Anda di halaman 1dari 19

1

STRATEGI PERENCANAAN AUDIT INTERNAL PEMERINTAH


DALAM MENCEGAH KORUPSI PENGADAAN DI ERA DISRUPSI

Mustofa Kamal1), Nasarudin2)


1)
kamalopek.bpkp.@gmail.com
2)
nasarudin.bpkp@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to disclose strategy in the APIP supervision planning according to
the mandate of SAAIPI 2014, Law 30/2014, Law 23/2014, PP 60/2008, Presidential
Regulation 16/2018, Presidential Regulation 54/2018 and disclose strategy in the synergy
between APIP, LKPP and APH in preventing corruption. Qualitative research methods are
used with literature studies, surveys, and retrospective studies. The results of the study
indicate that the internal supervisory mandate can be identified through the 2014 SAAIPI
relationship matrix with several regulations. The synergy planning supervision strategy
between APIP, LKPP and APH can be determined through a SWOT analysis of the role of
APIP. There are 4 choices of optimization strategies for the APIP role. For APIP who has
the capability, 3 can use the SO and ST strategies. Whereas for APIP who have capability
1 and 2 can use the strategies of WO and WT. The Whole of Governance can be synergized
between APIP, APH and LKPP, both in the form of coordination between institutions, the
formation of task forces and social coalitions.

Key Words; internal audit mandatory, SWOT and whole of government

ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk menyajikan strategi perencanaan audit internal APIP
sesuai mandat dari SAAIPI 2014, UU 30/2014, UU 23/2014, PP 60/2008, Perpres 16/2018,
Perpres 54/2018 dan strategi sinergi antara APIP, LKPP dan APH dalam pencegahan
korupsi pengadaan. Metode penelitian kualitatif digunakan dengan studi literatur, survai,
dan studi retrospektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mandat pengawasan intern
dapat diidentifikasi melalui matrik hubungan antar SAAIPI 2014 dengan beberapa
regulasi. Strategi sinergi perencanaan pengawasan antara APIP, LKPP dan APH dapat
ditentukan melalui analisis SWOT peran APIP. Ada 4 pilihan strategi optimalisasi peran
APIP. Bagi APIP yang memiliki kapabilitas 3 dapat menggunakan strategi SO dan ST.
Sedangkan bagi APIP yang memiliki kapabilitas 1 dan 2 dapat menggunakan strategi WO
dan WT. Whole of Government dapat dibangun antara APIP, APH dan LKPP, baik berupa
koordinasi antar lembaga, pembentukan gugus tugas maupun koalisi sosial.

Kata kunci; mandatori pengawasan intern, SWOT dan whole of government

A. LATAR BELAKANG
Upaya pencegahan korupsi pengadaan telah dilakukan pemerintah, antara lain
melalui kebijakan pengawasan intern dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2008 (PP 60/2008) tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan
beberapa kali perubahan kebijakan pengadaan mulai Peraturan Presiden (Perpres)
nomor 54 tahun 2010 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah (PBJP), Perpres
nomor 70 tahun 2012, Perpres nomor 4 tahun 2015, dan yang terbaru adalah Perpres
nomor 16 Tahun 2018.
2

Namun fakta menunjukkan korupsi PBJP menduduki peringkat kedua korupsi


sesuai jenis perkara yang ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ada 25%
korupsi PBJP atau 171 dari 688 korupsi di rentang waktu tahun 2004 sampai 2017
dengan trend yang meningkat (gambar 1). Bahkan, statistik pengaduan PBJP ke KPK
di semester I tahun 2018 menunjukkan 65,66% atau 1843 dari 2807 pengaduan PBJP
masuk kategori pengaduan berindikasi tindak pidana korupsi (TPK).
Gambar 1. Trend korupsi yang ditangani KPK, 2004-217
688 korupsi 171 korupsi PBJP

Sumber; KPK, 2018 diolah


Potret tata kelola PBJP, pasca penerbitan Perpres 16/2018, seyogyanya dapat
diperbaiki karena upaya pencegahan korupsi semakin jelas melalui mandatori
penguatan peran aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) dalam penanganan
pengaduan dan pengawasan PBJP sejak perencanaan sampai dengan serah terima
pekerjaan. Bahkan, standar audit auditor internal pemerintah indonesia (SAAIPI)
tahun 2014 memberi mandat kepada APIP agar mampu memberi nilai tambah
organisasi melelui evaluasi atas tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern
pemerintah, termasuk bidang PBJP.
Namun kondisi kapabilitas 627 APIP KLPD, tahun 2017, masih ada 24,72% atau
155 APIP berada di level 1 (initial), artinya; APIP belum dapat memberikan jaminan
atas proses tata kelola sesuai peraturan dan mencegah korupsi (BPKP, 2018). Bahkan,
kondisi independensi, pengawasan dan pengendalian internal pemerintah, dan APIP
KLPD masih lemah (Perpres 54/2018).
Selain itu, ada juga mandat koordinasi antara APIP dengan Aparat Penegak Hukum
(UU 30/2014, UU 23/2014, Perpres 54/2018) dalam pengawasan intern. Bahkan, APIP
juga harus mempertimbangkan keterlibatan kejaksaan dalam tata kelola pemerintahan
sejak adanya Keputusan Jaksa Agung Nomor: KEP-152/A/JA/10/2015 tentang
Pembentukan Tim Pengawal, Pengaman Pemerintahan dan Pembangunan (TP4).
Sementara itu, APIP juga harus koordinasi dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan.
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) yang berwenang mengembangkan sistem pengaduan
Pengadaan, sistem dan kebijakan PBJP sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan,
dengan mempertimbangkan tujuan, kebijakan, prinsip, dan etika PBJP (Perpres
16/2018).
Di samping beberapa mandat diatas, ada beberapa temuan penelitian sebelumnya
terkait strategi perencanaan yang dapat menjadi benchmark dalam perencanaan
pengawasan APIP. Perencanaan dapat dilakukan dengan; mengikuti standar audit
(Alfiah, 2018), membuat skala prioritas (Girsang, 2018; Meluk dkk, 2015), memenuhi
mandatori undang-undang (Suseno dan Sunarto, 2016) dan penggunaan sistem
informasi perencanaan (Setianingsih dkk, 2015). Untuk mendukung pemberantasan
korupsi, APIP dapat menggunakan analisis SWOT (Setiaji dkk, 2015; Manihutu dkk,
2014) dan menerapkan e_government (Hardjaloka, 2014).
Penguatan peran APIP dalam pencegahan korupsi melalui mandat di beberapa
regulasi ternyata belum memberi dampak yang optimal dalam menekan korupsi
pengadaan. Kondisi level kapabilitas APIP ternyata juga belum kondusif untuk
3

implementasi peran APIP dalam pencegahan korupsi pengadaan pasca penerbitan


Perpres 16/2018. Uraian ini mencerminkan ada gap antara “mandatori peran APIP”
yang seharusnya memberi nilai tambah pada organisasi” dengan “fakta tren
peningkatan korupsi pengadaan”. Sehingga ada permasalahan yang dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan antar mandatori pengawasan intern APIP yang ada di
SAAIPI 2014, UU 23/2014, UU 30/2014, PP 60/2008, Perpres 16/2018 dan Perpres
54/2018?
2. Bagaimana strategi perencanaan pengawasan intern APIP untuk dapat menjalankan
berbagai mandatori tersebut?
3. Bagaimana strategi sinergi perencanaan pengawasan intern APIP dengan LKPP dan
APH dalam kebijakan pencegahan korupsi pengadaan?
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk :
1. Menelaah dan identifikasi hubungan antar mandat pengawasan intern APIP yang
ada dalam SAAIPI 2014, UU 23/2014, UU 30/2014, PP 60/2008, Perpres 16/2018
dan Perpres 54/2018.
2. Mengungkap strategi perencanaan pengawasan APIP sesuai beberapa mandat
tersebut dan tercipta sinergi antara APIP, LKPP dan APH dalam pencegahan
korupsi pengadaan.
Di samping itu, penelitian ini juga bermanfaat bagi:
1. APIP, APH, LKPP, K/L/PD, pemangku kepentingan dan para pengambil kebijakan
untuk pengembangan perencanaan pengawasan intern dan pengembangan
lingkungan pengendalian yang kondusif dalam pencegahan korupsi pengadaan.
2. Para pelaku pengadaan, peneliti dan pemerhati dalam mendukung perbaikan tata
kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern PBJP.

B. KAJIAN LITERATUR
Ada beberapa mandatori dan teori terkait perencanaan dan atau pengawasan intern.
Mandatori perencanaan mengungkap bahwa perencanaan merupakan penentuan tindakan
masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya
yang tersedia. Penyusunan perencanaan harus sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan
tanggap terhadap perubahan berdasarkan data dan informasi yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan (UU 25/2004). Data dapat dalam bentuk kuantitatif maupun
kualitatif, antara lain melalui observasi, sedangkan “informasi” adalah data yang sudah
terolah yang digunakan untuk mendapatkan interpretasi tentang suatu fakta (penjelasan UU
25/2004). Untuk mendukung strategi nasional pencegahan korupsi, penyusunan
perencanaan perlu mengintegrasikan kebijakan, proses perencanaan, penganggaran dan
kinerja birokrasi (Perpres 54/2018).
Sedangkan mandatori pengawasan, SAAIPI 2014 mengungkap bahwa aktivitas audit
internal dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi.
Auditor internal perlu untuk mengevaluasi efektivitas 3 hal, yaitu tata kelola, manajemen
risiko dan pengendalian intern. Untuk itu, APIP dapat melakukan penugasan assurance
atau consulting. Dalam merencanakan penugasan, auditor internal harus
mempertimbangkan kondisi sistem pengendalian intern dan ketidakpatuhan auditan
terhadap peraturan perundang‐undangan, kecurangan, dan ketidakpatutan. APIP dapat
memilih jenis pengawasan intern sesuai PP 60/2008, yaitu penugasan assurance berupa;
audit, reviu, evaluasi dan pemantauan, atau penugasan consulting berupa; pendampingan,
pelatihan dan lain-lain.
Untuk mendukung strategi nasional pencegahan korupsi, APIP perlu mengarahkan
pengawasan intern pada; terciptanya tata kelola pemerintah dan budaya birokrasi anti
4

korupsi serta kapabilitas aparatur sipil negara (ASN) yang profesional dan berintegritas. Di
samping itu, harus ada peningkatan implementasi strategi pengawasan yang bersinergi,
terarah dan terpadu (Perpres 54/2018). Untuk mencapai hal itu, Whole of Government
(WoG) dapat APIP terapkan. WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan
sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik (LAN, 2017).
Di aspek pengawasan intern bidang PBJP, ada 6 ruang lingkup pengawasan intern, di
semua tahapan PBJP, yaitu; pemenuhan nilai manfaat uang, kepatuhan terhadap aturan,
pencapaian tingkat kandungan dalam negeri, penggunaan produk dalam negeri,
pencadangan paket untuk usaha kecil dan pengadaan berkelanjutan. Bahkan APIP harus
menindaklanjuti pengaduan masyarakat tentang penyimpangan proses PBJP yang disertai
bukti faktual, kredibel dan autentik, baik langsung atau melalui aparat penegak hukum
(Perpres 16/2018). Dalam konteks mendukung strategi nasional pencegahan korupsi,
pengawasan intern PBJP perlu diarahkan pada peningkatan independensi, transparansi dan
akuntabilitas proses pengadaan barang dan jasa (Perpres 54/2018).
Sedangkan di lingkup pemerintah daerah, PP 23/2014 juga mengungkap bahwa APIP
wajib melakukan pemeriksaan atas dugaan penyimpangan yang diadukan oleh masyarakat.
Bahkan, APH harus berkoordinasi dahulu dengan APIP dalam penanganan pengaduan
masyarakat. APIP harus membuktikan adanya penyimpangan yang bersifat administratif
atau ada yang bersifat pidana yang perlu proses lebih lanjut oleh APH. Sementara itu, UU
30/2014 memberi mandat kepada APIP dalam pengawasan atas penyalahgunaan
wewenang. APIP harus membuktikan; apakah informasi penyalahgunaan kewenangan
terbukti “tidak terdapat kesalahan”, “terdapat kesalahan administratif”, atau “terdapat
kesalahan administratif yang menimbulkan kerugian keuangan negara”.
Disamping beberapa mandatori diatas, ada beberapa penelitian sebelumnya terkait
perencanaan di berbagai bidang dengan berbagai tujuan penelitiannya (lampiran 1). Di
bidang audit, perencanaan audit laporan keungan telah dilakukan oleh Kantor Akuntan
Publik XYZ telah sesuai dengan desain yang dibuat dan sesuai dengan standar profesional
akuntan publik (Alfiah, 2018). Di bidang lain, skala prioritas perencanaan penanganan
jalan telah dibuktikan melalui studi literatur dan survai. Hasilnya berupa urutan 3 peringkat
tertinggi; aksesibilitas sebesar 39,5%, fungsi mobilitas, 26,1%, dan fungsi arus ruas jalan,
15,5% (Girsang, 2018). Sedangkan skala prioritas perencanaan rehabilitas embung
dibuktikan melalui survai dan observasi dengah hasil prioritas tertinggi adalah rehabilitasi
alat sadap embung, tingkat kerusakan 62% (Meluk dkk, 2015).
Sedangkan, proses perencananaan pembangunan kelurahan di kecamatan gunung pati
kota semarang telah sesuai dengan mandatori UU nomor 6 tahun 2014 tentang desa namun
prioritasnya masih di pembangunan fisik belum memperhatikan kebutuhan bidang lain
(Suseno dan Sunarto, 2016). Disamping itu, penggunaan sistem informasi perencanaan
daerah belum efektif karena identifikasi permasalahan belum optimal (Setianingsih dkk,
2015).
Perencanaan pengawasan APIP perlu mempertimbangkan kondisi tingkat kapabilitas
APIP. Masih ada 24,72% atau 155 dari 627 APIP berada di level 1 (initial), artinya; APIP
belum dapat memberikan jaminan atas proses tata kelola sesuai peraturan dan mencegah
korupsi (BPKP, 2018). Pertimbangan lain yang juga perlu adalah peta risiko fraud
pengadaan (Kamal, 2018).
Analisis strengths-weakness-opportunity-threats (SWOT) juga dapat digunakan untuk;
perencanaan strategi untuk permasalahan yang dominan (Manuhutu dkk, 2014) dan
sebagai bahan penyusun strategi pencegahan fraud (Setiaji dkk, 2015). Kemudian, APIP
5

perlu mengintegrasikan 4 strategi e-government, yaitu pencegahan, penegakan hukum,


pemberdayaan akses informasi, dan peningkatan kapasitas (Hardjaloka, 2014).
Dari uraian diatas dapat diungkap bahwa APIP harus berupaya memberi nilai tambah
organisasi dalam tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian intern. Bahkan dalam
menyusun strategi pencegahan korupsi, APIP dapat menggunakan analisis SWOT. APIP
perlu analisis kekuatan, kelemahan, peluang peran sesuai mandat dan potensi ancaman.

C. METODE PENELITIAN
Penulis mengunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut
Sugiyono adalah penelitian yang akan digunakan untuk meneliti kondisi objek alamiah
dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Gunawan, 2013). Temuan penelitian
kualitatif tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya
(Gunawan, 2015).
Penelitian ini dilakukan melalui studi literatur, studi retrospektif dan survai. Studi
literatur berupa kajian atas jurnal, artikel, buku, modul dan sumber literasi lainnya. Studi
kasus retrospektif dilakukan atas laporan kajian tentang kapabilitas APIP dari BPKP,
laporan pencegahan korupsi dari KPK dan laporan pengaduan pengadaan dari LKPP.
Sedangkan survai dilakukan secara online melalui google form kepada para aparat sipil
negara yang pernah diaudit oleh APIP.
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer berupa,
antara lain, data verbal dari informan yang berkenaan dengan penelitian. Data sekunder
berupa data yang diperoleh dari dokumen grafis dan lain-lain yang dapat memperkaya data
primer (Arikunto, 2014). Proses penelitian akan dilakukan seperti di gambar 2.
Gambar 2. Proses Penelitian
studi literatur terkait sinergi perencanaan dan sinergi pengawasan
mandatori penelitian sebelumnya

studi retrospektif
kapabilitas APIP risiko fraud pengadaan pengaduan pengadaan

survai kepada auditan


prioritas permasalahan auditan harapan peran APIP

analisis SWOT
analisis kekuatan dan kelemahan analisis peluang dan ancaman

whole of goverment dalam pencegahan korupsi


Simpulan strategi perencanaan pengawasan APIP
Sumber : diolah dari Arikunto, 2014; Gunawan, 2015; Setiaji dkk, 2015; Manihutu dkk, 2014;
LAN, 2017

D. PEMBAHASAN
1. Kajian Mandatori
Dari beberapa mandat pengawasan intern di bagian kajian literatur dapat diungkap
hubungan antar mandat melalui matrik di tabel 1.

Tabel 1. Matrik hubungan antar mandat pengawasan intern


6

Uraian terkait SAAIPI 2014


pengawasan &
Tata Kelola Manajemen Risiko Pengendalian Intern
perencanaan
Assurance atau consulting (SAAIPI 2014)
Pilihan jenis
Audit/reviu/evaluasi/pemantauan/kegiatan pengawasan lain (PP
pengawasan
60/2008: pasal 1 & pasal 48)
1. Pemenuhan nilai manfaat uang (value for money)
2. Kepatuhan terhadap Peraturan
Ruang lingkup
3. Pencapaian TKDN
(Perpres 16/2018;
4. Penggunaan produk dalam negeri
pasal 76)
5. Pencadangan paket untuk Usaha Kecil
6. Pengadaan berkelanjutan
Objek: proses
PBJP (Perpres
16/2018; pasal 76
ayat 2)
PBJP (Perpres 16/2018; Audit APIP
Pengaduan pasal 77) Lanjut ke APH jk indikasi KKN
Masyarakat Penyimpangan oleh ASN Bersifat administrasi: audit APIP
(UU 23/2014; pasal 385) Bersifat pidana: lanjut ke APH
Terbukti tidak terdapat kesalahan (ayat 2)
Penyalahgunaan
Audit Terbukti terdapat kesalahan administratif (ayat 2 &3)
wewenang (UU
(ayat 1) Terbukti kesalahan administrasi yang menimbulkan
30/2014; pasal 30)
kerugian keuangan negara (ayat 2 & 4)
integrasi kebijakan, proses perencanaan, penganggaran dan
Sasaran strategi
kinerja birokrasi
nasional
implementasi strategi pengawasan yang bersinergi, terarah dan
pencegahan
terpadu
korupsi (Lampiran
peningkatan independensi, transparansi dan akuntabilitas proses
Perpres 54/2018)
pengadaan barang dan jasa
Perencanaan menggunakan urutan pilihan dengan
Perencanaan (UU mempertimbangkan sumber daya yang ada (pasal 1)
25/2004) Sumber data perencanaan harus akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan (pasal 31)
Sumber: diolah dari standar audit dan beberapa regulasi
Dari tabel tersebut dapat diungkap bahwa apapun jenis, ruang lingkup dan objek
pengawasan intern, APIP harus mentaati standar audit. Untuk mendukung strategi
nasional pemberantasan korupsi, APIP harus meningkatkan kewaspadaan atas 2
sumber informasi objek pengawasan intern, yaitu pengaduan masyarakat dan
penyalahgunaan wewenang. APIP juga perlu mengarahkan strategi perencanaan
pengawasannya pada 3 sasaran, yaitu integrasi perencanaan, sinergi pengawasan dan
pengawalan peningkatan akuntabilitas PBJP. Dalam merencanakan pengawasan intern,
APIP harus menggunakan urutan pilihan, mempertimbangkan sumber daya yang ada
dan menggunakan data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

2. Kajian penelitian sebelumnya


APIP dapat menggunakan beberapa hasil penelitian sebelumnya untuk
mengoptimalkan implementasi mandat perencanaan pengawasan intern sebagai bagian
strategi nasional pencegahan korupsi (tabel 2).
Salah satu mandatori yang harus diperhatikan oleh APIP dalam perencanaan atau
pelaksanaan peran yakni Standar Auditor Intern Pemerintah Indonesia (SAAIPI) 2014.
SAAIPI 2014 mengungkap bahwakegiatan audit intern harus dapat mengevaluasi dan
7

memberikan kontribusi pada perbaikan tata kelola sektor publik, manajemen risiko, dan
pengendalian intern dengan menggunakan pendekatan sistematis dan disiplin.
Ada beberapa penelitian sebelumnya sejumlah 6 (enam) yang mengkaji efektivitas
dari perencanaan. Pertama, perencanaan dapat dilakukan dengan mengikuti standar
audit (Alfiah, 2018). Kedua, membuat urutan pilihan atau skala prioritas (Girsang,
2018; Meluk dkk, 2015). Ketiga, menurut Suseno dan Sunarto (2016) yang
mengungkap bahwa penentuan prioritas pembangunan belum sepenuhnya mengikuti
petunjuk dan cenderung mementingkan pembangunan fisik, sehingga diperlukan
pemenuhan kesesuaian dengan regulasi. Keempat, menurut Setianingsih dkk (2015)
dengan meneliti efektivitas sistem informasi perencanaan pembangunan daerah
(simrenda) dalam perencanaan pembangunan kota malang yang menyimpulkan bahwa
perencanaan pembangunan daerah merupakan pedoman pelaksanaan pembangunan
serta menjadi tolak ukur keberhasilan pembangunan daerah. Sehingga diperlukan
penggunaan sistem informasi perencanaan. Kelima, APIP dapat menggunakan analisis
SWOT (Setiaji dkk, 2015;Manihutu dkk, 2014) dan menerapkan e_government
(Hardjaloka, 2014)
Tabel 2. Matrik mandat perencanaan APIP dengan penelitian sebelumnya
SAAIPI 2014
Mandat perencanaan
Tata Kelola Manajemen Risiko Pengendalian Intern
Taat standar audit Alfiah, 2018
Taat regulasi Suseno dan Sunarto, 2016
Urutan pilihan atau skala
Girsang, 2018; Meluk dkk, 2015
prioritas
Pertimbangkan sumber daya Setyaningsih dkk (2015), Kamal (2018), Setiaji dkk
yang ada (2015); Manihutu dkk (2014)
Data akurat dan dapat
BPKP (2018)
dipertanggungjawabkan
Integrasi dan sinergi Hardjaloka (2014)
Sumber: diolah dari mandat dan beberapa penelitian sebelumny

Tabel tersebut mengungkap bahwa peran APIP dalam pencegahan korupsi harus
tetap dalam koridor mandat standar audit dan regulasi. Mandat pengawasan harus tetap
terkait dengan “tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern”. Strategi
sinergi perencanaan pengawasan internal dalam pencegahan korupsi pengadaan dapat
dilakukan dengan urutan proses; identifikasi jenis pengawasan intern sesuai mandat
standar audit dan regulasi, buat kajian peta atau permasalahan objek audit, analisis
SWOT, telaah jenis pengawasan sesuai permasalahan objek audit dan kondisi APIP,

3. Studi Retrospektif
Level Kapabilitas APIP
Laporan evaluasi pasca diklat peningkatan kapabilitas APIP mengungkapkan
tingkat kapabilitas APIP per 31 Desember 2017 (tabel 3). Level 1 (Initial), artinya;
kegiatan pengawasannya belum atau tidak ada praktik pengawasan yang tetap, tidak
ada kapabilitas yang berulang dan masih tergantung kepada kinerja individu auditor
sehingga APIP belum dapat memberikan jaminan atas proses tata kelola sesuai
peraturan dan mencegah korupsi.
Kemudian, level 2 (infrastructure), artinya; proses audit dilakukan secara tetap,
rutin dan berulang, sudah membangun infrastruktur namun baru sebagian yang telah
selaras dengan standar audit, dengan outcome mampu memberikan keyakinan yang
memadai proses sesuai dengan peraturan, mampu mendeteksi terjadinya korupsi.
Sedangkan, level 3 (Integrated), artinya; praktik profesional dan audit internal telah
8

ditetapkan secara seragam dan selaras dengan standar, dengan outcome APIP mampu
menilai efisiensi, efektivitas, dan ekonomis suatu program/kegiatan dan mampu
memberikan konsultasi pada tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern.
Tabel 3. Level kapabilitas APIP per 31 Desember 2017
Kapabilitas Unit APIP
APIP Pusat Prov Kab/ kota ∑
Level 1 26 1 128 155
Level 2 38 14 261 313
Level 3 21 19 119 159
∑ 85 34 508 627
Sumber: BPKP, 2018
Risiko Fraud Pengadaan
Risiko fraud adalah tingkat kerentanan yang dihadapi organisasi terkait dengan
terpenuhinya salah satu unsur dalam segitiga fraud yaitu niat, kesempatan dan
rasionalisasi melakukan perbuatan fraud, yang jika menjadi insiden akan berdampak
pada kerugian keuangan, kinerja dan reputasi organisasi baik secara langsung maupun
tidak langsung (Nurharyanto, 2016). Ada 58 risiko fraud yang telah dipetakan sesuai
dengan peringkat penanganannya (Kamal, 2018).
Disamping itu, studi retrospektif (kamal dan elim, 2018) atas hubungan antara
modus korupsi PBJP di laporan pencegahan korupsi pengadaan (KPK ) dengan para
pelaku PBJP (Perpres 16/2018) mengungkap bahwa 69,23% atau 9 dari 13 risiko fraud
pengadaan peringkat tertinggi ada di wilayah pimpinan atau PA/KPA (lampiran 2).
Penanganan Pengaduan Pengadaan
Statistik pengaduan PBJP ke KPK di semester I tahun 2018 menunjukkan 65,66% atau
1843 dari 2807 pengaduan pengadaan masuk kategori pengaduan berindikasi tindak
pidana korupsi (tabel 4). Data tersebut perlu menjadi pertimbangan penting oleh APIP
untuk mengoptimalkan peran pencegahan korupsi sesuai mandat Perpres 54/2018.
Tabel 4. Pengaduan pengadaan di KPK semester I 2018
Uraian Pengaduan Semester I 2018
%
PBJP Jan Feb Mar April Mei Juni ∑
Indikasi TPK 305 334 336 368 324 176 1843 65,66
Indikasi Non TPK 170 161 196 178 172 87 964 34,34
∑ 2807 100
Sumber : KPK, 2018

4. Survai terkait Kondisi Auditan


Survai online melalui google form kepada auditan dilakukan untuk mengetahui
permasalahan manajemen auditan dan harapan auditan atas peran APIP. Data
responden dan hasil respon di google form ada di lampiran 3. Hasil survai
menunjukkan ada 30,77% atau 12 dari 39 responden yang berpendapat bahwa “tidak
nyaman dengan kehadiran auditor yang akan atau sedang audit” dan “mendapat
perintah/permintaan data dari auditor diluar tugas pokok auditan”. Kemudian, ada
15,38% atau 6 dari 39 responden berpendapat bahwa “tidak diberitahu oleh auditor
tentang tujuan auditnya”.
Permasalahan Manajemen Auditan menurut persepsi Auditan
Ada 39 responden yang menjawab pertanyaan survai terkait permasalahan
manajemen yang perlu mendapat bantuan peran APIP (gambar 3). Auditan berpendapat
peringkat permasalahan manajemen yang tertinggi berupa; perencanaan kegiatan
(38,5% pendapat).
9

Gambar 3. Peringkat permasalahan manajemen auditan

Sumber: respon di google form, September 2018

Harapan Auditan tentang Peran APIP menurut persepsi Auditan


Hasil survai menunjukkan 39 responden berpendapat tentang peran APIP yang
diharapkan dengan isian dapat lebih dari 1 peran APIP (gambar 4). Ada 89,7% atau 35
dari 39 auditan mengharapkan peran APIP yang tertinggi berupa pendampingan.
Gambar 4. Peringkat harapan auditan tentang peran APIP

Sumber: respon di google form, September 2018

5. Analisis Strenght, Weakness, Opportunity dan Threat (SWOT) dan pendekatan


Whole of Government (WoG)
Analisis SWOT dilakukan dengan mengidentifikasi kelemahan, peluang dan
tantangan (BPKP, 2014). Zhafran (2017) mengungkap bahwa ada dua langkah utama
dalam analisis SWOT, yaitu; mengurai apa saja yang ada di 4 komponen utama analisis
SWOT dan membuat strategi berdasarkan matriks SWOT.
Sedangkan pendekatan WoG telah menjadi kecenderungan global yang diterapkan
baik di negara-negara maju maupun negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
WoG dapat diterapkan dalam 4 bentuk, yaitu penguatan koordinasi antar lembaga,
membentuk lembaga koordinasi khusus, membentuk gugus tugas dan koalisi sosial.
Gugus tugas merupakan bentuk pelembagaan koordinasi yang dilakukan di luar
struktur formal, yang sidatnya tidak permanen. Sedangkan koalisi sosial merupakan
bentuk informal dari penyatuan koordinasi antar sektor atau lembaga, tanpa perlu
membentuk pelembagaan khusus dalam koordinasi ini. Inisiatif koalisi sosial dapat
didorong antar aktor pemerintah, bisnis dan kelompok masyarakat. Koalisi sosial ini
mendorong adanya penyamaan nilai dan persepsi tentang suatu hal, sehingga pada
akhirnya akan terjadi koordinasi alamiah (LAN, 2017).
Dari kajian mandatori, penelitian sebelumnya, studi retrospektif dan survai auditan,
analisis SWOT dapat dilakukan dengan matrik di tabel 5. Analisis SWOT mengungkap
bahwa WoG perlu diterapkan dalam 1 bentuk (strategi SO), 2 bentuk (strategi WO), 3
bentuk (strategi ST), atau 4 bentuk (strategi WO).

Tabel 5. Matrik Analisis SWOT peran APIP


10

STRENGHTHS WEAKNESS
1. Kapabilitas 468 APIP ada di level 1
1. Kapabilitas 159 APIP ada di level atau 2
3 2. ada 30,77% auditor
MATRIK 2. Mampu memberikan konsultasi memerintah/meminta data pada pihak
ANALISIS 3. Mampu menilai efisiensi dan diluar tugas pokoknya
SWOT efektivitas program 3. ada 15,38% auditor tidak memberi
PERAN APIP 4. APIP mempunyai data prioritas tahu tujuan audit
permasalahan auditan 4. APIP tidak mempunyai data prioritas
5. APIP tahu peran yang dibutuhkan permasalahan auditan
auditan 5. APIP tidak tahu peran yang dibutuh
auditan
1. Ada mandat STRATEGI SO STRATEGI WO
standar
2. Ada mandat 1. Melakukan audit intern berbasis 1. Membangun kualitas kompetensi SDM
regulasi risiko dan permasalahan auditan APIP
(termasuk 2. Meningkatkan sosialisasi 2. Meningkatkan kompetensi untuk
OPPORTUNITIES

penanganan manajemen risiko ke auditan melakukan sosialisasi dan konsultansi


pengaduan dan 3. Bangun integrasi informasi 3. Melakukan survai kondisi dan
penyalahgunaa penanganan pengduan kebutuhan auditan dan mengkaji hasil
n wewenang) 4. Peningkatan transparansi hasil audit BPK
3. Ada 58 di peta pengawasan intern 4. Audit tujuan tertentu
risiko fraud 5. Peningkatan sinergi atau 5. Membentuk gugus tugas yang
PBJP di koordinasi antar lembaga dengan beranggotakan APIP, APH dan LKPP
auditan APH dan LKPP (bentuk WoG) (bentuk WoG)
4. Ada harapan 6. Membangun koordinasi antar lembaga
peran APIP (bentuk WoG)
dari auditan
1. Angka pengaduan STRATEGI ST STRATEGI WT
berindikasi
korupsi cukup 1. Sosialisasi dan pendampingan 1. Membuat peta kompetensi SDM APIP
tinggi (65,66%) manajemen risiko auditan dan merancang pengembangan
2. Pengaduan 2. Audit intern berbasis risiko kompetensi SDM APIP.
ditangani 3. Membangun kesepahaman secara 2. Melakukan survai kondisi dan
langsung oleh resmi dengan para auditan kebutuhan auditan
APH 4. Membentuk gugus tugas 3. Audit tujuan tertentu
3. Penyalahgunaan beranggotakan APIP, APH dan 4. Pertemuan reguler dengan pucuk
TREATHS

wewenang LKPP (bentuk WoG) pimpinan dan para pimpinan auditan


ditangani 5. Merancang program/kegiatan (bentuk WoG)
langsung oleh bersama antara APIP dan APH 5. Mengundang APH & LKPP menjadi
APH (bentuk WoG) narasumber sosialisasi UU 30/2014
4. Ada 9 risiko 6. Membentuk koalisi sosial yang dan Perpres 16/2018 (bentuk WoG)
fraud PBJP di mendorong kemudahan akses 6. Mempublikasikan hasil kajian dalam
wilayah pimpinan (bentuk WoG) rapat koordinasi rutin dengan APH dan
auditan LKPP (bentuk WoG)
5. Ada 30,77% 7. Membentuk koalisi sosial yang
auditan tidak mendorong kajian trend penanganan
nyaman dengan pengaduan dan penyalahgunaan
kehadiran auditor wewenang (bentuk WoG)
Sumber: diolah dari mandat, standar audit, studi retrospektif, survai auditan, Setiaji dkk (2015),
Manuhutu dkk (2014), BPKP (2014)

Menurut Wheelen dan Hunger dalam Zhafran (2017), matrik analisis SWOT
berupa kolom vertikal yang berisi External Factor Analysis Summary (EFAS) dan baris
horizontal yang berisi Internal Factor Analysis Summary (IFAS). Pada sel SO
diprogramkan strategi memanfaatkan peluang berkembang dengan menggunakan kekuatan
yang ada. Pada sel WO, diprogramkan strategi memanfaatkan peluang berkembang dengan
mengatasi kelemahan internal. Pada sel ST, disusun strategi memanfaatkan kekuatan untuk
11

menghindari ancaman. Pada sel WT, dibangun strategi memperkecil kelemahan dan pada
saat yang sama menghindari ancaman eksternal.
Dari tabel 5 dapat diungkap bahwa kolom vertikal berupa kesempatan dan ancaman
yang dihadapi APIP. Kesempatan yang dimiliki APIP berupa berbagai mandat pengawasan
dan pencegahan korupsi pengadaan dan informasi ancaman APIP berupa beberapa hasil
survai pada auditan dan pelanggaran mandat dari APH atas regulasi penanganan
pengaduan.
Sementara itu, di baris horizontal berisi kekuatan dan kelemahan internal APIP.
Kekuatan APIP berupa kapabilitas APIP di level 3 dan APIP memiliki data permasalahan
dan harapan auditan. Sedangkan kelemahan internal APIP berupa kapabilitas APIP
dibawah level 3 dan SDM APIP masih banyak melakukan pelanggaran kode etik dan
standar audit.
Kemudian, dari kombinasi kolom vertikal dan baris horizontal tersebut, APIP perlu
menggunakan strategi sesuai dengan sel SO, WO, ST, atau WT. Sebagai contoh di sel WT,
kondisi kelemahan internal APIP berupa kapabilitas APIP di level dibawah 3, SDM APIP
banyak melakukan pelanggaran, sementara ada ancaman eksternal berupa auditan tidak
nyaman dengan kehadiran auditor maka salah satu strategi WT berupa Membuat peta
kompetensi SDM APIP dan merancang pengembangan kompetensi SDM APIP.

E. KESIMPULAN
Penelitian ini mempunyai 2 tujuan, yaitu; 1) untuk menelaah dan identifikasi
hubungan antar mandat pengawasan intern APIP yang ada dalam SAAIPI 2014, UU
23/2014, UU 30/2014, PP 60/2008, Perpres 16/2008 dan Perpres 54/2018 dan 2) untuk
mengungkap strategi inovasi perencanaan pengawasan APIP sesuai mandat-mandat
tersebut dan tercipta sinergi antara APIP, LKPP dan APH dalam pencegahan korupsi
pengadaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mandat pengawasan intern dapat
diidentifikasi melalui matrik hubungan antar SAAIPI 2014 dengan beberapa regulasi.
APIP dapat mengoptimalkan mandat dalam memilih jenis pengawasan, objek pengawasan,
ruang lingkup pengawasan, pengaduan pengadaan dan penyalahgunaan wewenang.
Pelaksanaan mandat tersebut perlu diarahkan pada capaian sasaran strategi nasional
pencegahan korupsi dan perlu direncanakan dengan data yang akurat.
Sedangkan temuan penelitian kedua membuktikan bahwa strategi perencanaan
APIP dalam pencegahan korupsi pengadaan dapat dilakukan dengan analisis SWOT.
Analisis atas kondisi internal APIP, berupa, antara lain, level kapabilitas APIP, dan analisis
eksternal APIP, berupa telaah peta risiko fraud pengadaan di auditi, telaah tren pengaduan
pengadaan, telaah kondisi permasalahan auditi, dan survai harapan auditi. Bagi APIP yang
memiliki kapabilitas 3 dapat menggunakan strategi SO dan ST. Sedangkan bagi APIP yang
memiliki kapabilitas 1 dan 2 dapat menggunakan strategi WO dan WT. Kemudian, sinergi
peran pengawasan APIP dalam pencegahan korupsi dapat dibangun melalui WoG antara
APIP, APH dan LKPP, baik berupa koordinasi antar lembaga, pembentukan gugus tugas
maupun koalisi sosial.
Implikasi penelitian ini pada ilmu pengetahuan adalah ada beberapa penelitian
lanjutan yang dapat dikembangkan terkait pencegahan korupsi oleh APIP. Penelitian
berikutnya dapat menggunakan objek APIP secara langsung di pemerintah daerah atau
instansi pemerintah tertentu. Peneliti juga dapat menggunakan level maturitas SPIP sebagai
potret kondisi eksternal APIP. Selain itu, penelitian ini juga berimplikasi; APIP harus
membangun kapabilitas agar peran APIP benar-benar memberi nilai tambah bagi auditan.
12

DAFTAR PUSTAKA
Alfiah, 2018, analisis perencanaan audit laporan keuangan studi pada kantor akuntan publik xyz,
skripsi FEB UIN, Jakarta, 2018
Arikunto Suharsimi, 2014, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, PT Rineka Cipta,
Jakarta
BPKP, 2014, Analisis Kebijakan Publik, Moduk Diklat JFA penjenjangan tingkat madya,
Pusdiklatwas BPKP, Bogor, 2014
BPKP, 2018, Laporan Evaluasi Pasca Diklat Peningkatan Kapabilitas APIP, Pusdiklatwas BPKP,
Bogor, 2018
Girsang, 2018, kajian kriteria penentuan skala prioritas pada proyek penanganan jalan nasional
(Studi Kasus Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Provinsi Sumatera Utara),
jurnal POLITEKNOLOGI VOL. 17 No. 1 JANUARI 2018
Gunawan Imam, 2015, Metode Penelitian Kualitatif, diakses dari http://fip.um.ac.id/wp-
content/uploads/2015/12/3_Metpen-Kualitatif.pdf, pada 1 Maret 2018
Gunawan Imam, 2013, Metode Penelitian Kualitatif:Teori dan Praktik, PT Bumi Aksara, Jakarta:
Hardjaloka Loura, 2014, Studi Penerapan E-Government di Indonesia dan negara lainnya sebagai
solusi pemberantasan korupsi di sektor publik, Jurnal RechtsVinding, Volume 3 Nomor 3,
Desember 2014, hlm. 435-452
Kamal Mustofa dan Elim John, 2018, good governance strategy at indonesian government
procurement in disruptive era: retrospective case study, Karya tulis ilmiah yang
dipresentasikan dalam konferensi internasional “The2nd International Conference on
Adminstrative Science, Policy, and Governance Studies (ICAS PGS) 2018, tanggal 30-31
Oktober 2018, hotel aston priority simatupang, FIA UI, Jakarta
Kamal Mustofa, 2018, Peta Risiko Fraud PBJP: Studi kasus prospektif dan retrospektif, Karya
tulis ilmiah yang dipresentasikan dalam konferensi nasional “Temu Profesional Pengadaan
dan Lomba Karya Tulis Pengadaan 2018”, tanggal 30 Agustus 2018, Hotel Sunlike, IPI-
LPKN-LKPP, Jakarta,
KPK. 2018. Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Jenis Perkara. (Internet). Tersedia di
http://acch.kpk.go.id/id/statistik/tindak-pidana-korupsi/tpk-berdasarkan-jenis-perkara
LAN, 2017, whole of government, Modul Pelatihan Dasar Calon PNS, LAN, Jakarta
Laporan kajian pencegahan korupsi pada PBJP, KPK, Jakarta, 2014
Manuhutu Jacob Novi, Zacoeb Achfas, dan Wijatmiko Indradi, 2014, evaluasi keberhasilan
penerapan pengadaan barang/jasa dengan sistem full e-procurement terhadap penyedia jasa
studi kasus: di balai pelaksanaan jalan nasional ix maluku dan maluku utara, Jurnal Spectra,
Nomor 23 Volume XII, Januari 2014: 11-26
Meluk Yohanes, Suprapto Mamok dan Syafii, 2015, penyusunan skala prioritas program
rehabilitasi embung kecil di kabupaten kupang provinsi NTT, Jurnal Teknik Sipil Magister
Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Vol. III. No. 1 - Maret 2015 ISSN: 2339-0271
Nurharyanto, Pendekatan Teori Permainan dan Konsep Assesmen Risiko Fraud Untuk Melakukan
Pencegahan dan Pendeteksian Fraud Pada Sektor Publik, Karya Tulis Ilmiah, Majalah
Kampus Pengawasan: Media Komunikasi Diklat Auditor, Edisi Januari 2016, Pusdiklatwas
BPKP, Bogor, 2016
Setiaji Tomi Konstantia, Jati Sutopo Patria, Arso Septo Pawelas, 2015, analisis faktor internal dan
eksternal sebagai bahan penyusun strategi pencegahan fraud dana kapitasi puskesmas di
kota semarang, JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal), Volume 3, Nomor 3,
April 2015 (ISSN: 2356-3346), http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Setianingsih Budhi, Setyowati Endah, Siswidiyanto, 2015, efektivitas sistem perencanaan
pembangunan daerah (simrenda) (Studi pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kota Malang), Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 11, Hal. 1930-1936
Suseno Deky Aji, Sunarto St, analisis perencanaan pembangunan desa berbasis undang – undang
desa no 6 tahun 2014 di kecamatan gunungpati kota semarang , jurnal STIE Semarang, vol
8, no 2, Edisi Juni 2016 (ISSN : 2252-826)
Zhafran Ghani Al Rafisqy, 2017, Contoh Analisis SWOT | Lengkap Pengertian, Tujuan, Manfaat,
dan Cara Membuatnya, https://ekspektasia.com/contoh-analisis-swot/ diakses 27 Juni 2019
13

Lampiran 1.
Beberapa penelitian terkait perencanaan dan pengawasan intern
Metode
Peneliti Tujuan penelitian Hasil Penelitian
penelitian
untuk mengetahui
kesesuaian
perencanaan audit Analisis 1. Operasional perencanaan audit
laporan keuangan deskriptif laporan keuangan yang dilakukan di
KAP XYZ terhadap dengan KAP XYZ telah sesuai dengan desain
1. Alfiah, desain dan judgement yang telah dibuat oleh KAP XYZ.
2018 perancangan sampling dalam 2. Perencanaan audit yang dilakukan
perencanaan pemilihan oleh KAP XYZ telah mengikuti
audit laporan sampel standar
keuangan menurut penelitian yang berlaku yaitu SPAP
SPAP.

Kualitatif dan Ada 58 risiko fraud PBJP di peta


kuantitatif risiko fraud PBJP
Untuk membuat
2. Kamal, dengan studi Ada 2 risiko fraud PBJP di level
contoh peta risiko
2018 kasus, studi tertinggi yaitu perencanaan tidak
fraud PBJP
literatur dan sesuai kebutuhan dan perencanaan
survai sesuai keinginan pihak tertentu.
Analytical
Prioritas penganganan jalan dengan
Hierarchy
urutan peringkat; fungsi aksesibilitas
Untuk menentukan Process (AHP)
3. Girsan, (39.5 %), fungsi mobilitas (26.1 %),
perencanaan prioritas dengan studi
2018 fungsi arus ruas jalan (15.5 %),
penanganan jalan literatur,
fungsi ruas jalan (13 %) dan fungsi
diskusi, dan
biaya pemeliharaan (6 %).
kuesioner
Untuk membuktikan
kesesuaian
Analisis Perencanaan pembangunan kelurahan
perencanaan
deskriptif telah sesuai Undang-undang No 6
4. Suseno pembangunan desa
dengan Tehnik Tahun 2014, namun penentuan skala
dan dengan undang–
sampling prioritasnya belum sesuai berupa
Sunarto, undang desa no 6
“proporsional rencana pembangunan masih terpusat
2016 tahun 2014 di
area cluster pada pembangunan fisik, belum ada
kecamatan
sampling” pemerataan antar bidang
gunungpati kota
semarang.
Analitycal
Untuk menentukan
Hierarki Process Skala prioritas yang direhabilitasi
Perencanaan prioritas
(AHP) dengan adalah alat sadap embung karena
5. Meluk penanganan bagian
analisis komponen kerusakan embung
dkk, 2015 dari Embung Naioni,
deskriptif dan mencapai 62% atau yang masih
Kecamatan Alak,
survai dan berfungsi hanya 38%
Kabupaten Kupang
observasi
Untuk mengetahui pengaplikasian Simrenda masih
efektivitas sistem belum efektif. Penyebabnya;
informasi Analisis minimnya upaya identifikasi
6. Setianings perencanaan deskriptif permasalahan pembangunan daerah,
ih dkk, pembangunan daerah dengan terbatasnya kemampuan sumber daya
2015 (simrenda) dalam pendekatan manusia di BAPPEDA serta tingkat
perencanaan kualitatif. kepuasan masyarakat terhadap hasil
pembangunan kota pembangunan daerah di Kota Malang
malang. yang masih rendah
Untuk mengetahui kualitatif Hasil analisis faktor internal dan
strategi untuk deskriptif Eksternal pengelola dana kapitasi
7. Setiaji
mencegah fraud dana dengan puskesmas menunjukan posisi
dkk, 2015
kapitasi di puskesmas pendekatan organisasi peneglola dana kapitasi
kota semarang cross sectional puskesmas berada di kuadran I
14

study melalui Hasilnya berupa Analisis SWOT


analisis SWOT. untuk identifikasi strategi mencegah
fraud dana kapitasi puskesmas di kota
semarang
Good governance harus diterapkan
Untuk mengkaji
Penelitian melalui integrasi e-government dalam
penerapan e-
hukum normatif 4 strategi; pencegahan, penegakan
government di
8. Hardjalok dengan studi hukum, pemberdayaan akses
Indonesia dan negara
a, 2014 pustaka melalui informasi, dan peningkatan kapasitas.
lain dalam
analisis data Penerapan e-goverment di Indonesia
pemberantasan
sekunder masih konteks interaksi belum ke
korupsi
tahap transformasi.
Untuk mengetahui
penelitian
pengaruh
kuantitatif
permasalahan waktu,
berupa data
peraturan, kondisi variabel SDM berpengaruh dominan
9. Manuhutu kualitatif yang
infrastruktur, SDM terhadap keberhasilan penerapan Full
dkk, 2014 diangka-kan
dan sosialisasi pada e-Procurement.
(scoring)
keberhasilan pada
dengan analisis
penerapan Full
SWOT
eProcurement
Sumber: diolah dari berbagai jurnal

Lampiran 2
Government procurement risk owners
Risk The procurement fraud risks in Procurement Goverment procurement risk owners
Code Corruption mode PA KPA PPK UKPBJ PPHP
Stages of procurement planning and preparation:
The project has been sold to the vendor before
1 1 1
the budget is approved / authorized
2 Procurement is not as needed 1 1
Conspiracy between legislative members,
3 1 1
ministries / agencies and vendors
Owner’s estimate and technical specifications are
4 1 1 1
made by the vendor
5 Price mark up 1 1 1
Stages of Procurement Implementation:
6 The announcement is limited 1
7 Manipulation of winner tender 1
8 Manipulation of tender documents 1
Conspiracy between management, Committing
9 Officer (PPK), Tender Working Group, 1 1 1
Recipient Team, Treasurer
10 Manipulation of handover documents 1 1
Stages of supervision and accountability of
procurement
11 Bribery to related parties 1 1 1 1 1
12 Bribery to auditors to remove audit findings 1 1
Bribes to law enforcement to reduce the
13 1 1 1 1 1
punishment
∑ procurement fraud risk for each risk owner 9 9 6 5 3
% ∑ proc fraud risk for each risk owner from
69,23 69,23 46,15 38,46 23,08
total proc fraud risk
Source: Kamal dan Elim, 2018
15

Lampiran 3
Data responden dan hasil respon di google form september 2018
apakah
anda apakah
inspektorat
senang/ pada
apakah (APIP)
nyaman saat
pada mempunyai
pada diaudit, permas
saat peran assurance
saat anda alahan
kedatan (audit, reviu,
datang pernah di
gan evaluasi dan
masa auditor mendap kantor
auditor pemantauan) dan
jabata dari at anda
dari consulting
n inspekt perintah yang berikan saran anda
Timesta jabatan inspekt (advisory,
anda orat /permint perlu untuk kiprah APIP
mp anda orat, facilitating,
(tahun yang aan mendap yang lebih efektif
anda training). Anda
dan akan data at
diberi lebih
bulan) atau yang bantuan
tahu mengharapkan
sedang tidak peran
tentang peran APIP lebih
melaku sesuai APIP
tujuan banyak yang
kan dengan adalah
auditny mana (jawaban
audit di tugas
a? bisa lebih dari
kantor pokok
satu)
bapak/i anda?
bu ?
advisory (pemberi
Tim saran melalui
perenca Memperjelas tujuan
8/9/2018 pengada konsultansi),
1 th Tidak Ya Ya naan audit dan peningkatan
8:36:10 an pusk facilitating
kegiatan pendampingan
KNG (pendampingan),
training
reviu,
pemantauan,
1
advisory (pemberi perenca
8/9/2018 Kasi tahun Pembimbingan yg
Ya Ya Tidak saran melalui naan
8:36:24 yankes 3 sifatnya preventif
konsultansi), kegiatan
bulan
facilitating
(pendampingan)
evaluasi, advisory
penunju
Operator 2 (pemberi saran Pada saat audit jika
kan
8/9/2018 e- tahun melalui ditemukan masalah,
Tidak Ya Tidak SDM
8:36:24 purchasi 8 konsultansi), juga diberikan saran
(Organiz
ng bulan facilitating untuk penyelesaiannya
ing)
(pendampingan)
audit, reviu,
evaluasi,
pemantauan,
14
advisory (pemberi penyusu
8/9/2018 tahun
Perawat Ya Ya Ya saran melalui nan Ojt
8:36:30 8
konsultansi), laporan
bulan
facilitating
(pendampingan),
training
evaluasi,
perenca
8/9/2018 1 pemantauan, Lebih berjenjang dan
PPTK Tidak Ya Tidak naan
8:37:13 tahun facilitating berkelanjutan
kegiatan
(pendampingan)
Kasi
Promkes
evaluasi,
dan penyusu
8/9/2018 6 pemantauan, Pendampingan scr
Pember Ya Ya Tidak nan
8:37:42 tahun facilitating kontinyu
dayaan laporan
(pendampingan)
Masyara
kat
evaluasi,
diharapkan dapat
pemantauan, penyusu
8/9/2018 2 memberikan masukan
PPTK Tidak Ya Tidak advisory (pemberi nan
8:37:44 tahun dalam manajemen
saran melalui laporan
keuangan
konsultansi)
evaluasi, advisory
memberikan
(pemberi saran
pelaksa saran/masukan secara
8/9/2018 12 melalui
Pptk Ya Ya Tidak naan baik, sabar, benar
8:37:49 bulan konsultansi),
kegiatan trhadap pelaksananaan
facilitating
keg
(pendampingan)
8/9/2018 PPTK 1 thn 2 Tidak Ya Ya evaluasi, advisory penunju jika terjadi kesalahan....d
16

8:38:16 bln (pemberi saran kan mohon d berikan


melalui SDM solusi/pemecahan
konsultansi), (Organiz masalah
facilitating ing)
(pendampingan),
training
audit, evaluasi,
Operator advisory (pemberi Selain kgiatan Audit, jg
penyusu
8/9/2018 E 2 saran melalui diharapkn bs sbg
tidak Ya Tidak nan
8:38:51 purchasi Tahun konsultansi), Konsulen dan Fasilitator
laporan
ng facilitating yg baik dan brkompeten
(pendampingan)
audit, reviu,
evaluasi,
pemantauan,
advisory (pemberi penyusu
8/9/2018 FISIOTE 9 datang secara berkala
Ya Ya Ya saran melalui nan
8:38:57 RAPIS tahun dan terjadwal
konsultansi), laporan
facilitating
(pendampingan),
training
advisory (pemberi
saran melalui penyusu
8/9/2018 5
Staf TU Ya Tidak Tidak konsultansi), nan Lebih profesional
8:39:57 tahun
facilitating laporan
(pendampingan)
advisory (pemberi
Pejabat
saran melalui
Pelaksa pelaksa
8/9/2018 2 konsultansi), Pendekatan persuasif
na Tidak Tidak Tidak naan
8:40:57 tahun facilitating apabila ada temuan
Teknis kegiatan
(pendampingan),
Kegiatan
training
perenca
8/9/2018
Pptk 20bln Ya Ya Tidak Pemantauan naan Tidak ada
8:41:45
kegiatan
audit, reviu,
ASISTE
evaluasi,
N
pemantauan, lebih intens untuk
APOTE 0
advisory (pemberi perenca melakukan
8/9/2018 KER Tahun
Ya Ya Ya saran melalui naan pendampingan baik
8:42:00 PELAKS 07
konsultansi), kegiatan mulai perencanaan
ANA Bulan
facilitating sampai akhir pelaporan
LANJUT
(pendampingan),
AN
training
audit, reviu,
evaluasi,
Staf pemantauan,
Program advisory (pemberi pelaksa
8/9/2018 7 Menjalankan peran
& Ya Ya Ya saran melalui naan
8:43:05 tahun APIP secara continue
Keuang konsultansi), kegiatan
an facilitating
(pendampingan),
training
audit, advisory
(pemberi saran
PPATK melalui perenca
8/9/2018
PKM 2 TH Ya Ya Tidak konsultansi), naan OK
8:43:19
KNG facilitating kegiatan
(pendampingan),
training
Perlu adanya
Kasi pemantauan, penyusu
8/9/2018 1thn 3 pendampingan dalam
kesling Ya Ya Tidak facilitating nan
8:44:28 bln penyusunan program
kesjaor (pendampingan) laporan
dan laporan
evaluasi,
pemantauan,
advisory (pemberi perenca
8/9/2018 1th Lebih kearah
PPTK Tidak Ya Tidak saran melalui naan
8:45:36 2bln membimbing
konsultansi), kegiatan
facilitating
(pendampingan)
audit, reviu, Sebagai bemper
Konsulta perenca
8/9/2018 evaluasi, pengelola keuangan dari
n 26 thn Ya Ya Tidak naan
8:46:32 pemantauan, tindakan kriminalisasi
individu kegiatan
advisory (pemberi oleh aph
17

saran melalui
konsultansi)
reviu, evaluasi,
Kasubba
advisory (pemberi Agar dalam
g 1
saran melalui penyusu melaksanakan audit,
8/9/2018 Bantuan tahun
ya Ya Ya konsultansi), nan bersikap profesional dan
8:46:34 Hukum 8
facilitating laporan mengedepankan aspek
dan bulan
(pendampingan), evaluasi dan pembinaan
HAM
training
advisory (pemberi
saran melalui
Pejabat penyusu
8/9/2018 3 konsultansi), Agar lebih profesional
pengada Tidak Ya Ya nan
8:48:30 tahun facilitating dan paham barjas
an laporan
(pendampingan),
training
evaluasi,
pemantauan, penunju
Pembina 1
advisory (pemberi kan
8/9/2018 jasa tahun
Ya Ya Tidak saran melalui SDM Sesuai aturan saja
8:49:13 konstruk dan 8
konsultansi), (Organiz
si bulan
facilitating ing)
(pendampingan)
audit, reviu,
evaluasi,
2017 pemantauan,
perenca
8/9/2018 Sekretar s/d advisory (pemberi Peningkatan kapasitas
Ya Ya Tidak naan
8:49:23 is Dinas sekara saran melalui SDM Auditor
kegiatan
ng konsultansi),
facilitating
(pendampingan)
audit, reviu,
evaluasi,
pemantauan,
advisory (pemberi perenca
8/9/2018 Widyais 20121
Ya Tidak Tidak saran melalui naan APIP untuk lebih tegas
8:53:35 wara 2
konsultansi), kegiatan
facilitating
(pendampingan),
training
advisory (pemberi
saran melalui
perenca Lebih mengerti kondisi
8/9/2018 Kepala 5 konsultansi),
Tidak Ya Tidak naan real di lapangan dan
8:56:38 seksi tahun facilitating
kegiatan memberi solusinya
(pendampingan),
training
1. Agar independen,
tanpa bisa diintervensi
pihak lain terutama
atasan.
2. SDM yang handal dan
profesional.
Widyais
2 thn penyusu 3. Sangat
8/9/2018 wara audit, facilitating
11 Ya Ya Tidak nan mengutamakan
9:03:23 Ahli (pendampingan)
bulan laporan kejujuran, disiplin,
Madya
integritas dan tdk
tercela.
4. Prioritas
pendampingan,
evaluasi, dan tindakan
preventif.
reviu, advisory
Image APIP masih
(pemberi saran
1 identik sbg pemeriksa,
melalui pelaksa
8/9/2018 tahun yang mestinya menjadi
PPK Ya Ya Tidak konsultansi), naan
9:06:57 8 partner para pihak
facilitating kegiatan
bulan dalam pelaksanaan
(pendampingan),
kegiatan
training
- peningkatan kualitas
dan kuantitas SDM
advisory (pemberi
auditor khususnya utk
saran melalui perenca
8/9/2018 Pelaksa 6 probity audit
Ya Ya Tidak konsultansi), naan
9:11:04 na bulan - melakukan
facilitating kegiatan
peningkatan SDM SKPD
(pendampingan)
melalui training yang
dilakukan oleh APIP
18

- menyediakan klinik utk


konsultasi, contonya
procurement clinik
- melakukan peran
(assurance dan
consulting) secara
berkala minimal setiap 3
bulan
reviu,
pemantauan,
advisory (pemberi
Kepala pelaksa
8/9/2018 8 saran melalui
Subbagi Tidak Ya Ya naan Probity Audit
9:16:04 tahun konsultansi),
an kegiatan
facilitating
(pendampingan),
training
harusnya apip memiliki
pengetahuan yg lebih
tinggi/luas terhadap
audit, advisory
peraturan pengadaan
ketua (pemberi saran
2018 pelaksa barang/jasa, dan dapat
8/9/2018 pokja melalui
desem Ya Tidak Ya naan memetakan kesulitan
9:36:50 pemiliha konsultansi),
ber 31 kegiatan yang realitis pelaku
n facilitating
pengadaan. lebih
(pendampingan)
mengutamakan
pencegahan daripada
penindakan.
audit, advisory
19 (pemberi saran
perenca Apip supaya lebih aktif
8/9/2018 Pokja Tahun melalui
Ya Tidak Tidak naan mengadvise para pelaku
9:49:29 ULP 3 konsultansi),
kegiatan pbj
bulan facilitating
(pendampingan)
auditor jangan mencari
cari kesalahan dan
audit, advisory temuan jangan dijadikan
33 penyusu
8/9/2018 pensiun (pemberi saran untuk adu tawar serta
tahun Ya Ya Tidak nan
10:27:30 an melalui bila ditemukan
lebih laporan
konsultansi) ketidaksesuaian hrs
memberikan saran
tertulis
Saran saya khususny
untuk APIP, yang paling
utama diperhatikan
sesuai kan lah aturan
tempatan dengan
pemerintah pusat.
reviu, evaluasi, Kemudian ketika
pemantauan, mengaudit usahakan
advisory (pemberi jangan hanya
perenca
8/9/2018 2017_ saran melalui menyalahkan saja,
Kaur Ya Tidak Tidak naan
10:43:26 2021 konsultansi), profesional lah Karena
kegiatan
facilitating kami tidak sepenuhnya
(pendampingan), paham kalau terus
training disalahkan kapan kita
bisa benar. Usahakan
sadar diri dampingi dulu
saat penyusunan dan
baru lah kita merasa
nyaman kita ada peng
auditan.
audit, evaluasi,
advisory (pemberi
penyusu kiprah apip sejak
8/9/2018 kepala 4 saran melalui
Ya Ya Tidak nan perencanaa pengadaan
10:49:30 bidang tahun konsultansi),
laporan dan pelaksanaannya
facilitating
(pendampingan)
APIP harus selalu di
7 evaluasi,
pelaksa update pengetahuannya
8/9/2018 tahun pemantauan,
Ppk Ya Ya Tidak naan terutama tentang PBJ.
11:28:23 8 facilitating
kegiatan Khusus APIP wajib lulus
bulan (pendampingan)
sertifikasi PBJ
8/10/201 Widyais 6 advisory (pemberi penunju
Bersama membangun
8 wara Tahun Ya Ya Ya saran melalui kan
Indonesia Raya
6:00:07 Ahli 5 konsultansi), SDM
19

Madya Bulan facilitating (Organiz


(pendampingan), ing)
training
pemantauan, SDM APIP perlu
10 advisory (pemberi menupgrade ilmu ilmu
8/10/201 perenca
tahun saran melalui baru.. sehingga
8 PoKja Ya Ya Ya naan
dan 06 konsultansi), memahami
14:45:10 kegiatan
bulan facilitating permasalahan lebih
(pendampingan) konperhensif
APIP harus selalu di
7 evaluasi,
8/11/201 pelaksa update pengetahuannya
tahun pemantauan,
8 Ppk Ya Ya Tidak naan terutama tentang PBJ.
8 facilitating
0:09:10 kegiatan Khusus APIP wajib lulus
bulan (pendampingan)
sertifikasi PBJ

Anda mungkin juga menyukai