Disusun Oleh:
Nama :
NDH : 04
Instansi : Badan Pengawasan Keuangan & Pembangunan
Penulis
Salah satu permasalahan besar yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini
adalah masih tingginya tingkat korupsi. Selama tahun 2014 sampai dengan
2016, tercatat 124 anggota DPR/DPRD, 17 gubernur, dan 58 walikota/bupati
atau wakilnya terjerat kasus korupsi. Pada tahun 2017, KPK melakukan
Operasi Tangkap Tangan (OTT) sebanyak 17 kasus yang melibatkan 72 orang
sebagai tersangka dari berbagai jabatan, mulai dari aparat penegak hukum,
anggota legislatif hingga kepala daerah. Jumlah tersebut belum termasuk
perkara korupsi yang ditangani oleh Aparat Penegak Hukum lainnya yaitu
Kepolisian dan Kejaksaan maupun BPK, BPKP dan Aparat Pengawasan Intern
Kementerian/Lembaga, dan Pemerintah Daerah. Data dari Indonesia
Corruption Watch (ICW) menyebutkan bahwa pada tahun 2017 terdapat 576
perkara korupsi dengan nilai kerugian Negara mencapai Rp6,5 triliun dan
suap Rp211 miliar serta jumlah tersangka sebanyak 1.298 orang, meningkat
cukup signifikan dibandingkan tahun 2016 sebanyak 482 kasus korupsi
dengan nilai kerugian Negara mencapai Rp1,5 triliun dan jumlah tersangka
sebanyak 1.101 orang.
Korupsi dapat terjadi karena lemahnya sistem pengendalian intern yang ada
di suatu organisasi, sehingga membuka kesempatan (opportunity) orang
untuk melakukan korupsi. Di samping itu, tidak adanya pengungkapan
(exposure) dan rasionalisasi bahkan normalisasi perbuatan korupsi
mendorong orang melakukan hal yang sama. Modus perbuatan korupsi juga
beragam, dari yang sederhana seperti mengambil anggaran untuk
kepentingan pribadi, pengeluaran fiktif, suap menyuap, sampai dengan yang
kompleks merekayasa kegiatan/proyek dengan melibatkan (kolusi) banyak
Korporasi dan masyarakat punya peran yang tidak kecil dalam terjadinya
korupsi. Korporasi yang hanya mengejar keuntungan dari suatu proyek
pemerintah, sering kali mengabaikan nilai dan proses sesuai peraturan
bahkan berkolusi dengan pihak pemerintah. Masyarakat yang seharusnya bisa
berperan dalam memerangi korupsi, sering kali bersikap apatis bahkan
mereka melakukan perbuatan yang melanggar peraturan. Korporasi dan
masyarakat sebagai bagian dari pilar good governance, seharusnya turut aktif
berkontribusi agar korupsi tidak tumbuh subur di Indonesia.
Kasus korupsi juga terjadi dalam proses penegakan hukum. Oknum aparat
penegak hukum yang nakal dapat menggunakan kewenangan yang dimiliki
untuk korupsi. Bahkan, kita pernah dengar adanya mafia peradilan yang
memperdagangkan proses penegakan hukum untuk kepentingan pribadi, atau
kelompok tertentu. Korupsi yang terjadi pada aparat penegak hukum dapat
menjadikan kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum turun,
sehingga menambah potensi timbulnya kasus korupsi. Di samping itu, faktor
penting lainnya seperti standar kerja, integritas, kompetensi, dan dukungan
sumber daya keuangan dan teknologi informasi memiliki andil terhadap
efektivitas tindakan represif.
Sesuai Perpres 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), BPKP merupakan Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
BPKP mempunyai tugas menjalankan urusan pemerintahan di bidang
pengawasan keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional. Salah satu
fungsi yang diselenggarakan oleh BPKP adalah pengawasan keinvestigasian,
termasuk upaya pencegahan korupsi. Fungsi ini dilaksanakan oleh Deputi
Bidang Investigasi. Salah satu misi Deputi Bidang Investigasi meningkatkan
kualitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern melalui upaya
pencegahan korupsi dengan melaksanakan Fraud Control Plan (FCP), dengan
target kinerja sasaran strategis yaitu 15% Kementerian/Lembaga dan Pemda
menerapkan FCP pada tahun 2019. Sampai dengan Semester I tahun 2018,
capaian kinerja tersebut masih sebesar 9,14%.
Pemetaan kondisi awal dan kondisi yang diharapkan dari hasil inovasi
disajikan pada Gambar 1.2.
1. Nama Proyek
2. Deskripsi Proyek
3. Sponsor/Mentor
4. Project Leader
Direktur Investigasi Instansi Pemerintah.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup proyek perubahan ini mencakup:
1. Merancang Indeks EPK.
2. Penilaian Efektivitas Pencegahan Korupsi dengan menggunakan Indeks
EPK akan dilakukan pada seluruh kementerian/lembaga dan pemerintah
daerah.
3. Penilaian dilakukan secara periodik.
4. Penilaian sampai dengan 2019 akan digunakan sebagai baseline untuk
penilaian 2020-2024.
A. Deskripsi Inovasi
Inovasi dari proyek perubahan ini adalah pembuatan Indeks Efektivitas
Pencegahan Korupsi (Indeks EPK) yang akan digunakan sebagai instrumen
untuk penilaian efektivitas pencegahan korupsi di seluruh instansi
pemerintah di Indonesia. Produk utama inovasi berupa Kebijakan
Implementasi Indeks EPK, Pedoman Penerapan Penilaian Efektivitas
Pencegahan Korupsi, yang memuat metodologi penyusunan Indeks EPK,
termasuk pengaturan penilaiannya, dan Aplikasi Indeks EPK.
Proyek perubahan ini dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu jangka pendek,
jangka menengah, dan jangka panjang dengan ikhtisar milestone pada setiap
tahapan sebagaimana disajikan dalam Gambar 2.2.
Milestone 5 adalah melaksanakan uji coba (piloting) Indeks EPK. Uji coba
dilakukan untuk memastikan instrumen yang digunakan untuk
pengukuran dan penilaian Indeks EPK dapat diterapkan sebaik mungkin,
kuesioner dapat dipahami dengan mudah dan merata oleh responden dan
asesor. Uji coba juga dimaksudkan untuk mengetahui jangka waktu yang
diperlukan untuk melakukan penilaian dan jumlah sumber daya manusia
yang diperlukan. Piloting direncanakan pada Kementerian ESDM. Pokja
substansi bertanggung jawab atas pelaksanaan piloting dan berkoordinasi
dengan pihak yang akan dijadikan pilot project. Kegiatan ini akan
dilaksanakan pada minggu ke-3 dan ke-4 Oktober 2018.
2. Jangka Menengah
3. Jangka Panjang
Gambar 2.3
Struktur Organisasi Tim Efektif
Direktur Investigasi
Pemimpin Proyek Dr. Arief Tri Hardiyanto, Ak. MBA.
Instansi Pemerintah
(Project Leader) CMA, CCSA, CA, CSEP, QIA
/Peserta Diklatpim II
Kelompok Kerja Substansi
Koordinator Pengawasan
Ide Juang Humantito, Ak.,MAP, Bidang Investigasi
Ketua Pokja
PhD Perwakilan BPKP Sulawesi
Selatan
Kelompok Kerja Regulasi
Kasubdit Investigasi
Ketua Pokja Piping Efrianto, SE, MM, CFRA
Instansi Pemerintah Daerah
Kelompok Kerja Diseminasi
Kasubdit Investigasi
Ketua Pokja Sutrisno, SE, CFRA
Instansi Pemerintah Pusat I
Kelompok Kerja Dukungan
Ketua Pokja Sutisna, Ak. Kasubag TU
D. Analisis Stakeholders
Milestone 6: Menyusun Draf Peraturan BPKP tentang Penilaian Efektivitas Pencegahan Korupsi
Menyusun materi awal Draf Pokja Regulasi Draft Peraturan Kepala
1.
Peraturan BPKP
Berkonsultansi dengan Pokja Regulasi Draft Peraturan Kepala
2. (reviewed)
Mentor/Deputi
Milestones 10: Penilaian Risiko Fraud Pada 100% Kementerian, Lembaga, dan Pemda
1. Mendiseminasikan pedoman Pokja Laporan Hasil Diseminasi
kepada Tim Substansi dan Pedoman
Diseminasi
2. Melaksanakan penugasan Pokja Notisi Hasil Penilaian Indeks EPK
penilaian Indeks EPK Substansi dan
Diseminasi
Milestones 11 dan 12 : Mendapatkan dukungan dari Tim Nasional Pencegahan Korupsi dan Bappenas
Capaian output kunci yang memberikan dampak dan daya ungkit yang
signifikan terhadap keberhasilan pelaksanaan proyek perubahan
disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Capaian Output Kunci
Tabel 3.2
Capaian Milestone 1
Gambar 3.2
Konsultansi Pedoman dengan Pihak Eksternal
2) Menghubungi Narasumber
Narasumber-narasumber FGD dari pihak eksternal BPKP
dihubungi oleh Biro Perencanaan Pengawasan BPKP dan oleh
Deputi Bidang Investigasi melalui surat, dan oleh Project Leader
melalui media whatsapp. Untuk FGD yang diselenggarakan oleh
Bappenas sebanyak 2 kali, Project Leader diundang sebagai
narasumber terkait dengan materi Indek EPK.
3) Melaksanakan FGD
FGD bertujuan untuk mendapatkan masukan atas konsepsi
Indeks EPK, dapat direalisasikan sebanyak 5 kali, sebagai
berikut:
37 LAPORAN PROYEK PERUBAHAN PKN TK. I ANGKATAN XL
Arief Tri Hardiyanto
a) FGD dengan Tim Background Study RPJMN 2020-2024
Bappenas yang dipimpin oleh Velix V. Wanggai, Direktur
Aparatur Negara bertempat di Pusdiklatwas BPKP pada
tanggal 24 Agustus 2018. FGD diikuti oleh Direktur
Perencanaan pada masing-masing Kedeputian, Kepala
Pusat-Pusat, dan staf. Pada FGD ini Project Leader
memaparkan latar belakang dan konsepsi dari Indeks EPK.
b) FGD dengan pihak Internal BPKP diikuti oleh 2 auditor
utama, 5 Direktur yang membidangi perencanaan, 4 Kepala
Biro di Sekretariat Utama, 4 Kepala Pusat, dan Tim
Visioning BPKP. FGD tentang Indeks EPK merupakan salah
satu materi dalam acara FGD tentang Sistem Perencanaan
Pengawasan Berbasis Risiko yang diselenggarakan oleh Biro
Perencanaan Pengawasan BPKP pada tanggal 10 sd 13
Oktober 2018, bertempat di Hotel Inna Parapat. Materi
Indeks EPK yang disampaikan oleh Project Leader lengkap
sampai dengan metode pengumpulan data dan struktur
kuesioner. Masukan dari peserta terutama berkaitan
dengan tata kelola penilaian dan strategi penerapan
penilaian Indeks EPK.
c) FGD dengan Kedeputian Metodologi dan Data Statistik BPS
diselenggarakan pada tanggal 25 Oktober 2018, bertempat
di kantor BPS. Dalam FGD tersebut pihak BPS memberikan
masukan terutama terkait dengan metode pengumpulan
data melalui survey, metode penilaian, dan perlunya
dilakukan uji validitas dan realibilitas atas kuesioner.
d) FGD dengan Tim Background Study RPJMN2020-2024
Bappenas, BPS, dan Sekretariat Tim Nasional Pencegahan
Korupsi, khusus membahas tentang Indeks EPK. FGD atas
inisiatif undangan Bappenas ini dilaksanakan pada tanggal
30 Oktober 2018, bertempat di Bappenas. Pihak BPS
(Direktur Metodologi) memberikan tanggapan tentang
metodologi yang digunakan dalam Indeks EPK antara lain
38 LAPORAN PROYEK PERUBAHAN PKN TK. I ANGKATAN XL
Arief Tri Hardiyanto
stratifikasi dari unit kerja yang akan dijadikan sampel,
sedangkan pihak Sekretariat Tim Nasional Pencegahan
Korupsi memberikan masukan tentang substansi
pencegahan korupsi. Bappenas menyimpulkan bahwa
Indeks EPK ini dapat dilanjutkan prosesnya menuju
perumusan RPJMN 2020-2024. Hal ini mendukung capaian
dua milestone jangka panjang yaitu memeroleh dukungan
dari Tim Nasional Pencegahan Korupsi dan dukungan dari
Bappenas.
e) FGD dengan Inspektorat Jenderal Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral, dilaksanakan pada tanggal 2
November 2018, bertempat di kantor Itjen Kementerian
ESDM. FGD dipimpin langsung oleh Prof. Dr. Akhmad
Syakhroza, Inspektur Jenderal Kementerian ESDM. Pihak
ESDM memberikan masukan dari sudut pandang
Governance baik governance structure maupun governance
mechanism, dan menyarankan agar implementasi Indeks ini
ditetapkan dengan Peraturan Presiden.
5) Memperbaiki pedoman
Rumusan hasil FGD digunakan sebagai dasar dalam perbaikan
pedoman.
2) Melaksanakan sosialisasi
Tabel 3.6
Sosialisasi kepada Aparat Pengawasan Internal Pemerintah
Pusat dan Daerah
Gambar 3.5
Kegiatan Internalisasi di lingkungan APIP se- Indonesia
Gambar 3.6
Internalisasi di Kementerian dan Lembaga Tinggi Negara
Gambar 3.7
Sosialisasi kepada Korwas Investigasi Perwakilan BPKP Seluruh Indonesia
1) Menyiapkan piloting
2) Melaksanakan piloting
Gambar 3.9
Piloting Instrumen Indeks EPK
3) Memperbaiki pedoman
2) Mengembangkan Aplikasi
C. Dukungan Stakeholders
Dalam Rencana Proyek Perubahan telah dipetakan 50 stakeholders yang
akan mendukung inovasi yang dilakukan. Selama pelaksanaan laboratorium
kepemimpinan, dari tanggal 10 September 2018 sampai dengan 23
November 2018, seluruh stakeholders tersebut memberikan dukungan
penuh. Tambahan dukungan juga didapatkan dari 8 stakeholders utama,
sehingga sampai akhir kegiatan, stakeholder yang mendukung penuh proyek
perubahan menjadi 58 stakeholder. Dukungan juga didapatkan dari 930 APIP
Pusat dan Daerah pada saat sosialisasi proyek perubahan di berbagai acara
yang berkaitan (hal.45). Capaian ini tidak terlepas dari peran yang sangat
aktif dari Tim Efektif. Di samping itu, upaya Tim Efektif untuk dapat
mengambil bagian masuk ke dalam kegiatan yang dilakukan stakeholders,
menjadi sangat efektif dan efisien dari segi waktu dan biaya untuk
memobilitasi dukungan. Peta stakeholders awal dan paska upaya mobilisasi
disajikan pada Gambar 3.11.
(Latents)
Deputi Pengawasan
Akuntabilitas dan RB Kemen (Promoters)
PAN RB, Deputi Politik, Hukum Kepala BPKP, Deputi Kepala BPKP
Bidang Investigasi, Para Deputi
dan Hankam Bappenas, Deputi
POWER
BPKP, dan Sestama BPKP.
Pencegahan KPK, Deputi
Metodologi dan Informasi
Statistik BPS, Tim Nasional
Pencegahan Korupsi
MINAT
(Defenders)
(Apathetics) Kepala Perwakilan BPKP,
Pejabat Fungsional Umum KaroRenwas, Kapusinfowas,
Deputi Investigasi Kapusdiklatwas, Karo Hukum dan
Humas
Komunikasi Stakeholders
POWER
Hankam Bappenas Perwakilan BPKP
(Latents) • Deputi Metodologi & • PFA Kedeputian
Data Statistik BPS Investigasi
MINAT
(Apathetics) (Defenders)
Analisis stakeholder strategis dan bukti dukungan disajikan pada Tabel 3.11
13. Walikota Tangerang Selatan (Ketua Apeksi) Foto dan Lembar Dukungan
A. Simpulan
1. Proyek perubahan ini merupakan inovasi terkait dengan mendapatkan
peta kondisi sistem pencegahan korupsi yang ada di seluruh
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang berguna untuk
perumusan kebijakan dan strategi pencegahan korupsi di instansi
pemerintah yang lebih fokus dan terarah.
2. Output utama yang mendukung implementasi Peningkatan
Pemberantasan Korupsi di Instansi Pemerintah melalui Penilaian
Efektivitas Pencegahan Korupsi adalah Kebijakan Implementasi Indeks
EPK, Pedoman Penerapan Penilaian Efektivitas Pencegahan Korupsi,
yang memuat metodologi penyusunan Indeks EPK, termasuk pengaturan
penilaiannya, dan Aplikasi Indeks EPK.
3. Output utama tersebut telah berhasil diselesaikan melalui pencapaian 12
(dua belas) milestones yaitu a) Rencana kerja proyek perubahan, b)
Pedoman Indeks EPK, c) hasil focus group disscussion, d) hasil sosialisasi,
e) hasil uji coba, f) legal drafting Peraturan Kepala BPKP, g) Aplikasi
Indeks EPK, h) Peraturan Kepala BPKP tentang Penilaian Efektivitas
Pencegahan Korupsi, i) Hasil Penilaian Efektivitas Pencegahan Korupsi
dengan Indeks EPK pada 40% K/L dan Pemda, j) Hasil Penilaian
Efektivitas Pencegahan Korupsi dengan Indeks EPK pada 80% K/L dan
Pemda, k) Dukungan dari Tim Nasional, dan l) Dukungan dari Bappenas.
4. Manfaat inovasi yaitu mendukung upaya pemerintah dalam mengelola
risiko korupsi dan mencegah korupsi dengan menetapkan tingkat
efektivitas pencegahan korupsi dan menyediakan data dan informasi
dasar bagi strategi pemberantasan korupsi
C. Lessons Learned
1. Proyek perubahan dapat mempercepat pencapaian target-target
organisasi.
2. Pemahaman yang utuh tentang produk inovasi sangat penting untuk
memberikan pemahaman kepada para stakeholders.
3. Time management dan persistensi sangat dibutuhkan untuk penyelesaian
proyek perubahan dengan waktu yang ketat.
Empowerment dan coaching ke Tim Efektif.