yang tidak ditetapkan pada anak-
anak < 16 atau 18 tahun
7. Ggn hati
Metabolisme berkurang pada pasien dengan sirosis.
II.8 Cara Pakai
Dosis 50 hingga 100 mg dapat diberikan setiap 4 hingga 6
jam dengan injeksi intramuskular atau intravena lebih dari 2
hingga 3 menit, atau dengan infus. (martindale 36, hlm 321
II.9 Efek Samping
Sakit kepala, Vertigo, konstipasi, mual , Euforia, depresi pernapasan, mual,
halusinasi.
II.10 Toksisitas
Tramadol yang dikonsumsi dalam dosis berlebihan, baik sendiri-sendiri atau
dalam kombinasi dengan depresan SSP lainnya (misalnya, alkohol), adalah
penyebab kematian, terkait dengan overdosis yang disengaja dan tidak
disengaja. Penggunaan alkohol secara bersamaan atau depresan SSP lainnya
meningkatkan risiko kematian.
Tidak direkomendasikan pada pasien yang cenderung bunuh diri atau rawan
kecanduan.

II.11 Interaksi Obat


Interaksi kategori Evidence- Mekanisme Penatalaksanaan
base interaksi
Medicine
Tramadol Mayor 27 laporan dapat Hindari atau Stockley’s Drug
Interaction 9th
- fluoxetin kejang dan menghambat Gunakan Obat
satu metabolisme Alternatif.
epilepsi tramadol,
yang berpotensi
memburuk meningkatkan
dengan konsentrasi
tramadol, tramadol,
angka menurunkan
pelaporan 1 konsentrasi
dari 7000 M1, dan
pasien. meningkatkan
FDA di AS risiko efek
telah samping (mis.
menerima kejang,
124 laporan sindrom
kejang serotonin)
terkait AHFS,2018
dengan
tramadol,
28 di
antaranya
termasuk
penggunaan
bersamaan
antidepresan
trisiklik,
(Stockley)
Tramadol Mayor - Keduanya Hindari atau
- Fentanil meningkatkan Gunakan Obat
efek dengan Alternatif.
sinergisme.
Pemberian
bersama
dengan
depresan SSP
lainnya,
seperti
relaksan otot
rangka, dapat
menyebabkan
depresi
pernapasan,
hipotensi,
sedasi berat,
koma, dan /
atau
kematian.
Tramadol- Moderat quinidine Monitoring
quinidin e mengurangi penggunaan
efek tramadol
dengan
memengaruhi
metabolisme
enzim hati
CYP2D6

II.12 Penggunaan Pada Kondisi Khusus


1. Pasien gagal ginjal Martindale, 36th
Hlm,131
Interval dosis juga harus meningkat menjadi 12 jam pada pasien dengan
kreatinin (CC) kurang dari 30 mL / menit; dalam informasi menunjukkan
bahwa dosis oral maksimum tidak boleh melebihi 200 mg setiap hari pada
pasien ini. Tramadol seharusnya tidak diberikan pasien dengan gangguan
ginjal yang lebih parah (CC kurang dari 10 mL / menit) (martindale, 131)
II.13 Perimgatan
1. Kejang AHFS,2018
Kejang dilaporkan pada pasien yang menerima tramadol dengan dosis yang
dianjurkan namun, risiko meningkat dengan dosis di atas kisaran yang
direkomendasikan.
Tramadol meningkatkan risiko kejang pada pasien yang menggunakan SSRI,
antidepresan trisiklik atau senyawa trisiklik lainnya (misalnya,
siklenzenzaprin, promethazine), atau agonis opiat lainnya; dapat
meningkatkan risiko pada mereka yang menggunakan inhibitor MAO, agen
antipsikotik , atau obat lain yang mengurangi ambang kejang. Risiko kejang
juga meningkat pada pasien dengan epilepsi, riwayat kejang, atau risiko
kejang yang diketahui (mis., Trauma kepala, gangguan metabolisme, alkohol
dan penarikan obat, infeksi SSP) . Pemberian nalokson pada pasien dengan
overdosis tramadol dapat meningkatkan risiko kejang.
2. Bunuh diri
Kematian terkait tramadol dilaporkan pada pasien dengan riwayat gangguan
emosional, bunuh diri, atau penyalahgunaan obat penenang, alkohol, atau obat
aktif SSP lainnya.
Jangan gunakan pada pasien yang cenderung bunuh diri atau rentan
kecanduan.
Gunakan dengan hati-hati pada pasien yang menerima obat penenang atau
antidepresan, mereka yang mengonsumsi alkohol berlebihan, dan mereka
yang memiliki gangguan atau depresi emosional. Pertimbangkan analgesik
nonopiate di pasien yang bunuh diri atau depresi.
II.14 Cara Penyimpanan
Tramadol Injeksi disimpan pada suhu 15-25° c, terlindung dari matahari
II.15 Contoh Sediaan yang Beredar di Pasaran serta Kekuatannya
1. Tradosik inj 50 mg/ml @2 ml
Sanbe Farma
2. Dolgesik 50 mg/ml @2ml
Mersifarm
3. Tramadol Inj 50 mg/ ml @2ml
Indofarma
II.16 Analisis Farmakologi
Bentuk aktif yang digunakan : Tramadol HCl dalam bentuk garam
1. Rasionalitas pemilihan bentuk sediaan
Tramadol cocok dibuat injeksi karena ketika dalam bentuk garam kelarutan
Tramadol meningkat sehingga dapat dijadikan alternatif bila tidak mungkin
pemberian peroral atau dan bisa digunakan dalam keadaan darurat
2. Pemilihan indikasi
Analgetik ( agonis Opioid)
3. Cara pemilihan dosis beserta alasan
Karena menurut literatur dosis penggunaan tramadol untuk dewasa Dosis 50
hingga 100 mg dapat diberikan setiap 4 hingga 6
jam dengan injeksi intramuskular atau intravena
Dosis anak :2 mg / kg BB
II.17 Perhitungan Dosis
Dosis dewasa : 50-100 mg
Dosis Maximum : 600 mg
Sediaan 50 mg/ml @2ml jadi digunakan 1 ampul,
jadi pemberian maximal : 6 ampul.
II.18 Alasan pemilihan kekuatan Sediaan
Dipilih sediaan injeksi tramadol 50 mg/ mL, dikarenakan untuk
mengakomodasi kebutuhan dosis,maka dibuat sediaan dosis tunggal.
II.19 Kesimpulan Analisis Farmakologi :
1. Kekuatan Sediaan 50 mg/ml
2. Indikasi : Analgetik (Opioid Agonis)
3. Dosis dan Aturan Pakai :
Untuk perawatan :
rasa sakit pasca operasi, dosis awal adalah 100 mg diikuti 50 mg setiap 10
hingga 20 menit jika perlu hingga total maksimum (termasuk dosis awal) dari
250 mg pada jam pertama. Setelah itu, dosisnya adalah 50 hingga 100 mg
setiap 4 hingga 6 jam hingga total dosis harian 600 mg.

III.1 Pendekatan Formulasi (Analisis Pemilihan Zat Aktif dan Eksipien)


Zat Aktif : Tramadol Hcl (dalam bentuk garam)
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam metanol; sangat tidak
larut dalam aseton. (FI V, hlm 1282)
Metode Pembuatan : Metode Sterilisasi Akhir
Formula Umum sedian injeksi
1. Zat Aktif : Tramadol
2. Pelarut : WFI
3. Pengatur Tonisitas : Nacl
Eksipien yang ditambahkan dalam sedian :
1. Pelarut
Bahan pembawa injeksi berupa air maupun non air. Pada monografi air steril
pada USP meliputi sterile purified water, sterile WFI, bacteriostatic WFI,
sterile water for irrigation, dan sterile water for inhalation. WFI (Water for
Injection) merupakan pembawa yang dipilih untuk membuat sediaan injeksi.
- WFI (Water for Injection)
Pemerian:
Air adalah cairan yang jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
(WFI) menurut USP 32 menggambarkan WFI sebagai air yang dimurnikan
dengan distilasi atau RO. Tidak mengandung zat tambahan. menurut PhEur
6.3 adalah 'air untuk suntikan' dan terdiri dari dua bagian: 'air untuk suntikan
dalam jumlah besar' dan 'air steril untuk injeksi'. PhEur 6.3 menyatakan
bahwa air untuk suntikan dihasilkan oleh distilasi
Kelarutan : Dapat dicampur dengan sebagian besar pelarut polar
Inkompatibilitas: Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi dengan obat
dan eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis (dekomposisi dalam
kehadiran air atau uap air) di ambient dan ditinggikan suhu. Air dapat
bereaksi keras dengan logam alkali dan cepat dengan logam alkali dan
oksidanya, seperti kalsium oksida dan magnesium oksida. Air juga bereaksi
dengan garam-garam anhidrat untuk terbentuk hidrat dari berbagai komposisi,
dan dengan organik tertentu bahan dan kalsium karbida.
Stabilitas : Air secara kimiawi stabil di semua keadaan fisik (es, cair, dan uap
air). Air meninggalkan sistem pemurnian farmasi dan memasuki tangki
penyimpanan harus memenuhi persyaratan khusus. Target saat merancang dan
mengoperasikan sistem penyimpanan dan distribusi untuk menjaga agar air
tidak melebihi batas yang diizinkan selama penyimpanan. Di khususnya,
sistem penyimpanan dan distribusi harus memastikan itu air terlindungi dari
kontaminasi ionik dan organik, yang akan menyebabkan peningkatan
konduktivitas dan karbon organik total, masing-masing. Sistem juga harus
dilindungi terhadap fisik masuknya partikel dan mikroorganisme asing
sehingga mikroba pertumbuhan dicegah atau diminimalkan. Air untuk tujuan
tertentu harus disimpan dalam wadah yang sesuai.
2. Bahan Pembantu / Zat Tambahan (Eksipien)
a. Pengatur tonisitas
(HOPE ed. 6 Hal 637-639)
NaCl 0,9 % (Sodium Chloride) (HOPE ed. 6 Hal 637-639)
Pemerian: Natrium klorida merupakan bubuk kristal putih atau tidak
berwarna kristal; memiliki rasa garam. Kisi kristal adalah pusat perhatian
struktur kubik. Natrium klorida padat tidak mengandung air kristalisasi
meskipun, di bawah 08C, garam dapat mengkristal sebagai dihidrat.
Kelarutan :
Dalam Etanol sedikit larut, Etanol (95%) 1 dalam 250, Glycerin 1 dalam 10,
Air 1 dalam 2,8 dan 1 dalam 2,6 pada 100 C.
Inkompatibilitas :
Larutan natrium klorida berair bersifat korosif terhadap zat besi. Natrium
klorida juga bereaksi membentuk endapan dengan garam perak, timbal, dan
merkuri. Bersifat oksidator kuat membebaskan klorin dari larutan yang
diasamkan dengan natrium klorida. Kelarutan antimikroba metilparaben
pengawet menurun dalam larutan natrium klorida berair dan viskositas gel
karbomer dan larutan hidroksietil selulosa atau hidroksipropil selulosa
dikurangi dengan penambahan natrium klorida.
Stabilitas :
Pemisahan partikel kaca dari jenis wadah kaca tertentu.Larutan berair dapat
disterilisasi dengan autoklaf atau penyaringan. Bahan padatnya stabil dan
harus disimpan dalam keadaan tertutup kontainer, di tempat yang sejuk dan
kering. Telah ditunjukkan bahwa karakteristik pemadatan dan sifat mekanik
tablet dipengaruhi oleh relatif kelembaban dari kondisi penyimpanan di mana
natrium klorida disimpan.
b. Zat tambahan penyesuai pH
Natrium Asetat ( HOPE ed 6, hlm 637)
Pemerian : kristal transparan atau tidak berwarna
bubuk kristal granular dengan sedikit bau asam asetat.
Kelarutan : larut 1 dalam 0,8 dalam air, 1 dalam 20 dalam etanol (95%).
Inkompabilitas : Sodium asetat bereaksi dengan komponen asam dan basa.
Itu akan bereaksi hebat dengan fluor, kalium nitrat, dan diketene.
Stabilitas : Sodium asetat harus disimpan dalam wadah kedap udara.
III. 2 Kesimpulan Formula Utama & Alternatif
Sediaan yang akan dibuat : Tramadol Hcl Injeksi
Kekuatan sediaan : 50 mg/ml
Bobot per ampul : 2 ml
Meotde Sterilisasi : sterilisasi Akhir
Formulasi 1
No Bahan Jumlah Fungsi
1 Tramadol Hcl 2,5% Zat Aktif
2 Natrium Chloride qs Pengatur
(NaCl) 0,9% Tonisitas
3 WFI Ad 100 Pelarut / zat
pembawa
Formulasi Alternatif
No Bahan Jumlah Fungsi
1 Tramadol Hcl 2,5% Zat Aktif
2 Natrium Asetat qs Buffering agent
4 WFI Ad 100 Pelarut/ zat
pembawa

IV. Pembuatan & Evaluasi Farmasetik Sediaan Akhir


Nama Sediaan : Tramadol Hcl Injeksi
Kekuatan Sediaan : 50mg/ml
Cara Pembuatan : Sterilisasi Akhir
Sediaan yang harus dikumpulkan:
Sediaan yang akan dibuat 50 mg/ ml @ 1 ampul (2 ml) dibuat 100 ampul
ditambahkan dengan jumlah untuk pengujian

No Evaluasi Jumlah
1 Penetapan Volume Injeksi dalam 1
wadah
2 Penetapan pH 1
3 Kejernihan 1
4 Uji Kebocoran Semua sediaan
5 Penetapan Kadar Zat Aktif 3
6 Identifikasi 3
7 Kemurnian 3
8 Bahan Partikulat dalam Injeksi 3
9 Uji Endotoksin dlaam bakteri 1
10 Uji Sterilitas 4
11 Uji Keseragaman Sediaan 30
Untuk evaluasi penetapan pH, volume injeksi dalam wadah, serta kejernihan
dan warna larutan dapat menggunakan 1 botol yang sama
Kesimpulan : Total sediaan yang diproduski : 148 Ampul

Kesimpulan Jumlah penimbangan


Sediaan yang dibuat adalah 100 ampul dengan isi bersih masing-masing
ampul adalah 2 mL, ditambahkan dengan 48 ampul untuk evaluasi, jadi total
pembuatan adalah 148 ampul. Agar dapat memenuhi persyaratan penetapan
volume injeksi dalam wadah, volume sediaan dilebihkan 0,15 % (FI V,
hal.1570).
No Nama Bahan Jumlah Untuk 1 Untuk Ditambah
ampul 148 0,15%
(2ml) ampul
(296 ml)
1 Tramadol 5% 100 14,8 g 14,822 g
2 Natrium qs qs qs qs
klorida
(NaCL) 0,9%
3
4 Water for Ad 100 2 ml 296 ml 296,44
injection
IV. 4 Pengawasan dalam Proses (IPC)
1. Uji Kejernihan dan Warna (FI V, 1521)
Tujuan : Memastikan bahwa setiap larutan obat suntik jernih dan bebas
pengotor
Prinsip :Wadah-wadah kemasan akhir diperiksa satu persatu dengan
menyinari wadah dari samping dengan latar belakang hitam untuk
menyelidiki pengotor berwarna putih dan latar belakang putih untuk
menyelidiki pengotor berwarna
Hasil : Memenuhi syarat bila tidak ditemukan pengotor dalam larutan.
2. Pemeriksaan pH (FI V, 1563-1564)
Alat : pH meter
Tujuan : Mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan
Prinsip : Pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter yang telah
dikalibrasi
Hasil : pH sesuai dengan spesifikasi formulasi sediaan
3. Pemeriksaan Bahan Partikulat (FI V, 1494-1504)
Tujuan : Memastikan larutan injeksi, termasuk larutan yang dikonstitusi dari
zat padat steril untuk penggunaan parenteral, bebas dari partikel yang dapat
diamati pada pemeriksaan secara visual.
Prinsip : Sejumlah tertentu sediaan uji difiltrasi menggunakan membran, lalu
membran tersebut diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x.
Jumlah partikel dengan dimensi linier efektif 10 μm atau lebih dan sama atau
lebih besar dari 25 μm dihitung.
Hasil : Injeksi volume kecil memenuhi syarat uji jika jumlah rata- rata
partikel yang dikandung tidak lebih dari 10.000 tiap wadah yang setara atau
lebih besar dari 10 μm diameter sferik efektif dan tidak lebih dari 1000 tiap
wadah sama atau lebih besar dari 25 μm dalam dimensi linier efektif.

IV. 5 Uji Mutu Farmasetik Sediaan Akhir (disesuaikan dengan Pustaka)


1. Penetapan Volume Injeksi dalam Wadah (FI V, Halaman 1570)
Tujuan : Menetapkan volume injeksi yang dimasukkan dalam wadah agar
volume injeksi yang digunakan tepat/sesuai dengan yang tertera pada
penandaan (Kelebihan volume yang dianjurkan dipersyaratkan dalam FI IV)
Prinsip : Penentuan volume dilakukan dengan cara mengambil sampel
dengan alat suntik hipodermik dan memasukkannya ke dalam gelas ukur yang
sesuai.
Hasil : Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah bila diuji
satu persatu.
2. Pemeriksaan Bahan Partikulat (FI V, Halaman 1494-1504)
Tujuan : Memastikan larutan injeksi, termasuk larutan yang dikonstitusi dari
zat padat steril untuk penggunaan parenteral, bebas dari partikel yang dapat
diamati pada pemeriksaan secara visual.
Prinsip : Sejumlah tertentu sediaan uji difiltrasi menggunakan membran, lalu
membran tersebut diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x.
Jumlah partikel dengan dimensi linier efektif 10 μm atau lebih dan sama atau
lebih besar dari 25 μm dihitung
Hasil : Injeksi volume kecil memenuhi syarat uji jika jumlah rata- rata
partikel yang dikandung tidak lebih dari 10.000 tiap wadah yang setara atau
lebih besar dari 10 μm diameter sferik efektif dan tidak lebih dari 1000 tiap
wadah sama atau lebih besar dari 25 μm dalam dimensi linier efektif
3. Pemeriksaan pH (FI V, halaman 1563-1564)
Alat : pH meter
Tujuan : mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan
Prinsip : pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter yang telah
dikalibrasi
Hasil : pH sesuai dengan spesifikasi formulasi sediaan
4. Evaluasi kejernihan (FI V, Halamn 1521
Tujuan : Memastikan larutan terbebas dari pengotor
Prinsip : Membandingkan kejernihan larutan uji dengan Suspensi Padanan,
dilakukan di bawah cahaya yang terdifusi tegak lurus ke arah bawah tabung
dengan latar belakang hitam
Hasil : Sesuatu cairan dikatakan jernih jika kejernihannya sama dengan air
atau pelarut yang digunakan bila diamati di bawah kondisi seperti tersebut di
atas atau jika opalesensinya tidak lebih nyata dari suspensi padanan I.
Persyaratan untuk derajat oplesensi dinyatakan dalan suspensi padanan I, II,
dan III.
5. Uji Kebocoran
Tujuan : Memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan volume
serta kestabilan sediaan
Prinsip : Untuk cairan bening tidak berwarna (a) wadah takaran tunggal yang
masih panas setelah selesai disterilkan, dimasukkan ke dalam larutan metilen
biru 0,1%. Jika ada wadah yang bocor maka larutan metilen biru akan masuk
ke dalam karena perubahan tekanan di luar dan di dalam wadah tersebut
sehingga larutan dalam wadah akan berwarna biru. Untuk cairan yang
berwarna (b) lakukan dengan posisi terbalik, wadah takaran tunggal
ditempatkan diatas kertas saring atau kapas. Jika terjjadi kebocoran, maka
kertasa saring atau kapas akan basah
Hasil: Sediaan memenuhi syarat jika larutan dalam wadah tidak menjadi biru
(prosedur a ) dan kertas saring a atau kapas tidak basah (prosedur b)

Evaluasi Kimia
1. Identifikasi
Metode Utama : Spektrofotometri
Prsedur : Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan dalam kalium
bromida P menunjukkan maksimwn hanya pada bilangan gelombang yang
sama seperti pada Tramadol Hidroklorida BPFI
2. Penetapan kadar
Metode Utama : Kromatografi cair kinerja tinggi
Prosedur : Larutan asam trifloluoroasetat ;
Larutkan 0,5 ml asam trfluoroasetat P dalam 1000 ml air.
Fase gerak : Buat campunan Larutan asam trfluoroasetat P-asetonitril P
(700:300). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Knomatografi.
Larutan kesesuaian sistem Lanjutkan sejumlah Tramadol Hidroklorida BPFI
dan Senyawa Sejenis A Tramadol Hidrokiorida BPFI dalam Fase gerak
hingga kadar masing-masing lebih kurang 0,05 mg per ml.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Tramadol Hidroklorida BPFI,
larutkan dan encerkan secara kuantitatif dengan Fase genak hingga kadar
lebih kurang 1,5 mg per ml. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 150
mg zat, masukkan ke dalam labu terukur 100-ml, larutkan dan encerkan
dengan Fase gerak sampai tanda. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera
pada Kromatografi. Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan
detektor 270 urn dan kolom 25 cm x 4,6 mm, berisi bahan pengisi LI, dengan
ukuran panrtikel 5 mcg.
Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
kesesuaian sistem dan rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif senyawa sejenis A tramadol dan
tramadol berturut-turut lebih kurang 0,9 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak
senyawa sejenis A tramadol dan tramadol tidak kurang dari 2,0; dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur : Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 20
t1) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg tramadol
hidroklorida, C 16H25NO2.HC1, dalam zat yang digunakan dengan rumus:

C adalah kadar Tramadol hidrokiorida BPFJ dalam mg per ml Larutan baku;


ru dan rs berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku

Evaluasi Biologi
1. Uji Sterilitas (FI V, Halaman 1359-1363)
Tujuan : menetapkan apakah sediaan yang harus steril memenuhi syarat
berkenaan dengan uji sterilitas seperti tertera pada masing-masing monografi.
Prinsip : Menguji sterilitas suatu bahan dengan melihat ada tidaknya
pertumbuhan mikroba pada inkubasi bahan uji menggunakan cara inokulasi
langsung atau filtrasi dalam medium Tioglikonat cair dan Soybean Casein
Digest prosedur uji dapat menggunakan teknik inokulasi langsung ke dalam

media pada 30-35oC selama tidak kurang dari 7 hari.


Hasil : Tahap Pertama: Memenuhi syarat uji jika pada interval waktu tertentu
dan pada akhir periode inkubasi, diamati tidak terdapat kekeruhan atau
pertumbuhan mikroba pada permukaan, kecuali teknik pengujian dinyatakan
tidak absah. Jika ternyata uji tidak absah, maka dilakukan pengujian Tahap
Kedua. Tahap Kedua: Memenuhi syarat uji jika tidak ditemukan pertumbuhan
mikroba pada pengujian terhadap minimal 2 kali jumlah sampel uji tahap
2. Uji Endotoksin Bakteri (Jika dipersyaratkan oleh monografi) (FI V,
Halaman 1406)
Tujuan : Memperkirakan kadar endotoksin bakteri yang mungkin ada dalam
atau pada bahan uji.
Prinsip : Pengujian dilakukan menggunakan Limulus Amebocyte Lysate
(LAL), meliputi inkubasi selama waktu yang telah ditetapkan dari endotoksin
yang bereaksi dan larutan kontrol dengan pereaksi LAL dan pembacaan
serapan cahaya pada panjang gelombang yang sesuai.
Hasil : Bahan memenuhi syarat uji jika kadar endotoksin tidak lebih dari yang
ditetapkan pada masing-masing monografi.

Anda mungkin juga menyukai